• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Kasus pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Taruna Sejahtera) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Kasus pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Taruna Sejahtera) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN

KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP

KOMITMEN ORGANISASI

(Studi Kasus pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

Taruna Sejahtera)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syari’ah

Oleh

EKA SULISTIYOWATI

NIM : 21310040

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI

AH S1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)

ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN

KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP

KOMITMEN ORGANISASI

(Studi Kasus pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

Taruna Sejahtera)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

Syari’ah

Oleh

EKA SULISTIYOWATI

NIM : 21310040

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI

AH S1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:

Nama : Eka Sulistiyowati

NIM : 21310040

Jurusan : Syari‟ah

Program Studi : PerbankanSyari‟ah S1

Judul : ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Kasus pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Taruna Sejahtera).

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, Nopember 2014 Pembimbing

(5)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. TentaraPelajar 02 Telp.323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI

(Studi Kasus pada Baitul Maal WaTamwil (BMT) Taruna Sejahtera)

DISUSUN OLEH: EKA SULISTIYOWATI

NIM : 21310040

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 25

November 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Ekonomi Syariah

Susuna Panitia Penguji Ketua Penguji : Benny Ridwan, M. Hum Sekretaris Penguji : Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si. Penguji I : Fetria Eka Yudiana, M.S.,

Penguji II : Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc, M.Si Penguji III : Nafis Irkhami, M. Ag.

Salatiga, Nopember2014 Ketua STAIN Salatiga

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. TentaraPelajar 02 Telp.323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

ِِمْي ِحَّرلاِنَمْحَّرلاِهللاِمْسِب

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Eka Sulistiyowati

NIM : 21310040

Jurusan : Syari‟ah

Program Studi : Perbankan Syari‟ah S1

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Nopember 2014 Yang menyatakan,

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kebanggaan terbesar dalam hidup adalah bila kita

berhasil melakukan apa yang menurut orang lain tidak

bisa kita lakukan.

Manusia terbaik adalah manusia beriman dan berilmu,

jika diperlukan dia berguna, jika tidak diperlukan dia

dapat mengurus dirinya sendiri.

Sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi

manusia yang lainnya.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan

kepada :

Allah SWT yang telah memberikan

kelancaran dalam melakukan penulisan

skripsi ini.

Ayahanda tercinta Sulih dan Ibunda

(8)

yang mendu

kung serta do‟a yang tiada

henti.

Adikku tersayang Ahmad Rifai yang

selalu membantuku dalam segala hal.

Calon suamiku Doni, terima kasih atas

kasih

sayang,

dukungan,

doa,

perhatian, dan pengertiannya.

Sahabat-sahabat tercinta Nunung, Dwi,

(9)

KATA PENGANTAR

ِِمْي ِحَّرلاِنَمْحَّرلاِهللاِمْسِب

Alhamdulillahi robbil alamin. Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul "ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Kasus pada Baitul Maal WaTamwil (BMT) Taruna

Sejahtera)" telah dapat dilaksanakan dan diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat

akhir guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syari‟ah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak

menghadapi kesulitan-kesulitan, namun berkat pertolongan Allah SWT dan bimbingan, saran, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Maka dari itu, perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih yang

tak terhingga dalam kesempatan ini, kepada :

1. Bapak dan Ibu yang terhormat, atas kasih sayang dan doanya. 2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.

(10)

4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.S., selaku Ketua Program Studi Perbankan

Syari‟ah.

5. Bapak Drs. H. Alfred L., M.SI selaku pembimbing akademik.

6. Bapak Ibu dosen PS-S1 yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Keluarga besar BMT Taruna Sejahtera yang telah mengizinkan dan membantu

penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian penulisan

skripsi ini.

8. Ahmad Rifai yang selalu membantuku dalam segala hal.

9. Doni Mawardianto yang selalu ada disetiap suka maupun duka, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, doa, pengertian, dan perhatian sehingga dapat memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Nunung Wuri Kurnia Dewi yang selalu memberikan semangat, teman sharing dalam pembuatan skripsi ini.

11.Alfath Andhini dan Dwi Rokhayati sebagai teman seperjuangan dalam pembuatan skripsi ini.

12.Idhoet, Ainy, Tandi, Alfi, Any, Afiana, Icha, Yogi, Saiful, yang telah berkenan menjadi sahabat terbaik ketika kuliah.

13.Sahabat-sahabat tercinta yang telah banyak memberikan motivasi kepada

penulis.

14.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

(11)

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

َِنْيِمَلاَعْلاِ ِّبَرِِ َّ ِلِلَُِدْمَحْلَا

Salatiga, Nopember 2014

Penulis

(12)

ABSTRAK

Sulistiyowati, Eka. 2014. Analisis Pengaruh Etika Kerja Islam dan Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi (Studi Kasus pada Karyawan Baitul Mal wat Tamwil Taruna Sejahtera). Skripsi. Jurusan Syariah. Program Studi Perbankan Syariah S1. Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri Salatiga: Dr. Faqih Nabhan, S.E., M.M.

Kata kunci: Etika Kerja Islam, Kepuasan Kerja Karyawan dan Komitmen Organisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi BMT Taruna Sejahtera dan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap komitmen organisasi BMT Taruna Sejahtera. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif, dan alat analisis yang digunakan yaitu SPSS versi 20. Sedangkan uji instrument yang digunakan adalah uji reabilitas, uji validitas, regresi (regresi berganda), dan uji statistik (uji T test, F test dan uji R2/ koefisien determinasi) dan uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, uji heteroskendastisitas, uji normalitas dan uji linieritas).

