• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PERANAN PELAKSANAAN ETIKA PEGAWAI TERHADAP KEPUASAN PELAYANAN DI KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SUMUT DI BAGIAN TATA USAHA OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR PERANAN PELAKSANAAN ETIKA PEGAWAI TERHADAP KEPUASAN PELAYANAN DI KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SUMUT DI BAGIAN TATA USAHA OLEH :"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PERANAN PELAKSANAAN ETIKA PEGAWAI TERHADAP KEPUASAN PELAYANAN DI KANTOR KEJAKSAAN TINGGI SUMUT

DI BAGIAN TATA USAHA

OLEH :

ELIYESER AGRIVA PURBA 132103065

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan mennyelesaikan Tugas Akhir ini guna memenuhi serta melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan untuk menyelesaikan Diploma III Program Studi Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Peranan Pelaksanaan Etika Pegawai Terhadap Kepuasan Pelayanan di Kantor Kejaksaan Tinggi SUMUT di Bagian TU”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dalam kemampuan pengetahuan dan penggunaan bahasa.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, yakni kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH MHum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM, selaku Ketua Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Magdalena Linda Sibarani SE, MSi selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ami Dilham, SE, M.SI selaku dosen pembimbing penulis, terimakasih telah membantu dan mengajari penulis untuk menyelesaikan dan meyempurnakan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis mendapatkan

(5)
(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1 Tujuan Penelitian ... 4

2 Manfaat Penelitian ... 5

D. Jadwal Kegiatan ... 5

E. Sistematika Penelitian ... 7

BAB II PROFIL INSTANSI ... 8

A. Sejarah Singkat Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan ... 8

B. Struktur Organisasi Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan ... 12

C. Job Description ... 14

D. Koordinator ... 19

BAB III PEMBAHASAN ... 20

A. Etika ... 20

B. Aliran Etika (Ukuran Baik) ... 22

C. Etika publik ... 23

D. Macam-Macam Etika ... 25

E. Kegunaan Etika ... 29

F. Etika Pegawai Dalam Memberi Pelayanan ... 31

G. Konsep Kualitas Layanan ... 37

(7)

A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 46

(8)

No Judul Halaman

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan 6

Tabel 2.1 Jajaran Kejatisu & Cabang Kejatisu 8

(9)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kejatisu 13

Gambar 3.1 Segitiga Etika Politik 24

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini kita dapat melihat bahwa pelayanan di sebuah perusahaan/instansi sangatlah penting guna memperlancar urusan antara pegawai dengan masyarakat, tetapi kita melihat bahwa kenyataannya pelayanan sekarang ini sangatlah kurang/menurun, kebanyakan masyarakat dilayani dilihat dari statusnya. Jika dia masyarakat dikatakan kalangan tinggi maka masyarakat tersebut sangat dilayani dengan baik, sedangkan jika masyarakatnya dari kalangan rendah maka pelayanan yang diberipun kurang. Ini sangat lazim terjadi saat ini, padahal kita tahu bahwa sebagai seorang pegawai sudah terikat dengan etika, dan dalam melayani pun ada etika yang harus dipatuhi/dijalankan oleh pegawai.

Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi.

Etika sangatlah penting bagi seorang pegawai dalam melayani masyarakat/publik, Karena pegawai tidak hanya bergelut pada kehidupannya sehari-hari, pegawai juga memiliki etika untuk melayani masyarakat umum/publik.

Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

(11)

Etika publik diperlukan untuk pembaharuan dan perbaikan pelayanan public. Konflik kepentingan, korupsi, birokrasi berbelit menyebabkan buruknya pelayanan public. Masalahnya bukan hanya terletak pada kualitas moral seseorang (jujur, adil, fair),namun terutama pada sistem yang tidak kondusif. Sebetulnya banyak pejabat publik dan politisi yang jujur dan sering berjuang untuk kepentingan publik.

Di dalam kantor kejaksaan tinggi SUMUT pada bagian TATA USAHA, di ruangan TATA USAHA adalah tempat utama dalam melayani masyarakat, segala sesuatu atau urusan yang menyangkut masyarakat bahkan segala persuratan harus melalui TATA USAHA, disanalah pegawai TU melayani masyarakat dengan baik, dan harus menggunakan etika yang sudah ditetapkan di Indonesia.

Jika pelayanan yang dilakukan pegawai terhadap masyarakat kurang baik, maka dampaknya terhadap masyarakat sangatlah besar, masyarakat bisa saja merasa bahwa pegawai tidak memiliki etika, bahkan kurang puas terhadap apa yang telah ia dapatkan dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai kejaksaan tinggi sumut di bagian TU.

Pegawai negeri sipil yang diharapkan masyarakat adalah pegawai negeri sipil yang kuat, kompak dan bersatu padu, memiliki kepekaan, tanggap, memiliki kesetiakawanan yang tinggi, netral, berdisiplin, profesional dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta penuh kesetiaan kepada pancasila, dan Undang-Undang dasar 1945, Negara, dan pemerintah, untuk itu ditetapkan

(12)

yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan merata, serta tidak diskriminatif kepada masyarakat.

Melalui pelayanan yang baik dari kantor kejaksaan tinggi sumut pada bagian TU maka usaha meningkatkan kepuasan pelayanan terhadap masyarakat dapat tercapai, kepuasan masyarakat sangatlah penting bagi kantor kejaksaan tinggi sumut, karena pada dasarnya peran kantor kejaksaan tinggi sumut adalah melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan memandang masyarakat semua sama tanpa adanya pandang bulu, atau bahkan melayani masyarakat dengan bersih dan sukarela tanpa adanya paksaan atau bayaran dari masyarakat tersebut.

Umumnya masyarakat/publik yang tidak puas terhadap pelayanan yang ia dapat akan menyampaikan pengalaman buruknya kepada orang lain, dan itu sangat berdampak bagi kantor kejaksaan tinggi sumut medan. Dari kutipan diatas dinyatakan bahwa dalam pembuatan mutu pelaksanaan etika pegawai terhadap kepuasaan pelayanan sebenarnya banyak sekali aspek-aspek yang harus diperhitungkan oleh kantor kejaksaan tinggi sumut sehingga akhirnya mutu pelayanan akan memberikan dampak positif terhadap kantor kejaksaan tinggi sumut.

