i SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh ST. HAJAR 105451103416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2021
v
“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bersabar”
( Al-Baqarah : 153 )
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Ketulusannya dari hati atas doa yang tak pernah putus, semangat yang tak ternilai. Serta untuk orang-orang terdekatku yang tersayang.
2. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan kemampuan dalam belajar.
vii
keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Azizah Amal dan Pembimbing II Musfira
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B di TK Islam Nurul Quddus Barombong. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan anak di kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pre-experimental design yang menggunakan desain one group pretest-posttest. Desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, dokumentasi dan tes. Subjek dalam penelitian ini adalah kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar sebanyak 13 anak didik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan treatment metode Montessori maka kemampuan membaca permulaan di kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan pada hasil posttest dengan persentase yang tinggi pada penilaian berkembang sangat baik (BSH).Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan membaca permulaan setelah diberikan perlakuan metode Montessori pada anak kelompok B di TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar.
Kata Kunci: Metode Montessori, Kemampuan Membaca Permulaan
viii
Syukur Alhamdulillah penulis panjat kan kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirim kan kepada Rasulullah S.A.W beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Montessori Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Di Kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong” ini dapat di selesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai Gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Tamsar dan Ibu Dahliah yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang, dan doa tulus tak pamrih. Dan Kakakku tercinta Sridianti, Muhajirin serta Adik tercinta Muh. Ilyas yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan yang tak hentinya memberikan motivasi arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya
ix
H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd., ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada kepala sekolah dan guru-guru TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar, Ibu Sutriani, S.Pd,. selaku guru kelompok B disekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini angkatan 2016 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
x
Makassar, 29 Desember 2020
Penulis
xi
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kajian Teori ... 9
B. Kerangka Pikir ... 24
C. Hipotesis ... 27
xii
C. Definisi Operasional Variabel ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Hasil Penelitian ... 34
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34
2. Hasil Analisis Deskriptif ... 35
3. Analisis Statistik Nonparametrik ... 49
B. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 59
xiii
3.1 Pengukuran Tingkat Kemampuan Membaca Permulaan 31 4.1 Pretest Menyebutkan Simbol-Simbol Huruf Vokal 35
4.2 Pretest Menyebutkan Simbol Huruf Konsonan 36
4.3 Pretest Kemampuan Menunjukkan Huruf Vokal 37
4.4 Pretest Kemampuan Menunjukkan Huruf Konsonan 37 4.5 Pretest Kemampuan Menyebutkan Kelompok Gambar Yang Memiliki Awalan
Bunyi Yang Sama 38
4.6 Pretest Kemampuan Membaca Nama Sendiri 39
4.7 Pretest Kemampuan Membaca Nama Teman 39
4.8 Posttest Menyebutkan Simbol-Simbol Huruf Vokal 42
4.9 Posttest Menyebutkan Simbol Huruf Konsonan 42
4.10 Posttest Kemampuan Menunjukkan Huruf Vokal 43
4.11 Posttest Kemampuan Menunjukkan Huruf Konsonan 44 4.12 Posttest Kemampuan Menyebutkan Kelompok Gambar Yang Memiliki Awalan
Bunyi Yang Sama 44
4.13 Posttest Kemampuan Membaca Nama Sendiri 45
4.14 Posttest Kemampuan Membaca Nama Teman 46
4.15 Hasil Pretest Dan Posttest Kemampuan Membaca Permulaan Anak 48 4.16 Pengaruh Metode Montessori Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan 50
xiv
xv
Lampiran 3. Instrumen Lembar Observasi Setelah Uji Coba ... 62
Lampiran 4. Rubrik Penilaian ... 63
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) ... 66
Lampiran 6. Skenario Pembelajaran ... 72
Lampiran 7. Daftar Anak Didik ... 75
Lampiran 8. Instrumen Lembar Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Anak Sebelum (pretest) ... 76
Lampiran 9. Instrumen Lembar Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Anak Setelah (posttest) ... 77
Lampiran 10. Data Mentah Pretest Kemampuan Membaca Permulaan Anak 78 Lampiran 11. Data Mentah Posttest Kemampuan Membaca Permulaan Anak 80 Lampiran 12. Mencari Persentase Pretest ... 82
Lampiran 13. Mencari Persentase Posttest ... 83
Lampiran 14. Mencari Rangking ... 84
Lampiran 15. Mencari Nilai
𝑧 ...
85Lampiran 16. Mencari Rata-rata ... 86
Lampiran 17. Tabel Wilcoxon Z Tabel ... 87
Lampiran 18. Keterangan Validasi ... 88
Lampiran 19. Surat Pengantar dari TU ... 89
Lampiran 20. Surat Izin Penelitian dari LP3M ... 90
Lampiran 21.Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan ... 91
xvi
Lampiran 25. Hasil Turniting ... 96 Lampiran 26. Dokumentasi ... 98
1 A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pada usia tersebut sangat menentukan bagi anak mengembangkan seluruh potensi. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan s piritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia juga disebut usia emas atau golden Age dan setelah berkembang dengan optimal apabila distimulasi atau diberi rangsangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 Butir 14 menjelaskan bahwa:
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya pendidikan
pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini dilakukan secara terpadu dan komprehensif.
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, serta pemberian pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan di mana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang- ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Karena anak merupakan pribadi yang unik dan selalu melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua harus dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, dan hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak. Seperti contoh: jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik dirumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orang tua ataupun guru mereka.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni dan kreativitas.
