• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA

Farah Isti’anatul Maulida

Universitas Muhammadiyah Purwokerto farahistim@gmail.com

Abstrak

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting karena mendasari perkembangan ilmu lainnya. Permasalahan yang masih sering terjadi sampai saat ini adalah matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Tinggi dan rendahnya prestasi yang diperoleh siswa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor kepribadian.

Penelitian yang berjudul “Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Siswa” membahas mengenai prestasi belajar matematika dengan tipe kepribadian siswa yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran prestasi belajar matematika ditinjau dari tipe kepribadian siswa. Dengan begitu peneliti akan mengetahui prestasi dari masing-masing kepribadian sehingga dapat berguna sebagai acuan untuk lebih meningkatkan prestasi siswa dengan melihat kondisi kepribadiannya. Metode penelitian yang didigunakan merupakan metode penelitian studi pustaka yang merupakan telaah dari berbagai literatur. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan penelaahan terhadap buku-buku literatur, catatan-catatan dan laporan- laporan yang ada hubungannya dengan prestasi belajar yang ditinjau dari tipe kepribadian pada mata pelajaran matematika. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tipe koleris, plagmetis, sanguinis, dan koleris mempunyai prestasi yang berbeda. Siswa dengan kepribadian koleris dan plagmetis mempunyai prestasi yang tinggi, siswa dengan kepribadian melankolis mempunyai prestasi yang cukup baik. Sedangkan siswa dengan kepribadian sanguinis memiliki prestasi belajar yang cukup rendah diantara empat tipe kepribadian ini.

Kata kunci: prestasi belajar, tipe kepribadian

A. PENDAHULUAN

Kesadaran manusia akan pentingnya pendidikan mendorong upaya semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting karena pendidikan mempunyai peran yang besar untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan kemampuan agar menjadi manusia yang bertakwa, mulia, berilmu, bertanggung jawab sehingga dapat menjadi bangsa yang bermartabat. Pendidikan merupakan proses menuju pengubahan sikap dan tata perilaku seseorang sebagai usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sejumlah komponen. Interaksi antar komponen berperan penting dalam menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan (Winarso, 2015). Pendidikan dapat terselenggara apabila terjadi interaksi belajar mengajar. Lingkup yang sempit dari pendidikan adalah pengajaran di kelas, pengajaran yang baik adalah pengajaran yang memiliki sistem yang

(2)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

baik (Ratifi, 2012). Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang melalui proses pelajaran atau cara lain yang diakui oleh masayarakat.

Sekolah sebagai the three education center yang mempunayi peranan penting dalam pembentukan peserta didik. Sasaran pendidikan disekolah diarahkan untuk mengembangkan kekuatan fisik, intelektual, dan moral yang dibutuhkan di lingkungan yang ditempati (Lahmi, 2016). Di sekolah peran pendidikan orang tua dirumah akan dilimpahkan kepada guru di sekolah. Lahmi (2016) menyebutkan bahwa peran sekolah dalam pembentukan peserta didik cukup besar karena bagi anak yang sudah sekolah, lingkungan sekolah merupakan tempat yang selalu dimasukinya selain rumah. Sekolah pada hakikatnya bukan sekedar tempat untuk transef pengetahuan saja. Subianto (2013) menyebutkan sekolah bukan hanya tempat guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga merupakan lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang akan berorientasi pada nilai. Semakin maju dan berkembang suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam memepersiapkan generasi muda. Syafi’i dan Siti (2018) menyebutkan sekolah merupakan wadah bagi masyarakat serta menjadi sarana untuk melatih dan mendidik seseorang supaya dapat berkembang secara efektif.

Selaras dengan pendapat tersebut Subianto (2013) menjelaskan bahwa pendidikan di sekolah mempunyai peran penting untuk membentuk perkembangan pola tingkah laku atau perangai peserta didik. Dari uraian-uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa pendidikan di sekolah sebagai agen perubahan untuk menumbuhkan generasi yang berkualitas dimasa depan karena pendidikan disekolah dapat mengembangkan kekuataan fisik, intelektual dan moral.

