• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLE-NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS V MI ULUMUDDIN NGARGOSOKO KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLE-NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS V MI ULUMUDDIN NGARGOSOKO KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLE-NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS V

MI ULUMUDDIN NGARGOSOKO KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

NUR HIDAYATI

115-12-038

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLE-NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS V

MI ULUMUDDIN NGARGOSOKO KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

NUR HIDAYATI

115-12-038

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

M

OTTO

“...BARANG SIAPA YANG MENJADIKAN MUDAH URUSAN

ORANG LAIN, PASTI ALLAH AKAN MEMUDAHKANNYA DI

DUNIA DAN DI AKHIRAT....”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT beserta sholawat dan salam semoga selalu

tercurah kepada Rasulullah SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibuku tersayang; my hero, my spirit, my everything yang tiada hentinya memberikan pengorbanan siang malam, tanpa pamrih, yang menyayangi

serta senantiasa mendoakan hingga penulis sampai pada tahap yang luar

biasa ini. Ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda hormat, bakti dan

sayangku kepadamu. Semoga ini menjadi awal yang dapat

membahagiakanmu ibu.

2. Nenekku yang luar biasa. Terima kasih atas doa yang engkau berikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban tepat waktu.

3. Keluarga besarku; pakdhe, budhe, mas, mbak, terimakasih atas doa dan

segala dukungan dan semangat yang diberikan.

6. Sahabat-sahabatku di Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi ( Mb.Amik,

Atik, Muhaimin, Mb lely, dll)

7. Teman-teman PGMI angkatan 2012

8. Teman-teman KKN posko Ds. Ngargosoko

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Peningkatan Prestasi Belajar Materi Sifat Bangun Ruang Melalui Metode

Example Non Example pada Siswa Kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016

Pelakasanaan Penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya pemberian

kesempatan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan

yang berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian.

3. Ibu Peni Susapti, S.Si., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga

4. Ibu Dra. Siti Farikhah, M. Pd yang sangat sabar dan teliti di dalam

membimbing skripsi penulis.

5. Kepala Sekolah MI Ulumuddin Ngargosoko Bapak Ahmad Maskur, S.Pd.I

yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian di MI Ulumuddin

Ngargosoko.

6. Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Ibu

(10)

x

7. Ibu dan Nenekku yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan

motivasi baik berupa material maupun spiritual.

8. Sahabat-sahabatku; kak asiah, Lina, Afi, Dania, Bunga, Mb Nucha, dll

9. Sahabat-sahabatku di Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi; Mb.Amik,

Atik, Muhaimin, Mb lely, dll

10.Teman-teman PGMI angkatan 2012

11.Teman-teman KKN posko Ds. Ngargosoko

12.Teman-teman PPL MI Kumpulrejo 2

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis, semoga menjadi

amal yang dapat diterima dan mendapatkan balasan yang layak dari Allah SWT.

Kritik dan saran akan senantiasa penulis terima sebagai perbaikan di masa

mendatang. Penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat

bagi para pembacanya

Salatiga,2 September 2016

(11)

xi ABSTRAK

Hidayati, Nur. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Materi Sifat Bangun Ruang Melalui Metode Example Non Example pada Siswa Kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skipsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci: Prestasi Belajar dan Example Non Example

Penelitian ini dilatar belakangi adanya kenyataan bahwa prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang masih tergolong rendah. Berdasarkan data dokumen guru dari 26 siswa hanya ada 9 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yang ditentukan sekolah yakni 65. Oleh karena itu diperlukan adanya pembaharuan dalam penerapan metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar materi bangun ruang siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko melalui metode Example Non Example. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dokumentasi, dan wawancara. Instrumen penelitian berupa soal tes dan lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan menghitung:(1) rata-rata nilai tes siswa setiap siklus, (2) persentase rata-rata ketuntasan belajar siswa setiap siklus, (3) Penilaian aktivitas guru dan siswa setiap siklus.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Definisi operasional ... 6

(13)

xiii

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 19

B. Pembelajaran Matematika 1. Matematika dan Karakteristik Umum Matematika ... 22

2. Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah ... 24

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 25

C. Hakikat Bangun Ruang 1. Bangun Ruang dan Unsur-unsurnya ... 27

2. Macam-macam Bangun Ruang ... 28

3. Sifat-sifat Bangun Ruang ... 29

D. Metode Example Non Example 1. Pengertian Metode Example Non Example... 34

2. Karakteristik Metode Example Non Example ... 35

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Example Non Example ... 35

4. Langkah Pembelajaran Metode Example Non Example ... 36

E. Kaitan Antara Pembelajaran Matematika dengan Metode Example Non Example ... 38

(14)

xiv

2. Waktu Penelitian ... 43

B. Deskripsi Penelitian Siklus I 1. Perencanaan (Planning) ... 43

2. Pelaksanaan (Action) ... 44

3. Pengamatan (Observing) ... 48

4. Refleksi (Reflection) ... 49

C. Deskripsi Penelitian Siklus II 1. Perencanaan (Planning) ... 50

2. Pelaksanaan (Action) ... 51

3. Pengamatan (Observing) ... 53

4. Refleksi (Reflection) ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pendahuluan ... 55

2. Siklus I ... 58

3. Refleksi Tindakan Siklus I ... 62

4. Siklus II ... 65

5. Refleksi Tindakan Siklus II ... 69

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pebatasan MI Ulumuddin ... 40

Tabel 3.2 Fasilitas sarana prasarana MI ... 41

Tabel 3.3 Data Guru MI Ulumuddin ... 41

Tabel 3.4 Daftar nama siswa kelas IV MI Ulumuddin ... 42

Tabel 4.1 Nilai pra siklus Pembelajaran Matematika Kelas V ... 55

Tabel 4.2 Presentase Nilai Pra Siklus ... 56

Tabel 4.3 Nilai tes siklus I Pembelajaran Matematika Kelas V ... 60

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penelitian ... 10

Gambar 2.1 Balok ... 30

Gambar 2.2 Kubus ... 30

Gambar 2.3 Prisma tegak Segitiga ... 31

Gambar 2.4 Limas Segitiga ... 32

Gambar 2.5 Limas Segiempat ... 32

Gambar 2.6 Tabung ... 33

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 76

2. Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 85

3. Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 100

4. Lampiran 4 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 104

5. Lampiran 5 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 108

6. Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus II... 111

7. Lampiran 7 Dokumentasi ... 114

8. Lampiran 8 SK Pembimbing ... 116

9. Lampiran 9 Permohonan Ijin Penelitian ... 117

10. Lampiran 10 SK telah melaksanakan Penelitian ... 118

11. Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi ... 119

12. Lampiran 12 SKK ... 120

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal,

tuntutan dunia pendidikan untuk mencetak generasi unggul semakin

diharapkan. Hanya sumber daya manusia yang aktif, kreatif dan kompetitiflah

yang nantinya akan sanggup menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia.

