ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK PONDOH
(Kasus: Desa Rumah Lengo, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
KIKI HANDAYANI 130304041 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK PONDOH
(Kasus: Desa Rumah Lengo, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
KIKI HANDAYANI 130304041 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh
(Kasus : Desa Rumah Lengo, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang)
Nama : Kiki Handayani
NIM : 130304041
Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Thomson Sebayang, M.T) (Dr. Ir. Salmiah, M.S) NIP: 195711151986011001 NIP: 195702171986032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec) NIP. 196304021997031001
Tanggal Lulus : 25 Januari 2018
HALAMAN PENGESAHAN
KIKI HANDAYANI (130304041), Dengan Judul Skripsi Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh (Kasus : Desa Rumah Lengo, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang). Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skrispsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.
Pada Tanggal, 25 Januari 2018
Panitia Penguji Skripsi :
Ketua : (Ir. Thomson Sebayang, M.T)
NIP: 195711151986011001 ...
Anggota : 1. (Dr. Ir. Salmiah, M.S)
NIP: 195702171986032001 ...
2. (Ir. M. Jufri, M.Si)
NIP. 196011101988031003 ...
3. (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si)
NIP. 196509261993031002 ...
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec) NIP. 196304021997031001
ABSTRAK
KIKI HANDAYANI : Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh (Kasus : Desa Rumah Lengo, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang) dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Dr.Ir.Salmiah, Ms.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis keuntungan dan kelayakan usahatani salak pondoh secara finansial di daerah penelitian, dan untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi salak pondoh di daerah penelitian. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, sementara untuk metode penentuan sampel digunakan metode sensus dimana semua jumlah populasi jadikan sampel yaitu sebanyak 35 sampel. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis pendapatan dan kelayakan usahatani, dan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa usahatani salak pondoh di Desa Rumah Lengo menguntungkan dan layak secara finansial untuk dikembangkan dengan menggunakan analisis yaitu NPV, Net B/C dan IRR.
Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak hanya jumlah tenaga kerja.
Kata Kunci: salak pondoh, kelayakan, profit
ABSTRACT
KIKI HANDAYANI: Feasibility Analysis of Salak Pondoh Farming (Case:
Desa Lengo Village, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang ) guided by Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT and Ibu Dr.Ir.Salmiah, Ms. The purpose of this study is to analyze the advantages and feasibility of salak pondoh farming financially in the research area, and to analyze the influencing factors on the production of salak pondoh in the study area. The method of determining the research area is done purposively, while for the method of determining the sample used the census method where all population number make samples about as 35 sample. Methods of data analysis used are methods of income analysis and feasibility of farming, and methods of analysis Cobb-Douglas production function. The data used are primary and secondary data. The results concluded that salak pondoh farming in Desa Lengo is profitable and financially feasible to be developed using NPV, Net B/C and IRR analysis. The significant influencing factor is just labour.
Keywords: salak pondoh, feasibility, profitible
RIWAYAT HIDUP
Kiki Handayani lahir di Tanjung Morawa 12 Agustus 1995, anak ke-lima dari Ayahanda Alm. Suhaidi dan Ibunda Suyati.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar Negeri 101897 Tanjung Morawa dan tamat pada tahun 2007.
2. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa dan lulus pada tahun 2010.
3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Harapan Mandiri dan lulus pada tahun 2013.
4. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah adalah:
1. Panitia Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) di Pancur Batu pada 26 September 2015.
2. Panitia Festival IMASEP CUP dan HUT IMASEP ke 35th.
3. Bulan Juli-Agustus 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Rampah, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
4. Bulan Juli-Agustus 2017 melaksanakan penelitian di Kabupaten Serdang Bedagai.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana jenjang strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan judul :
“Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh di Desa Rumah Lengo, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang“.
Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Ms. selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktu juga pikiran dalam memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dan juga saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Taklupa pula penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara serta Bapak Ir. M Jufri, M.Si. Selaku sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Suhaidi dan Ibunda Suyati yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.
4. Teman-teman tercinta yaitu : Sri Rahayu, Tiara Ulfa Purba, Futty Audina, Fisrika Lahagu, Qhory Yasinta, Arraihan Suti Nasution dan Dwi Nurhandayani.