Dari penjelasan mengenai masalah di atas, dapat dipastikan kantor kejaksaan tinggi sumut mempunyai tugas besar dalam memecahkan masalah- masalah tersebut. Dengan kata lain, kantor kejaksaan tinggi sumut tersebut harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai.

(13)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan bagi masyarakat mempunyai peranan dan arti yang sangat penting sekali di dalam kantor kejaksaan tinggi sumut yang bergerak di bidang dalam melayani masyarakat.

Mengingat sangat pentingnya peranan pelaksanaan etika pegawai terhadap kepuasan pelayanan kepada masyarakat maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai “Peranan Pelaksanaan Etika Pegawai terhadap Kepuasan Pelayanan di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut di bagian TU”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis meneruskan masalah yang menjadi dasar dalam penyusunan tugas akhir sebagai berikut “Bagaimana Peranan Pelaksanaan Etika Pegawai terhadap Kepuasan Pelayanan di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut di bagian TU?”.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui peranan pelaksanaan etika pegawai terhadap kepuasan pelayanan di kantor kejaksaan tinggi sumut di bagian tu.

(14)

2. Manfaat Penelitian

Peneliti ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya adalah:

1. Perusahaan

Manfaat dari peneliti ini adalah untuk membantu pihak manajemen dalam menentukan pelayanan yang akan diberikan sesuai dengan harapan masyarakat.

2. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi diri peneliti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan dan kualitas secara teori maupun aplikasi dilapangan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

D. Jadwal Kegiatan

Dalam penulisan Tugas Akhir, jadwal kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.1. pengumpulan data dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penelitian dilakukan di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan Jl. Abdul Haris Nasution No. 1 C Medan.

(15)

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Minggu ke-

I II III

1 Persiapan

2 Pengumpulan Data

3 Penulisan

Sumber : penulis (2016)

(16)

E. Sistematika Penulisan

Tugas Akhir ini dibagiatas 4 (empat) bab dan tiap bab dibagi atas beberapa sub bab antara lain:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Jadwal Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : PROFIL INSTANSI

Bab ini berisikan Sejarah Instansi , Struktur Organisasi, Job Description, Kegiatan Organisasi, Kinerja Usaha Terkini dan Rencana Kegiatan.

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini berisikan pembahasan tentang penelitian yang dilakukan penulis pada Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan yang berkaitan dengan Peranan Pelaksanaan Etika Pegawai Terhadap Kepuasan Pelayanan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan dan beberapa saran yang bermanfaat di kemudian hari.

(17)

BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah singkat Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan

Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara adalah Kejaksaan di daerah hukum meliputi wilayah Propinsi Sumatera Utara. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dipimpin MUHAMMAD YUSNI SH.MH dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi BAGINDA POLIN LUMBAN GAOL SH.MH dan beberapa orang unsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksana.

Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara beralamat di Jl. Abdul Haris Nasution No. 1 C, Medan, telp. 061-7881490, 7879655, 7880608. Jajaran Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara terdiri atas 25 Kejaksaan Negeri dan 12 Cabang Kejaksaan Negeri yaitu :

Tabel 2.1

Jajaran KEJATISU dan Cabang KEJATISU

NO KEJARI CABJARI

1 Medan -

(18)

NO KEJARI CABJARI

4 Lubuk Pakam

Cabjari Pancur Batu Cabjari Labuhan Deli

5 Sei Rampah -

6 Tebing Tinggi -

7 Pematang Siantar -

8 Siantar -

9 Kisaran -

10 Tanjung Balai -

11 Sibolga -

12 Rantau Prapat Cabjari Kota Pinang

13 Padang Sidempuan

Cabjari Sipirok Cabjari Sibuhuan

14 Stabat Cabjari Pangkalan Brandan

15 Balige Cabjari Porsea

16 Kabanjahe Cabjari Tiga Binanga

17 Panyabungan

Cabjari Natal Cabjari Kotanopan

18 Tarutung Cabjari Siborong-borong

Lanjutan

Lanjutan

(19)

NO KEJARI CABJARI

19 Gunung Sitoli Cabjari Pulau Tello

20 Sidikalang -

21 Teluk Dalam -

22 Dolok Sanggul -

23 Lima Puluh -

24 Gunung Tua

25 Pangururan

Visi dan Misi Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut VISI

“terwujudnya kepastian hokum yang berintikan dan keadilan dilandasi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan didukung oleh aparatur yang professional, memiliki integritas moral yang tangguh dan displin yang tinggi untuk turut menegakkan supreme hukum dengan memperhatikan rasa keadilan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat serta memperhatikan hak azasi manusia”.

(20)

MISI

1. Mengamankan dan mempertahankan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa terhadap usaha-usaha yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara:

2. Mampu mewujudkan kepastian hokum, ketertiban hokum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hokum serta mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang tinggi dalam masyarakat.

3. Mampu terlibat sepenuhnya dalam proses pembangunan antara lain turut menciptakan kondisi dan prasarana yang mendukung dan mengamankan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila:

4. Menjaga dan menegakkan kewajiban Pemerintah dan Negara:

5. Melindungi kepentingan rakyat melalui penegakan hukum:

Dengan visi dan misi diharapkan untuk kedepannya Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut dapat lebih efektif dan efesien dalam melayani masyarakat dan lebih memperhatikan Hak Ajasi Manusia.

(21)

B. Sruktur Organisasi Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut

Robbins dan Judge (2007:37), mendefenisikan struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi-bagi, dan dikelompokkan secara formal.

Sedangkan organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari dari dua oranng atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relative terus-menerus guna mencapai serangkaian tujuan bersama.

