• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : SYAMSIDAR NIM K.10540 5949 12

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR APRIL 2015

(2)

ii

Nama : Syamsidar

NIM : K. 10540 5949 12

Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, setelah memenuhi syarat untuk mengikuti ujian skripsi.

Makassar, April 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd. Muhajir, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Sulfasyah S, M.A..Ph.D.

NBM: 858 625 NBM: 970 635

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Atas nama :

(3)

iii Nama Mahasiswa : SYAMSIDAR

Nim : K.10540 5949 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Telah diperiksa dan diteliti secara seksama maka skripsi ini sudah layak diajukan pada Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, April 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd. Muhajir, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui

Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua Prodi PGSD Dekan FKIP

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Sulfasyah, MA., Ph. D

NBM : 858 625 NBM : 970 635

(4)

iv Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SYAMSIDAR

NIM : K. 10540 5949 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Judul

Skripsi

: Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan TIM adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, April 2015 Yang Membuat Pernyataan

SYAMSIDAR

(5)

v Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SYAMSIDAR

Nim : K. 10540 5949 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusun sendiri skripsi ini saya ( tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan ( plagiat ) dalam menyusun skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, April 2015 Yang Membuat Perjanjian,

SYAMSIDAR

(6)

vi

“Kerjakanlah apa yang bisa kamu

kerjakan hari ini, jangan tunggu hari esok”

“maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan

hanya kepada tuhanmulah hendak kamu berharap”

(QS. Al Insyiroh :7-8)

Persembahanku

kupersembahkan karya sederhana ini

sebagai ungkapan rasa cinta dan banggaku sebagai seorang anak

atas segala pengorbanan dan kasih sayang ibundaku dan ayahandaku,

Suamiku dan Buah hatiku, Saudara-saudariku, serta kawan-kawan

sejatiku semoga perjuangan kita tetap berada pada garis pencapaian yang

sempurna.

(7)

vii

Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nasrun Hasan dan pembimbing II Muhajir.

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitain tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model Role Playing pada murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang mencakup empat kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sebanyak 26 murid yang terdiri atas 13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes (evaluasi), dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitain menunjukan adanya peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata hasil belajar PKn pada siklus I 54 dan yang tuntas 10 murid atau 38,5%, dan skor rata-rata hasil belajar PKn murid pada siklus II meningkat menjadi 83,1 dan yang tuntas sebanyak 23 murid atau 88,5%. Di samping itu juga, data hasil observasi disetiap siklus menunjukan adanya perubahan sikap murid kearah positif.

Dari hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat ditingkatkan melalui Model Role Playing.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Role Playing dan Hasil Belajar PKn.

(8)

viii

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Murid Kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang bertindak sebagai rahmatan lilalamin.Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.

Segala daya dan upaya telah Penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.Selama penulisan skripsi ini, segala hambatan dan kekurangan Penulis telah mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.

Segala hormat Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku yang telah berjuang, mendoa’akan, mengasuh, mendidik, dorongan, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.

Selanjutnya Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, pdan penghargaan kepada Drs. H.Nasrun Hasan, M.Pd pembimbing I dan Muhajir, S.Pd., M.Pd pembimbing II yang sabar, ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang berharga kepada Penulis selama penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini juga Penulis menyampaikan ucapan

(9)

ix

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) serta seluruh dosen dan staf pegawai prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah Drs. H. Abd Rais, Guru Kelas III Handriani, S.Pd serta staf guru- guru SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang telah memberikan izin dan bantuan selama pelaksanaan penelitian ini.

Teristimewa Penulis haturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-teman kelas Konversi 12 A.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin, yarrobal ’alamin.

Billahi fisabilil haq fastabiqul khaerat.

Makassar, April 2015

Penulis

(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 8 A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 8

2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 10

3. Model Pembelajaran Role Playing... 16

B. Kerangka Pikir ... 24

C. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

(11)

xi

E. Teknik Pengumpulan Data... 33

F. Teknik analisis Data... 34

G. Indikator Keberhasilan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Tentang Siklus ... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

PERSURATAN RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

Tabel 3.1 Taraf Keberhasilan ... 36

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid dengan Penerapan Model pembelajaran Role Playing Pada Siklus I... 46

Tabel 4.2 Statistik Hasil Pemahaman PKn Pada Siklus I... 48

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus I ... 49

Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Belajar Pada Siklus I ... 50

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid dengan Penerapan Model pembelajaran Role Playing Pada Siklus II ... 64

Tabel 4.6 Statistik Hasil Pemahaman PKn Pada Siklus II ... 66

Tabel 4.7 Distribusi Frekuaensi dan Persentase Siklus II ... 66

Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Belajar Pada Siklus II ... 68

(13)

xiii

2.1. Bagan Kerangka Pikir ... 25

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 27

4.1 Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus I………. 49

4.2 Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus II……… 67

(14)

xiv

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II 82 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan III 86 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I 90 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II 94 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan III 98 Lampiran 7 Data Hasil Belajar Murid Siklus I dan Siklus II 102

Lampiran 8 Hasil Tes Siklus I... 103

Lampiran 9 Hasil Tes Siklus II ... 104

Lampiran 10 Lembar Kerja Murid Siklus I... 105

Lampiran 11 Lembar Kerja Murid Siklus II ... 107

Lampiran 12 Hasil Lembar Kerja Murid Siklus I ... 109

Lampiran 13 Hasil Lembar Kerja Murid Siklus II... 110

Lampiran 14 Tes Siklus I ... 111

Lampiran 15 Tes Siklus II... 113

Lampiran 16 Daftar Hadir Murid Siklus I dan Siklus II ... 115

Lampiran 17 Hasil Observasi Guru Siklus I ... 116

Lampiran 18 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 118

Lampiran 19 Hasil Observasi Belajar Murid Siklus I... 120

Lampiran 20 Hasil Observasi Belajar Murid Siklus II ... 126

(15)

L hi $ H

R$i YAS

&/t tj s{A Ib.I &{A $YA

$ & KASSA{{

fl &jt$E,[ !:,i Li,,U"-{]Ei}rl []{\} S!5"&

Nama Mahasiswa

NIM

Jurusan '

Fakultas

Dengan Judul

Str'A]\,{SIDAR

:

K. 10540 5E4q 12

:

Irendidikan Glrm Sekolah Diisar S I

.

