• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Sistem pendistribusian pupuk yang diterapkan saat ini menunjukkan kinerja yang kurang bagus. Hal ini dengan mudah dapat dibuktikan dengan masih seringnya terjadi isu langka pasok dan lonjak harga pupuk ditingkat petani. Kurang berhasilnya sistem ini menciptakan harga pupuk ditingkat pengecer sesuai HET tidak sepenuhnya disebabkan olehs sistem itu sendiri, tapi juga ada kontribusi prilaku petani dalam menggunakan pupuk. Petani pada umumnya dalam memperoleh pupuk tidak melalui kelompok tani, melainkan secara sendiri-sendiri, mengingat banyak kelompok tani pada saat sekarang tidak berfungsi. Petani membeli pupuk sesuai kebutuhan pada kios terdekat dengan harapan agar biaya transportasi menjadi lebih murah. Kalau pada kios terdekat tidak ada pasokan pupuk, petani biasanya membeli pada kios lain walaupun dengan harganya relative mahal. (Sugiono, 2009).

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari beberapa permasalahan diatas antara lain adalah:

1) Adanya kesenjangan antara rencana kebutuhan pupuk dengan kebutuhan riil petani, karena secara umum petani menggunakan pupuk Urea jauh diatas dosis rekomendasi.

(2)

3) Konsekuensinya adalah menambah beban biaya produksi yang harus ditanggung petani atau subsidi yang dikeluarkan pemerintah tidak sepenuhnya diterima oleh petani.

4) Menimbulkan keraguan bagi kalangan masyarakat petani di pedesaan terhadap keseriusan pemerintah dalam memberikan subsidi pupuk.

5) Meskipun telah dibentuk tim pengawas pupuk pada berbagai tingkatan, dalam prakteknya pemantauan dan pengawasan secara keseluruhan sulit dilakukan, karena keterbatasan personil dan pendanaan.

6) Mengurangi alokasi dan ketersediaan pupuk Urea bersubsidi pada daerah-daerah terpencil. (Syafaat, 2007).

Distribusi pupuk bersubsidi yang ada saat ini menganut sistem distribusi pasif. Artinya petani secara sendiri-sendiri maupun berkelompok yang membutuhkan pupuk bersubsidi datang sendiri ke kios pengecer resmi yang umumnya berada dikecamatan, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tidak semua petani mampu membeli pupuk secara tunai atau bahkan tidak mampu membali pupuk secara memadai,dan petani yang termasuk kategori ini umumnya melakukan sistem pembelian pupuk tunda bayar (utang), dimana pembayarannya dilakukan setelah panen (pasca panen). Dengan demikian, sistem distribusi yang ada saat ini, selain pasif juga tidak lengkap. Tidak lengkap artinya penyaluran pupuk bersubsidi hanya didukung oleh sistem distribusi saja, dan tidak didukung oleh sistem penerimaan yang baik. Beberapa konsekuensi dari sistem penyaluran pupuk yang pasif dan tidak lengkap adalah:

1)` Tidak tepat sasaran, karena hanya petani yang mampu membeli tunai dan dalam jumlah besar saja yang dapat menikmati HET, dan

(3)

2)` Rawan penyimpangan, yaitu pembelian oleh yang tidak berhak. (Mariana, 2000).

Dalam upaya penyaluran distribusi pupuk bersubsidi yang efisien maka Departemen Pertanian mengadakan kegiatan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi. Dalam kegiatan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi tersebut menghasilkan rumusan-rumusan sebagai berikut:

1) Pemerintah memberikan subsidi pupuk (insentif) untuk sektor pertanian sejak tahun 2003 dan masih dilanjutkan sampai tahun 2009 supaya petani dapat memperoleh pupuk sesuai 6 azas tepat (jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu) untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

2) Kebutuhan pupuk disusun berdasarkan kebutuhan riil ditingkat lapangan (RDKK) dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi ditetapkan oleh menteri Pertanian dan selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Gubernur untuk alokasi masing kabupaten/kota dan Peraturan Bupati/Walikota untuk masing-masing Kecamatan.