Salah satu hal yang wajib ditempuh yaitu melalui belajar. Menurut Morgan

dalam buku Suprijono (2011: 3) Learning is any permanent change in behavior that is a result of past experience (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Sriyanti

(2009: 17) belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan aspek kognitif. Proses yang berlangsung untuk memperoleh

perubahan tingkah laku tentunya tidak sebentar dan membutuhkan bantuan

pihak lain. Dalam hal inilah peran sekolah atau pendidikan formal sangat

penting, terutama pendidikan dasar. Secara umum pendidikan dasar dianggap

paling dominan keberhasilannya dalam mencetak karakter seorang anak sejak

dini. Untuk itu proses pembelajaran di sekolah harus berjalan sesuai tujuan

pendidikan.

Menurut Wingkel dalam buku Daryanto (2003: 386) pembelajaran

merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses

(19)

2

yang berperan terhadap rangkaian kejadian - kejadian internal yang

berlangsung didalam peserta didik. Pembelajaran di sekolah hendaknya

berlangsung secara efektf dan efisien guna tercapainya tujuan pembelajaran.

Akan tetapi terkadang terdapat kendala-kendala yang berkenaan dengan

pencapaian tujuan pembelajaran. Kendala tersebut dapat berasal dari guru,

siswa, materi, metode atau bahkan media. Kendala yang paling dominan yakni

berasal dari diri siswa dan mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran yang sering

ditakuti bahkan membuat siswa terbebani yaitu mata pelajaran matematika

Matematika menurut Ruseffendi dalam buku Heruman (2010: 1) adalah

bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif;

ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisir, mulai dari unsur yang

tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Siswa

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah umumnya masih berada pada fase berfikir

kongkret sehingga dalam perkembangan kognitif masih terikat pada objek yang

kongkret yang dapat di tangkap oleh pancaindra. Untuk itu hendaknya

matematika tidak hanya disajikan secara tekstual dalam buku teks saja akan

tetapi disajikan dalam bentuk yang menarik sehingga matematika tidak lagi

menjadi suatu hal yang menyeramkan bagi siswa Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Indun Novianti (2016) yang

merupakan guru Mata Pelajaran Matematika kelas V MI Ulumuddin

Ngargosoko Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang, hasil nilai matematika yang

(20)

3

Sedangkan rata-rata siswa kelas V hanya mendapatkan 63,80. Penyebab

rendahnya pemahaman siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko sangatlah

kompleks, diantaranya yaitu kegiatan pembelajaran dikelas kurang variatif,

hanya berpusat pada guru saja, salah satu penyebabnya karena guru kelas MI

ulumuddin sebagian besar adalah lulusan SMU, sehingga masih terbatas

pengetahuan tentang inovasi pembelajaran. Selain itu fasilitas yang dimiliki

sekolah kurang memadai, bahan ajar hanya sebatas pada LKS dan buku paket

hanya untuk pegangan guru. Siswa kurang bersemangat mengikuti

pembelajaran, keadaan udara yang cukup dingin di lereng gunung membuat

siswa malas untuk berangkat kesekolah. Disamping itu motivasi dari orang tua

jg sangat minim diberikan.

Inovasi dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupakan

salah satu solusi untuk menyajikan pelajaran matematika menjadi sesuatu yang

di cintai oleh siswa. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang aktif,

inovatif, dan kreatif tentutnya dibutuhkan pemikiran-pemikiran baru dari

seorang guru. Menurut Mulyasa ( 2011: 21) guru dituntut memahami berbagai

metode pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing Peserta didik secara

optimal. Sehingga diharapkan siswa dapat tertarik dan aktif dalam mengikuti

pelajaran yang dilakasanakan.

Untuk mengatasi permasalahan di MI Ulumuddin Ngargosoko tersebut

metode pembelajaran yang tepat dalam materi sifat bangun ruang adalah

(21)

4

dalam contoh-contoh gambar yang disajikan dibandingkan dengan

pembelajaran yang berpusat pada guru. Metode ini sangat cocok untuk

pembelajaran matematika karena membutuhkan kecermatan dan kerjasama

kelompok serta tanggung jawab masing-masing individu dalam memecahkan

masalah secara berkelompok. Penggunaan metode pembelajaran ini diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan suatu penelitian tindakan kelas : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS V MI ULUMUDDIN

NGARGOSOKO KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN

MAGELANG

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut :

Apakah penerapan metode pembelajaran Example – Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar materi sifat bangun ruang pada siswa kelas V MI

Ulumuddin Ngargosoko Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

(22)

5

melalui metode Example – Non Example pada siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis tindakan

Hipotesis penelitian ini adalah penerapan metode Example – Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar materi sifat bangun ruang pada siswa kelas V MI Ulumuddin Ngarogsoko Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Indikator keberhasilan

Penerapan metode Example – Non Example ini dapat dikatakan efektif apabila prestasi yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikatornya dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Secara individu :

Adanya peningkatan prestasi belajar matematika materi sifat bangun

ruang yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥ 65

b. Secara Klasikal :

Ketuntasan siswa secara klasikal dalam materi sifat bangun ruang

mencapai persentase nilai 85% siswa mencapai KKM.