Bahasa merupakan lambang bunyi yang melambang kan pikiran, perasaan, serta sikap manusia dalam mengadakan hubungan dengan orang lain.
Bahasa anak adalah bahasa yang dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005: 8). Anak pada umumnya memakai bahasa dalam kehidupannya untuk memenuhi, keinginan individu anak itu sendiri. Bahasa anak usia dini perlu difasilitasi agar perkembangan bahasanya berkembang secara optimal.
Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini karena bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi sehingga anak dapat mengekspresikan ide, pikiran, dan perasaannya kepada orang lain. Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi dalam empat aspek yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Dengan aspek-aspek tersebut seseorang akan lebih mudah untuk melakukan interaksi dengan sesama sekaligus akan lebih mudah untuk mendapatkan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.
dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam berbentuk makna. Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulannya mengenai maksud bacaan.
Sutan (2004:2) bacaan atau membaca dapat diartikan sebagai kegiatan menelusuri, memahami hingga mengeksplorasikan sebagai simbol. Simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf dalam suatu tulisan atau bacaan bahkan gambar (dena, grafik, dan peta). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca itu yaitu menelusuri, memahami hingga mengeksplorasikan dengan simbol sehingga simbol dapat dibaca dan diartikan.
Masri Sareb Putra (2008:4) membaca permulaan lebih menekankan pada pengkondisian siswa masuk dan mengenal bahan bacaan. Pada tahap ini belum sampai pada pemahaman yang mendalam akan materi bacaan, apalagi dituntut untuk menguasai materi secara menyeluruh.
Metode yang baik adalah metode yang dapat membuat anak aktif untuk terus mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Tentunya metode pembelajaran membaca pada anak TK memiliki karakteristik tersendiri.
Metode membaca dini disesuaikan dengan gaya dan kebutuhan anak. Hal ini
berbeda satu sama lain. Aktivitas membaca dilakukan dalam suasana bermain sambil belajar, dimana anak tidak dibebani dengan aktivitas pembelajaran formal yang menegangkan karena mengingat kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada satu topik bahasan biasanya masih sangat terbatas.
Salah satu metode pembelajaran membaca dini adalah metode Montessori. Hainstock (2008:32) menyatakan bahwa metode Montessori adalah suatu bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan individual, dimana anak memimpin atau mengatur belajarnya sendiri, memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diawasi dan diperbaiki bila salah oleh mereka sendiri, guru cukup memantau kapasitas dan gaya anak. Metode ini didesain untuk merangsang minat anak dalam belajar, menggali segala potensi dan kemampuan anak baik fisik maupun psikisnya. Metode Montessori khususnya pembelajaran membaca, membiarkan anak belajar membaca sesuai dengan cara dan kesempatan yang ada. Inisiatif belajar anak didukung oleh bimbingan guru yang menjadikan anak bisa membaca secara bertahap.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar, pada hari Senin, 10 sampai 12 Agustus 2020 berbagai upaya telah dilakukan guru untuk memberi bekal pengetahuan membaca permulaan pada saat proses pembelajaran, namun kenyataanya sampai sekarang ini kemampuan mengenalkan membaca pada anak masih kurang. Hal ini dapat dilihat ketika anak diminta untuk menunjukkan huruf untuk membentuk suku kata demi suku kata yang sering anak lihat disekitarnya
nama dirinya, nama ayah, ibu dan nama saudaranya, anak belum mampu melakukannya.
Pelaksanaan membaca pada anak memang belum terlihat optimal, pembelajaran yang dilakukan kurang bervariasi, kurangnya menggunakan metode pembelajaran serta media pembelajaran, untuk meningkatkan perkembangan membaca anak secara optimal maka diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djunaidi (1987:27) bahwa “Berhasil tidaknya suatu program pembelajaran bahasa seringkali dinilai dari segi metode yang digunakan, karena metode lah yang menentukan isi dan cara mengajar bahasa”.
Berkaitan dengan permasalahan diatas, pembelajaran berbahasa salah satunya kemampuan membaca dini dipandang perlu untuk diperbaiki proses dan hasilnya. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui Montessori sebagai metode alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada.
Melalui metode ini pembelajaran membaca dini di TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar diharapkan mengalami peningkatan dan perubahan yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan di kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar?”
C. Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan di kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar.
D. Manfaat masalah 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah referensi, bahan literatur atau pustaka, tentang cara meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK.
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa dan memperkaya khazanah penelitian tentang cara meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, dalam penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat membaca anak.
pendekatan pembelajaran permulaan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak TK.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pendidik dalam menyusun kegiatan pembelajaran khususnya membaca permulaan pada anak TK.
d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk calon peneliti, untuk melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
e. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode pembelajaran pada umumnya, dan menggunakan metode Montessori dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK.
9 A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Aziza, 2020 dengan judul Pengaruh Metode Montessori Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Anak Usia Dini di Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Metode Montessori berpengaruh terhadap pengembangan konsep matematika anak usia dini.
b. Liestiana, 2019 yang dilakukan oleh Hana Liestiana dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar Terhadap kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 5-6 Tahun di TK Dharma Wanita Hanura.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media kartu kata bergambar dapat mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak usia dini.
2. Metode Montessori a. Sejarah Montessori
Menurut Gutex (2015) bahwa metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr.Maria Montessori. Maria Montessori diakui sebagai salah satu pendidik besar. Kisah hidupnya merupakan kisah yang luar biasa, kisah seorang perempuan yang berdedikasi menggunakan kemampuan ilmiahnya, pengalamannya, dan wawasannya untuk mengembangkan sebuah metode pendidikan yang melawan pola-pola pendidikan yang konvensional.