3) Pemerintah melalui kementrian Negara BUMN menugaskan BUMN pupuk untuk memproduksi pupuk bersubsidi dan menjamin pengadaan dan penyalurannya sampai ke tangan petani bekerjasama dengan distributor dan pengecer.

4) Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi:

5) Diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun 2008 mulai dari tingkat produsen sampai penegcer dan dalam kondisi tertentu bila distributor dan pengecer tidak dapat menyalurkan pupuk bersubsidi penyalurannya dapat dilakukan langsung dari produsen ke petani.

(4)

6) Pengecer hanya melayani petani/kelompok tani terdaftar (pola tertutup berbasis RDKK). (Jasmal, 2007).

Pengertian dari kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani (Dewasa, wanita, pemuda) yang terikat secara informal atas dasar keserasian dalam kebutuhan bersama serta didalam lingkungan pengaruh dan pempinan seorang kontak tani. Ada beberapa fungsi dari kelompok tani adalah:

1) Sebagai kelas belajar sebagai media interaksi dalam belajar para anggota kelompok untuk adopsi inovasi. Media sebai asah, asuh, asih para anggota dalam menyerap informasi.

2) Sebagai Wahana Kerjasama Wadah kerja sama (embrio koperasi), menyelenggarakan kegiatan berdasakan musyawarah.

3) Sebagai unit produksi kegiatan produski bersama usaha perusahaan, peningkatkan posisi tawar (bargaining posistion).

4) Sebagai organisasi kegiatan bersama adanya pembagaian tugas antaranggota untuk mencapai tujuan kelompok

5) Kesatuan swadaya dan swadana.

Beberapa tujuan dari sebuah kelompok tani dalam distribui penyaluran pupuk subsidi:

1) Mengelola, memelihara serta membimbing pelaksanaan kegiatan usaha tani agar lebih intensif, produktif dan berhasil secarapositif sesuai dengan tenaga dan dana yang digunakan.

2) Sebagai wadah bagi para petani dalam memecahkan permasalahan/kendala yang dihadapi lapangan.

(5)

3) Mensukseskan usaha pembangunan di bidang pertanian secara umum dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya.

4) Menjadikan gabungan kelompok tani bersaudara sebagai media belajar bagi para petani.

5) Menghasilkan produksi pertanian yang aman konsumsi dan ramah lingkungan khususnya dibidang tanaman hortikultura.

6) Mengurangi konsumsi pestisida dan pupuk anorganik pada masyarakat petani pada umumnya dan anggota gabungan kelompok tani bersaudara pada khususnya.

7) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui hasi produksi pertanian yang aman konsumsi.

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian serta melalui pengurangan biaya produksi sehingga keuntungan akan meningkat. (Simatupang, 2004).

Distribusi pupuk bersubsidi dengan sistem tertutup yang mulai diberlakukan saat ini mengandung harapan bahwa pupuk bersubsidi tersebut akan tepat sasaran, yakni dinikmati langsung oleh petani tanaman pangan. Ada beberapa isu potensial menjadi penghambatnya dari sisi pengguna pupuk bersubsidi agar tepat sasaran harus didahului dengan identifikasi secara tepat petani tanaman pangan sebagai penerimanya dan jumlah aktual kebutuhannya (sesuai dengan jenis tanaman pangan yang diusahakan, luas lahan yang dikelola, dan intensitas pertanaman). (Nasir, 2010).

(6)

Dalam upaya peningkatan produksi pertanian, khususnya komoditas pangan, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Penyaluran pupuk bersubsidi dengan pola tertutup dimulai pada tahun 2009 salah satu sub sistem dalam rangka pemenuhan kebutuhan pupuk pola tertutup ini adalah melalui sistem perencanaan kebutuhan pupuk yang dituangkan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). RDKK merupakan rencana kebutuhan kelompoktani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian serta modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha taninya. Penyusunan RDKK dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum musim tanam, sehingga teknologi dapat diterapkan sesuai dengan anjuran. (Inspektorat, 2009).