(23)

6 E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diperoleh sebuah pengetahuan baru mengenai

pembelajaran matematika melalui metode Example – Non Example pada siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Adanya peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika

khususnya materi sifat bangun ruang melalui Metode Example – Non Example

b. Bagi guru

Diperoleh metode yang tepat untuk mempermudah penyampaian

materi sifat bangun ruang melalui metode Example – Non Example di kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Tahun Pelajaran 2015/2016.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan

kreatifitas dalam menentukan metode pembelajaran yang dilakukan

dalam penelitian.

F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran sekaligus pengertian agar tidak terjadi

kesalahan pemahaman terhadap judul di atas, maka perlu adanya definisi istilah

(24)

7 1. Prestasi Belajar

Pengertian Prestasi Belajar menurut Tu‟u (2004:75) adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru.

2. Materi Bangun Ruang

Dalam Ensiklopedia Matematika (2003:20) menyebutkan jika suatu

bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang, maka bangun itu disebut

bangun ruang. Bangun ruang dibentuk oleh daerah segi banyak yang disebut

sisi.

3. Metode Example – Non Example

Menurut Huda (2014 : 234) Example – Non Example merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk

menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan menurut Hamdani (2011: 96)

metode Example - Non Example adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang

relevan dengan KD.

Dari beberapa sumber diatas dapat di disimpulkan bahwa metode

Example- Non Example sangat relevan digunakan untuk mengajarkan sifat bangun ruang karena dalam metode tersebut siswa lebih kritis dalam

menganalisis contoh/gambar sehingga pengetahuan yang didapat berasal

(25)

8 G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Sumadayo (2013:21)Penelitian Tindakan kelas dalam bahasa

inggris diartikan denga Classroom Actiom Research, disingkat CAR. Namanya sendiri merujuk pada tiga kata yang membentuk pengertian

tersebut.

Penelitian - kegiatan mengamati objek, menggunakan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi.

Tindakan Sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian

siklus kegiatan.

Kelas – Sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas. PTK ini digunakan untuk meneliti seluruh kegiatan

di dalam kelas. Ada empat tahap yang perlu di perhatikan dalam

pelaksanaan PTK yaitu :

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupaka proses yang dilakukan untuk mengurangi

(26)

9

pelaksanaannya memiliki panduan dan dapat terarah. Adapun kegiatan

yang akan dilakukan adalah :

1) Menyiapkan silabus pembelajaran

2) Menyiapkan materi

3) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP

4) Menyiapkan lembar soal atau Postest

5) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui

keadaan proses pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tindakan adalah sesuatu pelaksanaan atas rencana yang telah

disiapkan. Pada saat tindakan dilaksanakan, dilakukan observasi

terhadap proses pembelajaran untuk mengetahui perubahan yang

terjadi akibat dari tindakan yang dilakukan.

c. Pengamatan (observing)

Dalam tahap pengamatan, peneliti mengamati proses

pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan guna mengetahui

sejauh mana keberhasilan metode yang digunakan dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan usaha untuk memahami data yang diperoleh

guna mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.Adapun

(27)

10

Gambar 1. 1 Siklus Penelitian

(Suyadi, 2010:50)

2. Subjek Penelitian a. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ulumuddin

Ngargosoko Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang yang berjumlah 26 orang

terdiri dari 14 peserta didik putra dan 12 peserta didik putri. Peserta didik

kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko dipilih karena perlu adanya

pembaharuan dalam metode pengajaran sehingga proses pembelajaran

berlangsung secara maksimal dan mendapatkan prestasi yang

memuaskan.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan

observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(28)

11 a. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data

tentang profil sekolah, sarana dan prasarana, alat atau media yang

digunakan dan lain sebagainya yang dianggap perlu dan penting

dalam penelitian ini.

c. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan atau informasi

yang lebih rinci untuk melengkapi data hasil observasi. Sifat dari teknik

pengumpulan data yang berupa wawancara yaitu berupa metode

penunjang dalam terlaksananya penelitian.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Lembar Observasi

1) Lembar Observasi bagi guru, digunakan untuk mengamati kegiatan

guru, karena melalui lembar observasi akan lebih mudah memperoleh

data-data yang dijadikan sebagai bahan penelitian

2) Lembar observasi bagi peserta didik, digunakan untuk mengamati

kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Proses kegiatan siswa

(29)

12

yang diperoleh siswa, sehingga dalam hal ini peneliti menggunakan

lembar pengamatan diskusi.

b. Soal tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memperoleh data atau keterangan yang diinginkan tentang pengetahuan

seseorang, dengan cara yang boleh dikatan tepat dan cepat.

c. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan cakupan kompetensi yang harus

dikuasai oleh peserta didik

d. Silabus

Silabus digunakan sebagai panduan guru dalam membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman guru

dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat mencapai

tujuan yang diinginkan

5. Analisis data a. Data Kuantitatif

Tahap penelitian yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis

tindakan keberhasilan atau keberhasilan siswa dengan cara memberikan

evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap siswa setiap akhir pertemuan.

Hasil penelitian akan dianalisis untuk membuktikan hipotesis dengan cara

(30)

13

1) Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan penghitungan

dengan rumus:

M=

Keterangan:

M = Nilai rata-rata

∑x = Jumlah semua nilai kelas

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 302)

2) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa, digunakan

rumus sebagai berikut:

P = × 100%

Keterangan:

P = Jumlah nilai dalam persen

F = Frekuensi

N = Jumlah nilai keseluruhan (Djamarah,2005: 264-265)

Persentase nilai ketuntasan siswa secara klasikal mendapatkan 85% siswa

mencapai nilai KKM

b. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dapat berupa informasi berbentuk kalimatyang

memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman

terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa

terhadap metode pembelajaran (afektif), aktifitas siswa mengikuti

(31)