Kebiasaan-kebiasaan lama yang dia lawan bukan hanya dalam bidang pendidikan: dia juga berjuang mengatasi rintangan-rintangan yang menghalangi kebebasan kaum perempuan untuk masuk ke dalam karier- karier baru.
Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan Laut Adriatik, di provinsi Ancona Italia. Dia adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori, seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau milik Negara; dan Renilde Stoppani, perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga terpandang.
Masa kecil Maria Montessori tetap di kota kelahirannya. Pada masa itu di daerah semenanjung Italia dikuasai oleh Prancis dan Australia, pada akhirnya terjalin persatuan di Italia serta berhasil terbebas dari Australia.
Pada pertengahan 1870 Italia mengalami pemindahan kekuasaan tetapi kondisi di Italia belum mengalami perubahan yang signifikan untuk menjadi
Negara yang lebih baik. Kondisi Negara yang seperti itu tidak memberikan pengaruh banyak pada kehidupan Montessori. Montessori hidup dalam keluarga yang terbuka, demokrasi, dan disiplin sehingga Montessori pun mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap masalah sosial di sekitarnya.
Tahun 1910 Montessori telah memperoleh pengakuan sebagai sorang pendidik inovatif yang signifikan di tanah kelahirannya italia, dimana memimpin sebuah sekolah percontohan dan sebuah institut pelatihan bagi para direktris. Salah satu ciri pendekatan Montessori dalam Pendidikan pengajar adalah bahwa metode Montessori harus dipelajari dan digunakan tanpa penyimpangan dari bentuk yang asli.
b. Pembelajaran Metode Montessori
Montessori membagi belajar dalam tiga hal:
1) Tahap pertama: pengenalan akan identitas. Contohnya buatlah suatu hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dengan nama benda itu.
2) Tahap kedua: pengenalan akan perbandingan. Tahap kedua ini untuk meyakinkan bahwa anak memahami.
3) Tahap ketiga: perbedaan antara benda-benda yang serupa. Untuk tahap ketiga ini lebih diajukan apakah anak-anak itu benar-benar ingat nama benda itu. Tujuan proses belajar tiga tahap adalah, untuk mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara pengulangan. Dengan demikian akan membantu anak-anak untuk memahami dengan lebih baik akan materi- materi yang disajikan kepadanya. Cara ini juga membantu guru-guru
melihat seberapa baik anak-anak menguasai dan menyerap apa yang sedang diajarkan kepada mereka (Masyrofah: 2017)
c. Penerapan Metode Montessori
Dalam lingkungan yang siap, materi dan aktivitas tertentu mendukung tiga aera dasar keterlibatan anak: kehidupan praktis atau pendidikan motorik, materi sensorik untuk pelatihan indera, dan materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca dan matematika.
1) Kehidupan praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktivitas motorik dasar sehari-hari, seperti berjalan dari satu tempat ketempat lain dalam sikap yang tertib, membawa benda seperti baki dan kursi, menyambut pengunjung, mempelajari keterampilan perawatan diri, dan melakukan aktivitas praktis lain. Sebagai contoh, “bingkai berpakaian” dirancang untuk menyempurnakan keterampilan motorik yang mencakup mengancingkan, membuka dan menutup resleting, mengikat, menekuk, dan menali. Filosofi aktivitas semacam ini adalah membuat anak tidak tergantung pada orang dewasa dan mengembangkan konsentrasi.
Aktivitas berbasis air memiliki peran besar dalam metode Montessori.
Anak diajari menggosok, mencuci, dan menuang sebagai sarana pengembangan koordinasi. Latihan kehidupan praktis juga mencakup mengelap cermin, sepatu, dan daun tanaman; menyapu lantai;
membersihkan furniture; dan mengupas sayur.
Penganut Montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktivitas, mereka secara bertahap memperpanjang rentang konsentrasi. Seiring mereka mengikuti rangkaian tindakan yang teratur, mereka belajar memperhatikan hal-hal yang detail. Pendidikan Montessori juga meyakini bahwa konsentrasi dan keterlibatan melalui indera memudahkan terjadinya pembelajaran. Pengajaran verbal guru diupayakan seminimal mungkin; penekanan pada proses pengajaran adalah pada menunjukkan cara memberi contoh dan mempraktikkan.
Aktivitas kehidupan praktis diajarkan melalui empat tipe latihan yang berbeda. Kepedulian orang melibatkan aktivitas seperti penggunaan bingkai berpakaian, memoles sepatu, dan mencuci tangan.
Kepedulian lingkungan mencakup pembersihan debu, mengelap meja, dan menyapu daun. Hubungan sosial mencakup pelajaran mengenai keanggunan dan kesopanan. Tipe latihan keempat yaitu analisis dan kontrol gerakan yang meliputi aktivitas lokomotor seperti berjalan dan menyeimbangkan diri.
2) Materi sensorik
Bagi banyak pendidik anak usia dini, inti program Montessori yang mendukung gagasan Montessori mengenai cara terbaik memfasilitasi pembelajaran anak. Banyak materi ini dirancang untuk melatih dan menggunakan indera guna mendukung pembelajaran. Materi sensorik Montessori populer, menarik, dan mendukung perkembangan
kognitif anak. Materi otentik Montessori dibuat dengan baik dan tahan lama.
Materi sensorik mencakup batang dan kubus berwarna cerah serta huruf amplas. Salah satu tujuan materi sensorik ini adalah melatih indera anak agar berfokus pada beberapa kualitas tertentu yang terlihat.
