• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN TOGOK KE BELAKANG, DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN

PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA SMK NEGERI 2 SOMBA OPU

OLEH:

MUHAMMAD ISHAK )*

ABSTRAK

Komponen kondisi fisik yang menjadi fokus dalam penelitian bila dimiliki bagi setiap pemain secara bersama, maka akan memberikan hasil yang lebih maksimal dalam pukulan lob pada permainan bulutangkis. Daya ledak otot tungkai membantu dalam melakukan gerak kaki baik secara horisontal untuk mengantisipasi datangnya shuttlecock atau penguasaan lapangan. Sedangkan kelentukan togok ke belakang berfungsi untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas dan bebas untuk mendapat gerak pukulan lob yang lebih efesien. Untuk daya ledak lengan berperan dalam mengarahkan laju shutlecock untuk lebih ke daerah belakang lawan. Untuk itu mekanisme gerak yang terjadi pada pukulan lob adalah seorang pemain melakukan pukulan jauh ke belakang agar dapat memberikan ruang gerak dalam mengatur serangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yang menggunakan model desain korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 2 Somba Opu dengan jumlah sampel penelitian 40 orang putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Daya ledak tungkai memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu, (2) Kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu, (3) Daya ledak otot lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu, dan (4) Daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu.

Kata Kunci : Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan Togok Ke Belakang, Pukulan Lob Bulutangkis

(2)

ABSTRACT

Components of the physical conditions that are the focus in this research have for any player when together, it will provide maximum results in a blow lob on the game of badminton. Explosive power leg muscles help in doing the footwork either horizontally to anticipate the arrival of the shuttle or ground control. While flexibility togok back serves to provide a wider space and free to get the lob punch motion more efficient. For explosive power arm shutlecock role in directing the pace for more to the area behind the opponent. For the mechanism of motion that occurs in stroke lob is a player make a stroke further back in order to provide space for the coordinated attacks. This study aims to determine the contribution limb explosive power, flexibility togok back, and arm muscles explosive power to blow lob ability in the game of badminton. This research includes descriptive research using correlational design model. The study population was all students in SMAN 2 Somba Opu by the number of sons sample 40 randomly selected sampling. The data analysis technique used is the correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% significance level or 0.05. Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: (1) explosive leg power have contributed to the ability to hit a lob in the game of badminton at SMK Negeri 2 Somba Opu, (2) flexibility togok back has contributed to the ability to hit a lob in the game badminton at SMK Negeri 2 Somba Opu, (3) Power explosive muscular arms have contributed to the ability to blow lob in the game of badminton at SMK Negeri 2 Somba Opu, and (4) explosive leg power, flexibility togok back, and explosive muscle power arms have contributed to the ability to hit a lob in the game of badminton at SMK Negeri 2 Somba Opu.

Keyword : Leg Muscles explosive power, flexibility Togok Go Back, Blow Badminton Lob

PENDAHULUAN

Permainan bulutangkis sebagai salah satu olahraga yang cukup popular di masyarakat, di gemari oleh lelaki dan wanita, mulai dari anak- anak sampai dengan orang tua. Selain dari itu permainan bulutangkis memiliki karakteristik daya tarik tertentu se-hingga menarik perhatian banyak orang untuk melakukannya. Banyaknya peminat serta daya tarik permainan bulutangkis, sebabnya adalah kesederhanaan per-mainannya dengan hanya membutuhkan sedikit perlengkapan. Sifat khas dari permainan bulutangkis ialah para

peraturan permainannya. Isinya adalah demikian rupa hingga tidak mungkin atau sangat sulit untuk mencapi suatu kemenangan bila pemain atau tim tidak mampu memperlihatkan teknik bermain yang baik.

Penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan ilmu dibidang olah raga yang sudah berdasarkan dengan ilmu pengetahuan serta langkah-langkah yang sistematis dan terarah. Untuk dapat bermain dalam cabang olahraga bulutangkis khususnya dalam melakukan pukulan lob perlu adanya dukungan kemampuan teknik