Selama ini penyusunan RDKK telah dilakukan oleh kelompok tani dengan bimbingan penyuluh pertanian, namun demikian masih dirasakan belum optimal karena masih terbatasnya kemampuan petani dalam menyusun perencanaan kebutuhannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya percepatan dan perbaikan dalam penyusunan perencanaan kebutuhan sarana produksi khususnya pupuk bagi kelompoktani melalui "Gerakan Penyusunan RDKK" dengan mengoptimalkan peran penyuluh sebagai pendamping dan pembimbing dalam penyusunan RDKK, sehingga dapat memenuhi 6 (enam). (Jasmal, 2007).

Dalam pelaksanaan penyusunan RDKK mengacu kepada kebutuhan masing-masing kelompok. Penyusunan Rencana Defenitif Kelompok (RDKK) dengan tahapan sebagai berikut:

(7)

1) Pertemuan pengurus kelompok tani yang di dampingi oleh penyuluh pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDKK

2) Pertemuan anggota kelompok tani di pimpin oleh ketua kelompok tani yang di dampingi penyuluh pertanian untuk membahas. Menyusun dan menyepakati daftar kebetuhan sarana produksi 6 tepat (tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, harga dan mutu) yang akan di biayai secara swadana maupun kredit dari tiap anggota kelompok tani. Daftar yang disusun akan berfungsi sebagai pesanan kelompok tani kepada pengecer. RDKK selesai paling lambat 1 bulan sebelum jadwal tanam.

3) Meneliti kelangkaan RDKK dan pendantaganan RDKK oleh ketua kelompok tani yang diketahui oleh Penyuluh Pertanian. (Budiarto, 1997).

Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka dan pasif tersebut menyebabkan petani berpeluang besar tidak mendapatkan jumlah pupuk bersubsidi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan perkataan lain sistem distribusi tersebut sering kali menyebabkan terjadinya langka pasok. Terjadinya langka pasok berarti sejumlah azas dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, seperti jumlah, jenis, mutu, dan tempat, akan dilanggar. Ketersediaan pupuk sering kali lebih kecil dari pada kebutuhan petani (Anonimus, 2008).

2.1.1. Aturan Tata Niaga Pupuk Bersubsidi Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor.03/M-DAG/PER/2/2006

Dalam Pasal 4 BAB II mengenai pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi disebutkan bahwa :

(8)

1. Pelaksanaan penyaluran Pupuk Bersubsidi ditetapkansebagai berikut :

a. Produsen melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di gudang lini III produsen kepada distributor di wilayah tanggung jawabnya;

b. Distributor melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi dari gudang Lini III distributor kepada pengecer di wilayah tanggung jawabnya;dan

c. Pengecer melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di ini IV kepada Petani/elompok Tani.

2. Produsen wajib melakukan penjualan langsung di lini IV kepada Petani dan/atau kelompok Tani, apabila penyaluran pupuk bersubsidi oleh distributor dan/atau Pengecer tidak berjalan lancar atau tidak mungkindilaksanakan.

Dengan ketentuan umum pada Bab I Pasal 1, pada ayat 3 sebagai berikut :

1) Pasal 1 ayat 3: lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik dari masing-masing produsen atau di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor.

2) Pasal 1 ayat 3: lini II adalah lokasi gudang produsen di wilayah Ibukota propinsi dan unit pengantongan pupuk (UPP) atau di luar wilayah pelabuhan. 3) Pasal 1 ayat 3: lini III adalah lokasi gudang produsen dan/atau distributor di

wilayah kabupaten/kota yang ditunjuk atau ditetapkan oleh produsen.

4) Pasal 1 ayat 3: lini IV adalah lokasi gudang pengecer di wilayah kecamatan dan/atau desa yang ditunjuk atau ditetapkan oleh distributor.

(9)

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Kelompok Tani

Kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan.

Di dalam kelompok tani ada 7 bidang kerjasama yang dapat dilakukan oleh anggota kelompok tani yaitu:

1) Kerjasama dalam perencanaan usaha tani, RDK (Rencana Defenitif Kelompok) atau RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) dan RUK (Rencana Usahatani Kelompok ).

2) Kerjasama dalam penyediaan sarana produksi.

3) Kerjasama dalam pengendalian hama dan penyakit (regu pemberantas hama/penyakit).