Di sekolah mengajarkan berbagai mata pelajaran yang akan meningkatkan kualitas peserta didik salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Matematika menjadi salah satu mata pelajaran pokok karena matematika mempunyai peranan penting dalam pendidikan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Winarso, 2015). Menurut Permendikbud No.58 Tahun 2014, matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dengan kemamapuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan juga disebutkan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup yang perlu dimiliki siswa terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis (Putri dan Masiyah, 2019). Pada kenyataanya matematika adalah pelajaran yang dianggap sulit karena banyak faktor diantaranya faktor diri sendiri, guru, atau lingkungan. Banyak siswa yang merasa sulit dan bosan ketika belajar matematika karena sifatnya yang abstrak, padahal kegiatan belajar semakin penting bagi anak dan remaja yang hidup dalam era globalisasi yang menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam berpikir, serta kemampuan memecahkan masalah non-rutin secara kreatif dan kritis (Oktaviana dan Utin, 2017). Matematika merupakan ilmu yang saling terkait satu sama lain, dan tidak terlepas dari disiplin dan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan yang berkualitas dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik. Dengan demikian wujud dari prestasi belajar kepandaian dan pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah melakukan kegiatan belajar (Cleopatra, 2015). Prestasi belajar yang dicapai pada hakikatnya suatu pencerminan dari usaha belajar. Pada umumnya semakin baik usaha belajar maka semakin baik pula prestasi yang akan dicapai (Mustamin dan Sri, 2010). Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang melalui proses berfikir, merasa dan berbuat. Herawati dan Yuli (2013) menyebutkan bahwa prestasi belajar dapat dikatakan sempurna apabila siswa telah memenuhi atas tiga aspek yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan apabila seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukan melalui hasil berupa nilai atau angka yang diberikan oleh guru kepada peserta didik setelah mengikuti bidang studi yang dipelajari, setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal (Syafi’i dan Siti,

(3)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

2018). Prestasi belajar merupakan sebuah bentuk nyata dari penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dinyatakan dalam hasil akhir.

Prestasi belajar merupakan refleksi terhadap penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditentukan lewat nilai yang diberikan guru. Oleh karena itu, prestasi belajar penting untuk diteliti mengingat prestasi belajar dapat digunakan untuk (1) mengetahui tingkat keberhasilan dan penguasaan terhadap materi pelajaran, (2) untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap siswa terhadap program pembelajaran, (3) mengetahui tingkat kemajuan serta kesesuaiannya hasil belajar dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (4) mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, (5) seleksi yaitu memilih dan menentukan siswa yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu, (6) menentukan kenaikan kelas, (7) menempatkan siswa sesuai potensinya masing-masing (Izzaty, Yulia dan Farida, 2017). Selaras dengan pendapat tersebut Latipah (2010) menyebutkan bahwa prestasi belajar sebagai tolak ukur berhasil atau tidak siswa dalam dunia pendidikan. Prestasi juga berperan terhadap beberapa aspek kehidupan seperti dengan kecemasan, self estem, dan optimisme.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi memiliki peran penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang.

Dalam proses pencapaiannya prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Syafi’i dan Siti (2018) menyebutkan faktor yang mempengaruhi prestasi dalam belajar digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama Faktor internal ; (1) Faktor jasmani (fisiologi) seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya; (2) Faktor psikologi anatara lain (a) faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial seperti kecerdasan, bakat, dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, (b) faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, emosi. (3) Faktor kematangan fisik. Kedua, Faktor eksternal ; (1) faktor sosial yang terdiri atas; (a) lingkungan keluarga (b) lingkungan sekolah, (c) lingkungan masyarakat. (2) faktor budaya seperti adat istiadat, kebiasaan, ilmu pengetahuan, teknologi. (3) faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. Fauziyah dan Ropitasari (2016) juga menyebutkan bahwa prestasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor dari dalam peserta didik meliputi kepribadian, kemampuan, motivasi, minat, dan bakat. Serta faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik yang meliputi lingkungan sosial dan non sosial. Dengan demikian hasil interaksi dari berbagai faktor baik faktor dari dalam diri ataupun luar diri seseorang akan mempengaruhi prestasi belajar.

Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah kepribadian. Kepribadian ialah karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri seseorang. Ramalisa (2013) menyebutkan bahwa kepribadian seseorang bersumber dari bentukan-bentukan yang telah kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga saat masa kecil dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Rosito dan Togi (2016) menyebutkan bahwa betapa pentingnya aspek kepribadian sebagai prediktor dalam prestasi belajar, pertama terdapat kecenderungan berperilaku yang tercermin dalam kepribadian yang dapat mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan tertentu untuk pencapaian akademik seperti perseverence (ketekunan), concientiousness (kesadaran), talkativeness (kecenderungan senang berbicara). Kedua, kepribadian sebagaimana kemampuan kognitif, akan dapat memprediksi pencapaian yang lebih maju pada siswa, secara khusus atribut kepribadian yang berhubungan dengan motivasi belajar. Balqis dan Librahim (2018) menjelaskan kepribadian memiliki peranan penting terhadap keberhasilan di sekolah dan hasil-hasil jangka panjang, bahkan kepribadian juga dapat mempengaruhi keadaan jiwa yang dialami seseorang. Dalam kegiatan pembelajaran penggunaan metode, strategi dan teknik pembelajaran guru wajib mempertimbangkan tipe kepribadian masing masing peserta didik (Ulya, 2016).

Kepribadian yang dimiliki peserta didik berbeda-beda dan demi keberhasilan usaha untuk

(4)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

mendidik perlulah kita mengenal kepribadian mereka. Meylin dan Jatmiko (2019) menyebutkan bahwa dengan tipe kepribadian yang dimiliki berbeda-beda akan berbeda pula proses berpikirnya, selain itu proses berpikir antara siswa laki-laki dan perempuan juga mengalami perbedaan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan masing-masing individu mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda dan kepribadian tersebutlah yang akan mempengaruhi prestasi mereka.

Ada banyak tipe kepribadian, seperti yang diungkapkan para ahli. Tipe-tipe kepribadian telah banyak diungkapkan oleh para ahli di antaranya: tipe hardiness ( kepribadian ketabahan), tipe kepribadian introvet-ekstrover,tipe kepribadian thinking (mengutamakan logika dan anilisis), kepribadian tipe A dan tipe B, kepribadian oral, anala, dan kepribadian phallic, dan lain sebagainya (Oktaviana dan Utin, 2017). Menurut Keirsey (Panjaitan,2015) menggolongkongkan kepribadian menjadi 4 tipe yaitu Guardian, Artisan, Rational, Idealis.

Menurut Hippocrates-Galenus (Siregar,2013) membagi tipe kepribadian pada manusia menjadi 4 tipe yaitu tipe kepribadian sanguinis, melankolis, koleris, plegmatis . Balqis dan Librahim (2018) menyebutkan setiap dimensi dasar dari kepribadian memiliki ciri-ciri yang berbeda, misalnya kepribadian introvet mudah mengalami kecemasan dan lebih tertutup, sedangkan ciri kepribadian ekstrovet lebih agresif dan spontan. Demikian juga tipe kepribadian A dan B memiliki ciri dasar yang berbeda. Dengan demikian tipe kepribadian yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya termasuk dalam proses pembelajaran disekolah.

Ada banyak teori yang dapat digunakan untuk memahami tipe kepribadian seseorang, salah satu teori tersebut adalah teori kepribadian Hipocrates-Galenus. Menurut Hippocrates dan Galenus membagi menjadi empat tipe kepribadian yaitu : sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis . Menurut Hipocrates (Mayasari dan Yus,2018) menyebutkan bahwa seorang (1) sanguinis ,sifat periang, gembira, optimis, terbuka, selalu penuh harapan, tidak dapat dijadikan sandaran, emosi meluap-luap, antusias, dan penuh rasa ingin tahu, (2) melankolis, sifatnya tekun, serius, muram, tidak gembira, pesimitis, merenccanakan mencipta, berbakat, dan kreatif, (3) koleris, sifatnya cermat, garang, hebat, lekas marah, agresif, kuat, tegas, tidak mudah putus asa,(4) phlegmatis, sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah, menghadapi persoalan dengan santai, secara bertahap dan tidak tergesa-gesa, tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang mengganggu. Sejalan dengan hal tersebut menurut Kart (Agustina,Imam dan Pangabdi,2013) menjelaskan bahwa (1) Tempramen Choleris, tindakannya cepat tetapi tidak constant, (2) tempramen sanguinis mempunyai sifat yang mudah dan kuat menerima kesan (pengaruh jiwa), tetapi tidak mendalam dan tidak tahan lama, (3) tempramen melancholis perhatianya selalu tertuju kepada segi kesukaran – kesukarannya, (4) tempramen phlegmatis tidak mudah marah dan tepat untuk tugas-tugas ilmiah. Keempat tipe kepribadian tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, tipe kepribadian ini jugalah yang menunjukan keunikan sikap seseorang terhadap suatu objek. Penelitian Winarso (2015) menunjukan bahwa siswa dengan tipe kepribadian koleris mempunyai sikap belajar matematika yang paling baik, sedangkan tipe plagmetis memiliki sikap belajar matemtaika yang rendah. Sedangkan penelitian Aziz (2018) menunjukan bahwa tipe kepribadian melankolis mempunyai kemampuan yang paling rendah dari yang lainnya ketika diberikan tes permasalahan matematika. Berdasarkan uraian tersebut maka dilihat dari tipe kepribadian, siswa dengan tipe kepribadian yang berbeda akan menghasilkan kemampuan yang berbeda.

Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar matematika ditinjau dari empat tipe kepribadian yaitu, tipe sanguinis, tipe melankolis, tipe koleris, dan tipe plegmatis.

B. METODE PENELITIAN

Penulisan artikel ini menggunakan metode studi pustaka (library research). Adapun metode penelitian tersebut berisi teori-teori yang relavan terkait dengan masalah-masalah

(5)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

penelitian. Penulis mengumpulkan refrensi terkait prestasi belajar matematika yang ditinjau dari tipe kepribadian. Pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Teknik analisis data dengan mengkaji beberapa jurnal yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan pemahaman tentang prestasi belajar matematika yang ditinjau dari kepribadian peserta didik. Pengkajian dilakukan dengan mengidentifikasi hubungan prestasi belajar matematika dengan tipe kepribadian peserta didik, lalu dirangkum, diberi penjelasan dan ditarik kesimpulan. Tahapan penelitian ini dengan mengumpulkan beberapa jurnal dan buku terkait artikel ini. Membaca beberapa jurnal dan buku setelah itu dikaji, dirangkum, diberi penjelasan dan kemudian ditarik kesimpulan. Sehingga dengan menggunakan metode penelitian ini penulis dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak diteliti.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Prestasi Belajar Matematika

Presatasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Noehi Nasution (Syafi’i dan Siti,2018) belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan timbulnya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Cleopetra (2015) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang melalui berproses secara terencana, terus menerus dan berkesinambungan untuk mendapatkan kemampuan tertentu yang akan mempengaruhi terhadap perubahan tingkah laku yang lebih baik, semakin baik usaha untuk belajar semakin baik prestasi yang didapatkan. Menurut Astuti dan Leonard (2015) menyebtukan bahwa belajar merupakan aktivitas yang terencana guna mendapatkan pengetahuan dan wawasan sehingga akan terjadi perubahan pada diri seseorang dan akan mengubah perilaku seseorang menuju kedewasaan. Prestasi dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan hasil akhir dari suatu pekerjaan yang telak dilaksanakan (syafi dan Siti, 2018). Pendidikan yang berkualitas dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didiknya. Wujud dari prestasi belajar adalah kepandaian dan pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah melakukan kegiatan belajar (Cleopatra, 2015). Hasmiah dan Sri (2010) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar setelah seseorang mengkuti kegiatan belajar yang dinyatakan melalui skor atau nilai. Sejalan dengan pendapat tersebut Astuti dan Leonard (2015) menyebutkan prestasi belajar merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama proses belajar yang dihasilkan dari tes beberapa bidang studi sehingga memperoleh hasil. Herawati dan Yuli (2013) menyebutkan bahwa prestasi belajar dapat dikatakan sempurna apabila siswa telah memenuhi atas tiga aspek yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan apabila seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi. Ranah afektif membentu sikap social melalui pengembangan afeksi. Sedangkan ranah psikomotorik akan membentuk suatu ketrampilan (Husain dan Librahim, 2019).

Ranah kognitif mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian prestasi karena siswa akan dituntut untuk memehami, mengetahui, menerapkan, menganalisa serta mengevaluasi. Jadi, pada intinya prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh selama kegiatan belajar disekolah yang bersifat kognitif.

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting karena prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah memerlukan diagnosis atau bimbingan terhadap peserta didik (Astuti dan Leonard, 2015). Menurut Latipah (2010) menyebutkan bahwa prestasi belajar dapat digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidak siswa dalam dunia pendidikan. Prestasi juga berperan terhadap beberapa aspek kehidupan seperti dengan kecemasan, self estem, dan optimisme. Untuk mengetahui presatasi belajar perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh manakah efektifitas proses belajar.