(13)

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

(14)

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ... 11

B. Kerangka Teori ... 12

1. Etika Kerja Islam ... 12

2. Kepuasan Kerja Karyawan ... 21

a. Pengertian Kepuasan Kerja ... 21

b. Teori Kepuasan Kerja ... 22

c. Aspek-aspek Kepuasan Kerja ... 28

3. Komitmen Organisasi ... 30

a. Komponen Komitmen Organisasi ... 31

b. Faktor-faktor Komitmen Organisasi ... 31

c. Proses Terjadinya Komitmen Organisasi ... 32

C. Hipotesis ... 33

D. Kerangka Berfikir ... 35

(15)

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Skala Pengukuran ... 40

F. Definisi Konsep dan Operasional ... 41

G. Instrumen Penelitian ... 44

H. Uji Instrumen Penelitian ... 52

I. Alat Analisis ... 54

BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 57

1. Gambaran Umum Responden ... 59

2. Uji Instrumen ... 60

3. Uji Statistik ... 63

4. Uji Asumsi Klasik ... 68

(16)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

C. Penutup ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penemuan Research Gap Penelitian ... 6

Tabel 3.1 Definisi Operasioal Variabel ... 50

Tabel 3.2 Indikator dan Isi Pernyataan Kuessioner ... 51

Tabel 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Jabatan ... 60

Tabel 4.3 Hasil Uji Reabilitas Instrumen ... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 62

Tabel 4.5 Perbandingan Antara t test dan T Tabel ... 64

Tabel 4.6 Coefficientsa ... 65

Tabel 4.7 Anovaa ... 66

Tabel 4.8 Model Summary ... 67

Tabel 4.9 Coefficientsa ... 68

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 36

Gambar 3.1 Indikator Pengukuran Etika Kerja Islam ... 46

Gambar 3.2 Indikator Pengukuran Kepuasan Kerja Karyawan ... 48

Gambar 3.3 Indikator Pengukuran Komitmen Organisasi ... 49

Gambar 4.1 Scatterplot ... 69

Gambar 4.2 Histogram ... 70

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan

prinsip bagi hasil (syari‟ah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin (BMT Primadinar, 2013). Secara konseptual,

BMT memiliki dua fungsi: pertama, Baitul Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) dan kedua, Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal =

Harta). Fungsi Baitul Tamwil yaitu melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha-usaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan

menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Sedangkan fungsi Baitul Maal, yaitu menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan

distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Potensi yang dipunyai BMT sangatlah besar dalam mengurangi

kemiskinan dan pembukaan peluang kerja yang sangat luas. BMT juga terbukti dapat menggantikan fungsi rentenir yang sangat menjerat. Manfaat itulah yang dirasakan oleh masyarakat akan kehadiran lembaga BMT. Disamping itu relatif

resisten terhadap krisis moneter yang terjadi karena dana yang ada langsung disalurkan ke sektor riil, sehingga aman dari pengaruh gejolak moneter. Hal ini

(20)

Indonesia, serta tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap kehadiran lembaga dengan sistem bagi hasil ini.

Meskipun demikian, berbagai realita di lapangan menunjukkan ada beberapa BMT yang gulung tikar dan menghentikan operasionalnya karena

menghadapi berbagai kendala terutama berkaitan dengan profesionalisme sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia memegang peran kunci dalam pengelolaan organisasi termasuk BMT. BMT sebagai organisasi yang

berorientasi keuntungan (profit oriented) dan juga memiliki fungsi sosial kemasyarakatan (baitul mal) dengan menyalurkan zakat, infak, dan shodaqoh

dalam bentuk pinjaman kebajikan (qordul hasan), oleh karena itu BMT harus dikelola secara profesional agar fungsi intermediasi (wa tamwil) dapat dilakukan dengan baik. Fungsi itu dilakukan dengan cara menyalurkan dana

yang telah diamanahkan kepada pengusaha atau usahawan kecil yang layak dan amanah dalam memanfaatkan pinjaman yang diberikan kepadanya.

Perkembangan BMT yang cukup pesat ini juga memicu persaingan yang cukup ketat tidak hanya diantara BMT tetapi juga bersaing dengan

bank-bank Islam dan konvensional dalam fungsi intermediasi. Melihat potensi yang besar itu bank-bank besar mulai melihat kredit mikro ini, hal ini ditandai dengan berdirinya unit-unit usaha yang khusus melayani pengusaha kecil

seperti unit di Bank Danamon, BRI, dan BCA. Tantangan ini yang menjadi pemicu BMT untuk lebih profesional dalam mengelola sumber daya yang

(21)

etika kerja yang sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh Islam. Karena dengan memegang teguh etika kerja Islam akan menjadi daya tarik masyarakat

terhadap BMT dibanding lembaga sejenis lainnya.

Sebagai agama yang sempurna, Islam mengatur dan membimbing

pengikutnya di setiap aspek kehidupan. Etika sangat diperlukan dalam hidup karena mengandung nilai dan prinsip yang dianut dalam masyarakat. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang

menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok (Salam, 1997). Sehingga etika adalah salah

satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik dan dapat menjadi penentu dan arahan bagi manusia dalam berperilaku. Etika yang Islami tidak hanya menggunakan rasio dalam menilai perbuatan, tetapi

juga didasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadits. Sehingga tindakan yang dinilai etika Islam adalah berdasarkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran Syari‟at Islam.

Dalam bekerja, etika diperlukan sebagai aturan yang mengarahkan

bagaimana individu bekerja dengan baik dan benar. Aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah,

tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena-mena (proporsional), ahli dan professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang

(22)

Etika kerja merupakan acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, agar kegiatan yang

mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga yang lain (Rudito dan Famiola, 2007). Etika kerja yang Islami adalah serangkaian aktiviatas bisnis

dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram (Muhammad dan Alimin, 2004). Sesuai

apa yang diajarkan dalam Islam, individu harus memiliki pekerjaan yang bermanfaat dan berarti.