14

sebagainya. Analisis data kuantitatif didapat dari lembar observasi dan

wawancara yang dilakukan selama penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Adapun isi dan sistematika skripsi hasil penelitian tindakan kelas ini

terdiri atas lima bab yang saling berkaitan dan dapat di jelaskan sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan mencakup: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan indikator

keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode

penelitian yang meliputi: rancangan penelitian, subyek

penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,

analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian pustaka memuat tentang peningkatan prestasi belajar, yang

meliputi: 1. Definisi prestasi belajar, faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, 2. Bangun Ruang yang meliputi :

pengertian bangun Ruang, macam-macam bangun ruang,

sifat-sifat bangun ruang 3. Pembelajaran Matematika meliputi:

Matematika dan karakteristik umum matematika, hakikat

pembelajaran matematika di sekolah serta tujuan pembelajaran

(32)

15

kelemahan metode Example- Non Example Langkah-langkah metode Example- Non Example,

BAB III : Pelaksanaan penelitian meliputi: subyek penelitian, diskripsi

pelaksanaan siklus I (perencanaan, pelaksananaan, pengamatan

atau pengumpulan data, dan refleksi), diskripsi pelaksanaan

siklus II dan seterusnya.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup deskripsi per

siklus (data hasil observasi, refleksi keberhasilan dan kegagalan).

(33)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum membahas tentang pengertian prestasi belajar, akan

dipaparkan terlebih dahulu mengenai beberapa pengertian prestasi dan

pengertian belajar. Dalam buku Hamdani (2011: 137) ada beberapa

pendapat yang menjelaskan tentang pengertian prestasi. Diantaranya

menurut W.J.S Purwadarminta prestasi adalah hasil yang telah dicapai

(dilakukanm dikerjakan, dan sebagainya). Selain itu Harahap memberi

batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan

dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran

yang disajikan kepada mereka serta nilai- nilai yang terdapat dalam

kurikulum. Depdiknas dalam Yoni (2012: 158) menyebutkan bahwa prestasi

adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau

dikerjakan.

Di dalam buku Agus Suprijono (2011: 2) beberapa ahli menyebutkan

(34)

17

(Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil

dari pengalaman). Sedangkan Burton(1962) dikutip dari Basleman dan

Syamsu(2011: 7) menjelaskan Learning ia a change in the individual, due to interaction of that individual and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment(Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi

kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan linglkungannya

secara memadai). Karena begitu pentingnya belajar dalam ajaran agama

islam Allah SWT sampai mewajibkan kita untuk belajar/menuntut ilmu.

Seperti Firman Allah dalam surat Al Mujadalah ayat 11: (Depag, 2007: 793)



"Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah

kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu,

maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang

(35)

18

Serta dalam surat At Taubah ayat 122 yang berbunyi: (Depag, 2007: 277)

kemedan perang, mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi untuk

memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka

dapat menjaga dirinya "

Setelah mengetahui definisi dari setiap kata maka selanjutnya penulis

akan memaparkan definisi dari prestasi belajar. Dikutip dari buku Hamdani

(2011:138) Arif Gunarso mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah

usaha maksimal yang dicapai oleh sesorang setelah melaksanakan

usaha-usaha belajar. Menurut Tu‟u (2004: 75) Prestasi Belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru.Sedangkan Gagne menambahkan dalam buku hamdani (2011:138)

menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu

kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan

(36)

19

Setelah menelusuri uraian di atas, dapat dipahami bahwa makna dari

kata prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas.

Adapun belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam

diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil yang sicapai siswa setelah siswa

melakukan kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam

pengetahuan,pemahaman, ketrampilan, dan sikap siswa.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal)

maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Ahmadi dalam bukunya

yang berjudul Psikologi belajar (2004: 138) menguraikan masing-masing

daktor tersebut. Yang tergolong faktor internal adalah :

a. Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

bdiperoleh. Nyang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

Kecerdasan adalah Kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

(37)

20

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. (Susanto,

2013: 16)

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki

c. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti:

1) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

(Suprijono, 2011: 6)

2) Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan

untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus

menerus.(Hamdani,2011: 140)

3) Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.(Hamdani, 2011: 142)

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

a. Faktor lingkungan sosial yang terdiri natas:

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena

dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan

pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam

keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai pelatak dasar bagi

(38)

21

orang tua hendaknya menyadari betapa pentingnya memberikan

fasilitas pendidikan yang pertama dalam keluarga.

2) Lingkungan sekolah

Sekolah bmerupakan lembaga pendidikan formal pertamayang

sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.

Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong

siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara

penyajian, hubungan guru dengan siswa, alat pembelajaran dan

kurikulum. Keadaan sekolah yang baik akan mempengaruhi

prestasi belajar anak didik.

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat membentuk kepribadian seorang

peserta didik, hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari

anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia

berada. Seorang anak juga akan selalu menyesuaikan dirinya

dengan kebiasaan-kebiasaan dilingkungannya.

b. Faktor lingkungan non sosial

Faktor lingkungan non sosial dapat berupa fasilitas di rumah, fasilitas

di sekolah, cuaca dan iklim, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan lain

sebagainya. Menurut slameto dalam hamdani (2011: 143) faktor

lingkungan non sosial pada umumnya bersifat positif dan tidak

(39)

22 B. Pembelajaran Matematika

1. Matematika dan Karakteristik Umum Matematika

Dalam ensiklopedia matematika banyak pakar yang mengemukakan

pengertian matematika, diantaranya James (1976) menurutnya matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut

Reys (1984) matematika adalah telaah tentang pola pikir, suatu seni, suatu

bahasa, dan sebuah alat. Kelompok Matematikawan juga berpendapat

bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu

sendiri. Depdiknas dalam (Susanto, 2014: 185) kata matematika berasal dari

bahasa latin mathein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskude atau

ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika

memiliki bahasa atau aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang

jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat.

