• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanyaan mengapa kamu mencari Dia (= Yesus; Red.) di antara orang mati?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pertanyaan mengapa kamu mencari Dia (= Yesus; Red.) di antara orang mati?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Shalom,

Kiranya Roh Kudus tetap menuntun, membimbing dan memimpin kita karena kita sangat membutuhkan-Nya dalam menjalani keseharian hidup ini. Juga di hari Pentakosta ini Roh Kudus tidak hanya dicurahkan tetapi sudah berdiam di dalam kehidupan kita.

Peristiwa apa yang terjadi sebelum Roh Kudus dicurahkan kepada para murid Yesus? Lukas 24:1-12 menuliskan, “Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu tiba- tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau- kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu ketika Ia masih di Galilea yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan dan akan bangkit pada hari ketiga.” Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.…..Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala dan Yohana dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul- rasul. Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu…..”

Pertanyaan “mengapa kamu mencari Dia (= Yesus; Red.) di antara orang mati?”

ini ditujukan kepada perempuan- perempuan yang ziarah ke kubur juga kepada para murid yang lagi bersembunyi ketakutan.

Jika pertanyaan di atas hanya kita tujukan kepada para murid, kita dapat memojokkan murid-murid yang tidak percaya bahwa Guru mereka telah bangkit sebab Yesus telah memberitahukan mereka sebelumnya.

Namun apa respons kita kalau pertanyaan yang sama ditujukan kepada kita, “Mengapa kita mencari Yesus yang hidup di antara persoalan- persoalan kita (bukan lagi di antara orang mati)?” Bukankah kita sering bertanya benarkah Yesus ada sementara masalah kita masih bertumpuk tidak terselesaikan? Seharusnya kita tidak mencari Dia tetapi melibatkan- Nya dalam kehidupan kita walau persoalan dan masalah masih bermunculan. Akan menjadi beda jika kita melibatkan Tuhan bukan mencari-Nya seperti pengalamanan orang-orang Israel yang mengomel tidak ada makanan saat mengembara di padang gurun seakan-akan Allah tidak ada untuk memelihara mereka.

Mengapa pertanyaan “Mengapa mencari Yesus di antara orang mati” masih

(2)

muncul hingga sekarang? Ini karena:

Tidak mengerti arti “percaya kepada Firman Tuhan”.

Bukankah malaikat mengatakan kepada perempuan-perempuan itu

“Ingatlah apa yang telah dikatakan Yesus ketika Ia masih di Galilea”?

Mendengar hal ini mereka lalu teringat akan perkataan Yesus. Memang mereka lupa akan perkataan Yesus tetapi kelupaan ini bukan disebabkan karena kelemahan bagian otak kecil (hippocampus) yang berperan penting dalam menyimpan memori.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan percaya/beriman? Percaya bukanlah sekadar kata-kata slogan yang terucap dengan mudah bahkan seperti latah atau jika diucapkan bagaikan mantra yang otomatis manjur seperti jimat.

Perlu diketahui bahwa percaya/beriman melibatkan:

• Sumber pemberi informasi untuk dipercaya.

• Pancaindra sebagai penerima awal informasi akan Dalam hal ini telinga dipakai untuk mendengarkan Firman Kristus (Rm. 10:17).

• Kesadaran berpikir yang dikuatkan oleh perasaan sehingga timbullah pilihan: menolak, menerima atau abstain/tidak memberikan suara.

Contoh: Hawa melihat dan merasa sedap buah yang diusulkan oleh ular kemudian menerima bujukan ular ketimbang menaati perintah Allah (Kej.

3:6).

• Firman Allah sendiri menegaskan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17,20,26).

• Roh Allah yang memberikan iman (1 12:9).

Jika satu dari aspek di atas ini tidak ada maka dapat dikatakan itu bukan iman.

