PENINGKATAN PEMAHAMAN
TENTANG MATERI SIFAT BENDA DAN PERUBAHAN WUJUD DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING
SISWA KELAS V SD NEGERI NYAMPLUNG GAMPING PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
CLARA PRAHESTU DWI UTAMI NIM : 071134088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN PEMAHAMAN
TENTANG MATERI SIFAT BENDA DAN PERUBAHAN WUJUD DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING
SISWA KELAS V SD NEGERI NYAMPLUNG GAMPING PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
CLARA PRAHESTU DWI UTAMI NIM : 071134088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat,
ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”
( Matius 7:7 )
“Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan. Kita menghargai
cahaya karena kita pernah dalam kegelapan. Maka begitu pula, kita dapat
bergembira karena kita pernah merasakan kesedihan”
( David L. Weatherford )
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu”
( 1 Petrus 5:7 )
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Yesus dan Bunda Maria yang slalu menyertaiku setiap langkahku.
2. Ayah dan ibuku tercinta. Kasih sayang dan bimbinganmu senantiasa aku rasakan dan tidak akan pernah pupus oleh waktu.
3. Kakakku Agnes Dian Pratiwi; yang aku sayangi.
4. Aloysius Andy Saputra yang selalu mendukungku setiap saat.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Februari 2011 Penulis
Clara Prahestu Dwi Utami
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Clara Prahestu Dwi Utami
Nomor Mahasiswa : 071134088
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Peningkatan Pemahaman tentang materi Sifat Benda dan Perubahan Wujud dengan Metode Penemuan Terbimbing Siswa Kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2010 / 2011
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demukian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Februari 2011 Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI NYAMPLUNG GAMPING TENTANG MATERI SIFAT BENDA
DAN PERUBAHAN WUJUD PADA SEMESTER 1 TAHUN AJARAN 2010 / 2011
DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING
Clara Prahestu Dwi Utami
Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplung Gamping Sleman dalam mata pelajaran IPA pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2010 / 2011.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada siklus 1 dan siklus 2 dilakukan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pembelajaran dilaksanakan dalan 4 pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes tertulis dan unjuk kerja siswa.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplung Gamping Sleman tahun ajaran 2010 / 2011 dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat benda dan perubahan wujud. Peningkatan pemahaman siswa ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 60,35 meningkat pada akhir siklus 1 yaitu 62,05 dan mencapai 70,82 pada akhir siklus 2. Nilai rata-rata unjuk kerja siswa pada siklus 1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,23. Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal 52,94%, pada akhir siklus 1 adalah 64,7%, dan pada akhir siklus 2 adalah 88,23%.
viii
ABSTRACT
COMPREHENSION IMPROVEMENT IN MATERIAL OF ITEM CHARACTERISTIC AND A CONCRETE
CHANGE WITH GUIDED DISCOVERY METHOD OF STUDENT GRADE V OF ELEMENTARY SCHOOL NYAMPLUNG GAMPING ON FIRST SEMESTER IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011
Clara Prahestu Dwi Utami
Sanata Dharma University
2011
This research aimed to determine whether the use of guided discovery method can improve the comprehension student of grade V SD N Nyamplung Gamping Sleman for sains subject in school year 2010 / 2011.
This research is an action research who carried on with two cycles. In the first cycle and the second cycle learning are done by guided discovery method in dividing students into groups. Learning is doing in four meeting, each cycle consist of two meeting. Data collected to use instrument of written test and work inform of student.
Result of research which show that guided discovery method can improve student comprehension grade V SD N Nyamplung Gamping Sleman in school year 2010 / 2011 in sains subject especially in material of item characteristic and a concrete change. Improvement of student comprehension is marked with an average rating of grade repetition in the initial conditions 60,35 at the end of the first cycle of 62,05 and reached 70,82 at the end of the second cycle. An average rating of student perform a task of the first cycle reached 61,70 and 72,23 of the second cycle. While the percentage of the student who reach Criteria of Minimal Completeness (KKM) in initial conditions 52,94%, at the end of the first cycle is 64,7% and reached 88,23% at the end of the second cycle.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih, karena berkat Kemurahan rahmat dan kasihnya, Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Lebih utama tugas ini dilakukan sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa kemampuan penguasaan bidang studi, memahami peserta didik, pembelajaran peserta didik dan pengembangan kepribadian.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. dan Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan saran yang sangat berguna bagi penulis.
4. Para dosen, karyawan PGSD, dan petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang secara langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulis dapat menemukan buku sumber untuk penulisan skripsi ini.
x
6. Aloysius Andy Saputra terima kasih atas kesabaranmu dalam mendampingiku, dan memberi aku semangat.
7. Bapak Sarema, selaku Kepala SD Negeri Nyamplung yang telah memberi izin kepada penulis untuk lokasi penelitian.
8. Segenap guru serta siswa kelas V SD Negeri Nyamplung yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir. 9. Teman seperjuanganku, Retno dan Yusi, terima kasih atas bantuan dan
kebersamaannya melalui suka duka dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman mahaiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan masukan yang berarti.
Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan YME semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal.
Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini karena terbatasnya kemampuan penulis. Besar harapan penulis dengan adanya penyusunan penulisan skripsi ini semoga bermanfaat bagi siapa saja yang menaruh minat terhadap pendidikan budi pekerti.
