• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

60

A. Prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of

economy) Atas Kebijakan Pemberian Kredit Pada Standard Chartered

Bank

Standard Chartered Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, turut menunjang pembangunan di Indonesia, dengan memberikan jasa perbankan yang beragam dan berkualitas tinggi. Salah satunya adalah dengan pemberian kredit.

Analisis yang pertama kali dilakukan oleh SCB adalah analisis kualitatif terhadap debitur. Analisis ini diasumsikan untuk mengetahui apakah perusahaannya benar-benar ada dan masih beroperasi dengan baik dan layak untuk diberikan pinjaman.

1. Data Umum dan Legalitas Usaha:

a. Nama Debitur : PD. Muara Baja

b. Nama Pemilik : Iwan Ramdhan Gemawan c. Bidang Usaha : Perdagangan Besi Baja d. Alamat : Bekasi

e. Legalitas Usaha NPWP Perorangan : 06

(2)

SIUP : 1026.SB.6814

f. Daftar Pinjaman : KMK BRI 2 M, tahun 2011

g. Omzet : 2M/bulan

2. Analisis Prinsip-Prinsip Pemberian kredit a. Character

Setelah dilakukan wanwancara dan pengumpulan dokumen, dilakukanlah BI checking guna melihat data‐data riwayat pinjaman calon debitur. Hasil dari BI checking menunjukan calon debitur tidak bermasalah dan belum pernah masuk dalam daftar hitam nasional (DHN) atau kredit macet Pada SCB atau bank lainnya. Reputasi yang dimiliki oleh debitur dihadapan mitra bisnisnya (supplier dan buyer) cukup baik. Hal ini terbukti bahwa yang bersangkutan mampu bekerjasama secara baik dengan para buyer dan suppliernya. Debitur dinilai kredibilitasnya positif, maka tingkat terjadinya resiko tak tertagihnya hutang semakin kecil sehingga kreditur dalam memutuskan pemberian kredit semakin besar. Apalagi setelah pemutus kredit melihat kondisi tempat tinggal sipemilik perusahaan, maka tampak jelas bahwa debitur tersebut layak diberikan kredit.

b. Capacity

Pendidikan nasabah dinilai cukup, debitur mampu dalam bidang bisnis yang dijalankannya, hal ini diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan

(3)

kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Standard Chartered Bank melihat jenis usaha dan omzet calon debitur dalam tiap bulannya setelah dikurangi dengan kewajiban calon debitur masih masuk DBR nya. Maka hal ini akan menjadi salah satu pertimbangan SCB dalam memberikan kreditnya kepada debitur. Manajemen debitur dinilai mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengelola usahanya, maka risiko hutang tak tertagih akan semakin kecil sehingga kreditur dalam memberikan keputusan kreditnya akan besar. Memang pendidikan nasabah bukan salah satu faktor utama, akan tetapi dengan memiliki pendidikan maka akan dapat diketahui wawasan yang luas serta kemampuan yang dimiliki pihak nasabah dalam mengembalikan dana. 3. Capital

Dilihat dari likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya (neraca dan laporan rugi laba) penggunaan modal sangat efektif. Analis melihat sumber modal debitur yang ada sekarang ini berasal dari penghasilan yang bersangkutan selama bekerja pada bidang yang sama di perusahaan lain sejak tahun 1998.

Pihak manajemen berupaya terus mengalokasi dana yang digunakan untuk menekan jumlah pengeluaran. Analis kredit melihat dana yang diajukan dari pemilik perusahaan tersebut untuk mengelola usahanya bukan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung oleh pihak pemilik perusahaan. Debitur tersebut mampu memenuhi persyaratan dalam pemenuhan kecukupan modal, maka pihak

(4)

manajemen perbankan akan semakin yakin dalam memutuskan untuk memberikan kredit.

4. Colleteral

Pinjaman yang diberikan adalah pinjaman tanpa jaminan (unsecured Loan). Plafond yang akan diberikan sekitar Rp. 750.000.000,-. Untuk itu pihak pemutus kredit meminta foto copy tanda kepemilikan bukti asset berupa AJB (akte jual beli) atau sertifikat rumah dari pemilik perusahaan. Hal tersebut untuk mengantisipasi nasabah berpindah domisili, sehingga kemungkinan risiko hutang tak tertagih akan semakin kecil dan kreditur tidak segan-segan akan mengabulkan pemberian kredit.