5. Terima kasih khusus kepada Agra Rarasto, SH yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.
Medan, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTARTABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II ...TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5
2.1.1 Tanaman Salak Pondoh ... 5
2.1.2 Syarat Tumbuh Salak Pondoh ... 7
2.2 Landasan Teori ... 7
2.2.1 Usahatani ... 7
2.2.2 Teori Pendapatan Usahatani ... 8
2.2.3 Analisis kelayakan Finansial ... 10
2.3 Penelitian Terdahulu ... 11
2.4 Kerangka Pemikiran ... 12
2.5 Hipotesis Penelitian ... 15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 17
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.4 Metode Analisis Data ... 17
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 24
3.5.1 Definisi ... 24
3.5.2 Batasan Operasional ... 25
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Desa Rumah Lengo ... 26
4.1.1 Kondisi Demografis ... 26
4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 28
4.2.1 Karakteristik Petani Sampel Salak Pondoh ... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pendapatan dan Kelayakan Usahatani salak Pondoh ... 31
5.1.1.Pendapatan Usahatani Salak Pondoh ... 31
5.1.2 Kelayakan Usahatani Salak Pondoh ... 32
5.2 Faktor yang mempengaruhi Usahatani Salak Pondoh ... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 46 6.2 Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1 Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman Provinsi Sumatera Utara (2011-2015)
2 2 Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman Kabupaten
Deli Serdang (2012-2016)
3 3 Produksi Tanaman Salak Menurut Kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang
16 4 Luas Lahan Tanaman Salak Menurut Kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang
16 5 Komposisi Penduduk Desa Rumah Lengo Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2017
27 6 Luas Lahan Menurut Peruntukan di desa Rumah Lengo
Tahun 2017
28
7 Umur Petani di Desa Rumah Lengo 29
8 Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Rumah Lengo 29 9 Pengalaman Bertani Petani Sampel di Desa Rumah Lengo 30 10 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Salak Pondoh 31 11 Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh 34 12 Hasil Uji Coefficient Produksi Salak Pondoh 37
13 Hasil Uji One-Sampel Kolmogorov Smirnov 38
14 Hasil Uji Heterokedastisitas 39
15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 40
16 Hasil Uji Serempak (Uji F) 40
17 Hasil Uji Parsial (Uji t) 41
DAFTAR GAMBAR
Bagan Judul Gambar Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Lampiran
1 Karakteristik Petani Sampel Salak Pondoh
2 Jumlah dan Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Salak Pondoh Per Petani
3 Jumlah dan Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Salak Pondoh Per Ha
4 Jumlah dan Biaya Penggunaan Pestisida Per Petani 5 Jumlah dan Biaya Penggunaan Pestisida Per Ha 6 Tenaga Kerja
7 Biaya Tenaga Kerja 8 Biaya Penyusutan
9 Produksi dan Penerimaan Usahatani Salak Pondoh 10 Pajak Lahan Usahatani Salak Pondoh
11 Biaya Produksi Usahatani Salak Pondoh Per Petani Per tahun 12 Biaya Produksi Usahatani Salak Pondoh Per Petani Per Ha 13 Pendapatan Usahatani Salak Pondoh
14 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 3 tahun 15 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 4 tahun 16 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 5 tahun 17 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 6 tahun 18 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 7 tahun 19 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 8 tahun 20 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 9 tahun 21 Benefit dan Biaya Usahatani Salak Pondoh Umur 10 tahun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan produk hortikultura merupakan salah satu aspek pembangunan pertanian. Tanaman yang termasuk dalam tanaman hortikultura yaitu sayur- sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Fungsi tanaman hortikultura selain sebagai penghasil bahan pangan tetapi juga memiliki fungsi yang lain. Secara sederhana fungsi lain tersebut dapat dibagi menjadi empat, yaitu sebagai fungsi penyedia pangan, fungsi ekonomi, fungsi kesehatan dan fungsi sosial budaya (Bahar, 2012). Salah satu produk tanaman hortikultura yang dikembangkan di Indonesia yang memenuhi keempat fungsi di atas dan diharapkan dapat mendukung sektor pertanian sebagai sektor penyokong perekonomian di Indonesia adalah tanaman buah-buahan.
Salak (Salacca edulis) merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek yang baik untuk diusahakan. Salak merupakan salah satu buah tropis yang saat ini banyak diminati oleh orang. Keunggulan buah salak yakni memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Tim Karya Mandiri, 2010).
Buah salak telah dijadikan sebagai salah satu buah unggulan nasional. Buah salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia. Varietas salak yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut: Salak Bali, Pondoh, Condet, Padang Sidempuan, Manonjaya, Madura, Ambarawa, Kersikan, Swaru dan lain-lain.
Diantara berbagai jenis salak tersebut, yang mempunyai prospek dan nilai komersial tinggi adalah Salak Pondoh dan Salak Bali (Kusumo , 1995).
Menurut Anarsis (1999), tanaman salak dapat mulai menghasilkan buah pada awal tahun ke empat dengan produksi 1 kg/pohon, tahun kelima 2,5 kg/pohon, tahun keenam 3,5 kg, dan tahun ketujuh sebanyak 5 kg/pohon.
Perkembangan produksi komoditas hortikultura di Provinsi Sumatera Utara beragam dan fluktuatif. Beragam kabupaten di Provinsi Sumatera Utara memiliki potensinya tersendiri, ada kabupaten yang menjadi sentra produksi komoditas tertentu, hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian masih menjadi salah satu dalam penyumbang pendapatan Provinsi Sumatera Utara. Komoditas hortikultura khususnya buah-buahan sebagai salah satu yang memiliki peran cukup besar karena masih banyak diusahakan baik dalam skala besar maupun rumah tangga oleh petani di Sumatera Utara.
Tabel 1. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman (ton) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2015
Jenis Tanaman 2011 2012 2013 2014 2015
Alpukat 8.083 7.954 8.547 10.319 11.832
Jeruk 579.471 362.250 334.019 513.858 483.006
Mangga 31.742 35.470 34.548 31.378 32.173
Rambutan 30.527 26.908 27.799 28.325 24.953
Duku 20.807 32.713 19.562 16.715 13.868
Durian 79.659 102.767 79.994 80.441 65.530
Jambu Biji 20.716 19.861 15.071 12.661 8.806
Sawo 7.543 9.397 9.291 8.601 7.389
Pepaya 36.057 31.658 27.757 26.238 26.305
Pisang 429.628 363.061 342.297 298.910 139.541 Nenas 183.213 262.089 228.136 237.581 223.128 Salak 360.813 350.011 244.446 354.087 192.585
Manggis 9.332 13.182 12.336 10.870 7.947
Nangka 14.241 16.443 14.876 12.818 11.018
Sirsak 916 1.066 1.098 960 954
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016
Tabel 1 memperlihatkan bahwa produksi buah-buahan di Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi dan fluktuatif. Produksi tertinggi terdapat pada buah jeruk dan
terendah pada buah sirsak. Pada produksi tanaman salak menempati posisi ketiga tertinggi. Melihat hal ini, salak memliki potensi yang baik untuk lebih dikembangkan dan dibudidayakan agar tingkat produksi salak semakin meningkat.