Ivancevich (2008:42), mendefenisikan organisasi sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih alternative kerangka kerja jabatan, proyekpekerjaan, dan departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan- tindakan yang dipilih iniakan menghasilkan sebuah struktur organisasi. Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukan adanya hubungan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Demi tercapainya tujuan umumsuatu instansi atau perusahaan diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktifitas maupun kegiatan instansi tersebut.

Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan, efesiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik agar tujuan organisasi dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun

(22)

Struktur organisasi Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini :

Sumber : Kejaksaan Tinggi Sumut

Gambar 2.1 Struktur organisasi Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut

(23)

C. Job Description Perusahaan 1. Kepala Kejaksaan Tinggi

a) Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan Tinggi dalam melaksanakan kebijaksanaan tugas, wewenang dan fungsi Kejaksaan, melaksanakan kebijakasanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung serta membina aparatur Kejaksaan di daerah hukum Kejaksaan Tinggi agar berdaya guna dan berhasil guna.

b) Mengendalikan kebijakan pelaksanaan penegakan hukum dan keadilan baik preventif maupun represif dan tindakan hukum lain.

c) Melakukan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, eksekusi dan tindakan hukum lain.

d) Mengkoordinasikan penanganan perkara pidana tertentu dengan instansi terkait meliputi penyelidikan dan penyidikan serta melaksanakan tugas-tugas yustisial.

e) Melakukan pencegahan dan pelarangan terhadap orang yang terlibat dalam suatu perkara pidana untuk masuk ke dalam atau ke luar meninggalkan wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia, peredaran barang cetakan ayang dapat mengganggu ketertiban umum, penyalahgunaan dan penodaan agama serta

(24)

f) Melakaukan tindakan hukum dibidang Perdata dan Tata Usaha Negara, mewakili lembaga Negara, Instansi Pemerintah BUMN, BUMD di dalam dan di luar Pengadilan sebagai usaha menyelamatkan kekayaan Negara.

g) Membina dan melakukan kerjasama dengan lembaga Negara, Instansi Pemerintah BUMN, BUMD dan organisasi lain di daerah hukumnya untuk memecahkan masalah yang timbul terutama yang menyangkut tanggung jawabnya.

h) Memberikan perijinan sesuai dengan bidang tugasnya dan melaksanakan tugas-tugas lain.

i) Mengendalikan pengelolaan data dan statistik kriminal serta penerapan dan pengembangan teknologi informasi di lingkungan Kejaksaan Tinggi.

2. Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi

a) Membantu Kepala Kejaksaan Tinggi dalam membina dan mengembangkan organisasi dan administrasi sehari-hari serta tugas-tugas teknis operasional lainnya agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.

b) Membantu Kepala Kejaksaan Tinggi dalam mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para Asisten Bidang, Kepala Bagian Tata Usaha dan Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya

(25)

c) Melakukan pemantauan, evaluasi, supervisi dan eksaminasi penanganan perkara.

d) Mewakili Kepala Kejaksaan Tinggi dalam hal Kepala Kejaksaan Tinggi berhalangan.

e) Memberikan saran pertimbangnan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi dan melaksanakan tugas-tugas lain sesuai petunjuk Kepala Kejaksaan Tinggi.

f) Bertanggungjawab terhadap pengelolaan data dan statistik di lingkungan Kejaksaan Tinggi.

3. Kepala Bagian Tata Usaha

a) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan ketatausahaan, kearsipan, keamanan dalam, dan protokol di lingkungan Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan.

4. Asisten Bidang Pembinaan

a) Asisten Bidang Pembinaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan atas manajemen, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pengelolaan pegawai, keuangan, perlengkapan, organisasi dan tata laksana,

(26)

dan pengembangan teknologi informasi, memberikan dukungan pelayanan teknis dan administrasi bagi seluruh satuan kerja dilingkungan Kejaksaan Tinggi bersangkutan dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas.

5. Asisten Bidang Intelijen

a) Melakukan kegiatan Intelijen penyelidikan pengamanan dan penggalangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana guna mendukung penegakan hukum baik preventif maupun represif di bidang ideologi, politik, ekonomi, keuangan, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, melaksanakan cegah tangkal terhadap orang-orang tertentu dan / atau turut menyelenggarakan ketertiban dan ketentraman umum dan penganggulangan tindak pidana serta perdata dan tata usaha negara di daerah hukumnya.

b) Memberikan dukungan intelijen Kejaksaan bagi keberhasilan tugas dan kewenangan Kejaksaan, melakukan kerjasama dan koordinasi serta pemantapan kesadaran hokum masyarakat di daerah hukumnya.

c) Asisten Bidang Intelijen dipimpin oleh seorang Asisten Intelijen yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kejaksaan Tinggi.

(27)

6. Asisten Bidang Tindak Pidana Umum

a) Asisten Bidang Tindak Pidana Umum mempunyai tugas melaksanakan pengendalian, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, penetapan hakim dan putusan Pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan terhadap perlaksanaan putusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak pidana umum.

b) Asisten Bidang Tindak Pidana Umum dipimpin oleh seorang Asisten Tindak Pidana Umum yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kejaksaan Tinggi.

7. Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus

a) Asisten Tindak Pidana Khusus mempunyai tugas melakukan kegiatan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hakim, putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, upaya hukum, pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan lepas bersyarat dan putusan pidana pengawasan, eksaminasi serta tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak pidana khusus.

8. Asisten Bidang Perdata Dan Tata Usaha Negara

(28)

mengendalikan penegakan, bantuan, pertimbangan, pelayanan hukum dan tindakan hukum lain kepada negara, pemerintah, BUMN, BUMD dan masyarakat dibidang perdata, tata usaha Negara serta melaksanakan pemulihan dan perlindungan hak, menegakkan kewibawaan pemerintah dan Negara di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan.

