• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pra Menstruasi pada Polisi Wanita (Polwan) di Polisi Resor Kota Cimahi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pra Menstruasi pada Polisi Wanita (Polwan) di Polisi Resor Kota Cimahi"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

YOSEPHINE RENNY F. Analysis of Factors Influencing Pre Menstrual Syndrom among Police Woman (Polwan) at Police Resort Cimahi. Supervised by IKEU EKAYANTI and MUHAMMAD RIZAL MARTUA DAMANIK.

General purpose of this research is to analyze the factors influencing pre-menstrual syndrom among police woman (Polwan) at Polres Cimahi. The research uses a Cross-sectional Study design with observational methods. Research carried out at Polres Cimahi. Data colection is performed in July 2011-August 2011. The total of 54 police women is participated in this study. Primary data include the characteristics of the sample, the knowledge of nutrition, physical activity, the consumption of animal food, vegetable and fruit and complaints when the pre menstrual syndrome. Secondary Data include an overview Polres Cimahi.

Statistical analysis using spearman corrltion test shows that there is a negatif correlation p<0.05 between physical activity with premenstrual sindrome. On the other hand, there is a correlation between food consumption (vegetable and animal food sources) with complaints of pre menstruasl sindrome. Futher analysis using multiple linear regression test shows that there are only two factors influence the occurence of pre menstrual sindome; consumption of vegetable and physical activity.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam mewujudkan keadaan gizi yang baik, tubuh manusia membutuhkan macam dan jumlah zat gizi dalam ukuran yang sebanding dengan yang dibutuhkan tubuh (Notoatmojdo, 2003). Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktivitas. Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro (Notoatmodjo, 2003). Kekurangan zat gizi tersebut akan mempengaruhi status kesehatan seseorang yang mempengaruhi fungsi organ tubuh. Salah satu dampak akibat kekurangan zat gizi tersebut akan menyebabkan gangguan organ reproduksi pada wanita. Gangguan perkembangan organ reproduksi ini dapat berupa gangguan saat menstruasi yang disebut sindrom pra menstruasi (Dharmady 2010).

Prevalensi gangguan saat menstruasi ini dapat terjadi pada perempuan sekitar 85% (Shreeve 1989). Biasanya berlangsung antara satu minggu sebelum dan sesudah mentruasi atau haid. Sekitar 40% perempuan dengan rentan umur 14-50 tahun beresiko mengalami sindrom pra menstruasi (PMS) dan banyak perempuan yang mengalami gejala sindrom pra menstruasi (PMS) dalam rentan waktu yang cukup lama. Pada wanita usia subur gejala sindrom pra menstruasi terjadi sebesar 75% (Priyo 2010). Mereka dapat merasakan gejala tersebut lebih dari dua minggu dalam satu bulan dengan gangguan mulai dari yang ringan hingga berat. Gejala yang dapat dirasakan yaitu pusing, mual, pembengkakan payudara, perut kembung sampai pingsan, ledakan emosi dalam bentuk amarah, sensitivitas yang tinggi, sedih, sunyi dan hingga rasa ingin bunuh diri (Shreeve 2010).

(3)

zat-zat gizi seperti protein hewani, vitamin dan mineral, diantaranya yaitu vitamin B6, Vitamin C, Vitamin E, magnesium, kalsium dan asam lemak linoleat. Pola hidup seperti kegiatan fisik seperti berolahraga yang kurang, kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol dapat memperberat gejala sindrom pra menstruasi (Karyadi 2005).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi tingkat aktivitas fisik yang rendah pada usia 10 tahun keatas mencapai sekitar 48,2%. Aktivitas fisik yang rendah ini dapat mempengaruhi sistem kontraksi otot. Penelitian yang dilakukan Agustini (2007) menyatakan bahwa rendahnya konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan yang merupakan sumber vitamin dan mineral selain serat kasar akan meningkatkan gejala sindrom pra menstruasi. Hasil Riset Penelitian Dasar 2007, menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penduduk umur 10 tahun ke atas kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 93,6% secara nasional sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat 96,4%.

Polisi sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan negara harus memiliki kemampuan dan kualitas yang prima agar dapat melaksanakan tugas pokok sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan maupun kekuatan sosial dan politik (Suciani 2007). Polres merupakan lembaga kepolisian yang berada di tingkat Kabupaten. Salah satunya adalah Polres Cimahi yang berada di Kota Cimahi. Personil yang terdapat di Polres Cimahi tidak hanya pria saja namun juga terdapat wanita atau yang lebih dikenal dengan sebutan polwan. Polwan bertugas sesuai dengan bagian yang telah ditentukan oleh Kepala Polisi Resor Cimahi. Polisi yang mempunyai aktivitas berat harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi. Seorang akan dapat berprestasi maksimal apabila keseimbangan zat gizi ini dapat terus diciptakan.

(4)

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor yang mempengaruhi sindrom pra menstruasi pada polisi wanita di Polres Kota Cimahi.

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu 1. Mempelajari tingkat pengetahuan sampel 2. Mempelajari tingkat aktivitas sampel

3. Mempelajari frekuensi konsumsi pangan hewani,konsumsi sayuran dan konsumsi buah

4. Mempelajari usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi sampel

5. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani, frekuensi konsumsi sayuran, frekuensi konsumsi buah, usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi dengan sindrom pra menstruasi

6. Menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani, frekuensi konsumsi sayuran, frekuensi konsumsi buah, usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi terhadap sindrom pra menstruasi

Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani, frekuensi konsumsi sayuran, frekuensi konsumsi buah, usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi dengan sindrom pra menstruasi

(5)

Kegunaan 1. Praktik

Sebagai sarana latihan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat di bangku kuliah, dengan kenyataan yang sesungguhnya dilapangan.

2. Keilmuan

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

Sindrom pra menstruasi Pengertian

Sindrom pra menstruasi (PMS) adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Sindrom ini akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid (Baziad 2002).

Etiologi

Penyebab munculnya gejala ini memang belum jelas, beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron, namun teori lain menyebutkan dikarenakan hormon estrogen yang berlebihan. Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan salah satu kemungkinan yang kini sedang diteliti adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel telur yang berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang dialami penderita (Shreeve 1989).

(7)

Gejala Klinis

Gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah tersinggung) dan disforia (prasaan sedih). Gejala ini mulai dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi. Menurut Dr. Guy E Abraham (1984), ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS membagi sindrom pra menstruasi menurut gejalanya yakni tipe A, H, C dan D.

Wanita yang mengalami sindrom pra menstruasi tipe A (anxiety) sekitar 80%, ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Beberapa wanita dapat mengalami depresi ringan sampai sebelum mendapatkan haid. Gejala ini timbil akibat ketidakseimbangan hormon

estrogen dan progesteron, dimana hormon estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron.

Penderita sindrom pra menstruasi tipe H (hyperhydration) sebanyak 60%, memiliki gejala edema (pembengkakan, perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki dan peningkatan berat badan sebelum haid). Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom pra menstruasi lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan

ekstrasel karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretik untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh.

Sindrom pra menstruasi tipe C (craving) sekitar 40% diderita oleh wanita, ditandai dengan rasa lapar, rasa ingin untuk mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula atau sirup). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak akan timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin mengkonsumsi makanan manis dapat dikarenakan oleh faktor stres, tinggi garam dalam diet makanan, asupan asam lemak essensial (omega 6) yang kurang atau kurangnnya asupan magnesium.