(6)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran pokok karena matematika mempunyai peranan penting dalam pendidikan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Winarso, 2015). Bidang studi matematika merupakan salah satu bidang studi yang membutuhkan kemampuan kognitif siswa, karena siswa akan dituntut untuk berpikir secara abstrak. Dengan demikian ketika belajar matematika akan memperbaiki serta mengembangkan daya mental sesorang (Cleopetra, 2015). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Putri dan Masiyah (2019) menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis. Menurut Astuti dan Leonard (2015) menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan mengenai penalaran yang logic dan menjadi ilmu bantu dalam meninterpretasikan berbagai ide serta kesimpulan.

Dengan begitu matematika adalah cara untuk bernalar karena memuat cara pembuktian rumus-rumus. Menurut Oktiviana dan utin (2017) menjelaskan bahwa banyak siswa yang bosan dan merasa sulit saat belajar matematika karena sifatnya yang abstak, padahal belajar matematika semakin penting diera globalisasi ini yang menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam berpikir, serta kemampuan memecahkan masalah non-rutin secara kreatif dan kritis.

Karena konsep-konsep abstrak tersebut diperlukan banyak pengulangan serta latihan, guna mengingat rumus, serta menguasainya dari konsep sederhana sampai konsep yang tersulit (Cleopetra, 2015). Dengan begitu matematika sangat berguna untuk melatih kemampuan berpikir seseorang, seorang akan lebih kreatif dalam memcahkan suatu masalah.

Berdasarkan uraian diatas maka prestasi belajar matematika merupakan suatu bukti keberhasilan setelah proses belajar mengajar matematika. Cleopetra (2015) menyebutkan bahwa prestasi belajar matematika merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima mata pelajran matematika yang dibatasi oleh ranah kognitif. Prestasi belajar matematika memberikan kemajuan bagi siswa setelah mendapatkan materi pelajaran matematika. Sejalan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan hasil yang diperoleh setelah siswa melakukan pembelajaran matematika yang akan menghasilkan perubahan dalam penguasaan matematika (Astuti dan Leonard, 2015).

Tipe kepribadian

Kepribadian menjadi faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar. Kepribadian ialah karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri seseorang.

Ramalisa (2013) menyebutkan bahwa kepribadian seseorang bersumber dari bentukan-bentukan yang telah kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga saat masa kecil dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Dengan kata lain kepribadian menunjukan pada ciri khas seseorang. Menurut Santrock (Putri dan Masiyah,2019) menjelaskan bahwa kepribadian merujuk pada suatu pemikiran, emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Setiap manuasia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda, dengan demikian kepribadian tersebut akan menghasilkan sikap yang berbeda dan akan berpengaruh pada prestasi belajar. Sejalan dengan pendpat tersebut Balqis dan Librahim (2018) menjelaskan bahwa kepribadian memiliki peranan penting terhadap keberhasilan di sekolah dan hasil-hasil jangka panjang, bahkan kepribadian juga dapat mempengaruhi keadaan jiwa yang dialami seseorang. Ada banyak teori yang dapat digunakan untuk memahami tipe kepribadian seseorang, salah satu teori tersebut adalah teori kepribadian Hipocrates-Galenus. Menurut Hippocrates dan Galenus membagi menjadi empat tipe kepribadian yaitu : sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis. Menurut Hipocrates (Mayasari dan Yus,2018) menyebutkan bahwa seorang (1) sanguinis ,sifat periang, gembira, optimis, terbuka, selalu penuh harapan, tidak dapat dijadikan sandaran, emosi meluap-luap, antusias, dan penuh rasa ingin tahu, (2) melankolis, sifatnya tekun, serius, muram, tidak gembira, pesimitis, merenccanakan mencipta, berbakat, dan kreatif, (3) koleris, sifatnya cermat, garang, hebat, lekas marah, agresif, kuat, tegas, tidak mudah putus asa,(4) phlegmatis, sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah, menghadapi persoalan dengan santai, secara bertahap dan tidak tergesa-gesa, tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang

(7)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

mengganggu. Menurut Littauer (Fitria dan Tatag, 2014) menjelaskan lebih rinci keempat sifat kepribadian tersebut yaitu, seorang sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovet, membicara namun optimis, dari segi pekerjaan siaftanya tampak hebat dipermukaan, kreatif,dan inovativ. Seorang melankolis pada dasarnya seorang introvet, pemikir dan pesimis. Dari segi pekerjaan seorang melankolis gigih, cermat, perfeksionis, terorganisir.