Akhirnya penulis akan selalu menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 25 Februari 2011
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ...………... ii
Halaman Pengesahan ……… iii
Motto dan Persembahan ……….. iv
Pernyataan Keaslian Karya……… v
Persetujuan Publikasi ………. vi
Abstrak ………... vii
Abstract ...………. viii
Kata Pengantar ………. ix
Daftar Isi ……… xi
Daftar Tabel ……… xiii
Daftar Gambar ……… xiv
Daftar Lampiran……… xv
BAB I. PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Pembatasan Masalah ……… 4
C. Perumusan Masalah ……… 5
D. Pemecahan Masalah ………. 5
E. Batasan Istilah ……… 5
F. Tujuan penelitian ………... 6
G. Manfaat Penelitian ………. 7
BAB II. KAJIAN TEORI ………. 9
A. Pemahaman Siswa ……… 9
B. Hakekat IPA …... ………. 9
C. Metode Penemuan ... 11
D. Wujud Benda ... 15
xii
2. Perubahan wujud benda ... 21
E. Penelitian yang relevan ... 24
F. Kerangka Berfikir ... 24
G. Hipotesis Tindakan ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN ……… 26
A. Jenis Penelitian ………. 26
B. Setting Penelitian …... ……….. 27
1. Tempat penelitian ……… 27
2. Subyek penelitian ……… 27
3. Obyek penelitian ……… 27
4. Waktu penelitian ……… 27
C. Rancangan Tindakan …… ………. 28
1. Persiapan ………….. ……… 28
2. Rencana tindakan tiap siklus …. ……… 28
D. Pengumpulan data dan instrumennya …… ……… 33
E. Analisis data ………. …… ………. 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….…. 41
A. Deskripsi penelitian …. ……… 41
1. Siklus 1 ……… 41
2. Siklus 2 ………. 45
B. Hasil penelitian dan pembahasan ... 49
1. Siklus 1 ……… 49
2. Siklus 2 ……… 53
BAB V. PENUTUP ……… 58
A. Kesimpulan ……… 58
B. Saran ………... 59
DAFTAR PUSTAKA ………. 60
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jadwal kegiatan penelitian ………... 27
Tabel 2 Rincian soal evaluasi masing-masing siklus ………. 35
Tabel 3 Kisi-kisi tes tertulis siklus 1 ………... 35
Tabel 4 Kisi-kisi tes tertulis siklus 2 ………... 36
Tabel 5 Rubrik penilaian unjuk kerja saat percobaan ………. 36
Tabel 6 Indikator ketercapaian kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 ………… 39
Tabel 7 Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal dan siklus 1 ………. 49
Tabel 8 Perbandingan nilai rata-rata pada siklus 1 dan siklus 2 ………. 51
Tabel 9 Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 …... 53
Tabel 10 Siswa yang mencapai KKM ………... 55
Tabel 11 Nilai rata-rata unjuk kerja pada siklus 1 ...………. 57
Tabel 12 Nilai rata-rata unjuk kerja pada siklus 2 …... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Bentuk benda padat selalu tetap ………... 16
Gambar 2 Bentuk benda padat tidak berubah ……….... 16
Gambar 3 Bentuk benda cair sesuai dengan wadahnya ………... 17
Gambar 4 Benda cair mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah ... 18
Gambar 5 Bentuk permukaan air yang tenang selalu datar ………... 18
Gambar 6 Benda cair menekan ke segala arah ………... 19
Gambar 7 Benda cair meresap melalui celah-celah kecil ………... 20
Gambar 8 Benda cair dapat melarutkan benda-benda tertentu …………... 20
Gambar 9 Tahapan siklus 1 dan siklus 2 ………... 26
Gambar 10 Diagram perbandingan nilai rata-rata pada kondisi awal, dan siklus 1... 50
Gambar 11 Diagram kondisi siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal, kondisi yang diinginkan di siklus 1 dan kondisi siklus 1 ... 52
Gambar 12 Nilai rata-rata pemahaman siswa pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 ... 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ………... 62
Lampiran 2 RPP pertemuan 1 siklus 1 ………... 64
Lampiran 3 RPP pertemuan 2 siklus 1 ………... 66
Lampiran 4 RPP pertemuan 1 siklus 2 ………... 68
Lampiran 5 RPP pertemuan 2 siklus 2 ………... 70
Lampiran 6 LKS pertemuan 1 siklus 1 ………... 72
Lampiran 7 LKS pertemuan 2 siklus 1 ………... 75
Lampiran 8 LKS pertemuan 1 siklus 2 ………... 78
Lampiran 9 LKS pertemuan 2 siklus 2 ………... 81
Lampiran 10 Lembar soal siklus 1 ………... 82
Lampiran 11 Lembar soal siklus 2 ………... 85
Lampiran 12 Kunci jawaban siklus 1 ………... 88
Lampiran 13 Kunci jawaban siklus 2 ………... 89
Lampiran 14 Kondisi awal siswa ………... 90
Lampiran 15 Penilaian hasil pemahaman siswa pada siklus 1 ………. 91
Lampiran 16 Penilaian hasil pemahaman siswa pada siklus 2 ………. 92
Lampiran 17 Perbandingan hasil siklus 1 dan siklus 2 ………. 93
Penilaian unjuk kerja pertemuan 1 siklus 1 ... 94
Penilaian unjuk kerja pertemuan 2 siklus 1 ... 95
Penilaian unjuk kerja pertemuan 1 siklus 2 ... 96
Contoh lembar soal siswa pada siklus 1 ... 97
Contoh lembar soal siswa pada siklus 2 ... 100
Contoh hasil unjuk kerja siswa pada pertemuan 1 siklus 1 ... 103
Contoh hasil unjuk kerja siswa pada pertemuan 2 siklus 1 ... 107
Contoh hasil unjuk kerja siswa pada pertemuan 1 siklus 2 ... 110
Surat permohonan izin penelitian ... 114
Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 115
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu aspek yang menentukan kemajuan suatu
bangsa. Proses interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran merupakan
wujud dari penyelenggaraan pendidikan, di mana guru sebagai pendidik secara
sadar merencanakan kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada
seperangkat aturan dan rencana pendidikan yang dikemas dalam bentuk
kurikulum dan siswa sebagai peserta didik.
Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) merupakan salah satu mata pelajaran
penting di sekolah. Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi
tempat bagi siswa untuk mempelajari diri sediri dan alam sekitar serta dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membantu siswa memahami
konsep dan teori maka pembelajaran IPA dianjurkan melibatkan siswa seaktif
mungkin di mana siswa dipandang sebagai subyek yang harus aktif dan
memperoleh banyak kesempatan untuk mempelajari materi melalui perbuatan,
mengalami sendiri, menemukan dan mengembangkan keterampilan yang
Dalam proses pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan oleh guru
adalah pembelajaran konvensional yaitu guru menjadi pusat pembelajaran
sehingga proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah, yaitu guru
memberikan materi kepada siswa sedangkan siswa hanya mendengarkan dan
mencatat saja. Dengan proses pembelajaran seperti ini, siswa mempunyai
kecenderungan bersifat pasif, mereka akan lebih banyak menunggu sajian
guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil observasi awal di kelas V SD Negeri Nyamplung
Gamping Sleman diketahui bahwa pada saat pembelajaran IPA berlangsung
guru menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru menjelaskan
materi yang telah disiapkan, siswa memperhatikan guru dan mengerjakan
soal-soal. Sebagian siswa kurang menunjukkan ketertarikan terhadap IPA.
Mereka cenderung tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru,
beberapa siswa menyibukkan diri berbicara dengan temannya, bermain, dan
melakukan aktivitas yang menunjukkan ketidaktertarikan terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Pada umumnya kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPA
disebabkan oleh anggapan bahwa IPA itu sulit. Berawal dari anggapan inilah
siswa merasa malas dan enggan belajar IPA, terutama bagi siswa Sekolah
Dasar (SD) yang masih dalam berpikir konkrit. Kesulitan belajar IPA juga
dalam kegiatan pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang
konsep-konsep IPA masih lemah.
Berdasarkan hasil wawancara guru kelas V SD Negeri Nyamplung
Gamping Sleman diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam
memahami IPA masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar
IPA semester 1 tahun ajaran 2009/2010 dalam ulangan harian yaitu 60,35
sedangkan persentasi siswa yang mencapai KKM adalah 52,94%. Dan sekolah
mengharapkan siswa dapat mencapai nilai IPA sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal 60. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu
memahami materi IPA.