(8)

(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasabya sindrom pra menstruasi tipe D berlangsung bersamaan dengan sindrom pra menstruasi tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe sindrom pra menstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom pra menstruasie tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen

dimana hormon progesteron dalam siklus haid lebih tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi sindrom pra menstruasie tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino

tyrosine, penyeerapan dan penyimpanan timbal di tubuh atau kekurangan

magnesium dan vitamin B (terutama B6).

Penatalaksanaan Gizi

Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Membatasi kosumsi makanan seperti tinggi gula, tinggi garam, daging merah (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.

2. Kurangi rokok atau berhenti merokok.

3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).

4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.

5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.

6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.

7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.

8. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.

9. Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).

Di samping diet, berikut ini untuk mencegah munculnya PMS: 1. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.

2. Menghindari dan mengatasi stres.

(9)

Konsumsi Zat Gizi

Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan dan mengatur proses-proses kehidupan. Makanan yang sehari-hari dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan.

Zat gizi yang berperan dalam memberi energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas, fungsi zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar. Selain itu zat gizi berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh yang berasal dari protein, mineral dan air yang diperlukan tubuh untuk membentuk sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak, ketiga zat gizi disebut zat pembangun. Zat gizi yang memiliki peranan dalam mengatur proses tubuh yaitu protein, mineral, air dan vitamin. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh seperti darah, cairan pencernaan, jaringan dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa atau ekskresi. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini protein, mineral, air dan vitamin dinamakan zat pengatur.

Konsumsi Pangan Hewani

(10)

daya (tambak, kolam, keramba dan sawah) yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang lazim atau umum dikonsumsi masyarakat (Baliwati 2004).

Konsumsi Sayur dan Buah

Sayur dan buah adalah sumber vitamin dan mineral yang berasal dari tanaman, yaitu bunga, daun, batang, umbi atau buah. Sayuran pada umumnya berumur kurang dari satu tahun. Sayuran daun misalnya bayam, kangkung, sawi, daun pepaya dan daun singkong. Sayuran yang berasal dari akar adalah wortel, lobak, bit dan rebung. Sayuran bunga misalnya bunga kol, kubis, brokoli, bunga turi, bunga pisang dan bunga pepaya. Buah-buahan adalah bagian tanaman yang berupa buah, baik berasal dari tanaman tahunan ( misalnya durian dan mangga) maupun tanaman semusim (misalnya melon, semangka, tomat dan stoberi) dan dapat dikonsumsi tanpa dimasak (Baliwati 2004).

Aktivitas Fisik

Aktivitas olahraga adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas olahraga, otot memerlukan energi di luar energi metabolisme untuk bergerak. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Aktiftas olahraga memerlukan energi diluar kebutuhan untuk metabolisme basal. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak,berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Wanita yang rajin berolahraga jarang mempunyai keluhan premenstruasi bila dibandingkan dengan wanita yang tidak rajin terlatih.

(11)

melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan energi seperti menari, berenang dan berjalan kali dalam jarak yang jauh dengan membawa beban yang berat.

Periode Menstruasi

Siklus menstruasi atau daur haid adalah pematangan dan pelepasan sebuah ovum yang terjadi secara siklik. Siklus ini terdiri dari pertumbuhan folikel, ovulasi ovum dan perubahan-perubahan khas di lapisan endometrium uterus. Hari pertama daur haid adalah hari pertama pendarahan (haid). Pengertian lain dari siklus haid yaitu jarak antara dua masa haid (jarak hari pertama haid ke I ke hari pertama haid berikutnya). Lama setiap siklus haid adalah sekitar 28 hari, namun tiap perempuan memiliki siklus haid yang tidak sama, antara 21 hari sampai 35 hari. Apabila siklus haidnya kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari berarti ada yang tidak beres, harus dikonsultasikan ke dokter, begitu pula jika menstruasi lebih dari 2 minggu, harus diperiksa (Hadipranoto 1997)

Terdapat dua fase berbeda pada daur haid: Fase Folikularis dan Fase Lutealis. Kedua fase tersebut dipisahkan oleh ovulasi. Selama fase folikularis, folikel berkembang dan mengeluarkan estrogen. Sel-sel endometrium uterus bereproduksi dan tumbuh. Selama fase lutealis, progesterone disekresikan oleh sel-sel folikel yang masih ada dan lapisan uterus menjadi sangat tervaskularisasi dan sekretorik. Hormon-hormon hipotalamus, hipofisis dan ovarium bekerja sama dalam suatu keseimbangan yang rumit untuk mengontrol daur haid (Corwin 2000).

Menarche

Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan cirri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman dan mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi pada beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan, hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang adekuat yang biasa dikonsumsi dan olahraga yang teratur.

(12)

kontraksi selama siklus haid. Agar menarche tidak menimbulkan keluhan-keluhan, sebaiknya status gizinya baik. Status gizi dikatakan baik, apabila asupan zat gizi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan ( Paath 2005).

Polisi Wanita

(13)

KERANGKA PEMIKIRAN

Tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas Polisi pria. Polisi yang mempunyai aktivitas berat harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi.

Kuranggizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yangdisebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizimakro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkanketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizimikro (Notoatmodjo, 2003). Kekurangan zat gizi tersebut akan mempengaruhi status kesehatan seseorang yang mempengaruhi fungsi organ tubuh. Salah satu dampak akibat kekurangan zat gizi tersebut akan menyebabkan gangguan organ reproduksi pada wanita. Gangguan perkembangan organ reproduksi ini dapat berupa gangguan saat menstruasi yang disebut sindrom pra menstruasie (PMS) (Dharmady 2010).

Penyebab sindrom pra menstruasi belum jelas, namun beberapa teori menyatakan antara lain disebabkan karena faktor hormonal dimana terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan progesteron. Faktor konsumsi zat gizi yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan tersebut yaitu kekurangan zat-zat gizi seperti protein hewani, vitamin dan mineral, diantaranya yaitu vitamin B6, Vitamin C, Vitamin E, magnesium, kalsium dan asam lemak linoleat. Pola hidup seperti kegiatan fisik seperti berolahraga yang kurang, kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol dapat memperberat gejala sindrom pra menstruasie (PMS) (Karyadi 2005). Tingkat pengatahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi sindrom pra menstruasi.Usia dan pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dimana semakin tinggi jenjang pendidikannya maka semakin luas ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi segala kegiatan maupun pola pikir seseorang baik dalam beraktivitas maupun dalam menjaga kesehatannya.

(14)

Gambar 1

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pra Menstruasi pada Polisi Wanita (POLWAN) di Polisi Resor Kota Cimahi

Faktor yang diteliti Faktor yang tidak diteliti

Sindrom Pra Menstruasi

Perubaha n

hormonal Diet

(Pangan hewani, sayur dan buah

Aktivitas

Fisik Stress

Pengetahuan mengenai PMS

Tatalaksana dalam menurunkan atau mencegah terjadinya PMS

- Usia menarche - Periode

menstruasi - Lama

menstruasi Konsumsi Pangan

Hewani, sayur dan buah.

(15)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011-Agustus 2011.

