i
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MA NEGERI KARANGANYAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
oleh :
WISNU FACHRUDIN SUMARNO
111 13 168
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MA NEGERI KARANGANYAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
WISNU FACHRUDIN S
NIM 111 13 168
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vii MOTTO
ِِىاَبِّرَكُتاَوُكِّب َزِء َلَاَءٌَِّأِبَف
“
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan
”
(ArRahman:13)
Jika kita melihat sesuatu dengan positif, maka semuanya akan terlihat
baik. Sebaliknya, jika kita melihat sesuatu dengan negatif, maka
viii
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Marno dan Ibu Sumiyem selaku yang
tiada henti mendo’akan.
Untuk Abah Kyai Muhammad Nafi’an Alimaliki yang selalu memberi wejangan.
Kakak saya Saiful Anwar serta adik-adik saya Yogi Ibnu Syarifudin dan Salma
Himatul Auliya yang selalu memberi motivasi.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.
Bapak Drs. Bahroni, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi.
Para dosen, teman-teman PAI angkatan 2013.
Teman-teman futsal Rebonan fc yang selalu memberi keceriaan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Tidak lupa, shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad
Saw, yang senantiasa telah kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah
nanti.
Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yag telah
membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan penghargaan
dan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Suwardi, M.Pd..
3. Ketua Jurusan PAI dan dosen pembimbing akademik Ibu Siti Rukhayati,
M.Ag
4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah
memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat
x 5. Seluruh dosen FTIK beserta karyawan.
6. Bapak Marno dan Ibu Sumiyem selaku orang tua yang tiada henti
mendo’akan.
7. Abah Kyai Muhammad Nafi’an Alimaliki yang yang selalu memberi wejangan.
8. Kakak saya Saiful Anwar serta adik-adik saya Yogi Ibnu Syarifudin dan
Salma Himatul Auliya yang selalu memberi motivasi.
9. Bapak Siwiyono dan Bapak Muhammad Ihsan P selaku Waka kurikulum dan
guru PAI di MA Negeri Karanganyar beserta guru-guru lain serta
murid-murid yang telah membantu untuk memberikan informasi.
10. Teman-teman PAI angkatan 2013.
Penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi
amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri.
Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca
guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Dan semoga skripsi yang
sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Salatiga, 19 September 2017
Wisnu Fachrudin S
xi ABSTRAK
Sumarno, Wisnu Fachrudin. 2017. Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri
Karanganyar. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.
Kata Kunci: Implementasi Pendekatan Saintifik
Pendidikan merupakan aspek penting sebagai investasi sumberdaya manusia. Selain untuk menyokong kemajuan bangsa pendidikan juga berguna untuk kemajuan umat. Dalam kurikulum 2013 digunakan implementasi pendekatan saintifik yang mana itu akan mengasah keterampilan siswa dalam memahami materi karena materi bukan hanya didapat dari guru saja tetapi dicari sendiri oleh siswa bisa dari mana saja. Selain itu siswa juga diajarkan pentingnya pembelajaran elaborasi dan kerjasama. Implementasi pendekatan saintifik ini seperti yang dilaksanakan dalam pembelajaran di MA Negeri Karanganyar yang salah satunya adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam hal beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.
Dalam hal ini penelitian memberikan batasan masalah hanya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti agar penelitian lebih fokus. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dan mendeskripsikan kendala implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) pada Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ... .. i
HALAMAN JUDUL ... . ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... . v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... . x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Folus Penelitian ... 7
C.Pertanyaan penelitian ... 7
D.Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Penelitian Terdahulu ... 11
B.Pendekatan Saintifik ... 11
xiii BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ... 27
B. Sumber Data ... 28
C. Prosedur Pengumpulan Data ... 28
D. Analisis Data ... 32
E. Pengecekan Keabsahan Data ... 36
F. Tahap-Tahap Penelitian ... 38
BAB IV PAPARAN DATA A.Deskripsi Temuan Penelitian ... 40
B.Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 43
C.Kendala-kendala Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 51
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 53
B.Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai investasi sumberdaya manusia dipandang sebagai
variabel terpenting yang mempengaruhi tercapainya kesejahteraan umat
manusia. Pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan menghasilkan
sumber daya manusia menjadi lebih baik, yang akhirnya juga dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia sendiri (Murni, 2010:15). Untuk
mencapai tujuan tersebut, Negara dalam hal ini “pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang” (UUD 1945, pasal 31 ayat (3)).
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi
kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Untuk itu, pemerintah senantiasa
berusaha untuk terus memperbaiki kualitas atau mutu pendidikan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Semakin berkualitasnya
sumber daya manusia maka negara tersebut akan semakin maju.
Masalah yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahya
2
yang terjadi kebanyakaan masih bersifat teaching center atau guru menjadi
pusat pendidikan. Pendidikan yang berpusat pada satu orang mengakibatkan
peserta didik kurang aktif dan inovatif belajar yang cenderung pasif,
kurangnya peserta didik dalam berpartisipasi aktif, kurangnya keterampilan
dalam bicara mengakibatkan peserta didik memiliki mutu keaktifan bertanya
yang rendah. Rendahnya mutu belajar, motivasi, kualitas, dan segala
keaktifan akan berpengaruh pada capaian daya serap materi pelajaran yang
diterima peserta didik.
Dalam hal ini untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah
berupaya yang salah satunya yaitu dengan menerapkan kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk meminimalisasi peran guru
atau sekolah dan menambah peran siswa sebagai pihak yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, kompetensi lulusan
program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia
seutuhnya. Dengan demikian tujuan pendidikan perlu dijabarkan menjadi
himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi tersebut (Kemendikbud,
2013).