Dengan demikian matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang berkaitan

dengan penalaran, pola pikir yang jelas dan sistematis yang dipresentasikan

dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada

yang tak lepas dari aktvitas insani. Dengan kata lain matematika sangat erat

hubungannya dengan kehidupan. Seluruh permasalahan selalu

membutuhkan pemecahan yang berupa penalaran yang cermat dan

sistematis, sehingga mau tidak mau kita tidak dapat berpaling dari

(40)

23

Berdasarkan uraian tersebut terdapat karakteristik matematika secara

umum yang dikutip dari Sumardyono (2004: 30-46) adalah sebagai berikut:

a. Memiliki Objek kajian yang abstrak

Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun

tidak setiap yang abstrak adalah matematika. Sementara sebagian

matematikawan menganggap objek matematika itu kongkret dalam

pikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika secara

tepat sebagai objek mental atau pikiran.

b. Bertumpu Pada Kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah dalam matematika merupakan kesepakatan

atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang

disepakati dalam matematika, maka pembahasan selanjutnya akan

menjadi mudaj dilakukan dan dikomunikasikan.

c. Berpola Pikir Deduktif

Dalam matematika hanya diterima pola pikri yang bersifat deduktif.

Pola pikri deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan

kepada hal-hal yang bersifat khusus.

(41)

24

Dalam matematika, terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk

dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada

sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas

satu dengan lainnya.

e. Memiliki Simbol yang Kosong Arti

Di dalam matematika, banyak sekali simbol baik yang berupa huruf

latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya.

Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang biasa

disebut model matematika. Model matematika dapat berupa

persamaan pertidaksamaa fungsi maupun berupa gambar seperti

bangun geometrik, grafik, maupun diagram.

2. Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD/MI, diharapkan terjadi

reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.

Walaupuin penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang

yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD/MI penemuan

tersebut merupakan sesuatu hal nyang baru.

Bruner (Heruman,2010:4) dalam metode penemuannya

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus

menemukan sendiri bahwa berbagai pengetahuan yang diperlukannya.

(42)

25

dapat juga menemukan sama sekali yang baru (invention) . Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperolleh pengetahuan dengan suatu

cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa merangsang

keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka.

Sehubungan dengan karakteristik umum matematika yang telah

dipaparkan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah

harus memperhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Ada sedikit

perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan matematika sekolah.

Perbedaan itu dalam hal:

a. Penyajian

Penyajian matematika disekolah tidak harus diawali dengan teorema

maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan

intelektual siswa.

b. Pola Pikir

Pembelajaran matematika di sekolah dapat menggunakan pola pikir

deduktif maupun induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik

bahasan dan tingkat intelektual siswa.

c. Semesta Pembicaraan

Matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga

menyesuaikan tingkat kekompleksan semestanya. Semakin meningkat

tahap perkembangan intelektual siswa semesta matematikanya pun

semakin diperluas.

(43)

26

Di SD dimungkinkan untuk mengkongkretkan objek-objek

matematika agar siswa lebih memahami pelajaran. Namun, semakin

tinggi jengjang sekolah, semakin diperjelas tingkat keabstrakannya.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar

Secara umum tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah

agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut

Depdiknas dalam Susanto (2014: 189) kompetensi atau kemampuan umum

pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan

pecahan.

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun

sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.

c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

d. Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antarsatuan, dan

penaksiran pengukuran

e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran

tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan

menyajikannya.

Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan

gagasan secara matematika.

(44)

27 1. Bangun Ruang dan Unsur-unsurnya

Menurut Agus Suharjana (2008: 5), bangun ruang adalah

bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat

pada seluruh permukaan bangun tersebut. Permukaan bangun itu

disebut sisi. Dalam Tim Matematika (2007: 133), unsur-unsur bangun

ruang terdiri atas sisi, rusuk, dan titik sudut.

a. Sisi, yaitu bidang yang membentuk suatu bangun ruang. Bidang

tersebut bisa berupa bidang datar ataupun bidang lengkung

(selimut).

b. Rusuk, yaitu garis yang merupakan pertemuan antara 2 buah sisi.

Garis tersebut bisa berupa garis lurus ataupun garis lengkung.

c. Titik sudut, yaitu titik yang merupakan pertemuan 2 buah

rusuk atau lebih.

Sementara itu pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut dalam

Agus Suharjana (2008: 15) didefinisikan sebagai berikut.

a. Sisi adalah daerah atau bidang yang membatasi bangun ruang.

b. Rusuk adalah sisi-sisi bangun ruang yang bertemu pada satu garis.

c. Titik sudut adalah tiga atau lebih rusuk suatu bangun ruang

yang bertemu pada suatu titik

2. Macam-macam Bangun Ruang

Macam-macam bangun ruang dan definisinya menurut Agus

(45)

28 a. Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah bidang

sisi yang masing-masing berbentuk persegi panjang yang setiap

sepasang-sepasang sejajar dan sama ukurannya.

b. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah bidang sisi

berbentuk persegi dengan ukuran yang sama.

c. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 2 buah bidang sisi

yang sejajar (bidang atas dan bidang bawah) dan beberapa buah

bidang lain yang saling berpotongan menurut garis-garis yang

sejajar. Jika rusuk tegak atau sisi samping sebuah prisma tegak

lurus (membentuk) sudut siku-siku terhadap bidang alas, maka

prisma tersebut dinamakan prisma tegak. (Tim Matematika, 2007:

132)

d. Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah daerah

segi banyak (segi-n) dan beberapa (n) daerah segitiga yang

mempunyai satu titik persekutuan. Daerah segi banyak (segi-n)

menjadi alasnya dan segitiga-segitiga menjadi sisi tegaknya,

(46)

29

Semua rusuk tegak bertemu di titik sudut yang disebut pula

titik puncak karena proyeksi dari titik tersebut tegak lurus dengan

alas.Limas dinamai sesuai dengan bentuk bidang alasnya (segi-n).

e. Tabung

Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah

lingkaran yang sejajar dan sama ukurannya serta sebuah bidang

lengkung.

f. Kerucut

Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah

lingkaran dan sebuah bidang lengkung. Kerucut merupakan

limas yang alasnya berbentuk lingkaran.

3. Sifat – Sifat Bangun Ruang

Setiap bangun ruang memiliki karakteristik masing-masing. Sukino

(2012: 347-349) menjelaskan sifat-sifat bangun ruang tersebut sebagai

berikut:

a. Balok

(47)

30 Sifat Balok:

1) Memiliki 6 buah sisi, sisi-sisinya yang berhadapan/sejajar sama

besar. Sisi ABCD = EFGH, sisi BCGF = ADHE, dan sisi ABFE

= CDHG.