Jumlah dan Cara PenarikanSampel

Populasi pada penelitian ini adalah polisi wanita yang berada di wilayah kerja Polres Kota Cimahi yang berjumlah 57 orang.Penentuan lokasi penelitian diambil secara purposive dengan alasan Polres Kota Cimahimerupakan kepolisian tertinggi yang berada di daerah pusat kota cimahi dan merupakan polres percontohan se-Jawa Barat. Populasi diambil sebagai sampel.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

(16)

Tabel 1 Data, Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

No Data Jenis Data Cara Pengumpulan dan

pengukuran data

1 Nama Primer Kuesioner

2 Tempat, tanggal lahir Primer Kuesioner 3 Pendidikan terakhir Primer Kuesioner

4 Lama Bekerja Primer Kuesioner

5 Unit kerja Primer Kuesioner

6 Jabatan Primer Kuesioner

7 Menstruasi

a. Usia menarche Primer Kuesioner dan wawancara b. Lama menstruasi Primer Kuesioner dan wawancara c. Periode menstruasi Primer Kuesioner dan wawancara d. Keluhan saat pre menstruasi Primer Kuesioner dan wawancara 8 Tingkat pengetahuan gizi Primer Kuesioner

9 Aktivitas fisik Primer Kuesioner dan wawancara 10 Tingkat Asupan

a. Pangan hewani Primer Wawancara

b. Sayur Primer Wawancara

c. Buah Primer Wawancara

12 Gambaran Umum Lokasi Sekunder Wawancara

Pengolahan dan Analisis Data

Sebelum data diolah dilakukan proses editing, coding, dan tabulating

(17)

Tabel 2 Jenis Variabel, Kategori dan Kriteria Variabel Penelitian

Data menstruasi sampel mencakup usia menarche, lama menstruasi, periode menstruasi dan keluhan sindrom pra menstruasi. Pengkategorian usia menarche Data keluhan sindrom pra menstruasi diolah secara deskriptif kemudian dibuat kategori skor keluhan (nol, ringan, sedang dan berat) berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan sebelum menstruasi.

Kategori jenis keluhan menstruasi digunakan untuk menghitung skor keluhan menjelang menstruasi. Kategori skor nol (0) diberikan kepada sampel yang tidak memiliki keluhan sebelum menstruasi, kategori skor 1 sampai 2 diberikan pada sampel yang memiliki keluhan sebelum menstruasi yang ringan, kategori skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi 3 sampi 6 dan kategori berat diberikan kepada sampel yang memiliki skor keluhan sebelum menstruasi lebih besar dari 6. Kategori jenis keluhan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Skor Jenis Keluhan Kategori Keluhan

0 Tidak ada keluhan

1 – 2 Ringan

3 – 6 Sedang

>6 Berat

No Jenis Variabel Kategori Kriteria

1 Aktivitas fisik (PAL) (FAO/WHO/UNU 2001)

Ringan 1,40 ≤ PAL ≤ 1,69 Sedang 1,70 ≤ PAL ≤ 1,99 Berat 2,0 ≤ PAL ≤ 2,40

2 Pengetahuan Gizi

Rendah < 60% jawaban benar Sedang 60% - 80% jawaban benar Tinggi >80% jawaban benar

3

Tingkat Kecukupan

a. Pangan hewani Kurang < 3x dalam sehari Baik ≥3x dalam sehari

b. Sayur Kurang < 1½ x dalam sehari Baik ≥1½ x dalam sehari c. Buah Kurang < 3 x dalam sehari

Baik ≥3x dalam sehari

4 Skor Jumlah Jenis Keluhan Menjelang Menstruasi

Tidak ada keluhan 0 Ringan 1 – 2 Sedang 3 – 6

Berat ≥ 12

5 Skor Keluhan Menjelang Menstruasi

Tidak ada keluhan 0

Ringan 1-4

Sedang 5-12

(18)

Kategori keluhan sindrom pra menstruasi didapatkan dari penjumlahan skor masing-masing jenis keluhan yang disajikan pada Tabel 4. Skor untuk masing-masing keluhan menstruasi berdasarkan pada tingkat keparahan keluhan sebelum menstruasi. Jones et al. (1996) menyatakan bahwa dalam bentuk yang berat maka dismenore akan menyebabkan mual, muntah dan pusing, sedangkan jerawat merupakan keluhan pre menstruasi (Shreeve 1989). Skor total jenis keluhan adalah 21 (Jones et al. 1996).

Tabel 4 Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Jenis Keluhan Skor

Sakit kram di bawah perut 3

Sakit kepala/pusing 3

Mual 3

Muntah 3

Sakit pada payudara 2

Sakit pinggang 2

Lesu 2

Jerawat 1

Lebih emosional 1

Lain-lain 1

Total 21

Sumber : Jones et al. (1996)

Skor keluhan didapatkan dengan cara menjumlahkan skor keluhan berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh sampel. Kategori skor nol (0) diberikan kepada sampel yang tidak memiliki keluhan, kategori skor ringan diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 4, kategori skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan 5 sampai 12 dan kategori skor berat diberikan kepada sampel dengan skor keluhan lebih besar dari 12 (Tenia 2010). Kategori skor keluhan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kategori Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Skor Jenis Keluhan Kategori Keluhan

0 Tidak ada keluhan

1 – 4 Ringan

6 – 12 Sedang

>12 Berat

(19)

60-80% jawaban benar dan dikategorikan tinggi apabila jawaban benar lebih dari 80%. Kategori skor pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Skor Pengetahuan Gizi

Skor Keluhan Kategori Keluhan

60% jawaban benar Rendah

60%-80% jawaban benar Sedang

>80% jawaban benar Tinggi

Sumber : Khomsan (2004)

Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode kuesioner dan wawancara langsung dan hasilnya diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL ( Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik yang didapat dengan menggunakan rumus PAL sebagai berikut :

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energy yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Jenis aktivitas yang dilakukan sampel dikategorikan menjadi 18 jenis kategori berdasarkan PAR seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kategori Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai PAR

Keterangan PAR

Perempuan

PAR Laki-laki

Tidur (tidur siang dan tidur malam) 1 1

Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca 1.2 1.2

Duduk sambil menonton TV 1.72 1.64

Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5 1.4

Makan dan minum 1.6 1.4

Jalan santai 2.5 2.8

Berbelanja (membawa beban) 5 0

Mengendarai kendaraan 2.4 2.7

Menjaga anak 2.5 0

Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan

lain-lain)

2.75 3

(20)

Kegiatan berkebun 2.7 3.3

Office worker (duduk didepan meja, menulis dan

mengetik)

1.3 1.3

Office worker (berjalan mondar-mandir sambil

membawa arsip)

1.6 1.6

Olahraga (Bulutangkis) 4.85 5.8

Olahraga (jongging, lari jarak jauh) 6.55 8.21

Olahraga (bersepeda) 3.6 3.8

Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola dan lain-lain) 7.5 8.0

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Physical Activity Level (PAL) selanjutnya dikategorikan menjadi tiga kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang tersaji pada Tabel 8. Tabel 8 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan PAL

Kategori Nilai PAL

Aktivitas ringan (sedentary) 1,40 – 1,69

Aktivitas sedang (moderate) 1,70 – 1,99

Aktivitas berat (vigorous) 2,00 – 2,40

Sumber : Sjostrom (2004)

Data frekuensi konsumsi pangan hewani, sayur dan buah didapatkan metode Food Frequency Quesionaire (FFQ) dilengkapi dengan recall 2x24 jam untuk menentukan jumlah pangan yang dikonsumsi. Data yang didapatkan kemudian dihitung frekuensi konsumsinya dalam sehari, kemudian dibandingkan dengan anjuran makanan rata-rata satu hari orang dewasa menurut golongan umur berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) (Almatsier 2004). Anjuran makanan rata-rata satu hari untuk orang dewasa menurut golongan umur untuk pangan hewani, sayur dan buah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Anjuran Makanan Rata-Rata Satu Hari Orang Dewasa Menurut Golongan Umur