5. Condition Of Economy

Penilaian prospek bidang usaha debitur yang dibiayai memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah kecil. Hal ini dapat dilihat kondisi ekonomi Negara Indonesia yang stabil dan maraknya pembangunan di Indonesia (property). Penilaian lain analis adalah debitur dinilai mampu dalam mengembangkan kondisi usaha perusahaan dengan pemasaran luas dan prospektif maka analis kredit akan mengambil keputusan untuk memberikan kredit.

(5)

Tabel 4.1.

Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit pada Standard Chartered Bank

Sumber: SCB dan Data Diolah 2013 Prinsip 5C

Pemberian Kredit

Tolak Ukur pada SCB Hasil

1. Character 1. Dilihat dari aplikasi permohonan kredit yang dibuat oleh calon debitur dan BI Checking

2. Dari hasil wawancara antara analisis kredit SCB dengan calon debitur

Analis akan mengetahui history kredit calon debitur selama pernah mempunyai fasilitas pinjaman di perbankan

2. Capacity 1. Dilihat dari penghasilan calon debitur

dikurangi dengan biaya hidup /bulan. Biasanya 70% dari penghasilan bersih 2. Dilihat dari usaha yang dijalankan oleh

calon debitur apakah usaha tersebut mempunyai prospektif yang baik

Analis akan mengetahui kemampuan cicilan perbulan calon debitur, dan apakah manajemen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengelola usahanya

3. Capital Capital ini hanya berlaku bagi kredit yang

diperuntukkan untuk pengembangan usaha. Biasanya SCB memberikan 80% kredit dari total modal yang diperlukan. Dengan melihat prospek usaha dan perputaran modal calon debitur

Analis mendapat gambaran mengenai penggunaan modal apakah efektif atau tidak.

4. Colleteral 1. Unsecured Loan, tanpa Jaminan. Menghindari kredit macet.

Hanya dibutuhkan bukti memiliki asset yaitu berupa copy AJB atau sertifikat.

5. Condition 1. Suku Bunga Bank Indonesia

2. Tingkat Inflasi

Analis mengetahui prospektif usaha calon debitur guna mengambil keputusan pemberikan kredit.

(6)

STOP

Tabel 4.2

Siklus Pemberian Kredit

Sumber: Data Diolah 2013

Calon Debitur NBO/AO Admin kredit Analis kredit CU

Dukumen dan Form SID Menerima Form SID Memo untuk proses BI Menerima berkas permohonan BI Menerima hasil BI SID Lengkapi dokumen dan ttd aplikasi OS dokumen dan aplikasi Menerima berkas permohonan Verifikasi data dan informasi Analisa keuangan dan Survey Disetujui ya tidak Stop Tidak ya Konfirmasi debitur Buka rek & transfer dana BI Checking

(7)

Penjelasan Siklus Pemberian Kredit:

1. Dimulai dari calon debitur mengajukan berkas data-data permohonan kreditnya

2. Setelah berkas diterima oleh NBO , kemudian meneliti apakah berkas permohonan kredit calon debitur telah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bank

3. Setelah NBO meneliti semua berkas permohonan maka dilakukan proses SID/ BI Checking

4. Apabila SID bagus maka SCB akan melakukan proses lanjut, tanda tangan aplikasi dan pengumpulan dokumen lengkap

5. Setelah dokumen lengkap, admin analis akan melakukan screening dan memberikan kepada analis untuk selanjutnya dlakukan verifikasi data dan informasi, analisa ratio keuangan, survey tempat usaha dan rumah 6. Apabila disetujui maka bank akan memberitahukan kepada calon debitur

melalaui persetujuan kredit (PPK), apabila setuju maka debitur akan dibukakan rekening dan dilakukan proses pentransferan dana

7. Apabila bank menolak berkas permohonan yang diajukan calon debitur karena data-data yang diberikan oleh calon debitur tidak sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukaan, maka bank akan membuat surat penolakan dan mengirim surat penolakan kepada calon debitur.