Upaya meningkatkan pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai
alternatif metode pembelajaran. Sarosa Purwadi (1980:3) mengatakan bahwa
para pendidik dapat memilih macam-macam metode belajar mengajar yang
cocok untuk pokok bahasan IPA untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran IPA
adalah guru dapat menggunakan metode yang dapat membuat siswa lebih
mudah dalam memahami materi yang diberikan. Metode penemuan
terbimbing, merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
menciptakan kondisi belajar aktif kepada siswa. Penemuan terbimbing adalah
suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif mengadakan
percobaan atau mencoba menemukan sendiri sebelum membuat kesimpulan
Penemuan terbimbing merupakan metode yang dilakukan untuk
mendampingi siswa dalam menemukan sendiri jawaban dari masalah yang
diajukan dengan bimbingan dari guru.
Dengan metode ini diharapkan siswa menjadi lebih aktif saat mengikuti
pembelajaran IPA, sehingga kemampuannya dalam pembelajaran IPA dapat
meningkat yang akan memacu pada penguasaan konsep perubahan sifat benda
siwa.
Melihat masih rendahnya kemampuan siswa kelas V SD Negeri
Nyamplung Gamping Sleman dalam pembelajaran IPA, maka peneliti merasa
tertarik untuk menerapkan metode penemuan terbimbing sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep perubahan sifat benda siswa
kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping Sleman pada semester 1 tahun ajaran
2010 / 2011 yang nantinya akan menempuh ujian. Dengan harapan melalui
penerapan metode ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuannya dalam mengerjakan soal-soal ujian dan akhirnya mampu
mencapai hasil belajar yang lebih baik.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan tentang
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode penemuan terbimbing sebagai
upaya meningkatkan pemahaman tentang sifat benda dan perubahan wujudnya
bagi siswa kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping Sleman pada semester 1
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah serta identifikasi masalah,
penelitian ini mengajukan rumusan masalah :
Apakah pemahaman materi sifat benda dan perubahan wujud bagi siswa
meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing ?
D. Pemecahan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah yang ada, pemecahan masalah
yang dapat dilakukan yaitu dengan mencoba melakukan pembelajaran
menggunakan metode yang lain selain metode ceramah. Alternatif lainnya
dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing yang dapat membimbing siswa untuk mencoba menemukan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya.
E. Batasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ;
1. Pemahaman siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984 : 694) dikatakan bahwa
paham adalah pengertian, jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa
adalah pengertian siswa terhadap sesuatu hal yang telah diketahuinya atau
2. Sifat-sifat benda
Sifat dalam KBBI (1984 : 943) berarti rupa dan keadaan yang tampak
pada sesuatu benda. Sedangkan sifat-sifat benda yaitu suatu keadaan
tertentu yang dimiliki oleh suatu benda antara lain benda padat, cair dan
gas.
3. Perubahan wujud benda
Yang dimaksud dengan perubahan wujud benda adalah sesuatu yang
dapat berubah karena adanya sesuatu hal, perubahan wujud tersebut dapat
diketahui karena adanya sesuatu yang dapat dilihat, diraba, dsb.
4. Metode penemuan terbimbing
Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu metode alternatif
pembelajaran yang dapat digunakan guru pada saat pembelajaran.
Pengertian metode penemuan terbimbing itu sendiri adalah metode yang
menekan pada siswa itu sendiri untuk menemukan sendiri sesuatu berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum lalu teori yang dipelajarinya dengan
bimbingan guru.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalahnya, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
1. Mengetahui pemahaman siswa yang nampak dalam nilai rata-rata siswa
kelas V tentang materi sifat benda dan perubahan wujud dengan metode
2. Mengetahui pemahaman siswa yang nampak dalam persentase jumlah
siswa yang mencapai KKM kelas V tentang materi sifat benda dan
perubahan wujud dengan metode penemuan terbimbing pada semseter 1
tahun pelajaran 2010/2011.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan, berlatih dan
mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh peneliti dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan.
b. Menambah pengalaman baru yang dapat dikembangkan untuk
pembelajaran materi lain atau bidang studi lain.
c. Memiliki alternatif metode pembelajaran yang bervariasi sehingga
pembelajaran tidak monoton.
2. Bagi Siswa
a. Memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar,
sehingga kegiatan belajar yang dilakukan dapat bervariasi, mengurangi
kejenuhan dan kebosanan.
b. Dengan adanya metode pembelajaran yang berbeda diharapkan
3. Bagi Guru lain
Hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
guru dalam mengembangkan kreativitasnya memililih metode mengajar
dalam menyampaikan materi IPA, sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung lebih optimal dan prestasi belajar IPA siswa dapat
ditingkatkan.
4. Bagi Sekolah
a. Memberikan masukan kepada sekolah bahwa penggunaan metode
penemuan terbimbing adalah salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
b. Menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menambah bahan
bacaan di perpustakaan sekolah sehingga dapat memberi inspirasi dan
memacu guru lain untuk melakukan penelitian yang sama atau yang
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pemahaman Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1984:694 ), paham mempunyai
arti pengertian. Sedangkan siswa mempunyai arti peserta didik, jadi
pemahaman siswa dapat diartikan dengan suatu pengertian yang dimiliki oleh
siswa tentang sesuatu hal. Menurut Winkel (1984:5), pemahaman adalah
sebagai reorganisasi dari kesan-kesan yang diperoleh, seperti bilamana
sesorang memiliki suatu gagasan baru atau menemukan suatu cara pemecahan
atau penyelesaian.
Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa
pemahaman adalah hasil kerja yang diperoleh seseorang berdasarkan
kemampuannya sendiri dalam menangkap makna suatu bahan ajar dengan
menemukan cara penyelesaian.
B. Hakekat IPA
Pengetahuan yang dimiliki seseorang pada dasarnya berupa konsep.
Konsep-konsep tersebut diperoleh seseorang sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan sekitar. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran IPA adalah
pendidikan IPA lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik
melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa daripada pembekalan
pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena alam
yang meliputi produk dan proses. Di mana pengetahuan didapat dari proses
belajar.
Kata “science” (bahasa Inggris) berasal dari Bahasa Latin “scientia”
yang berarti pengetahuan. Jadi science adalah pengetahuan.
Ada yang mendefinisikan bahwa “IPA merupakan ilmu yang sistematis dan
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi” (HW. Fowler et-al, 1951
dalam Margono, 1984:26). Sedangkan Nokes, 1949 dalam bukunya “Science
in Education” menyatakan bahwa “IPA adalah pengetahuan teoritis yang
diperoleh dengan metode khusus” (Margono, 1984:26)
Fisher (1975) dalam Moh. Amien (1987:4) menyatakan : IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode-metode yang berdasarkan observasi.
Carin (1985) dalam Moh. Amien (1987:4) menyatakan : IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Jadi IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
pengamatan yang ada di alam sekitar.