Golongan Umur (tahun)

Pangan Hewani Sayuran Buah

50 g/ 1 ptg 100 g/ 1 gls 100 g / 1 ptg

pepaya Perempuan

16 – 19 3 x 1½ x 3 x

20 – 45 3 x 1½ x 3 x

46 – 59 3 x 1½ x 3 x

≥ 60 3 x 1½ x 3 x

(21)

Pengategorian data frekuensi konsumsi pangan hewani dalam satu kali konsumsi setara dengan 50 gram, sayuran setara 100 gram dan buah setara 100 gram. Pengkategorian data frekuensi konsumsipangan hewani, sayur dan buah disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Kategori Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani, Sayur dan Buah

Jenis Konsumsi Rendah Baik

Pangan hewani < 3x dalam sehari ≥ 3x dalam sehari

Sayuran < 1½ x dalam sehari ≥ 1½ x dalam sehari

Buah < 3x dalam sehari ≥ 3x dalam sehari

Sumber : Almatsier (2004)

Definisi Operasional

Aktivitas Fisik yaitu kegiatan fisik yang dilakukan sampel dalam satu hari dari waktu bangun tidur hingga tidur kembali.

Lama Menstruasi yaitu jumlah hari menstruasi pada satu siklus menstruasi. Menarche yaitu usia sampel ketika pertama kali mendapatkan menstruasi. Keluhan ringan yaitu kondisi sampel mengalami tingkat keluhan menstruasi ringan dengan skor total keluhan menjelang menstruasi 1 sampai 4.

Keluhan sedang adalah kondisi sampel mengalami tingkat keluhan menstruasi sedang dengan skor total keluhan menjelang menstruasi 5 sampai 12.

Keluhan berat adalah kondisi sampel ketika mengalami tingkat keluhan menstruasi berat dengan skor total keluhan menjelang menstruasi lebih besar dari 12.

Konsumsi pangan hewani yaitu asupan pangan hewani dalam sehari ke dalam tubuh berdasarkan ukuran rumah tangga (URT).

Konsumsisayur dan buah yaitu asupan sayur dan buah dalam sehari yang diukur dengan ukuran rumah tangga (URT).

Tidak ada keluhan adalah kondisi sampel tidak mengalami keluhan menstruasi menjelang menstruasi.

Lama Menstruasi yaitu lamanya menstruasi pada satu periode (hari).

PengetahuanPMS adalah informasi yang diketahui sampel mengenai pre menstruasi sindrom

(22)

Sindrom Pra Menstruasi adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Sampel/POLWAN yaitu populasi personil polisi wanita (POLWAN) yang berada di wilayah kerja Polres Cimahi.

Skor keluhan menstruasi adalah nilai keluhan menstruasi berdasarkan jenis keluhan menstruasi yang dirasakan sampel.

Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang sebagai hasil dari konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan utilisasi zat gizi yang terdapat pada pangan yang dikonsumsi dan dapat ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi

Polres Kota Cimahi membawahi 13 Polsek. Pemerintahan terdiri dari 1

Kabupaten Bandung Barat dan 1 kota Cimahi, dengan dengan 19 Kecamatan,

176 desa, dan 15 Kelurahan. Kab Bandung Barat pada bagian barat dan Kota

Cimahi terletak diantara 6°41' - 7°19' Lintang Selatan dan diantara

107°22'-108°5' Bujur Timur. Pada ketinggian antara 110 m - 2.429 m diatas permukaan

laut dengan luas wilayah 117.870.502 Ha. Batas Wilayah Polres Kota Cimahi:

Wilayah Bagian Utara: berbatasan dengan Polres Purwakarta dan Polres

Subang, Wilayah Bagian Timur: berbatasan dengan Polwiltabes Bandung dan

Polres Bandung, Wilayah Bagian Selatan: berbatasan dengan Polres Bandung

dan Polres Cianjur, Wilayah Bagian Barat: berbatasan dengan Polres Cianjur.

Struktur organisasi di Polres Kota Cimahi terdiri dari Kapolres,

Wakapolres, Kabag Ops, Kabag Ren, Kabag Sumda, Kasat Intelkam, Kasat

Reskim, Kasat Narkoba, Kasat Sabraha, Kasat Lantas, Kasat Binmas, Kanit

P3D, Kapolsek Cimahi, Kapolsek Cimahi Selatan, Kapolsek Batujajar, Kapolsek

Margaasih, Kapolsek Cililin, Kapolsek sindangkerta, Kapolsek Gunung Halu,

Kapolsek Cipatat, Kapolsek Cipendeuy, Kapolsek Cikalongwetan, Kapolsek

Padalarang, Kapolsek Cisarua, Kapolsek Lembang.

Polres Kota Cimahi memiliki lambang yang mempunyai arti khusus bagi

seluruh anggotanya, diantaranya yaitu

TRIBRATA dan CATUR PRASETYA. TRIBRATA mempunyai isi yaitu 1) Berbakti

kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha

Esa. 2) Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam

menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 3) Senantiasa Melindungi,

Mengayomi dan Melayani Masyarakat dengan keiklasan untuk mewujudkan

keamanan dan ketertiban. CATUR PRASETYA memiliki isi yaitu sebagai Insan

Bhayangkara, Kehormatan Saya Adalah Berkorban Demi Masyarakat, Bangsa

(24)

Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan Hak Asasi Manusia, 3)

Menjamin kepastian berdasarkan hukum, 4) Memelihara perasaan tentram dan

damai.

Polres Kota Cimahi memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas mereka sebagai abdi masyarakat. Isi Visi Polres Kota Cimahi yaitu Terwujudnya Postur Jajaran Polres Kota Cimahi yang professional, bermoral dan modern dipercaya masyarakat tahun 2014, serta mampu mendukung upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menjadi provinsi yang termaju.sedangkan isi dari misinya yaitu

Meningkatkan pelayanan Kepolisian kepada masyarakat melalui bimbingan pengayoman, perlindungan, penyelamatan, pengaturan dan penertiban kegiatan masyarakat agar masyarakat bebas dari segala gangguan fisik dan phsikis.

Mengembangkan Perpolisian masyarakat dengan membangun kemitraan antara Polisi dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial.

Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk memelihara keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas.

Menegakkan hukum secara independen, tidak diskriminasi, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

Meningkatkan kemampuan SDM dengan dukungan sarana dan prasarana yang cukup.

Meningkatkan nilai moral dan agama dalam sikap dan prilaku kehidupan. Mendukung upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mensukseskan pembangunan.

Gambaran Umum Sampel

(25)

Karakteristik Sampel Umur

Jumlah anggota polisi secara keseluruhan yang berada diwilayah kerja Polres Cimahi yaitu 1816 orang, sedangkan jumlah anggota polisi wanita berjumlah 57 orang. Jumlah polisi wanita di Polres Kota Cimahi terdiri dari berbagai umur, sebaran sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran Sampel Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persen (%)

19 – 29 tahun 21 38,9

30 – 49 tahun 31 57,4

50 – 64 tahun 2 3,7

Total 54 100

Berdasarkan Tabel 11, Rentang umur yang mendominasi keanggotaan polisi wanita di Polres Kota Cimahi yaitu dewasa akhir. Rentang umur yang berada pada dewasa akhir biasanya memiliki kadar hormon estrogen yang semakin berkurang (Waryana 2010). Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sindrom pra menstruasi, dimana fungsi dari hormon estrogen yaitu membantu proses penebalan dinding rahim untuk mempersiapkan menerima dan memelihara telur yang akan dibuahi.