Tabel 2. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman (ton) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012-2016
Jenis Tanaman 2012 2013 2014 2015 2016
Alpukat 738 686 332 316 331
Jeruk 516 565 331 266 1.110
Mangga 2.708 2.807 3.389 2.817 575
Rambutan 6.194 4.459 3.012 2.948 1.433
Duku 7.582 8.395 3.457 3.102 3.040
Durian 7.482 7.888 5.788 4.950 1.384
Jambu Air 1.139 1.414 1.757 766 1.110
Sawo 744 594 779 626 1.187
Pepaya 1.669 1.651 3.346 3.615 1.202
Pisang 175.061 42.255 45.913 29.831 7.870
Nenas 677 699 514 427 1.574
Salak 2.766 3.168 4.104 1.985 1.823
Manggis 2.959 4.802 3.699 3.596 2.960
Nangka 1.736 1.542 1.728 1.065 1.736
Sirsak 282 332 146 182 282
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2016
Tabel 2 memperlihatkan bahwa produksi salak di Kabupaten Deli Serdang mengalami fluktuasi. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, tanaman salak dengan jenis salak pondoh sangat berpotensi dan dapat dikembangkan.
Namun, dapat dilihat pada tabel 2 bahwa produksi salak di Kabupaten mengalami penurunan pada tahun 2015 dan 2016. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian ilmiah mengenai kelayakan usahatani salak pondoh.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Apakah usahatani salak pondoh adalah usahatani yang menguntungkan dan layak secara finansial untuk diusahakan?
2) Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi usahatani salak pondoh di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk menganalisis keuntungan dan kelayakan usahatani salak pondoh secara finansial di daerah penelitian.
2) Untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi salak pondoh di daerah penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Sebagai referensi bagi petani salak pondoh untuk meningkatkan produksi sehingga pendapatan petani salak pondoh dapat lebih baik.
2) Sebagai bahan kampanye pemerintah sehingga tanaman salak pondoh dapat lebih dikembangkan dan menjadi tanaman yang memiliki pendapatan yang tinggi dan dapat membantu perekonomian petani salak pondoh.
3) Sebagai bahan evaluasi bagi penelitian yang akan datang agar dapat melakukan penelitian mengenai salak pondoh lebih spesifik dan lebih luas pembahasan mengenai salak pondoh.
4) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanaman Salak Pondoh
Salak (Salacca edulis Reinw) merupakan tanaman asli Indonesia yang diperkirakan berasal dari Pulau Jawa kemudian menyebar keseluruh Indonesia bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei Darusalam dan Thailand. Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw cv Pondoh) dalam kajian ilmiah termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dengan sub divisi Angiospermae (berbiji tertutup), klas Monocotyledoneae (biji berkeping satu), bangsa Arecales, suku Arecaceae palmae (keluarga palem), marga Salacca, jenis Salacca edulis Reinw
dan anak jenis Salacca edulis Reinw cv Pondoh (Kusumo, 1995).
Tanaman salak pondoh termasuk golongan pohon palem rendah yang tumbuh berumpun. Batang hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang sangat rapat. Batang, pangkal pelepah, tepi daun dan permukaan buahnya berduri tempel. Pada umur 1-2 tahun batang dapat tumbuh ke samping membentuk beberapa tunas yang akan menjadi anakan atau tunas bunga. Tanaman salak dapat tumbuh bertahun-tahun hingga ketinggiannya mencapai 7 m (Santoso, 1990).
Selain buah segar yang dijual ke pasar, buah salak juga dapat diolah menjadi beberapa makanan yang memiliki nilai tambah dan menghasilkan pendapatan lain, adapun hasil olahan buah salak yang dapat memiliki nilai ekonomis yaitu: sirup salak, dodol salak, keripik salak, puding salak, kopi biji salak, selai salak dan manisan salak (Anonimous, 2016).
Ciri-ciri Salak Pondoh adalah batang tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri banyak. Panjang pelepah daun sekitar dua hingga tiga meter, helai daun berbentuk garis lanset berujung runcing.
Tinggi pohon Salak Pondoh dapat mencapai empat sampai tujuh meter dengan umur mencapai puluhan tahun. Salak Pondoh merupakan tanaman berumpun dengan buah berbentuk segitiga bulat telur terbalik. Panjang buah antara 2,5 cm hingga 7,5 cm, ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm, dan kulit buah berbentuk sisik yang tersusun rapi seperti genting (Kusumo et al., 1995).
Kelebihan Salak Pondoh dibandingkan salak lain yaitu rasa buah manis tanpa rasa sepat saat masih muda, sifat buah lebih tahan lama dengan masa penyimpanan lebih dari dua puluh hari, bila dimakan dalam jumlah banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak diperut dan harga jual yang relatif lebih tinggi. Varietas salak pondoh dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan warna kulit buahnya, yaitu Pondoh hitam, kuning, merah, merah kuning, dan merah hitam.
Salak Pondoh dapat hidup mencapai usia puluhan tahun. Akan tetapi, umur ekonomis Salak Pondoh untuk dibudidayakan secara komersial adalah 10 tahun.
Produksi buah Salak Pondoh mengalami penurunan setelah tahun ke-6. Pada usia lebih dari 10 tahun pohon Salak Pondoh sudah mulai rebah di tanah sehingga jarak tanam tidak teratur, membutuhkan perawatan yang lebih banyak, produktivitas telah menurun dan kebutuhan akan pupuk lebih banyak (Kusumo et al., 1995).