IPA sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang merupakan
program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai
Tujuan utama pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah agar siswa
memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,
gagasan tentang alam sekitarnya, mampu menggunakan teknologi sederhana
yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, dan agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa
cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan
Tuhan Yang Maha Esa.
Materi sifat-sifat benda cair merupakan salah satu bagian dalam
pembelajaran IPA. Diharapkan siswa mengerti pentingnya mempelajari materi
tersebut dan dapat menerapkan pengetahuannya di dalam kehidupan
sehari-hari untuk membantu memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
C. Metode Penemuan
Metode penemuan dapat disebut juga dengan dengan metode discovery.
Metode penemuan didefinisikan sebagai prosedur pengajaran yang
menekankan siswa belajar secara individual, kecakapan siswa untuk mencapai
tujuan, dan aktivitas siswa untuk mengadakan percobaan menemukan sendiri
sebelum membuat kesimpulan (Pratiknyo, 1980:1).
Menurut Kartika Budi dalam panitia penataran penyesuaian kemampuan
Dosen DII PGSD Se Indonesia (1992:16) menjelaskan bahwa, yang menjadi
sendiri sesuatu. Untuk menemukan sesuatu tentu harus melakukan suatu
proses baik mental atau fisik. Proses itu dapat berupa eksperimen,
demonstrasi, tanya-jawab, analisis data yang telah ada.
Metode ini menghendaki agar siswa benar-benar aktif belajar
menemukan sendiri apa yang dipelajari, baik dengan bimbingan guru atau
tidak dengan bimbingan guru.
Ciri-ciri pembelajaran dengan metode penemuan : a. Mengutamakan aktivitas murid untuk belajar sendiri
Dalam metode ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dalam melakukan aktivitas atau percobaan.
b. Proses pembelajaran
Suatu pembelajaran dengan menggunakan metode ini yang perlu di amati adalah proses pembelajaran itu sendiri. Dalam proses tersebut guru dapat mengamati bagaimana kerja siswa dalam memahami sesuatu.
c. Siswa mengarahkan sendiri untuk memecahkan masalah
Metode penemuan terbimbing ini mengajak siswa untuk belajar memecahkan masalah sendiri.
d. Mencerminkan bentuk pembelajaran tersebut
Metode ini dapat menggambarkan siswa untuk belajr sendiri, jadi mereka melibatkan dirinya dalam memotivasi untuk belajar.
(Pratiknyo, 1980:1)
Dengan metode penemuan ini, anak telah dilatih bekerja dan menyelidiki
sendiri, mempergunakan aktivitas dan daya pikirnya untuk memecahkan
problema yang dihadapi. Memang tidak semua mata pelajaran IPA dapat
diajarkan dengan metode penemuan. Bahkan Ausubel dalam Pratiknyo
(1980:3) mengatakan bahwa metode penemuan aplikasinya terbatas, dan
membuang-buang waktu saja, sehubungan dengan itu perlu ada penemuan
yang terbimbing yang biasa disebut dengan Guided Discovery atau penemuan
terbimbing, dengan syarat memang ada hal yang perlu ditemukan dan ada
Metode Penemuan Terbimbing
Pembelajaran dengan metode penernuan dibedakan menjadi 2, yaitu
pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) atau sering disebut
open ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided
Discovery Learning). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penemuan
terbimbing (Guided Discovery Learning) lebih banyak diterapkan, karena
dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian
banyak metode pembelajaran yang ada, penemuan terbimbing menempatkan
guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam
metode ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri
sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang
telah disediakan oleh guru.
Menurut Carin dan Sund yang ditulis oleh Kartika Budi dalam panitia
penataran penyesuaian kemampuan Dosen DII PGSD Se Indonesia (1992:10),
Metode Guided Discovery ini dibahas secara khusus karena hasil penelitian
secara nyata yang menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing ternyata
cukup efektif untuk mengajarkan IPA.
Metode ini dapat menggabungkan pembelajaran yang berpusat pada guru
dengan pembelajaran yang berpusat pada anak. Untuk usia rendah,
pembelajaran banyak didominasi oleh guru, akan tetapi dengan bertambahnya
pengetahuan anak maka dominasi guru berkurang, sehingga pada usia dewasa
metode ini cocok untuk anak didik dalam usia pertengahan, bukan anak kecil,
bukan pula orang dewasa.
Carin memberi petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan
pembelajaran penemuan terbimbing yaitu :
a. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa b. Memilih metode yang sesuai dengan pembelajaran; c. Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; d. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap;
e. Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2 atau 5 siswa;
f. Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.
(www.refi elfira. pendekatan inquiry dan discovery.com)
Untuk mencapai tujuan di atas Carin menyarankan hal-hal di bawah ini:
a. Membantu siswa untuk memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan;
b. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan;
c. Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman; d. Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan;
e. Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan;
f. Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
(Error! Hyperlink reference not valid. inquiry dan discovery.com)
Berikut beberapa saran tambahan berdasarkan pada pendekatan
penemuan dalam pengajaran (Nur 2000 dalam www.muhammad faiq.metode
penemuan terbimbing.com):
a. Mendorong siswa mengajukan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan membimbing;
b. Menggunakan bahan dan permainan yang bervariasi;
c. Menggunakan sejumlah contoh yang kontras atau memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik topik terkait;
e. Meskipun mereka mengajukan gagasan-gagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran;
f. Menggunakan sejumlah contoh yang kontras atau memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik topik terkait
Metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari Metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut
(www.muhammad faiq.metode penemuan terbimbing.com):
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. Materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya (Marzano, dalam Widdiharto, 2004).
Sementara itu kekurangannya (Widdiharto, 2004 dalam www.muhammad
faiq.metode penemuan terbimbing.com) adalah sebagai berikut:
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya
topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan metode penemuan terbimbing.
D. Wujud Benda
Menurut Azmiyawati (2008:69) di alam ini ada tiga macam wujud benda
yaitu benda padat, benda cair dan benda gas. Masing benda tersebut
mempunyai sifat yang berbeda-beda.
1. Sifat-sifat Benda
Di sekitar kita terdapat banyak benda padat, contohnya batu, pasir, dan
tanah. Adapun sifat-sifat benda padat yaitu :
1) Benda padat bentuknya selalu tetap. Walaupun benda padat
dimasukkan ke dalam ember, stoples, ataupun tempat lainnya,
bentuknya tidak berubah. Contohnya batu kali, dimasukkan ke
dalam gelas bentuk batu kali tetap, apabila batu kali dapat
digenggam dan dipegang bentuknya pun tetap.
Gambar 1. bentuk benda padat selalu tetap.
2) Ukuran benda padat tidak berubah. Walaupun dipindah-pindahkan
ke wadah yang berbeda, ukuran benda padat tidak berubah.
Contohnya batu berukuran sekepalan tangan, batu tersebut
dimasukkan ke dalam stoples ukurannya tetap, kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastik ukurannya pun tetap.