Contohnya, dengan batang merah, yaitu kualitas panjang; dengan kubus menara merah mudah, yaitu kualitas panjang; dan dengan lonceng, yaitu titian nada. Montessori merasa anak perlu dibantu membedakan antara banyak rangsangan yang mereka terima. Oleh karena itu, materi sensorik membantu membuat anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk menerima, menafsirkan, dan menggunakan rangsangan. Dengan demikian, materi sensorik Montessori dinamai didaktik, serta dirancang untuk mengejar dan membantu anak belajar.
Materi sensorik membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara visual. Keterampilan ini berfungsi sebagai. Dasar bagi kesiapan membaca awal umum. Kesiapan pembelajaran sangat ditekankan dalam program anak usia dini.
Akhirnya, aktivitas sensorik bukan tujuan akhir. Tujuannya adalah mempersiapkan anak menyambut periode sensitive yaitu menulis dan membaca. Oleh karena itu, semua aktivitas ini merupakan langkah awal dalam proses baca-tulis.
Materi pelatihan dan pengembangan indera memiliki karakteristik berikut ini:
a. Kontrol kesalahan
Materi dirancang agar anak, melalui pengamatan, dapat melihat apakah mereka melakukan kesalahan dalam menyelesaikan aktivitas. Contohnya, jika anak tidak menggunakan balok menara merah mudah dengan urutan yang benar saat membangun menara, ia tidak akan mendapatkan menara sempurna.
b. Pemisahan kualitas tunggal
Materi dirancang agar variabel lain tetap konstan kecuali kualitas tunggal yang digunakan. Oleh karena itu, semua balok pada menara berwarna merah muda karena ukuran merupakan kualitas tersendiri yang dipelajari, bukan warna.
c. Keterlibatan aktif
Materi mendorong keterlibatan aktif daripada sekadar proses pasif dengan cara melihat. Materi Montessori benar-benar digunakan langsung oleh anak sehingga dapat disebut pembelajaran aktif.
d. Daya tarik
Materi menarik, dengan warna dan proporsi yang memikat anak. Dengan demikian, materi membantu memuaskan kebutuhan estetika anak yaitu keindahan dan daya tarik.
3) Materi akademik untuk menulis, membaca dan matematika
Tipe ketiga materi Montessori adalah akademik, yang dirancang khusus untuk mendorong kemampuan menulis, membaca dan matematika. Latihan menggunakan materi ini disajikan secara berurutan yang mendukung menulis sebagai basis pembelajaran membaca.
Membaca, oleh sebab itu, muncul setelah menulis. Kedua proses diperkenalkan begitu bertahap, sehingga anak tidak pernah menyadari mereka belajar, menulis dan membaca hingga suatu hari mereka menyadari sedang menulis dan membaca. Untuk mendeskripsikan fenomena ini, Montessori berkata bahwa anak “masuk secara spontan”
ke menulis dan membaca. Ia mengantisipasi praktik saat ini seperti pendekatan kontemporer keseluruhan bahasa dalam memadukan menulis dan membaca serta mempertahankan bahwa melalui menulis anak belajar membaca.
Montessori yakin banyak anak siap menulis pada usia empat tahun. Akibatnya, anak yang memasuki program Montessori pada usia tiga, telah melakukan hampir semua latihan sensorik saat berusia empat tahun. Sudah lazim di kelas Montessori, anak yang berusia empat dan lima tahun menulis dan membaca. Bahkan, keberhasilan anak dengan keterampilan dan kemampuan akademik awal berfungsi sebagai magnet untuk menarik perhatian publik dan orang tua (Morrison: 2012).
d. Peran Guru Montessori
Guru Montessori menunjukkan perilaku tertentu untuk menerapkan prinsip pendekatan yang berpusat pada anak. Berikut ini enam peran utama guru dalam program Montessori:
1) Menghormati anak dan pembelajarannya 2) Membuat anak sebagai pusat pembelajaran.
3) Mendorong pembelajaran anak.
4) Mengamati anak
5) Mempersiapkan lingkungan pembelajaran.
6) Memperkenalkan materi pembelajaran dan mendemonstrasikan pembelajaran (Morrison: 2012).
3. Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca Permulaan
Kemampuan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Susanto (2011:32) bahwa “kemampuan biasa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”.
Sedangkan Marijan (2012:52) kemampuan/ kompetensi adalah “kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,sikap dan keterampilan yang dimiliki.
Membaca menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Menurut definisi ini, membaca diartikan sebagai kegiatan untuk menelaah atau mengkaji isi dari tulisan, baik secara lisan maupun dalam hati untuk
memperoleh informasi atau pemahaman tentang sesuatu yang terkandung dalam tulisan tersebut.
Menurut Anita (2009:20) bahwa “Membaca permulaan bukan hanya kegiatan memandang lambang-lambang tertulis semata, tetapi berupaya mengubah lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya”. A.S Broto (Abdurrahman, 2003:200) mengemukakan bahwa “Membaca permulaan bukan hanya mengucapkan Bahasa tulisan atau lambang bunyi Bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi Bahasa tulisan”.
Adapun Soedarso (Abdurrahman, 2003:200) mengemukakan bahwa
"membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan”.
Bertolak dari beberapa definisi tentang membaca permulaan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan proses memperoleh makna dari Bahasa tulis yang di mulai dari pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, penggunaan lambang- lambang fonem yang menjelma menjadi rangkaian bunyi Bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
b. Tujuan Membaca Permulaan
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas,
guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.