4) Kerjasama dalam hal panen dan pasca panen (UPJA, kemitraan) 5) Pengaturan air (P3A).

6) Kerjasama dalam pemasaran (kemitraan).

7) Kerjasama dalam pemodalan (gerakan menabung).

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan

(10)

pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu di bina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:

(11)

1) Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.

2) Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani

3) Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru. 4) Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

5) Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya

6) Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

1) Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.

2) Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

3) Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya.

Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut:

1) Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan bersama, baik berdasarkan hamparan usahatani kebun, domisili atau jenis usahatani tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan. 2) Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan

(12)

3) Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.

4) Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang

5) Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal

2.2.2. Dinamika Kelompok Tani

Dalam Disertasi Nasir, Sp., MBA menurut Suhardiyono (1992) dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serempak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan mutunya yang akan berpengaruh positif terhadap pendapatan mereka. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan meliputi inisiatif, daya kreatif dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama.

Dalam Disertasi Nasir, Sp., MBAmenurut mardikanto (1996) untuk melakukan analisis terhadap dinamika kelompok, pada hakekatnya dilalukan melalui pendekatan, yakni pendekatan psiko-sosial, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri. Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko-sosial, dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok.

(13)

Kemudian dalam Disertasi Nasir, Sp., MBAmenurut Soewartoyo dan Lumbantoruan (1992)disebutkan juga bahwa sebuah kelompok tani dinilai efektif, bila kelompok itu memiliki karakteristik berikut :

1) Memahami dengan jelas tujuan sasarannya.

2) Mampu menetapkan prosedur secara luwes demi tercapainya sasaran bersama. 3) Komunikasi lancar serta adanya pengertian di antara anggotanya.

4) Tegas dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan seluruh anggota. 5) Keseimbangan produktivitas kelompok dan kepuasan individu terjaga.

6) Tanggung jawab kepemimpinan dipikul bersama, sehingga semua anggota terlibat dalam menyumbangkan ide dan pendapat.

7) Rasa kebersamaan

8) Mampu mengatasi perbedaan pendapat di antara anggota.

9) Tidak ada dominasi baik oleh pemimpin maupun anggota kelompok.

10) Keseimbangan antara perilaku emosi dan perilaku rasional dalam setiap usaha pemecahan masalah.

Nasir, SP., MBA dalam Disertasinya membagi unsur-unsur dinamika kelompok yang disebut juga variabel-variabel dinamika kelompok menurut Huraerah dan Purwanto (2006) terdiri dari :

1) Tujuan kelompok 2) Kekompakan kelompok 3) Struktur kelompok 4) Fungsi tugas kelompok

(14)

6) Suasana kelompok 7) Efektivitas kelompok 8) Tekanan kelompok 9) Maksud terselubung

2.2.3. Pengertian Tata Niaga

Istilah tata niaga sering disebut juga pemasaran yang bersumber dari kata Marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi menimbulkan satu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian ini bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga) sifatnya dinamis karena tata niaga mencakup semua persiapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkut paut dengan perpindahan, peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi perbedaan penggunaan istilah dengan maksud yang sama (Sihombing, 2010).

Menurut Winardi marketing terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa dan yang menimbulkan distibusi fisik mereka. Setelah menelaah batasan-batasan tata niaga yang telah diutarakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga atau marketing itu meliputi kegiatan-kegiatan yang sangat luas sekali, diantaranya : kegiatan pembelian (buying), kegiatan pemindahan (transport), kelancaran arus barang dan jasa dan lain sebagainya. Atau dengan lebih singkat tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai

(15)

kegiatan sektor konsumen. Jadi, marketing ini merupakan sesuatu kegiatan moving process atau moving activities (Sihombing, 2010).

2.3Kerangka Pemikiran

Di dalam kerangka pemikiran ini dimana produsen sebagai salah satu penghasil pupuk subsidi dan sebagai salah satu pendistribusian pupuk subsidi yang mana menyalurkan pupuk subsidi ke kios-kios yang di unjuk oleh pemerintah atau lembaga-lembaga setempat yang mana lembaga-lembaga tersebut antara lain: dinas pertanian,dinas perindag dan kepala daerah setempat.