9. Asisten Bidang Pengawasan

a) Asisten Bidang Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pengawasan atas kinerja dan keuangan intern semua unsur Kejaksaan baik pada Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri maupun Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan, serta melaksanakan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Kepala Kejaksaan Tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Koordinator

Koordinator pada Kejaksaan Tinggi bertugas :

1. Koordinator pada Kejaksaan Tinggi adalah Jaksa unsur pembantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Kejaksaan Tinggi;

2. Koordinator Kejaksaan Tinggi mempunyai tugas melaksanakan kajian operasi intelijen yustisial, penyelesaian perkara pidana umum, pidana khusus serta perdata dan tata usaha negara;

3. Tugas dan fungsi Koordinator Kejaksaan Tinggi akan diatur lebih lanjut

(29)

BAB III PEMBAHASAN

A. Etika

Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos”, “adat”, “cara bertindak”,

“tempat tinggal”, “kebiasaan”. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 S.M.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Mendengar keterangan etimologis ini, mungkin, kita teringat bahwa dalam bahasa Indonesia pun kata “ethos” cukup banyak dipakai misalnya dalam kombinasi “ethos kerja”, “ethos profesi”, dan sebagainya.

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia “Etika” dijelaskan dalam tiga arti : 1. Ilmu tentang apa yang baik apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral.

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Menurut para ahli :

1. Drs. A. W. Widjaja, Etika Administrasi Negara, 1994 : 56. Etika

(30)

2. Drs. A. W. Widjaja, Etika Pemerintahan, 1991 : 25. Etika berasal dari perkataan Yunani “Ethos” berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan.

3. Drs. Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, 1990: 13. Etika (etimologik) berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak, kesusilaan, atau adat.

4. Dr. Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar, 1993 : 15, 17. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik.

Setelah mempelajari penjelasan diatas, penulis memilih tetap membedakan tiga arti mengenai kata “etika” ini. Mengingat arti ke-3 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 1998 lebih mendasar dari arti pertama. Sehingga,

perumusannya bisa lebih dipertajam lagi. Dengan demikian akan menghasilkan tiga arti berikut ini.

a) Pertama, kata “etika” bisa dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma- norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

b) Kedua,”etika” berarti juga: kumpulan asas atau nilai moral.

c) Ketiga, “etika” mempunyai arti lagi: ilmu tentang yang baik atau buruk.

(31)

Jadi, pengertian “etika” yang dapat disimpulkan oleh penulis adalah ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik atau buruk yang dilakukan dengan kesadaran tanpa adanya paksaan dari orang lain

B. Aliran etika (ukuran baik)

Aliran etika ini dikemukakan oleh Prof. I.R. Poedjawijatna, Etika, 1990 : 44-50.

Yang terbagi atas 6 (enam) aliran etika. Yaitu;

1. Hedonisme

Tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung kenikmatan dan perasaan puas.

2. Utilitarisme

Tindakan yang baik adalah tindakan yang berguna untuk mencapai tujuan (utilis = berguna)

3. Vitalisme

Tindakan yang baik adalah tindakan yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia.

4. Sosialisme

Tindakan yang baik adalah tindakan yang ditentukan oleh masyarakat

(32)

Tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan kehendak tuhan.

6. Humanisme

Tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan kodrat manusia, yaitu kemanusiaan; yang sesuai dengan derajat manusia, jadi tidak mengurangi atau menentang kemanusiaan.

C. Etika publik

Etika publik diperlukan untuk pembaharuan dan perbaikan pelayanan publik. Konflik kepentingan, korupsi, dan birokrasi berbelit menyebabkan buruknya pelayanan publik. Masalahnya bukan hanya terletak pada kuatitas moral seseorang (jujur, adil, fair), namun terutama pada sistem yang tidak kondusif.

Sebetulnya banyak pejabat publik dan politisi yang jujur dan serius berjuang untuk kepentingan publik.

Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

Etika publik adalah bagian dari etika politik. Etika politik didefenisikan sebagai “upaya hidup baik ( memperjuangkan kepentingan publik ) untuk dan bersama orang lain dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun institusi-intitusi yang lebih adil” (P. Ricoeur, 2011).

Tiga dimensi etika politik adalah tujuan (policy), sarana (polity), dan aksi politik (politics) (B. Sutor, 2007:86). Dari defenisi itu penulis menerjemahkan

(33)

kedalam versi tiga dimensi etika publik: (i) tujuan “upaya hidup baik”

diterjemahkan menjadi “mengusahakan kesejahtraan umum melalui pelayanan public yang berkualitas dan relevan”; (ii) sarana: “membangun institusi-institusi yang lebih adil” dirumuskan sebagai “membangun infrastruktur etika dengan menciptakan regulasi, hukum, aturan agar dijamin akuntabilitas, transparansi, dan netralitas pelayanan publik”; (iii) aksi/tindakan dipahami sebagai “integritas publik” untuk menjamin pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.

PELAYANAN PUBLIK

YANG BERKUALITAS & RELEVAN

TUJUAN

MODALITAS TINDAKAN

AKUNTABILITAS INTEGRITAS PUBLIK

TRANSPARANSI NETRALISASI

Sumber : B. Sutor, Politische Ethik ETIKA PUBLIK

(34)

Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahtraan masyarakat yang berarti tersedianya pelayanan publik yang berkualitas dan relevan. Keprihatinan utama ialah upaya penerapan kebijakan umum (policy) yang transparan dalam manajemen publik.

Dimensi kedua ialah modalitas (sarana, polity) yang memungkinkan pencapaian tujuan. Dimensi ini meliputi sistem dan prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik pelayanan publik dengan perhatian khusus pada membangun institusi-institusi sosial yang lebih adil.

Dimensi ketiga, tindakan politisi dan pejabat publik dituntut memiliki integritas publik. Dalam dimensi etika publik yang ketiga ini, pelaku megang peran sebagai yang menentukan rasionalisme politik. Rasionalitas politik terdiri dari rasionalitas tindakan dan keutamaan (kualitas moral dan pelaku).

D. Macam-macam etika

Etika terbagi atas tiga macam. Yaitu etika deskriptif, etika normative, dan metaetika.