Menurut Rahim (2007:11) tujuan membaca sebagai berikut:
1. Kesenangan
2. Menyempurnakan membaca nyaring 3. Menggunakan strategi tertentu
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya 6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Menurut Edu (2009:2) bahwa “tujuan membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif”. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
Tujuan pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkat proses pembelajaran membaca untuk menguasai system tulisan sebagai representasi
visual Bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajara membaca bagi anak sekolah dasar kelas awal. Anak belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru, perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
c. Tahap-tahap Membaca Permulaan
Menurut Steinberg (Suryana 2018:90) mengatakan bahwa, kemampuan membaca anak usia dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu:
1. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku ini penting, melihat dan membalik- balikan buku, dan kadang-kadang ia membawa buku kesukaannya.
2. Tahap membaca gambar
Anak usia taman kanak-kanak telah dapat memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna gambar, menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak sudah menyadari bahwa buku memiliki karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat, serta tanda baca. Anak sudah menyadari bahwa buku terdiri dari bagian depan, tengah, dan bagian akhir.
3. Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini, anak usia taman kanak-kanak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya.
4. Tahap membaca lancar
Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-faktor yang Mendukung Kesiapan Membaca Permulaan Anak Menurut Tampubolon (1993:42) yang dimaksud dengan kesiapan membaca (reading readiness) adalah “tingkat kematangan seorang anak yang memungkinkannya belajar membaca tanpa suatu akibat negatif. Kematangan yang dimaksud disini meliputi kematangan fisik, mental, linguistic (bahasa) dan sosial”.
Keinginan anak untuk membaca merupakan salah satu indikator yang menentukan siap tidaknya dia belajar membaca. Tumbuhnya motivasi instrinsik ini perlu mendapat stimulus yang positif dari lingkungan anak. Peran orang tua dan guru dalam menumbuhkan keinginan anak untuk membaca memiliki kontribusi yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilakukan sedini mungkin, dalam tahun-tahun awal kehidupan anak, misal melakukan kontak fisik dengan buku, membacakan buku cerita untuk anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyentuh, membuka, dan mengamati buku.
Untuk dapat membaca dengan baik maka perlu disertakan dengan kesiapan membaca. Menurut Tzu (Susanto,2011:84) bahwa kesiapan membaca ini dapat diidentifikasi dari berbagai perilaku yang diperhatikan anak, yaitu:
1) Rasa ingin tahu tentang benda-benda di dalam lingkungan manusia, proses dan sebagainya.
2) Mampu untuk menerjemahkan atau membaca gambar dengan mengidentifikasi dan menggambarkannya.
3) Menyeluruh dalam pembelajaran
4) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dalam kalimat.
5) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara secara cukup baik untuk mencocokkan atau suara dengan lainnya.
6) Keinginan untuk belajar membaca .
7) Memiliki kematangan emosional yang cukup baik untuk dapat konsentrasi dan terus-menerus dalam suatu tugas.
8) Memiliki kepercayaan diri dan stabilitas emosi.
e. Kriteria Anak yang Memiliki Kemampuan Membaca Permulaan
Tujuan dari membaca permulaan adalah agar anak dapat memahami isi bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengan kematangan gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Oleh karena itu, terdapat kriteria dasar untuk mengukur apakah anak telah terampil dalam membaca permulaan atau belum. Menurut Abdurrahman (2003: 2060) bahwa kriteria-kriteria tersebut antara lain:
1) Dalam membaca tidak melakukan penghilangan kata atau huruf; 2) Tidak menyelipkan kata; 3) Tidak mengganti kata; 4) Tidak mengucapkan kata salah; 5) Tidak mengucapkan kata dengan meminta bantuan guru; 6) Tidak melakukan pengulangan;
7) Tidak melakukan pembalikan kata atau huruf; 8) Melakukan pembetulan sendiri; 9) Tidak ragu-ragu dalam membaca; 10) Tidak tersendat-sendat dalam membaca.
f. Indikator Membaca Permulaan
Dari beberapa tingkat pencapaian perkembangan anak yang ada berkaitan dengan kemampuan membaca permulaan usia 5-6 tahun yang merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014, indikator tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Indikator
Keaksaraan Menyebutkat simbol- simbol huruf yang dikenal
- Menyebutkan simbol – simbol huruf vokal - Menyebutkan simbol
huruf konsonan - Menunjukkan simbol
huruf vokal
- Menunjukkan simbol huruf konsonan Menyebutkan kelompok
gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi huruf awalan yang sama
Membaca nama sendiri - Membaca nama sendiri - Membaca nama teman
B. Kerangka Pikir
Anak usia dini adalah merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan berada pada rentang usia 0 sampai 8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dan anak dalam berbagai aspek sedang sedang mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Oleh karena itu pada masa tersebut (0 sampai 8 tahun) para ahli menyebutnya sebagai usia emas (golden age). Dan untuk merangsang potensi perkembangan yang dimiliki anak tersebut, maka setiap anak membutuhkan stimulus yang baik diantaranya yaitu memberikan asupan gizi, perlindungan kesehatan, pengasuhan dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Dari beberapa aspek perkembangan dan pertumbuhan yang dimiliki oleh tiap anak, maka salah satu perkembangan yang ingin kita kembangkan atau tingkatkan adalah perkembangan bahasa yaitu kemampuan membaca permulaan anak, karena dengan berkembangnya kemampuan tersebut akan merangsang atau menstimulasi perkembangan-perkembangan lainnya yang dimiliki oleh tiap anak.