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu proses
pembelajaran pada kurikulum 2013 yang di berikan untuk pendidikan
dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Sebagaimana
Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar
3
dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional (Kemendikbud, 2013).
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru saja. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu berbagai sumber observasi
bukan diberi tahu.
Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kolaborasi dan
kerjasama di antara peserta didik dalam menyikapi setiap permasalahan
dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru sedapat mungkin menciptakan
pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada standar proses di mana
pembelajarannya diciptakan dengan memuat suasana eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang
berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya,
menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Dengan
demikian peserta didik akan menguasai materi yang dipelajari dengan baik
4
Dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik ini,
peran guru tidak kalah pentingnya. Guru diharapkan memiliki kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi
sosial dalam menunjang proses belajar mengajar. Kompetensi pedagogik
mendapat penekanan khusus pada kurikulum 2013 ini karena guru harus
mampu mendorong dan mengispirasi siswa untuk dapat memahami,
menerapkan, dan memgembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif
dalam merspon materi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak hanya
mencakup satu mata pelajaran saja, peserta didik harus mempu menguasai
dan memahami semua mata pelajaran yang telah diberikan guru. Salah
satunya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu dari empat mata
pelajaran yang terhimpun dalam Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari
Alqur’an-Hadits, Akidah Akhlak, Fikih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Agama No. 912 Tahun 2013
bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam hal beribadah,
bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan
atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah (Lampiran
Permenag No. 912 Tahun 2013).
Sejauh ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dipandang
sebagai kegiatan yang membosankan. Betapa tidak, pelajaran ini kerap
5
belajar sejarah tidak terbatas pada tingkat mengetahui dan mengingat apa
yang terjadi yang meliputi 5W 1H (who/siapa, what/apa, when/kapan,
where/dimana, why/mengapa, dan how/bagaimana). Siswa hanya didorong
untuk menghafalkan materi bukan memahami materi Sejarah Kebudayaan
Islam sehingga siswa merasa terbebani dengan materi pelajaran ini.
Pembelajaran sejarah yang pada umumnya dilaksanakan selama ini lebih
berkisar pada tujuan untuk mengajar tercapainya target yang dikehendaki oleh
kurikulum sehingga bagaimana prosesnya tidaklah begitu mendapat perhatian
serius oleh guru.
Di sisi lain, pengertian secara harfiah dalam bahasa Arab, kata sejarah
disebut tarikh yang berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti
keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau pada masa yang masih
ada. Manfaat ilmu tarikh untuk mengetahuai keadaan-keadaan atau
kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat
(Nata, 2008: 81). Untuk itu pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
memiliki peranan penting dalam kehidupan. Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam memungkinkan dapat mengetahui keadaan masalalu
peradaban Islam yang mengandung banyak nilai dan pelajaran bagi
kehidupan manusia. Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan mampu
memberikan sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan umat islam
6
Pentingnya Sejarah Kebudayaan Islam dalam kehidupan umat
manusia bisa dilihat dari penceritaan beberapa kisah nabi, rasul dan umat
terdahulu di dalam Alquran dalam Q.S Yusuf ayat 111 disebutkan:
ِيِرَّلاَِقيِدْصَتِ ْيِكَل َوِي َسَتْفُياًثيِدَحَِىاَكاَهِِبَبْلَلّْاًِِل ْوُ ِّلٌّة َسْبِعِْنِه ِصَصَقًِِفَِىاَكْدَقَل
َِىىُنِه ْؤُيٍِمىَقِّلًتَوْح َز َوِيًدُه َوٍِئَشِِّلُكَِلْي ِصْفَت َوِِهْيَدَيَِيْيَب
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman”. ( Q.S. Yusuf (12): 111)
Dengan demikian, Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya
sekumpulan cerita yang berkaitan dengan tanggal, tokoh, dan tempat berbagai
peristiwa penting terjadi, tetapi juga sarat makna dan menjadi rujukan untuk
mengambil pelajaran (ibrah) dan terutama inspirasi untuk menata hari esok
yang lebih baik.
Mengingat pentingnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan
kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas, untuk itu
diperlukan kajian mendalam penerapan pendekatan saintifik pada
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat menjembatani
pembelajaran yang bermakna bagi siswa di kelas. Penelitian ini dimaksudkan
untuk menganalisis implementasi pendekatan saintifik dalam Sejarah
Kebudayaan Islam pada tingkat Madrasah Aliyah dan untuk mengidentifikasi
kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pendekatan saintifik
7
Berawal dari latar belakang inilah peneliti mempunyai ketertarikan
untuk meneliti secara mendalam tentang “IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
MA NEGERI KARANGANYAR”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian memberikan batasan
masalah hanya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini
bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti agar penelitian lebih
fokus. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran saintifik
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar.
Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan implementasi pembelajaran
saintifik dan mendeskripsikan kendala-kendala pembelajaran saintifik pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang dijelaskan
tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut.
1. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar?
2. Apa saja kendala penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
8 D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.
2. Mendeskripsikan kendala implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri
Karanganyar.
E. Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama dalam membuat
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan
Islam.
b. Menambah dan memperkaya keilmuan pendekatan saintifik dalam
dunia pendidikan.
2.Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya
dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi untuk dapat
membantu pengembagan kualitas pembelajaran, khususnya Sejarah
Kebudayaan Islam.
b. Sebagai upaya untuk membelajarkan diri dalam penggunaan
pendekatan saitifik dalam semua mata pelajaran, khususnya Sejarah
9 F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima kelompok dengan rincian
sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan
Bab pertama menjelaskan latar belakang penelitian, fokus penelitian,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaati penelitian, kajian penelitian
terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Bab kedua menjelaskan kajian pustaka yang menjadi landasan dalam
memahami pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam.