Seorang koleris pada dasarnya sifatnya ekstrovet dan optimis. Dari segi pekerjaan berorientasi target, bertindak cepat, pemecahannya praktis. Seorang plagmetis mempunyai sifat dasar introvet, pengamat, dan pesimis. Dari segi pekerjaan seorang plagemtis cakap, mantap, damai. Sejalan dengan hal tersebut menurut Kart (Agustina,Imam dan Pangabdi,2013) menjelaskan bahwa (1) Tempramen Choleris, tindakannya cepat tetapi tidak constant, (2) tempramen sanguinis mempunyai sifat yang mudah dan kuat menerima kesan (pengaruh jiwa), tetapi tidak mendalam dan tidak tahan lama, (3) tempramen melancholis perhatianya selalu tertuju kepada segi kesukaran – kesukarannya, (4) tempramen phlegmatis tidak mudah marah dan tepat untuk tugas-tugas ilmiah. Keempat tipe kepribadian diatas akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, tipe kepribadian ini jugalah yang menunjukan keunikan sikap seseorang terhadap suatu objek.

Hasil prestasi belajar matematika ditinjau dari tipe kepribadian 1. Prestasi Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Sanguinis

Seseorang yang mempunyai kepribadian sanguinis mempunyai sifat yang mudah dan kuat menerima kesan (pengaruh jiwa), tetapi tidak mendalam dan tidak tahan lama. Sejalan dengan hal tersebut menurut penelitian yang dilakukan Winarso (2015) menunjukan bahwa kepribadian sanguinis mempunyai hasil yang paling rendah yaitu 69,4% saat diberikan persoalan matematika. Hal tersebut akan berakibat terhadap prestasi belajar yang kurang baik pada siswa tersebut. Pendapat tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Mayasari dan Yus (2018) yang menunjukan bahwa siswa dengan kepribadian sanguinis kurang baik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, dan menyerah ketika merasa sulit dengan soal yang diberikan atau tidak menyukasi permasalahan yang diberikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kart (Agustina, Imam, dan pangabdi,2013) menjelaskan seorang sanguinis mempunyai sikap yang mudah menyerah dan tidak tahan lama. Seorang sanguinis juga kurang teliti dan tidak mau mengecek kesalahannya. Hal ini disebabkan karena sanguinis hanya hebat dipermukaan (Fitria dan Tatag, 2014).

2. Prestasi belajar matematika siswa kepribadian melankolis

Kepribadian melankolis mempunyai sifat yang tekun, pesimitis, serius, muram, tidak gembira, merencanakan, mencipta, berbakat, dan kreatif. Dari sifat-sifatnya tersebut akan mempengaruhi hasil saat mereka belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Winarso (2015) menyebutkan bahwa kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan presentase kriteria sedang yaitu 68,42% . Berbeda dengan pendapat tersebut, menurut penelitian yang dilakukan Yus dan Mayasari (2018) menyebutkan bahwa siswa melankolis runtut dalam pengerjaan dan menghasilkan jawaban yang benar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Litauer (Fitria dan Tatag,2018) menyebutkan bahwa seorang melankolis sifatnya yang tekun, gigih, dan cermat. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Siti dan Fatmawati (2019) menunjukan bahwa siswa kepribadian melankolis dapat menyelesaikan masalah dengan tepat serta menunjukan hasil yang bagus. Hal itu karena seorang melankolis adalah pribadi yang yang tekun (Agustina, Imam dan Pangabdi, 2013).

3. Prestasi belajar matematika siswa koleris

Kepribadian koleris mempunyai kepribadian yang sifatnya cermat, garang, hebat, lekas marah, optimis, agresif, kuat, tegas, tidak mudah putus asa. Dari sifat-sifatnya tersebut akan mempengaruhi terhadap prestasi belajar seorang koleris. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Winarso (2015) menunjukan bahwa siswa koleris mempunyai kemampuan matematika yang paling baik mampu menyelesaikan dan menjwab pertanyaan sehingga

(8)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

mendapatkan presentase hasil yang paling tinggi yaitu 81,94%. Hal itu karena seorang koleris mempunyai sifat yang cermat, hebat, kuat dan tidak mudah putus asa sehingga akan mempengaruhi proses dan hasil belajarnya (Mayasari dan Yus, 2018). Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mayasari dan Yus (2018) menyebutkan bahwa siswa koleris dapat menyelesaikan matematika dengan waktu yang tidak lama sekaligus dapat menyelsaikan dengan jelas dan benar. Selanjutnya Penelitian yang dilakukan Siti dan Fatmawati (2019) juga menyebutkan seorang koleris mempu menyelesaikan dengan tuntas dengan hasil yang baik.