Kemampuan membaca permulaan adalah merupakan suatu proses keterampilan dan proses yang dimiliki oleh tiap anak, dimana proses keterampilan tersebut menunjuk pada pengenalan huruf dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penguasaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat sehingga dapat dikatakan kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak pada tahap awal.
Untuk memperoleh kemampuan membaca permulaan pada anak maka diperlukan tiga indikator, yaitu menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal,
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awalan yang sama, membaca nama sendiri. Oleh karena untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak maka dibutuhkan metode atau cara yang tepat yang mampu merangsang kemampuan anak. Salah satunya dengan menggunakan metode Montessori.
Metode Montessori merupakan suatu metode pendidikan untuk anak- anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori.
Tujuan pokok yang hendak dicapai Montessori adalah membuat anak-anak mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. “Tak ada orang bebas, kecuali dia MANDIRI” adalah motto terkenal Montessori yang menjadi filosofi penting dalam pendekatannya. Oleh karena itu, dalam pendekatan Montessori hampir tidak pernah ditemukan hukuman. Hukuman yang diberikan hanya mengisolasi anak untuk tidak bergerak dan tidak melakukan apa pun.
Untuk lebih jelasnya maka dijelaskan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:
posttest
C. Hipotesis
Guru Anak Usia Dini
Pembelajaran
Mekanisme Pelaksanaan - Kegiatan awal - Kegiatan inti - Kegiatan akhir
Metode Montessori - Pengenalan akan
identitas
- Pengenalan akan perbandingan
- Perbedaan antara benda-benda yang serupa
Kemampuan Membaca Permulaan - Menyebutkan simbol-simbol huruf yang
dikenal
- Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awalan yang sama.
- Membaca nama sendiri
Pretest Posttest
Hipotesis statistik adalah hipotesis operasional yang diterjemahkan ke dalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti. Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, maka hipotesis statistik yang diangkat oleh penulis adalah:
a. Ho diterima apabila Z hitung < Z tabel, artinya tidak ada perbedaan penggunaan metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan anak.
b. Ho ditolak apabila Z hitung ≥ Z tabel, artinya ada perbedaan penggunaan metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan anak.
28 A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen. Menurut Sugiyono (2010: 79) penelitian eksperimen adalah sebuah metode penelitian yang bisa digunakan untuk mencari pengaruh dari sebuah perlakuan tertentu di dalam kondisi yang dikendalikan. Penelitian yang digunakan disini adalah Pre-Eksperimental, yang akan mengkaji pengaruh metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan di Taman Kanak- kanak Islam Nurul Quddus Barombong. Desain Eksperimen yang digunakan yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design. Jenis ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini digambarkan sebagai berikut :
O
1 XO
2Keterangan :
O1 : Pretest (sebelum diberi perlakuan X : Perlakuan
O2 : Posttest (setelah diberi perlakuan)
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak didik kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar yang terdiri dari 13 orang peserta didik
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam non probability sampling ini teknik yang digunakan adalah sampling jenuh yang penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,2014:84-85).
Oleh sebab itu peneliti mengambil sampel yaitu siswa kelompok B yang terdiri dari 13 orang peserta didik.
C. Definisi Operasional Variabel
Terdapat dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh yaitu metode Montessori sedangkan variabel terikat adalah variabel yang mendapatkan pengaruh yaitu penguasaan membaca permulaan anak.
Adapun definisi operasional penelitian sebagai berikut.
1) Metode Montessori dalam penelitian ini adalah cara pembelajaran dengan bermain dan menggunakan kartu kata secara kontekstual untuk menambah perbendaharaan kata yang fungsional. Adapun mekanisme yaitu: 1) kegiatan
awal meliputi penjelasan tema, penjelasan tujuan, 2) kegiatan inti pelaksanaan metode Montessori, 3) kegiatan akhir diskusi dan refleksi.
2) Penguasaan membaca permulaan anak adalah penguasaan dan proses kognitif yang dimiliki seorang anak dalam hal: 1) Menyebutkan simbol- simbol huruf yang dikenal. 2) Mengenal suara huruf awal dari nama benda- benda yang ada di sekitarnya. 3) Membaca nama sendiri.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih sistematis sehinggalebih mudah diolah, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi. Dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh data untuk mendapatkan data.
Panduan observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang terstruktur dan penyusunannya dalam bentuk skala bertingkat (ranting sale). Pengisiannya cukup dilakukan dengan memberikan tanda check list (√) apabila yang diamati muncul atau sesuai dengan instrumen dan dengan deskripsi kemampuan yang diharapkan dicapai anak.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tes Perlakuan
Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan anak dalam aspek bahasa atau tingkat penguasaan materi yang lainnya. Tes dalam penelitian ini yaitu tes lisan untuk mengamati penerapan metode Montessori terhadap kemampuan membaca permulaan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mengamati kemampuan membaca permulaan yang sesuai pada indikator penilaian yaitu menyebutkan simbol- simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda- benda yang ada di sekitarnya, membaca nama sendiri. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi dengan tanda centang atau checklist. Observasi dilaksanakan didalam ruangan kelompok B dengan jumlah 13 anak didik.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data-data yang lebih akurat.