BAB III: Metode Penelitian
Bab ketiga membahas metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi
latar belakang kontekstual, waktu penelitian, metode penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,
pengujian data, dan teknik analisis data.
BAB IV : Paparan Data
Bab keempat membahas temuan penelitian yang diperoleh melalui studi
dokumentasi, wawancara dan menganalisis pembelajaran saintifik dalam
10 BAB V: Simpulan
Bab kelima berisi kesimpulan atas analisis dari bab sebelumnya,
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan kajian penelitian terdahulu, belum ada penelitian yang
secara khusus meneliti tentang bagaimana implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan tetapi ada beberapa
skripsi yang mempunyai kemiripan dengan skripsi penulis. Diantara beberapa
kajian penelitiannya yaitu:
1. Skripsi yang ditulis oleh Dewi Shinta Nuraini mahasiswa jurusan PAI
Fakultas tarbiyah ilmu keguruan IAIN SALATIGA Tahun 2016 yang
berjudul “Penerapan Pendekatan Santific Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Pada Siswa Kelas VIII Smpn 7 Salatiga Tahun 2016”.
2. Skripsi yang ditulis oleh Usriya Hidayati mahasiswa jurusan PAI Fakultas
tarbiyah ilmu keguruan IAIN SALATIGA Tahun 2016 yang berjudul
“Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Analisis
Tentang Karakter Jujur, Disiplin Dan Tanggung Jawab)”. B.Pendekatan Saintifik
Dalam proses pembelajaran, pendekatan digunakan untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan. Sagala (2009: 68) menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Adapun
12
mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan cakupan
teoritik tertentu.
Daryanto (2014: 51) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik ialah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengontruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan masalah),
mengumpulkan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan.
Kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat
pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna (Kemendikbud,
2013). Dalam Permendikbud Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013
tentang implementasi kurikulum disebutkan bahwa proses pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok
yaitu: mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
13 1. Mengamati
Proses pengamatan dilakukan melalui indera penglihatan (melihat atau
membaca) dan indera pendengaran (mendengarkan atau menyimak) baik
menggunakan alat maupun tidak (Pudjiani, 2014:15). Kegiatan mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Kegiatan ini memiliki keuggulan tertentu, seperti meyajikan media objek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, hendaklah guru membuka
secara luas dan bervariasi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, dan mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah
melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi pesera didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat
mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang
14
yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari
situasi dimana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan sampai ketingkat
di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Bertanya dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi
tersebut seperti yang dikemukakan oleh W.Gulo dalam Pudjiani (2002: 102)
yaitu:
a. Mengembangkan minat dan keingintahuan.
b. Memusatkan perhatian pada pokok masalah.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar.
d. Meningkatkan keaktivan belajar peserta didik.
e. Kemampuan memahami informasi.
f. Kemampuan mengemukakan pendapat.
g. Mengukur hasil belajar.
Kriteria pertanyaan yang baik ialah singkat dan jelas, menginspirasi
jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergent, bersifat validatif atau
penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang,
merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses
interaksi (Kemendikbud, 2013).
3. Mengumpulkan informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi/eksperimen” merupakan tindak
lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
15
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan objek atau fenomena
dengan teliti, atau bahkan melakukan eksperimen sehingga dari kegiatan
tersebut terkumpul sejumlah informasi. Permendikbud 81 A tahun 2013
menjelaskan bahwa aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek/kejadian, aktivitas wawancara dengan sumber dan sebagainya.
Kompetensi yang diharapkan ialah mengembangkan sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan “eksperimen” dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka: (1) guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2)
guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid (5) guru membicarakan masalah yang akan
dijadikan eksperimen (6) membagi kertas kerja kapada murid (7) murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secaran klasikal.
16
Kegiatan “mengasosiasi, mengolah, dan menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 81 A tahun 2013
ialah memproses informasi atau eksperimen hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan menanya. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keleluasan dan kedalam sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan lainya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan ialah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedural dan kemampuan berfikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
5. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan siswa
untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasi dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 81 A
tahun 2013 ialah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainya.
17 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang artinya
pohon. Kalau kita gambarkan secara sistematis memang sejarah hampir
sama dengan pohon; bermula dari sebuah bibit, mempunyai cabang dan
ranting, bertumbuh dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Kata sejarah
seirama dengan kata silsilah, kisah, dan hikayat; yang semuanya itu berasal
dari bahasa Arab. Istilah lain untuk sejarah ialah tarikh, berasal dari akar
kata taurukh yang berarti pemberitahuan tentang waktu, dan kata tarikh asy
syaya’i kadang kala berarti tujuan dan masa berakhirnya suatu peristiwa (Munir, 2014: 1)..
Dalam bahasa barat, sejarah disebut histoire (Prancis), historie
(Belanda), dan history (Inggris). Bahasa Yunani yaitu istoria yang berarti
ilmu. Namun secara istilah, berarti masa lampau umat manusia. Sedikit
berbeda dengan bahasa-bahasa tersebut, sejarah dalam bahasa Jerman
disebut geschihte, berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi. Dalam
pengertian lain sejarah ialah catatan-catatan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lampau atau kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia
(Munir, 2014: 1-2)..
Sementara itu sejarawan muslim Ibnu Khaldun, berpendapat bahwa
sejarah ialah catatan tentang perubahan-perubahan, solidaritas, revolusi, dan
18
sosial yang bermacam-macam untuk mencapai penghidupan, ilmu
pengetahuan dan perubahan (Munir, 2014: 2).