2.1.2 Syarat Tumbuh Salak Pondoh
Lokasi yang cocok untuk budidaya salak adalah daerah yang terkena pengaruh abu gunung berapi. Tanaman Salak Pondoh menyukai tanah yang subur dengan ketinggian tempat antara 200 – 700 m diatas permukaan laut. Tingkat keasaman tanah (pH) yang disukai sekitar 6,0 – 7,0 dengan kandungan humus yang tinggi.
Suhu udara yang cocok berkisar 20 – 30 oC dengan kelembaban tanah yang baik untuk pertumbuhan perakaran, selain itu membutuhkan air dalam jumlah cukup dengan sistem drainase yang baik, karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air. Tanaman Salak Pondoh cocok ditanam dilahan datar dengan kemiringan tidak lebih dari 5 persen (Kusumo, 1995).
2.2 Landasan Teori 2.2.1. Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
mberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 1995).
2.2.2. Teori Pendapatan Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah, 2006).
Menurut Suratiyah (2008), definisi dari penerimaan, pendapatan, dan lain-lain adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan didefinisikan sebagai seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode yang diperhitungkan dari hasil penjualan.
2. Biaya alat-alat luar adalah semua korbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan penerimaan kecuali upah tenaga kerja keluarga, bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri. Dengan kata lain biaya-biaya tersebut meliputi biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar, biaya PBB, iuran air, dan penyusutan alat.
3. Pendapatan petani adalah penerimaan (pendapatan kotor) dikurangi biaya alat- alat luar dan bunga modal luar.
Penerimaan merupakan hasil kali dari total produksi dan harga jual satuan produk.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat diturunkan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
TR = Total revenue/total penerimaan (Rp) TR = Q . Pq
Q = Quantity/jumlah produksi (kg) Pq = Price of quantity/harga produk (Rp)
Untuk dapat mengetahui besarnya pendapatan petani, maka kita juga harus mengetahui besarnya penerimaan dan total biaya. Total biaya merupakan hasil penjumlahan dari segala jenis biaya produksi, salah satunya adalah biaya penyusutan.
Cara menghitung biaya penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus (stright line method) dengan rumus (Soekartawi, 1991) :
Petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien (Suratiyah, 2008).
Pendapatan petani diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan rumus:
Keterangan:
Pd = Pendapatan petani (Rp)
TR = Total revenue/total penerimaan (Rp) TC = Total cost/total biaya (Rp)
Pd = TR - TC
Penyusutan (Rp) = x Jumlah barang
2.2.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang pengusaha sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan dari segi cash flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek (Soekartawi, 1995).
Analisis kelayakan usaha berfungsi untuk menentukan suatu usaha layak dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan agar suatu usaha yang sedang dirintis atau dikembangkan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam merencanakan suatu usaha akan berakibat pembengkakan investasi. Hal ini juga dapat terjadi apabila pemilik usaha ingin mengembangkan usahanya yang telah berjalan tanpa perhitungan yang matang. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha menjadi penting sekali untuk diperhatikan (Karim, 2012).
Perhitungan pada analisis finansial dilakukan dengan menggunakan discounted kriteria. Kriteria analisis discounted kriteria adalah untuk mengetahui berapakah manfaat (benefit) serta biaya-biaya (cost) selama umur ekonomis proyek (in the future) nilainya saat ini diukur dengan nilai uang sekarang (present value)
(Djamin, 1993). Caranya adalah dengan menggunakan discounting factor, sebagai berikut:
1) Net Present Value
Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang dengan kriteria:
a. Bila NPV > 0, maka investasi dinyatakan layak (feasible).
b. Bila NPV < 0, maka investasi dinyatakan tidak layak (infeasible) c. Bila NPV = 0, maka investasi berada pada posisi break event point
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net BC) merupakan perbandingan antara net benefit yang
telah didscount positif dengan net benefit yang telah didiscount negatif. Kriteria pengukuran pada analisis Net Benefit Cost Ratio adalah:
a. Jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan b. Jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan c. Jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan break event point
3) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan
nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek, atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol.
Kriteria penilaiannya adalah:
a. Bila IRR > 1, maka investasi dinyatakan layak (feasible)
b. Bila IRR < 1, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible) c. Bila IRR = 1, maka investasi berada pada keadaan (break event point).
2.3. Penelitian Terdahulu
Muhammad Azmi (2016) dalam judul Analisis Kelayakan Finansial dan Strategi Pengembangan Usahatani Salak di Desa Wonoharjo Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggumus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial, mengetahui sensitivitas usahatani salak, dan menyusun strategi
pengembangan usahatani salak. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kelayakan Finansial, Analisis Sensitivitas dan Analisis Strategi Pengembangan. Hasil dari analisis finansial menyatakan bahwa secara finansial usahatani salak di Desa Wonoharjo layak dan menguntungkan untuk diusahakan;
Usahatani salak di Desa Wonoharjo sensitif terhadap penurunan produksi, kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual; Strategi pengembangan usahatani salak (a) memanfaatkan lahan yang subur untuk meningkatkan produksi sehingga mampu menguasai pasar; (b) memanfaatkan sarana produksi yang mudah didapat untuk meningkatkan produksi; (c) meningkatkan kualitas produksi salak; (d) memanfaatkan lokasi usahatani sebagai sentra salak; (e) menggunakan tenaga kerja secara efektif dan memanfaatkan kurangnya persaingan antar petani untuk meningkatkan mutu dan hasilpanen; (f) memanfaatkan peluang pasar dan memperbaiki infrastruktur.