1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya, adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atauu subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Etika deskriptif ini

(35)

hanya melukiskan tetapi tidak member penilaian. Misalnya, iamelukiskan adat mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang disebut primitive, tetapi ia tidak mengatakan bahwa adat semacam itu dapat diterima atau harus ditolak. Disini ia tidak mengemukakan penilaian moral.

Sekarang ini etika deskriptif dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial : antropologi budaya,sosiologi,psikologi,sejarah dan sebagainya.

Menurut Dr.Harry Hamersma, didalam bukunya yang berjudul Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, 2001.

Etika deskriptif itu member gambaran dari gejala kesadaran moral (“suara batin”), dari norma-norma dan konsep-konsep etis.

2. Etika normatif

Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah- masalah moral. Disini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Disini ia tidak lagi melukiskan adat mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan- kebudayaan dimasa lampau tetapi ia menolak adat itu, karena bertentangn dengan martabat manusia.

Etika normatif, dapat dibagi lebih lanjut dalam etika umum dan etika

(36)

1) Etika umum memandang tema-tema umum seperi: apa itu norma etis ? jika ada banyak norma etis, bagaimana hubungannya satu sama lain ? mengapa norma moral mengikat kita ? bagaimana hubungan antara tanggung jawab manusia dan kebebasannya ? apakah yang dimaksut dengan hak dan kewajiban dan bagaimana perkaitannya satu sama lain?

2) Etika khusus berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus. Dengan menggunakan suatu istilah yang lazim dalam konteks logika, dapat dikatakan juga bahwa dalam etika khusus itu premis normatif dengan premis factual untuk sampai pada suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif juga . etika khusus mempunyai mempunyai tradisi panjanng dalam sejarah filsafat moral.

Menurut Dr. Harry Hamersa, didalam bukunya yang berjudul Pintu Masuk ke DuniaFilsafat, 2001.

Etika normative tidak berbicara lagi tentang gejala-gejala melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita dalam etika normatif, norma-norma dinilai, dan sikap manusia ditentukan.

3. Metaetika

Cara lain lagi untuk mempraktekkan etika sebagai ilmu adalah metaetika. Awalan meta- ( dari bahasa Yunani) mempunyai arti “melebihi”,

“melampaui”. Istilah ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas disini bukanlah morallitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf “bahasa etis” atau

(37)

bahasa yang kita pergunakan di bidang mora. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

D.1 Etika yang Diterapkan Pegawai di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Bagian Tata Usaha

Etika yang diterapkan oleh pegawai yang berada di kantor kejaksaan tinggi sumut adalah etika yang sudah ditentukan di UUD 1945. Termasuk etika deskriptif, etika normative, dan metaetika.

Pegawai kejaksaan juga menerapkan etika Umum dan etika Khusus, dimana etika Khusus adalah etika yang diterapkan untuk dipatuhi oleh setiap pegawai dimanapun berada, sedangkan Etika secara Umum ialah etika yang diterapkan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut tersebut, dimana pegawaitersebut harus mematuhi beberapa etika ;

1. Pegawai kejatisu harus mematuhi peraturan dan tata krama ( etika ) yang sudah diterapkan oleh kepala kejaksaan tinggi sumut.

2. Memakai seragam yang rapi, bersih, sopan dan tidak ketat.

3. Tidak melanggar HAM, dan lain-lain.

Pegawai Kejaksaan Tinggi Sumut di wajibkan datang tepat waktu dan pulang sesuai aturan, dimana pegawaitidak bisa masuk sembarangan dan pulang sesuka hati. pegawaiKejaksaan Tinggi Sumut juga harus mengisi daftar hadir yang sudah disediakan oleh Bagian Tata Usaha , dan setiap pegawai tidak bisa

(38)

E. Kegunaan etika

Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang dari suku, daerah dan agama yang berbeda-beda. Kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada lagi.

Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan dan semua mengajukan klaim mereka pada kita.

Karena pandangan-pandaangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.

Situasi itu berlaku pada zaman sekarang juga, bahkan bagi kita masing-masing.

Yang dipersoalkan bukan hanya apakah yang merupakan kewajiban saya dan apa yang tidak, melainkan manakah norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai kewajiban. Norma-norma moral sendiri dipersoalkan.

Misalnnya dalam bidang etika seksual, hubungan anak dan orangtua,kewajiban terhadap Negara , etika ssopan santun dan pergaulan dan penilaian terhadap harga nyawa manusia terdapat pandangan-pandangan yang sangat berbeda satu sama lain.

Kedua, kita hidup dalam massa transformsi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi dibawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi. Tidak perlu kita mencoba untuk mendefenisikan disini apa yang dimaksut dengan modernisasi. Jelaslah bahwa modernisasi itu telah terasa sampai kesegala penjuru tanah air, sampai kepelosok-pelososk yang paling terpencil. Tak ada dimensi kehidupan yang tidak

(39)

terkena. Kehidupan dalam kota kita yang sekarang sangat berbeda dengan kehidupan kota kita seratus tahun yang lalu.

Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan oleh berbagai pihak untuk memancing dalam air keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi- ideologi itu dengan kritis dan objektif dan untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak terlalu mudah terpancing. Etika juga membantu agar kita jangan naïf atau eksterm. Kita jangan cepat-cepat memeluk segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai hanya karena baru dan belum biasa.

Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.

E.1 Kegunaan Etika bagi Pegawai Kejaksaan Tinggi Sumut , di bagian Tata Usaha

Bicara mengenai etika, setiap manusia harus tau bagaimana menerapkan etika bagi kehidupan sehari-hari karena etika adalah salah satu kewajiban yang harus dituntut dalam kehidupan kita. Begitu juga dengan pegawai, bukan saja di kehidupannya sehari-hari tetapi didalam lingkungan kerja pegawai juga harus

(40)

1. Dengan menerapkan etika di diri sendiri maka Pegawai dapat lebih tau bagaimana sebenarnya etika sopan santun, dan terbiasa dengan etika dimanapun ia berada.