2) Memiliki 12 rusuk, rusuk-rusuknya yang berhadapan/sejajar

sama panjang. Rusuk AB = EF = DC = HG, rusuk EA = FB =

GC = HD, dan rusuk AD = BC = EH = FG.

3) Mempunyai 3 pasang sisi berhadapan yang sama dan sebangun

(kongruen). Sisi ABCD=EFGH sisi ABFE=DCGH, sisi

BCGF=ADHE

4) Mempumyai 8 titik sudut yaitu A, B, C, D, E, F, G, H, I

b. Kubus

Gambar 2.2 Kubus (Sukino, 2012: 348)

Sifat-sifat kubus:

1) Memiliki 6 buah sisi yang sama besar. Sisi ABCD, EFGH,

BCGF, ADHE, ABFE, dan CDHG.

2) Memiliki 12 rusuk yang sama panjang. Rusuk AB, DC, EF,

(48)

31

3) Memiliki 8 titik sudut. Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H.

c. Prisma Tegak Segitiga

Gambar 2.3 Prisma Segitiga (Sukino, 2012: 348)

Sifat-sifat:

1) Memiliki 5 buah sisi. Sisi ABC dan DEF sebagai sisi alas

dan sisi atas. Keduanya berbentuk segitiga. Sisi ABDE,

BCEF, dan ACDF sebagai sisi tegak. Ketiganya berbentuk

persegi panjang.

2) Memiliki 9 rusuk. Rusuk AB, BC, AC, DE, EF, DF, DA, EB,

dan FC.

3) Memiliki 6 titik sudut. Titik sudut A, B, C, D, E, dan F.

d. Limas Segitiga

(49)

32 Sifat-sifat:

1) Memiliki 4 buah sisi berbentuk segitiga. Sisi ABC sebagai sisi

alas. Sisi ABD, BCD, dan ACD sebagai sisi tegak.

2) Memiliki 6 rusuk. Rusuk AB, BC, AC, BD, dan AD.

3) Memiliki 4 titik sudut. Titik sudut A, B, C, dan D.

e. Limas Segiempat

Gambar 2.5

Sifat-sifat:

1) Memiliki 5 buah sisi. Sisi ABCD sebagai sisi alas yang

berbentuk segiempat. Sisi ABE, BDE, CDE, dan ADE

sebagai sisi tegak. Keempatnya berbentuk segitiga.

2) Memiliki 8 rusuk. Rusuk AB, BC, CD, AD, AE, CE, BE, dan

DE.

3) Memiliki 5 titik sudut. Titik sudut A, B, C, D, dan E.

(50)

33

Gambar 2.6 Tabung (Sukino, 2012:348)

Sifat-sifat:

1) Memiliki 3 sisi. Sisi alas dan sisi atas berbentuk lingkaran yang

sejajar dan sama ukurannya. Memiliki sisi lengkung

berbentuk persegi panjang yang disebut selimut tabung.

2) Memiliki 2 rusuk, berbentuk lingkaran.

3) Tidak memiliki titik sudut karena rusuk-rusuknya tidak

saling bertemu.

4) Memiliki tinggi, yaitu jarak antara sisi alas dan sisi atas tabung

g. Kerucut

Gambar 2.7 Kerucut (Sukino, 2012: 348)

Sifat-sifat:

1) Memiliki 2 sisi, yaitu sisi alas yang berbentuk lingkaran dan

sisi lengkung sebagai selimut kerucut.

(51)

34

3) Tidak memiliki titik sudut dan juga tidak memiliki sisi

atas. Namun pada bagian atas kerucut terdapat titik puncak

yang merupakan pertemuan selimutnya.

4) Jarak titik puncak ke sisi alas kerucut disebut tinggi kerucut.

D. Metode Example Non Example

1. Pengertian Metode Example Non Example

Menurut Hamdani (2011: 94) metode Example Non Example adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Sedangkan

Hamdayama (2014: 97) berpendapat bahwa metode Example Non Example merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Example Non Example adalah sebuah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.

Huda (2014: 234) berpendapat juga bahwa metode Example Non Example merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi.

Metode Example Non Example ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan

yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan

media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut

untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah

gambar. Dengan demikian metode ini mengajarkan siswa dalam belajar

memahami dan menganalisis sebuah konsep.

(52)

35

Metode Example Non Example membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya peserta didik. Proses

pembelajaran cenderung berpusat pada siswa, sehingga guru hanya

berperan sebagai fasilitator saja. Menurut Buehl (1996) dikutip dalam

buku Huda (2014: 235) Example Non Example melibatkan siswa untuk:

a. Menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pemahaman sebuah

konsep dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.

b. Melakukan prosesdiscovery (penemuan), yang mendorong mereka

membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung

terhadap contooh-contoh yang mereka pelajari.

c. Mengeksplorasi karakteristik suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian

example.

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Example Non Example

Berikut kelebihan dan kelemahan dari metode Example Non Example yaitu:

Kelebihan metode ini :

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar

b. Siswa mengetahui aplikadi dari materi berupa contoh gambar

c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

(53)

36

a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

b. Memakan waktu yang lama.