Hal tersebut membantu peneliti dan guru pada saat melakukan analisis terkait dengan proses pembelajaran membaca permulaan anak yang telah dilakukan. Dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa catatan lapangan dan foto.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh yaitu dengan menceklis kemampuan membaca permulaan anak pada lembar observasi dengan kategori yang digunakan, yang diubah dalam angka-angka sebagai nilai yang dicapai dengan menggunakan skala pengukuran terlihat pada table 3.1 Pengukuran tingkat kemampuan membaca permulaan anak berikut ini:
Tabel 3.1 Pengukuran tingkat kemampuan membaca permulaan anak
No. Kategori Nilai
1. Belum berkembang 1
2. Mulai berkembang 2
3. Berkembang sesuai harapan 3
4. Berkembang sangat baik 4
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan tentang kemampuan membaca permulaan anak antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan metode Montessori yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik nonparametrik.
a. Analisis Deskriptif
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dimaksudkan menggambarkan tingkat kemampuan membaca permulaan anak didik di Taman Kanak-kanak Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar sebelum dan sesudah perlakuan berupa metode Montessori dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus persentase, yaitu:
𝑝 = 𝑓
𝑁×÷ 100 % Dimana :
P = Persentase
f = Frekuensi yang dicari persentase N = Jumlah Subyek (sampel)
Guna memperoleh gambaran umum tentang kemampuan membaca permulaan anak di Taman Kanak-kanak Islam Nurul Quddus barombong sebelum (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) berupa dengan menggunakan metode Montessori, maka untuk keperluan tersebut, maka dilakukan perhitungan rata-rata skor peubah dengan rumus :
𝑀𝑒 =∑ 𝑋 𝑁 Di mana :
Me : Mean (rata-rata) Xi : Nilai X
N : Banyaknya subjek b. Analisis Statistik Nonparametrik
Teknik analisis non parametrik merupakan analisis yang tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai sebaran data populasi, cara pengujian tidak berdasarkan pada distribusi populasi yang ada, sehingga disebut uji bebas distribusi sejalan dengan pendapat Sugiyono (2015) statistika non parametrik tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal dan untuk data nominal atau ordinal. Untuk analisis uji beda digunakan analisis beda Wilcoxon dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan
Z = Landasan pengujian
T = Keseluruhan Jumlah rangking yang bertanda sama N = Jumlah sampel
BAB IV
𝓏
= 𝑇 − 𝑁(𝑁 + 1) 4
√𝑁(𝑁 + 1)(2𝑁 + 1)
24
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar yang terletak di Jl. Andi Mallombasi Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Taman Kanak-kanak ini memiliki 4 pegawai yang terdiri dari kepala sekolah Ibu Nurbaya N, S.Pd.I, 3 Orang Guru. Jumlah anak didik sebanyak 26 anak didik yang terdiri dari Kelompok A 13 anak didik dan Kelompok B 13 anak didik.
TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar memiliki 1 ruang kantor, 2 ruang kelas dan 1 Wc. Program kegiatan pembelajaran di TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar mengacu pada Kurikulum 2013.
Proses pembelajaran yang terlaksana di TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar sesuai dengan RPPH dan RPPM dengan tema-tema pada semester 1 yaitu tema diriku, keluargaku, lingkunganku dan binatang.
Sedangkan untuk semester 2 yaitu tema tanaman, kendaraan, alam semesta dan negaraku.
2. Hasil Analisis Deskriptif
a. Deskriptif Hasil Pretest
Untuk mengetahui kemampuan awal membaca permulaan anak kelompok B di TK Islam Nurul Quddus Barombong maka peneliti melakukan pretest sebelum melakukan treatment yakni model pembelajaran Montessori. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan mengenai aspek yang ingin dikembangkan dalam hal ini kemampuan membaca permulaan pada anak didik kelompok B TK Islam Nurul Quddus Barombong Kota Makassar. Adapun indikator pretest yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Menyebutkan simbol-simbol huruf vokal, 2) Menyebutkan huruf konsonan, 3) Menunjukkan huruf vokal, 4) Menunjukkan huruf konsonan, 5) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki awalan bunyi yang sama, 6) membaca nama sendiri, 7) Membaca nama teman.
Hasil analisis deskriptif pretest tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Menyebutkan Simbol-Simbol Huruf Vokal
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 9 69%
Berkembang sesuai harapan 4 31%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan menyebutkan simbol-simbol huruf vokal, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 9 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (69%) dan 4 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (31%).
Tabel 4.2 Menyebutkan Huruf Konsonan
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 8 62%
Mulai berkembang 5 38%
Berkembang sesuai harapan 0 0%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan menyebutkan huruf konsonan, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 8 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (62%) dan 5 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (38%).
Tabel 4.3 Menunjukkan Huruf Vokal
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 2 15%
Mulai berkembang 3 23%
Berkembang sesuai harapan 8 62%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan menunjukkan huruf vokal, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (15%), 3 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (23%) dan 8 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (62%).
Tabel 4.4 Menunjukkan Huruf Konsonan
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 2 15%
Mulai berkembang 8 62%
Berkembang sesuai harapan 3 23%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan menunjukkan huruf konsonan, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (15%), 8 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (62%) dan 3 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (23%).
Tabel 4.5 Menyebutkan Kelompok Gambar Yang Memiliki Awalan Bunyi Yang Sama
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 3 15%
Mulai berkembang 2 62%
Berkembang sesuai harapan 8 23%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan menyebutkan kelompok gambar yang memiliki awalan bunyi yang sama, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 3 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (23%), 2 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (15%) dan 8 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (62%).
Tabel 4.6 Membaca Nama Sendiri
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 3 15%
Mulai berkembang 9 69%
Berkembang sesuai harapan 1 8%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan membaca nama sendiri, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 3 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (23%), 9 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (69%) dan 1 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (8%).
Tabel 4.7 Membaca Nama Teman
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 3 15%
Mulai berkembang 10 77%
Berkembang sesuai harapan 0 0%
Berkembang sangat baik 0 0%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pretest kemampuan membaca nama teman, dapat dilihat
dari 13 anak didik terdapat 3 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (23%), 10 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (77%).
Analisis deskriptif hasil pretest kemampuan membaca permulaan untuk anak usia dini dalam metode Montessori dengan menggunakan media kartu kata bergambar untuk kemampuan menyebutkan simbol-simbol huruf vokal dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 9 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (69%) dan hanya 4 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (31%). Untuk kemampuan menyebutkan huruf konsonan, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 8 orang yang tingkat kemampuannya belum berkembang (62%) dan 5 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (38%).
Untuk kemampuan menunjukkan simbol-simbol huruf vokal dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 orang yang tingkat kemampuannya belum berkembang (15%), 3 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (23%) dan 8 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (62%). Untuk kemampuan menunjukkan huruf konsonan dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 orang yang tingkat kemampuannya belum berkembang (15%), 8 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (62%) dan 3 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (23%).
Untuk kemampuan menyebutkan kelompok gambar yang memiliki awalan bunyi yang sama, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 3 anak
didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (23%), 2 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (15%) dan 8 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (62%). Untuk kemampuan membaca nama sendiri dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 3 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (23%), 9 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (69%) dan 1 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (8%). Untuk kemampuan membaca nama teman, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 3 anak didik yang tingkat kemampuannya belum berkembang (23%), 10 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (77%).
b. Deskriptif Hasil Posttest
Setelah diberikan pretest pada anak, selanjutnya kita berikan tindakan (treatment) adalah pemberian perlakuan pada subjek. Dalam penelitian ini menggunakan media kartu kata bergambar dengan menggunakan metode Montessori. Bentuk kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan yang diberikan pada saat melakukan pretest. Adapun hasil analisis posttest tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Menyebutkan Simbol-Simbol Huruf Vokal
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 1 8%
Berkembang sesuai harapan 6 46%
Berkembang sangat baik 6 46%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan menyebutkan simbol-simbol huruf vokal, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat hanya 1 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (8%), 6 orang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (46%), dan 6 orang juga tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (46%).
Tabel 4.9 Menyebutkan Huruf Konsonan
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 1 8%
Berkembang sesuai harapan 10 77%
Berkembang sangat baik 2 15%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan menyebutkan huruf konsonan, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat hanya 1 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (8%), 10 orang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (77%), dan 2 orang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (15%).
Tabel 4.10 Menunjukkan Simbol-simbol Huruf Vokal
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 2 15%
Berkembang sesuai harapan 5 38%
Berkembang sangat baik 6 46%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan menunjukkan simbol- simbol huruf vokal, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (15%), 5 orang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (38%), dan 6 orang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (46%).
Tabel 4.11 Menunjukkan Huruf Konsonan
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 5 38%
Berkembang sesuai harapan 7 54%
Berkembang sangat baik 1 8%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan menunjukkan huruf konsonan, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 5 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (39%), 7 orang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (54%), dan 1 orang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (8%).
Tabel 4.12 Menyebutkan Kelompok Gambar Yang Memiliki Awalan Bunyi Yang Sama
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 1 8%
Berkembang sesuai harapan 7 54%
Berkembang sangat baik 5 38%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan menyebutkan kelompok gambar yang memiliki awalan bunyi yang sama, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 1 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (8%), 7 orang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (54%), dan 5 orang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (38%).
Tabel 4.13 Membaca Nama Sendiri
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 2 15%
Berkembang sesuai harapan 7 54%
Berkembang sangat baik 4 31%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan membaca nama sendiri, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (15%), 7 orang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (54%), dan 4 orang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (31%).
Tabel 4.14 Membaca Nama Teman
Tingkat Kemampuan N Persentase
Belum berkembang 0 0%
Mulai berkembang 5 38%
Berkembang sesuai harapan 5 38%
Berkembang sangat baik 3 23%
Total 13 100%
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan hasil posttest kemampuan membaca nama teman, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 5 orang tingkat kemampuannya mulai berkembang (38%), 5 orang juga tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (38%), dan 3 orang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (23%).
Analisis deskriptif hasil post test kemampuan membaca permulaan untuk anak usia dini dalam metode Montessori dengan menggunakan media kartu kata bergambar untuk kemampuan menyebutkan simbol-simbol huruf vokal dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 1 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (8%), 6 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (46%) dan 6 orang juga tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (6%).
Untuk kemampuan menyebutkan huruf konsonan, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 1 orang yang tingkat kemampuannya belum berkembang (8%), 10 orang yang tingkat kemampuannya mulai
berkembang (77%) dan 2 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (15%). Untuk kemampuan menunjukkan simbol-simbol huruf vokal dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (15%), 5 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (38%) dan 6 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (46%).
Untuk kemampuan menunjukkan huruf konsonan dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 5 orang yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (38%), 7 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (54%) dan 1 orang yang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (8%). Untuk kemampuan menyebutkan kelompok gambar yang memiliki awalan bunyi yang sama, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 1 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (8%), 7 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (54%) dan 5 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (38%).
Untuk kemampuan membaca nama sendiri dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 2 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (15%), 7 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sesuai harapan (54%) dan 4 anak didik yang tingkat kemampuannya berkembang sangat baik (31%). Untuk kemampuan membaca nama teman, dapat dilihat dari 13 anak didik terdapat 5 anak didik yang tingkat kemampuannya mulai berkembang (38%), 5 anak