commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungannya. Dalam kegiatan pembelajaran, kita biasa menjumpai siswa yang mengalami hambatan- hambatan tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran. Suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran biasa disebut dengan kesulitan belajar.
Pada tahun 1956 Benjamin Samuel Bloom menyampaikan sebuah gagasan berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hierarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk sistem klasifikasi hierarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan kognisi pada diri siswa sebagai hasil sebuah pembelajaran. Melalui gagasannya, Bloom menyediakan rujukan yang dapat digunakan oleh guru (matematika) untuk memformulasikan tujuan-tujuan pembelajaran, memilih metode mengajar, dan pendesainan tes serta aktivitas belajar siswa (Erman Suherman, 2001: 187).
Benjamin Samuel Bloom mengklasifikasi tujuan pembelajaran ke dalam tiga domain, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik.
Taksonomi Bloom dalam domain kognitif meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evalution) (Erman Suherman, 2001: 187- 188).
Dalam perkembangannya, Anderson dan Krathwohl melakukan revisi terhadap Taksonomi Bloom. Revisi Taksonomi Bloom dilakukan pada domain kognitif. Pada Taksonomi Bloom, domain kognitif hanya terdiri dari satu dimensi yang dirumuskan dengan kata benda, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Setelah direvisi, domain kognitif terdiri
commit to user
dari dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.
Dimensi pengetahuan dirumuskan dengan kata benda yang terdiri dari empat kategori yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Sedangkan dimensi proses kognitif dirumuskan dengan kata kerja yang terdiri dari enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Anderson dan Krathwohl (2010: 43) menjelaskan standar terhadap pencapaian proses kognitif siswa menurut Revisi Taksonomi Bloom sebagai berikut: (a) Kategori mengingat telah tercapai apabila siswa dapat mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka panjang; (b) Kategori memahami telah tercapai apabila siswa dapat mengkonstruksi makna dari materi pelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru; (c) Kategori menerapkan telah tercapai apabila siswa dapat menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam kedaaan tertentu; (d) Kategori menganalisis telah tercapai apabila siswa dapat memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu serta hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan; (e) Kategori mengevaluasi telah tercapai apabila siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/ atau standar; dan (f) Kategori mencipta telah tercapai apabila siswa dapat memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
Su Liang (2013: 4) menyatakan bahwa Revisi Taksonomi Bloom digunakan untuk menentukan tipe pertanyaan yang diajukan oleh guru-guru matematika di Cina dalam memfasilitasi pembelajaran siswa di kelas. Dengan mengacu pada Revisi Taksonomi Bloom, guru dapat membuat tipe-tipe pertanyaan yang bervariasi. Bumen dalam Omer Faruk Tutkun (2012: 27) menyatakan bahwa Revisi Taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai alat untuk pengumpulan data dalam penilaian kinerja dan evaluasi autentik. Dengan demikian, Revisi Taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana proses kognif siswa.
commit to user
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ika Firmaningsih Dian Prima Sari (2011), dalam mempelajari limit fungsi aljabar siswa kesulitan dalam menentukan nilai dari limit fungsi aljabar bentuk tak tentu. Selain itu, siswa tidak memahami bahwa lim
→ ( )
( ), jika derajat f(x) < derajat g(x), maka: lim
→ ( )
( )= 0, hanya berlaku untuk → ∞. Hasil penelitian Nora Madona (2013) menunjukkan bahwa terdapat beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari limit fungsi aljabar, diantaranya adalah siswa kesulitan menentukan nilai limit di suatu titik dari fungsi bentuk tak tentu melalui perhitungan nilai-nilai fungsi disekitar titik tersebut, siswa kesulitan menerapkan teorema limit ada jika dan hanya jika limit kiri sama dengan limit kanan pada konteks permasalahan yang tidak biasa atau tidak sama seperti yang telah dipelajari sebelumnya, siswa kesulitan dalam membedakan cara penyelesaian limit bentuk tertentu dan bentuk tak tentu, dan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaian soal limit yang melibatkan perkalian bentuk sekawan. Sedangkan hasil penelitian Helmi Diah Kuspramudianti (2013) menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan definisi limit di suatu titik. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan menyederhanakan suatu persamaan bentuk pecahan maupun bentuk akar.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Karanganyar. Kesulitan yang paling sering dijumpai dalam mempelajari limit fungsi aljabar yaitu berkaitan dengan proses pemanipulasian bentuk tak tentu agar menjadi bentuk tertentu. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam pemanipulasian fungsi aljabar yang melibatkan fungsi yang mengadung akar pangkat tiga baik dengan cara memfaktorkan maupun dengan mengalikan bentuk sekawan. Selain itu, dalam menyelesaikan soal limit fungsi aljabar siswa seringkali tidak teliti dalam pengoperasian aljabar. Kesulitan siswa dalam mempelajari materi limit fungsi aljabar juga terlihat dari hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika Tahun 2013. Persentase penguasaan materi limit fungsi aljabar dan limit fungsi trigonometri untuk SMA Negeri 1
commit to user
Karanganyar kelompok IPA adalah 60, 94 persen, menempati urutan terendah dalam persentase penguasaan materi soal matematika.
Dalam proses pembelajaran, kemampuan yang dimiliki siswa beragam.
Ada siswa yang masih mengalami kesulitan-kesulitan seperti yang dipaparkan di atas, namun ada pula yang sudah cukup lancar dalam mengerjakan soal-soal limit fungsi aljabar yang biasa disajikan pada buku teks maupun soal-soal setingkat tes seleksi masuk perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah memiliki objek kajian abstrak yang berupa fakta, konsep, prinsip dan operasi. Kesulitan siswa dalam mempelajari materi limit fungsi aljabar dapat berasal dari kelemahan pemahaman pada objek dasar matematika.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, muncul pertanyaan bagaimana profil kesulitan siswa dalam mempelajari limit fungsi aljabar ditinjau dari dimensi proses kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom.
Informasi ini penting bagi guru karena memberikan gambaran tentang kesulitan apa saja yang dihadapi siswa dalam mempelajari limit fungsi aljabar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, selanjutnya masalah dalam penelitian ini difokuskan pada: Bagaimana profil kesulitan siswa dalam mempelajari materi limit fungsi aljabar ditinjau dari dimensi proses kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kesulitan siswa dalam mempelajari materi limit fungsi aljabar ditinjau dari dimensi proses kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
commit to user
1. Memberi informasi kepada guru dan calon guru tentang profil kesulitan siswa dalam mempelajari materi limit fungsi aljabar ditinjau dari dimensi proses kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom, sehingga bisa dijadikan masukan untuk merancang desain pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari limit fungsi aljabar.
2. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian lanjutan atau yang berkaitan.