Bekerja juga dipandang sebagai bukti prestasi dan kemandirian. Orang akan menjadi sukses dan maju dikarenakan bekerja keras. Keadilan dan transparansi sebuah pekerjaan juga merupakan hal yang penting bagi seorang

muslim, karena akan memberikan pandangan bahwa tak ada perbedaan dan kelas sosial bagi mereka. Seorang muslim juga harus dapat memilih jenis

pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahliannya, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidaksesuaian yang akan ditimbulkan. Prestasi

yang dihasilkan dari pekerjaan yang dilakukan serta memberikan manfaat bagi orang lain dan adanya rasa keadilan yang dirasakan, dapat menimbulkan rasa kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat terciptanya

(23)

Jika terjadi ketidakpuasan pada anggota organisasi dalam pekerjaannya akan membawa akibat yang kurang menguntungkan baik bagi

suatu organisasi maupun bagi diri anggota organisasi itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Wijono (2010), bahwa ketidakpuasan kerja akan

menyebabkan masalah terhadap anggota organisasi yaitu kecenderungan berhenti bekerja, seringkali absen (bolos), bahkan bisa menyebabkan stres pada pekerja. Dengan demikian individu yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan

lebih berkomitmen terhadap organisasinya.

Alasan dilakukannya penelitian ini karena pertama, bukti empiris

pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi yang dilakukan Aji (2003) menyatakan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Alwiyah

Jamil (2007) yang dalam penelitiannya ditemukan bahwa perkembangan individu yang baik dan hubungan sosial yang baik dari para akuntan akan

berpengaruh pada affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Jadi mereka yang etika kerja Islamnya tinggi akan

lebih berkomitmen pada organisasinya. Lailatirrohmah (2014) menyatakan bahwa etika kerja Islam memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional. Berbeda dengan penelitian Sekarani Yuteva

Augustia (2010) tentang analisis pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen profesi internal auditor, komitmen organisasi, dan sikap perubahan organisasi.

(24)

hipotesis ini diduga karena seorang internal auditor yang memiliki etika kerja Islam yang tinggi tidak selalu memiliki komitmen yang tinggi pula terhadap organisasinya. Selain itu adanya sifat-sifat kesederhanaan (qana‟ah atau zuhud) yang dituntunkan dalam etika Islam.

Penelitian tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi oleh Andini (2006), dalam hasil uji hipotesanya menyatakan bahwa

kepuasan kerja berpengaruh positif secara keseluruhan terhadap komitmen organisasi. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja memberikan pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Ansel (2013) dalam hasil penelitianya menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Muhadi (2007) menyatakan bahwa kepuasan

kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Sedangkan menurut Nugroho (2009), beliau menyatakan bahwa secara parsial

(25)

Tabel 1.1

Penemuan Research Gap Penelitian

Isu: Pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi. Research Gap:

Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi.

Aji, 2003 Etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.

Alwiyah Jamil, 2007

Etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.

Lailatirrohmah, 2014

Etika kerja Islam memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional.

Augustia, 2010 Variabel etika kerja Islam tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara langsung terhadap komitmen organisasi.

Isu: Pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap komitmen organisasi. Research Gap:

Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap komitmen organisasi.

Andini, 2006 Kepuasan kerja berpengaruh positif secara keseluruhan terhadap komitmen organisasi.

Muhadi, 2007 Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Wijayanti,

2013

Kepuasan kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi.

Ansel, 2013 Terdapat pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi.

Nugroho, 2009 Variabel kepuasan kerja pada pekerjaan tidak berpengaruh positif terhadap variabel komitmen organisasi

(26)

Penelitian tentang etika kerja Islam masing jarang yang meneliti, padahal etika kerja Islam itu penting untuk diterapkan dalam Lembaga

Keuangan Syariah. Disini peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang berbeda dan pada kondisi kultur yang berbeda guna

memperkuat atau menyangkal temuan penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas yang melatar belakangi penelitian ini, maka penelitian diberi judul sebagai berikut:

“ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN KEPUASAN

KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Kasus pada Karyawan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Taruna Sejahtera)”

B. Rumusan Masalah

Terdapat perbedaan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh etika kerja Islam dan kepuasan kerja karyawan terhadap komitmen organisasi.

Atas dasar hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi?

(27)

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi.

2. Untuk mengetahui bahwa kepuasan kerja karyawan berpengaruh terhadap komitmen organisasi.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun dari hasi penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lanjutan atau penelitian yang berkelanjutan.

2. Bagi STAIN Salatiga, penelitian bermanfaat untuk menyediakan

informasi dan referensi sebagai bahan acuan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi BMT Taruna Sejahtera, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau bahan masukan bagi BMT Taruna

(28)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan,

penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, pada Bab I ini di dalamnya diuraikan

diantaranya, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, pada bab ini diuraikan beberapa teori

yang dapat digunakan sebagai landasan penelitian. Hal yang dikemukakan dalam landasan teori diantaranya meliputi beberapa teori mengenai etika kerja

Islam, kepuasan kerja, faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja, komitmen organisasi, serta penarikan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab III ini diuraikan

tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan operasional,

instrumen Penelitian, uji instrumen penelitian, serta alat analisis yang digunakan oleh penulis.

BAB IV, merupakan bab dimana peneliti akan mengolah data yang telah diperolehnya. Uraian dalam bab ini meliputi deskripsi obyek penelitian, analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V yang merupakan titik terakhir dalam sebuah penelitian. Bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan mempunyai kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi telah diteliti pada

berbagai penelitian terdahulu. Jamil (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.

Hasil tersebut juga diperkuat dengan penelitian Aji (2003), beliau mengindikasikan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Lailatirrohmah (2014) menyatakan bahwa etika kerja

Islam memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional. Berbeda dengan penelitian Augustia (2010) yang menyatakan

bahwa variabel etika kerja Islam tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara langsung terhadap komitmen organisasi.

Hubungan variabel lain yang perlu diteliti adalah bagaimana pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap komitmen organisasi. Andini (2006), dalam hasil uji hipotesanya menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif

secara keseluruhan terhadap komitmen organisasi. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Ansel (2013), hasilnya terdapat pengaruh positif

(30)

Nugroho (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel kepuasan kerja pada pekerjaan tidak berpengaruh positif terhadap variabel komitmen

organisasi.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu.