2.4. Kerangka Pemikiran
Dalam usahatani salak pondoh memerlukan input untuk melakukan kegiatan usahatani tersebut, dimana input tersebut adalah sebagai berikut pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Dengan adanya input tersebut, maka petani salak pondoh dapat melakukan kegiatan produksi. Oleh karena itu, akan dilakukan analisis untuk mengetahui berapa besar biaya produksi yang digunakan dalam usahatani salak pondoh.
Setelah melakukan kegiatan produksi, petani salak pondoh akan memperoleh pendapatan yaitu dari penerimaan dikurang dengan total biaya dalam usahatani, maka diperlukan analisis untuk mengetahui berapa besar penerimaan dan pendapatan petani salak pondoh. Usahatani salak pondoh dikatakan layak atau
tidak layak untuk diusahakan dapat dilihat secara finansial. Analisis yang digunakan yaitu dengan menghitung NPV, Net B/C, IRR.
penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan atau usahatani dikatakan menguntungkan.
Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia sehingga sektor perkebunan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Komoditi basik perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain salah satunya adalah kakao. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi sentra produksi kakao di Indonesia, sehingga
Usahatani Salak Pondoh
Biaya Produksi
Produksi
Penerimaaan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan
Kelayakan Usahatani:
1. NPV 2. Net B/C 3. IRR
Layak Tidak Layak
Keteragan:
= menayatakan adanya pengaruh = menyatakan adanya hubungan Faktor produksi:
- Pupuk - Pestisida - Tenaga kerja
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini ialah:
1. Usahatani salak pondoh adalah usahatani yang menguntungkan dan layak secara finansial untuk diusahakan didaerah penelitian.
2. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani salak pondoh adalah Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive, artinya penentuan daerah dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu.
Kecamatan STM Hulu dipilih atas dasar pertimbangan karena Kecamatan STM Hulu adalah daerah yang memiliki produksi dan luas lahan tanaman salak tertinggi yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 3. Produksi Tanaman Salak Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, 2016
Kecamatan Produksi (Ton)
Gunung Meriah 14
Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 14.208
Sibolangit 1.712
Pancur Batu 485
Namo Rambe 1.394
Hamparan Perak 19
Bangun Purba 10
Tanjung Morawa 353
Patumbak 11
Deli Tua 10
Batang Kuis 48
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2016
Tabel 4. Luas Lahan Tanaman Salak Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, 2016
Kecamatan Ha
Gunung Meriah 11
Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 123
Sibolangit 12
Pancur Batu 3
Namo Rambe 2
Hamparan Perak 1
Bangun Purba 1
Tanjung Morawa 1
Patumbak 1
Deli Tua 1
Batang Kuis 1
Dari 20 desa yang ada di Kecamatan STM Hulu maka Desa Rumah Lengo dipilih atas dasar pertimbangan karena berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi PPL Desa Rumah Lengo bahwa Desa Rumah Lengo merupakan salah satu desa yang memiliki jumlah petani salak pondoh terbanyak di Kecamatan STM Hulu.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Berdasarkan informasi dari PPL Desa Rumah Lengo bahwa jumlah petani salak pondoh (populasi) di Desa Rumah Lengo adalah 35 petani. Dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu sensus, dimana semua jumlah populasi digunakan sebagai sampel maka jumlah sampel salak pondoh di Desa Rumah Lengo yang akan diteliti adalah 35 sampel.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan mengajukan pertanyaan yang dibuat dalam bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah di lokasi penelitian. Selain itu, data- data pendukung lainnya juga diperoleh melalui internet, literatur dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis 1 yaitu menganalisis pendapatan dan kelayakan
1a. Pendapatan usahatani salak pondoh diperoleh dari menghitung selisih penerimaan usahatani salak pondoh dengan seluruh biaya yang digunakan.
Rumus pendapatan sebagai berikut :
Pd = TR – TC Keterangan :
Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 1995).
Biaya produksi usahatani salak pondoh dihitung dengan rumus berikut ini : TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)
Penerimaan usahatani salak pondoh yaitu jumlah produksi salak pondoh dikali dengan harga jual salak pondoh, dengan rumus sebagai berikut ini :
TR = Y . P Keterangan :
TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Total Produksi (Kg)
P = Harga Jual salak pondoh (Rp/kg) (Suratiyah, 2009).
1b. Untuk menganalisis kelayakan usahatani salak pondoh secara finansial di daerah penelitian digunakan metode yaitu, NPV, Net B/C dan IRR. Rumus yang digunakan :
1) Net Present Value (NPV)
NPV dalah nilai sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran investasi awal. Proyek dinyatakan layak apabila nilai NPV > 0 (Keown, 1999).
Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = Tingkat diskonto
n = Umur usahatani
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C menunjukkan besarnya tambahan manfaat bersih setiap tambahan satu rupiah biaya yang digunakan. Jika nilai B/C Ratio > 1, maka proyek layak (Gittinger, 1986).
Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = Tingkat diskonto
n = Umur usahatani
3) Internal Rate Of Return (IRR)
IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek. Poyek dinyatakan layak apabila nilai IRR > tingkat diskonto yang disyaratkan (Keown, 1999).
Keterangan :
= Tingkat diskonto yang menghasilkan = Tingkat diskonto yang menghasilkan
= Nilai bersih sekarang yang mengahasilkan nilai negatif.
= Nilai bersih sekarang yang menghasilkan nilai positif.
Untuk menganalisis hipotesis 2 yaitu pengaruh input pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan luas lahan terhadap produksi usahatani salak pondoh digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yang dirumuskan sebagai berikut :
Y= bo X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 eu
Keterangan :
Y = Produksi salak pondoh (Ton) X1 = Pupuk Urea (Kg/Ha)
X2 = Pupuk KCL (Kg/Ha) X3 = Pupuk NPK (Kg/Ha) X4 = Pestisida (Liter/Ha) X5 = Tenaga kerja (HKP)
e = Bilangan Natural (E = 2,7182) u = Unsur Sisa (Galat)
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi Masing-Masing Variabel
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan (R2). Pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Digunakan untuk mengetahui apakah variable-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variable terikat.