Tingkat Pendidikan

Karakteristik sampel yang dianalisis selain umur yaitu tingkat pendidikan. Tabel sebaran tingkat pendidikan sampel di Polres Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kategori Frekuensi Persen (%)

SMA 41 75,9

Sarjana 13 24,1

Total 54 100

(26)

manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat, tapi peningkatan pengetahuan saja belum cukup berpengaruh langsung terhadap perilaku sebab pendidikan merupakan ”behavioral investment” jangka panjang, tidak segera dan jelas

memperlihatkan hasil. Perilaku merupakan suatu tindakan yang berulang-ulang dilakukan dan dapat dijadikan suatu kebiasaan dari seseorang. Perilaku yang dapat menjadi faktor terjadinya sindrom pra menstruasi yaitu perilaku hidup sehat yang meliputi pemilihan bahan makanan dan aktivitas fisik.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan (Gibson 2005). Pengukuran status gizi dilakukan dengan indikator Indeks Massa Tubuh. Sebaran sampel berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran Sampel Berdasarkan Klasifikasi Status Gizi

Kategori Frekuensi Persen (%)

Kurus (underweight) 4 7,3

Normal 36 65,5

Overweight 14 25,5

Obese I 0 0

Obese II 0 0

Total 54 100

(27)

Tingkat Pengetahuan

Peningkatan pengetahuan gizi merupakan salah satu upaya penanggulangan masalah gizi. Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi adalah kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli, dan rendahnya pendidikan/pengetahuan yang dipengaruhi faktor sosial budaya (Khomsan 2004). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Banyak masalah gizi dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi makanan seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizinya. Menurut Suhardjo (1996), gangguan gizi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Sebaran sampel berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Polisi Wanita di Polres Cimahi

Tingkat Pengetahuan Frekuensi

n %

Rendah 2 3,7

Sedang 36 66,7

Tinggi 16 29,6

Total 54 100

Sebagian besar sampel memiliki tingkat pengetahuan berkategori sedang (66,7%). Tingkat pengetahuan yang sedang dapat diartikan akan mempengaruhii sikap dan perilaku yang cukup baik dalam menerapkan informasi untuk kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan perubahan perilaku dalam pemilihan bahan makanan ataupun cara penanganan apabila mengalami sindrom pra menstruasi.

Aktivitas Fisik

(28)

berdasarkan tingkat aktivitas fisik pada polisi wanita di Polres Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Polwan di Polres Kota Cimahi

Tingkat aktivitas fisik Frekuensi

n %

Ringan 18 33

Sedang 31 57

Berat 5 9

Total 54 100

Rata – rata tingkat aktivitas dari sampel berkategori sedang. Aktivitas yang dilakukan sampel dalam kesehariannya bervariasi diantaranya bekerja dikantor seperti mengetik didepan komputer, mondar-mandir mengurus berkas, rapat, mengatur lalu lintas di pagi dan sore hari, mengurus pembuatan SIM, mengurus pekerjaan kantor lainnya.

Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani

Pangan hewani adalah kelompok pangan yang terdiri dari daging, telur, susu, ikan dan hasil olahannya. Sebaran sampel berdasarkan frekuensi konsumsi pangan hewani dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani

Kategori Frekuensi

n %

Kurang 52 96,3

Baik 2 3,7

Total 54 100

(29)

sedangkan mineral besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Status besi seseorang juga mempengaruhi produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem kekebalan (Almatsier 2004).

Jenis pangan hewani yang dikonsumsi oleh sampel diantaranya yaitu daging ayam, daging sapi, ikan air tawar, ikan asin, susu, telur, dan bakso. Konsumsi pangan yang mengandung besi-hem akan meningkatkan absorpsi zat besi di dalam tubuh. Absopsi hem dua kali lipat lebih besar daripada besi-nonhem. Menurut Almatsier (2004), kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan. Asupan protein yang kurang akan mempengaruhi penurunan frekuensinpuncak LH dan akan mengalami pemendekan fase folikuler rata-rata 3.8 hari, sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon dan dapat memperberat keluhan pra menstruasi.

Frekuensi Konsumsi Sayur dan Buah

Sayur dan buah adalah sumber vitamin dan mineral yang berasal dari tanaman, yaitu bunga, daun, batang, umbi atau buah (Baliwati 2004). Seperti halnya pangan hewani, sayur dan buah memiliki kandungan vitamin dan mineral yang cukup banyak, banyak vitamin larut lemak, larut air serta mineral yang beragam. asupan vitamin dan mineral yang berasal dari sayur dan buah akan mempengaruhi status kesehatan bagi seseorang. Sebaran sampel berdasarkan frekuensi konsumsi sayur dan buah dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Sayur dan Buah

Dari keseluruhan sampel, rata-rata sampel memiliki tingkat konsumsii sayur yang kurang baik. Frekuensi konsumsi sayur sampel dalam satu hari ≤ 1½

Kategori

Frekuensi

Sayur Buah

n % n %

Kurang 29 53,7 54 100

Baik 25 46,3 0 0

(30)

satuan penukar atau setara dengan 100 gram per satuan penukar, konsumsi buah sampel ≤ 3 satuan penukar atau setara dengan 100 gram per satuan penukar. Berdasarkan hasil recall rata-rata konsumsi sayur dan buah sampel dalam sehari yaitu 135.7 gram dan 76.4 gram. Anjuran untuk konsumsi sayur dan buah masing-masing 300 gram dan 300 gram dalam sehari, sehingga tingkat konsumsi sayur dan buah sampel dalam sehari yaitu 45% dan 25%. Frekuensi konsumsi sayur dan buah dari sampel yang kurang dapat diakibatkan oleh ketersediaan makanan dilingkungan kerja yang tidak ada, kesadaran mengenai kesehatan yang kurang dari sampel dan kondisi pekerjaan yang padat sehingga sampel hanya mengonsumsi makanan yang instan.

Kandungan mineral yang terdapat di sayur dan buah yang memiliki pengaruh terhadap sindrom pra menstruasi yaitu magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) yang sangat berperan dalam sistem otot tubuh. Mineral tersebut berfungsi dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan-pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier 2004).

Jenis sayur dan buah yang dikonsumsi oleh sampel diantaranya adalah bayam, buncis, wortel,daun singkong, kacang panjang, sawi hijau, labu siam dan kangkung. Kekurangan kalsium (Ca) pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan sehingga tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Kecukupan kalsium (Ca) berdasarkan WKNPG (2004) untuk wanita usia 16-18 tahun adalah 1000 mg dan untuk wanita usia 19-29 tahun adalah 800 mg. Apabila kebutuhan sumber mineral tersebut kurang maka dapat memperberat sindrom pra menstruasi.