Pertama, kesamaan terdapat pada dugaan bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Kedua, terdapat pada pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Ketiga, kesamaan juga terdapat pada alat

analisis yang digunakan dalam penelitian terdahulu, yaitu penggunaan analisis data untuk menganalisis pengaruh etika kerja Islam dan kepuasan kerja

karyawan terhadap komitmen organisasi.

Hal lain yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah penggunaan kedua variabel yaitu etika

kerja Islam dan kepuasan kerja sebagai variabel bebas sebagai faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi. Adapun perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah subyek dan obyek penelitiannya yaitu karyawan di BMT Taruna Sejahtera yang tergolong baru dan belum pernah diteliti.

B. Kerangka Teori 1. Etika Kerja Islam

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos yang mempunyai

beragam arti: Pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar-salah, wajib, tanggung

(31)

tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencarian kehidupan yang baik secara moral (Ismanto, 2009). Menurut kamus umum bahasa Indonesia, etika

pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan

sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup. Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai

dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Pada mulanya, etika adalah masalah sifat pribadi yang

membicarakan bagaimana menjadi manusia yang baik, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap masyarakat. Jadi etika adalah bagian dari pengertian etos, yaitu usaha untuk mengerti aturan

sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku manusia, terutama aturan yang fundamental (Solomon, 1987). Menurut Salam (1997) etika

adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup

manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Etika menurut Frans Magins Suseno (dalam Faqih, 2011) merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran-ajaran moral, yang bersifat rasional, kritis,

sistematis, mendasar dan normatif. Berarti tidak sekedar melaporkan pandangan-pandangan moral, melainkan menyelidiki pandangan moral

(32)

Etika merupakan alasan-alasan rasional tentang semua tindakan manusia dalam semua aspek kehidupannya. Sementara itu etika kerja

Islami muncul ke permukaan dengan landasan bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Islam merupakan kumpulan aturan-aturan ajaran (doktrin)

dan nilai-nilai yang dapat menghantarkan manusia dalam kehidupannya menuju tujuan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dari berbagai pengertian di atas, definisi etika adalah aturan tentang baik buruk

perilaku manusia berdasarkan akal pikiran dan moralitas. Etika yang Islami tidak hanya menggunakan rasio dalam menilai perbuatan, tetapi

juga didasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Sehingga tindakan yang dinilai etika Islam adalah berdasarkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran syariat Islam.

Menurut Ali (2009), ada empat pilar utama dalam konsep etika kerja Islami yaitu:

1. Berusaha (effort), seorang muslim diwajibkan untuk berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, keluarga dan

masyarakat. Islam sangat menjunjung tinggi produktifitas kerja karena akan meminimalisir berbagai permasalahan sosial dan ekonomi.

2. Persaingan (competition), seorang pekerja harus mampu bersaing dengan karyawan lain secara fair dan jujur dengan niat fastabiqul

(33)

3. Keterbukaan (transparency), keterbukaan terhadap berbagai kegiatan yang ada dalam organisasi.

4. Moralitas (morality), segala bentuk kegiatan harus berdasarkan etika Islam, karena agama Islam tidak mengenal dikotomis antara urusan

keduniaan dan agama.

Sebagai agama yang menekankan arti penting amal dan kerja, Islam mengajarkan bahwa kerja itu harus dilaksanakan berdasarkan

beberapa prinsip berikut ini (Jannah: 2013):

1. Bahwa perkerjaan itu dilakukan berdasarkan pengetahuan

sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah dalam Alquran, “Dan

janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan mengenainya.”(Q.S, 17: 36).

2. Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian sebagaimana dapat dipahami dari hadis Nabi saw, “Apabila suatu urusan

diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat

kehancurannya.” (Hadis Shahih riwayat al-Bukhari).

3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah, “Dialah Tuhan yang telah menciptakan

mati dan hidup untuk menguji siapa di antara kalian yang dapat

melakukan amal (pekerjaan) yang terbaik; kamu akan dikembalikan

kepada Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia

(34)

(Q.S. Al-Mulk: 67: 2). Dalam Islam, amal atau kerja itu juga harus dilakukan dalam bentuk saleh sehingga dikatakan amal saleh, yang

secara harfiah berarti sesuai, yaitu sesuai dengan standar mutu. 4. Pekerjaan itu diawasi oleh Allah, Rasul dan masyarakat, oleh karena

itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah, “Katakanlah: Bekerjalah kamu,

maka Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan melihat

pekerjaanmu.”(Q.S. 9: 105).

5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.

Pekerja keras dengan etos yang tinggi itu digambarkan oleh sebuah hadis sebagai orang yang tetap menaburkan benih sekalipun hari telah akan kiamat.

6. Orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia kerjakan. Ini adalah konsep pokok dalam agama. Konsep imbalan bukan hanya

berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan dunia, tetapi juga berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan ibadah yang bersifat ukhrawi. Di dalam Alquran

ditegaskan bahwa: “Allah membalas orang-orang yang melakukan sesuatu yang buruk dengan imbalan setimpal dan memberi imbalan

kepada orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan.”(Q.S. 53:

31). Dalam hadis Nabi dikatakan, “Sesuatu yang paling berhak

untuk kamu ambil imbalan atasnya adalah Kitab Allah.” (H.R.

(35)

menyebarkannya, dan melakukan pengkajian terhadapnya, tidaklah bertentangan dengan semangat keikhlasan dalam agama.

7. Berusaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang amat terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada

niat-niat yang dipunyai pelakunya: jika tujuannya tinggi (seperti tujuan mencapai ridha Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti, hanya

bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat itu pulalah nilai kerjanya tersebut. Sabda Nabi saw. itu

menegaskan bahwa nilai kerja manusia tergantung kepada komitmen yang mendasari kerja itu. Tinggi rendah nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan tinggi rendah nilai komitmen yang

dimilikinya. Dan komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang dikaitkan dengan sistem nilai yang

dianutnya. Oleh karena itu, komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan

atau tidak mengerjakan sesuatu, atau, jika ia mengerjakannya dengan tingkat-tingkat kesungguhan tertentu.

8. Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah bentuk keberadaan manusia. Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan. Jika

(36)

bentuk wujud manusia – maka sesungguhnya, dalam ajaran Islam, ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku

ada”.Pandangan ini sentral sekali dalam sistem ajaran Islam. Ditegaskan bahwa manusia tidak akan mendapatkan sesuatu apapun

kecuali yang ia usahakan sendiri: “Belumkah ia (manusia)

diberitahu tentang apa yang ada dalam lembaran-lembaran suci

(Nabi Musa)? Dan Nabi Ibrahim yang setia? Yaitu bahwa seseorang

yang berdosa tidak akan menanggung dosa orang lain. Dan bahwa

tidaklah bagi manusia itu melainkan apa yang ia usahakan. Dan

bahwa usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian ia

akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Dan bahwa kepada

Tuhan-mulah tujuan yang penghabisan”.

Etika kerja Islami diukur dengan teori yang dikemukakan oleh Mustaq Ahmad (2001) harus memiliki tata krama sebagai berikut:

a. Murah Hati

Karyawan senantiasa melakukan pelayanan dengan selalu

bersikap ramah, sopan, murah senyum, suka mengalah namun penuh tanggung jawab. Sopan santun adalah pondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang

tinggi, dan mencakup semua sisi hidup manusia. Allah memerintahkan orang Muslim untuk selalu rendah hati dan bersikap

(37)



























































































Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

b. Motivasi Berbakti

Karyawan hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakat, dan memberikan

perhatian pada kepentingan orang lain, yang karena alasan tertentu tidak mampu melindungi dan memproteksi kepentingan dirinya sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Insiroq: 7-8:























Artinya:

“Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan

Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(38)

Seorang karyawan harus selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana sedang sibuk dalam aktivitas mereka. Dia hendaknya

sadar penuh dan responsif terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Sesuai dengan firman Allah

dalam surat Ar-Ra‟du ayat 36:



























































































Artinya:

“Orang-orang yang telah kami berikan Kitab kepada

mereka (yaitu orang-orang Yahudi yang Telah masuk agama Islam seperti Abdullah bin Salam dan orang-orang Nasara yang Telah memeluk agama Islam) bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali."

2. Kepuasan kerja karyawan 2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan antara

(39)

mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka. Sementara itu,

Vecchio (1995) menyatakan kepuasan kerja sebagai pemikiran, perasaan, dan kecenderungan tindakan seseorang, yang merupakan

sikap seseorang terhadap pekerjaan. Pandangan senada dikemumakan Gibson (2000) yang menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal tersebut merupakan

hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan. Kepuasan kerja adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

sebuah evaluasi karakteristiknya (Robbins dan Judge, 2009). Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas

memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut Ruvendi (2005) secara sederhana, kepuasan kerja

(job satisfaction) dapat diartikan sebagai apa yang membuat orang-orang menginginkan dan menyenangi pekerjaan dan apa yang membuat

mereka bahagia dalam pekerjaannya atau keluar dari pekerjaanya. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disipulkan bahwa kepuasan kerja adalah sikap dan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya baik positif

atau puas maupun negatif atau ketidakpuasan. 2.2. Teori kepuasan kerja

(40)

Teori ini dikembangkan oleh John Stacy Adams. Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,

tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan keadilan dan ketidakadilan atas suatu

situasi, diperoleh individu dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain. Menurut teori ini elemen-elemen dari equity ada tiga yaitu: input,

outcome, comparison, dan equity-in-equity.

Input ialah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan

karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaan. Adapun yang dimaksud outcomes adalah segala sesuatu yang berharga, yang

dirasakan karyawan sebagai “hasil” dari pekerjaannya. Sedangkan

yang dimaksud dengan comparison persons ialah kepada orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input-outcomes yang

dimilikinya. Comparison persons ini bisa berupa seseorang di perusahaan yang sama, atau di tempat lain, atau bisa pula dengan

dirinya sendiri di waktu lampau. Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input–outcomes dirinya dengan rasio

input–outcomes orang lain (comparison persons). Bila perbandingan

itu dianggapnya cukup adil (equity), maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan, bisa

(41)

perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan, akan timbul ketidakpuasan (Wexley dan Yuki, dalam Amseke, 2012).

b. Teori Kesesuaian (Discrepancy Theory)

Menurut Locke (dalam Amseke, 2012), teori

ketidaksesuaian mengungkapkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan dari beberapa aspek pekerjaan menggunakan dasar pertimbangan dua nilai, yaitu: (1) Kesesuaian yang dipersepsikan

antara apa yang diinginkan individu dengan apa yang dia terima dalam kenyataannya dan (2) Apa pentingnya pekerjaan yang

diinginkan oleh individu tersebut. Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek

pekerjaan individu. Contohnya: seorang supervisor mempunyai keinginan lebih mengutamakan aspek kenaikan jabatan dari pada

kenaikan gaji, maka supervisor tersebut akan memberi rangking yang lebih tinggi pada aspek kenaikan jabatan dibanding dengan

kenaikan gaji (Wijono, 2010).

c. Model dari Kepuasan Bidang/ Bagian (Facet Satisfaction).

Wijono (2010) menuliskan bahwa kepuasan bidang menurut model Lawler mempunyai kaitan erat dengan teori keadilan J. Adam.

(42)

antara rekan kerja, atasan dan bawahan, dan atau gaji). Individu dapat menerima dan melaksanakan pekerjaannya dengan senang hati

dalam bidang yang dia persepsikan, maka hasilnya akan sama dengan jumlah yang dia persepsikan dari yang secara aktual mereka

terima.