4. Langkah Pembelajaran Metode Example Non Example

Suprijono (2011: 125) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dalam

metode Example Non Example adalah:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran

b. Guru menempelkan gambar pada papan atau ditayangkan melalui

OHP

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa hasil diskusi dari

analisagambar tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil

diskusinya.

f. Mulai Komentar/hasil diskusi siswa,guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang inin dicapai.

g. Kesimpulan

Langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Example Non Example yang dijelaskan oleh suprijono diatas sama persis dengan langkah pembelajaran metode Example Non Example yang di paparkan oleh Slavin (1994) hanya saja suprijono mendetailkan

(54)

37

Hamdayama (2014:100) terdapat modifikasi dalam langkah

pembelajaran menggunakan metode Example Non Example. Berikut adalah penjelasannya:

5. Modifikasi Metode Pembelajaran Example Non Example a. Guru menulis topik pembelajaran

b. Guru menulis tujuan pembelajaran

c. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok

(masing-masing kelompok beranggotakan 6-7 orang)

d. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkan

melalui LCD/OHP

e. Guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk membuat

rangkuman masing-masing gambar yang telah ditunjukkan guru

melalui LCD

f. Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil

rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga/

penanya.

g. Guru memberi penguatan dari hasil diskusi

Penggunaan metode Example Non Example dalam pembelajaran dapat dengan menggunakan langkah pembelajaran menurut Slavin dan

Suprijono atau dapat juga menggunakan modifikasi barunya. Hal ini

tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam menyampaikan

(55)

38

E. Kaitan Antara Pembelajaran Matematika Dengan Metode Example Non Example

Penerapan metode Example Non Example dalam pembelajaran matematika memang tidak perlu dipertimbangkan lagi manfaatnya.

Masalahnya, bahwa metode Example Non Example memiliki karakteristik yang juga dimiliki oleh pembelajaran matematika. Salah satunya yaitu

metode Example Non Example bersifat discovery artinya pembelajaran menggunakan metode ini menuntut siswa untuk menemukan sendiri

pengalaman belajarnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

senantiasa melekat pada ingatan peserta didik. Demikian pula pembelajaran

matematika, Bruner (Heruman, 2010: 4) dalam metode penemuannya

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus

menemukan sendiri bahwa berbagai pengetahuan yang diperlukannya.

„menemukan‟ di sini terutama adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau

dapat juga menemukan sama sekali yang baru (invention). Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperolleh pengetahuan dengan suatu

cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa merangsang

keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka.

Selain itu banyak keuntungan yang di dapat dalam pembelajaran

matematika menggunakan metode Example Non Example ini. Hal ini ditunjukkan oleh Hamdayama dalam bukunya Model dan Metode

Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (2014: 101) beliau menjelaskan ada

(56)

39

a. Siswa berangkat dari satu definisi, yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan

lebih kompleks

b. Siswa terlibat dalam proses discovery, yang mendorong mereka menggabungkan konsep secara progresif lewat pengalaman dari

metode Example Non Example

c. Siswa diberi suatu yang berlawanan untuk mengeksporasikan karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian

non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan

(57)

40 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Ulumuddin Ngargosoko

Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Pada bagian ini, penulis

akan memaparkan lokasi pelaksanaan penelitian, karakteristik siswa serta

kompetensi tenaga pendidik yang dimiliki yang nantinya informasi

tersebut akan memberikan penguatan pada analisis data yang akan

dilakukan. Secara garis besar informasi mengenai subjek penelitian

tersebut sebagai berikut:

a. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : MI Ulumuddin Ngargosoko

Alamat : Desa Ngargosoko, Kecamatan Kaliangkrik,

Kabupaten Magelang

Status : MI Ma‟arif/ Swasta

Akreditasi : Terakreditasi C

Berikut adalah tabel perbatasan MI Ulumuddin Ngargosoko:

Tabel 3.1 Perbatasan MI Ulumuddin Ngargosoko

No. Arah Batas

(58)

41

4. Sebelah Utara Jalan Ds.Ngargosoko

b. Fasilitas Sarana dan Prasarana

Tabel 3.2 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Ulumuddin Ngargosoko

No. Nama Jumlah Kondisi

Tabel 3.3 Data Guru dan Staff MI Ulumuddin Ngargosoko

NO. NAMA Status

1. Ahmad Maskur, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan 2. Tafkhirul Akhlaq, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan 3. Milatul Makmuroh, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan

4. Suryani Guru Tetap Yayasan

5. Heri Sulistyo Guru Tetap Yayasan

6. Indun Novianti Guru Tetap Yayasan

7. Lari Slamet Guru Tetap Yayasan

d. Karakteristik Siswa Kelas V

Siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko berjumlah 26 Siswa yang

terdiri dari 14 putra dan 12 putri. Dalam Kegiatan wawancara

(59)

42

beberapa informasi mengenai karakteristik siswa sebagai subjek

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Usia rata-rata siswa adalah 10 tahun, kebanyakan dari siswa tidak

menempuh pendidikan kanak-kanak.

2) Kemampuan siswa rata-rata sedang. Kebanyakan siswa malu

bertanya, sehingga setiap hari pembelajaran yang dilakukan

memang cenderung teacher centered. Semua siswa barasal dari

desa sekitar Ngargosoko.

3) Latar belakang pendidikan orang tua siswa sebagian besar

berpendidikan rendah bahkan ada yang tidak pernah bersekolah.

4) Sebagian besar orang tua memang tidak memberikan perhatian

mengenai pendidikan anak-anaknya, sehingga tidak heran jika

sering ada anak yang tidak membawa buku dan tidak

mengerjakan tugas.

Nama-nama siswa tersebut antara lain:

Tabel 3.4

Daftar nama siswa kelas V MI Ulumuddin Ngargosoko Tahun 2015/2016

(60)

43

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian Menggunakan

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran matematika

materi sifat bangun ruang. Waktu penelitian adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan penelitian siklus I : Senin, 12 Mei 2016

b. Kegiatan penelitian siklus II : Rabu, 14 Mei 2016

(61)

44 B. Deskripsi Penelitian Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan yang akan

dilaksanakan, yaitu:

a. Mempersiapkan Silabus Pembelajaran dan menyusun RPP yang

kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru

kelas V MI Ulumuddin Ngargosok. RPP digunakan oleh guru

sebagai acuan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Adapun Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar serta indikator

dalam siklus ini adalah:

1) Standar Kompetensi :

Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta

hubungan antarbangun.

2) Kompetensi Dasar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

3) Indikator :

6.2.1 Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang prisma tegak

secara umum.

6.2.2 Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang limas secara

(62)

45

6.2.3 Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang Tabung secara

umum.