Jelas kelupaan tentang perkataan Yesus bukan disebabkan karena kelemahan hippocampus tetapi lebih disebabkan karena sikap abai/lalai/tidak peduli yang lahir dari ketidakpercayaan. Bukankah mereka menganggap perkataan perempuan-perempuan itu “omong kosong”?

Sebenarnya murid-murid dan perempuan-perempuan telah menyaksikan fakta dan bukti tetapi mereka tidak percaya karena di dalam otak mereka tidak pernah ‘singgah’ pengertian bahwa Yesus benar-benar bangkit.

Fakta apa yang seharusnya membantu mereka untuk memercayai Yesus telah bangkit?

(3)

• Batu yang terguling (Luk. 24:2). Siapa mampu menggulingkan batu besar nan berat itu apalagi dimeterai dan dijaga oleh para perajurit (Mat. 27:62-66)? Yang mengulingkan adalah dua orang berpakaian

berkilau- kilauan itulah malaikat.

• Mayat Yesus yang tidak ada di dalam kubur malah dianggap diambil oleh seseorang (Yoh. 20:2). Faktanya, seseorang mencuri mayat karena tergiur oleh harta karun yang terkubur bersama Apakah Yesus termasuk orang kaya dan banyak harta benda dibawa serta bersama-Nya? Bukankah Ia tidak memiliki kuburan sendiri tetapi pinjaman dari Yusuf dari Arimatea (Mat. 27:57-60)?

Terbukti perkataan Yesus yang memberitahukan bahwa Ia akan menderita sengsara (Mat. 16:21) sama sekali tidak masuk di dalam memori murid- murid apalagi singgah di hati mereka. Mereka hanya mendengar tetapi tidak merenungkan sehingga tindakannya memilih tidak percaya. Sama seperti Adam-Hawa memilih melanggar perintah Allah, murid-murid mengambil keputusan “omong kosong”/nonsense = tidak masuk akal.

Waspada, berita kematian-kebangkitan Yesus bagi mereka yang tidak percaya akan dianggap omong kosong semata. Berita tersebut dianggap tidak masuk akal; itu sebabnya tidak pernah singgah dalam pikiran maupun hati. Petrus sendiri tidak percaya dan menganggap Yesus terlalu terbawa perasaan ketika menjelaskan penderitaan yang akan ditanggung- Nya sehingga dia menarik Gurunya ke samping karena dianggap pamali yang pantang dikatakan.

Mengapa berita salib tidak disukai oleh mayoritas orang Kristen?

• Makin suburnya pemberita-pemberita Firman Allah yang mengerti

keadaan “pasar” dan berkhotbah dengan upaya membelokkan Firman melalui pendekatan “masuk akal” yang cocok dengan keinginan daging (untuk

mengambil keuntungan darinya, antara lain: mendapatan popularitas dan materi yang lebih banyak).

• Terbiasa mengondisikan Firman Tuhan sesuai dengan cara pikir kita.

Kita memaksa cara pikir Tuhan (melalui Firman-Nya) harus sama dengan pola pikir Analogi: cara berpikir orang tua beda dengan cara pikir anak-anak. Orang tua menganggap lari-lari dan ketawa bebas tidaklah baik sementara kegiatan itu normal bagi anak-anak kecil. Ternyata mayoritas pemberita Firman berpikiran untuk tidak menyampaikan alias meniadakan teologi salib dari kekristenan.

• Menganggap Firman yang masuk akal ialah Firman yang cocok dengan alur pikir kita, sesuai budaya dan tidak mengganggu kenyamanan kita.

Kalau begitu sikap benar macam apa yang harus diambil oleh pemberita

(4)

Firman Tuhan juga jemaat?

• Menyadari bahwa otak kita ini bobrok dan berdosa bukan seperti yang digembar-gemborkan para motivator yang mengedepankan pendekatan

“Positif Thinking” dengan mengatakan bahwa kita hebat, luar biasa, pikiran kita mampu menjangkau cakrawala dst.