Kios sebagai salah satu media pendistribusian pupuk subsidi kepada kelompok tani yang mana kelompok tani dalam upaya mendapatkan pupuk subsidi harus membuat konsep RDKK tersebut akan diajukan ke kios untuk didaftarkan agar mendapatkan pupuk subsidi sesuai kebutuhan petani yang mana terdapat pada konsep RDKK yang diajukan oleh kelompok tani dalam penyaluran pupuk subsidi ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh kelompok tani agar pupuk subsidi bisa di manfaatkan tepat guna, yaitu berkonsultasi dengan penyuluh pertanian yang mana tujuannya agar terwujudnya proses pembelajaran bagi kelompok tani ataupun meningkatkan potensi, produktivitas, efisiensi, usaha pendapat dan kesejahteraan.

Peranan kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi dapat diukur melalui penilaian dari jawaban kelompok tani yang berisi pertanyaan – pertanyaan yang telah diberikan dengan kriterian tinggi, cukup dan rendah. Di dalam peranan kelompok tani juga dalam keberhasilan pupuk subsidi dikatakan

(16)

berhasil jika pupuk tersebut memenuhi azas 6 tepat dan dikatakan tidak berhasil jika pupuk tersebut tidak memenuhi azas 6 tepat. Serta upaya yang dilakukan kelompok tani untuk mengatasi masalah perolehan pupuk bersubsidi. Maksud azas 6 tepat itu adalah:

1. Tepat tempat : tempat dimana pupuk itu diberi

2. Tepat jenis: jenis pupuk yang diberikan sesuai kebutuhan petani. contoh urea.

3. Tepat harga: harga sesuai atau tidak untuk petani

4. Tepat mutu: pupuk yang diberikan sesuai atau tidak untuk petani

5. Tepat jumlah: jumlah pupuk sesuai atau tidak dengan kebutuhan dan luas lahan petani

6. Tepat waktu: waktu pemberian sesuai kebutuhan petani 1 (satu) bulan sebelum musim panen.

(17)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : = Menyatakan Hubungan

= Menyatakan Pengaruh Pupuk Bersubsidi Kios AzasMemenuhi/tidak Memenuhi yaitu:  Tepat jenis  Jumlah  Waktu  Tempat  Harga, dan  Mutu RDKK

Peran Kelompok Tani

Produsen

Kelompok Tani

Tinggi Cukup Rendah

Lembaga: Dinas pertanian, Dinas perindang, Kepala daerah, Penyuluh Petani Lapangan (PPL), Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

(18)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dirumuskan, maka berikut ini beberapa hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut.

1) Bahwa anggota kelompok tani belum memahami sepenuhnya metode penyaluran pupuk bersubsidi

2) Ada peran kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi 3) Terdapat masalah-masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh pupuk

bersubsidi.

4) Ada upaya-upaya yang dilakukan petani dalam mengtasi permasalahan perolehan pupuk bersubsidi.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam analisis ekonomi dilihat besarnya penerimaan yang diperoleh, keuntungan atau pendapatan bersih yaitu setelah didapat penerimaan dari usaha tani kulit manis maka

Faktor-faktor produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca, dimana faktor-faktor produksi tersebut menjadi biaya dalam usahatani ubi

Bantuan yang diberikan kepada petani padi termasuk dalam bantuan untuk pangan atau hortikultura, bantuan yang diberikan berupa pupuk, benih dan pestisida.. Jenis dan jumlah

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjembatani persoalan di atas, baik melalui program internal sektoral maupun dalam kegiatan memperdayakan ekonomi lokal secara otonom

Pengadaan penyaluran pupuk bersubsidi (Urea, SP-36, ZA dan NPK) di Indonesia telah diterbitkan Peraturan Mentri Perdagangan No.03/M-DAG/PER/2/2006 pada tanggal 16 Februari

Menurut Widyananto (2010) konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien secara ekonomis pada

Langkah awalnya adalah melakukan seleksi benih. Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Kebutuhan akan benih maksimal hanya 30 kg/ha, dengan

Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan salah satu sentra penghasil ikan tangkap terbesar di Kecamatan Tanjung Beringin, dimana mayoritas masyarakatnya