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti
akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan daya berarti hasil karya cipta
manusia. Dengan demikian kebudayaan ialah semua hasil karya, karsa dan
cipta manusia di masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan dengan
istilah “peradaban”. Perbedaanya ialah kebudayaan lebih banyak
diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi, dan moral, sedangkan
peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi
(Wikipedia).
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemempuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat
19
Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi kebudayaan
ialah sarana, hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Wikipedia). Apabila
dikaitkan dengan Islam, maka kebudayaan Islam ialah hasil karya, karsa
cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai Islam yang bersumber
hukum dari Alquran dan Sunnah Nabi. Islam berasal dari bahasa Arab yaitu
aslama-yuslimu-Islama yang artinya selamat. Meurut istilah Islam ialah
agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi
seluruh alam (Marromah, 2014: 34).
2. Dasar Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Sebagai pelajaran yang wajib sejarah juga sudah diajarkan di dalam ayat-
ayat Alquran yang dikisahkan sebagai umat terdahulu untuk mendapat
pelajaran yang bisa diambil di masa yang sekarang dan yang akan datang
seperti yang di jelaskan dalam surat At Taha ayat 126:
ِْنِهِنِكاَسَهًِِفَِىىُشْوَيِِىوُسُقْلاَِيِّهِْنُهَلْبَقاَنْكَلْهَأِْنَكِْنُهَلِدْهَيِْنَلَفَأ
ِ َكِلاَذًِِفَِّىِإ
ًَهُّنلاًِِل ْوُ ِّلٍَِثاَي َلَ
20
3. Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam a. Proses lahir
Lahirnya Bani Umayyah tahun 40 Hijriyah oleh Muawiyah Bin Abi
Sufyan di kota kecil Illiyat di wilayah Yerusalem, diperkirakan oleh para
pakar sejarahwan sebagai sabotase terhadap pemerintahan Ali Bin Abi
Thalib dari pemerintahan terakhir khulafaurrasyidin. Karena pengangkatan
Ali oleh mayoritas masyarakat Islam mengganti khalifah Usman tidak
pernah disetujui oleh pihak Muawiyah maka berbagai cara dilakukan oleh
Muawiyah untuk menurunkan atau menghancurkan Ali dari
pemerintahannya. Salah satu caranya ialah Muawiyah dan kelompoknya
memfitnah Ali dengan menyebarkan isu bahwa Ali-lah yang ada di
belakang terbunuhnya Usman Bin Affan. Isu ini termakan oleh beberapa
pembesar di kalangan umat Islam, seperti Siti Aisyah, Zubair Bin Awwam
dan Thalhah Bin Ubaidillah. Mereka mengumumkan perang terhadap Ali
karena sewaktu mereka meminta pertanggungjawaban khalifah Ali akan
kematian Usman Bin Affan, Ali dengan tegas mengatakan dia tidak tahu
menahu tentang kematian Usman. Mereka lalu menangkat perang terhadap
Ali Bin Abi Thalib dengan tujuan memaksa Ali untuk mengakui
perbuatanya. Perang tersebut disebut perang jamal karena Aisyah
mengendarai unta pada saat memimpin perang. Kemenangan perang
berada di pihak Ali karena mayoritas masyarakat Islam mendukung Ali
21
Kelompok Muawiyah tetap membuat propaganda untuk
menghancurkan pemerintahan Ali dengan cara menghimpun kekuatan
besar dengan tujuan menyerang Ali Bin Abi Thalib. Tantangan Muawiyah
dijawab oleh Ali dengan mempersiapkan pasukan. Perang berkecamuk dan
menelan banyak korban diantara kedua pihak yang bertikai. Perang
tersebut dalam sejarah disebut dengan perang Siffin karena terjadi di
wilayah kecil Siffin, sebuah wilayah perbukitan antara Madinah dengan
Damaskus. Kemenangan berada dipihak Ali karena mayoritas masyarakat
Islam mendukung khalifah Ali. Akan tetapi seperti pada perang
sebelumnya yaitu perang jamal, Muawiyah tidak pernah menerima
kemenangan khalifah Ali. Sikap tidak mau menerima kekalahan itu di
wujudkan Muawiyah dengan mengajak damai khalifah Ali sampai 3 kali
dengan cara membujuk dengan merobek- robek Alquran. Pada akhirnya
Ali mau berdamai karena melihat Alquran dirobek-robek oleh Muawiyah.
Skenario diatur oleh Muawiyah atas saran Amru Bin Ash, dan pra
perdamaian dilakukan antara Muawiyah dengan Amru di pihak Ali dengan
Musa Asyari. Pra perdamaian itu menyepakati untuk besuk pada saat
perdamaian, Muawiyah dan Ali di umumkan diturunkan dari jabatan
khalifah dan di angkat khalifah yang baru atas pilihan masyarakat Islam.
Ternyata besoknya pada saat perdamaian berlangsung pada saat acara
pengumuman menurunkan Muawiyah dan Ali yang berdiri giliran pertama
mengumumkan adalah Abu Musa karena usianya lebih tua, dan dia
22
Sementara giliran kedua Amru berdiri kemudian mengumumkan bahwa
karena Ali sudah diturunkan dari khalifah maka saya mengumumkan
Muawiyah menjadi khalifah yang sah. Sekenario perdamaian ini disebut
Arbitrase.