• Takluk dan tunduk terhadap semua yang diinginkan

• Tidak coba-coba mengendalikan dan menyetir alur pikiran Tuhan,

jangan mengarahkan Allah dan jangan pula menentang-Nya. Hal ini pernah Yesus katakan kepada Saulus/Paulus, “…Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.” (Kis. 26:14) Di ayat lain Yesus meyakinkan mereka yang meragukan kebangkitan anak yang mati untuk percaya saja (Mrk. 5:36).

Apa yang dimaksud dengan galah rangsang? Tongkat dengan kaitan runcing di ujung yang berfungsi untuk mengendalikan ternak dengan mengarahkan ke kiri/kanan; jika ternak belok kanan/kiri semaunya akan terkena galah ransang dan babak belur sendiri. Yesus juga mengingatkan Petrus tua yang mana dia tidak lagi bebas pergi ke mana saja tetapi orang lain akan mengikat dia dan membawa pergi ke tempat yang tidak dikehendakinya (Yoh. 21:18).

Aplikasi: kita akan sangat rugi telah mendengarkan Firman Tuhan ribuan kali, rajin beribadah dan giat dalam pelayanan tetapi kita tidak memercayai Firman Tuhan sepenuhnya. Akibatnya kualitas hidup nikah kita semakin tidak indah tiap tahun, tidak dapat menikmati masa tua dengan damai juga anak-anak muda menjalani masa muda penuh air mata karena perbuatan-perbuatan dosa yang tidak dapat dikendalikannya.

Perhatikan, jangan salahkan Tuhan kalau kita merugi!

Merendahkan dan tidak percaya kepada perempuan-perempuan yang menyampaikan berita kebangkitan Yesus (Luk. 24:11).

Kita harus belajar banyak melalui ayat ini sebab ternyata berita kematian dan kebangkitan Yesus pertama kali disampaikan kepada perempuan-perempuan bukan kepada murid-murid. Dapat dibayangkan perempuan- perempuan ini begitu antusias pergi ke rumah para murid yang sedang berkumpul untuk menyampaikan kabar baik ini tetapi direspons dengan “omong kosong”. Mereka tidak percaya dengan perkataan perempuan- perempuan tersebut. Apakah ini karena masalah gender – perempuan yang menyampaikannya?

Benarkah kriteria pemberitaan Injil berdasarkan gender (laki/perempuan)? Bukan, tetapi berdasarkan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada siapa pun. Kenyataannya, suami sering merendahkan istri dengan memegang ayat istri harus tunduk kepada suami. Ilustrasi: suami-

(5)

istri menyimpan uang sendiri-sendiri tanpa saling mengetahui untuk apa/siapa uang itu dipergunakan. Akibatnya, timbul pertengkaran hebat gara-gara uang. Mengapa persoalan uang disembunyikan padahal suami/istri terbuka dalam urusan ranjang yang bersifat sangat pribadi?

Aplikasi: hendaknya kita tidak merendahkan orang hanya karena gender tetapi menghormati para pemberita Firman Tuhan bukan karena siapa (gender) dan bagaimana (berdosa, tidak terpelajar dll.) dia tetapi karena Tuhan mengutusnya. Dunia membutuhkan perempuan-perempuan menyampaikan berita salib tentang kematian-kebangkitan Yesus.

Setelah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, terjadi keubahan yang drastis. Roh Kudus turun atas orang- orang percaya yang berkumpul memenuhi seluruh rumah (Kis 2:1-4a). Apa yang terjadi dengan Petrus?

Dia memberitakan Yesus yang mati disalib telah dibangkitkan oleh Allah (Kis. 2:22-24). Kisah fenomenal ini membuat 3.000 jiwa diselamatkan tetapi jangan lupa semua ini diawali dengan “khotbah” perempuan- perempuan.