Usia Menarche, Periode Menstruasi dan Lama Menstruasi

(31)
[image:31.595.116.519.97.282.2]

Gambar 2 Sebaran Sampel Berdasarkan Usia Menarche

Sebagian besar sampel (59,3%) memiliki usia menarche antara 10-14 tahun. Tidak ada sampel yang memiliki usia menarche < 10 tahun. Perkembangan seksual sekunder dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen antara lain status gizi, lingkungan, media massa, sosial ekonomi dan derajat kesehatan secara keseluruhan. Terdapat pengaruh antara jumlah lemak tubuh tertentu saat pra menstruasi ataupun saat menstruasi. Teori ini menekankan bahwa menarche terjadi pada berat badan tertentu dan pada usia tertentu pada seorang wanita. Menarche yang datang lebih dini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu berat badan yang berlebih, aktifitas fisik, dan genetic. Selain itu, dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan kuat seperti film, buku-buku bacaan dan majalah orang dewasa yang dapat mempercepat menstruasi dini (Waryana 2010).

Panjang masa siklus menstruasi rata-rata 28 hari, 14 hari persiapan untuk ovulasi dan 14 hari selanjutnya endometrium disiapkan untuk kedatangan ovum yang dibuahi kira-kira pada hari ke-21. Bila hanya ovum yang tidak dibuahi yang tiba dalam uterus maka pada hari ke-28 endometrium runtuh dan menstruasi pun terjadi dan siklus diulang sekali lagi. Lama siklus menstruasi pada wanita sangat bervariasi, namun rat-rata periode menstruasi seorang wanita yaitu 28 hari dari permulaan masa menstruasi ke permulaan menstruasi berikutnya (Ganong 1992). Sebaran sampel berdasarkan periode menstruasi dapat dilihat pada Gambar 3.

(32)
[image:32.595.100.520.60.831.2]

Gambar 3 Sebaran Sampel Berdasarkan Periode Menstruasi

Periode menstruasi adalah jarak antara dua masa haid (jarak hari pertama haid ke 1 ke hari pertama haid berikutnya). Periode menstruasi sebagian besar sampel antara 25-30 hari termasuk kedalam kategori normal. Apabila seseorang memiliki periode menstruasi melebihi 35 hari dan mengalami haid yang tidak teratur dan haid yang sedikit sekali, hal tersebut menandakan bahwa seseorang mengalami oligomenore. Penyebabnya yaitu karena stres, penyakit kronik, tumor yang memproduksi estrogen, asupan gizi yang kurang, gangguan pola makan (anoreksia nervosa dan bulimia).

[image:32.595.120.509.87.250.2]

Hasil penelitian serupa sebelumnya menemukan rata-rata lama menstruasi 3-5 hari dianggap normal dan lebih dari 9 hari dianggap tidak normal (Affandi 1999). Sebaran sampel berdasarkan lama menstruasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Sebaran Sampel Berdasarkan Lama Menstruasi

Sebagian besar sampel (81,48%) memiliki lama menstruasi berkisar 3-9 hari dalam satu periode menstruasi. Hal tersebut menyatakan bahwa rata-rata

Hari Har

i

Hari
(33)

sampel termasuk dalam lama menstruasi yang normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tenia (2010) pada sampel nonatlet yang memiliki lama menstruasi yang normal. Lama menstruasi yang tidak normal dapat diakibatkan oleh status gizi dan kadar lemak tubuh seseorang yang kurang, sehingga dapat mengakibatkan kadar hormon estrogen yang rendah dan berdampak terjadi ketidakseimbangan hormon dan memperberat keluhan pra menstruasi.

Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Sebaran sampel berdasarkan jumlah kasus sindrom pra menstruasi disajikan pada Tabel 18. Kasus sindrom pra menstruasi yang paling banyak terjadi pada sampel adalah gangguan emosional (21%). Hal ini sesuai dengan penelitian Lutfiah (2007) yaitu sebagian besar sampel yang diteliti mengalami gangguan emosional menjelang menstruasi.

Tabel 18 Sebaran Sampel Berdasarkan Jumlah Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Jenis Keluhan Frekuensi

n %

Sakit kram di bawah perut 18 9,2

Pusing 13 6,7

Mual 3 1,5

Muntah 2 1

Sakit pada payudara 39 20

Sakit pinggang 38 19,5

Lesu 16 8,2

Jerawat 25 12,8

Lebih emosional 41 21

Berdasarkan Tabel 18, jenis keluhan yang lebih banyak dirasakan oleh sampel yaitu lebih emosional dan rasa sakit pada payudara, dimana keluhan tersebut dalam menghambat produktivitas kerja sampel. Rata – rata keluhan tersebut mulai dirasakan sampel dua hari sebelum menstruasi.

Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

(34)

Tabel 19 Sebaran Sampel Berdasarkan Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Kategori Jenis Keluhan Sindrom pra menstruasi

Frekuensi

n %

Tidak ada keluhan 0 0

Ringan 19 35,2

Sedang 28 51,9

Berat 7 13,0

Total 54 100

Sebagian besar sampel (51,9%) memiliki kategori keluhan sedang. Hal ini diduga karena sebagian besar sampel selama sindrom pra menstruasi mengeluhkan lebih emosional dibandingkan dengan jenis keluhan yang lainnya. Dimana nilai skor keluhan untuk keluhan emosional bernilai rendah. Tidak ada sampel yang tidak mengalami keluhan.

Kategori Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Sindrom pra menstruasi adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Sindrom ini akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid (Baziad 2002). Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Sebaran sampel berdasarkan tingkat keluhan sindrom pra menstruasi dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran Sampel Berdasarkan Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Kategori Skor Keluhan

Sindrom pra menstruasi

Frekuensi

n %

Tidak ada keluhan 0 0

Ringan 30 55,6

Sedang 23 42,6

Berat 1 1,9

Total 54 100

(35)

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Sindrom pra menstruasi pada Polisi Wanita di Polres Cimahi

[image:35.595.112.516.259.451.2]

Korelasi spearman dilakukan untuk menguji adanya hubungan antara variabel – variabel dengan sindrom pra menstruasi seperti tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani, sayur dan buah, faktor usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi dengan skor keluhan menstruasi. Berdasarkan uji ini didapatkan hasil analisis yang dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Hasil Uji Hubungan Antar Variabel dengan Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi

Variabel Nilai Signifikan

( p )

Tingkat Pengetahuan 0,484

Aktivitas Fisik 0,004

Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani 0,007

Frekuensi Konsumsi Sayur 0,004

Frekuensi Konsumsi Buah 0,695

Usia Menarche 0,205

Lama Menstruasi 0,076

Periode Menstruasi 0,304

Dari beberapa variabel yang diuji dengan menggunakan uji korelasi spearman didapatkan variabel yang berhubungan dengan sindrom pra menstruasi adalah variabel aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani dan frekuensi konsumsi sayur.

Tingkat Pengetahuan

(36)

Aktivitas Fisik

Hasil uji korelasi Spearman antara aktivitas fisik dengan skor sindrom pra menstruasi menunjukkan ada hubungan yang sangat nyata negatif (p<0,05). Semakin tinggi tingkat aktivitas maka semakin rendah keluhan sindrom pra menstruasi. Aktivitas yang dilakukan sampel dalam kesehariannya seperti duduk didepan meja, menulis, mengetik, berjalan mondar-mandir sambil membawa arsip dan melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan lain-lain), selain itu ada kegiatan olahraga rutin seminggu sekali yang selalu dilaksanakan setiap hari jumat seperti lari pagi, senam aerobic dan bulu tangkis.