3) Berdasarkan kekerasannya, benda padat mempunyai sifat yang
berbeda. Misalnya buah apel merupakan benda padat yang tidak
dapat larut dibandingkan dengan garam dan keju, walaupun benda
tersebut merupakan benda padat. Berdasarkan kelarutannya dalam
air, garam lebih mudah larut dibandingkan apel dan keju.
b. Sifat-sifat benda cair
Benda cair memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan jenis benda yang
lain. Beberapa di antaranya dapat digunakan dalam penerapan
kehidupan sehari-hari oleh manusia. Sifat-sifat benda cair diantaranya :
1) Benda cair memiliki bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan
wadahnya. Benda cair yang dimasukkan dalam gelas maka
bentuknya akan seperti gelas, ketika dimasukkan dalam botol maka
bentuk benda cair akan seperti botol.
Gambar 3. bentuk benda cair sesuai dengan wadahnya.
2) Benda cair mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Aliran
benda cair menuju ke tempat rendah. Hal ini disebabkan karena
Semakin kental benda cair, alirannya makin lambat, seperti susu
kental yang merupakan benda cair yang sangat kental. Aliran susu
kental lebih lambat daripada aliran air.
Gambar 4. Benda cair mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah.
3) Bentuk permukaan benda cair yang tenang selalu datar. Bentuk
permukaan benda cair yang tenang berbeda dengan benda cair yang
bergejolak. Peristiwa mendatarnya permukaan air itu dapat diamati
pada air yang diisikan ke dalam gelas yang mula-mula berdiri
tegak kemudian dimiringkan ke beberapa arah. Sifat inilah yang
digunakan oleh pekerja bangunan untuk mengukur bangunan
supaya sama tinggi menggunakan selang plastik yang berisi air.
4) Benda cair menekan ke segala arah. Air mempunyai tekanan.
Dalam satu tempat yang sama, tekanan air dapat berbeda. Semakin
rendah, tekanan air pada tempat itu akan semakin besar. Hal itu
dapat dibuktikan dengan membuat air menjadi memancar.
Pancaran air dari tempat lebih rendah tampak lebih jauh. Itulah
sebabnya tembok dalam bendungan dibuat makin ke bawah makin
tebal. Tembok dibuat makin tebal untuk menahan tekanan air yang
makin besar di bagian bawah.
Gambar 6. Benda cair menekan ke segala arah.
5) Benda cair meresap melalui celah-celah kecil. Sifat benda cair
adalah dapat masuk ke dalam pori-pori kecil suatu bahan tertentu.
Kemampuan ini disebut daya kapilaritas. Sifat benda cair yang
memiliki daya kapilaritas dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya ketika menyalakan kompor atau lampu minyak
tanah. Melalui sumbu kompor, minyak tanah meresap dan naik ke
bagian atas sumbu sehingga kompor menyala. Penyebab
dinding terhadap molekul air lebih besar daripada molekul air
sendiri.
Gambar 7. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil.
6) Benda cair dapat melarutkan benda-benda tertentu. Ada benda
yang jika dimasukkan ke dalam air lama kelamaan seolah hilang.
Seperti gula pasir yang dimasukkan ke dalam air. Peristiwa
melarutnya benda menghasilkan suatu larutan.
Gambar 8. Benda cair dapat melarutkan benda-benda tertentu.
c. Sifat-sifat benda gas
Udara dan uap termasuk benda gas. Adapun sifatnya :
2. Perubahan Wujud Benda
Menurut Dodo Hermana (2008:93) proses perubahan wujud benda
terdiri dari perubahan wujud benda pada benda cair, perubahan wujud
benda pada benda padat dan perubahan wujud benda pada benda gas.
a. Proses perubahan wujud pada benda padat
Peristiwa perubahan wujud benda padat, misalnya kertas koran
yang dibakar akan menjadi abu. Ini berarti telah terjadi perubahan
wujud abu. Abu tidak dapat kita kembalikan lagi menjadi kertas koran.
Demikian pula jika kayu kita bakar, potongan kayu akan terbakar dan
berubah wujud menjadi arang dan abu. Arang dan abu tidak dapat kita
kembalikan lagi ke wujud asalnya. Sifat arang dan abu juga tidak sama
dengan sifat kayu asalnya. Dari beberapa contoh di atas bahwa
perubahan wujud benda yang disertai perubahan sifatnya disebut
perubahan kimia. Perubahan kimia merupakan perubahan pada benda
yang tidak kembali ke wujud semula.
Jika kita memanaskan sepotong kawat besi, maka kawat tersebut
akan bertambah panjang. Proses penambahan panjang kawat ini
disebut dengan memuai. Jika kawat dipanaskan terus menerus, maka
kawat akan terlihat berpijar. Kemudian menjadi merah membara dan
lama kelamaan akan menjadi cairan besi panas berwarna pijar
kemerahan.
Cairan besi panas ini dapat dituangkan pada cetakan yang
Hasilnya tetap berwujud kawat besi dan sifatnya tetap tidak berubah.
Wujudnya dapat berubah tetapi sifat besinya tidak berubah. Perubahan
wujud benda yang tidak disertai dengan perubahan sifat bendanya
disebut perubahan fisika. Perubahan fisika merupakan perubahan pada
benda yang dapat kembali ke wujud semula.
b. Proses perubahan wujud pada benda cair
Dalam hal ini suatu benda cair dapat mengalami perubahan
menjadi beberapa bentuk benda. Misalnya balok es dikenai sinar
matahari lama kelamaan akan mencair. Balok es yang keras dan padat
berubah wujudnya menjadi air. Perubahan bentuk atau wujud dari
padat berubah menjadi air disebut mencair.
Kemudian bila air diisikan ke dalam kantong plastik dan
dimasukkan ke dalam lemari pendingin, kemudian diamkan beberapa
jam lamanya. Kita akan mendapatkan air tersebut telah berubah
menjadi es atau membatu. Wujud air akan menjadi wujud padat
menjadi es jika didinginkan. Peristiwa ini disebut membeku.
Begitu pula, kalau air dimasak dalam panci. Air dalam panci
akan mendidih. Kemudian air bergolak menjadi gelembung-gelembung
udara. Gelembung-gelembung ini kemudian lepas ke udara sebagai uap
air. Peristiwa ini disebut menguap.
Akibatnya di udara banyak sekali mengandung uap air. Jika
temperatur udara di sekitarnya berubah menjadi dingin. Akibatnya uap
berupa air hujan atau embun yang menempel pada daun atau
rerumputan di pagi hari. Peristiwa perubahan wujud gas (uap air)
menjadi titik-titik air disebut mengembun.
Peristiwa perubahan benda padat langsung menjadi gas disebut
menyublim. Contohnya kapur barus yang biasa, jika kapur barus kita
letakkan di kamar mandi, lama kelamaan kapur barus tersebut akan
mengecil dan akhirnya habis.
c. Perubahan wujud dengan campuran lebih dari dua jenis bahan
Perubahan wujud benda juga dapat terbentuk dari campuran
beberapa jenis bahan. Misalnya proses pembuatan kue umumnya
terdiri atas tepung terigu dicampur dengan gula pasir, telur ayam,
ditetesi zat pewarna, kemudian dikocok. Setelah campuran menjadi
merata dan siap dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dimasukkan
ke dalam oven dan dipanaskan sampai matang. Pada proses pembuatan
kue jelas terlihat bahwa perubahan wujud dari tiga jenis bahan setelah
mengalami suatu proses akan menjadi bentuk yang lain dengan
perubahan sifat asalnya.
Begitu pula seorang tukang yang sedang membangun rumah.
Mereka mencapur semen, pasir, dan air. Kemudian diaduk sampai
merata. Adukan tersebut digunakan untuk memasang bata atau
melapisi dinding. Pada peristiwa ini pun terbentuk bahan baru dari tiga
E. Penelitian yang Relevan
1. Sri Astutik pada tahun 2009 melakukan penelitian tentang “Meningkatkan
Pemahaman Konsep Perubahan Benda Melalui metode Discovery Pada
Siswa kelas V SDN Tudosoro Kabupaten Pasuruan”, menyimpulkan
bahwa penerapan metode discovery dapat meningkatkan pemahaman
konsep perubahan benda pada siswa kelas V SDN Tundosoro hal ini dapat
dilihat dari hasil tes siswa yang meningkat selain itu dapat menjadikan
siswa aktif bekerja sama dalam kelompok, berani bertanya dan menjawab
serta menimbulkan rasa ingin tahu.
Hal ini dapat dilihat peningkatannya dalam nilai ulangan siswa yang
mencapai KKM ada 80% dan nilai sebelumnya yang mencapai KMM
hanya 45%, sedangkan target yang diinginkan pada siklus 1 mencapai 74%
dan siklus 2 mencapai 80%.
2. Sugiarti,A. Ma. Pd melakukan penelitian tentang ”Meningkatkan Prestasi
Belajar IPA dengan Metode pembelajaran Penemuan Terbimbing pada
siswa kelas VI SDN Ardomulyo I Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh sebelum tindakan
penelitian nilai rata-rata ulangan 58, setelah adanya tindakan nilai rata-rata
ulangan mencapai 67,93 pada akhir siklus 1 dan 75,86 pada akhir siklus 2.
Adanya peningkatan prestasi belajar pada siswa disebabkan karena siswa
F. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan deskripsi teori diketahui bahwa dalam
proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping Sleman
dapat dikatakan belum melibatkan siswa secara aktif sehingga hasil belajar
siswa belum mencapai target yang diinginkan. Dengan demikian, diperlukan
upaya perbaikan pembelajaran guna mengoptimalkan potensi siswa. Salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode penemuan
terbimbing. Dalam pembelajaran ini siswa didorong untuk melakukan
aktivitas IPA, menemukan kreativitasnya. Siswa diharapkan dapat
mengembangkan pemikiran mereka sendiri sedangkan peran guru dalam
pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing, memfasilitasi, serta
memberikan motivasi dalam pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi
dapat meningkat karena dengan menggunakan metode ini siswa harus
mendemonstrasikan sehingga siswa mendapat pengalaman secara nyata dan
melakukan kegiatan bersama dengan siswa lain sehingga ingatan tentang
materi tersebut dapat tertanam lama di memori. Dengan penerapan metode
penemuan terbimbing diharapkan terjadi peningkatan penguasaan materi sifat
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman materi sifat
benda dan perubahan wujudnya siswa kelas V SD Negeri Nyamplung
27 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Kasihani
Kasbolah (1998:3) Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pada penelitian ini dibutuhkan
adanya partisipasi dan kolaborasi, artinya peneliti terlibat secara langsung
dalam proses pembelajaran dan adanya kolaborasi antara peneliti dengan guru
IPA yang merupakan mitra dalam penelitian ini.
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan yang
mengacu pada proses tindakan yang dimodifikasi dari Burns. Menurut Burns
dalam Suwarsih Madya (2006:67), penelitian tindakan kelas mencakup 4
langkah yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan, dan
Refleksi
DESAIN PEMBELAJARAN
Gambar 9. Tahapan siklus 1 dan siklus 2
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Nyamplung
Gamping Sleman yang beralamatkan di Dusun Nyamplung, Balecatur,
Gamping, Sleman, Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas V SDN
Nyamplung, Balecatur, Gamping, Sleman yang berjumlah 17 orang.
3. Obyek Penelitian
Pemahaman siswa kelas V terhadap materi sifat benda dan perubahan
wujud benda dalam pembelajaran IPA.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dan pengambilan data
dilaksanakan selama 2 minggu dengan 2 siklus (8 JP), di mana setiap
siklus terdiri dari 2 pertemuan dan setiap pertemuan 2 JP.
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian
No
C. Rancangan Tindakan 1. Persiapan
a. Pengumpulan data awal
b. Permintaan ijin kepada Kepala SD Negeri Nyamplung untuk
melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.
c. Penyusunan proposal
d. Penyusunan instrumen penelitian berupa silabus, RPP, LKS, kisi-kisi
soal, dan soal evaluasi.
2. Rencana Tindakan tiap siklus
Prosedur penelitian ini dilaksanakan selama 2 siklus dan masing-masing
siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu :
Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari dua (2) pertemuan. Pertemuan 1 membahas tentang
sifat-sifat suatu benda (padat, cair dan gas), pertemuan 2 membahas tentang
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan, antara
lain :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan dipelajari dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing. RPP disusun untuk membimbing aktivitas siswa dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dengan pertimbangan dosen dan guru
yang bersangkutan.
b. Membuat dan menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sarana
dalam kegiatan pembelajaran.
c. Menyiapkan paralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.
d. Menyusun tes akhir siklus 1.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan metode penemuan
terbimbing dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b. Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa.
c. Guru memberikan pengarahan tentang pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar
belajar dengan baik.
e. Guru membagi alat-alat, bahan dan LKS yang akan digunakan untuk
f. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk dalam LKS.
g. Guru mengamati setiap kelompok selama mereka melakukan kegiatan
atau percobaan.
h. Terjadi diskusi dalam kelompok setelah melakukan percobaan.
i. Siswa mempresentasikan hasil diskusi yang sudah dilakukan setiap
kelompok.
j. Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban yang benar.
k. Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat menyelesaikan
tugas sebelum waktu selesai.
l. Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil belajar
akhir siklus 1.
3. Observasi
Peneliti melakukan tes tertulis secara individu dan menilai unjuk kerja
siswa dalam kelompok.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan diskusi antara peneliti dan guru pengamat.
Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan tindakan
pada siklus sebelumnya (siklus I) serta menyimpulkan data dan informasi
yang berhasil dikumpulkan sebagai pertimbangan perencanaan pada
Siklus 2
Siklus 2 terdiri dari dua (2) pertemuan. Pertemuan 1 membahas tentang
perubahan benda yang bersifat sementara dan tetap, pertemuan 2 melakukan
tes tertulis tentang materi yang sudah dipelajari.
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan, antara
lain :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan dipelajari dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing. RPP disusun untuk membimbing aktivitas siswa dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dengan pertimbangan dosen dan guru
yang bersangkutan.
c. Menyusun tes akhir siklus 2.
d. Membuat dan menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sarana
dalam kegiatan pembelajaran.
e. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui
segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
f. Menyiapkan paralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan metode penemuan
terbimbing dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b. Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa.
c. Guru memberikan pengarahan tentang pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar
belajar dengan baik.
e. Guru membagi alat-alat, bahan dan LKS yang akan digunakan untuk
percobaan setiap kelompok.
f. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk dalam LKS.
g. Guru mengamati setiap kelompok selama mereka melakukan kegiatan
atau percobaan.
h. Terjadi diskusi dalam kelompok setelah melakukan percobaan.
i. Siswa mempresentasikan hasil diskusi yang sudah dilakukan setiap
kelompok.
j. Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban yang benar.
k. Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat menyelesaikan
tugas sebelum waktu selesai.
l. Guru bersama siswa membuat ringkasan dan melaksanakan tes hasil
2. Observasi
Peneliti melakukan tes tertulis secara individu dan menilai unjuk kerja
siswa dalam kelompok.
3. Refleksi
a. Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian khusus yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Membandingkan analisis siklus 1 dan siklus 2 dan menarik kesimpulan
tentang pemahaman siswa tentang pembelajaran IPA terutama dalam
materi sifat benda dan perubahan wujudnya dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing.
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang akan digunakan adalah
tes yang dibuat oleh guru.
Instrumen
Penelitian ini akan menggunakan 2 jenis instrumen yaitu :
1. Instrumen pembelajaran meliputi : silabus, RPP, dan LKS.
2. Instrumen pengumpulan data menggunakan bentuk tes tertulis dan unjuk
1. Soal tes tertulis
Setiap masing-masing siklus sebagian dilaksanakan, maka dilakukan
evaluasi tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan.
Soal masing-masing siklus berupa tes tertulis yang secara rinci soal tes
tertulis berupa Pilihan Ganda, Isian singkat, dan Uraian yang
dikembangkan sendiri oleh penulis. Adapun rinciannya adalah :
• Soal pilihan ganda berjumlah 10 soal dengan ketentuan :
• Soal isian berjumlah 5 soal dengan ketentuan :
• Soal uraian berjumlah 5 soal dengan ketentuan :
Sehingga skor yang dapat diperoleh siswa jika jawaban sempurna
adalah total skor PG + total skor soal isian singkat + total skor soal
uraian :
10 + 10 + 20 = 40
Tabel 2. Rincian soal evaluasi masing-masing siklus.
Bentuk tes Jumlah soal Bobot Skor
Pilihan ganda 10 1 10
Isian singkat 5 2 10
Uraian 5 4 20
Tabel 3. Kisi-kisi tes tertulis siklus 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator No Soal
Memahami
Siswa dapat menyebutkan macam-macam benda
6, 10, 12
Siswa dapat menyebutkan sifat tertentu yang dimiliki benda padat, cair dan gas
1, 7, 8, 13, 18, 20
Siswa dapat menyebutkan perubahan wujud benda dari cair ke gas, padat ke cair, gas ke cair dan padat ke gas
2, 3, 5, 9, 15
Siswa dapat menyebutkan suatu benda dapat mengalami
perubahan sifat karena suatu proses
4, 11, 14, 16, 17, 19
Tabel 4. Kisi-kisi tes tertulis siklus 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator No Soal
Memahami
Siswa dapat menyebutkan sifat benda
1, 3
Siswa dapat menunjukkan cara menguji sifat benda
2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 19 Siswa dapat membandingkan
perubahan benda yang bersifat sementara dan tetap
8, 17, 18, 20
2. Unjuk kerja
Rubrik Penilaian Unjuk Kerja untuk siswa dalam melakukan
percobaan perubahan wujud benda. Penilaian unjuk kerja dilakukan
pada saat proses pembelajaran di kelas dalam melakukan percobaan
Tabel 5. Rubrik penilaian unjuk kerja saat percobaan.
• Petunjuk pengisian
1. Pemberian skor untuk masing-masing aspek dilakukan dengan
memberikan nilai antara 1 sampai 3.
2. Skor keseluruhan dari hasil jumlah skor pada setiap aspek yang
diperoleh.
• Deskripsi kriteria atau patokan
3 : Jika alat yang digunakan sesuai dengan percobaan yang
akan dilakukan
2 : Jika alat yang digunakan kurang sesuai dengan percobaan
yang akan dilakukan
1 : Jika alat yang digunakan tidak sesuai dengan percobaan
yang akan dilakukan
2. Ketepatan proses pembelajaran
3 : Jika proses pembelajaran sesuai dengan materi yang
dibahas
2 : Jika proses pembelajaran kurang sesuai dengan materi
yang dibahas
1 : Jika proses pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang
dibahas
3. Ketepatan hasil
3 : Hasil yang diperoleh sesuai dengan materi
2 : Hasil yang diperoleh kurang sesuai dengan materi
1 : Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan materi
4. Kekompakan siswa dalam pembelajaran
3 : Adanya kekompakan dalam proses pembelajaran
2 : Kurangnya kekompakan dalam proses pembelajaran
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan target indikator ketercapaian
pada siklus 1 dan siklus 2. Berikut merupakan tabel indikator ketercapaian
pada siklus 1 dan siklus 2 :
Tabel 6. Indikator Ketercapaian Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2.
Pembelajaran Indikator Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2
Pemahaman
siswa tentang
materi sifat
benda dan
perubahan
wujud
1. Nilai rata-rata siswa
tentang materi sifat
benda dan perubahan
wujudnya
60,35 61 70
2. Persentase jumlah
siswa yang mencapai
KKM
52,94 % 65 % 85 %
Nilai rata-rata siswa pada siklus 1 dan siklus 2 didapatkan dari nilai tes
tertulis dan nilai unjuk kerja.
E. Analisis Data
Teknik analisis data ini adalah analisis deskriptif kualitatif untuk setiap
siklusnya. Hal ini dapat bermanfaat untuk rencana perbaikan pembelajaran
pada siklus berikutnya.
1. Analisis nilai tes tertulis ( NT )
Untuk mengetahui nilai siswa rumusnya adalah sebagai berikut :
NT =
R
NT : nilai akhir yang diperoleh
R : skor mentah yang diperoleh siswa
SM : skor maksimal ( 40 )
100 : bilangan tetap
2. Analisis nilai unjuk kerja ( NU )
Untuk mengetahui nilai siswa dalam unjuk kerja rumusnya sebagai berikut :
NU =
R
x 100 SM
NU : nilai akhir yang diperoleh
R : skor mentah yang diperoleh siswa
SM : skor maksimal ( 12 )
100 : bilangan tetap
Analisis nilai rata-rata siswa dihitung berdasarkan rumus :
N = nilai tertulis + nilai unjuk kerja 2
N = NT + NU 2
Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dihitung dengan rumus :
% siswa yang mencapai KKM =
Jumlah siswa yang mencapai
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi penelitian
Pengambilan data penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan
Pemahaman siswa kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping tentang materi sifat
benda dan Perubahan Wujud pada Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011 dengan
Metode Penemuan Terbimbing dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2010
sampai dengan tanggal 15 Desember 2010. Pelaksanaan penelitian terdiri dari 2
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat bagian yaitu perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Adapun penjelasan tiap siklus akan peneliti
uraikan sebagai berikut :
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan siklus 1 peneliti meminta nilai ulangan
IPA siswa kepada guru kelas untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran IPA. Setelah
mengetahui kemampuan awal siswa, peneliti melaksanakan sikus 1.
Tindakan siklus 1 terdiri dari dua kali pertemuan. Pada tahap ini peneliti
menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
Pelaksanaan Pembelajar (RPP), silabus, alat-alat percobaan dalam
Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam kegiatan
pembelajaran ini adalah siswa mampu menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun
tetap.
Pada siklus ini peneliti menyampaikan materi sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Adapun langkah-langkah
pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut :
1). Peneliti mengorganisasi siswa di kelas. Siswa diatur secara
berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 anak.
2). Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat memahami materi sifat
benda dan perubahan wujudnya melalui pembelajaran dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing.
3). Peneliti menyampaikan materi sifat benda dan perubahannya
dengan langkah-angkah dalam pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing. Adapun langkah-langkah dalam
pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah sebagai
berikut : (a) menentukan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari,
(b) menentukan lembar kerja siswa, (c) menyiapkan alat dan bahan,
(d) menentukan siswa kerja dalam kelompok, (e) melakukan
pengujian atau percobaan dan (f) menyimpulkan hasil.
4). Peneliti menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan
5). Siswa melakukan percobaan berdasarkan lembar kerja siswa dan
mendiskusikan dengan teman satu kelompok.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus 1 pertemuan 1 yaitu pada hari Rabu,
8 Desember 2010 selama 4 jp ( 4 x 35 menit ) dan pertemuan 2 yaitu
pada Jumat, 10 Desember 2010 selama 4 jp ( 4 x 35 menit ). Proses
pembelajaran mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan.
Pembelajaran IPA dalam materi sifat benda dan perubahan wujudnya
pada siklus 1 ini dengan metode penemuan terbimbing.
c. Observasi
Sebelum pelaksanaan siklus 1 untuk mengetahui kondisi awal,
peneliti melakukan observasi dan meminta nilai kepada wali kelas V SD
Negeri Nyamplung. Hasil rata-rata nilai IPA siswa masih sangat
minimal. Dari hasil observasi diketahui nilai rata-rata siswa 60,35.
Siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 9 anak atau 52,94%.
Kegiatan observasi juga dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran oleh seorang guru. Data yang dapat peneliti
amati pada penelitian ini secara garis besar ada dua hal yaitu catatan
selama proses pembelajaran dan mengamati proses pembelajaran yang
1). Catatan selama proses pembelajaran
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer diperoleh data
bahwa pada pertemuan ini guru telah melakukan pembelajaran
dengan baik.
Adapun catatan selama pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran guru selalu mendampingi dan
membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. Melalui
kegiatan ini guru mengalami kesulitan yaitu pada saat melakukan
percobaan api pada kompor yang digunakan sulit hidup.
2). Mengamati proses pengerjaan siswa
Pada proses pembelajaran siklus 1 siswa melakukan percobaan
berdasarkan langkah-langkah pada LKS. Selain itu siswa juga telah
mempersiapkan alat-alat dan bahan yang telah disiapkan. Di siklus 1
pertemuan 1 siswa melakukan percobaan tentang sifat tertentu yang
dimiliki suatu benda padat, cair, dan gas. Pada pertemuan 2 siswa
mendemonstrasikan terjadinya perubahan wujud cair ke gas, padat
ke cair, cair ke gas, gas ke cair, dan padat ke gas.
Selama mengikuti proses pembelajaran siswa sangat antusias.
Alat-alat dan bahan yang dibawa oleh guru mampu menarik perhatian
siswa, siswa merasa senang karena selama ini belum ada guru
mengajar menggunakan percobaan. Hanya pada saat melakukan
percobaan sdikit ada hambatan yaitu api yang digunakan untuk
percobaan itu siswa mampu mendapatkan berbagai informasi
tentang sifat-sifat benda dan perubahan wujudnya. Selain itu melalui
langkah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing siswa
mampu memahami setiap percobaan yang dilakukan, siswa juga
mampu mengemukakan pendapatnya dalam kelompok, selama ini
jarang guru mengadakan pembelajaran dengan berdiskusi dalam
kelompok.
d. Refleksi
Kegiatan pembelajaran IPA dengan metode penemuan
terbimbing pada siklus 1 ini menemukan beberapa hambatan,
diantaranya (1) beberapa siswa yang justru malah bermain-main dengan
alat-alat dan bahan yang telah disediakan oleh guru untuk pembelajaran,
(2) beberapa siswa mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan,
(3) beberapa siswa ada yang belum dapat menemukan kesimpulan dari
percobaan yang dilakukan sehingga kegiatan hanya didominasi oleh
siswa yang mampu saja, disini guru membantu siswa untuk
mengarahkan siswa dalam mengambil kesimpulan dari percobaan yang
telah dilakukan.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada siklus 2 ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari dua kali pertemuan. Pada tahap ini
Pelaksanaan Pembelajaran, silabus, alat-alat dan bahan percobaan, dan
lembar kerja siswa.
Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah
sama dengan kompetensi pada siklus 1 yaitu siswa mampu
menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik
sementara maupun tetap. Kegiatan dilaksanakan mengacu pada siklus 1
dengan kegiatan sebagai berikut :
1). Sebelum diadakan tindakan siklus 2, peneliti menjelaskan kembali
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing.
2). Peneliti mengorganisasi siswa. Dalam kegiatan ini dilakukan di
halaman sekolah sehingga memudahkan siswa untuk lebih leluasa
dalam melakukan percobaan. Siswa diatur secara berkelompok,
tiap kelompok terdiri dari 4-5 anak.
3). Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat memahami materi sifat
benda dan perubahan wujudnya melalui pembelajaran dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing.
4). Siswa menulis hasil diskusi dengan teman satu kelompok selama
melakukan percobaan dalam pembelajaran melalui
langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.