(8)

B.Non Performing Loan (NPL) Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit Pada SCB Cab. Gajah Mada

Kredit bermasalah merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh perbankan karena terkait dengan tingkat kesehatan bank. Kebijakan pemberian kredit memiliki pengaruh yang kuat terhadap non performing loan, karena dalam menentukan debitur yang layak tentu harus melalui aturan yang ditetapkan SCB terkait kebijakan pemberian kredit, yaitu prinsip 5C (character, capacity, capital, colletral and condition).

Kredit macet dalam jumlah yang besar secara langsung mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan kredit, karena mengakibatkan semakin terbatasnya dana dan menimbulkan dampak psikologis yang kurang menguntungkan bagi perbankan. Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan memperoleh rugi potensial.

Oleh karena itu, pendekatan praktis pada SCB dalam pengelolaan kredit bermasalah didasarkan kepada premise bahwa lebih dini penentuan problem loan akan lebih banyak peluang atau alternative koreksi dan prospek pencegahan kerugian bagi bank. Kredit dengan kolektibilitas lancar (pass) masuk dalam kriteria Performing Loan, sedangkan kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan kredit macet masuk dalam kriteia kedit bermasalah (non-performing loan).

(9)

Untuk mengetahui apakah nilai NPL telah tercapai maka berikut disajikan laporan daftar kolektibilitas pinjaman SCB cabang Gajah mada, adalah sebagai berikut:

a. Laporan Daftar Kolektibilitas Pinjaman Pada SCB tahun 2007 adalah 1. Lancar : Rp. 10.000.000.000,-

Jumlah Nasabah: 8 Persentase: 66.67%

2. Dalam Perhatian Khusus: Rp. 5.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 6 Persentase: 33.33% 3. Kurang lancar: Rp. 6.700.000.000,- Jumlah Nasabah: 4 Persentase: 33.50% 4. Diragukan: Rp. 7.800.000.000,- Jumlah Nasabah: 3 Persentase: 39% 5. Macet: Rp. 5.500.000.000,- Jumlah nasabah: 3 Persentase: 27.50%

b. Laporan Daftar Kolektibilitas Pinjaman Pada SCB tahun 2008 adalah 1. Lancar : Rp. 11.000.000.000,-

Jumlah Nasabah: 9 Persentase: 57.90%

(10)

2. Dalam Perhatian Khusus: Rp. 8.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 6 Persentase: 42.10% 3. Kurang lancar: Rp. 8.500.000.000,- Jumlah Nasabah: 5 Persentase: 34.00% 4. Diragukan: Rp. 7.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 3 Persentase: 28.00% 5. Macet: Rp. 9.500.000.000,- Jumlah nasabah: 4 Persentase: 38.00%

Berdasarkan data laporan kolektibilitas terlihat bahwa target kredit pada tahun 2007 sebesar Rp. 35.000.000.000,- dan tahun 2008 sebesar Rp. 44.000.000.000,- dan dengan nilai NPL sebagai berikut:

NPL 2007 = Kredit bermasalah x 100 % Total kredit = 1,530,000,000 x 100% 20,000,000,000 = 7,65% NPL 2008 = Kredit bermasalah x 100% Total kredit = 660,000,000 x 100% 25,000,000,000 = 2,64 %

(11)

Pada SCB tahun 2007 tingkat non performing loan sebesar 7,65%, Faktor yang menyebabkan tingkat NPL sebesar ini adanya kebijakan pemberian kredit yang masih longgar sehingga belum efektif dan efisien walaupun kegagalan usaha debitur juga menjadi salah satu faktor sulitnya debitur mengembalikan pinjaman. Berkat kerja keras dari SCB, pada tahun 2008 tingkat NPL sebesar 2,6% turun sebesar 5,01% dari tahun 2007. Turunnya NPL ini disebabkan karena prinsip kehati-hatian yang terkait kebijakan pemberian kredit yang diterapkan Bank SCB dan kemampuan account officer dalam menentukan debitur yang memiliki kemampuan dalam mengembalikan pinjamannya.

Tabel 4.3 Perkembangan NPL

Standard Chartered Bank Cabang Gajah Mada Tahun 2007-2011

Sumber: Standard Chartered Bank

Rasio Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

NPL (100%)

(12)

Tabel 4.4

Penggolongan Kualitas Kredit Bermasalah Penggolongan

NPL

Penilaian Terhadap Kualitas NPL Cara Mengatasi

1. Dalam Perhatian Khusus (Kolek 2)

a.Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang belum melampaui 90 hari b.Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. Mutasi rekening relatif aktif; atau

d.Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

e.Didukung oleh pinjaman baru.

Dilakukan restrukturisasi kredit dengan pola yang dapat disepakati untuk penyelesaian kredit

2. Kurang Lancar (Kolek 3)

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

b.Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau c.Terdapat indikasi masalah keuangan

debitur; atau

d.Dokumentasi pinjaman lemah

Dilakukan Penyelesaian secara komersial, misalnya melalui dengan penjualan agunan

3.Diragukan (Kolek 4)

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau Terjadi kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik

untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

Dilakukan proses hukum agar menjadi kooperatif. Apabila tidak kooperatif maka proses hukun dilanjutkan antara lain dengan penyerahan ke KPKNL.

4. Macet (Kolek 5)

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar

Dilakukan proses hukum antara lain penyerahan ke

KPKNL (Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang)

(13)

C. Upaya Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Bank SCB Cab. Gajah Mada

Salah satu kebijakan pemberian kredit yang harus ada pada setiap bank yaitu kebijakan dalam penyelamatan kredit bermasalah (non performing loan). Kebijakan ini perlu dalam suatu bank karena hal ini akan berdampak pada seluruh aspek pada suatu bank. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka memperkecil dan menghindari terjadinya masalah ini dikemudian hari, pihak bank melakukan analisis terlebih dahulu secara tepat dan akurat terhadap pihak-pihak yang mengajukan permohonan pemberian kredit dan terus mengevaluasi dalam rangka melakukan penilaian kelayakan pemberian kredit tersebut.

Upaya yang dilakukan SCB dalam mengatasi kredit bermasalah adalah sebagai berikut, kredit yang sudah mengarah ke Non Performing Loan (NPL) memerlukan perhatian agar tidak menjadi lebih buruk atau mendatangkan kerugian besar. Dan untuk memperbaiki kualitas kredit, harus dipelajari secara detail persoalan yang dihadapi debitur dan dilakukan treatment sesuai dengan kondisi masing-masing debitur. Penanganan NPL ada 5 strategi yaitu rescheduling, reconditioning, restructuring, kombinasi 3R dan eksekusi.

1. Rescheduling

Bank dapat melaksanakan penjadwalan ulang dalam bentuk perpanjangan masa pelunasan, memberikan grace period lebih panjang,

(14)

serta memperkecil jumlah angsuran kredit. Dengan penjadwalan ini, debitur mempunyai waktu untuk bernafas dan jangka waktu yang cukup dalam mengakumulasi keuntungan dan memperbaiki posisinya, sehingga bisa memenuhi jadwal baru yang ditetapkan. Penjadwalan ulang dilakukan dengan persyaratan tertentu. Misalnya, usaha nasabah masih berjalan, pendapatan sebelum pembebanan bunga masih positif, ketidakmampuan debitur melaksanakan pelunasan semata-mata karena situasi yang di luar kontrol debitur bersangkutan dan debitur masih beritikad baik plus kooperatif.

2. Reconditioning

Dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi debitur yang semula masih terbebani dengan persyaratan kredit yang berat, lalu dikurangi agar pas bagi kebutuhan debitur. Caranya, dengan penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, bisa juga dengan kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. atau penurunan suku bunga, misalnya bunga setahun sebelumnya 15% diturunkan menjadi 12% atau pembebasan bunga jadi debitur hanya membayar pokok pinjamanya saja sampai lunas. Tidak kalah pentingnya, bank bisa memberikan konsultasi manajemen dan advis agar perusahaan debitur bisa berjalan dengan lebih baik dan mampu meningkatkan penjualan, laba serta menyelesaikan kredit dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

(15)

3. Restructuring

Dilakukan dengan mengubah komposisi permodalan dengan memperbaiki debt to equity ratio (DER), menambah modal (partisipasi bank atau luar bank), menambah fasilitas kredit, memperpanjang jangka waktu, mengganti manajemen (menempatkan staf bank pada posisi tertentu), meningkatkan efisiensi, dan lainnya. Restrukturisasi kredit ini dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga kredit tetapi debitur tersebut masih memiliki prospek usaha/kemampuan membayar kembali setelah kredit direstrukturisasi. Restrukturisasi kredit yang dilakukan antara lain: a. Perubahan tingkat suku bunga kredit Perubahan tingkat suku bunga

kredit adalah untuk perubahan/ penurunan tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini sedang berlaku. Maksimal penurunan tingkat suku bunga kredit sebesar 5% dari suku bunga yang berlaku saat itu.

b. Pengurangan tunggakan bunga dan atau denda/ penalty Pemberian keringanan tunggakan bunga dan atau denda maksimum sebatas tunggakan bunga dan atau denda yang belum dibayar oleh debitur. Restukturisasi dengan pengurangan tunggakan bunga dan atau pinalti hanya untuk debitur yang mempunyai kolektibilitas diragukan dan macet Keringan tunggakan bunga dan atau pinalti ini diberikan atas kesepakatan antara debitur dan kreditur. Tidak ada batasan

(16)

pengurangan tunggakan bunga atau denda pinalti, besarnya disesuaikan dengan kemampuan debitur.

c. Pengurangan tunggakan pokok kredit yaitu pemberian keringanan tunggakkan pokok kredit sebatas tunggakan pokok kredit. Pengurangan keringanan tunggakan pokok diberikan kepada debitur atas kesepakatan antara debitur dan kreditur maksimal 50% dari tunggakan pokok.

d. Perpanjangan jangka waktu kredit/penjadwalan kembali Dilakukan dengan cara memberikan tambahan jangka waktu kredit termasuk perubahan jadwal dan besarnya angsuran pembayaran pokok dan atau bunga/ denda. Pengertian perpanjangan jangka waktu dalam hal ini adalah dalam rangka penyelamatan kredit. Tidak ada pembaasan waktu dalam perpanjangan jangka waktu kredit, jangka waktu kredit disesuaikan dengan kemampuan/cashflow debitur.

e. Penambahan fasilitas kredit/suplesi kredit Penambahan fasilitas kredit adalah pemberian tambahan fasilitas kredit baik direct maupun contingent agar perusahaan dapat beroperasi kembali dan atau perusahaan dapat meningkatkan kapasitas produksinya sehingga dapat memenuhi kewajiban kepada bank. Penambahan fasilitas kredit ini minimal 30% dari mutasi kredit. Suplesi dalam rangka retrukturisasi kredit ini harus didukung oleh agunan tambahan yang cukup. Penambahan fasilitas kredit tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga/denda.

(17)

f. Pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian Merupakan salah satu restrukturisasi kredit yang dilakukan bank untuk menyehatkan usaha debitur dengan cara menangguhkan sementara sebagian atau seluruh beban bunga yang seharusnya dibayar oleh debitur, yang diakumulasikan selama jangka waktu tertentu. Bunga yang ditangguhkan pembayarannya tersebut harus dibayar kembali oleh debitur dikemudian hari sesuai jadwal pembayaran yang telah Dalam dunia perbankan. suatu kredit dapat dikategorikan dalam kredit bermasalah apabila :

1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk , lebih dari 90 hari semenjak tanggal jatuh temponya.

2. Tidak dilunasi sama sekali; atau disepakati oleh kedua belah pihak. Jangka waktu penagguhan kewajiban bunga yang dilakukan kemudian maksimal 3 tahun.

g. Penjualan agunan Merupakan penjualan asset atau agunan debitur yang dilakukan secara dibawah tangan, yang diserahkan kepada bank dalam rangka penyelamatan. Debitur diberi kesempatan untuk menawarkan/menjual sendiri agunannya.

4. Kombinasi 3R

Merupakan kombinasi dari restructuring dengan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring

(18)

5. Eksekusi (Penyitaan jaminan)

Jika semua usaha penyelamatan sudah dicoba, tapi debitur masih tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah eksekusi. Caranya, bisa lewat penyerahan kewajiban kepada Badan Urusan Piutang Negara atau ke pengadilan negeri (perkara perdata).

Penyelesaian kredit bermasalah adalah upaya penyelesaian kredit yang dilakukan oleh Bank terhadap debitur yang sudah tidak mempunyai prospek usaha, atau usahanya sudah tidak ada, atau tidak mempunyai itikad baik, yang dilakukan baik secara damai maupun melalui saluran hukum untuk penyelesaian kreditnya.

Penyelesaian kredit bermasalah dilakukan karena restrukturisasi kredit sudah tidak dapat dilakukan lagi.

1. Penyelesaian secara damai Penyelesaian kredit secara damai yaitu penyelesaian atau pelunasan kredit secara bertahap (angsuran) atau lunas sekaligus, berdasarkan kesepakatan bersama antara debitur dan kreditur/bank.

Beberapa alternatif penyelesaian kredit secara damai :

a. Pemberian keringanan tingkat suku bunga Adalah perubahan/penurunan tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dibanding dengan suku bunga yang sedang berlaku saat ini. Perubahan tingkat suku bunga tersebut adalah untuk perhitungan bunga yang penyelesaian kreditnya dengan pola angsuran dimana

(19)

debitur dikenakan bunga berjalan dengan tingkat suku bunga disesuaikan dengan kemampuan debitur dan pembayaran dapat dilakukan setiap bulan. Tidak ada batasan dalam pemberian keringanan tingkat suku bunga.

b. Pemberian keringanan tunggakan bunga dan atau denda Adalah pemberian keringanan tunggakan bunga atau denda maksimum sebesar tunggakan bunga dan atau denda yang belum dibayar oleh debitur baik pembayaran sisa kewajibannya dengan pola angsuran ataupun pelunasan sekaligus.

c. Penjualan agunan merupakan penjualan sebagian atau seluruh agunan debitur yang dilakukan secara dibawah tangan. Penjualan tersebut meliputi penjualan kepada pihak ketiga atau penebusan oleh pemilik agunan.

d. Pemberian keringan tunggakan pokok atau pinjaman Adalah pemberian keringanan tunggakan pokok yang belum dibayar oleh debitur. Pemberian keringanan tunggakan pokok disesuaikan dengan kemampuan debitur tetapi masihmenguntungkan bagi pihak bank.

2. Penyelesaian kredit melalui saluran atau mekanisme hukum

Penyelesaian kredit melalui saluran atau mekanisme hukum adalah segala tindakan bank yang dimaksudkan untuk mengeksekusi agunan atau kekayaan debitur dan penjamin melalui bantuan atau lembaga

(20)

atau melalui perantaraan instrumen hukum tertentu berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Penyelesaian kredit melalui upaya penagihan

Penyelesain kredit melalui upaya penagihan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh pihak internal bank sendiri atau dengan bantuan lembaga atau pihak ke-III yang dimaksudkan untuk memperoleh pembayaran atau pelunasan dari debitur atau penjamin.

4. Penyelesaian kredit melalui Lembaga Penjamin Kredit (LPK) atau asuransi.

Merupakan upaya penyelesaian kredit dikakukan oleh bank dengan jalan mengajukan klaim kepada lembaga penjamin kredit atau perusahaan asuransi.

5. Penyelesaian kredit dengan meminta bantuan pihak kejaksaan Merupakan upaya penyelesaian kredit yang dilakukan oleh bank dengan meminta bantuan kepada pihak kejaksaan.

Gambar

Tabel 4.3  Perkembangan NPL

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Jalan Peningkatan Jalan Buntul Kerma Lemah Terminal Paya Ilang JB: Modal JP: Pekerjaan Konstruksi. 1

Selain ditentukan oleh besar kecilnya daya pemancar dan resonansi kabel transmisi, jarak jangkau proses komunikasi radio juga sangat ditentukan oleh fungsi antena yang

Dalam mengambil kesimpulan, dibutuhkan suatu kalimat yang dapat dinyatakan nilainya yaitu dengan meliputi benar atau salah2.

To obtain accurate observations of air conditions in large area, remote sensing as well as atmospheric transmission model should be emphasized by employee of power industry in

Dengan adanya website P.A SOS diharapkan pada kalangan user atau pengguna internet bisa mendapatkan informasi yang lebih luas dan

Guru dalam Proses Belajar Mengajar.. Bandung: Sinar

Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran kelompok dan kemampuan peternak sapi dalam meningkatkan peternakan sapi dan

The results of the survey that, firstly, student A adopts unspecific learning process and she is more undirected and reproduction directed type.. Secondly, the