Sikap damai Ali ternyata tidak memberi perdamaian Ali dengan
Muawiyah. Kelompok Ali justru pecah menjadi 3 kelompok khawarij yang
menentang keras terhadap perdamaian, syiah yang setuju dengan sikap Ali
dan murjiah yang mengambil jalan tengah dengan sikap diam. Muawiyah
memfungsikan kelompok keras khawarij untuk membunuh khalifah Ali
dan seorang pengikut garis keras khawarij yang bernama Abdur Rahman
Bin Muljam pada suatu pagi setelah sholat subuh menusuk khalifah Ali.
Wafatnya Ali disambut oleh pihak Muawiyah dengan suka ria, karena
dengan demikian Bani Umayyah yang telah diproklamirkan pada saat 40
hijriyah akan menjadi eksis dan menjadi satu-satunya pemerintaha yang
sah dalam Islam.
b. Fase – Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1) Fase pembentukan dan pembinaan
Dimulai dari berdirinya Bani Umayyah tahun 40 H atau 662 M
sampai masa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik khalifah ke-6 ketika
Islam masuk eropa atau Andalusia yang dibawa oleh Tariq Bin Ziad
tahun 711 M. Pada masa ini pembinaan peradaban Islam berjalan
dengan pendekatan arabisasi (Arab Oriented) yaitu pengembangan
23
didominasi ukiran-ukiran di dinding-dinding masjid dan istana yang
dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligrafi yang indah. Lagu-lagu padang
pasir dari warisan arab pra Islam dipadukan dengan seni Islam yang
menghasilkan lagu-lagu qosidah yang indah. Ilmu yang dikembangkan
oleh Bani Umayyah pada saat itu masih yang berciri Arab asli, yaitu
bahasa (Nahwu,dan Balaghah), Qiraat dan Hadis, Tafsir dan Tarikh
Islam.
Pada fase pertama ini perluasan wilayah berjalan sangat pesat,
Islam masuk sampai wilayah-wilayah pelosok diempat benua: Asia,
Afrika Eropa dan Amerika. Wilayah di imperium-imperium besar:
Yunani, Romawi, Persia dan Gothia banyak yang takluk pada Islam
dengan membayar upeti yang besar. Khusus imperium besar Yunani
pada saat itu telah lemah dan semua wilayah telah dikuasai oleh
imprerium yang baru muncul yaitu Islam Bani Umayyah. Pembinaan
peradaban, ilmu dan kebudayaan serta administrasi pemerintah
berkembang baru pada periode selanjutnya sementara pada periode ini
para khalifah fokus pada pengembangan wilayah kekuasaan atau
perluasan wilayah (Islamisasi).
2) Fase Kemajuan
Dimulai dari masa khalifah ke-7 Sulaiman Bin Malik sampai
masa Umar Bin Abdul Azis khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani
Umayyah. Pada fase ini Islam telah berkembang hampir di penjuru
24
Afrika Utara sampai Andalusia dan dari India sampai Persia. Islam
dibawa oleh sahabat-sahabat Nabi seperti Uqbah Bin Nafi dan Musa
Bin Nusair di Afrika Utara, Saad Bin Abi Waqas di wilayah Cina dan
Indonesia, Abdullah Bin Abi Sara di India dan Tariq Bin Ziad di Eropa
atau Andalusia. Pada fase kedua ini perluasan wilayah Islam tetap
berjalan dengan lancar, banyak wilayah baru yang ditaklukan, akan
tetapi perhatian pemerintah diarahkan penuh pada pengembangan
peradaban ilmu dan administrasi pemerintah.
Pemerintah Bani Umayyah sedang membangun pusat-pusat kota
menjadi kota satelit yang indah, masjid dan istana dibangun dalam
kualitas yang baik, seta pada fase ini penemuan mata uang sebagai alat
pembayaran telah ditemukan oleh khalifah Marwan Bin Hakam
khalifah ke-4 Bani Umayyah. Sebagai bukti kemajuan peradaban Bani
Umayyah telah berjalan dengan pusat. Pada fase ini Bani Umayyah
sudah mampu menciptakan beberapa peradaban yang mempunyai
kualitas tinggi, dan dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
Bentuk-bentuk peradaban yang tumbuh pada masa kejayaan Bani Umayyah
diantaranya:
a) Ilmu pengetahuan seperti Qiraat, Nahwu, Balaghah, Tafsir, Hadis,
dan Sejarah.
25
c) Departemen pemerintahan seperti nidhamul maal/keuangan,
qadi/hukum, jawatan pos, pengawal istana, ketentaraan, sekretaris,
dan pengantar surat.
3) Fase Runtuh
Masa ini dimulai dari masa kekuasaan Yazid Bin Abdul Malik
khalifah ke-9 yang tidak bisa mengendalikan pemerintahan seperti
kedua kakaknya Walid dan Sulaiman. Pada saat dia diangkat banyak
terjadi pemberontakan pada khalifah Yazid tidak dapat mengendalikan
pemberontakan–pemberontakan tersebut, kondisi ini terjadi sampai puncaknya pada saat pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahu berjalan
yaitu putra dari khalifah Walid, khalifah 12 Yazid Bin Walid dan
ke-13 Ibrahim Bin Walid. Menurut para pakar sejarah Islam bahwa masa
puncak lemahnya Bani Umayyah dikarenakan masyarakat benci dan
marah kepada pemerintahan Bani Umayyah lantaran terjadi
pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun pemerintahan, dan tidak
segera mengambil kebijakan siapa diantara kedua putra mahkota Walid
2 itu menjadi khalifah yang sah.