Apa yang membuat Petrus dan Tomas berubah? Roh Kudus mampu mengubah hamba Tuhan yang penakut menjadi pemberani, yang tadinya bersembungi ketakutan luar biasa sekarang berbicara lantang tentang kematian- kebangkitan Yesus.

Jelas, mukjizat keubahan hidup tidak hanya sekadar teori. Jangan kita menghabiskan energi untuk mengejar mukjizat-mukjizat sebab dahulu yang dianggap mukijzat sekarang dapat dikerjakan oleh canggihnya teknologi.

Perbedaan yang paling mencolok ialah mukjizat pertolongan Tuhan bertujuan untuk keselamatan jiwa. Mukjizat hanyalah sarana yang dipakai Tuhan agar kita mengalami keubahan hidup. Dan keubahan hidup merupakan mukjizat sesungguhnya yang dikerjakan oleh Roh Kudus.

Contoh: Saulus/Paulus mengaku orang paling berdosa (1 Tim. 1:12) padahal sebelumnya dia begitu membanggakan kredibilitasnya (Flp.

3:5-6). Demikian pula Nikodemus bingung ketika Yesus menyuruh dia untuk dilahirkan kembali (Yoh. 3:3-4). Karena dia tidak mengerti, Yesus memberikan analogi tentang angin yang bertiup ke mana ia mau dan mendengar bunyinya tetapi tidak tahu dari mana ia datang atau pergi.

Artinya, Roh Kudus tidak dapat disetir oleh siapa pun. Yang penting ialah perlu menemukan titik pertemuan dengan Roh Allah. Buktinya titik pertemuan Paulus dan Petrus dengan Roh kudus berdampak keubahan hidup.

Dengan kata lain, kalau kita tidak bertemu dengan Roh Allah, sia- sialah hidup kita sebab hanya Dia (bukan hamba Tuhan sehebat apa pun) yang mampu mengubah kehidupan seseorang. Juga tidak ada teori yang mengajarkan kepenuhan Roh Kudus harus mengikuti syarat ini-itu.

Hendaknya kita percaya bahwa Yesus telah bangkit dan melibatkan Dia

(6)

dalam masalah hidup yang kita hadapi. Jangan merendahkan si pembawa Firman Tuhan hanya karena masalah gender sebab Tuhan mengutus siapa pun yang dikehendaki-Nya. Jangan pula menyetir kemauan Roh Kudus untuk dicocokkan dengan selera kita! Biarlah kita belajar tunduk dan taat kepada Tuhan melalui Firman-Nya juga kepada Roh Kudus yang memimpin kita pada seluruh kebenaran. Amin.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya percepatan pelepasan varietas unggul baru gandum yang adaptif pada dataran rendah maka pada tahun 2009 Badan Litbang Pertanian merintis konsorsium penelitian gandum

Program SCORE merupakan program peningkatan usaha / industri kecil dan menengah melalui pelatihan dengan metodologi SCORE yang terdiri dari pelatihan di dalam kelas dan kunjungan

Penelitian berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Duren 01 Tengaran,

Untuk tahap kedua siswa melakukan kegiatan selama 1 jam pelajaran yaitu siswa mempelajari materi sistem penilaian persediaan kemudian siswa menjawab soal- soal yang

 Dari dalam negeri, pemerintah resmi menandatangani formulir B vaksin GAVI Covax Facilities pada 7 Jan-21 un- tuk memperoleh 108 juta dosis vaksin gratis..  Dari

Sarnata Saidi,SH : Target suara khususnya di Kel.Petamburan adalah 5.000 suara. dari jumlah pemilih terdaftar sebanyak

Tangerang 4 Kota Tangerang Selatan 15 Jawa Timur 1 Kab.. Kediri 9 Kota Probolinggo

Pilihlah satu dari aktivitas berikut ini: Sebagai bagian dari keheningan Anda, Anda diundang untuk mempertimbangkan salah satu dari tiga aktivitas berikut sebagai cara