4. Pretasi belajar matematika siswa plagmetis

Menurut Kart (Agustina,Imam dan Pangabdi,2013) menyebutkan siswa dengan kepribadian plagmetis mempunyai kepribadian yang tidak mudah marah, tepat dan cocok untuk tugas-tugas ilmiah. Dari sifat-sifatnya tersebut akan memepengaruhi prestasi belajar siswa. Hal tersebut didukung dan dibuktikan oleh teori dan penelitian yang relevan.

Berdasarkan penelitian Winarso (2015) menunjukan siswa dengan kepribadian plagmetis memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dengan cukup baik dan mendapatkan persentase hasil 81,58%. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Pangabdi dan Rina (2013) menunjukan bahwa kepribadian plagmetis mendapatkan hasil yang kurang memuaskan saat menyelesaikan masalah.matematika. dalam penyelesainya seorang palgemtis hanya terpaku dengan satu cara dan cenderung lambat saat mengerjakan soal matematika. Kemudian penelitian yang dilakukan Siti dan Fatmawati (2019) menunjukan bahwa siswa plagmetis dapat menyelesaikan dengan tuntas dan hasil yang baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Litauer (Fitria dan Tatag,2014) bahwa seorang palgmetis dari segi pekerjaan adalah seorang yang cakap dan mantap.

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prestasi belajar matematika ditinjau dari tipe kepribadian siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Prestasi belajar matematika merupakan hasil yang diperoleh setelah siswa melakukan pembelajaran matematika yang akan menghasilkan perubahan dalam penguasaan matematika. Prestasi yang diraih oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor utamanya adalah kepribadian. Kepribadian memiliki peranan penting terhadap keberhasilan siswa di sekolah dan hasil-hasil jangka panjang, karena kepribadian dapat mempengaruhi keadaan jiwa yang dialami seseorang. Kepribadian menunjukan ciri khas seseorang, dengan begitu kepribadian yang dimiliki siswa pastinya berbeda-beda dan akan menghasilkan prestasi yang berbeda pula. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa tipe koleris, plagmetis, sanguinis, dan koleris mempunyai prestasi yang berbeda. Siswa dengan kepribadian koleris dan plagemetis mempunyai prestasi yang baik, siswa dengan kepribadian melankolis mempunyai prestasi yang cukup baik. sedangkan siswa dengan kepribadian sanguinis memiliki prestasi belajar yang cukup rendah diantara empat tipe kepribadian tersebut. Perbedaan prestasi setiap siwa dapat dijadikan acuan bagi untuk memperbaiki prestasi belajar mereka dengan memperhatikan kepribadiannya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Winarso,Widodo. 2015. Pengaruh Perbedaan Tipe Kepribadian terhadap Sikap Belajar Matematika Siswa SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.

02 No. 1 Tahun 2015.94-115

Subianto,Jito.2013. Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Berkualitas. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol.8 No.2 Tahun 2013.

(9)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

Ratifi, Dana.2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran Akuntamsi.Economic Education Analysis Journal,Vol 1 No.2 Tahun 2012.

Putri,Firmalia dan Masiyah. 2019. Profil Kemampuan Penalaran Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian dan Jenia Kelamian.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matemtika,Vol 08 No.1 Tahun 2019.

Izzaty,Rita. Yulia,dan Farida Agus. 2017. Prediktor Prestasi Belajar Siswa kelas 1 Sekolah Dasa.

Jurnal Psikologi, Vol 44 No.2 Tahun 2017.153-164.

Lahmi,Ahmad. 2016. Peranan Sekolah Dalam Pendidikan islam. Jurnal Pendidikan Islam, Vol.

01 No.2 Tahun 2016.120-137.

Oktaviana, dwi dan Utin.2017.Perbedaab Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal SAP, Vol 01 No.2 Tahun 2017.