Sekelompok aktivitas yang dilakukan sampel secara terencana dan terstruktur dapat memperbaiki dan mempertahanakan kebugaran fisik. Sebagian aktivitas dapat membantu meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot. Pada saat pre menstruasi, dinding rahim mulai melakukan kontraksi untuk terjadi peluruhan dinding rahim karena tidak terjadi pembuahan, apabila memiliki otot tubuh yang kuat maka kontraksi yang terjadi dirasakan berkurang (Sjostrom 2004).

Konsumsi Pangan Hewani

Hasil uji korelasi spearman menunjukkan ada hubungan nyata negatif antara tingkat konsumsi hewani dengan skor keluhan sindrom pra menstruasi

(p<0,05), semakin tinggi mengonsumsi hewani dapat menurunkan tingkat

(37)

meningkatkan fase luteal. Fase luteal yaitu fase setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum dan endometrium menebal (Waryana 2010). Namun apabila konsumsi protein hewani kurang maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon dimana produksi hormon estrogen akan berkurang, hal tersebut dapat memperberat keluhan sindrom pra menstruasi.

Konsumsi Sayur

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan ada hubungan nyata antara tingkat konsumsi sayur dengan skor keluhan sindrom pra menstruasi (p<0,01), semakin tinggi mengonsumsi sayuran dapat menurunkan tingkat sindrom pra menstruasi sampel. Sayur merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh,terutama yang berperan dalam sistem hormonal seperti vitamin piridoksin (B6) dan mineral kalsium (Ca), magnesium (Mg) yang mempengaruhi keseimbangan hormon dan sistem kontraksi otot, hal tersebut dapat berperan dalam menurunkan keluhan pada saat sindrom pra menstruasi.

Konsumsi Buah

Berdasarkan hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi buah dengan kejadian sindrom pra menstruasi dilihat dari nilai p>0,05. Tingkat konsumsi buah dari keseluruhan sampel memiliki rata – rata yang sama, dimana keseluruhan sampel berada dalam kategori kurang, tingkat konsumsi buah dalam sehari berada dibawah standar frekuensi konsumsi buah dalam satu hari yaitu ≥ 3x dalam sehari. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi buah pada keseluruhan sampel memiliki pola konsumsi yang sama.

Usia Menarche

(38)

12,7 tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tenia (2010) didapatkan kisaran usia 10 – 14 tahun.

Lama Menstruasi

Hasil korelasi spearman antar variabel lama menstruasi dengan sindrom pra menstruasi menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05). Menurut baziad (2005) lama menstruasi pada umunya berkisar antara 3 – 5 hari dan ada sebagian antara 7 – 8 hari. Lama menstuasi sampel dalam penelitian ini memiliki rata – rata dalam kategori normal yaitu 3 – 9 hari.

Periode Menstruasi

Periode menstruasi yang normal berkisar 25 – 35 hari. Rata – rata periode menstruasi sekitar 28 hari, namun siklus pada setiap wanita berbeda. Hasil uji korelasi Spearman antara variabel periode menstruasi dengan sindrom pra menstruasi menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata (p > 0,05) sekitar 61,1%.

Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Sindrom pra menstruasi Berdasarkan hasil uji korelasi spearman terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian sindrom pra menstruasi yaitu variabel aktivitas fisik, konsumsi pangan hewani dan konsumsi sayuran. Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel yang berhubungan dengan sindrom pra menstruasi dilakukan uji linier berganda. Hasil analisis uji linier berganda dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Anova Regresi Pengaruh Konsumsi Sayur dan Aktivitas Fisik Terhadap Sindrom Pra Menstruasi

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 141.891 2 70.946 10.043 .000b

Residual 360.257 51 7.064

Total 502.148 53

R² = 28,3%

Tabel 23 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Model

t Sig.

B Std. Error Beta

constanta 18.202 3.580 5.084 .000

kon_sayur -2.189 .755 -.358 -2.898 .006

aktivitas -5.152 2.079 -.306 -2.478 .017

(39)

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda hanya dua variabel yang berpengaruh terhadap kejadian sindrom pra menstruasi yaitu variabel frekuensi konsumsi sayur dan aktivitas fisik, dengan persamaan regresi y= 18,202 – 5,512 (aktivitas fisik) – 2,189 (konsumsi sayur) dan determinasi (R²) = 28,3. Artinya frekuensi konsumsi sayur dan aktivitas fisik secara bersama-sama berpengaruh terhadap sindrom pra menstruasi sebesar 28,3 persen. Setiap kenaikan 1 frekuensi konsumsi sayur (URT) akan menurunkan skor keluhan sindrom pra menstruasi 2,189 dan setiap kenaikan 1 level aktivitas fisik dapat menurunkan skor sindrom pra menstruasi sebesar 5,152 dari skor total keluhan sindrom pra menstruasi sebesar 21.

(40)

KESIMPULAN

1. Rata-rata tingkat pengetahuan sampel adalah kategori sedang. Sebagian besar sampel memiliki tingkat aktivitas berkategori sedang yaitu 57%.

2. Dari keseluruhan sampel, rata-rata sampel memiliki frekuensi konsumsi pangan hewani, sayur dan buah yang kurang. Frekuensi konsumsi pangan hewani yang berkategori baik hanya 2%, frekuensi konsumsi sayur 25% dan frekuensi konsumsi buah 0% dari keseluruhan sampel

3. Sebagian besar sampel (59,3%) memiliki usia menarche antara 10-14 tahun. Tidak ada sampel yang memiliki usia menarche < 10 tahun. Rata- rata usia menarche pertama kali adalah 12-13 tahun. Periode menstruasi sebagian besar sampel antara 25-30 hari. Sebagian besar sampel (81,48%) memiliki lama menstruasi berkisar 3-9 hari dalam satu periode menstruasi. Hal tersebut menyatakan bahwa rata-rata sampel termasuk dalam lama menstruasi yang normal.

4. Berdasarkan variabel yang diteliti dan diuji dengan uji korelasi spearman didapatkan variabel aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani dan frekuensi konsumsi sayur yang berhubungan dengan kejadian sindrom pra menstruasi (p<0,05).

5. Uji lanjutan untuk dapat melihat seberapa besar pengaruh dari ketiga variabel yang berhubungan tersebut dengan uji linier berganda didapatkan persamaan y= 18,202 – 5,512 (aktivitas fisik) – 2,189 (konsumsi sayur) dan determinasi (R²) = 28,3. Artinya konsumsi sayur dan aktivitas fisik secara bersama-sama berpengaruh terhadap sindrom pra menstruasi sebesar 28,3 persen.

