• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

39 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

ANALISIS KOMPONEN KESEGARAN JASMANI TERHADAP PENGUASAAN SENAM AYO BERSATU PADA

MAHASISWA PROGRAM STUD PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FKIP

UNMUL SAMARINDA

OLEH : HAMDIANA )*

ABSTRAK

Penguasaan senam ayo bersatu harus ditunjang dengan tiga komponen fisik yaitu daya ledak, koordinasi mata-kaki, dan kelincahan sebagai bagian dari beberapa komponen kesegaran jasmani lainnya. Tingkat keahlian seorang pesenam adalah kemampuan dari si pesenam yang mampu untuk menggabungkan usaha maksimal dengan gerakan yang sewaktu-waktu dapat meledak, kemampuan menggabungkan usaha maksimal dengan dapat memberikan hasil yang berarti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komponen kesegaran antara daya ledak, koordinasi mata-kaki, dan kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi pada penelitian adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unmul Samarinda. Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang. Data penelitian berupa tentang tingkat komponen kesegaran jasmani terhadap penguasaan senam ayo bersatu perhitungan statistik berupa eskriptif dan inferensial dg uji korelasi dan regresi pada taraf signifikan 95%. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani daya ledak terhadap penguasaan senam ayo bersatu terbukti r0 =

0,655 (P < α0,05), (2) Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran

jasmani koordinasi mata-kaki terhadap penguasaan senam ayo bersatu terbukti r0 = 0,868 (P < α0,05), (3) Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran

jasmani kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu terbukti r0 =

0,315 (P < α0,05), dan (4) Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran

jasmani daya ledak, koordinasi mata-kaki, dan kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu terbukti R0 = 0,894 (P < α0,05)

Kata kunci : Komponen Kesegaran Jasmani, Senam Ayo Bersatu

ABSTRACT

Mastery of gymnastics come together to be supported by three components, namely physical explosive power, eye-foot coordination, and agility as part of

(2)

40 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

some other physical fitness components. The level of skill of a gymnast is the ability of the gymnasts were able to combine business with maximum movement can explode at any time, with the ability to combine maximum effort to provide meaningful results. This study aimed to determine the relationship between the components of the freshness of explosive power, eye-foot coordination, and agility to exercise mastery come together. This type of research is descriptive. The population in the study were all students of Physical Education and Health Study FKIP Unmul Samarinda. The sample used by 30 people. The research data in the form of the level of physical fitness components come together to exercise control calculations eskriptif and inferential statistics such as correlation and regression test dg at 95% significance level. Based on the results of the study demonstrate that (1) There is a significant component of physical fitness exercises explosive power to come together proven mastery r0 = 0.655 (P < α0,05), (2) There is a significant

component of physical fitness, eye-foot coordination to control let's unite gymnastics proved r0 = 0.868 (P < α0,05), (3) There is a significant component of

physical fitness gymnastic agility to come together proven mastery r0 = 0.315 (P

< α0,05), and (4) There is a relationship significant components of physical

fitness explosive power, eye-foot coordination, and agility to come together proven mastery exercises R0 = 0.894 (P < α0,05)

Keyword : Components of Physical Freshness, Gymnastics Come Unite

PENDAHULUAN

Senam sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikontruksi dengan sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai–nilai spiritual dan mental (Imam Hidayat : 1995). Selain itu senam merupakan olah raga yang sangat fleksibel seperti halnya renang, bisa dikerjakan oleh siapa saja menurut tingkatan umum maupun kemampuan (Wuryati Soekarno dan Ichsani Basith; 2002). Untuk itu dipilih suatu bentuk senam yang dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani sehingga minat dan kesepian dalam, menghadapi pelajaran menjadi lebih baik. Senam Ayo bersatu sebagai salah satu bentuk senam kesegaran dari berbagai macam senam kesegaran sebelumnya. Ada

yang dikenal SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), Senam jantung sehat, Senam ayo bangkit, Senam poco poco, Sajojo dan sebagainya, kini sedang digalakkan di sekolah. Salah satu bagian senam yang sangat berperanan penting adalah kesegaran jasmani yang sifatnya menunjang metabolisme tubuh supaya dalam melakukan gerakan senam terdapat keindahan yang dapat diinginkan. Banyak yang melakukan gerakan senam tidak memperhatikan dari segi anatomi tubuh dan bentuk kesegaran jasmani sehingga gerakan yang diperoleh tidak sempurna. Seperti yang kita ketahui bahwa kesegaran jasmani sangatlah berhubungan erat dengan fungsional organ–organ tubuh untuk mendapat kan pergerakan yang normal.