2. Dapat memahami ajaran moral.

3. Pegawai mampu untuk menghadapi ideologi-ideologi yang terjadi dengan kritis dan objektif,dan dapat membentuk penilaian terhadapdiri sendiri.

F. Etika pegawai dalam memberi pelayanan

Pegawai adalah setiap orang yang mengembangkan biasanya kepada suatu badan usaha/organisasi, baik lembaga swasta maupun lembaga pemerintahan, dan mendapatkan imbalan usaha atau gaji atas jasa tersebut.

Etika Pegawai Negeri Sipil berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil di seluruh wilayah Indonesia adalah Etika Pegawai Negeri Sipil yang tertuang dalam peraturan pemerintah Nomor 42 tahun 2004 yang selanjutnya dikenal sebagai kode Etik Pegawai Negeri Sipil, wajib dilaksanakan pegawai negeri sipil secara utuh dan bertanggung jawab.

Pegawai negeri sipil disamping wajib melaksanakan dan menerapkan kode etik pegawai negeri sipil, tapi juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bagi pegawai negeri sipil yang diatur dalam pasal 6 peraturan pemerintah nomor 42 tahun 2004. Adapun nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh pegawai negeri sipil meliputi :

1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila dan UUD 1945.

(41)

3. Semangat Nasionalisme

4. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi/golongan

5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan 6. Penghormatan terhadap hak azasi manusia

7. Tidak diskriminatif

8. Profesionalisme, netralitas dan bermoral tinggi 9. Semangat jiwa korps

F.1 Etika pegawai dalam bernegara

1 Melaksanakan sepenuhnya pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 2 Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan Negara

3 Menjadi perkat dan pemersatu bangsa dalam NKRI

4 Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugas

5 Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

6 Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah.

7 Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan efektif.

8 Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

(42)

F.2 Etika pegawai dalam organisasi

1 Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku.

2 Menjaga informasi yang bersifat rahasia

3 Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

4 Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi

5 Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan.

6 Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas.

7 Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja.

8 Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.

9 Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja

F.3 Etika Pegawai dalam bermasyarakat.

1. Mewujudkan pola hidup sederhana. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih dan tanpa unsur paksaan

2. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka dan adil serta tidak diskriminatif.

3. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat

4. Berorientasi pada peningkatan kesejahtraan masyarakat dalam melaksaakan tugas.

(43)

F.4 Etika pegawai terhadap diri sendiri

1 Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar 2 Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan

3 Menghindari konplik kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan 4 Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,

keterampilan, dan sikap

5 Memiliki daya juang yang tinggi

6 Memelihara kesehatan jasmani dan rohani 7 Menjaga keutuhan dan keharmnisan keluarga 8 Berpenampilan sederhana, rapih, sopan.

F.5 Etika pegawai terhadap sesama pegawai

1 Saling menghormati sesama warga Negara yang memeluk agama/kepercayaan yang berlainan

2 Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama pegawai negeri sipil 3 Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun

horizontal dalam suatu unit kerja, istansi, maupun antar instansi.

4 Menghargai perbedaan pendapat.

5 Menjunjung tinggi harkat dan martabat pegawai negeri sipil 6 Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama PNS

7 Berhimpun dalam suatu wadah korps pegawai Republik Indonesia yang

(44)

Berdasarkan ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1999, Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001. Undang-Undang nomor 8 tahun 1974 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, Peraturan pemerintah Nomor 42 tahun 2004, dan surat keputusan menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, sikap dan prilaku positif pegawai negeri sipil yang diharapkan dalam melayani masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan yang adil dan merata

2. Memberikan pelayanan yang produktif, transparan, bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan Nepotisme

3. Memilki rasa keperdulian yang tinggi dalam memberikan pelayanan 4. Memberikan pelayanan yang empati, hormat dan santun, tanpah pamrih

dan tanpa unsur paksaan

5. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif,

6. Memberikan pelayanan sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat, yang berorientasi pada kepuasan dan kebutuhan masyarakat dimana pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas, tidak diskriminatif. Pegawai Negeri Sipil perlu memahami dan melaksanakan dengan baik dan benar asas dan prinsif pelayanan public untuk meningkatkan kualitas pelayanan, karena ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh

(45)

pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Oleh karena itu setiap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survey indeks kepuasan masyarakat.

F.6 Etika pegawai kejaksaan tinggi sumut di bagian Tata Usaha dalam pelaksanaan pelayanan

Kejaksaan tinggi sumut menerapkan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pegawai dalam melakukan pelayanan publik.

1. Pelayanan terhadap publik harus diutamakan

2. Rakyat adalah berdaulat, dan mereka yang bekerja di dalam pelayanan publik secara mutlak bertanggung jawab kepadanya;

3. Hukum yang mengatur semua kegiatan pelayanan publik. Apabila hukum atau peraturan yang ada bersifat jelas, maka kita harus mencari cara terbaik untuk memberi pelayanan publik;

4. Manajemen yang efesien dan efektif merupakan dasar bagi administrator publik. Penyalahgunaan, pemborosan, dan berbagai aspek yang merugikan tidak dapat ditolerir;

5. Sistem merit dan kesempatan kerja yang sama harus didukung, diimplementasikan dan dipromosikan;

6. Mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan pribadi tidak dapat dibenarkan;

7. Keadilan, kejujuran, keberanian, kesamaan, kepandaian, dan empathy

(46)

8. Kesadaran moral memegang peranan penting dalam memilih alternatif keputusan;

9. Administrator publik tidak semata-mata berusaha menghindari kesalahan, tetapi juga berusaha mengejar atau mencari kebenaran.

G. Konsep Kualitas Layanan

Samuelson (2000:85) menyatakan bahwa, konsep kualitas layanan pada dasarnya adalah suatu standar kualitas yang harus dipahami didalam memberikan pelayanan yang sebenarnya tentang kualitas pelayanan.