6.2.4 Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kerucut secara

umum.

b. Menyiapkan materi dan media yang dibutuhkan. Materi diambil dari beberapa buku yang relevan dengan pembelajaran matematika sifat

bangun ruang. Media pembelajaran dalam metode Example Non Example adalah berupa gambar. Gambar terdiri dari 2 jenis yaitu gambar Example dan gambar Non Example.

c. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan yang digunakan untuk

mengetahui proses pembelajaran sifat bangun ruang menggunaka

metode Exampel Non Example.

d. Menyusun soal tes untuk siswa. Soal tes diberikan pada akhir

pembelajaran setiap pertemuannya. Soal disusun oleh peneliti

dengan pertimbangan guru kelas.

e. Mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas guru

dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan (Action)

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan pembelajaran

(63)

46

matematika. Selama pembelajaran berlangsung, guru mengajar

berdasarkan RPP yang telah disusun. Sementara itu, peneliti

melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat

proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Data hasil

pelaksanaan tindakan diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas guru

dan siswa serta dari hasil tes prestasi belajar siswa setelah proses

belajar mengajar berlangsung. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan

bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan serta

sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pada siklus I,

pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama.

2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat

duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

3) Guru menyapa peserta didik dengan menanyakan kabar.

4) Apersepsi : Guru menanyakan bentuk-bentuk benda yang ada

disekitar kelas.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1) Guru meminta siswa untuk mengamati gambar bangun ruang

(64)

47

2) Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang sifat-sifat

bangun ruang yang ada di dalam gambar.

3) Guru memberikan penjelasan mengenai sifat bangun ruang yang

di tempel di papan.

4) Guru bersama siswa menyebutkan sifat bangun ruang yang

ditempel di papan.

Elaborasi

1) Guru Membentuk siswa kedalam beberapa kelompok (tiap

kelompok beranggotakan 4 orang).

2) Guru memberikan gambar bangun ruang yang berbeda kepada

tiap kelompok.

3) Guru meminta setiap kelompok untuk menganalisis sifat bangun

ruang dari gambar yang diterima Berdasarkan dari gambar

contoh yang telah ditempel dan yang telah dianalisi bersama

guru.

4) Guru memberi pengarahan kepada setiap kelompok untuk

mencatat hasil diskusi.

5) Setiap kelompok diminta untuk membacakan hasil diskusi

didepan kelas.

6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan

komentar dari hasil pekerjaan kelompok lain.

Konfirmasi

(65)

48

2) Guru memeriksa pemahaman siswa dengan memberikan soal

yang dikerjakan secara individu.

3) Guru bersama siswa meluruskan pemahaman dengan bertanya

jawab.

4) Guru memberikan penguatan dari apa yang dipelajari.

c. Kegiatan Penutup

1) Guru memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.

2) Guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang.

3) Guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah bersama

dan mengucapkan salam.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai

upaya untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran sifat bangun ruang dengan menggunakan metode

Example Non Example. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap semua proses

tindakan, hasil tindakan, situasi tindakan, dan kendala-kendala

tindakan. Peneliti juga mengukur hasil pembelajaran dengan

memberikan soal tes untuk siswa yang dikerjakan secara kelompok

dan individu setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hasil dari

kedua instrumen tersebut dimasukkan ke dalam data sebagai bahan

(66)

49 4. Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data

yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari

lembar observasi mengenai hasil pengamatan aktivitas guru dan

siswa serta data yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar bangun

ruang baik itu berupa kekurangan maupun ketercapaian dalam

pembelajaran.

Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan

maupun kelebihan-kelebihan yang terjadi selama pembelajaran.

Refleksi merupakan kegiatan diskusi antara guru dengan peneliti.

Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari

tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I, dapat ditentukan

rencana yang akan dilakukan pada siklus II.

C. Deskripsi Siklus II

Pada tahap siklus II, peneliti merencanakan tindakan siklus II hampir

sama dengan perencanaan pada siklus I. Kendala-kendala yang dihadapi

pada pelaksanaan tindakan siklus I di upayakan untuk diperbaiki sesuai

dengan refleksi pada siklus I. Perencanaan yang akan dilaksanakan adalah

sebagai berikut :

(67)

50

sebagai acuan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Adapun

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar serta indikator dalam siklus

ini adalah:

1) Standar Kompetensi :

Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta

hubungan antarbangun.

2) Kompetensi Dasar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

6.3 Menggambar bangun Ruang

3) Indikator :

6.2.5 Menyebutkan semua sisi, titik sudut, dan semua rusuk

bangun ruang prisma tegak dengan huruf.

6.2.6 Menyebutkan semua sisi, titik sudut, dan semua rusuk

bangun ruang limas dengan huruf.

6.3.1 Menggambar bangun ruang berdasarkan sifat-sifatnya.

b. Menyiapkan materi dan media yang dibutuhkan dalam siklus II.

Materi diambil dari beberapa buku yang relevan dengan

Gambar

Gambar  1. 1 Siklus Penelitian
Gambar 2.1 Balok (Sukino, 2012: 347)
Gambar 2.5 Sifat-sifat:
Tabel 3.3 Data Guru dan Staff MI Ulumuddin Ngargosoko
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contoh tas dan plastik/mika nametag dapat dilihat di Kantor BPS Provinsi Jawa Tengah Jl. BAB XIII Daftar Kuantitas dan Harga

Hasil yang terdapat dari penelitian tersebut adalah rerata peningkatan indeks plak (IP), dan perdarahan pada probing (PPP) secara signifikan lebih tinggi di

[r]

Two hierarchical multiple regression analyses were performed for each cohort, middle school and high school students, to assess the relation between RVB and guilt after controlling

Setiap perusahaan selalu berkeinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen melalui barang dan jasa yang di produksinya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Pada pengujian kedua dan ketiga material resin serbuk baja yang diuji dengan kecepatan yang lebih tinggi akan lebih cepat mengalami peningkatan temperatur yang semakin memperkeras

Tegangan di serat atas yaitu 0 mPa lebih kecil dari tegangan ijin pada waktu servis yaitu 3.54

Dalam penelitian ini penulis mencoba membuat aplikasi pembelajaran yang berisikan pengetahuan dasar tentang huruf hijaiyah dsertai dengan animasi, audio dan keterangan cara