(3)

41 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

Senam ayo bersatu telah dilaksanakan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Namun manfaat melakukan latihan senam ayo bersatu bagi siswa belum dirasakan, karena mereka melakukannya bukan atas ke sadaran diri sendiri, me-lainkan mereka merasa dipaksa dari gurunya demikian juga halnya pada tingkat perguruan tinggi, senam ayo bersatu kurang diterapkan pada hal senam tersebut merupakan kebutuhan di bagi tubUh untuk lebih bugar. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan untuk program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan wadah yang memiliki talenta di dalam bidang olahraga, akan tetapi untuk senam kesegaran jasmani seperti senam ayo bersatu tidak dijadikan sebagai materi perkuliahan, malahan hanya dijadikan sebagai ekstra-kurikuler yang kenyataan jarang dilakukan. Sehingga bagi alumni-alumni olahraga yang berkompoten di sekolah kurang menguasai gerakan-gerakan senam. Walaupun pelaksanaan senam kesegaran jasmani yaitu senam ayo bersatu bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani pada umumnya belum dilaksanakan secara keseluruhan, namun perlu didakan pembinaan secara intensif agar dapat mem-berikan nuansa baru tersendiri bagi mahasiswa itu sendiri lebih-ebih di saat melaksanakan tugas di sekolah.

Untuk melaksanakan senam kesegaran jasmani seperti senam ayo bersatu, seorang pesenam perlu memiliki komponen kesegaran jasmani yang baik. pengertian kesegaran jasmani dipandang sebagai suatu konsep yang mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Oleh sebab itu para ahli mendefinisikan sesuai dengan sudut pandang keahlian. Misalnya, dari segi kedokteran lebih menitik beratkan pada kemampuan

jantung dan paru-paru. Di bidang olahraga lebih menitik beratkan pada keberhasilan melakukan aktivitas fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Pengertian tentang kesegaran jasmani dapat diuraikan dari beberapa pendapat, antara lain :

Perbedaan definisi kesegaran jasmani nampaknya tidak cukup berarti, namun ada kesamaan yang sangat esensial yaitu pentingnya kesegaran jasmani yang diperlukan tiap individu tidak perlu sama dantidak akan sama, ini tergantung dari jenis kelamin, usia, bear tubuh (tinggi dan berat badan), pekerjaan, lingkungan, cuaca, emosi, danlain-lain. Namun demikian tentu saja makin tinggi tingkat kesegaran jasmani seseorang, makin baik, berarti lebih sehat dan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang tingkat kesegaran jasmaninya lebih rendah.

Kesegaran Jasmani

Tingkat kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor ter-penting dalam mencapai prestasi, seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan dan sebagainya. Menurut Syam (2000) bahwa: “Latihan merupakan suatu proses atau periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai olahragawan mencapai standar penampilan yang tinggi”. Adapun peningkatan yang dapat di-peroleh antara lain berupa kemampuan gerak. Pelaksanaan latihan fisik kepada atlet harus benar dan tepat. Benar dalam pengertian menyangkut isi pengetahuan atau ilmu yang dipergunakan, sedangkan tepat berarti berkenaan dengan cara atau bentuk latihan yang dipergunakan untuk mencapai pengetahuan atau ilmu yang dianggap benar. Syam (2000) mengemukakan bahwa : “Latihan fisik yang dilakukan secara teratur, sistematis dan berkesinambungan,

(4)

42 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan tingkat kesegaran jasmani secara nyata”.

Bertitik tolak dari pendapat tersebut di atas, bahwa kondisi fisik seorang atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan. Latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Dengan adanya kondisi fisik yang baik, maka akan ada peningkatan di dalam kemampuan suatu cabang olahraga tersebut.

Pengembangan fungsional dan sistem tubuh yang baik, dapat menunjang pelaksanaan teknik gerakan secara optimal. Kalau kondisi fisik baik, maka; (1) akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan komponen kondisi fisik lainnya. (3) akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. (4) akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. (5) akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh bila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan (Harsono, 1988).