Keguruan dan ll*ru Penilidikar: universi{as MLrirarnrfiacliyah

\'lakassar

:

Penerapan Nlodr:l Fembelaj*raru {tole Pkrying untuk

Meningkatkan fJasil Eelajar

Fendidik*n

Kewarga*egar&an 6icti* S'turid Kelas

III Sil

]iegeri

Pajalau Kecarnatam Bajexig K*bupnten Geilqa

Makassar,

September2015 .fiicetrri;ri flleh '

Mengetahui,

Setclah clii;enksa dan riiteiiti ulangl. sl*"i1-rsi

i*i

dinvat*lqatr teiair iavak trniuli Cilirikalr

ili

haiiapan

fi*i

Feiig*li skri.psi Fatr*ritas Hsguruiali d:an Illl:ir l'*nilidik;ln

i

l iv*rs if as fu{r-iha ln *r arj l-rrale lvtak I s s*r

Perlbimbi

. 858 625

L

Y/iif,fl}ilii

(16)

FAKUI,TAS KEGURUAN MAN

TLIVI{J

UiYilVMRS

TTAS

1VI

UHA MMANTYA}{

PTN I}XMfiKAru

&{AKASSAR

Nama Malrasiswa

NIM

Jurusan ,

i.--'1

Fakultas

Dengan Judul

P $ &$f, ll- -tr-"lii A n-. F tlM SL S:t,St.SG

S}'A[,TSIr}AR

K

10540 5E49 12

Penrlidikan G'uru Sekolah Dasar: S I

Ke gu ruan rlan llnr u Perididikan {Jn i versitas Muh arn tn aeli,vah

Makassar

Penerapan &{octrei Fenrbelrrjarau #.ote Pl*ying unte"rli

h{eningkatkan tlasit Eelaiar

Fentlitlik*n Kewargaxregaraan pada

Muriri

K*tas

III S$

Fiegeri

Pajaiau Kesamatar l}*jeltg K*trup*ten G*wa

Makassar, 'llisetu;ui Lileh :

Septemb*r 20i 5

Mengetahui,

Setelal eliperiksa qlau diteiiti ulanpt. si*lpsi ini iiin-',-at;r1,i:tn tel*h iavak turtrrk iiLLjikiin di harillpar: firrr Fengui:l skrilr*i Fakultas Kcgin'lian d:ai: Illliir llaurJidikan

' irircrsi{as Vliilral:t,tilrtlli alt Mal.":i",ir

Pernhirnbi

. 858 625 E?0 635

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap sekolah selalu berharap bahwa penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Secara umum keberhasilan ini dapat diukur dengan tingkat prestasi yang diperoleh. Sebenarnya pernyataan tersebut sangat keliru. Tolak ukur keberhasilan pendidikan seharusnya diukur dari ‘in-put’ dan

‘out-put’.Seberapa besar peningkatan dari prestasi yang dicapai oleh murid pada saat dia masuk sekolah tersebut dan pada saat dia keluar dari sekolah tersebut.

Sehubungan dengan tujuan Pendidikan Nasional telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang dirumuskan sebagai berikut:

”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, seharusnya sistem pendidikan menghasilkan proses pembelajaran yang berpotensi untuk mendapatkan sumber daya manusia seperti yang dikemukakan dalam tujuan pendidikan kita yang mengarah pada kecerdasan, baik secara intelektual, cerdas emosional, maupun cerdas dalam aspek spiritual.

1

(18)

Pendekatan pembelajaran yang paling sesuai adalah pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan murid atau sentris. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran diskaveri/inkuiri yang menunjukkan dominasi peserta didik selama proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai fasilitator (Saiful Rachman,dkk, 2006 : 32).Bermain peran merupakan salah satu metode mengajar yang dapat menumbuhkan motivasi pada murid untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dengan model bermain peran yang dilaksanakan dengan baik, maka murid dapat lebih mudah untuk dapat memahami materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Kondisi ini dapat menjadi bekal bagi murid untuk menghadapi kenyataan hidup dimasyarakat, dengan segala macam kemajemukannya. Dengan model di atas, yang dilaksanakan secara sinergis, diharapkan akan mampu membangkitkan minat belajar murid sehingga hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan akan semakin meningkat.

Dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah-sekolah, terdapat beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki. Salah satu contoh yang dapat menunjukkan bahwa pembelajaran PKn perlu diperbaiki, yaitu ; nilai rata- rata sebelum diadakan perbaikan pelajaran PKn di SDN. Pajalau selalu berada pada tingkat terbawah. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran tersebut adalah kesempatan dalam penggunaan model mengajar guru. Model yang digunakan dalam suatu pelajaran sangat berpengaruh dalam aktifitas belajar murid. Dengan demikian, diperlukan adanya suatu model yang

(19)

lebih efektif agar murid lebih menguasai materi pelajaran dengan baik dan memungkinkan murid lebih aktif dalam pelajaran (Miarsa, 1995 : 20).

Berdasarkan pengamatan awal 7 Desember 2014 – 28 Februari 2015 yang dilakukan pada proses belajar mengajar mata pelajaran PKn murid kelas III SDN Pajalau diketahui bahwa diperoleh hasil bahwa dalam pembelajaran PKn nilai hasil belajar menunjukkan bahwa rata-rata hasil ujian sekolah untuk mata pelajaran PKn mendapatkan nilai rata-rata 58,28. Dari 26 murid ada 9 orang murid yang mendapat nilai diatas rata-rata dan 17 orang murid yang mendapat nilai dibawah rata-rata, sementara standar ketuntasan minimal atau kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran PKn yaitu 65. Hal tersebut merupakan sebuah permasalahan yang harus dicari jawabannya. Selain itu masih terdapat beberapa masalah yang kiranya perlu dipecahkan oleh guru sehinga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Masalah-masalah tersebut antara lain : 1) dari sisi guru; berupa penguasaan kelas yang kurang, pengelolaan proses belajar mengajar yang terkesan biasa saja, kurang sistematis, intensitas tugas kelas yang kurang, guru kurang menstimulus aktivitas belajar murid, membiarkan murid yang bermain dengan sesama rekannya, tidak memberikan teguran kepada murid yang ribut, sedangkan 2) dari sisi murid antara lain; banyak murid kurang aktif dalam proses belajar mengajar, murid tidak/kurang memperhatikan penjelasan guru, bermain dengan sesama rekannya, murid yang tidur dalam kelas, dan lain-lain.

Penelitian megenai Role Playing sudah pernah dilakukan oleh peneliti meskipun dalam berbagai aspek, namun relevan. Secara empiris banyak

(20)

terungkap dalam penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriana Puswitasari (2008: 1) pada murid kelas III SD Bandar Pacitan dapat meningkatkan aktivitas, antusiasme, dan prestasi belajar murid. Peningkatan aktivitas, antusiasme dan prestasi belajar murid tersebut dicapai dengan mengoptimalkan perangkat pembelajaran dalam role playing itu sendiri.

Demikian pula hasil penelitian Cahya Khaerani (2010) pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi murid pada konsep gerak pada tumbuhan di

SMP Muhammadiyah 4 Tangerang. Hal senada juga diungkapkan oleh Pundhirela Kisnawaty (2013) keefektifan metode role playing terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan materi keputusan bersama murid kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Randugunting Kota Tegal. Dari beberapa hasil penelitian di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan yang merujuk pada PKn dengan media berbeda. Namun, perbedaan hanya pada wujudnya tetapi subtansi konsep media relevan dengan role playing.

Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti merasa tertarik sekaligus melatarbelakangi penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang model role playing terkait dengan upaya meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran PKn murid kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Masalah utama dalam kegiatan pembelajaran PKn Kelas III di SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa adalah:

(21)

1) Guru masih dominan menggunakan metode ceramah.

2) Murid merasa bosan dan kurang tertarik untuk belajar PKn.

3) Murid segan untuk berkomunikasi tentang pembahasan yang sedang dibahas, baik kepada guru maupun antar murid.

4) Hasil belajar murid masih rendah.

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan faktor-faktor pada pengidentifikasian masalah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar. Jika keadaan ini terus dibiarkan maka jumlah murid dengan hasil belajar rendah akan terus meningkat. Pemecahan masalah tersebut dapat diatasi salah satunya yakni dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini yaitu dengan menerapkan model pembelajaran role playing dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil belajardan aktifitas murid dalam pembelajaran PKn dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagimakanakah penerapan model role playing dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada murid kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dalam penelitian ini adalah :

(22)

Untuk meningkatkan hasil Belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran role playing pada murid Kelas III SDN. Pajalau kecamatan Bajeng kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Berdasarkan uraian di atas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara positif dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kontribusi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagi murid, penggunaan model role playing dan diskusi dalam kegiatan pembelajaran dapat lebih meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

2) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tertentu yang dialami oleh murid, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada peningkatan prestasi belajar murid khususnya di lingkungan SD.

4) Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model role playing dalam proses pembelajaran.

(23)

5) Bagi lingkungan masyarakat diharapkan agar kita sebagai orang tua dan masyarakat selalu bertindak sebagai komunikator, utamanya pengembangan pendidikan anak ke depan.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan teori pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya dan untuk menerapkan kualitas hidup dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi secara individu sehingga dapat mempelajari materi Pendidikan Kewarganegaraan lebih lanjut pada khususnya.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan terminologi dengan cakupan yang cukup luas, yang pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Winkel (1996: 244) bahwa

“berdasarkan taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus di ukur keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar murid”. Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam interaksi edukatif ada harapan yang bersifat timbal balik antara murid dengan guru, guru mengharapkan agar muridnya berhasil dalam bentuk pencapaian prestasi belajar yang ideal, sedangkan murid mengharapkan hasil dari dirinya sendiri sebagai efek profesionalisme gurunya dalam memberikan interaksi edukatif. Harapan yang dikemukakan kedua pihak dalam konteks belajar-mengajar sering dikenal dengan istilah prestasi belajar.

Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, berbicara hasil belajar maka

8

(25)

orientasinya adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu. Hal ini dibuktikan pula dengan sejumlah pengertian yang dikemukakan para ahli, diantaranya menurut Al Barry (1994: 534), prestasi didefinisikan sebagai “Hasil yang telah dicapai”, sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta (1986: 624), prestasi belajar diartikan sebagai “Hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan tertentu atau dengan kata lain prestasi adalah hasil yang telah dicapai berdasarkan tinggi atau rendahnya nilai hasil belajar”.

Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar yang diperoleh maupun pada proses pembelajaran. Prestasi belajar sebagai tolok ukur kemampuan kognitif (intelektual) murid tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar lainnya. Menurut Mappasoro (2006: 1-2) bahwa hasil belajar adalah “sejumlah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh faktor lain di luar belajar seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena kelelahan fisik, dan sebagainya”. Adapun Sudjana (1995: 22) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setiap indiVdu setelah melaksanakan usaha untuk memperoleh

(26)

pengetahuan, keterampilan dan perilaku melalui pengalaman dan interaksi edukatif.

2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Perlu diketahui bahwa pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah KN merupakan terjemahan civics. Menurut Soemantri (1967) Pendidikan Kewargaan Negara (PKN)

merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Timbul pertanyaan warga negara yang baik itu yang bagaimana? Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara (Winata Putra 1978). Sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia (Winataputra 1995). Undang- undang ini telah diperbarui dalam UU No. 62 tahun 1958. Dalam perkembanganya, Undang-Undang ini dianggap cukup diskriminatif, sehingga diperbarui lagi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, yang telah diberlakukan mulai 1 Agustus 2006. Undang-Undang ini telah disahkan oleh DPR dalam

(27)

sidang paripurna tanggal 11 Juli 2006. Hal yang menarik dalam Undang- Undang ini adalah terdapatnya peraturan yang memberi perlindungan pada kaum perempuan yang menikah dengan warga negara asing, dan nasib anak-anaknya. Perubahan ini dibangun setelah menimbang UUD hasil amandemen yang sarat dengan kebebasan, dan penuh dengan perlindungan HAM, serta hasil konvensi internasional yang anti diskriminasi.

Dengan demikian, sudah jelas bahwa PKn berbeda dengan PKn karena PKN merupakan program pendidikan tentang hak dan kewajiban warga negara yang baik, sedangkan PKn merupakan status formal warga negara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1949 tentang naturalisasi, yang kemudian diperbarui lagi dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006. Menurut Mulyasa (dalam Rumiati, 2007:126) menyatakan bahwa tujuan PKN adalah membentuk watak atau karakteristik warga Negara secara baik.

Sedagkan yang menjadi tujuan pembelajaran PKN adalah: (1) membentuk proses berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup, (2) mau berpartisipasi didalam segala kegiatan secara aktif dan bertanggungjawab sehingga bertindak secara cerdas, kritis, kreatif, dan inovatif dalam semua kegiatan, (3) bisa berkembang positif dan demokratis sehingga mampu berinteraksi dengan bangsa lain serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang

(28)

baik.Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikem-bangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience). (4) Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi’ (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat

kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi murid sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio murid dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

a. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Secara umum pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai, yang memungkinkan untuk berpar- tisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.

(29)

Berdasarkan tujuan tersebut, maka pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan- kemampuan yaitu sebagai berikut:

a). Peningkatan iman dan takwa, akhlak mulia Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh.

b). Berfikir secara kritis, rasional, kreatif, inovatif, dan kebersamaan dalam menanggapi isu-isu berbangsa dan bernegara.

c). Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peningkatan potensi, kecerdasan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.Karena merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri ( afektif, kognitif, psikomotorik ) berkembang secara optimal.

d). Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

e). Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(30)

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka materi dalam pembelajaran PKn perlu diperjelas. Oleh karena itu ruang lingkup PKn secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(1) Persatuan dan Kesatuan,

(2) Norma Hukum dan Peraturan, dan perundang-undangan, (3) HAM,

(4) Kebutuhan warga Negara, (5) Konstitusi Negara,

(6) Kekuasaan politik,

(7) Kedudukan Pancasila, dan UUD 1945 (8) Globalisasi.

Pkn SD terdiri dari 24 standar kompetensi yang dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar. Menurut Mulyasa (2007), delapan kelompok tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam sperbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam usaha pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma Hukum dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,

(31)

peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, dan hukum dan peradilan internasional.

3. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, kemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan Warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai anggota masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara

5. Konstitusi Negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia.

6. Kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi-pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara, proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

(32)

8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

3. Model pembelajaran Role Playing

Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan skenario yang telah disiapkan guru. Murid diberi kebebasan berimprofisasi,namun masih dalam batas-batas skenario dari guru.

Permainan peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh karena merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan merupakan kegiatan yang diperankan oleh anak untuk melatih keterampilan berbicaranya mulai dari lafal kata, intonasi kalimat, kosa kata, tata bahasa dan kefasihan berbicara (Hisyam Zaini,dkk, 2004 : 30).

Sudjana S ( 2001 : 67 ) mengemukakan bahwa :

“Bermain peran pada prinsipnya merupakan model untuk menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata kedalam suatu pertunjukan peran didalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian”.

Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah praktek/peragaan di depan kelas. Sejumlah murid bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai

(33)

pengamat untuk menilai kelebihan dan kelemahan masing-masing peran tersebut dan kemudian memberikan saran.pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut, Model ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran misalnya memerankan percakapan tentang tata tertib di sekolah.

a. Fungsi dan Tujuan Role Playing 1) Fungsi Peran

Bermain bagi anak untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungannya dan mempelajari segala sesuatu serta memecahkan masalah yang dihadapinya dan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.

Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial anak, tetapi juga mengembangkan bahasa dan kreativitas anak (Hamalik Oemar, 1992 : 41). Bermain simbolik biasanya dapat meningkatkan kognitif anak untuk berimajinasi dan berfantasi menuju berfikir abstrak, melalui bermain, perkembangan sosial anak juga terkembangkan misalnya belajar berkomunikasi, mengorganisasi peran dan lebih menghargai orang lain dan melalui bermain anak dapat menyalurkan keinginannya

Bermain peran dapat merangsang kreativitas anak untuk menciptakan angan dan imajinasinya, oleh karena itu para ahli pendidikan modern berpendapat bahwa permainan merupakan alat pendidikan.Dengan bermain, guru mendapatkan gambaran yang lengkap tentang keseluruhan

(34)

diri murid misalnya seorang guru menyatakan bahwa prilaku murid pada waktu bermain dapat mengungkapkan sifat-sifat murid yang sebenarnya.

Contoh lain, guru melukiskan seorang anak yang biasanya pendiam dan pasif ternyata dia lebih vokal menjadi dominan ketika terlibat permainan di dalam kelasnya. Murid lebih berprilaku alamiah pada waktu bermain.Hal ini membuat guru dapat lebih mudah menilai kemampuan berbahasa murid yang sesungguhnya dengan lebih akurat di dalam bermain dari pada dalam situasi formal. Dari perspektif ini permainan berpotensi untuk memiliki fungsi diagnostik yang lebih dalam untuk mengembangkan keseluruhan diri murid dan meningkatkan partisipasi anak sehingga pembelajaran lebih efektif. Bermain akan membantu perkembangan otak anak yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi. Bermain akan membuat anak lebih mengerti subjek yang dipelajarinya melalui berimajinasi atau bermain peran.

b. Tujuan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Role Playing Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di Sekolah Dasar merupakan wujud nyata mempraktekkan semua teori pengetahuan yang dimiliki. Dalam melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra anak, tugas guru hanya sebagai pembimbing fasilitator dan nara sumber dari murid yang sedang belajar. Seorang guru yang berdiri di depan kelas sering ditiru oleh muridnya di rumah dan kadang secara cepat pula prilaku seorang guru dapat mempengaruhi murid di rumah.

(35)

Tujuan utama pembelajaran berbicara di Sekolah Dasar adalah melatih murid dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca dan menulis kosa kata dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara misalnya menceritakan cerita yang pernah didengarkan, mengungkapkan pengalaman pribadi dan bermain peran.

Banyak cara untuk melaksanakan pelajaran berbicara di Sekolah Dasar salah satunya bermain peran misalnya memerankan percakapan melalui telepon. Permainan ini untuk kelas rendah, murid secara berpasangan harus mempersiapkan untuk menelpon, baik telepon biasa maupun telepon genggam.Murid harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang harus dibawa besok hari.Biarkan murid mengembangkan percakapannya sendiri kecuali kalau terhenti guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada murid. Guru memperhatikan cara murid mengungkapkan gagasan dan kalau perlu cara pelafalan yang benar dan permainan untuk melatih berbicara murid di Sekolah Dasar.

Untuk memantau kemajuan murid dalam berbicara guru dapat melakukannya ketika sedang melakukan kegiatan bermain atau diskusi dan sebagainya, pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Faktor-faktor yang diamati adalah:

- Lafal kata

(36)

- Intonasi kalimat / Pikskontrol - Kosa kata

- Tata bahasa - Kefasihan bicara

- Pemahaman terhadap materi yang diajarkan.

Adapun tujuan model role playing yaitu:

- Menghayati peranan dan perasaan orang lain yang menimbulkan sikap menghargai orang lain

- Mengembangkan daya imajinasi pada diri murid - Melatih keterampilan berbicara

- Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip

- Memberikan motivasi belajar karena sangat menarik dan menyenangkan

- Meningkatkan aktivitas belajar dengan melibatkan dirinya dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian sebenarnya.

Sedangkan Roestia (1991 : 32) mengemukakan bahwa tujuan model role playing dapat membantu murid mengembangkan kreativitasnya

terhadap materi yang dipelajari serta guru dapat mengetahui sejauh mana taraf pengetahuan dan pemahaman murid dalam menerima materi pelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar murid merupakan salah satu indikator keberhasilan murid yang diperoleh setelah dia belajar. Ini berarti, pemahaman murid dalam hal ini dapat

(37)

dilihat dari hasil belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar merupakan salah satu alat ukur sistematis untuk mengetahui bahwa murid telah memiliki pemahaman terhadap materi yang diajarkan.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Role Playing

Bermain merupakan pemicu kreativitas, anak yang banyak bermain dapat meningkat kreativitasnya dan bermain merupakan sarana untuk mengubah potensi-potensi yang ada dalam dirinya.

Istilah role playing dalam metodologi pendidikan dinyatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang terkait dalam kehidupan bermasyarakat. Bermain peran merupakan semacam dramatisasi tanpa melakukan latihan terlebih dahulu, tanpa menyuruh anak-anak menghafal sesuatu, suatu masalah sosial yang bertalian dengan hubungan secara spontan berdasarkan beberapa keterangan tertentu. Bermain peran ini tidak selamanya mempunyai teks yang harus dihafal, tidak memerlukan persiapan yang banyak dan hanya berlangsung sampai 3-5 menit saja. Di sini tidak di pentingkan bermaian sandiwara, tetapi kebanyakan bersifat dengan

menggunakan pengalaman anak saja.

Langkah-langkah untuk melaksanakan pembelajaran Role Playing adalah sebagai berikut :

1) Menentukan situasi sosial yang akan diperankan. Pada umumnya guru dapat memberikan penjelasan mengenai peranan yang harus dimainkan

(38)

oleh setiap pelaku. Apabila ada suatu masalah yang menimbulkan pendapat yang bertentangan, setiap pelaku akan memainkan pendirian yang berlainan itu.

2) Guru dapat menceritakan lebih dahulu situasi yang mengundang masalah sosial itu hingga titik tertentu. Kemudian anak-anak ditunjuk untuk memainkan peranan tertentu untuk mencapai penjelasaannya menurut konsepsi masing-masing.

3) Guru hendaknya memilih murid yang memahami baik-baik persoalannya, yang mempunyai daya fantasi dan mempunyai kepercayaan akan dirinya.

4) Murid diajak bermain peran yang dimainkan secara berkelompok, (1 kelompok terdiri dari 5 orang murid yang dibagi menajdi 2-3 berpasangan untuk mempermudah pengontrolan dalam melakukan permainan) masing-masing akan bertanya jawab yang dipandu oleh guru.

5) Guru meminta perhatian murid lainnya dengan memisalkan dirinya sebagai pelaku. Murid diminta bertanya kepada dirinya. Andaikan saya memainkan peranannya seperti yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya.

6) Setelah permainan selesai, seluruh murid ingin mengeluarkan pandangannya atau pendapatnya untuk menanggapi penampilan temannya sewaktu bermain peran. Bila ada pendapat yang berbeda

(39)

dengan pelaksanaan bermain peran tadi, maka guru dapat memberi kesempatan untuk memainkannya lagi oleh pelaku-pelaku murid.

7) Murid kemudian menjawab pertanyaan sesuai dengan isi materi yang diperankan.

Bermain peran dimaksud sebagai alat pelajaran untuk menyelami perasaan dan pendirian orang lain yang berbeda dengan kata. Apa yang dipelajari dalam bermain peran sangat berguna bagi anak-anak dalam hubungan sosial dengan orang lain, karena itu guru hendaknya memilih masalah-masalah yang banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari misalnya melakukan percakapan melalui telepon dengan menggunakan kalimat yang ringkas.

d. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar pada tahun 2009, dengan judul Peningkatan hasil belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran role playing pada murid kelas III SD Negeri Bawasalo, Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru, menemukan bahwa rata-rata hasil belajar murid meningkat dari 68 sebelum menggunakan model pembelajaran bermain peran meningkat menjadi 70 pada siklus I. dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 80 setelah menggunakan model pembelajaran bermain peran.

(40)

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara murid dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu metode/ model pembelajaran sebagai sarana untuk mendorong keaktifan murid dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar atau prestasi murid. Salah satu diantaranya adalah menggunakan pembelajaran model Role Playing.

Kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan pembelajaran model Role Playing pembelajaran lebih berpusat pada guru, murid mengalami kesulitan

belajar PKn, sehinggga mengakibatkan hasil belajar PKn rendah. Kemudian peneliti memotivasi murid dan menerapkan pembelajaran model Role Playing.

Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran role playing, dapat membawa murid ke dalam situasi yang sebenarnya sesuai dengan materi yang dibahas. Dengan memperhatikan permainan peran, baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh temannya. Dengan demikian murid dapat meningkatkan kemampuannya dalam peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

(41)

Susunan kerangka pikir penelitian yang digambarkan dalam bagan :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan permasalahan penelitian ini adalah “Jika model Role Playing diterapkan dalam pembelajaran, maka dapat meningkatkan hasil

belajar Pendidikan Kewarganegaraan murid kelas III SDN. Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

Tindakan

Diduga ada peningkatan hasil belajar Kondisi Awal

 Rendahnya hasil belajar murid

 Belum tepat model yang digunakan Guru belum

menggunakan Model Role Playing

Menerapkan Model Pembelajaran

Role Playing

Siklus I

Kondisi Akhir

Siklus II

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yaitu suatu kajian yang dilakukan untuk membenahi suatu permasalahan. Tindakan kelas ini merupakan suatu cara yang sangat models bagi guru-guru untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan pendidikan yang dilaksanakan dalam pembelajaran dikelas. Oleh karena itu diperlukan jembatan atau perantara untuk berpikir dengan menggunakan model yang sesuai.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa tepatnya di SDN. Pajalau. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yaitu pada bulan Maret sampai April 2015.

C. Subjek Penelitian

Murid kelas III SDN. Pajalau yang berjumlah 26 orang, murid laki- laki 13 orang dan murid perempuan 13 orang.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Setiap guru selalu berusaha agar dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Berbagai cara dilakukan, salah satu diantaranya adalah

26

(43)

penggunaan model mengajar secara tepat. Dengan model bermain peran yang dilaksanakan secara tepat akan dapat meningkatkan prestasi belajar murid.

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dam Mc.

Teggart dalam Dir. PPTK dan KPT (1998:8) melalui tahapan yaitu, a. Tahap persiapan

b. Tahap pelaksanakan tindakan c. Tahap observasi/pengamatan d. Tahap refleksi

Namun dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tahap orientasi pada awal kegiatan, sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan dengan dua kali siklus. Adapun bagan, digambarkan sebagai berikut :

Siklus I

Siklus II

Gambar 2.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Arikunto (2006: 16)

Keadaan awal

Pengamatan Pelaksanaan

Tindakan Rencana

Tindakan

Refleksi

Pengamatan Pelaksanaan

tindakan Rencana

tindakan

Refleksi

(44)

Keadaan Awal ( Pra Penelitian )

a. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah dalam hal pelaksanaan penelitian.

b. Melakukan diskusi dengan guru kelas III untuk mendapatkan gambaran bagaimana penggunaan model pembelajaran bermain peran dalam pembelajaran PKn.

c. Mengadakan observasi awal terhadap pelaksanaan model bermain peran, sekaligus memahami karakteristik pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas sebagai langkah awal membuat rancangan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

SIKLUS I

1. Rencana Tindakan

Rencana pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua siklus, penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh penggunaan model bermain peran dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas III SDN. Pajalau.

Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut : a. Menelaah kurikulum mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas

III.

b. Membuat rencana pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(45)

1) Menyatakan kegiatan atau tema utama pembelajaran yang akan diberikan, kompetensi dasar dan alokasi waktu.

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian hasil belajar

3) Merinci media untuk mendukung kegiatan pembelajaran bermain peran

4) Membuat skenario tahap demi tahap kegiatan murid

c. Menyiapkan media/alat bantu yang akan digunakan dalam perbaikan d. Menyiapkan pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk keperluan

pembelajaran PKn dengan menggunakan model role playing.

e. Menyiapkan lembar observasi yang berisi instrumen yang akan diamati dalam proses pembelajaran

f. Membuat alat evaluasi berupa soal-soal yang disusun berdasarkan indikator.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan ini direncanakan di SDN. Pajalau kelas III. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat duduk di belakang untuk membantu mengamati jalannya pembelajaran dengan mengisi instrumen- instrumen yang terdapat dalam observasi. Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

a. Mengadakan apersepsi.

b. Memberikan penjelasan secara singkat tentang materi bermain peran.

c. Guru dan murid bertanya jawab tentang materi bermain peran

(46)

d. Setelah guru menjelaskan, murid secara berpasangan tampil di depan kelas memerankan suatu peran.

e. Guru mengobservasi jalannya perbaikan pembelajaran dan mencatat semua kejadian yang dianggap penting baik mengenai kehadiran murid maupun keaktifan murid.

f. Memberikan tes akhir siklus I.

g. Melakukan penilaian melalui tes hasil dan proses 3. Observasi

Tahap observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi ini dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh teman sejawat yang mengisi instrumen yang terdapat dalam lembar observasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Instrumen-instrumen yang diamati oleh peneliti saat kegiatan perbaikan berlangsung adalah perilaku murid dan peneliti yang muncul selama pembelajaran berlangsung instrumen yang dinilai sudah ada kenampakan meskipun masih perlu peningkatan dan instrumen-instrumen yang dinilai itu berupa partisipasi murid, motivasi, dan menilai kemampuan berbicara murid saat tampil melakukan peran di depan kelas.

4. Refleksi

Mengadakan refleksi untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya berdasarkan objek yang diobservasi pada siklus berjalan. Dalam kompetensi ini didiskusikan apa kelemahan dan kelebihan yang muncul

(47)

selama proses perbaikan pembelajaran dan menyepakati hal-hal yang perlu ditindaki pada pertemuan siklus II.

SIKLUS II

1. Rencana Tindakan

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II yaitu : a. Merancang tindakan baru berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I b. Peneliti dan guru menyusun rencana pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran bermain peran

c. Membuat alat penilaian berupa tes lisan dan tes tertulis untuk melihat hasil belajar murid

d. Membuat lembar observasi siklus II sebagai lanjutan dari siklus I 2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus IIdirencanakan di SDN Pajalau pada kelas III, pembelajaran diberikan berdasarkan refleksi pada siklus I kemampuan murid dalam menguasai konsep materi pelajaran masih perlu ditingkatkan.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan pada siklus II sebagai berikut :

a. Pada awal pertemuan, guru memberikan penekanan pada beberapa aspek yang dianggap gagal pada siklus I seperti partisipasi murid, model, penguasaan materi dan sebagainya.

b. Setelah guru mengadakan apersepsi, guru menjelaskan materi tentang hal-hal yang perlu dilakukan saat bermain peran.

(48)

c. Guru dan murid bertanya jawab tentang isi materi (melaksanakan aturan di sekolah) yang akan diperankan di depan kelas.

d. Guru mengobservasi jalannya perbaikan pembelajaran dan mencatat semua kejadian yang dianggap penting baik mengenai kehadiran murid maupun keaktifan murid.

e. Memberikan tes akhir siklus II 3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan sejawat yang mengisi lembar observasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Instrumen yang diamati peneliti saat kegiatan pembelajaran berlangsung adalah perilaku murid dan guru yang muncul, instrumen- instrumen itu adalah keberanian murid, partisipasi murid, penguasaan kelas, penguasaan materi dan motivasi belajar murid.

Instrumen-instrumen tersebut dikumpulkan dan dianalisis bersama dan dari hasil observasi itu terungkap bahwa hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada murid kelas III SDN Pajalau meskipun masih ada beberapa kekurangan diantaranya partisipasi murid secara keseluruhan masih kurang optimal dan belum berani mengambil inisiatif sendiri dalam pembelajaran.

4. Refleksi

Dari hasil observasi pada siklus II ini diperoleh keterangan bahwa penguasaan materi Pendidikan Kewarganegaraan pada murid kelas III SDN Pajalau melalui model bermain peran sangat membantu murid dalam

(49)

meningkatkan hasil belajar. Kegiatan peneliti yang memberikan kesempatan kepada murid untuk menanggapi penampilan temannya saat melakukan peran di depan kelas membuat suasana pembelajaran lebih bersemangat meskipun masih ada beberapa murid yang kurang berpartisipasi dan belum mampu mengambil inisiatif dalam mencari jalan keluar dari masalah yang diberikan.

Berdasarkan analisis dan refleksi hasil pembelajaran siklus II menunjukkan sudah ada peningkatan yang cukup menggembirakan meskipun belum terlalu optimal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lembar observasi murid, lembar observasi guru dan tes tertulis, yaitu:

1. Lembar Observasi Murid dan Guru.

Lembar observasi berisi pengamatan aktivitas murid dan guru dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan . Format yang disusun berisi butir-butir kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Observasi tidak sekadar mencatat tetapi juga mengadakan pertimbangan-pertimbangan (Arikunto, 2006:204). Lembar observasi sangat diperlukan dalam kegiatan refleksi sebagai upaya untuk mengkaji keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran pada setiap siklus dan menentukan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

(50)

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengamati kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dan perencanaan yang telah disusun untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.

Disamping itu juga mengamati kerja guru dan murid. Observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dengan berpedoman pada lembar observasi.

b. Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil proses pembelajaran PKn setiap akhir siklus. Adapun hasil tes diperoleh melalui butir-butir soal yakni tes uraian dan tes pilihan ganda.

F. Tekhnik Analis Data

Data yang diperoleh melalui hasil tes dianalisis menggunakan analisis kuantitatif tentang hasil belajar murid. Sedangkan data hasil observasi dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan statistic deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu, akan dibuat tabel frekuensi, nilai terendah dan yang tertinggi yang diperoleh murid pada setiap siklus. Adapun untuk data kualitatif yaitu data mengenai hasil observasi yang diamati melalui lembar pengamatan aktivitas murid.

Selanjutnya untuk mengukur hasil belajar dalam skala deskriptif, maka

(51)

digunakan teknik kategorisasi. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori skor penguasaan mata pelajaran PKn adalah teknik kategorisasi standar berdasarkan Tetapan Departemen Pendidikan Nasional.

Data hasil skor nilai akhir dari masing-masing murid tersebut dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi skor dengan menggunakan rumus:

= −

= +

Keterangan

Ki = Kelas Interval R = Rentang/jarak

Adapun data menurut Arfanita, (2012: 39) tentang hasil belajar itu diperoleh dengan menggunakan rumus. Untuk melihat berapa skor total yang diperoleh murid, maka perhitungan yang digunakan adalah :

=

a. Analisis Tes Hasil Belajar Murid

Tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus. Untuk tes hasil belajar, pelaksanaannya dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada akhir siklus ( I dan II ). Adapun soal yang diujikan sebanyak 10

(52)

nomor dengan soal 5 nomor pilihan ganda dan 5 nomor essay. Format penilaiannya adalah jika item dijawab dengan benar, maka murid akan memperoleh skor 1 sampai 3 ,dan jika murid menjawab salah atau sama sekali tidak menjawab, maka skor yang didapatkan adalah nol.

b. Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Murid

Hasil observasi yang terangkum dalam lembar aktivitas guru dan murid akan menggambarkan bagaimana aktivitas guru dan murid. Data aktivitas belajar murid akan dianalisis dengan menggunakan persentase (%) yaitu dengan menghitung banyaknya frekuensi suatu kejadian dibandingkan dengan seluruh kejadian dan kemudian dikalikan 100%.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah hasil observasi yang menunjukkan peningkatan keterlibatan murid dalam setiap aspek yang diamati pada kegiatan pembelajaran yang menerapkan model role playing dan persentase ketuntasan belajar murid secara klasikal telah mencapai 85%

keatas atau mencapai prestasi belajar murid.

Tabel 3.1 Taraf Keberhasilan

Taraf Keberhasilan Kualifikasi

71% - 100%

41% - 70%

0% - 40%

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)

Sumber. Departemen Pendidikan Nasional (Drs. Cece, dkk 1999: 156)

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Pelaksanaan pembelajaran ini merupakan kegiatan belajar pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar murid setelah diterapkan model role playing. Data yang diperoleh dari kegiatan ini adalah hasil tes dan perilaku murid selama mengikuti pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini berlangsung selama 4 minggu dengan delapan kali pertemuan. Kegiatan ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi.

B. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tanggal 14 maret 2015 peneliti melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru kelas III SDN Pajalau Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa mengenai rencana penelitian. Pada pertemuan tersebut disepakati jadwal pelaksanaan rencana tindakan penelitian. Diskusi antara peneliti dan guru kelas III menyepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada tanggal 18 dan 25 Maret, serta 1 dan 2 April 2015.

Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap tindakan siklus telah disusun sebagaimana ketentuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat: materi pembelajaran adalah jenis-jenis pekerjaan dan semangat kerja.

37

(54)

Dengan standar kompetensi adalah memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Dengan kompetensi dasar adalah memahami pentingnya semangat kerja.

Indikatornya adalah menjelaskan pentingnya semangat kerja dan alasan orang harus bekerja.

Sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran role playing, pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan pembelajaran. Dalam mempersiapkan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti adalah menyiapkan materi pembelajaran. Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dapat dilihat pada lampiran 1,2, dan 3. Selain itu, pengamat melaksanakan tugas pengamatan sesuai lembar pengamatan.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1) Pertemuan pertama (Rabu, 18 Maret 2015)

Pertemuan pertama dilaksanakan 18 Maret 2015, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menjelaskan pentingnya semangat kerja dan alasan orang harus bekerja.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran tentang jenis-jenis pekerjaan dan semangat kerja. Pada kegiatan inti: (1) tahap persiapan atau instruksi berupa guru menginstruksikan murid untuk menjadi pengamat, pengkaji dan pemain peran. Para pemain peran dipilih langsung oleh guru dimana setiap kelompok mewakilkan satu orang untuk tampil bermain peran.

(55)

Pada tahap ini pula para pemain peran di berikan arahan untuk melakukan latihan sebelum proses bermain peran dilakukan didepan kelas. Adapun tugas para pengamat dan pengkaji adalah seluruh murid yang ada dalam kelompoknya masing-masing, (2) tahap bermain peran yakni murid melaksanakan kegiatan bermain peran dan murid lain yang menjadi pengamat dan pengkaji memulai mengamati proses bermain peran, pada tahap ini murid sebanyak tujuh orang memerankan tokoh sebagai koki perusahaan roti, perias salon kecantikan, sopir, perajin, dan karyawan percetakan. Di tiap tokoh yang diperankan para pemain peran mengemukakan prihal dari aktivitas dari tokoh yang ia perankan.

Pada tokoh koki perusahaan roti yang diperankan oleh kelompok satu mengemukakan prihal dari aktivitasnya berupa hasil buatan rotinya dengan segala rasa. Dan mengemukakan pula bahwa koki adalah seorang pekerja yang menghasilkan barang. Pada tokoh kedua yang di wakilkan oleh kelompok dua berperan sebagai perias salon kecantikan pembicaraan mengemukakan tentang perawatan yang ada di salon, ia menjelaskan bahwa pekerjaan sebagai perias salon kecantikan adalah seorang pekerja yang menghasilkan jasa. Pada tokoh ketiga yang diwakili oleh kelompok tiga berperan sebagai sopir dalam pokok pembicaraannya dalam dialog bermain peran menjelaskan perihal pekerjaannya sebagai sopir angkot dengan rute minasa upa-makassar mall. Dalam dialognya ia menjelaskan bahwa pekerjaan sebagai sopir adalah seorang pekerja yang menghasilkan jasa. Pada tokoh keempat yang berperan sebagai perajin menjelaskan pada pokok pembicaraan tentang ada banyak jenis perajin salah satunya perajin peralatan rumah tangga, seperti ember, panci, cerek. Dalam

(56)

dialognya ia menjelaskan bahwa pekerjaan sebagai perajin adalah seorang pekerja yang menghasilkan barang. Tokoh kelima yang di perankan oleh kelompok lima bertindak sebagai karyawan percetakan dalam pokok pembicaraan ia menjelaskantentang perusahaan tempat ia bekerja, perusahaan tersebut melayani jasa cetak undangan, kalender, buku nota, buku bacaan, dan majalah. Dalam dialognya ia menjelaskan bahwa pekerjaan sebagai karyawan percetakan adalah seorang pekerja yang menghasilkan barang.

Setelah percakapan dialog bermain peran berakhir maka beralih pada tahap berikutnya dari rangkaian proses bermain peran yakni (3) tahap diskusi dan evaluasi. Pada tahap ini murid mengadakan diskusi di masing-masing kelompok untuk memahami maksud dari proses bermain peran yang terjadi sesuai dengan perintah lembar LKS yang telah di berikan pada masing-masing kelompok, para murid di tiap kelompok mendiskusikan prihal maksud dari bermain peran yang terjadi dan menyepakati maksud dari bermain peran yang terjadi, lalu di akhir diskusi yang dilakukan guru dalam hal ini peneliti mempersilahkan menyampaikan hasil kerja tiap kelompok dan membacakannya di hadapan kelompok yang lain, dan kelompok lain menanggapi jawaban dari hasil pada setiap kelompok. Lalu setelah itu peneliti mengadakan tanya jawab sebelum tes formatif diberikan. Sedangkan pada tahap evaluasi di akhir proses pembelajaran guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan murid dalam proses pembelajaran IPS di siklus I dalam menggunakan metode bermain peran (role playing).

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Arikunto (2006: 16)Keadaanawal PengamatanPelaksanaanTindakanRencanaTindakanRefleksiPengamatanPelaksanaantindakanRencanatindakanRefleksi
Tabel 3.1 Taraf Keberhasilan
Tabel  4.1:  Rekapitulasi  Hasil  Observasi  Aktivitas  Belajar murid kelas III SDN  Pajalau  Kecamatan  Bajeng  Kabupaten  Gowa selama penerapan model pembelajaran role  playing pada  Siklus  I Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jawablah pert anyaan-pert anyaan berikut dalam wakt u 3 menit Untuk menyelesaikan MASALAH di atas, kamu perlu menghitung volume kaleng dan kardus tersebut?.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Manajer proyek bekerja dengan sponsor proyek, tim poryek, dan lain orang yang terkait dalam proyek untuk mencapai tujuan.  Setiap proyek menghadapi hambatan dalam

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

ASMAH BT AHMAD SAKRIN

Khitbah secara syar’i mempunyai posisi sebagai janji untuk menikah pada waktu yang disepakati. Janji tersebut mengikat kedua pihak yang berjanji. seseorang yang

Dalam kacamata cultural studies hal ini menjadi hal yang penting, karena potret komodifikasi dalam budaya pop bukan lagi masalah produk kreatif yang dihasilkan dari masyarakat