Jumlah dari bidang yang dipersepsikan individu akan menjadi sesuai tergantung dari bagaimana individu mempersepsikan

nilai dari pekerjaan dan karakteristik pekerjaannya. Selain itu, persoalan yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana individu

mempersepsikan “input and output” dari orang lain yang digunakan sebagai pembanding bagi dirinya sendiri. Akhirnya, jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang terhadap apa yang individu terima

secara nyata tergantung dari hasil output yang secara nyata individu terima dan hasil output yang dipersepsikan dari orang dengan siapa

individu akan membandingkan dirinya sendiri (Wijono, 2010).

d. Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory).

Dalam teori proses-bertentangan Landy memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar dari

pada pendekatan yang lain. Teori ini memberi tekanan bahwa individu ingin mempertahankan keseimbangan emosional. Dalam

(43)

ketidakpuasan kerja menimbulkan mekanisme fisiologis dalam sistem pusat saraf yang membuat aktif emosi yang berlawanan.

Teori ini menjelaskan bahwa jika individu memperoleh keberhasilan dalam pekerjaannya, maka individu akan merasa

senang sekaligus takut gagal atau tidak senang (yang lebih lemah). Setelah beberapa saat perasaan senang dan bangga berangsur-angsur menjadi turun dan semakin melemah sehingga individu akan merasa

gagal atau sedih sebelum kembali dalam kondisi yang normal. Hal ini terjadi karena keadaan emosi tidak senang (emosi yang

berlawanan berlangsung lama). Atas dasar asumsi bahwa kepuasan kerja bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu, akibatnya adalah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara

terus menerus dan periodik sesuai dengan rentang waktu secara interval. Asumsi ini dibuat untuk meminimalisir kondisi kepuasan

kerja yang dipengaruhi oleh emosi yang berlawanan sesuai dengan interval rentang waktu terjadinya (Wijono, 2010).

e. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

Menurut Frederick Herzberg teori ini menjelaskan bahwa kepuasan bekerja itu selalu dihubungkan dengan isi jenis pekerjaan

dan ketidakpuasan bekerja selalu disebabkan karena hubungan pekerjaan tersebut dengan aspek-aspek disekitar yang berhubungan

dengan pekerjaan. Kepuasan bekerja oleh Herzberg disebut

(44)

istilah inilah yang dinamakan teori dua faktor. Adapun penjelasan dari dua faktor sebagai berikut (Thoha, 2009):

1. Faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan terhadap individu yang

secara langsung berkaitan dengan pekerjaannya (elemen pekerjaan itu sendiri) dan merupakan sumber kepuasan kerja. Faktor-faktor tersebut mencakup:

a. Pekerjaan itu sendiri menyangkut karakteristik dari pekerjaan, yaitu apakah pekerjaan tersebut menantang,

menarik ataukah justru membosankan.

b. Prestasi kerja yaitu adanya kesempatan untuk menunjukkan prestasi yang lebih baik dari sebelumnya,

yang diperoleh melalui usaha dan kemampuan.

c. Promosi yaitu tersedianya kesempatan untuk

berkembang dalam pekerjaan dan jabatan.

d. Pengakuan adalah adanya penghargaan dan pengakuan

atas prestasi kerja melalui umpan balik yang diterima. e. Tanggung jawab adalah kewajiban menjalankan fungsi

jabatan dan tugas yang sesuai dengan kemampuannya

serta pengarahan yang diterima.

2. Faktor-faktor pemeliharaan atau dikenal juga dengan hygene

(45)

faktor ekstrinsik, yang berkaitan dengan keadaan pekerjaan. Faktor-faktor ini mencakup:

a. Rekan kerja yang dimaksud adalah apakah dalam bekerja rekan-rekan kerja dapat diajak bekerjasama, memiliki

kompetensi, bersahabat, dan saling tolong-menolong. b. Gaya penyeliaan adalah kualitas dan bentuk pengawasan,

pengarahan dan pembimbingan yang diterima dari

atasan.

c. Hubungan antar karyawan yakni adanya kerja sama antar

bawahan dan atasan dalam hal tolong menolong dan saling memberikan dorongan.

d. Kondisi lingkungan fisik kerja meliputi kondisi

lingkungan baik tempat bekerja, seperti penerangan, temperatur, kualitas udara, serta peralatan kerja.

e. Kebijaksanaan perusahaan termasuk di dalamnya mengenai administrasi, dan prosedur kerja yang

diterapkan perusahaan, peraturan-peraturan kebijaksanaan perusahaan, dan tindakan yang diambil perusahaan untuk kepentingan karyawan.

f. Gaji yang dimaksud adalah imbalan jasa berupa uang yang dibawa oleh karyawan sesuai dengan jenis dan

(46)

g. Keamanan kerja berupa kejelasan dari pekerjaan yang dipegang, kelangsungan pekerjaan, jaminan hari tua,

tunjangan-tunjangan, tingkat kepangkatan, serta kedudukan dalam organisasi.

2.3. Aspek-aspek Kepuasan Kerja.

Menurut Mas‟ud (dalam Amseke, 2012), ada dua komponen kepuasan kerja, yaitu: (1) Kepuasan intrinsik meliputi variasi tugas,

kesempatan berkembang, kesempatan menggunakan kemampuan dan ketrampilan, otonomi, kepercayaan, pekerjaan yang menantang dan

bermakna. (2) Kepuasan ekstrinsik, meliputi gaji (upah) yang diperoleh, supervisi, jaminan kerja, status dan prestise. Sedangkan menurut Ruvendi (2005) mengemukakan indikator kepuasan atau ketidakpuasan kerja

pegawai dapat diperlihatkan oleh beberapa aspek di antaranya: a. Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran.

b. Perasaan senang atau tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan. c. Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan.

d. Suka atau tidak suka dengan jabatan yang dipegangnya.

e. Sikap menolak pekerjaan atau menerima dengan penuh tanggung jawab.

f. Tingkat motivasi para pegawai yang tercermin dalam perilaku pekerjaan.