Sistem monarki yang dipakai dalam proses peralihan
kepemimpinan di Bani Umayyah ikut memperparah kelemahan Bani
Umayyah termasuk faktor paling dominan penyebab runtuhnya tahun
132 H atau tahun 670 M. Akibat dari pelaksanaan sistem monarki di
Bani Umayyah selain yang disebutkan di atas juga dapat memberi
26
kekuasaan, seperti kolusi, korupsi, tidak disiplin dalam pekerjaan dan
tidak dapat bertanggung jawab terhadap satu pekerjaan. Akhirnya yang
terjadi adalah para pembesar lain seperti pengawal istana, perdana
menteri dan para Qoodhilah yang dapat mengendalikan pemerintahan,
sementara para khalifah yang berkuasa tidak dapat mengambil tindakan
hukum terhadap para pelaku nepotisme, korupsi dan penyelewengan
jabatan lainya. Sikap masyarakat terhadap kasus-kasus amoral di atas
membuat masyarakat semakin benci dan marah pada keturunan Bani
Umayyah, puncaknya dari kemarahan tersebut membuat masyarakat
melakukan demonstrasi menuntut tanggung jawab para khalifah Bani
Umayyah.
Lemahnya Bani Umayyah pada fase ini terjadi hampir di semua
wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Sementara di luar kekuasaan Bani
Umayyah sedang berkembang pesat beberapa kekuatan baru seperti
Abbasiyah dan syiah di wilayah Hijaz dan Persia, Bani Fatimiyah di
Mesir dan Thohiriyah di Maroko. Sedangkan kekuatan baru yang
berhadapan langsung dengan Bani Umayyah adalah Abbasiyah.
Peperangan yang dilancarkan kedua kekuatan ini berjalan secara
terbuka hampir disemua wilayah Bani Umayyah dan pada akhirnya
kekuatan Abbasiyah yang memenangkan pertempuran tersebut. Maka
berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah tepat tahun 132 H atau tahun 750
M setelah kalah dalam perang Al Zab melawan keturunan Abbasiyah
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan
studi kasus (case study) pada Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.
Kerangka desain penelitian ini ditunjukkan pada lampiran. “Pendekatan kualitatif muncul karena terjadinya perubahan paradigma dalam memandang
suatu realitas/fenomena/gejala” (Sugiyono 2015: 205). Moleong (2015: 6)
menyatakan bahwa, “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian
secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.” Hennink (2011) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk menguji pengalaman secara
mendalam dengan menggunakan metode penelitian yang spesifik, seperti
wawancara mendalam, diskusi kelompok yang terfokus, analisis konten,
metode visual, dan sejarah kehidupan atau biografi.
Penelitian studi kasus adalah pemeriksaan empiris atas suatu
fenomena atau kasus secara lebih mendalam dan lebih khusus pada konteks
yang nyata (Yin, 2014). Studi kasus memungkinkan peneliti untuk
28
merupakan strategi penelitian yang disarankan apabila pertanyaan penelitian
berbentu “bagaimana” dan “mengapa”, ketika peneliti tidak memiliki kendali
terhadap fenomena yang diteliti, dan ketika penelitian berfokus pada
fenomena yang cukup baru dalam konteks dunia nyata. Pada penelitian ini,
peneliti berusaha untuk menggambarkan, membandingkan, dan
mendeskripsikan Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
B. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian jika dilihat dari sumber
datanya meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu berupa hasil wawancara dan
dokumentasi dari siswa kelas XI, guru mapel Sejarah Kebudayaan Islam, dan
kurikulum. Sumber data sekunder dari dokumen tertulis seperti, RPP sejarah
dan, letak geografi, identitas, visi, dan lain-lain. Sumber data primer yaitu
informan, tempat, dan peristiwa. Data sekunder adalah data yang tidak
diperoleh langsung peneliti dari objek penelitian. Sumber data sekunder yaitu
dari dokumen tertulis seperti, RPP sejarah dan, letak geografi, identitas, visi,
dan lain-lain.
C. Prosedur Pengumpulan Data 1. Teknik Pemilihan Informan
Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik pengambilan
29
konsep teoritis yang digunakan, keingin-tahuan peneliti, dan karakteristik
empiris lainnya. Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses
pemusatan sumber data dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian kualitatif sering dinyatakan sebagai internal sampling,
tidak perlu ditentukan oleh jumlah informannya, karena jumlah informan
yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lengkap dan
benar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang
lebih banyak.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
mengenai Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar ini adalah purposive
sampling. Seperti penelitian kualitatif pada umumnya, penelitian ini
cenderung menggunakan teknik pengambilan sampel yang selektif melalui
berbagai pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Pertimbangan tertentu
dalam penelitian ini terutama berhubungan dengan orang-orang yang
dijadikan informan oleh peneliti. Peneliti menganggap orang-orang
tersebut adalah yang paling mengerti mengenai hal-hal yang ingin
diketahui, menguasai lingkup bahasan sehingga akan memudahkan peneliti
dalam melakukan eksplorasi atas situasi sosial yang sedang terjadi di
30 2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian ini karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Menurut Yin (2014) pelaksanaan pengumpulan data
terdapat enam sumber yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara,
pengamatan langsung, observasi, partisipasi, dan perangkat-perangkat
fisik. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang utama adalah
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
teknik penelitian data sebagai berikut.
a. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015), dokumentasi merupakan catatan atas
peristiwa yang sudah berlalu. Dengan menggunakan metode
dokumentasi, peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan lain sebagainya. Metode dokumentasi dilakukan
dengan cara mempelajari dokumen dan informasi yang valid dan
relevan terhadap permasalahan dalam penelitian. Dokumen yang
dipelajari dalam penelitian ini adalah Permendikbud dan RPP.
b. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengamati dan mencari
informasi mengenai Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Nasution dalam Sugiyono (2015) menyatakan
31
hanya dapat bekerja berdasar data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan
sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga
benda-benda yang kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi
dengan jelas. Observasi yang di gunakan adalah observasi yang tak
berstruktur (unstructured observation). Observasi tak berstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2015:226).
c. Wawancara
Metode wawancara dilakukan untuk menggali informasi lebih
dalam mengenai Implementasi pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan hal-hal apa saja yang
menjadi kendala dalam Implementasi Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jenis wawancara yang
dilakukan adalah wawancara mendalam (In-Depth Interview). Bogdan
dan Taylor (1975) menyatakan bahwa wawancara mendalam (in-Depth
Interview) merupakan wawancara antara peneliti dengan informan yang
dilakukan berulang-ulang yang bertujuan untuk memeroleh pemahaman
mengenai perspektif informan terhadap kondisi kehidupannya,
32
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
pedoman wawancara semi terstruktur. Pedoman wawancara dibuat
dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pedoman
wawancara (terlampir) digunakan untuk menggali informasi dari
subyek penelitian di MA Negeri Karanganyar. Wawancara mendalam
digunakan dalam penelitian ini agar peneliti dapat menelusuri
Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Informan yang direncanakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Guru Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI MA Negeri Karanganyar.
2. Siswa kelas XI MA Negeri Karanganyar .
3. Waka Kurikulum.
Sugiyono (2015) menyatakan bahwa sampel sumber data pada
tahap awal memasuki lapangan di pilih orang yang memiliki power dan
otoritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti, sehingga mampu
“membukakan pintu” bagi peneliti dalam melakukan pengumpulan
data.
D. Analisis Data
Creswell (2014) menjelaskan bahwa analisis data dalam penelitian
kualitatif dimulai dengan menyiapkan dan mengorganisasikan data untuk
analisis, kemudian mereduksi data-data tersebut menjadi tema melalui proses
33
bentuk bagan, tabel, atau pembahasan. Proses ini berlangsung terus-menerus
selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
Menurut Miles dan Huberman (2014) proses yang terus menerus tersebut
ialah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses
tersebut disebut sebagai analisis data interaktif yang ditunjukkan pada gambar
3.2.
Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data Interaktif (Miles dan
Huberman 2014)
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, membuang
yang tidak perlu, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema
serta polanya. Sugiyono (2015, 247) menjelaskan, “reduksi data adalah
aktivitas merangkum data, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Tabel 3.6 Tahapan Analisis Tematik
Pengumpulan Data Reduksi Data
Penyajian Data Penarikan Kesimpulan dan
34
Tahapan Proses
Memahami data
Memahami data dilakukan dengan membaca dan mendengar rekaman berulang kali lalu mencatat hal-hal yang dianggap menarik.
Menghasilkan kategori awal
Pengkodean dilakukan dengan memberikan label pada data penting yang relevan dengan pertanyaan penelitian.
Mencari tema yang tepat
Mencari tema dilakukan dengan menemukan pola dalam data yang relevan
Pada tahap ini peneliti menuliskan dengan rinci hasil analisis setiap tema, mengidentifikasi dan membuat intisari dari tema, dan menguatkan setiap tema.
Menyusun laporan
Tahapan yang paling akhir akan dicapai ketika tema telah benar-benar sempurna dan melibatkan analisis akhir dari laporan yang akan dibuat. Laporan yang dibuat baik untuk publikasi maupun untuk keperluan penelitian yang bertujuan untuk memaparkan data yang kompleks kepada pembaca. Data tersebut harus bisa meyakinkan pembaca mengenai validitas analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Sumber: Braun dan Clarke (2013)
Reduksi dalam penelitian kualitatif sangat dibutuhkan karena data
yang dimiliki sangat beragam. Dengan demikian data yang telah direduksi
dapat mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Proses reduksi data dalam
penelitian ini dilakukan ketika melakukan transkrip wawancara. Informasi
35
sehingga perlu adanya reduksi data agar peneliti fokus pada pokok
permasalahan. Reduksi data dalam penelitian ini menggunakan analisis
tematik, yaitu metode reduksi untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyajikan pola atau tema yang ada di dalam data (Braun dan Clarke,
2013). Tahapan dalam analisis tematik menurut Braun dan Clarke (2013,
17) dijelaskan pada Tabel 3.6.
2. Penyajian Data
Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data adalah upaya dalam memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian yang memiliki kesamaan sehingga memberikan kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan. Selain itu, penyajian data merupakan
tahapan analisis data kualitatif yang berfungsi untuk menemukan pola
hubungan antar data, sehingga mudah untuk dipahami. Penelitian ini akan
menyajikan data berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan.
Untuk menjawab rumusan masalah penelitian, penyajian akan menjelaskan
mengenai bagaimana Implementasi Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri
Karanganyar dan apa saja kendala Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah
Negeri Karanganyar.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi ini merupakan tahapan terakhir dalam
36
didasarkan pada bukti-bukti yang telah didapatkan peneliti dalam langkah
sebelumnya. Kesimpulan dalam penelitian ini diharapkan menjawab
keseluruhan rumusan masalah yang sudah ditentukan di awal penelitian,
dan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Sugiyono (2015, 253) menjelaskan,
“Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini”.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk memperoleh data yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan
keabsahan data digunakan untuk mencapai keakuratan data yang diperoleh
melalui studi dokumentasi dan wawancara. Dengan demikian hasil analisis
penelitian mencapai tingkat mutu dan kevalidan yang baik.
Temuan atau data yang mencapai tingkat mutu dan kevalidan yang
baik ialah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan pada hasil
penelitian dengan data yang sesungguhnya terdapat pada objek penelitian.