Yong dan Loh (2003:146) memberikan suatu pengertian bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu kecocokan untuk penggunaan (fitness for yours) yang bertujuan untuk menemukan suatu pemikiran yang jelas dari proses pemikiran yang melahirkan adanya suatu pemahaman yang tidak sulit untuk dipahami, karena tujuannya jelas dan prosesnya merupakan continue quality improvement (proses yang berkelanjutan).

Menurut Parasuraman (2001:162), menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu, tentang memuaskan atau tidak memuaskan. Konsep kualitas layanan dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diharapkan lebih kecil daripada pelayanan yang dirasakan.

Dikatakan konsep kualitas layanan memenuhi harapan, apabila pelayanan yang diharapkan sama dengan yang dirasakan (memuaskan). Demikian pula dikatakan persepsi tidak memenuhi harapan apabila pelayanan yang diharapkan lebih besar daripada pelayanan yang dirasakan.

(47)

G.1 Unsur-Unsur Kualitas Layanan

Setiap organisasi modern dan maju senantiasa mengedepankan bentuk- bentuk aktualisasi kualitas layanan. Kualitas layanan yang dimaksud adalah memberikan bentuk pelayanan yang optimal dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan dan kepuasan dari masyarakat yang meminta pelayanan dan yang meminta dipenuhi pelayanannya.

Ini dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai dengan daya tanggap (responsiveness), menumbuhkan adanya jaminan (assurance), menunjukkan bukti fisik (tangible) yang dapat dilihatnya, menurut empati (empathy) dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan kehandalan (reliability) menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara konsekuen untuk memuaskan pihak yang menerima pelayanan.

G.2 Karateristik pelayanan

Karateristik suatu pelayanan menurut Gaspers (2002:153) adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan merupakan output tak terbentuk (intangible output).

b. Pelayanan merupakan output variable, tidak standart.

c. Pelayanan tidak disimpan sebagai inventori, tetapi dapat dikonsumsi dalam produksi.

(48)

e. Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan.

f. Pengukuran efektivitas pelayanan bersifat subyektif.

G.3 Bentuk pelayanan

Menurut moenir (2002:148), pelayanan umum yang dilakukan oleh siapapun memiliki 3 (tiga) macam bentuk, yaitu :

a. Pelayanan dengan lisan, biasanya dilakukan oleh petugas-petugas ataupun karyawan dibidang marketing atau sales.

b. Pelayanan melalui tulisan, pada dasarnya layanan melalui tulisan cukup efesien terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya.

c. Pelayanan dengan perbuatan, pada umumnya layanan layanan dalam bentuk perbuatan 70-80% dilakukan oleh marketing atau sales lapangan. Oleh sebab itu faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil dari perbuatan atau pekerjaan.

(49)

G.4 Persyaratan dalam melakukan pelayanan

Agar suatu pelayanan dapat memuaskan konsumen atau sekelompok orang yang ingin dilayani, maka setiap pegawai harus dapat memenuhi persyaratan pokok yang telah ditentukan oleh perusahaan/instansi sebagai berikut :

i. Tingkah laku yang sopan.

ii. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh yang bersangkutan.

iii. Waktu dan tempat penyampaian.

iv. Keramahtamahan terhadap pelanggan atau konsumen.

G.5 Pelayanan Pegawai Kejaksaan Tinggi Sumut di Bagian Tata Usaha Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut memiliki banyak bagian , salah satunya adalah bagian Tata Usaha. Bagian Tata Usaha adalah salah satu bagian yang langsung berinteraksi dengan masyarakat dimana pegawainya langsung melakukan pelayanan terhadap masyarakat, karena diruang Tata Usaha adalah ruang yang langsung menerima surat masuk yang berasal dari semua instansi, perusahaan, bahkan dari masyarakat sendiri, disinilah pegawai di bagian Tata Usaha diwajibkan melayani dengan baik, adapun pelayanan yang dilakukan oleh pegawai ialah sbb ;

1. Melakukan pelayanan dengan etika yang baik.

2. Tidak memandang bulu kepada orang yang datang ke ruang Tata Usaha.

(50)

4. Pegawai di bagian Tata Usaha melayani dengan sepenuh hati.

5. Tidak meminta imbalan saat melakukan pelayanan.

G.6 Kualitas Pelayanan Pegawai Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut di Bagian Tata Usaha.

Adapun Kualitas Pelayanan Pegawai di Bagian Tata Usaha adalah ; 1. Pelayanan yang dilakukan sangat baik.

2. Semua data yang diberikan kepada masyarakat sangat akurat.

3. Tidak memberikan informasi yang salah/palsu kepada masyarakat.

4. Pegawai berusaha memberikan pelayanan yang sebenar-benarnya kepada masyarakat atau kepada setiap bagian yang datang ke bagian tata usaha , agar adanya kepuasan dari mereka pada saat menerima pelayanan.

5. Menumbuhkan adanya jaminan.

6. Memberikan pelayanan sesuai dengan kehandalan.

G.7 Pelaksanaan Pelayanan Pegawai Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut di Bagian Tata Usaha.

Pelaksanaan Pelayanan pegawai di bagian Tata Usaha berjalan dengan baik dan lancar, dimana pegawai tidak memandang bulu dan memberikan pelayanan yang sesungguhnya kepada seluruh masyarakat yang ada. Pegawai juga melaksanakan pelayanan dengan sepenuh hati, tanpa meminta adanya imbalan atau sogokan dari masyarakat, bahkan jika ada masyarakat yang memberikan

(51)

sogokan maka pegawai menolak dengan etika yang baik dan menggunakan tata bahasa yang sopan.

Pelayanan yang terjadi di Bagian Tata Usaha dilakukan oleh setiap pegawai, artinya tidak ada pegawai yang khusus menerima tamu, khusus memberi pelayanan. Pelaksanaan pelayanan juga diwajibkan bagi sesama pegawai yang ada di bagian Tata Usaha tersebut.