(3)

itu sendiri, sebab tanpa teknik dasar yang dimiliki setiap pemain, maka pemain tidak bisa bermain secara maksimal. Secara spesifik untuk bermain secara profesional perlu adanya suatu teknik yang lebih baik di dalam memainkan permainan bulutangkis. Untuk itu perlu menguasai betul teknik dasar per-mainan bulutangkis, agar dapat men-capai kemampuan dan kemampuan yang maksimal. Tetapi dasar yang dikuasai tanpa adanya dukungan unsur fisik yang lebih baik pula, maka tidak akan memberikan suatu hasil yang lebih maksimal. Namun untuk peningkatan ke-mampuan olahraga tidak cukup kalau hanya mengandalkan waktu pelajaran yang ada di sekolah. oleh hanya mengandalkan waktu pelajaran yang ada di sekolah. oleh karena itu harus ditempu suatu kebijakan dari sekolah dengan menambah atau memasukkan olahraga sebagai kegiatan ekstra-kurikuler dengan pemberian program latihan yang sistematis dan terencana sebagaimana mestinya untuk mencapai hasil yang maksimal.

Namun pembinaan prestasi yang ada sekarang ini, khususnya permainan bulutangkis di Kabupaten Gowa belum memperlihatkan hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan masyarakat secara umum dan khususnya pemerintah. Oleh sebab itu perlu adanya berbagai usaha untuk meningkatkan prestasi olahraga bulutangkis dengan pembinaan sedini mungkin, seperti pada SMK Negeri 2 Somba Opu sebagai langkah awal dalam pencapaian yang di harapkan. Kendala yang dihadapi dan didapatkan adalah kurangnya kemampuan dalam memperagakan teknik dasar yang ada pada permainan bulutangkis. Salah satu diantaranya teknik dasar tersebut adalah kemampuan pukulan lob

dalam permainan bulutangkis. Pukulan lob merupakan gerak kerja yang terpenting untuk membantu mengatur serangan. Kegagalan untuk melakukan pukulan lob ke daerah lawan akan memberi kesempatan pihak lawan untuk melakukan serangan balik atau balasan. Olehnya itu pemain harus mahir melakukan pukulan lob. Melihat gerakan pukulan lob boleh dikatakan bahwa sulit tanpa adanya dukungan seperti kondisi fisik, teknik, dan postur tubuh yang ideal.

Mengingat pukulan lob dalam permainan bulutangkis adalah salah satu bentuk pukulan yang dapat memberikan ruang gerak lawan bahkan pertahanan lawan. Untuk memperoleh angka yang cepat, maka dengan cara inilah yang paling menjanjikan ke-menangan. Untuk mencapai tingkat kemampuan pukulan lob dalam per-mainan bulutangkis secara optimal di-perlukan ketekunan latihan yang ter-program dan sistematis agar kemam-puan dengan teknik gerakan ter-koordinasi dapat tercapai. Kondisi fisik dan penguasaan teknik smash harus dipadukan untuk mencapai kemam-puan smash dalam permainan yang baik. Penguasaan teknik belum dapat menjamin peningkatan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulu-tangkis secara efektif tanpa ditunjang kondisi fisik yang maksimal. Kondisi tersebut terlihat pada siswa, ada indikasi kuat belum mencapai tingkat kemampuan pukulan lob bulutangkis secara optimal.

Hasil pengamatan selama ini bahwa siswa yang ada pada sekolah tersebut, memiliki kemampuan smash belum kuat, sebab masih kadang tidak melewati net atau tidak sampai pada daerah lawan, serta pergerakan tubuh yang dimiliki masih kaku dalam melakukan teknik tersebut.

(4)

Sehu-bungan hal tersebut jika menganalisis gerakan pukulan lob tentunya perlu ditopang oleh kemampuan fisik seperti daya ledak otot tungkai, kelentukan togok ke belakang dan daya ledak otot lengan.

Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan menggunakan tenaga secara maksimal dengan waktu yang sangat singkat dalam artian bahwa kemampuan daya ledak tungkai dan daya ledak lengan untuk dipergunakan dalam melakukan pukulan lob pada permainan bulu tangkis. Sedangkan Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dengan mudah efesien, sehingga dalam me-lakukan gerakan pukulan lob bulu-tangkis utamanya pada saat melayang dan memukul bola, itu akan lebih mudah dilakukan bila didukung ke-lentukan yang baik. Kelentukan menun-jukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian gerak se-maksimal mungkin untuk berkontraksi dalam posisi memendek dan me-manjang secara semaksimal. Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendo, ligamen atau jaringan pengikat.

Teknik pukulan lob bulutangkis Pukulan lob adalah shuttlecock yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan sendiri dan diarahkan ke atas pada bagian lapangan lawan. Ada dua jenis pukulan lob yaitu lob clear yaitu laju shuttle cocknya tinggi kebelakang dan attacking lob yaitu laju shuttlecocknya tidak terlalu tinggi, tetapi jauh ke belakang. Pukulan overhead lob clear merupakan pukulan yang paling sering dilakukan utamanya dalam permainan tunggal. Pukulan ini juga identik sebagai pukulan untuk

memulai suatu penyerangan. Pukulan lob memiliki tujuan yaitu untuk meng-ganggu atau merusak posisi lawan atau untuk memaksa lawan untuk bermain rally, sehingga membutuhkan komponen fisik yang baik.

Jenis pukulan ini dominan di gunakan dalam permainan bulutangkis. Seperti halnya teknik dasar “pukulan dari atas kepala”, untuk menguasai teknik dasar ini, pertama-tama, harus terampil berlari sambil melakukan langkah lebar, dengan kaki kanan ber-ada di depan kaki kiri untuk men-jangkau jatuhnya shuttlecock. Sikap menjangkau ini, hendaknya siku dalam keadaan shuttlecock dan pertahankan sikap tubuh tetap tegak, sehingga lutut kanan dalam keadaan tertekuk. Pada saat memukul shuttlecock, gunakan tenaga kekuatan siku dan pergelangan tangan, hingga gerakan lanjut dari pukulan ini berakhir di atas bahu kiri. Perhatikan, agar telapak kaki kanan tetap kontak dengan lantai sambil menjangkau shuttlecock. Jangan sampai gerak langkah ter-hambat karena kaki kiri tertahan gerakannya. Fungsi pukulan dasar ini antara lain: (1) Untuk mengembalikan pukulan pendek atau permainan net lawan, dan (2) Sebagai cara bertahan akibat pukulan serang lawan. Dalam situasi tertekan dalam permainan, harus melakukan pukulan penyelama-tan dengan cara mengangkat shuttle cock tinggi ke daerah belakang la-pangan lawan, dan (3) Pukulan dasar ini dapat dilakukan dengan teknik pukulan forehand dan back-hand. Cara berlatih yang efektif untuk menguasai teknik dasar ini, adalah menciptakan suasana berlatih ber-sama tim dengan memukul shuttle-cock yang diarahkan relatif jauh dari jangkauan. Berlatihlah dengan tekun dan selalu mengevaluasi sendiri

(5)

ke-salahan yang dilakukan, agar tidak diulangi lagi.

Untuk pukulan lob, biasanya bola berada jauh di belakang kepala, untuk menjangkaunya, pertama badan diputar yaitu dengan melangkahkan kaki kanan ke belakang, lalu lompat-kan kaki lompat-kanan sambil badan dan raket diputar untuk menjangkau shuttlecock yang berada di belakang kepala, sehingga terjadi perpindahan berat badan. Setelah memukul, kaki kiri mendarat lebih dulu, di bagian depan kaki (agak berjingkat), badan harus condong ke depan.

Daya ledak otot tungkai

Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dan kontraksi yang sangat cepat, jadi kekuatan dan kecepatan haruslah ditingkatkan menjadi apa yang disebut daya ledak. Harsono (1988) menge-mukakan bahwa: “Power lebih di-perlukan dalam semua cabang olah raga, karena di dalam power terdapat kekuatan dan kecepatan”. Pengembang-an tenaga eksplosive power dalam eksperimen ini dilakukan dengan latihan kombinasi kekuatan dan kecepatan. Sehubungan dengan itu dikemukakan pula oleh Harsono (1988:199) bahwa: “Power adalah hasil dari force Velocity dimana force adalah sepadan (equivalent) dengan strenght dan velocity dengan speed”. Harre D. (1982) mengemukakan bahwa: “Power is the ability of an athlet to overcome resistences by a high speed af contraction”. Dapat diartikan secara bebas bahwa power adalah kemampuan olah ragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kontraksi kecepatan tinggi, dimana kontraksi otot yang tinggi diartikan sebagai kemampuan otot yang kuat dan cepat dalam ber-kontraksi. Untuk meningkatkan power

kekuatan merupakan dasar (basis) oleh karena sebelum latihan untuk power, orang harus sudah memiliki suatu tingkat kekuatan otot yang baik.

Berdasarkan dengan uraian di atas tentang power, dapat di simpulkan bahwa power atau daya ledak adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melakukan kerja secara eksplosif, power di pengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Ditinjau dari kegunaannya di mana kekuatan berperan utama dalam gerakannya. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot pada bagian tungkai sangat menentukan pukulan smash dalam permainan bulutangkis.

Kelentukan togok ke belakang Harsono, (1988) memberikan definisi: “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”. Dengan demikian kelentukan merupakan tingkat kemampuan mak-simal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga).

Jadi perlu disadari bahwa tanpa pertimbangan yang memadai terhadap kelentukan, cenderung akan men-gurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul Uram (1986) bahwa: “Latihan dalam program atlet tanpa pertim-bangan yang memadai bagi pengem-bangan kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari

(6)

gerakan dan membatasi responden otot”. Sadoso Sumosardjono (1986) mengemukakan bahwa: “Latihan Peregangan dapat memperbaiki dan akan membuat badan terasa enak”. Begitu juga halnya dalam melakukan pukulan lob dalam permainan bulu tangkis, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat me-akukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot pada togok harus lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya.

Daya ledak otot lengan

Wilmore yang dikutip oleh Harsono (1988) mengatakan bahwa: “Power is product of force and velocity, this is probably more impor-tant than absolute strength alone.” Dapat diartikan; daya ledak adalah hasil kekuatan dan kecepatan, ke-mungkinan lebih penting daripada kekuatan absolut sendiri. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Power adalah kemam-puan otot uuntuk mengatasi tahanan dengan kontraksi yang sangat cepat, power sangat penting untuk cabang-cabang yang eksplosif.” Selanjutnya Moch. Sajoto (1988) mengemukakan : Power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini dikatakan bahwa daya ledak otot atau power = kekuatan atau force x kecepatan atau velocity.

Pendapat tersebut di atas menyebutkan dua unsur yang penting dalam daya ledak yaitu kekuatan otot dan kecepatan otot dalam mengerah-kan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan batasan daya ledak adalah kemampuan otot untuk

men-gerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.

Oleh karena itu daya ledak sebagai penggerak utama di dalam melakukan gerakan smash dalam permainan bulutangkis harus ditunjang dua komponen unsur fisik yaitu kekuatan otot lengan dan kecepatan otot lengan. Agar di dalam melakukan gerakan pukulan lob bulutangkis dapat memberikan suatu lecutan pukulan yang maksimal.

METODE PENELITIAN

Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: (1) Variabel bebas yaitu daya ledak otot tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan, dan (2) variabel terikat yaitu pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 2 Somba Opu. Namun populasi tersebut dibatasi pada putra saja agar mempunyai kesamaan sifat dalam hal jenis kelamin, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari siswa putra SMK Negeri 2 Somba Opu dengan teknik pengambilan sampel random sampling atau secara undian. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial dengan taraf signifikan 95% atau  0,05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada kontribusi daya ledak tungkai terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu

(7)

Hasil pengujian:

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara daya ledak tungkai terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0,918 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,842. Hal ini berarti 84,2% kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 203,069 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis (dapat di berlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 14,250 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak tungkai benar-benar berpengaruh secara signi-fikan terhadap kemampuan pukul-an lob dalam permainpukul-an bulutpukul-angkis. Dengan demikian dapat disimpul-kan bahwa kontribusi daya ledak tungkai terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu sebesar 84,2%.

2. Ada kontribusi kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu

Hasil pengujian:

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0,621 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,385. Hal ini berarti 38,5% kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh kelentukan togok ke belakang. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 23,836 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 4,882 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelentukan togok ke belakang benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemam-puan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu sebesar 38,5%.

3. Ada kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu

(8)

Hasil pengujian:

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0,799 dengan tingkat probabilitas (0,000) <  0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,639. Hal ini berarti 63,9% kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak otot lengan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 67,168 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemam-puan pukulan lob dalam permainan bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 8,196 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak otot lengan benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpul-kan bahwa kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulu tangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu sebesar 63,9%.

4. Ada kontribusi daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu

Hasil pengujian:

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan, terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu. Diperoleh nilai regresi 0,923 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,852. Hal ini berarti 85,2% kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 69,084 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis (dapat di berlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 8,491 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak tungkai, kelen-tukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan benar-benar ber-pengaruh secara signifikan ter-hadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpul-kan bahwa kontribusi daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu sebesar 64,2%.

(9)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:

1. Daya ledak tungkai memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu.

2. Kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu.

3. Daya ledak otot lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu.

4. Daya ledak tungkai, kelentukan togok ke belakang, dan daya ledak otot lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada siswa SMK Negeri 2 Somba Opu.

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Kondisi fisik dan keterampilan

gerak dasar pada dasarnya dapat dimiliki serta dikuasai siswa secara maksimal melalui latihan-latihan yang diprogram dan direncanakan dengan baik serta didukung dengan pertandingan-pertandingan yang terencana. Dalam memberikan latihan fisik dan keterampilan gerak dasar agar dapat lebih mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa, maka pemberian latihan harus diberikan sejak usia dini.

2. Dalam pelaksanaan latihan para pemain hendaknya tidak me-ninggalkan prinsip latihan dian-taranya penambahan beban, pengulangan, meningkat, disesuaikan

dengan cabang olahraganya dan memiliki target.

3. Bagi guru penjas di sekolah diharapkan untuk dapat mene-rapkan pembelajaran bentuk-bentuk gerak secara bervariasi, sistematis, praktis dalam pembe-lajaran bulutangkis.

DAFTAR PUSTAKA

Bompa. 1983. Theory dan Methodologi of Training. Kendel Hunt Publishing Company. Dubusus IOWA.

Clarke. 1979. Aplication of measurement to health and physical education. New York : Prentice Hall.

Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP : Semarang.

Fox. 1983. The Psyologicad Basis of Phisical Education and Atletes Printed Thy Unted States of Anarned.

Halim, Nur Ichsan. 2004. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: State University of Makassar Press. Harsono, 1988. Coaching dan

aspek-aspek psikologi dalam coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Herre. D, 1982. Priniciple of Sport

Training Inducation to Theory and Metode of Training Sport. Verlag Berham.

Jansen C.R, 1983. Apllied Kinesiologi Biomekanika. New york Hill Company.

Jonat U. dan Haag. F. R. Krempel. 1988. Atletik II Latihan Teknik dan Teknik. PT. Rosda Jaya Putra. Jakarta.

Paul Uram, 1986. Latihan Peregangan untuk Pelatih Guru Olahraga Mahasiswa FPOK dan Atlet. Jakarta: Akademika Presindo.

(10)

PBSI. 2003. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Poole James. 2002. Belajar Bulutangkis. CV. Pioner Jaya. Bandung.

Pujianto, 1979. Dasar-dasar permainan bulutangkis. Jakarta : diterbitkan PB. PBSI

Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Semarang : FPOK IKIP.

Subardjah, Herman. 2000. Pendekatan Keterampilan Taktis

dalam Pembelajaran

Bulutangkis: Konsep dan Metode. Depdiknas. Jakarta. Sumorsardjono Sadoso, 1986.

Pengetahun Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta

Sudjana, Nana. 2005. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis dan Desertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.

Tohar, 1992. Olahraga Pilihan Bulutangkis. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti PPTK.

Yahya M. Kasmat dan Hariadi S, 1995. Mengajar dan melatih bulu tangkis. Diktat Perkuliahan FPOK IKIP Ujung Pandang Yahya, M. Kasmad. 1988. Materi dan

sajian latihan bermain bulutangkis. Ujung Pandang : FPOK IKIP.

Referensi

Dokumen terkait

Metode untuk menyempurnakan data-data yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan proposal ini, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan dua cara yaitu

menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan Kesehatannnya - Siswa dapat menjelaskan manfaat dari olahraga, rekreasi dan

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Kosa kata khusus terkait dengan technology.. Peserta didik kemudian diberi

Sebelum memberikan bimbingan belajar di rumah kepada siswa, pembimbing hendaknya menanamkan dalam diri siswa tentang pentingnya layanan bimbingan dan konseling, agar

Ketua Rayon 137 Panitia Sertifikasi

Yūsuf al-Qarḍawīy menggabungkan antara mengharamkan dan membolehkan masuk parlemen yaitu bahwa hukum dasar dalam masalah ini ialah larangan bagi orang Muslim untuk bergabung

Parameter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi ditunjukkan oleh persentase polong terserang, persentase biji terserang, jumlah polong bernas per tanaman, jumlah

Analisis epanet pada wilayah pengembangan ini, merupakan hasil pemodelan kondisi sistem distribusi pada.. Pemodelan akan dilakukan terhadap tahap pertama dahulu,