Jika unsur kondisi fisik itu tidak atau kurang tercapai pada suatu tahap latihan tertentu, maka ini dapat dikatakan bahwa perencanaan dan sistematika latihan itu kurang tepat. Penguasaan teknik-teknik dasar yang efektif dan efesien, tentu bukan hanya dalam teknik saja akan tetapi didukung pula oleh adanya tingkat kesegaran jasmani. Pengembangan penguasaan teknik pada cabang olahraga seperti pada senam ayo

bersatu yang lebih maksimal dengan tujuan pencapaian kebugaran dan prestasi, perlu dukungan dari faktor fisik. Tingkat komponen kesegaran jasmani terdiri dari kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, daya ledak, daya tahan, ketepatan, keseimbangan, dan koordinasi. Namun pada pelaksanaan penelitian hanya di fokuskan pada tiga yaitu ; daya ledak, koordinasi, dan kelincahan.

Daya Ledak

Daya ledak dikenal dengan istilah tenaga eksplosif yang sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Hakekatnya bahwa daya ledak lengan dan kaki merupakan salah satu komponen fisik, dimana kekuatan dan kecepatan otot di-kombinasikan dalam satu pola gerak. Kontraksi otot yang tinggi diartikan sebagai kemampuan otot yang kuat dan cepat berkontraksi. Jadi daya ledak dipengaruhi oleh kecepatan, baik kecepatan rangsang syaraf maupun kecepatan kontraksi. Fox Brows dan Foss (dalam Razak, 1993) mengemukakan bahwa: “Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk menampilkan kerja maksimal per unit waktu. Daya ledak dinyatakan sebagai kerja dilakukan per unit waktu, maka secara fungsional ada hubungan antara daya energi dan kerja.” Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang daya ledak di atas, nampak bahwa dua komponen yang penting dalam daya ledak adalah kekuatan otot dan kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Dari kedua pandangan komponen fisik, yaitu kekuatan dan kecepatan, merupakan komponen yang dikombinasikan untuk menghasilkan kondisi fisik daya ledak. Dengan demikian daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan

(5)

43 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

kekuatan yang maksimal dalam waktu yang cepat.

Agus Mahendra (2000) power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan mengukur kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan untuk mengangkat beban itu. Untuk menampilkan sejumlah kerja berat secara cepat memerlukan power. Untuk itu power adalah suatu atribut fisik yang paling dominan yang di perlukan dalam senam. Kebanyakan keterampilan senam bergantung pada kualitas fisik yang satu ini dalam hal bahwa pesenam harus menggerakkan tubuhnya atau bagian tubuhnya secara cepat, sehingga memerlukan kekuatan dan kecepatan secara stimulan.

Kelincahan

Kelincahan adalah merupakan kemampuan untuk merubah posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran orientasi terhadap posisi tubuh. Dalam komponen kelincahan ini sudah termasuk unsur mengelak dengan cepat mengubah posisi tubuh dengan cepat, bergerak lalu berhenti dan dilanjutkan dengan bergerak secepatnya. Kemampuan seperti ini memerlukan koordinasi yang prima seorang atlet agar memiliki kelincahan, yakni kemampuan untuk bergerak secepatnya dari satu titik ketitik lainnya. Kemudian secara tiba– tiba mengubah arah gerakan, menghindari atau mengelilingi objek secepatnnya memerlukan kecepatan. Untuk meningkatkan komponen kelincahan ini, takaran tergantung tipe olahraga yang digunakan. Komponen kesegaran jasmani, komponen giometrik, Sajoto (1990) sebagai komponen kondisi fisik, merupakan kemampuan

gerakan dasar gerakan fisik atau aktifitas dari tubuh manusia. Kelincahan (agility), merupakan kemampuan seseorang untuk merubah posisi diarena tertentu, Nur Ichsan ( 2003). Koordinasi

Moch. Sajoto (1988) bahwa: “Koordinasi adalah kemampuan otot menyatukan berbagai sistem syaraf penggerak, yang berpusat dalam satu pola gerak yang efesien”. Makin kompleks gerak yang dilakukan makin besar tingkat koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan ke-cakapan gerak olahraga. Harus dipahami bahwa koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Bompa (1983) yang dikutip oleh Harsono (1988) bahwa: “Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, dan sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik”. Untuk mengetahui baik tidaknya koordinasi seseorang dalam aktifitas berolahraga, tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan gerakan secara mulus, tepat dan efesien. Dengan demikian gerakan yang terjadi benar-benar gerakan yang terkoordinasi yang baik, bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan berolahraga secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat menguasai keterampilan cabang olahraga yang masih baru baginya. Selain itu seseorang yang koordinasinya baik akan dapat mengubah dan berpisah secara tepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi lebih efesien. Untuk melatih koordinasi yaitu dengan melakukan berbagai variasi gerak dengan keterampilan. Atlet yang mempunyai spesialisasi pada suatu cabang olahraga lainnya. Atlet harus banyak dilatih dengan keterampilan

(6)

44 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

baru dari cabang olah raganya atau cabang olahraga lain. Kalau tidak, koordinasinya tidak akan berkembang dan kemampuan untuk mempelajari gerakan yang baru akan menurun. Dalam melatih keterampilan, faktor kesulitan dan kompleksitas gerakan harus senantiasa ditingkatkan.

Senam Ayo Bersatu

Senam Ayo Bersatu ini adalah wujud nyata dari kolaborasi berbagai organisasi olahraga masyarakat yang tergabung dalam Federasi Olahraga Masyrakat Indonesia (FOMI) untuk menyumbangkan suatu bentuk olah raga senam yang dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat, sekaligus dapat membangun kebersamaan, kerukunan, dan kedamaian di masyarakat, serta mempercepat persatuan dan kesatuan yang dibutuhkan oleh segenap komponen bangsa dalam mempertahankan keutuhan negara kesatuan bangsa Indonesia. Imam Hidayat (1995) dikutip oleh Agus Mahendra (2000)“ Suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan dengan sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental dan spritual.” Dimanika gerak dan musik dari kekayaan budaya berbagai daerah, berhasil dipadukan dengan metode dan aturan ilmiah dan harmonis untuk membangun kebugaran jasmani melalui senam ayo bersatu ini, sehingga layak dan aman untuk dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja baik muda maupun lansia.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Adapun variabel

penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas : (1) variabel bebas yaitu komponen fisik yang terdiri dari : daya ledak, kelincahan, dan koordinasi mata-kaki, serta (2) variabel terikat yaitu Penguasaan gerakan senam ayo bersatu. Populasi pada penelitian adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unmul Samarinda. Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang.

Data penelitian berupa tentang tingkat komponen kesegaran jasmani terhadap penguasaan senam ayo bersatu perhitungan statistik berupa eskriptif dan inferensial dg uji korelasi dan regresi pada taraf signifikan 95%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada hubungan komponen

kesegaran jasmani terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data komponen kesegaran jasmani daya ledak terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Diperoleh nilai korelasi (r0)

= 0,655 dengan tingkat signifikansi 0,000 < dari nilai = 0,05. Untuk nilai koefesien determinasi = 0,429, hal ini menunjukkan bahwa 42,9% penguasaan senam ayo bersatu dijelaskan oleh komponen kesegaran jasmani daya ledak, sedangkan sisanya (100% - 42,9% = 57,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Hasil korelasi mennunjukkan Ho ditolak dan H1 diterima atau

koefesien korelasi signifikan. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani daya ledak terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

2. Ada hubungan komponen kesegaran jasmani koordinasi

(7)

45 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

mata-kaki terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data komponen kesegaran jasmani koorinasi mata-kaki terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,868 dengan

tingkat signifikansi 0,000 < dari nilai = 0,05. Untuk nilai koefesien determinasi = 0,753, hal ini menunjukkan bahwa 75,3% penguasaan senam ayo bersatu dijelaskan oleh komponen kesegaran jasmani koordinasi mata-kaki, sedangkan sisanya (100% - 75,3% = 24,7%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Hasil korelasi menunjukkan Ho ditolak dan H1

diterima atau koefesien korelasi signifikan. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani koordinasi mata-kaki terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

3. Ada hubungan komponen kesegaran jasmani kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data komponen kesegaran jasmani kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Diperoleh nilai korelasi (r0)

= 0,315 dengan tingkat signifikansi 0,000 < dari nilai = 0,05. Untuk nilai koefesien determinasi = 0,099, hal ini menunjukkan bahwa 9,9% pen-guasaan senam ayo bersatu di jelaskan oleh komponen kesegaran jasmani kelincahan, sedangkan sisanya (100% - 9,9% = 90,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Hasil korelasi menunjukkan Ho ditolak dan H1 diterima atau

koefesien korelasi signifikan. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran

jasmani kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu. 4. Ada hubungan antara komponen

kesegaran jasmani daya ledak, koordinasi mata-kaki dan kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data komponen kesegaran jasmani yang terdiri daya ledak, koordinasi mata-kaki dam kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) = 0,894 dengan

tingkat signifikansi 0,000 < dari nilai = 0,05. Untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,800, hal ini menunjukkan bahwa 80% penguasaan senam ayo bersatu dijelaskan oleh komponen kesegaran jasmani yang terdiri dari daya ledak, koordinasi mata-kaki, dan kelincahan. Sedangkan sisanya (100% - 80% = 20%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 34,631 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi penguasaan senam ayo bersatu (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 9,486 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau

koefesien regresi signifikan, atau komponen kesegaran jasmani daya ledak, koordinasi mata-kaki, dan kelincahan benar-benar ber-pengaruh secara signifikan terhadap penguasaan senam ayo bersatu. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani antara daya ledak, koordinasi

(8)

46 )* Dosen Pendididkan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNMUL Samarinda

mata-kaki, dan kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani daya ledak terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

2. Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani koordinasi mata-kaki terhadap penguasaan senam ayo bersatu. 3. Ada hubungan yang signifikan

komponen kesegaran jasmani kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

4. Ada hubungan yang signifikan komponen kesegaran jasmani daya ledak, koordinasi mata-kaki, dan kelincahan terhadap penguasaan senam ayo bersatu.

DAFTAR PUSTAKA

Harsono. 1988. Coaching dan

Aspek-aspek Psikologis dalam

Coaching. Jakarta: Proyek

Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga

Kependidikan (P2LPTK)

Ichsan, Andi. 1994. Perbandingan antara Latihan Leg Press dan Latihan Squat Jump terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot

Tungkai, Daya ledak dan Daya

Tahan Otot Tungkai. Tesis.

Surabaya: Universitas Airlangga Poulton. 1973. On prediction in skilled

movement. New jetsey: Prentice hall inc.

Razak, Abraham. 1993. Perbandingan

Pengaruh Latihan Pliometrik

dengan Latihan Kekuatan dan

Kecepatan Terhadap Daya

Ledak. Tesis. Surabaya : Pasca Sarjana UNAIR

Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : FPOK IKIP

Setiawan, Iwan. 1989. Ilmu Pengetahuan Melatih. Bandung: Proyek Pembinaan Prestasi Olahraga FPOK IKIP

Soekarman. 1987. Dasar-dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: Penerbit Inti Indayu Press

Stone, William J. 1991. Sport

Conditioning and Weight

Training. New York: Wm.C.Brom Publishing

Surakhmad, Winarno. 1994.

Pengantar Penelitian Ilmiah,

Dasar Metode Teknik. Bandung:

Tarsito Bandung

Syam, Nadewi. 2002. Pengaruh Latihan Lari Cepat Kontinyu dan Latihan Lari Sprint Berselang

terhadap Forced Expiratory

Volume on One Second (FEV1) dan Forced Viotal Capacity. Tesis. Surabaya: PPs Universitas Airlangga.

Tjide tahir. 1982. Program latihan peregangan bagi pelatih, guru olahraga dan mahasiswa FPOK dan atlet akademik. Presindo Jakarta.

Yahya, M. Kasmad. 1984. Studi

tentang pengaruh program

pengajaran olahraga dan tingkat

kesegaran jasmani terhadap

prestasi belajar mahasiswa IKIP Ujung Pandang: Penelitian IKIP.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitiannya menunjukkan : (1) model fungsi produksi stochastic frontier yang digunakan, secara signifikan dapat di terima dengan kata lain, fungsi produksi rata-rata

Memilih alternatif merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal)

Penelitian ini merekomendasikan untuk segera dilakukan pengangkatan pengurus Baznas masing-masing pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan UU Nomor 23 tahun

Pada larutan yang netral, ampas daun andong merah yang tenggelam dapat menyisakan air bening di atasnya, sedangkan jika diteteskan asam, akan menghasilkan air berwarna kuning

Dari data yang terkumpul diketahui bahwa mayoritas responden tidak menderita penyakit yaitu dengan persentase 84,5 persen, dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa motivasi

loranthifolia umur 40 tahun di Hutan Tanaman Agathis, Baturaden, Kabupaten Purwokerto, Jawa Tengah; persamaan allometrik biomasa di atas permukaan tanah Y = 0,3406 (DBH)

Mereka akan mendapatkan kepuasan dalam kunjungan ke museum, karena dengan adanya standardisasi penyelenggaraan dan pengelolaan dalam Museum Prambanan, selanjutnya keadaan

Banyaknya bintang pada setiap baris bernomor ganjil adalah satu lebihnya atau satu kurangnya dari banyaknya bintang pada baris bernomor genapc. Banyaknya baris