(47)

Selanjutnya, Cellucci dan Devries (dalam Amseke, 2012) mengembangkan pengukuran kepuasan kerja yang disebut Job Satisfaction

Questionnaire (JSQ) dengan menggunakan lima aspek kepuasan kerja yakni kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap promosi, kepuasan

terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap penyelia/ atasan dan kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri. Berikut ini penjelasan dari kelima aspek sebagai berikut:

a. Kepuasan terhadap gaji merupakan hal yang berhubungan dengan gaji yang diberikan lembaga dibandingkan dengan lembaga yang

lain, mempertimbangkan gaji dengan tanggung jawab dan tunjangan-tunjangan yang memuaskan di tempat kerja.

b. Kepuasan terhadap promosi merupakan hal yang berhubungan dasar

atau sistem promosi di tempat kerja dan tingkat kemajuan karir pegawai yang bekerja dalam suatu lembaga.

c. Kepuasan terhadap rekan kerja merupakan hal yang berhubungan dengan dukungan rekan kerja dan kerja sama dari rekan kerja. Sifat

alami dari rekan kerja akan memengaruhi kepuasan kerja.

d. Kepuasan terhadap supervisi/pengawasan merupakan hal yang berhubungan dengan dukungan dari atasan, atasan yang memiliki

kompeten di bidangnya, sikap tidak mendengar pendapat dan perlakuan yang tidak adil oleh atasan.

(48)

beban pekerjaan dan kurang prestasi pegawai dalam mengerjakan tugas.

3. KOMITMEN ORGANISASI

Menurut Robbins dan Judge (2009) komitmen organisasional

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan

pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak

organisasi yang merekrut individu tersebut. Sedangkan menurut Kreitner dan Kinicki (2000) menyatakan bahwa komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan

terikat dengan tujuan-tujuannya.

3.1. Komponen Komitmen Organisasi

Ada tiga dimensi terpisah komitmen organisasi adalah (Robbins

dan Judge 2009):

a. Komitmen afektif (affective commitment), yaitu perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya.

b. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment), yaitu dimensi ini dipandang dari nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam

(49)

c. Komitmen normatif (normative commitment), yaitu kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis.

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja,

tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. Steers (dalam Inovi, 2012) mengidentifikasikan ada tiga faktor yang

mempengaruhi Komitmen organisasi, yaitu:

a. Ciri pribadi kinerja, termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan

variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan. b. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi

dengan rekan kerja.

c. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi dimasa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan

perasaannya mengenai organisasi. 3.3. Proses Terjadinya Komitmen Organisasi

Wursanto (2005) mengemukakan bahwa rasa memiliki dari para anggota (karyawan) terhadap kelompoknya dapat dilihat dalam hal-hal berikut:

a. Adanya loyalitas dari para anggota terhadap anggota lainnya. b. Adanya loyalitas para anggota terhadap kelompoknya.

(50)

d. Adanya rasa bangga dari para anggota kelompok apabila kelompok tersebut mendapat nama baik dari masyarakat.

e. Adanya letupan emosional/amarah dari para anggota apabila kelompoknya mendapat celaan, baik itu dilakukan oleh individu

maupun kelompok lainnya.

f. Adanya niat baik (goodwill) dari para anggota kelompok untuk tetap menjaga nama baik kelompoknya dalam keadaan apapun.

Setelah rasa memiliki dari setiap anggota (karyawan) kelompok mulai tumbuh dan berkembang maka tumbuhlah suatu kesepakatan

bersama yang merupakan komitmen dari para anggota organisasi/kelompok yang harus ditaati oleh setiap anggota (karyawan).

C. Hipotesis

1. Etika kerja Islam dan komitmen organisasi

Aji (2003) menyatakan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Dengan kata lain, semakin tinggi etika kerja

Islam maka semakin tinggi pula komitmen terhadap organisasi. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penelitian Jamil (2007) dalam penelitianya menyatakan bahwa Etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap

komitmen organisasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2010), hasilnya yaitu variabel etika kerja Islam tidak mempunyai pengaruh

(51)

Berangkat dari hal di atas, dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis yaitu:

H1: Etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi 2. Kepuasan kerja dan komitmen organisasi

Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Seseorang yang tidak puas akan pekerjaannya biasanya kurang berkomitmen pada

organisasi. Dengan kata lain, apabila seseorang memiliki kepuasan kerja yang rendah, kemungkinan komitmennya terhadap organisasi juga akan

lebih rendah. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki kepuasan kerja yang tinggi, maka kemungkinan komitmennya terhadap organisasi juga akan lebih tinggi. Jadi semakin besar kepuasan kerja karyawan, maka akan

semakin besar pula komitmen terhadap organisasi, begitu pula sebaliknya. Andini (2006), menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh

positif terhadap komitmen organisasi. Jadi, dengan adanya pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen oraganisasional menandakan adanya

pegawai yang merasa puas terhadap kreatifitas & kemandirian, kondisi kerja, tanggung jawab, kesempatan untuk maju, kepuasan individu, kreativitas dan pencapaian prestasi yang sesuai dengan keinginan pegawai.

Hal ini akan berakibat pada meningkatnya loyalitas seseorang terhadap organisasi, kemauan untuk mempergunakan usaha atas nama organisasi

(52)

Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja memberikan pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009), hasilnya yaitu secara parsial variabel

kepuasan kerja pada pekerjaan tidak berpengaruh positif terhadap variabel komitmen organisasi.

Berangkat dari hal di atas, dalam penelitian ini dirumuskan

hipotesis yaitu:

Hipotesa 2: Kepuasan kerja karyawan berpengaruh terhadap komitmen

organisasi.

D. Kerangka Berfikir

Kepuasan kerja karyawan yang tinggi tentunya sangat diharapkan oleh setiap perusahaan karena akan mendorong semangat kerja demi

berkembangnya perusahaan. Peningkatan kerja karyawan secara otomatis akan meningkatkan performa perusahaan. Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi

banyak hal, salah satunya penerapan etika kerja Islam. Dengan adanya penerapan etika kerja Islam, diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan kepuasan kerja yang tinggi dapat berimbas pada komitmen

organisasi.