Dengan langkah pengujian:
a. H0 : b1 = 0, Artinya: suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
b. H1 : b1 ≠ 0, Artinya: suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak (Taufik, 2016)
.
2. Uji Signifikasi Simultan/Serempak (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah secara keseluruhan variable independen (bebas) berpengaruh terhadap variable dependen (terikat).
Dengan langkah pengujian:
c. H0 : b1 = 0, Artinya: suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
d. H1 : b1 ≠ 0, Artinya: suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian :
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
(Gujarati, 1995).
3. Uji Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa dekat sebuah nilai Y dengan nilai aktualnya pada sebuah sampel. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Koefisien determinasi (R2) sebesar 1 berarti suatu kecocokan sempurna sedangkan R2 yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variable tak bebas dengan variable yang menjelaskan (Gujarati, 1995).
4. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Cara mendeteksi terjadinya multikoleniaritas dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test), variabel-variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara parsial banyak yang tidsk berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.
b. Menganalisis matrik korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi,umumnya di atas 0,90, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.
c. Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.
d. Melihat nilai toleransi (tolarance) dan VIF. Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 : terjadi multikolinieritas.
Jika toleransi > 0,10 dan VIF <10 : tidak terjadi multikolinieritas.
(Gujarati, 1995).
b. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik, heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Gujarati, 1995).
c. Normalitas
Uji asumsi normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Pedoman pengambilan keputusan :
Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05. Distribusi adalah tidak normal.
Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05. Distribusi adalah normal.
(Gujarati, 1995).
3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi
1) Salak pondoh adalah salah satu tanaman holtikultura yang banyak berpotensi di Kabupaten Deli Serdang.
2) Produksi salak pondoh adalah hasil dari salak pondoh yang bernilai ekonomis yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
3) TC (total cost) atau total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam usahatani salak pondoh atau jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap usahatani salak pondoh dinyatakan dalam rupiah (Rp).
4) FC (Fixed Cost) atau biaya tetap adalah biaya usahatani salak pondoh yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
5) VC (variabel cost) atau biaya variabel adalah biaya usahatani salak pondoh yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
6) Penerimaan usahatani salak pondoh adalah jumlah produksi salak pondoh dikali dengan harga jual salak pondoh yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
7) Pendapatan usahatani salak pondoh adalah selisih dari total penerimaan usahatani salak pondoh yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani salak pondoh yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
8) NPV dalah nilai sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran investasi awal.
9) Net B/C menunjukkan besarnya tambahan manfaat bersih setiap tambahan satu rupiah biaya yang digunakan.
10) IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek.
3.5.2 Batasan Operasional
1) Daerah penelitian adalah Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.
2) Sampel penelitian adalah petani salak pondoh.
3) Penelitian dilakukan pada tahun 2017
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu 4.1.1 Kondisi Geografis
Kecamatan STM Hulu daerah topografinya yaitu 30% datar, 45% berbukit, dan 25% pegunungan. Ketinggian di permukaan laut ±350-650 meter, Kecamatan STM Hulu beriklim sedang.
Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu desa dengan luas Wilayah ± 573 Ha. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Hutajurung Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Ranggitgit Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tanah Gara Hulu Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Ranggitgit
4.1.2 Kondisi Demografis
Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang berjumlah penduduk 771 jiwa yang terdiri dari laki-laki 365 jiwa dan perempuan 406 jiwa dengan jumlah kepala keluaraga 197 KK. Rincian lengkap terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Rumah Lengo Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)
1 Laki-laki 365 47,34
2 Perempuan 406 52,66
Total 771 100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Rumah Lengo, 2017
Masyarakat Desa Rumah Lengo sangat erat dengan kebiasaan bergotong royong seperti dalam perbaikan jalan dan perbaikan sarana rumah ibadah yamg dibentuk salam serikat tolong menolong (STM). Sesama warga mengumpulkan dana dalam bentuk Rupiah, barang, termasuk juga dalam acara kemalangan. Kebersamaan warga sangat erat dan kuat.
Pada umum nya sebagian besar penduduk Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu bermata pencaharian petani, sebagian bekerja sebagai buruh tani dan wiraswasta.
Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah Sepeda Motor. Di Desa ini ada transportasi umum seperti angkutan umum (angkot). Jaringan listrik PLN sudah tersedia di desa ini , sehingga hampir semua Rumah tangga menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penarangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Beberapa rumah tangga semakin banyak menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.
Orientasi Jumlah Tempat Ibadah yaitu 1 buah dan 1 buah gereja yang terletak di Desa Rumah Lengo.
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Rumah Lengo dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian salak pondoh dan pemukiman secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Rumah Lengo dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Rumah Lengo Tahun 2017
No Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Persawahan 3 1,2%
2 Perkebunan PT HPEA 15 5,7%
3 Perkebunan Masyarakat 234 86,83%
4 Perumahan/Pemukiman 12 4,45%
5 Perkantoran/Sarana Sosial a. Puskesmas
b. Posyandu c. 1Unit Mesjid d. 1Unit Gereja e. 1 Unit SD f. 1 Unit SMP g. 1 Unit TK
0,5 0,5 0,5 0,5 1 1,5
1
0,18%
0,18%
0,18%
0,18%
0,37%
0,55%
0,37%
Total 269,5 100%
Sumber: Kantor Kepala Desa Rumah Lengo, 2017
Tanah Desa Rumah Lengo merupakan tanah yang subur dan cocok untuk ditanami salak pondoh maka dari itu tanaman salak pondoh dikembangkan di desa ini.