Sugiyono (2015) menjelaskan uji keabsahan data yang dapat digunakan
sebagai berikut.
1. Pengujian Kredibilitas (Validitas Internal)
Uji kredibilitas (validitas internal) dalam penelitian ini yaitu antara
37
dengan teman sejawat, dan memberchecking. Sugiyono (2015)
menjelaskan,
“Meningkatkan ketekunan dapat dikatakan sebagai usaha untuk
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan sehingga peneliti akan mendapatkan wawasan yang lebih luas dan tajam mengenai
kebenaran data yang ditemukan”.
Moleong (2015, 330) menyatakan, “Triangulasi adalah teknik untuk
memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain”. Dengan triangulasi, peneliti dapat memeriksa kembali hasil temuan dengan
cara membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, peneliti, atau
teori. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Triangulasi sumber ialah pengujian kredibilitas dilakulan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi metode ialah pengujian kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda.
Memberchecking dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengkonfirmasi ulang kepada informan wawancara, mengenai data yang
telah ditranskripsikan. Sugiyono (2015) menyatakan bahwa apabila data
yang ditemukan telah disepakati oleh para pemberi data, berarti data
tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya. Tujuan
memberchecking adalah agar informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
38 2. Pengujian Dependability (Reliabilitas)
Pengujian dependability dalam penelitian ini dilakukan dengan
memeriksa keseluruhan proses penelitian. Hal-hal yang diperiksa adalah
proses peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan,
menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, dan membuat kesimpulan. Prosedur pengujian
dependability adalah sebagai berikut.
a. Mengecek hasil transkrip wawancara (lampiran) untuk memastikan
bahwa hasil transkripsi tidak berisi kesalahan.
b. Memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai
kode-kode selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus
membandingkan data tentang kategori dengan tema-tema yang dipilih
dalam penelitian ini.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi
kasus. Proses penelitian ini secara singkat dijelaskan sebagai berikut.
a. Menentukan topik.
b. Menentukan objek penelitian dan melakukan wawancara awal. Objek
ditentukan berdasarkan keterkaitan topik yang akan dibahas dengan objek
yang akan menjadi tempat penelitian studi kasus. Objek dalam penelitian
39
dilakukan untuk menemukan permasalahan yang dikaitkan dengan topik
penelitian.
c. Menentukan permasalahan penelitian, menentukan pertanyaan penelitian,
dan tujuan penelitian.
d. Menelaah teori dan literatur yang dapat digunakan untuk mengkaji
permasalahan penelitian.
e. Menentukan metode penelitian. Pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dan
observasi dokumen objek penelitian. Data yang telah dikumpulkan
dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif yaitu melalui tiga
aktivitas: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
f. Menganalisis hasil temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai
hasil penelitian.
40 BAB IV PAPARAN DATA
A. Deskripsi Temuan Penelitian
Temuan penelitian ialah pemaparan mengenai temuan-temuan dari
hasil studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Studi dokumentasi
dilakukan dengan mempelajari dokumen yang berkaitan dengan implementasi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kebuadayaan Islam (SKI) XI
MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.
2. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 24 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Obeservasi dilakukan dengan mengikuti rangkaian pembeajaran
Sejarah Kebidayaan Islam kelas XI MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri
Karanganyar semester ganjil. Alokasi waktu yang digunakan selama 1 jam 45
menit. Wawancara dilakukan dengan informan yang dinilai memahami
tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Informan
diambil dari unsur Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, Guru Sejarah
41
Karanganyar. Selama proses wawancara berlangsung, penulis merekam hasil
wawancara dengan menggunakan alat perekam, dan membuat catatan-catatan.
Tabel 4.1 Informan Wawancara dan Kode Informan
No. Kode Jobdesk
1 IP1 Guru Sejarah Kebudayaan Islam
2 IP2 Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum
3 IP3 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1 4 IP4 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1
5 IP5 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1
6 IP6 Siswa MAN Negeri Karanganyar kelas XI MIA 1
Sumber: Diolah
Proses pertama dalam menganalisis data hasil wawancara yaitu
menulis transkrip hasil wawancara. Tabel 4.1 merupakan tabel informan dan
kode informan. Pemberian kode informan dimaksudkan untuk memudahkan
penyebutan informan dan penjagaan kerahasiaan identitas informan yaitu 2
huruf dan 1 angka. Kode “IP” menunjukkan singkatan dari “informan
penelitian”. Angka 1-6 menunjukkan urutan nomor informan berdasarkan
waktu melakukan wawancara.
Hasil transkrip wawancara menemukan tidak semua jawaban
informan terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Oleh karena
itu, dilakukan proses reduksi data untuk memilih data yang memiliki
kesesuaian dengan fokus dan masalah penelitian. Reduksi data dilakukan
dengan menggunakan analisis tematik. Tahapan reduksi data adalah
memberikan kategori dan memberikan nama tema berdasarkan pada
kesamaan makna kategori. Tiap kategori yang telah dikelompokkan, disusun
42
dalam tema-tema. Tahapan pasca reduksi data adalah menyajikan data dalam
pembahasan. Penyajian data dilakukan dengan memperhatikan hasil reduksi
data dan kesadaran akan tulisan yang baik dan benar sehingga dapat
memastikan konsistensi keterbacaan penulisan karya tulis ini. Tabel 4.2
merupakan tabel penyajian data dalam penelitian ini. Penulisan pembahasan
akan disusun berdasarkan tabel penyajian data di bawah ini.
Tabel 4.2 Penyajian Data
No Tema Subtema Koding
Penyajian data akan dilakukan sesuai dengan tabel 4.2 di atas. Untuk