SARAN

(41)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

SINDROM PRA MENSTRUASI

PADA POLISI WANITA (POLWAN)

DI POLISI RESOR KOTA CIMAHI

YOSEPHINE RENNY FIBRIASTUTI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pre Menstruasi Syndrome. www.indomedia.com [15 Oktober 2011] Agustini S. 2007. Premenstruasi Sindrom. www.medikaholistik.com [15 Oktober

2011]

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka _________. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Baliwati dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Baziad A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Baziad A. 2005. Sindrom Pra Haid. http//:

situs.kesepro.info/kia/nov/2011/kia01.htm

Corwin E. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dharmady, Agus. 2006. PMS dan Gangguan Mental. www. Ruangku.blogsome.com

[Depkes]. Departemen Kesehatan. 2004. Angka Kecukupan Gizi. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Devi M. 2009. Suplemen Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus Amboinicus Lour) untuk Menanggulangi Keluhan Sindrom Premenstruasi pada Remaja Putri [Disertasi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirements. Roma: FAO

Ganong WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. ED ke-20. Widjajakusumah D, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Review of Medical Physiology

Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford: Oxford University Press

Hadipranoto S, dkk. 1997. Kesehatan Reproduksi : Suatu Pendekatan Baru. PT. Danar Wijara – Brawijaya University Press

Hardinsyah. 2004. Kiat sehat meminimalkan menstruasi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Harrianto R. 2005. Stress Akibat Kerja Dan Penatalaksanaannya. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol 24 no 3, juli-september 2005

(43)

Karyadi E. 2005. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Menstruasi. www.indomedia.com [15 Maret 2011]

Lutfiah V. 2007. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mubsyarini K. 2009. Gaya Hidup dan Status Kesehatan Sopir Bus Sumber Alam di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Paath dkk. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Priyo. 2010. Pentingnya Mengelola Siklus Reproduksi Wanita. www. Wordpress.com [ 15 Maret 2011]

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Shreeve C. 1998. Sindrom Pramenstruasi. Jakarta: ARCAN

Suciani S. 2007. Kadar Timbal dalam Darah Polisi Lalu Lintas dan Hubungannya dengan Kadar Hemoglobin [Tesis]. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Suyono S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI

Wijayakusumah E. 2007. Manfaat dan Bahaya Kopi. www..azk4.com [22 Januari 2011]

Sjostrom M et al. 2004. Pengkajian Aktivitas Fisik. Jakarta

(44)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

SINDROM PRA MENSTRUASI

PADA POLISI WANITA (POLWAN)

DI POLISI RESOR KOTA CIMAHI

YOSEPHINE RENNY FIBRIASTUTI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(45)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

SINDROM PRA MENSTRUASI

PADA POLISI WANITA (POLWAN)

DI POLISI RESOR KOTA CIMAHI

YOSEPHINE RENNY FIBRIASTUTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(46)

Judul : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pra Menstruasi

pada Polisi Wanita (Polwan) di Polisi Resor Kota Cimahi Nama : Yosephine Renny F

NIM : I 14096052

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD NIP. 196607251990022001 NIP. 196407311990031001

Mengetahui,

KetuaDepartemenGiziMasyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 196212181987031001

(47)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah telah memberikan Rahmat dan Hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya yang berjudul ”Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pra Menstruasi pada Polisi Wanita (Polwan) Di Polisi Resor Cimahi”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku pembimbing pertama dan Drh. M. Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD selaku pembimbing kedua yang penuh kesabaran telah meluangkan waktunya dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Papa dan Mama, serta keluargaku yang tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasinya.

3. Rekan-rekan mahasiswa alih jenis angkatan III yang telah membantu dengan memberikan saran dan kritik dalam pembuatan skripsi penelitian ini.

4. Mas Dion serta keluarga yang selalu memberikan doa dan motivasi. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

(48)

RIWAYAT HIDUP

(49)

ABSTRACT

YOSEPHINE RENNY F. Analysis of Factors Influencing Pre Menstrual Syndrom among Police Woman (Polwan) at Police Resort Cimahi. Supervised by IKEU EKAYANTI and MUHAMMAD RIZAL MARTUA DAMANIK.

General purpose of this research is to analyze the factors influencing pre-menstrual syndrom among police woman (Polwan) at Polres Cimahi. The research uses a Cross-sectional Study design with observational methods. Research carried out at Polres Cimahi. Data colection is performed in July 2011-August 2011. The total of 54 police women is participated in this study. Primary data include the characteristics of the sample, the knowledge of nutrition, physical activity, the consumption of animal food, vegetable and fruit and complaints when the pre menstrual syndrome. Secondary Data include an overview Polres Cimahi.

Statistical analysis using spearman corrltion test shows that there is a negatif correlation p<0.05 between physical activity with premenstrual sindrome. On the other hand, there is a correlation between food consumption (vegetable and animal food sources) with complaints of pre menstruasl sindrome. Futher analysis using multiple linear regression test shows that there are only two factors influence the occurence of pre menstrual sindome; consumption of vegetable and physical activity.

(50)

RINGKASAN

YOSEPHINE RENNY F. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pramenstruasi pada Polisi Wanita (Polwan) di Polisi Resor Kota Cimahi. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI dan MUHAMMAD RIZAL MARTUA DAMANIK

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi pada polwan di Polres Kota Cimahi. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu (1) mempelajari tingkat pengetahuan sampel, (2) mempelajari tingkat aktivitas sampel, (3) mempelajari asupan pangan hewani,konsumsi sayuran dan konsumsi buah, (4) mempelajari usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi sampel, (5) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, konsumsi sayuran, konsumsi buah, usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi dengan sindrom pramenstruasi, (6) menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, konsumsi sayuran, konsumsi buah, usia menarche, lama menstruasi dean periode menstruasi dengan sindrom pramenstruasi.

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota

Cimahi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011-Agustus 2011. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang. Penentuan lokasi penelitian diambil secara purposive dengan alasan Polres Cimahi merupakan kepolisian tertinggi yang berada di daerah pusat kota Cimahi dan merupakan polres percontohan se-Jawa Barat. Populasi diambil sebagai sampel.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik sampel, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan hewani, sayur dan buah dan keluhan saat sindrom pramenstruasi. Selain itu, data sekunder meliputi gambaran umum Polres Cimahi. Karakteristik sampel meliputi usia sampel, usia menarche, periode menstruasi, lama menstruasi, pengetahuan gizi menggunakan kuesioner. Data mengenai tingkat asupan pangan hewani, sayur dan buah diperoleh dengan cara menggunakan Recall 2 x 24 Jam pada 1 kali hari kerja (working day) dan 1 kali hari libur (weekend day) dan Food Frequency Quesionaire (FFQ). Data aktivitas fisik didapat dengan menggunakan record activity dalam sehari dengan menggunakan kuesioner selama satu minggu.

Data diolah secara deskriptif dan inferesial dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excell dan SPSS 16.0 for windows. Data deskriptif dengan tabel frekuensi dan tabulasi silang, data ter

Gambar

Gambar 1
Tabel 1 Data, Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
Tabel 2 Jenis Variabel, Kategori dan Kriteria Variabel Penelitian
Tabel 7 Kategori Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai PAR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kecerdasan sosial emosional, misalnya kegiatan menggambar bersama, bermain peran, serta kegiatan fisik motorik

Luther Gullick sebagai seorang pendidik dan penulis mendefinisikan manajemen sebagai lading dari penegetahuan yang secara sistematis dapat dimengerti mengapa dan bagaimana

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar mata kuliah konsep kebidanan antara mahasiswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan

Pergaulan narapidana dengan nara- pidana yang lain secara intens tanpa diimbangi dengan kegiatan yang positif berupa pembinaan spiritual dan mental serta keikutsertaan

2.1.1 Siswa mampu menjelakan urutkan suatu peristiwa dengan menggunakan bahasa beragam. 2.1.2 Siswa mampu mengetahui bahan-bahan untuk membuat suatu

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor

51 Hadi Nur Hidayat Politeknik Negeri Bandung Teknik Elektronika Teknik Elektronika 52 Handi Permana Putra politeknik negeri bandung Teknik Elektronika Teknik Elektronika 53 I

Tidak Memenuhi Syarat. Bagi yang memenuhi syarat, dinyatakan lulus dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur, untuk selanjutnya disampaikan kepada Menteri Dalam negeri