Banyak masyarakat di desa ini yang beralih tanaman ke tanaman salak pondoh.
Karena tanaman salak pondoh dapat menghasilkan produksi yang tinggi dan juga berbuah setiap bulannya.
4.2 Karakteristik Petani Sampel
4.2.1 Karakteristik Petani Sampel Salak Pondoh
Karakteristik petani sampel salak pondoh di Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang meliputi :
1) Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya. Semakin tua umur petani, kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena
pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik.
Klasifikasi petani salak pondoh menurut kelompok umur di Desa Rumah Lengo terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Umur Petani di Desa Rumah Lengo
No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 30-34 1 3,3
2. 35-39 3 23,3
3. 40-44 2 26,6
4. 45-49 7 23,3
5. 50-54 3 10
6. 55-59 1 3,3
7. 60-64 2 6,6
8. 65-69 1 3,3
9. >69 0 0
Jumlah 35 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
2) Pendidikan
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal.
Tingkat pendidikan petani padi ladang di Desa Rumah Lengo dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Rumah Lengo
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. SD 8 10
2. SMP 7 23,3
3. SMA 18 60
4. D2 2 6,6
Jumlah 35 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
3) Pengalaman Bertani
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usaha tani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka besar kemungkinan semakin baik pula pengelolaan usaha taninya.
Pengalaman petani dalam mengolala usahataninya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Desa Rumah Lengo
No Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-6 3 10
2. 7-13 18 53,3
3. 14-20 9 23,3
4. 21-27 2 3,3
5. 28-34 2 6,6
6. 35-41 1 3,3
7. >41 0 0
Jumlah 35 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Salak Pondoh 5.1.1 Pendapatan Usahatani Salak Pondoh
Pendapatan usahatani salak pondoh didapat dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya. Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan per petani/tahun dan pendapatan per hektar/tahun . Adapun rincian dapat dilihat pada tabel 10:
Tabel 10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Salak Pondoh Per Tahun
No Jenis Per Petani (Rp) Per Ha (Rp)
1. Biaya Tetap Penyusutan Alat PBB
Total Biaya Tetap
227.427 51.542 289.970
382.230 93.714 475.944 2. Biaya Variabel
Bibit Pupuk Pestisida Tenaga Kerja TKDK TKLK
Total Biaya Variabel
4.670.000 3.055.714 161.029 10.645.857 (7.344.285) (3.301.571) 18.532.600
23.350.000 5.555.844 292.779 19.356.103 (13.353.246) (6.002.875) 48.704.726
3. Total Biaya 18.822.570 49.180.670
4. Penerimaan 162.582.000 295.603.636
5. Pendapatan Bersih Usahatani
143.759.430 246.422.966 6. Pendapatan Tenaga Kerja
Keluarga
151.103.715 259.776.212 Sumber: Lampiran 2,5,7,10,22
Tabel 10. memperlihatkan bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan per petani adalah sebesar Rp 289.970,- yang terdiri atas biaya penyusutan alat sebesar Rp 227.427,- dan PBB sebesar Rp 51.542,-. Total biaya variabel per petani adalah sebesar Rp 18.532.600,- yang terdiri dari biaya bibit sebesar Rp 4.670.000,-, biaya
pupuk sebesar Rp 3.055.714,- , biaya pestisida sebesar Rp 161.029,- dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 10.645.857,-, sehingga total biayanya adalah sebesar Rp 18.822.570,-. Dan untuk total biaya tetap yang dikeluarkan per per Ha adalah sebesar Rp 475.944,- yang terdiri atas biaya penyusutan alat sebesar Rp 382.230,- dan PBB sebesar Rp 93.714,-. Total biaya variabel per Ha adalah sebesar Rp 48.704.726,- yang terdiri dari biaya bibit sebesar Rp 23.350.000,-, biaya pupuk sebesar Rp 5.555.844,- , biaya pestisida sebesar Rp 292.779,- dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 19.356.103-, sehingga total biayanya adalah sebesar Rp 49.180.670-. Dan untuk penerimaan per petani adalah sebesar Rp 165.582.000,- dan untuk penerimaan per Ha adalah sebesar Rp 295.603.636,-. Untuk pendapatan per petani adalah sebesar Rp 143.759.430 dan untuk pendapatan per Ha adalah sebesar Rp 246.422.966,-.
5.1.2 Kelayakan Usahatani Salak Pondoh
Untuk mejelaskan tingkat kelayakan usahatani salak pondoh di Desa Rumah Lengo digunakan tiga kriteria yaitu:
1. Net Present Value (NPV)
Kelayakan yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV memberikan gambaran besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima proyek/usaha pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria NPV apabila nilai NPVnya lebih besar daripada nol. NPV dibawah nol menunjukkan usaha tidak layak untuk diusahakan karena akan menimbulkan kerugian. NPV berhubungan dengan tingkat resiko suatu usaha. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak usaha tersebut dilaksanakan, dan semakin tinggi resiko yang dihadapi.
2. Net Benefit Per Cost (Net B/C)
Suatu usaha/proyek dinyatakan layak berdasarkan kriteria Net B/C, apabila nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu. Net B/C lebih dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu usaha dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Net B/C kurang dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan, sehingga usaha tersebut tidak menguntungkan untuk diusahakan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Kriteria IRR merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Perbandingan menggunakan diskon faktor digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan kriteria investasi IRR Usahatani layak dilaksanakan bila nilai IRRnya lebih besar dari diskon faktor yang disyaratkan.
Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskon faktor yang disyaratkan maka usaha tidak layak dan uang yang ada lebih baik ditabungkan. Pada uji kelayakan ini, tingkat diskon faktor yang digunakan sebesar 4,25 persen berdasarkan rata- rata tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun berdasarkan data dari Bank Indonesia.
Untuk mengetahui kelayakan usahatani salak pondoh di Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang, adapun rincian dapat dilihat pada tabel 11:
Tabel 11. Analisis Kelayakan Usahatani Salak Pondoh Umur
Tanaman Benefit Cost PV Benefit PV Cost Net Benefit
DF
(4,25%) NPV (4,25%) DF (5%) NPV (5%) 1
-
11.441.048
-
11.000.568 -11.000.568
0,9615 -10.577.046
0,9524 -10476941,04 2
-
3.612.784
-
3.276.795 -3.276.795
0,9070 -2.972.053
0,9070 -2972053,007 3 221.219.254
18.425.746
196.663.917
16.380.488 180.283.429
0,8890 160.271.968
0,8638
155.728.826 4 153.406.642
13.823.358
131.131.997
11.816.207 119.315.791
0,8548 101.991.138
0,8227
98.161.101 5 162.876.102
13.859.898
133.867.868
11.391.450 122.476.418
0,8219 100.663.368
0,7835
95.960.273 6 181.236.258
16.513.742
143.231.015
13.050.810 130.180.205
0,7903 102.881.416
0,7462
97.140.469 7 145.097.460
15.902.540
110.259.560
12.084.340 98.175.220
0,7599 74.603.350
0,7107
69.773.129 8 100.640.172
9.026.494
73.537.774
6.595.659 66.942.114
0,7307 48.914.603
0,6768
45.306.423 9 177.237.600
19.742.400
124.527.138
13.871.010 110.656.128
0,7026 77.746.995
0,6446
71.328.940 10 260.310.819
24.355.847
175.865.990
16.454.810 159.411.179
0,6756 107.698.193
0,6139
97.862.523
1.089.085.259 115.922.138 973.163.120 761.221.931 717.812.690
NPV 761.221.931 717.812.690
Net B/C 9,39
IRR 5,48
Nilai NPV usahatani Salak Pondoh dengan jangka waktu usahatani sepuluh tahun pada diskon faktor/bulan 4,25 persen sebesar Rp. 761.221.931. Artinya dengan diskon faktor sebesar 4,25 persen/bulan maka usahatani salak pondoh pada akhir periode jangka sepuluh tahun mendapatkan keuntungan sebesar Rp 761.221.931.
Dan untuk faktor sebesar 5 % maka akan mendapatkan keuntungan ditahun berikutnya adalah sebesar Rp 717.812.690.
Berdasarkan kriteria net B/C usahatani Salak Pondoh layak diusahakan, karena nilai net B/C yang diperoleh sebesar 9,39. Nilai net B/C sebesar 9,39 memiliki arti setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan tambahan manfaat sebesar Rp. 9,39%.
Usahatani Salak Pondoh mempunyai IRR sebesar 5,48 persen. Artinya IRR yang diperoleh lebih besar daripada diskon faktor yang ditentukan sebesar 5,48%
sehingga usahatani salak pondoh layak untuk diusahakan dan nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan.
Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan usahatani salak pondoh menguntungkan dan layak secara finansial diusahakan di Desa Rumah Lengo Kabupaten Deli serdang dapat diterima kebenarannya.
5.2 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Salak Pondoh
Produksi salak pondoh di Desa Rumah Lengo Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 23.266 kg per Petani dan 42.229 kg per Ha.
12.000 kg. Maka produksi salak pondoh di Desa Rumah Lengo lebih besar dibandingan dengan teori yang sudah ada. Produksi yang dihasilkan dalam sebuah usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi. Dalam penelitian ini faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi adalah Pupuk urea (X
1), pupuk KCL (X
2), Pupuk NPK (X
3), Pestisida (X
4), Tenaga Kerja (X
5). Untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel setiap produksi salak pondoh dilakukan model Cobb-douglas.
Dengan menggunakan regresi linear berganda ini, maka diperoleh besarnya nilai koefisien determinan (R2), nilai F-hitung dan nilai T-hitung. Alat bantu yang digunakan untuk melakukan analisis adalah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 18.
Namun sebelum dilakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data telah memenuhi uji asumsi klasik dalam bentuk uji BLUE (The Best Linear Unbiased Estimated). Uji asumsi klasik yang diperlukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dimana variabel bebasnya yaitu Pupuk urea (X
1), pupuk KCL (X
2), Pupuk NPK (X
3), Pestisida (X4), Tenaga Kerja (X
5) dan variabel terikatnya adalah Produksi Salak pondoh.
Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap produksi (variabel terikat), hasil regresi yang diperoleh sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Dengan asumsi sebagai berikut:
Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 : terjadi multikolinieritas.
Jika toleransi > 0,10 dan VIF <10 : tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 12 memperlihatkan nilai tolerance dan nilai VIF (Variance Inlavtion Factor) dari hasil uji multikolinieritas.
Tabel 12. Coefficients Produksi Salak Pondoh
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Pupuk Urea ,681 1,467 Tidak Terjadi Multikolinearitas Pupuk KCL ,521 1,919 Tidak Terjadi Multikolinearitas Pupuk NPK ,948 1,055 Tidak Terjadi Multikolinearitas Pestisida ,680 1,470 Tidak Terjadi Multikolinearitas Tenaga kerja ,815 1,228 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa tidak terjadi multikoleniaritas antara variabel yang digunakan didalam model analisis.
2. Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui,