• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MA NEGERI KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MA NEGERI KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

DI MA NEGERI KARANGANYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

oleh :

WISNU FACHRUDIN SUMARNO

111 13 168

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

DI MA NEGERI KARANGANYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

WISNU FACHRUDIN S

NIM 111 13 168

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

ِِىاَبِّرَكُتاَوُكِّب َزِء َلَاَءٌَِّأِبَف

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan

(ArRahman:13)

Jika kita melihat sesuatu dengan positif, maka semuanya akan terlihat

baik. Sebaliknya, jika kita melihat sesuatu dengan negatif, maka

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Marno dan Ibu Sumiyem selaku yang

tiada henti mendo’akan.

Untuk Abah Kyai Muhammad Nafi’an Alimaliki yang selalu memberi wejangan.

Kakak saya Saiful Anwar serta adik-adik saya Yogi Ibnu Syarifudin dan Salma

Himatul Auliya yang selalu memberi motivasi.

Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.

Bapak Drs. Bahroni, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi.

Para dosen, teman-teman PAI angkatan 2013.

Teman-teman futsal Rebonan fc yang selalu memberi keceriaan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, segala puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan

hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan lancar. Tidak lupa, shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad

Saw, yang senantiasa telah kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah

nanti.

Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yag telah

membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan penghargaan

dan terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Suwardi, M.Pd..

3. Ketua Jurusan PAI dan dosen pembimbing akademik Ibu Siti Rukhayati,

M.Ag

4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah

memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat

(10)

x 5. Seluruh dosen FTIK beserta karyawan.

6. Bapak Marno dan Ibu Sumiyem selaku orang tua yang tiada henti

mendo’akan.

7. Abah Kyai Muhammad Nafi’an Alimaliki yang yang selalu memberi wejangan.

8. Kakak saya Saiful Anwar serta adik-adik saya Yogi Ibnu Syarifudin dan

Salma Himatul Auliya yang selalu memberi motivasi.

9. Bapak Siwiyono dan Bapak Muhammad Ihsan P selaku Waka kurikulum dan

guru PAI di MA Negeri Karanganyar beserta guru-guru lain serta

murid-murid yang telah membantu untuk memberikan informasi.

10. Teman-teman PAI angkatan 2013.

Penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi

amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini

dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri.

Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca

guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Dan semoga skripsi yang

sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatiga, 19 September 2017

Wisnu Fachrudin S

(11)

xi ABSTRAK

Sumarno, Wisnu Fachrudin. 2017. Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri

Karanganyar. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.

Kata Kunci: Implementasi Pendekatan Saintifik

Pendidikan merupakan aspek penting sebagai investasi sumberdaya manusia. Selain untuk menyokong kemajuan bangsa pendidikan juga berguna untuk kemajuan umat. Dalam kurikulum 2013 digunakan implementasi pendekatan saintifik yang mana itu akan mengasah keterampilan siswa dalam memahami materi karena materi bukan hanya didapat dari guru saja tetapi dicari sendiri oleh siswa bisa dari mana saja. Selain itu siswa juga diajarkan pentingnya pembelajaran elaborasi dan kerjasama. Implementasi pendekatan saintifik ini seperti yang dilaksanakan dalam pembelajaran di MA Negeri Karanganyar yang salah satunya adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam hal beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.

Dalam hal ini penelitian memberikan batasan masalah hanya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti agar penelitian lebih fokus. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dan mendeskripsikan kendala implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) pada Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ... .. i

HALAMAN JUDUL ... . ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... . v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... . x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Folus Penelitian ... 7

C.Pertanyaan penelitian ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Penelitian Terdahulu ... 11

B.Pendekatan Saintifik ... 11

(13)

xiii BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ... 27

B. Sumber Data ... 28

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

D. Analisis Data ... 32

E. Pengecekan Keabsahan Data ... 36

F. Tahap-Tahap Penelitian ... 38

BAB IV PAPARAN DATA A.Deskripsi Temuan Penelitian ... 40

B.Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 43

C.Kendala-kendala Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 51

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 53

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai investasi sumberdaya manusia dipandang sebagai

variabel terpenting yang mempengaruhi tercapainya kesejahteraan umat

manusia. Pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan menghasilkan

sumber daya manusia menjadi lebih baik, yang akhirnya juga dapat

meningkatkan kualitas hidup manusia sendiri (Murni, 2010:15). Untuk

mencapai tujuan tersebut, Negara dalam hal ini “pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang” (UUD 1945, pasal 31 ayat (3)).

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi

kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi

peranannya di masa yang akan datang. Untuk itu, pemerintah senantiasa

berusaha untuk terus memperbaiki kualitas atau mutu pendidikan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Semakin berkualitasnya

sumber daya manusia maka negara tersebut akan semakin maju.

Masalah yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahya

(15)

2

yang terjadi kebanyakaan masih bersifat teaching center atau guru menjadi

pusat pendidikan. Pendidikan yang berpusat pada satu orang mengakibatkan

peserta didik kurang aktif dan inovatif belajar yang cenderung pasif,

kurangnya peserta didik dalam berpartisipasi aktif, kurangnya keterampilan

dalam bicara mengakibatkan peserta didik memiliki mutu keaktifan bertanya

yang rendah. Rendahnya mutu belajar, motivasi, kualitas, dan segala

keaktifan akan berpengaruh pada capaian daya serap materi pelajaran yang

diterima peserta didik.

Dalam hal ini untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah

berupaya yang salah satunya yaitu dengan menerapkan kurikulum 2013.

Penerapan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk meminimalisasi peran guru

atau sekolah dan menambah peran siswa sebagai pihak yang aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, kompetensi lulusan

program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia

seutuhnya. Dengan demikian tujuan pendidikan perlu dijabarkan menjadi

himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi tersebut (Kemendikbud,

2013).

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu proses

pembelajaran pada kurikulum 2013 yang di berikan untuk pendidikan

dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Sebagaimana

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar

(16)

3

dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik

diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,

keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan

pembelajaran tradisional (Kemendikbud, 2013).

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana

saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru saja. Oleh

karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu berbagai sumber observasi

bukan diberi tahu.

Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kolaborasi dan

kerjasama di antara peserta didik dalam menyikapi setiap permasalahan

dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru sedapat mungkin menciptakan

pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada standar proses di mana

pembelajarannya diciptakan dengan memuat suasana eksplorasi, elaborasi,

dan konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang

berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya,

menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Dengan

demikian peserta didik akan menguasai materi yang dipelajari dengan baik

(17)

4

Dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik ini,

peran guru tidak kalah pentingnya. Guru diharapkan memiliki kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi

sosial dalam menunjang proses belajar mengajar. Kompetensi pedagogik

mendapat penekanan khusus pada kurikulum 2013 ini karena guru harus

mampu mendorong dan mengispirasi siswa untuk dapat memahami,

menerapkan, dan memgembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif

dalam merspon materi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak hanya

mencakup satu mata pelajaran saja, peserta didik harus mempu menguasai

dan memahami semua mata pelajaran yang telah diberikan guru. Salah

satunya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu dari empat mata

pelajaran yang terhimpun dalam Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari

Alqur’an-Hadits, Akidah Akhlak, Fikih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Agama No. 912 Tahun 2013

bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan

perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam hal beribadah,

bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan

atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah (Lampiran

Permenag No. 912 Tahun 2013).

Sejauh ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dipandang

sebagai kegiatan yang membosankan. Betapa tidak, pelajaran ini kerap

(18)

5

belajar sejarah tidak terbatas pada tingkat mengetahui dan mengingat apa

yang terjadi yang meliputi 5W 1H (who/siapa, what/apa, when/kapan,

where/dimana, why/mengapa, dan how/bagaimana). Siswa hanya didorong

untuk menghafalkan materi bukan memahami materi Sejarah Kebudayaan

Islam sehingga siswa merasa terbebani dengan materi pelajaran ini.

Pembelajaran sejarah yang pada umumnya dilaksanakan selama ini lebih

berkisar pada tujuan untuk mengajar tercapainya target yang dikehendaki oleh

kurikulum sehingga bagaimana prosesnya tidaklah begitu mendapat perhatian

serius oleh guru.

Di sisi lain, pengertian secara harfiah dalam bahasa Arab, kata sejarah

disebut tarikh yang berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti

keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau pada masa yang masih

ada. Manfaat ilmu tarikh untuk mengetahuai keadaan-keadaan atau

kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat

(Nata, 2008: 81). Untuk itu pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

memiliki peranan penting dalam kehidupan. Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam memungkinkan dapat mengetahui keadaan masalalu

peradaban Islam yang mengandung banyak nilai dan pelajaran bagi

kehidupan manusia. Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan mampu

memberikan sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan umat islam

(19)

6

Pentingnya Sejarah Kebudayaan Islam dalam kehidupan umat

manusia bisa dilihat dari penceritaan beberapa kisah nabi, rasul dan umat

terdahulu di dalam Alquran dalam Q.S Yusuf ayat 111 disebutkan:

ِيِرَّلاَِقيِدْصَتِ ْيِكَل َوِي َسَتْفُياًثيِدَحَِىاَكاَهِِبَبْلَلّْاًِِل ْوُ ِّلٌّة َسْبِعِْنِه ِصَصَقًِِفَِىاَكْدَقَل

َِىىُنِه ْؤُيٍِمىَقِّلًتَوْح َز َوِيًدُه َوٍِئَشِِّلُكَِلْي ِصْفَت َوِِهْيَدَيَِيْيَب

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman”. ( Q.S. Yusuf (12): 111)

Dengan demikian, Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya

sekumpulan cerita yang berkaitan dengan tanggal, tokoh, dan tempat berbagai

peristiwa penting terjadi, tetapi juga sarat makna dan menjadi rujukan untuk

mengambil pelajaran (ibrah) dan terutama inspirasi untuk menata hari esok

yang lebih baik.

Mengingat pentingnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan

kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas, untuk itu

diperlukan kajian mendalam penerapan pendekatan saintifik pada

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat menjembatani

pembelajaran yang bermakna bagi siswa di kelas. Penelitian ini dimaksudkan

untuk menganalisis implementasi pendekatan saintifik dalam Sejarah

Kebudayaan Islam pada tingkat Madrasah Aliyah dan untuk mengidentifikasi

kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pendekatan saintifik

(20)

7

Berawal dari latar belakang inilah peneliti mempunyai ketertarikan

untuk meneliti secara mendalam tentang “IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI

MA NEGERI KARANGANYAR”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian memberikan batasan

masalah hanya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini

bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti agar penelitian lebih

fokus. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran saintifik

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar.

Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan implementasi pembelajaran

saintifik dan mendeskripsikan kendala-kendala pembelajaran saintifik pada

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang dijelaskan

tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar?

2. Apa saja kendala penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran

(21)

8 D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

2. Mendeskripsikan kendala implementasi pendekatan saintifik dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri

Karanganyar.

E. Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama dalam membuat

kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan

Islam.

b. Menambah dan memperkaya keilmuan pendekatan saintifik dalam

dunia pendidikan.

2.Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya

dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi untuk dapat

membantu pengembagan kualitas pembelajaran, khususnya Sejarah

Kebudayaan Islam.

b. Sebagai upaya untuk membelajarkan diri dalam penggunaan

pendekatan saitifik dalam semua mata pelajaran, khususnya Sejarah

(22)

9 F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima kelompok dengan rincian

sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

Bab pertama menjelaskan latar belakang penelitian, fokus penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaati penelitian, kajian penelitian

terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Bab kedua menjelaskan kajian pustaka yang menjadi landasan dalam

memahami pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ketiga membahas metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi

latar belakang kontekstual, waktu penelitian, metode penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,

pengujian data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Paparan Data

Bab keempat membahas temuan penelitian yang diperoleh melalui studi

dokumentasi, wawancara dan menganalisis pembelajaran saintifik dalam

(23)

10 BAB V: Simpulan

Bab kelima berisi kesimpulan atas analisis dari bab sebelumnya,

(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan kajian penelitian terdahulu, belum ada penelitian yang

secara khusus meneliti tentang bagaimana implementasi pendekatan saintifik

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan tetapi ada beberapa

skripsi yang mempunyai kemiripan dengan skripsi penulis. Diantara beberapa

kajian penelitiannya yaitu:

1. Skripsi yang ditulis oleh Dewi Shinta Nuraini mahasiswa jurusan PAI

Fakultas tarbiyah ilmu keguruan IAIN SALATIGA Tahun 2016 yang

berjudul “Penerapan Pendekatan Santific Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Pada Siswa Kelas VIII Smpn 7 Salatiga Tahun 2016”.

2. Skripsi yang ditulis oleh Usriya Hidayati mahasiswa jurusan PAI Fakultas

tarbiyah ilmu keguruan IAIN SALATIGA Tahun 2016 yang berjudul

Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Analisis

Tentang Karakter Jujur, Disiplin Dan Tanggung Jawab)”. B.Pendekatan Saintifik

Dalam proses pembelajaran, pendekatan digunakan untuk memudahkan

dalam mencapai tujuan. Sagala (2009: 68) menyatakan bahwa pendekatan

pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam

mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Adapun

(25)

12

mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan cakupan

teoritik tertentu.

Daryanto (2014: 51) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik ialah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengontruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan masalah),

mengumpulkan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

ditemukan.

Kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat

pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3)

menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika,

estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang

menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna (Kemendikbud,

2013). Dalam Permendikbud Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013

tentang implementasi kurikulum disebutkan bahwa proses pembelajaran

menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok

yaitu: mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, mengasosiasi,

(26)

13 1. Mengamati

Proses pengamatan dilakukan melalui indera penglihatan (melihat atau

membaca) dan indera pendengaran (mendengarkan atau menyimak) baik

menggunakan alat maupun tidak (Pudjiani, 2014:15). Kegiatan mengamati

mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).

Kegiatan ini memiliki keuggulan tertentu, seperti meyajikan media objek

secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta

didik. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan

dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, hendaklah guru membuka

secara luas dan bervariasi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan

pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih

mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, dan mendengar) hal yang

penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah

melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi pesera didik untuk

meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat

mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang

(27)

14

yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari

situasi dimana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan sampai ketingkat

di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Bertanya dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi

tersebut seperti yang dikemukakan oleh W.Gulo dalam Pudjiani (2002: 102)

yaitu:

a. Mengembangkan minat dan keingintahuan.

b. Memusatkan perhatian pada pokok masalah.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar.

d. Meningkatkan keaktivan belajar peserta didik.

e. Kemampuan memahami informasi.

f. Kemampuan mengemukakan pendapat.

g. Mengukur hasil belajar.

Kriteria pertanyaan yang baik ialah singkat dan jelas, menginspirasi

jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergent, bersifat validatif atau

penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang,

merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses

interaksi (Kemendikbud, 2013).

3. Mengumpulkan informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi/eksperimen” merupakan tindak

lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

(28)

15

membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan objek atau fenomena

dengan teliti, atau bahkan melakukan eksperimen sehingga dari kegiatan

tersebut terkumpul sejumlah informasi. Permendikbud 81 A tahun 2013

menjelaskan bahwa aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui

eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati

objek/kejadian, aktivitas wawancara dengan sumber dan sebagainya.

Kompetensi yang diharapkan ialah mengembangkan sikap teliti, jujur,

sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang

dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Kegiatan “eksperimen” dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah

tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka: (1) guru

hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2)

guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) perlu

memperhitungkan tempat dan waktu (4) guru menyediakan kertas kerja untuk

pengarahan kegiatan murid (5) guru membicarakan masalah yang akan

dijadikan eksperimen (6) membagi kertas kerja kapada murid (7) murid

melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) guru

mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu

didiskusikan secaran klasikal.

(29)

16

Kegiatan “mengasosiasi, mengolah, dan menalar” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 81 A tahun 2013

ialah memproses informasi atau eksperimen hasil dari kegiatan mengamati dan

kegiatan menanya. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat

menambah keleluasan dan kedalam sampai kepada pengolahan informasi yang

bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk

menemukan keterkaitan satu informasi dengan lainya, menemukan pola dari

keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan ialah

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,

kemampuan menerapkan prosedural dan kemampuan berfikir induktif serta

deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan siswa

untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat

dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam

kegiatan mencari informasi, mengasosiasi dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik

atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 81 A

tahun 2013 ialah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan

hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainya.

(30)

17 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang artinya

pohon. Kalau kita gambarkan secara sistematis memang sejarah hampir

sama dengan pohon; bermula dari sebuah bibit, mempunyai cabang dan

ranting, bertumbuh dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Kata sejarah

seirama dengan kata silsilah, kisah, dan hikayat; yang semuanya itu berasal

dari bahasa Arab. Istilah lain untuk sejarah ialah tarikh, berasal dari akar

kata taurukh yang berarti pemberitahuan tentang waktu, dan kata tarikh asy

syaya’i kadang kala berarti tujuan dan masa berakhirnya suatu peristiwa (Munir, 2014: 1)..

Dalam bahasa barat, sejarah disebut histoire (Prancis), historie

(Belanda), dan history (Inggris). Bahasa Yunani yaitu istoria yang berarti

ilmu. Namun secara istilah, berarti masa lampau umat manusia. Sedikit

berbeda dengan bahasa-bahasa tersebut, sejarah dalam bahasa Jerman

disebut geschihte, berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi. Dalam

pengertian lain sejarah ialah catatan-catatan peristiwa-peristiwa yang terjadi

pada masa lampau atau kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia

(Munir, 2014: 1-2)..

Sementara itu sejarawan muslim Ibnu Khaldun, berpendapat bahwa

sejarah ialah catatan tentang perubahan-perubahan, solidaritas, revolusi, dan

(31)

18

sosial yang bermacam-macam untuk mencapai penghidupan, ilmu

pengetahuan dan perubahan (Munir, 2014: 2).

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti

akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan daya berarti hasil karya cipta

manusia. Dengan demikian kebudayaan ialah semua hasil karya, karsa dan

cipta manusia di masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan dengan

istilah “peradaban”. Perbedaanya ialah kebudayaan lebih banyak

diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi, dan moral, sedangkan

peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi

(Wikipedia).

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun

temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang disebut sebagai

superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung

keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta

keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi

segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu

masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan

keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemempuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat

(32)

19

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi kebudayaan

ialah sarana, hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Wikipedia). Apabila

dikaitkan dengan Islam, maka kebudayaan Islam ialah hasil karya, karsa

cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai Islam yang bersumber

hukum dari Alquran dan Sunnah Nabi. Islam berasal dari bahasa Arab yaitu

aslama-yuslimu-Islama yang artinya selamat. Meurut istilah Islam ialah

agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW

sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi

seluruh alam (Marromah, 2014: 34).

2. Dasar Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Sebagai pelajaran yang wajib sejarah juga sudah diajarkan di dalam ayat-

ayat Alquran yang dikisahkan sebagai umat terdahulu untuk mendapat

pelajaran yang bisa diambil di masa yang sekarang dan yang akan datang

seperti yang di jelaskan dalam surat At Taha ayat 126:

ِْنِهِنِكاَسَهًِِفَِىىُشْوَيِِىوُسُقْلاَِيِّهِْنُهَلْبَقاَنْكَلْهَأِْنَكِْنُهَلِدْهَيِْنَلَفَأ

ِ َكِلاَذًِِفَِّىِإ

ًَهُّنلاًِِل ْوُ ِّلٍَِثاَي َلَ

(33)

20

3. Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam a. Proses lahir

Lahirnya Bani Umayyah tahun 40 Hijriyah oleh Muawiyah Bin Abi

Sufyan di kota kecil Illiyat di wilayah Yerusalem, diperkirakan oleh para

pakar sejarahwan sebagai sabotase terhadap pemerintahan Ali Bin Abi

Thalib dari pemerintahan terakhir khulafaurrasyidin. Karena pengangkatan

Ali oleh mayoritas masyarakat Islam mengganti khalifah Usman tidak

pernah disetujui oleh pihak Muawiyah maka berbagai cara dilakukan oleh

Muawiyah untuk menurunkan atau menghancurkan Ali dari

pemerintahannya. Salah satu caranya ialah Muawiyah dan kelompoknya

memfitnah Ali dengan menyebarkan isu bahwa Ali-lah yang ada di

belakang terbunuhnya Usman Bin Affan. Isu ini termakan oleh beberapa

pembesar di kalangan umat Islam, seperti Siti Aisyah, Zubair Bin Awwam

dan Thalhah Bin Ubaidillah. Mereka mengumumkan perang terhadap Ali

karena sewaktu mereka meminta pertanggungjawaban khalifah Ali akan

kematian Usman Bin Affan, Ali dengan tegas mengatakan dia tidak tahu

menahu tentang kematian Usman. Mereka lalu menangkat perang terhadap

Ali Bin Abi Thalib dengan tujuan memaksa Ali untuk mengakui

perbuatanya. Perang tersebut disebut perang jamal karena Aisyah

mengendarai unta pada saat memimpin perang. Kemenangan perang

berada di pihak Ali karena mayoritas masyarakat Islam mendukung Ali

(34)

21

Kelompok Muawiyah tetap membuat propaganda untuk

menghancurkan pemerintahan Ali dengan cara menghimpun kekuatan

besar dengan tujuan menyerang Ali Bin Abi Thalib. Tantangan Muawiyah

dijawab oleh Ali dengan mempersiapkan pasukan. Perang berkecamuk dan

menelan banyak korban diantara kedua pihak yang bertikai. Perang

tersebut dalam sejarah disebut dengan perang Siffin karena terjadi di

wilayah kecil Siffin, sebuah wilayah perbukitan antara Madinah dengan

Damaskus. Kemenangan berada dipihak Ali karena mayoritas masyarakat

Islam mendukung khalifah Ali. Akan tetapi seperti pada perang

sebelumnya yaitu perang jamal, Muawiyah tidak pernah menerima

kemenangan khalifah Ali. Sikap tidak mau menerima kekalahan itu di

wujudkan Muawiyah dengan mengajak damai khalifah Ali sampai 3 kali

dengan cara membujuk dengan merobek- robek Alquran. Pada akhirnya

Ali mau berdamai karena melihat Alquran dirobek-robek oleh Muawiyah.

Skenario diatur oleh Muawiyah atas saran Amru Bin Ash, dan pra

perdamaian dilakukan antara Muawiyah dengan Amru di pihak Ali dengan

Musa Asyari. Pra perdamaian itu menyepakati untuk besuk pada saat

perdamaian, Muawiyah dan Ali di umumkan diturunkan dari jabatan

khalifah dan di angkat khalifah yang baru atas pilihan masyarakat Islam.

Ternyata besoknya pada saat perdamaian berlangsung pada saat acara

pengumuman menurunkan Muawiyah dan Ali yang berdiri giliran pertama

mengumumkan adalah Abu Musa karena usianya lebih tua, dan dia

(35)

22

Sementara giliran kedua Amru berdiri kemudian mengumumkan bahwa

karena Ali sudah diturunkan dari khalifah maka saya mengumumkan

Muawiyah menjadi khalifah yang sah. Sekenario perdamaian ini disebut

Arbitrase.

Sikap damai Ali ternyata tidak memberi perdamaian Ali dengan

Muawiyah. Kelompok Ali justru pecah menjadi 3 kelompok khawarij yang

menentang keras terhadap perdamaian, syiah yang setuju dengan sikap Ali

dan murjiah yang mengambil jalan tengah dengan sikap diam. Muawiyah

memfungsikan kelompok keras khawarij untuk membunuh khalifah Ali

dan seorang pengikut garis keras khawarij yang bernama Abdur Rahman

Bin Muljam pada suatu pagi setelah sholat subuh menusuk khalifah Ali.

Wafatnya Ali disambut oleh pihak Muawiyah dengan suka ria, karena

dengan demikian Bani Umayyah yang telah diproklamirkan pada saat 40

hijriyah akan menjadi eksis dan menjadi satu-satunya pemerintaha yang

sah dalam Islam.

b. Fase – Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1) Fase pembentukan dan pembinaan

Dimulai dari berdirinya Bani Umayyah tahun 40 H atau 662 M

sampai masa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik khalifah ke-6 ketika

Islam masuk eropa atau Andalusia yang dibawa oleh Tariq Bin Ziad

tahun 711 M. Pada masa ini pembinaan peradaban Islam berjalan

dengan pendekatan arabisasi (Arab Oriented) yaitu pengembangan

(36)

23

didominasi ukiran-ukiran di dinding-dinding masjid dan istana yang

dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligrafi yang indah. Lagu-lagu padang

pasir dari warisan arab pra Islam dipadukan dengan seni Islam yang

menghasilkan lagu-lagu qosidah yang indah. Ilmu yang dikembangkan

oleh Bani Umayyah pada saat itu masih yang berciri Arab asli, yaitu

bahasa (Nahwu,dan Balaghah), Qiraat dan Hadis, Tafsir dan Tarikh

Islam.

Pada fase pertama ini perluasan wilayah berjalan sangat pesat,

Islam masuk sampai wilayah-wilayah pelosok diempat benua: Asia,

Afrika Eropa dan Amerika. Wilayah di imperium-imperium besar:

Yunani, Romawi, Persia dan Gothia banyak yang takluk pada Islam

dengan membayar upeti yang besar. Khusus imperium besar Yunani

pada saat itu telah lemah dan semua wilayah telah dikuasai oleh

imprerium yang baru muncul yaitu Islam Bani Umayyah. Pembinaan

peradaban, ilmu dan kebudayaan serta administrasi pemerintah

berkembang baru pada periode selanjutnya sementara pada periode ini

para khalifah fokus pada pengembangan wilayah kekuasaan atau

perluasan wilayah (Islamisasi).

2) Fase Kemajuan

Dimulai dari masa khalifah ke-7 Sulaiman Bin Malik sampai

masa Umar Bin Abdul Azis khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani

Umayyah. Pada fase ini Islam telah berkembang hampir di penjuru

(37)

24

Afrika Utara sampai Andalusia dan dari India sampai Persia. Islam

dibawa oleh sahabat-sahabat Nabi seperti Uqbah Bin Nafi dan Musa

Bin Nusair di Afrika Utara, Saad Bin Abi Waqas di wilayah Cina dan

Indonesia, Abdullah Bin Abi Sara di India dan Tariq Bin Ziad di Eropa

atau Andalusia. Pada fase kedua ini perluasan wilayah Islam tetap

berjalan dengan lancar, banyak wilayah baru yang ditaklukan, akan

tetapi perhatian pemerintah diarahkan penuh pada pengembangan

peradaban ilmu dan administrasi pemerintah.

Pemerintah Bani Umayyah sedang membangun pusat-pusat kota

menjadi kota satelit yang indah, masjid dan istana dibangun dalam

kualitas yang baik, seta pada fase ini penemuan mata uang sebagai alat

pembayaran telah ditemukan oleh khalifah Marwan Bin Hakam

khalifah ke-4 Bani Umayyah. Sebagai bukti kemajuan peradaban Bani

Umayyah telah berjalan dengan pusat. Pada fase ini Bani Umayyah

sudah mampu menciptakan beberapa peradaban yang mempunyai

kualitas tinggi, dan dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.

Bentuk-bentuk peradaban yang tumbuh pada masa kejayaan Bani Umayyah

diantaranya:

a) Ilmu pengetahuan seperti Qiraat, Nahwu, Balaghah, Tafsir, Hadis,

dan Sejarah.

(38)

25

c) Departemen pemerintahan seperti nidhamul maal/keuangan,

qadi/hukum, jawatan pos, pengawal istana, ketentaraan, sekretaris,

dan pengantar surat.

3) Fase Runtuh

Masa ini dimulai dari masa kekuasaan Yazid Bin Abdul Malik

khalifah ke-9 yang tidak bisa mengendalikan pemerintahan seperti

kedua kakaknya Walid dan Sulaiman. Pada saat dia diangkat banyak

terjadi pemberontakan pada khalifah Yazid tidak dapat mengendalikan

pemberontakan–pemberontakan tersebut, kondisi ini terjadi sampai puncaknya pada saat pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahu berjalan

yaitu putra dari khalifah Walid, khalifah 12 Yazid Bin Walid dan

ke-13 Ibrahim Bin Walid. Menurut para pakar sejarah Islam bahwa masa

puncak lemahnya Bani Umayyah dikarenakan masyarakat benci dan

marah kepada pemerintahan Bani Umayyah lantaran terjadi

pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun pemerintahan, dan tidak

segera mengambil kebijakan siapa diantara kedua putra mahkota Walid

2 itu menjadi khalifah yang sah.

Sistem monarki yang dipakai dalam proses peralihan

kepemimpinan di Bani Umayyah ikut memperparah kelemahan Bani

Umayyah termasuk faktor paling dominan penyebab runtuhnya tahun

132 H atau tahun 670 M. Akibat dari pelaksanaan sistem monarki di

Bani Umayyah selain yang disebutkan di atas juga dapat memberi

(39)

26

kekuasaan, seperti kolusi, korupsi, tidak disiplin dalam pekerjaan dan

tidak dapat bertanggung jawab terhadap satu pekerjaan. Akhirnya yang

terjadi adalah para pembesar lain seperti pengawal istana, perdana

menteri dan para Qoodhilah yang dapat mengendalikan pemerintahan,

sementara para khalifah yang berkuasa tidak dapat mengambil tindakan

hukum terhadap para pelaku nepotisme, korupsi dan penyelewengan

jabatan lainya. Sikap masyarakat terhadap kasus-kasus amoral di atas

membuat masyarakat semakin benci dan marah pada keturunan Bani

Umayyah, puncaknya dari kemarahan tersebut membuat masyarakat

melakukan demonstrasi menuntut tanggung jawab para khalifah Bani

Umayyah.

Lemahnya Bani Umayyah pada fase ini terjadi hampir di semua

wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Sementara di luar kekuasaan Bani

Umayyah sedang berkembang pesat beberapa kekuatan baru seperti

Abbasiyah dan syiah di wilayah Hijaz dan Persia, Bani Fatimiyah di

Mesir dan Thohiriyah di Maroko. Sedangkan kekuatan baru yang

berhadapan langsung dengan Bani Umayyah adalah Abbasiyah.

Peperangan yang dilancarkan kedua kekuatan ini berjalan secara

terbuka hampir disemua wilayah Bani Umayyah dan pada akhirnya

kekuatan Abbasiyah yang memenangkan pertempuran tersebut. Maka

berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah tepat tahun 132 H atau tahun 750

M setelah kalah dalam perang Al Zab melawan keturunan Abbasiyah

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan

studi kasus (case study) pada Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

Kerangka desain penelitian ini ditunjukkan pada lampiran. “Pendekatan kualitatif muncul karena terjadinya perubahan paradigma dalam memandang

suatu realitas/fenomena/gejala” (Sugiyono 2015: 205). Moleong (2015: 6)

menyatakan bahwa, “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian

secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.” Hennink (2011) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk menguji pengalaman secara

mendalam dengan menggunakan metode penelitian yang spesifik, seperti

wawancara mendalam, diskusi kelompok yang terfokus, analisis konten,

metode visual, dan sejarah kehidupan atau biografi.

Penelitian studi kasus adalah pemeriksaan empiris atas suatu

fenomena atau kasus secara lebih mendalam dan lebih khusus pada konteks

yang nyata (Yin, 2014). Studi kasus memungkinkan peneliti untuk

(41)

28

merupakan strategi penelitian yang disarankan apabila pertanyaan penelitian

berbentu “bagaimana” dan “mengapa”, ketika peneliti tidak memiliki kendali

terhadap fenomena yang diteliti, dan ketika penelitian berfokus pada

fenomena yang cukup baru dalam konteks dunia nyata. Pada penelitian ini,

peneliti berusaha untuk menggambarkan, membandingkan, dan

mendeskripsikan Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

B. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian jika dilihat dari sumber

datanya meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu berupa hasil wawancara dan

dokumentasi dari siswa kelas XI, guru mapel Sejarah Kebudayaan Islam, dan

kurikulum. Sumber data sekunder dari dokumen tertulis seperti, RPP sejarah

dan, letak geografi, identitas, visi, dan lain-lain. Sumber data primer yaitu

informan, tempat, dan peristiwa. Data sekunder adalah data yang tidak

diperoleh langsung peneliti dari objek penelitian. Sumber data sekunder yaitu

dari dokumen tertulis seperti, RPP sejarah dan, letak geografi, identitas, visi,

dan lain-lain.

C. Prosedur Pengumpulan Data 1. Teknik Pemilihan Informan

Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik pengambilan

(42)

29

konsep teoritis yang digunakan, keingin-tahuan peneliti, dan karakteristik

empiris lainnya. Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses

pemusatan sumber data dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian kualitatif sering dinyatakan sebagai internal sampling,

tidak perlu ditentukan oleh jumlah informannya, karena jumlah informan

yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lengkap dan

benar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang

lebih banyak.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

mengenai Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar ini adalah purposive

sampling. Seperti penelitian kualitatif pada umumnya, penelitian ini

cenderung menggunakan teknik pengambilan sampel yang selektif melalui

berbagai pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Pertimbangan tertentu

dalam penelitian ini terutama berhubungan dengan orang-orang yang

dijadikan informan oleh peneliti. Peneliti menganggap orang-orang

tersebut adalah yang paling mengerti mengenai hal-hal yang ingin

diketahui, menguasai lingkup bahasan sehingga akan memudahkan peneliti

dalam melakukan eksplorasi atas situasi sosial yang sedang terjadi di

(43)

30 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian ini karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Menurut Yin (2014) pelaksanaan pengumpulan data

terdapat enam sumber yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara,

pengamatan langsung, observasi, partisipasi, dan perangkat-perangkat

fisik. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang utama adalah

wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan

teknik penelitian data sebagai berikut.

a. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015), dokumentasi merupakan catatan atas

peristiwa yang sudah berlalu. Dengan menggunakan metode

dokumentasi, peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda dan lain sebagainya. Metode dokumentasi dilakukan

dengan cara mempelajari dokumen dan informasi yang valid dan

relevan terhadap permasalahan dalam penelitian. Dokumen yang

dipelajari dalam penelitian ini adalah Permendikbud dan RPP.

b. Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengamati dan mencari

informasi mengenai Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Nasution dalam Sugiyono (2015) menyatakan

(44)

31

hanya dapat bekerja berdasar data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan

sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga

benda-benda yang kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi

dengan jelas. Observasi yang di gunakan adalah observasi yang tak

berstruktur (unstructured observation). Observasi tak berstruktur adalah

observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang

akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara

pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti

tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa

rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2015:226).

c. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk menggali informasi lebih

dalam mengenai Implementasi pendekatan Saintifik dalam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan hal-hal apa saja yang

menjadi kendala dalam Implementasi Pendekatan Saintifik dalam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jenis wawancara yang

dilakukan adalah wawancara mendalam (In-Depth Interview). Bogdan

dan Taylor (1975) menyatakan bahwa wawancara mendalam (in-Depth

Interview) merupakan wawancara antara peneliti dengan informan yang

dilakukan berulang-ulang yang bertujuan untuk memeroleh pemahaman

mengenai perspektif informan terhadap kondisi kehidupannya,

(45)

32

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

pedoman wawancara semi terstruktur. Pedoman wawancara dibuat

dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pedoman

wawancara (terlampir) digunakan untuk menggali informasi dari

subyek penelitian di MA Negeri Karanganyar. Wawancara mendalam

digunakan dalam penelitian ini agar peneliti dapat menelusuri

Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Informan yang direncanakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Guru Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI MA Negeri Karanganyar.

2. Siswa kelas XI MA Negeri Karanganyar .

3. Waka Kurikulum.

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa sampel sumber data pada

tahap awal memasuki lapangan di pilih orang yang memiliki power dan

otoritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti, sehingga mampu

“membukakan pintu” bagi peneliti dalam melakukan pengumpulan

data.

D. Analisis Data

Creswell (2014) menjelaskan bahwa analisis data dalam penelitian

kualitatif dimulai dengan menyiapkan dan mengorganisasikan data untuk

analisis, kemudian mereduksi data-data tersebut menjadi tema melalui proses

(46)

33

bentuk bagan, tabel, atau pembahasan. Proses ini berlangsung terus-menerus

selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

Menurut Miles dan Huberman (2014) proses yang terus menerus tersebut

ialah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses

tersebut disebut sebagai analisis data interaktif yang ditunjukkan pada gambar

3.2.

Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data Interaktif (Miles dan

Huberman 2014)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, membuang

yang tidak perlu, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema

serta polanya. Sugiyono (2015, 247) menjelaskan, “reduksi data adalah

aktivitas merangkum data, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Tabel 3.6 Tahapan Analisis Tematik

Pengumpulan Data Reduksi Data

Penyajian Data Penarikan Kesimpulan dan

(47)

34

Tahapan Proses

Memahami data

Memahami data dilakukan dengan membaca dan mendengar rekaman berulang kali lalu mencatat hal-hal yang dianggap menarik.

Menghasilkan kategori awal

Pengkodean dilakukan dengan memberikan label pada data penting yang relevan dengan pertanyaan penelitian.

Mencari tema yang tepat

Mencari tema dilakukan dengan menemukan pola dalam data yang relevan

Pada tahap ini peneliti menuliskan dengan rinci hasil analisis setiap tema, mengidentifikasi dan membuat intisari dari tema, dan menguatkan setiap tema.

Menyusun laporan

Tahapan yang paling akhir akan dicapai ketika tema telah benar-benar sempurna dan melibatkan analisis akhir dari laporan yang akan dibuat. Laporan yang dibuat baik untuk publikasi maupun untuk keperluan penelitian yang bertujuan untuk memaparkan data yang kompleks kepada pembaca. Data tersebut harus bisa meyakinkan pembaca mengenai validitas analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Sumber: Braun dan Clarke (2013)

Reduksi dalam penelitian kualitatif sangat dibutuhkan karena data

yang dimiliki sangat beragam. Dengan demikian data yang telah direduksi

dapat mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Proses reduksi data dalam

penelitian ini dilakukan ketika melakukan transkrip wawancara. Informasi

(48)

35

sehingga perlu adanya reduksi data agar peneliti fokus pada pokok

permasalahan. Reduksi data dalam penelitian ini menggunakan analisis

tematik, yaitu metode reduksi untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan

menyajikan pola atau tema yang ada di dalam data (Braun dan Clarke,

2013). Tahapan dalam analisis tematik menurut Braun dan Clarke (2013,

17) dijelaskan pada Tabel 3.6.

2. Penyajian Data

Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data adalah upaya dalam memilah-milah setiap satuan ke dalam

bagian yang memiliki kesamaan sehingga memberikan kemungkinan akan

adanya penarikan kesimpulan. Selain itu, penyajian data merupakan

tahapan analisis data kualitatif yang berfungsi untuk menemukan pola

hubungan antar data, sehingga mudah untuk dipahami. Penelitian ini akan

menyajikan data berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan.

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian, penyajian akan menjelaskan

mengenai bagaimana Implementasi Pendekatan Saintifik dalam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri

Karanganyar dan apa saja kendala Implementasi Pendekatan Saintifik

dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah

Negeri Karanganyar.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi ini merupakan tahapan terakhir dalam

(49)

36

didasarkan pada bukti-bukti yang telah didapatkan peneliti dalam langkah

sebelumnya. Kesimpulan dalam penelitian ini diharapkan menjawab

keseluruhan rumusan masalah yang sudah ditentukan di awal penelitian,

dan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Sugiyono (2015, 253) menjelaskan,

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini”.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk memperoleh data yang

akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan

keabsahan data digunakan untuk mencapai keakuratan data yang diperoleh

melalui studi dokumentasi dan wawancara. Dengan demikian hasil analisis

penelitian mencapai tingkat mutu dan kevalidan yang baik.

Temuan atau data yang mencapai tingkat mutu dan kevalidan yang

baik ialah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan pada hasil

penelitian dengan data yang sesungguhnya terdapat pada objek penelitian.

Sugiyono (2015) menjelaskan uji keabsahan data yang dapat digunakan

sebagai berikut.

1. Pengujian Kredibilitas (Validitas Internal)

Uji kredibilitas (validitas internal) dalam penelitian ini yaitu antara

(50)

37

dengan teman sejawat, dan memberchecking. Sugiyono (2015)

menjelaskan,

“Meningkatkan ketekunan dapat dikatakan sebagai usaha untuk

melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan sehingga peneliti akan mendapatkan wawasan yang lebih luas dan tajam mengenai

kebenaran data yang ditemukan”.

Moleong (2015, 330) menyatakan, “Triangulasi adalah teknik untuk

memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain”. Dengan triangulasi, peneliti dapat memeriksa kembali hasil temuan dengan

cara membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, peneliti, atau

teori. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Triangulasi sumber ialah pengujian kredibilitas dilakulan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi metode ialah pengujian kredibilitas data dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda.

Memberchecking dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengkonfirmasi ulang kepada informan wawancara, mengenai data yang

telah ditranskripsikan. Sugiyono (2015) menyatakan bahwa apabila data

yang ditemukan telah disepakati oleh para pemberi data, berarti data

tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya. Tujuan

memberchecking adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

(51)

38 2. Pengujian Dependability (Reliabilitas)

Pengujian dependability dalam penelitian ini dilakukan dengan

memeriksa keseluruhan proses penelitian. Hal-hal yang diperiksa adalah

proses peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, dan membuat kesimpulan. Prosedur pengujian

dependability adalah sebagai berikut.

a. Mengecek hasil transkrip wawancara (lampiran) untuk memastikan

bahwa hasil transkripsi tidak berisi kesalahan.

b. Memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai

kode-kode selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus

membandingkan data tentang kategori dengan tema-tema yang dipilih

dalam penelitian ini.

F. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi

kasus. Proses penelitian ini secara singkat dijelaskan sebagai berikut.

a. Menentukan topik.

b. Menentukan objek penelitian dan melakukan wawancara awal. Objek

ditentukan berdasarkan keterkaitan topik yang akan dibahas dengan objek

yang akan menjadi tempat penelitian studi kasus. Objek dalam penelitian

(52)

39

dilakukan untuk menemukan permasalahan yang dikaitkan dengan topik

penelitian.

c. Menentukan permasalahan penelitian, menentukan pertanyaan penelitian,

dan tujuan penelitian.

d. Menelaah teori dan literatur yang dapat digunakan untuk mengkaji

permasalahan penelitian.

e. Menentukan metode penelitian. Pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dan

observasi dokumen objek penelitian. Data yang telah dikumpulkan

dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif yaitu melalui tiga

aktivitas: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

f. Menganalisis hasil temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai

hasil penelitian.

(53)

40 BAB IV PAPARAN DATA

A. Deskripsi Temuan Penelitian

Temuan penelitian ialah pemaparan mengenai temuan-temuan dari

hasil studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Studi dokumentasi

dilakukan dengan mempelajari dokumen yang berkaitan dengan implementasi

pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di

Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kebuadayaan Islam (SKI) XI

MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

2. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 24 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013

pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Obeservasi dilakukan dengan mengikuti rangkaian pembeajaran

Sejarah Kebidayaan Islam kelas XI MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri

Karanganyar semester ganjil. Alokasi waktu yang digunakan selama 1 jam 45

menit. Wawancara dilakukan dengan informan yang dinilai memahami

tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Informan

diambil dari unsur Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, Guru Sejarah

(54)

41

Karanganyar. Selama proses wawancara berlangsung, penulis merekam hasil

wawancara dengan menggunakan alat perekam, dan membuat catatan-catatan.

Tabel 4.1 Informan Wawancara dan Kode Informan

No. Kode Jobdesk

1 IP1 Guru Sejarah Kebudayaan Islam

2 IP2 Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum

3 IP3 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1 4 IP4 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1

5 IP5 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1

6 IP6 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1

Sumber: Diolah

Proses pertama dalam menganalisis data hasil wawancara yaitu

menulis transkrip hasil wawancara. Tabel 4.1 merupakan tabel informan dan

kode informan. Pemberian kode informan dimaksudkan untuk memudahkan

penyebutan informan dan penjagaan kerahasiaan identitas informan yaitu 2

huruf dan 1 angka. Kode “IP” menunjukkan singkatan dari “informan

penelitian”. Angka 1-6 menunjukkan urutan nomor informan berdasarkan

waktu melakukan wawancara.

Hasil transkrip wawancara menemukan tidak semua jawaban

informan terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Oleh karena

itu, dilakukan proses reduksi data untuk memilih data yang memiliki

kesesuaian dengan fokus dan masalah penelitian. Reduksi data dilakukan

dengan menggunakan analisis tematik. Tahapan reduksi data adalah

memberikan kategori dan memberikan nama tema berdasarkan pada

kesamaan makna kategori. Tiap kategori yang telah dikelompokkan, disusun

(55)

42

dalam tema-tema. Tahapan pasca reduksi data adalah menyajikan data dalam

pembahasan. Penyajian data dilakukan dengan memperhatikan hasil reduksi

data dan kesadaran akan tulisan yang baik dan benar sehingga dapat

memastikan konsistensi keterbacaan penulisan karya tulis ini. Tabel 4.2

merupakan tabel penyajian data dalam penelitian ini. Penulisan pembahasan

akan disusun berdasarkan tabel penyajian data di bawah ini.

Tabel 4.2 Penyajian Data

No Tema Subtema Koding

Penyajian data akan dilakukan sesuai dengan tabel 4.2 di atas. Untuk

Gambar

Gambar 3.2  Komponen dalam Analisis Data Interaktif (Miles dan
Tabel 4.1 Informan Wawancara dan Kode Informan
Tabel 4.2 Penyajian Data

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah untuk mengetahui pola persebaran permukiman di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas dan untuk mengetahui pola permukiman pada daerah

Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upanya meningkatkan pembelajaran dan memperkaya kajian tentang peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Bapak Fajar Kurniawan, ST., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi

Metode survei adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), peneliti melakukan pengumpulan data, misalnya dengan

Hasil penelitian ini berdasarkan data masih tampak bahwa setiap tahunnya kasus pidana di Sumatera Utara masih banyak yang belum terselesaikan.. Hasil regresi linier

Kebiijakan Pemerintah mengeluarkan Perda No. 10 tahun 1956 tentang pemberantasan pelacuran di jalanan dalam Kota Besar Semarang dan penutupan rumah tempat pelacuran

Apakah pemberian susu yang telah difortifikasi besi dan zink selama 6 bulan dapat meningkatkan ingatan jangka pendek pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun

Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan, merawat, dan melestarikan budaya Batak Toba yang bersifat cultural-rekreatif-edukatif yang terdiri dari beberapa aktifitas