Tanpa adanya etika kerja, karyawan akan bekerja tidak seperti apa

(53)

tercapai. Etika kerja menentukan tinggi rendahnya kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang tinggi mengakibatkan imbalan lebih tinggi untuk karyawan, baik

intrinsik maupun ekstrinsik. Bila imbalan tersebut dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat karena mereka menerima

imbalan yang sesuai dengan kerja mereka. Kondisi kepuasan atau ketidakpuasan kerja tersebut menjadi umpan balik yang akan mempengaruhi kerja karyawan di waktu yang akan datang.

Berdasarkan indikator-indikator etika kerja dalam Islam, dapat diketahui kontribusi masing-masing indikator terhadap etika kerja Islam.

Dengan mengetahui faktor yang paling berkontribusi mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, pihak perusahaan dapat memperbaiki atau meningkatkan faktor yang paling berkontribusi tersebut sesuai dengan etika kerja Islam

sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pengendalian atas permasalahan kepuasan kerja dalam rangka meningkatkan komitmen organisasi. Berikut

(54)

H1

H2

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Etika Kerja Islam (X1)

Kepuasan Kerja Karyawan (X2)

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Alasan menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh gambaran umum yang lebih objektif dan terukur. Metode kuantitatif yaitu metode pengujian teori atau konsep-konsep melalui pengukuran

variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada salah satu Lembaga Keuangan Syariah yaitu BMT Taruna Sejahtera yang berada di Jl. Gatot Subroto No. 133 Mutiara

Ungaran Square Kav. 3 Ungaran beserta cabangnya, berupa pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk menunjang penganalisaan dalam penelitian. Waktu

penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014. Untuk objek penelitian sendiri adalah karyawan BMT Taruna Sejahtera.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Bawono (2006) yang disebut dengan populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk

(56)

memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah yang akan ditetapkan. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua karyawan BMT Taruna

Sejahtera yang sampai bulan September 2014 sebanyak 150 karyawan. Demikian juga dengan penelitian ini tidak semua populasi diteliti tetapi hanya

sebagian saja dari populasi yang diteliti diharapkan bahwa hasil yang didapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.

Sedangkan sampel adalah objek atau subjek penelitian yang dipilih

guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga di dalam menentukan sampel harus berhati-hati,

karena kesimpulan yang dihasilkan, nantinya merupakan kesimpulan dari populasi (Bawono, 2006). Jumlah sampel ditentukan berdasarkan pada perhitungan dari rumus Slovin dengan tingkat kesalahan yang ditoleransi

sebesar 10%.

n =

Keterangan:

N = Ukuran populasi

n = Ukuran sampel

e = margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

(57)

Dengan menggunakan rumus di atas maka akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 60 yaitu:

n

=

n = 60

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Primer

Menurut Bawono (2006) sumber primer adalah pengambilan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari lapangan. Sumber

ini dapat diperoleh peneliti melalui:

a. Angket (Questionare)

Data dikumpulkan menggunakan metode angket atau kuesioner, yaitu dengan memberikan secara langsung pertanyaan melalui kuesioner kepada para responden. Angket digunakan untuk

mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini. Pernyataan dalam

angket dibuat dengan menggunakan skala 1 s.d 10 untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai. Daftar pertanyaan tidak memuat pertanyaan identitas responden

secara detil. Hal ini dilakukan dengan dua argumentasi. Pertama, identitas responden tidak terlalu bermakna dalam menjawab

(58)

jawaban responden, karena responden bebas dalam memberikan jawaban sesuai dengan yang dialaminya tanpa ada keinginan untuk

menyembunyikan sesuatu.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah metode atau cara mengumpulkan data serta berbagai informasi dengan jalan menanyakan langsung kepada seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya dan juga

berwenang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder ini dapat diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku,

data statistik maupun internet. Ketika seseorang peneliti menggunakan data yang diperolehnya dari Badan Pusat Statistik, bisa dikatakan

peneliti tersebut menggunakan data sekunder.

E. Skala Pengukuran

Skala dapat diartikan garis atau titik tanda yang berderet-berderet dan sebagainya yang sama jarak antaranya, dipakai untuk mengukur atau menentukan tingkatan atau banyaknya sesuatu. Jadi skala merupakan prosedur

(59)

Pengukuran adalah proses, cara perbuatan mengukur yaitu suatu proses sistimatik dalam menilai dan membedakan sesuatu obyek yang diukur

atau pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu. Pengukuran tersebut diatur menurut kaidah-kaidah tertentu. Dalam penelitian

kali ini, penulis menggunakan skala pengukuran interval. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.

Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Perbedaan karakteristik antara

obyek yang berpasangan dengan lambang bilangan satu dengan lambang bilangan berikutnya selalu tetap. Berikut adalah rentang penilaian dalam skala interval :

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat setuju

F. Definisi Konsep dan Operasional

1. Variabel Bebas (Independent Variables) Etika Kerja Islam (X1)

Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat,

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1Kerangka Berpikir
Gambar 3.1Indikator Pengukuran Etika Kerja Islam
Gambar 3.2Indikator Pengukuran Kepuasan Kerja Karyawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, ROTASI KERJA, BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA.. KARYAWAN BAITUL MAAL

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui apakah komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap keinginan karyawan untuk berpindah kerja, 2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja, keterkaitan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan, Berdasarkan

Secara simultan Etika Kerja Islam, kepemimpinan Transformasional, Motivasi kerja menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan di BMT Logam

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa pengelolaan dan penyaluran dana mempunyai berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan Usaha Mikro Kecil

APJ Surakarta, kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja karyawan berpengaruh secara positif dan signifikan

fasilitas dan lama pelatihan berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kualitas kerja karyawan pada BMT Taruna Sejahtera, sedangkan variabel instruktur tidak berpengaruh

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa etos kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, begitu juga dengan lingkungan kerja yang memiliki