H. Konsep kepuasan

Setiap layanan yang diberikan oleh perusahaan/instansi, senantiasa berorientasi pada tujuan memberikan kepuasan kepada masyarakat. PJ. Johnson dalam Purwoko (2000:208) menyatakan bahwa, kepuasan seorang pelanggan dapat terlihat dari tingkat penerimaan pelanggan yang didapatkan. Tanda dari kepuasan tersebut diidentifikasi sebagai berikut :

1. Senang atau kecewa atas perlakuan atau pelayanan yang diterima.

2. Mengeluh atau mengharapkan atas perlakuan yang semestinya diperoleh.

3. Tidak membenarkan atau menyetujui sesuatu yang bertautan dengan kepentingan.

4. Menghendaki pemenuhan kebutuhan dan keinginan atas berbagai pelayanan yang diterima.

Keempat tanda tersebut di atas akan berbeda-beda sesuai dengan bentuk pelayanan jasa yang diterima.

(52)

Dalam pelaksanaan pelayanan pegawai Kejaksaan Tinggi Sumut diwajibkan memiliki Etika yang baik, karena tanpa adanya etika maka pelayanan yang diberikan kurang memuaskan bagi penerima layanan. Dengan adanya etika pada saat terjadinya pelayanan maka masyarakat akan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kejaksaan Tinggi Sumut. Dan tidak akan ada rasa kecewa yang timbul dari benak masyarakat.

Pelayanan yang dilakukan harus memenuhi aturan yang berlaku tidak meminta imbalan atau menerima imbalan, tidak memandang status atau pandang bulu. Melakukan pelayanan harus sama rata dan sepenuh hati.

(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan pelayanan pegawai harus memiliki etika. Dengan adanya Etika maka pelayanan yang dilakukan oleh pegawai dapat terlaksana dengan baik dan menimbulkan adanya rasa puas oleh orang yang menerima pelayanan.

2. Kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai dengan daya tanggap (responsiveness), serta menumbuhkan adanya rasa empati (empaty) bagi orang-orang yang mendapatkan pelayanan.

3. Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut akan senantiasa melayani masyarakat dengan sepenuh hati tanpa melihat status, suku, ataupun agama masyarakat banyak, serta menerapkan kebijakan-kebijakan baru yang sesuai dengan perkembangan zaman untuk meningkatkan kinerja pegawainya terlebih di bagian Tata Usaha, demi mewujudkan tujuan instansi tersebut.

(54)

B. Saran

Adapun saran-saran yang mungkin dapat dijadikan bahan masukan dalam Peranan Pelaksanaan Etika Pegawai Terhadap Kepuasan Pelayanan di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut di Bagian TU adalah sebagai berikut :

1. Disarankan agar Kantor Kejaksaan Tinggi dalam penerapan konsep pelayanan harus memiliki Etika yang baik menjadi pertimbangan agar pemberian pelayanan tersebut sesuai dengan peningkatan kepuasan masyarakat yang diharapkan.

2. Kantor kejaksaan tinggi sumut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat melalui :

a. Daya tanggap terus ditingkatkan, tingat pemahaman dari pengelola dalam menunjukkan sikap yang baik dalam melayani masyarakat.

b. Jaminan terus ditingkatkan dengan menunjukkan komitmen harapan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat.

c. Bukti fisik terus ditingkatkan dengan melengkapi peralatan yang modern.

d. Empati terus ditingkatkan dengan menunjukkan sikap dan kepedulian untuk melayani setiap masyarakat.

e. Kehandalan terus ditingkatkan dengan melayani masyarakat tidak diskriminatif.

3. Kantor kejaksaan tinggi sumut dalam memberikan kualitas pelayanan berdasarkan kehandalan harus menunjukkan pengaruh signifikan untuk menjadi perhatian dengan menyediakan staf yang handal, memberikan pengajaran yang baik kepada setiap pegawai dalam melayani masyarakat dengan baik.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin, 2004. Studi Etika, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Bertens, K., Dr. 2007. Etika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gaol, CHR., Jimmy L, 2014. Human Capital Sumber Daya Manusia, Penerbit PT.

Grasindo Anggota Ikapi, Jakarta.

Haryatmoko. 2011. Etika Publik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

https://www.kejaksaan.go.id

Magnis-Suseno, Franz, Dr. 2001. Etika Dasar . Penerbit Kanisius, Jakarta.

Moekijat, Drs, 2001. Asas-Asas Etika. Penerbit Mandur Maju, Bandung.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 tahun 2012. Tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan public.

Rangkuti, Freddy, 2003. Konsep Pengukuran Kepuasan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Ruslan, S.H., M.M, Rosady, 2004. Etika Kehumasan, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Tjiptono, Fandy, 2004. Kepuasan Dalam Pelayanan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, tentang pelayanan publik.

Undang-Undang Nomor 42 tahun 2004, tentang pokok-pokok kepegawaian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2008, tentang OMBUDMAN Republik Indonesia.

Gambar

Tabel 1.1  Jadwal Kegiatan  No  Kegiatan  Minggu ke-  I  II  III  1  Persiapan  ✓    2  Pengumpulan Data  ✓    3  Penulisan  ✓    ✓    ✓         Sumber : penulis (2016)
Gambar 2.1 Struktur organisasi Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Smith (1982) perubahan granula pati selama pemanasan berlangsung cepat dan melalui beberapa tahapan yang diawali dengan penyerapan air dingin oleh pati sampai

Pelaksanaan (eksekusi) pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun

l Calon peserta penerima Bidikmisi yang telah dinyatakan lulus SNMPTN 2018 namun berkeinginan mendaftar SBMPTN 2018, harus memperoleh KAP dan PIN baru melalui laman

Kegiatan Mahasiswa FKIP memiliki program kerja global yang berpedoman pada AD-ART KM FKIP. Program kerja global ini terdiri dari 5 bidang, yakni Islami,

Perumusan masalah yang didapat, bagaimana menganalisa geometrik jalan baru pada rute jalan yang menghubungkan Majalengka - Kadipaten agar memperoleh jalan yang sesuai

Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbutan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Segala puji hanya untuk MU ya Allah, atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul :”Peningkatan