Cleopatra,Maria.2015. Pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika.Jurnal Ilmliah Pendidikan MIPA, Vol.5 No.2 Tahun 2015.168-181.

Mustamin,Hasmiah dan Sri Sulestri. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah UIN Alaudin Makasaar.Jurnal matematika dan Pembelajaran,Vol 1 No.1 Tahun 2010.151-177.

Herawati,Immaculata. dan Yuli. 2016. Analisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi. Journal of Accounting and Business Education, Vol.1 No.3 Tahun 2016.

Syafi’i, Ahmad dan Siti kholida.2018. Studi tentang Prestasi Belajar Siswa dalam Berbagaia Aspek dan Faktor yang mempengaruhi. Jurnal Komunikasi Pendiddikan, Vol 02 No.2 Tahun 2018.

Meylin,silvia dan jatmiko.2019. Proses Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matemtika berdasarkan Tipe Hippocrates-Galenus.Prossiding seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 2019.

Ramalissa,Yeli. 2013. Proses Berpikir Kritis Siswa SMA Tipe Kepribadian Thinking dalam Memecahkan Masalah Matematika.Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 03 No.1 Tahun 2013.

Aziz,Nur afifah.2018. profil Ketrampilan Berfikir kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian,Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Vol 6 No.2 Tahun 2018.143-157.

Agustina,Rina, Imam, dan Pangabdi. 2013 .Proses Berpikir Siswa SMA dalam Penyelesaian Masalah Aplikasi Turunan Fungsi ditinjau dari Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus.jurnal pendidikan Matematika.Tahun, Vol 3 No.1 Tahun 2013.

Mayasari,dian dan Yus.2018. Analisis Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika. Ditinjau dari Tipe Kepribadian Hippocrates.Jurnal Kajian Pendidikan Matematika.Vol 3 No 1 Tahun 2019.34-39.

Fauziyah,Nur dan Ropitasari.2013.Hubungan Tipe Kepribadian dengan Prestasi Belajar Mahasiswa program studi kebidanan Universitas Sebelas Maret.Jurnal Placentum.Vol 4 No.1 Tahun 2016.

Siregar,Lis. 2013. Mengenal Pribadi melalui Psikologi Kepribadian. Jurnal darul ilmi, Vol. 01 No.02 Tahun 2013.

Astuti,Anggriani dan Leonard. 2015.Peran Kemampuan Komunikasi Matemtaika terhadap Prestasi Belajar Matematika.Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, Vol 2 No.2 Tahun 2015.

Panjaitan,Binur.2015.Karakteristik Metakognisi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Tipe Kepribadian.Jurnal Ilmu Pendidikan.No.1 Tahun 2015.19-58

Rosito,Asina dan Togi. 2016. Pengkajian Tipe Kepribadian dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Psikologi, Vol3 No.1 Tahun 2016.

Fitria,Camelia dan Tatag Yuli.2014.Profil Ketrampilan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Mememcahkan Masalah Matematika Dditinjau Dari Tipe kepribadian (Sanguinis,

(10)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6 ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3

Plagmetis, koleris, Melankolis).Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol 3 No.3 Tahun 2014.

Ulya,Maziyah.2016. Pengaruh Metode pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil belajar Bahasa Arab.Jurnal Pendidikan Islam,Vol 10 No.1 Tahun 2016.1-25.

Fatmawati,Indah dan Siti.2019.Profil Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian,Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol 08 No.2 Tahun 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data menggunakan metode pokok (observasi dan tes) dan metode bantu ( catatan lapangan dan dokumentasi). Teknik analisis data dengan metode

[r]

PROGRAM PENDAMPINGAN OLEH TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN (TKSK) TERHADAP PETERNAK DOMBA PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI DESA BABAKANSARI KECAMATAN BANTARUJEG

Penyusunan jadwal mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri I Wonosari Kabupaten Klaten yang dilakukan setiap memasuki tahun ajaran baru mengalami beberapa

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara sikap terhadap konselor dan keterbukaan diri dengan minat

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata selisih nilai pretest dan posttest pengetahuan dari kelompok kontrol sebesar 1,27±0,9 sedangkan pada kelompok

Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode pembelajaran role playing terhadap hasil belajar dalam permainan softball.. Kata

Pada hari ini, KAMIS Tanggal TIGA Bulan MARET Tahun DUA RIBU ENAM BELAS (03 Februari 2016), Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada SKPD Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkulu