• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PENGERINGAN PISANG GOROHO MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ENERGI MATAHARI METODE HIBRID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISTIK PENGERINGAN PISANG GOROHO MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ENERGI MATAHARI METODE HIBRID"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

13

KARAKTERISTIK PENGERINGAN PISANG GOROHO MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ENERGI MATAHARI METODE HIBRID

DRYING CHARACTERISTICS ANALYSIS OF BANANA FRUIT USING A SOLAR ENERGY DRYER HYBRID METHOD

Toar Daniel Malingkas1*, Nelly Selvia Tongkeles1

1Universitas Prisma, Jl. Pomorow No. 113, Lingk. III, kelurahan Tikala Baru, kecamatan Tikala. Kota Manado, provinsi Sulawesi Utara. 95126

* Penulis korespondensi, telepon 082292710230 e-mail: toarmalingkas@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan alat pengering dengan gabungan sumber energi panas matahari dengan metode hibrid dari biomassa arang tempurung,. Kombinasi penggunaan energi panas tersebut merupakan solusi teknologi pengeringan, karena mudah diperoleh serta belum banyak dikembangkan khususnya di daerah yang ada di provinsi Sulawesi Utara. Beranjak dari permasalahan tersebut, tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan perubahan suhu udara pengeringan, serta karakteristik pengeringan dari pisang goroho.

Hasil penelitian menunjukkan proses pengeringan pisang Goroho membutuhkan waktu selama 12 jam dengan perubahan suhu udara pengering pada rak bawah sampai rak atas secara berurutan berkisar antara 25.3 OC - 61.5 OC; 25 OC - 48 OC; dan 24.1 OC - 48.2 OC. Laju pengeringan yang beragam di setiap rak berlangsung pada periode laju pengeringan konstan dan menurun, hal ini terlihat pada hasil di rak bawah, serta capaian kadar air pada rak bawah hingga rak atas 9.73 %bb, 11.10 %bb dan 15.80 %bb.

Kata kunci: Pisang goroho, Karakteristik pengeringan

ABSTRACT

This research uses a dryer with the combination of solar energy and a hybrid method of shell charcoal biomass. The combination of the use of heat energy is a solution for drying technology because it is easy to obtain and has not been developed much, especially in areas in North Sulawesi province. Based on those problems, the purpose of this study is to analyze and describe changes in drying air temperature, and also drying characteristics of Goroho banana.

Research results from the drying process of Goroho banana took 12 hours with changes of the drying air temperature from the lower shelf to the top shelf in sequence ranging from 25.3 C - 61.5 C; 25

C - 48C; and 24.1 C - 48.2 OC. The various drying rates on each shelf took place at a period of constant drying rate and falling rate, this can be seen in the results on the lower shelf, as well as the moisture content on the lower shelf to the top shelf in sequence are 9.73% wb, 11.10% bb and 15.80% bb.

Keywords: Drying characteristic, Goroho banana

PENDAHULUAN

Tanaman pisang goroho (Musa acuminafe, sp) adalah tanaman buah hasil persilangan dari jenis pisang Musa balbisiana dan Musa acuminate, berdasarkan penjelasan oleh seorang botanis bernama Norman Simmonds pada tahun 1955.(1) Tanaman tersebut merupakan tanaman buah tropis yang tumbuh baik hampir di seluruh wilayah di provinsi Sulawesi Utara. Hal ini ditunjang

oleh data pada tahun 2017 produksi komoditas buah pisang di Sulut mencapai 41,465 ton, dimana dalam data tersebut termasuk dengan komoditas pisang Goroho.(2)

Pisang Goroho merupakan komoditi hortikultura yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi, yaitu sebesar 62,96 % bb. Komoditi ini menjadi andalan kuliner masyarakat Sulawesi Utara pada

(2)

14 umumnya, yang diolah menjadi makanan penganan di pagi maupun sore hari. Selain manfaat tersebut, pisang Goroho dapat menjadi makanan pengganti untuk penderita Diabetes Mellitus, karena kandungan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat.(3)

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung pisang goroho mengandung nilai gizi Pati 80,89%, Protein 2,89%, Lemak 0,67%, Total Gula 1,83%, Air 11,99%, dan serat kasar ±2%.(4) Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa tepung pisang dapat digunakan untuk berbagai produk olahan, seperti subsitusi tepung terigu, sebagai bahan formulasi pada kue, ataupun dalam formulasi pembuatan produk olahan mie.(5)

Manfaat ini dapat diperoleh melalui olahan dari pisang Goroho dalam bentuk tepung, dimana untuk menghasilkan tepung pisang tersebut dilakukan melalui teknologi penanganan pasca panen dengan metode pengeringan. Pengeringan merupakan salah satu teknologi untuk menghasilkan produk yang relatif awet dalam memperpanjang masa simpan serta menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah produksi yang melimpah.(6)

Penelitian ini menggunakan sebuah alat pengering hasil modifikasi dari penelitian yang terdahulu, dengan gabungan sumber energi panas dari matahari serta panas tambahan dari hasil pembakaran biomassa arang tempurung, sebagai salah satu bentuk alat pengering energi matahari metode hibrid, untuk

menghasilkan produk antara tepung pisang.

Adapun tujuan dari modifikasi yang dilakukan yaitu untuk menghasilkan sebuah alat pengering yang dapat terjangkau dari segi biaya, serta dapat meningkatkan nilai ekonomis dari komoditas hasil bahan pangan yang dihasilkannya.(7) Kombinasi penggunaan energi panas dengan metode hibrid sebagai salah satu solusi dalam teknologi pengeringan, karena mudah diperoleh serta belum banyak dikembangkan khususnya di daerah yang ada di provinsi Sulawesi Utara.(8)

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisa perubahan suhu udara pengering yang terjadi di dalam ruang pengering, dan karakteristik pengeringan terhadap bahan pisang Goroho yang akan dikeringkan. Parameter pengamatan dalam penelitian ini meliputi pengamatan terhadap perubahan suhu udara pengering sebagai pengaruh terhadap energi panas yang diterima, serta penurunan kadar air bahan termasuk laju pengeringan dari bahan sebagai bagian dari karakteristik pengeringan, termasuk analisa mutu dari tepung pisang yang dihasilkan ditinjau dari kadar air akhir yang diperoleh pada tepung pisang tersebut.

Keseluruhan parameter tersebut dianalisa secara deskriptif berdasarkan grafik yang diperoleh..

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu buah pisang Goroho matang yang diiris tipis dengan tebal irisan 3 mm(9), air bersih, dan natrium bisulfit. Alat

(3)

15 yang digunakan antara lain alat pengering energi matahari metode hibrid, pengiris (slicer), kompor, panci, sensor termokopel, instrument pembaca hasil pengukuran suhu, timbangan, dan alat uji laboratorium.

Metode Penelitian

Secara umum, tahapan pelaksanaan tahapan penelitian dapat dilihat melalui gambar 1. Pelaksanaan penelitian untuk proses pengeringan yang terdapat dalam gambar tersebut dilakukan berdasarkan prosedur sebagai berikut :

a. Alat pengering yang telah ditempatkan memanjang pada arah Utara ke Selatan.

b. Pisang Goroho yang telah melalui proses blanching dan pengirisan, dengan tebal 3 mm, disebar merata pada bak pengering.

c. Sensor-sensor termokopel diletakkan titik-titik pengamatan yaitu di ruang plenum, di dalam ruang pengering, serta untuk termometer air raksa diletakkan di luar alat untuk mengamati perubahan suhu lingkungan.

d. Suhu pada alat pengering dan lingkungan dicatat, lalu rak pengering dimasukkan.

e. Perubahan kadar air pisang di setiap rak dihitung dengan menggunakan ubinan, berdasarkan penurunan berat pada bahan dengan selang waktu 30 menit sampai proses pengeringan selesai.

f. Proses pengeringan berlangsung pada pagi hari hingga selesai, sampai kadar air bahan mencapai maksimal 12 %bb.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Kulit

Pengirisan

Alat pengering energi matahari metode

hibrid

Desain dan rancang bangun

Penempatan alat di lokasi yang sesuai

Penempatan sensor- sensor suhu di alat

pengering

Tebal 0.5

Penempatan bahan hasil irisan pada rak-rak

pengering

PENGERINGAN

Gaplek

TEPUNG PISANG

Giling Analisa Kadar air dan

Analisa Kadar air akhir

Analisa

PISANG

Pengupasan

blanching

(4)

16 Metode Analisa

Metode analisa yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Perubahan suhu udara pengering selama pengeringan berlangsung, dianalisa dengan metode deskriptif menggunakan grafik.

2. Karakteristik pengeringan bahan pisang Goroho meliputi hubungan:

Kadar air terhadap waktu pengeringan, laju pengeringan terhadap waktu pengeringan, dan laju pengeringan terhadap kadar air dianalisa dengan metode deskriptif berdasarkan perhitungan secara grafik.

Metode Perhitungan a. Karakteristik Pengeringan 1. Penentuan Kadar air Awal(6)

Kadar air awal bahan dihitung menggunakan kadar air basis basah (%bb) melalui metode oven dengan persamaan:

𝑀𝑖=W𝑖W−W𝑓

𝑖 𝑥 100%

(1) 2. Perubahan kadar air terhadap waktu(10)

Dihitung berdasarkan kadar air basis basah (%bb) dari pengukuran berat bahan dengan selang waktu tertentu selama proses pengeringan berlangsung, berat kering bahan dan berat air dalam bahan, yaitu :

Berat bahan (Wi) : 𝑊𝑖= W𝑘− Wpan

(2) Berat kering dari bahan (Wbk) :

𝑊𝑏𝑘100−M𝑖

100 × W𝑖

(3) Banyaknya air dalam bahan (Wa) :

𝑊𝑎 = 𝑊𝑖− 𝑊𝑏𝑘

(4) Kadar air bahan selama pengeringan (Mp):

Mp = Wa

W𝑖 x 100 %

(5) 3. Laju pengeringan (%bb/menit)(6)

Dihitung berdasarkan perubahan kadar air terhadap selang waktu tertentu (t(i)) dengan persamaan:

𝐿𝑃𝑖 =M𝑝(i−1)t −M𝑝(i)

(i−1)−ti

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Suhu Udara Pengering

Besaran suhu yang dihasilkan meliputi suhu udara pengering tiap rak dapat dilihat pada gambar 2, dengan penentuan waktu pengamatan yaitu pada tanggal 28 November 2020. Pengamatan proses pengeringan terhadap bahan irisan buah pisang Goroho berlangsung pada saat terdapat cahaya matahari serta dalam keadaan hujan sehingga digunakan alat pemanasan tambahan berupa energi hasil pembakaran arang tempurung, dimana kedua sumber energi tersebut digunakan untuk mengeringkan bahan yang terdapat dalam ruang pengering.

Energi panas yang dihasilkan berfungsi untuk memanaskan udara yang mengalir masuk ke dalam ruang pengering, sehingga udara ini disebut udara pengering yang digunakan untuk mengeringkan bahan di setiap susunan rak pengering. Selama pengeringan berlangsung, suhu udara pengering yang digunakan tidak sama dan mengalami perubahan saat mengeringkan bahan

(5)

17 disetiap rak. Dari gambar 1 terlihat secara keseluruhan perubahan suhu selama proses pengeringan pada rak bawah berkisar antara 25,3 OC - 61,5 OC, rak

tengah berkisar antara 25OC sampai 48OC, dan rak atas berkisar antara 24,1 OC - 48,2 OC.

Gambar 2. Grafik Perubahan Suhu Udara Pengering Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa suhu udara pengering pada rak bawah lebih tinggi daripada rak lainnya, serta suhu udara pengering rak atas yang semula lebih tinggi dari rak tengah berangsur menurun dan diganti dengan suhu udara pengering pada rak tengah.

Sedangkan suhu udara pengering pada rak tengah terlihat bervariasi. Hal ini disebabkan pada saat penimbangan penurunan berat bahan yang mengharuskan membuka pintu alat pengering sehingga sangat mempengaruhi besaran suhu di rak tengah, kemudian menjelang akhir proses pengeringan suhu udara pengering di rak tengah berangsur meningkat mendekati suhu udara rak atas.

Perubahan suhu yang terjadi disebabkan oleh pengaruh pemberian energi panas yang berasal dari hasil pembakaran arang tempurung menyebabkan perubahan sangat jelas,

terutama pada suhu udara pengering rak bawah yang yang mengalami peningkatan suhu lebih berbeda daripada kedua rak diatasnya. Namun perubahan suhu pada rak tengah dan rak atas terlihat hampir bersamaan, dimana peristiwa ini terjadi oleh adanya kandungan uap air hasil pemanasan pada rak sebelumnya yang turut mengalir bersamaan dengan udara pengering menuju ke rak di atasnya.

Selain itu, bahan yang menyerap serta melepaskan kembali energi panas yang diberikan oleh udara pengering bersamaan dengan penguapan kandungan air dalam bahan, mengakibatkan suhu udara pengering pada rak sebelumnya mengikuti bahkan dapat mencapai suhu yang sama dengan rak diatasnya.

Karakteristik Pengeringan Pisang Goroho

A. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu 0

10 20 30 40 50 60 70

8:21 10:30 12:38 14:47 16:56 19:05 21:14 23:23

Suhu ( C)

Waktu (Jam)

Suhu Udara Pengering Rak Bawah Suhu Udara Pengering Rak Tengah Suhu Udara Pengering Rak Atas

(6)

18 Proses pengeringan pisang Goroho dengan menggunakan alat pengering energi matahari metode hibrid membutuhkan waktu selama 12 jam secara terus-menerus untuk mencapai kadar air sebesar 9,73 %bb pada rak bawah. Capaian lama waktu pengeringan tersebut lebih singkat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan sumber panas dari energi matahari. Gambaran perubahan kadar air terhadap waktu selama proses pengeringan berlangsung dapat dilihat pada Gambar 3.

Hasil pengamatan selama proses pengeringan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan capaian kadar air bahan yang berbeda pada setiap rak.

Capaian kadar air gaplek pisang yang dihasilkan setelah pengeringan yaitu yang paling rendah terdapat pada rak bawah, diikuti oleh bahan pada rak atas dan terakhir bahan pada rak tengah dengan besaran hasil capaian secara berurutan yaitu 9,73 %bb, 11,10 %bb dan 15,80

%bb.

Selanjutnya, pengolahan lanjut dilakukan melalui proses penepungan secara keseluruhan terhadap gaplek pisang tersebut, sehingga diperoleh kadar air tepung pisang goroho yaitu sebesar 9,70 %bb. Kandungan air dari tepung tersebut telah memenuhi kriteria kadar air dalam pembuatan tepung pisang berdasarkan SNI nomor 01-3841-1995, yaitu maksimum 12 %bb.

Gambar 3. Grafik Perubahan Kadar Air terhadap Waktu

Perbedaan capaian kadar air bahan disetiap rak dapat disebabkan oleh penggunaan bahan dalam struktur penyusun dinding penutup dari alat pengering, termasuk juga pada bagian

atapnya, terbuat dari pelat aluminium.

Penggunaan pelat tersebut, terutama pada bagian atap alat pengering yang terkena cahaya matahari langsung mengakibatkan suhu pada bagian atas alat lebih tinggi 0,00

10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

10:22 12:46 15:10 17:34 19:58 22:22 0:46

Kadar Air (%bb)

Waktu (jam)

Bahan pada Rak Bawah

(7)

19 dibandingkan pada bagian tengah.

Gambaran suhu tersebut dapat terlihat pada Gambar 2 yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana keterkaitan perkembangan suhu udara pengering di setiap rak dapat mempengaruhi penguapan kadar air bahan yang ada di rak tersebut.

Hasil pengamatan pada Gambar 3 menunjukkan penurunan kadar air yang lambat pada awal proses pengeringan saat menggunakan sumber energi dari matahari dalam keadaan mendekati turunnya hujan.

Selama proses pengeringan, massa air yang tersedia dalam jumlah besar di permukaan bahan menyebabkan penurunan kadar air yang cepat pada awal pengeringan. Saat massa air semakin mendekati keseimbangan, penurunan kadar air semakin lambat karena massa air yang terdapat di permukaan semakin menipis sehingga air yang diuapkan berasal dari dalam bahan. Peristiwa ini

terlihat pada perubahan kadar air bahan di rak bawah yang sesuai dengan prinsip dalam pengeringan oleh (6)Hall (1980) serta Henderson dan Perry (1976), dimana pada saat air di permukaan bahan telah habis maka pergerakkan air dari dalam bahan terjadi secara difusi menuju permukaan bahan selanjutnya menguap dibantu udara pengering yang mengalir di sekitar bahan.

B. Perubahan Laju Pengeringan terhadap Waktu dan Kadar Air

Perubahan laju pengeringan terhadap bahan pisang Goroho yang diperoleh, saat menggunakan alat pengering energi matahari metode hibrid, saat dibandingkan dengan waktu maupun kadar air dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 berikut.

Gambaran laju pengeringan yang terjadi menunjukkan hasil yang berbeda pada bahan di setiap rak.

Gambar 4. Perubahan Laju Pengeringan terhadap Waktu 0

0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

8:21 10:30 12:38 14:47 16:56 19:05 21:14 23:23

Laju Pengeringan (%bb/jam)

Waktu (Jam) Bahan pada Rak Bawah

Bahan pada Rak Tengah Bahan pada Rak Atas

(8)

20 Perbedaan laju pengeringan yang dihasilkan disebabkan oleh akumulasi penguapan uap air hasil pengeringan dari rak sebelumnya dengan udara pengering, sehingga meningkatkan kelembaban uap jenuh dari udara pengering yang akan mengeringkan bahan pada rak di atasnya.

Selain itu, pola laju pengeringan pada rak atas yang lebih cepat dibandingkan dengan rak tengah disebabkan oleh pada awal pengeringan suhu udara pengering pada rak atas tersebut yang lebih tinggi

sehingga proses pengeringan terhadap bahan di rak tersebut lebih cepat daripada rak sebelumnya. Peristiwa tersebut menjadikan keterkaitan pola laju pengeringan yang terbentuk dengan pola dari perubahan suhu udara pengering yang terjadi di setiap rak yaitu semakin tinggi suhu dari udara pengering maka laju pengeringan terhadap bahan yang dikeringkan akan berlangsung semakin cepat.

Gambar 5. Perubahan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air

Berdasarkan gambar 4 dan 5, terlihat bahwa pola laju pengeringan konstan berlangsung pada awal pengeringan saat penggunaan energi matahari serta terdapat juga pada saat penggunaan energi dari panas tambahan. Gambaran peristiwa tersebut terlihat lebih jelas pada laju pengeringan di rak bawah, meskipun terjadi perpindahan penggunaan sumber energi menggunakan panas dari

pembakaran arang tempurung yang menyebabkan keragaman hasil laju pengeringan. Pola laju pengeringan ini berlangsung dengan cepat disebabkan oleh proses penguapan kandungan air yang terdapat pada permukaan bahan lebih mudah untuk diuapkan.

Pola laju pengeringan berikutnya berlangsung pada bagian dalam dari bahan karena kandungan air pada 0

0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Laju Pengeringan (%bb/jam)

Kadar Air (%bb)

Bahan pada Rak Bawah

Bahan pada Rak Tengah

(9)

21 permukaan bahan semakin menipis sehingga menyebabkan penurunan laju pengeringan. Dari grafik pada kedua gambar tersebut terdapat pola laju pengeringan menurun yang terjadi saat menjelang akhir proses pengeringan, dimana dalam keadaan ini perpindahan air dari dalam bahan tidak langsung berpindah ke udara namun mengalami difusi penguapan dari dalam bahan menuju permukaan bahan dan diuapkan oleh udara pengering.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil pangamatan dalam penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perubahan suhu udara pengering yang terjadi pada rak bawah, rak tengah dan rak atas selama proses pengeringan berlangsung secara berurutan berkisar antara 25,3 OC – 61,5

OC; 25OC - 48OC; dan 24,1OC – 48,2 OC.

Selanjutnya karakteristik pengeringan dalam pengeringan pisang Goroho diperoleh melalui penentuan laju pengeringan serta perubahan kadar air bahan di setiap tingkatan rak, dimana laju pengeringan yang beragam di setiap rak berlangsung pada periode laju pengeringan konstan dan menurun yang dapat terlihat cukup jelas pada hasil laju pengeringan pada rak bawah.

Hasil dari pengeringan menunjukkan perolehan capaian kadar air bahan pada rak bawah hingga rak atas sebesar 9,73

%bb, 11,10 %bb dan 15,80 %bb, dengan hasil capaian ini dipengaruhi oleh laju pengeringan maupun suhu udara pengering selama proses pengeringan berlangsung. Berdasarkan capaian kadar

air tersebut, dalam pengolahan lanjut untuk menghasilkan tepung pisang goroho diperoleh kadar air tepung pisang sebesar 9.70%bb. Hasil ini telah memenuhi standar mutu terhadap kriteria kadar air dalam pembuatan tepung pisang mengacu dari SNI nomor 01-3841-1995, yaitu maksimum 12 %bb.

UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan terima kasih yang terutama bagi Tuhan Yesus Kristus karena atas kemurahan-Nya sehingga tim peneliti berkesempatan melaksanakan penelitian ini. Selanjutnya kepada Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional Deputi Bidang Penguatan Riset Dan Pengembangan atas kesempatan membiayai pelaksanaan penelitian skema Penelitian Dosen Pemula ini, juga kepada Pimpinan LLDikti wilayah IX yang menunjang institusi universitas kami dalam pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Posumah R. Mengenal Pisang Goroho, Pisang Andalan Warga Sulawesi Utara dan Gorontalo [Internet]. tribunmanado.co.id. 2020 [cited 2020 Dec 3]. Available from:

https://manado.tribunnews.com/202 0/05/27/mengenal-pisang-goroho- pisang-andalan-warga-sulawesi- utara-dan-gorontalo?page=all.

2. Anonim. Provinsi Sulawesi Utara dalam angka 2018 [Internet].

Manado; 2018. Available from:

https://sulut.bps.go.id/publication/20 18/08/16/49681613ef0cc9d89926ab 02/provinsi-sulawesi-utara-dalam-

(10)

22 angka-2018.html

3. Sudarti, Turang A, Sondakh J.

Karakteristik dan Khasiat Pisang Goroho [Internet]. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.

2017 [cited 2020 Nov 29]. Available from:

http://sulut.litbang.pertanian.go.id/in dex.php/106-infoteknologi4/734- karakteristik-dan-khasiat-pisang- goroho

4. Sayangbati F, Nurali E, Mandey L, Lelemboto M. Karakteristik Fisikokimia Biskuit Berbahan Baku Tepung Pisang Goroho (Musa acuminate,sp). Cocos [Internet].

2013;2(1). Available from:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/cocos/article/download/721/578 5. Papunas ME, Djarkasi G, Moningka

J. Karakteristik Fisikokimia Dan Sensoris Flakes Berbahan Baku Tepung Jagung (Zea mays L), Tepung Pisang Goroho (Musa acuminafe,sp) dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiates). Cocos [Internet]. 2013;3(5). Available from:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/cocos/article/view/2494/2030 6. Malingkas TD. Analisis Pengeringan

Irisan Buah Pisang Menggunakan Alat Pengering Energi Matahari.

Prism Myristica [Internet].

2019;1:22–32. Available from:

https://www.scribd.com/document/4 58544070/Malingkas-Toar-Daniel- ANALISIS-PENGERINGAN-IRISAN- BUAH-PISANG-MENGGUNAKAN- ALAT-PENGERING-ENERGI- MATAHARI

7. Wenur F, Tuju T, Djarkasi G, Pangkerego F, Lalujan L, Nurali E, et al. Disain dan Uji Unjuk Kerja Alat Pengering Surya dengan Sumber Panas Tambahan untuk Pengeringan Bahan Baku Tepung.

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara. 2010;

8. Ludong DPM, Ontowirjo A., Malingkas TD. Penerapan Teknologi Tepat Guna Pengolahan Cabai Dehidrasi Memanfaatkan Energi Biomassa dan Energi Matahari (Hybrid). Manado: Pemerintah Kota Manado; 2019.

9. Anonim. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengolahan Pisang [Internet]. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta:

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian;

2009. Available from:

https://docplayer.info/435739-Spo- pengolahan-pisang.html

10. Tongkeles N, Djarkasi G, Wenur F.

Mutu Bubuk Cabai Hasil Pengeringan Energi Matahari Dengan Sumber Panas Pengganti [Chilli Powder Quality Dried Using Solar Dryer With Heat Source Energy Replacement]. J Ilmu dan Teknologi Pangan [Internet].

2014;2(1):9. Available from:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/itp/article/view/7370.

Referensi

Dokumen terkait

-4lat Pengering dengan Udara Panas... Darmawan

Parameter kinerja- yang digunakan meliputi kinelja dua sub sistem yaitu : sub sistem rumah kaca sebagai alat pengering meliputi penyebaran suhu dalam rumah kaea,

Parameter kinerja yang digunakan meliputi kinerja dua sub sistem yaitu: sub sistem rumah kaca sebagai alat pengering meliputi penyebaran suhu dalam rumah kaca,

berbanding terbalik dengan kurva suhu, makin tinggi suhu makin rendah kelembaban, sebaliknya turunya suhu menyebabkan kelembaban meningkat hal ini terjadi karena energi

Pada pengeringan menggunakan panas dari tungku arang (hari pertama), rata - rata suhu bahan selama pengamatan pada rak bawah 52,01 C o di ikuti dengan suhu bahan

Karakteristik pengeringan gabah menggunakan tray dryer dengan media pengering udara yang dipanaskan dengan panas hasil pembakaran sekam padi dapat dilihat pada Gambar 2..

permukaan panas, krn tidak ada hembusan udara maka suhu tinggi diperlukan.... Kriteria Pemilihan

Penelitian ini bertujuan ntuk menentukan karakteristik pengeringan biji pala menggunakan alat pengering tipe rak meliputi perubahan suhu, kelembaban relatif,