• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFFECTIVENESS TRAINING MODULE USE KMS COACH ON THE IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ACCURACY IN INTERPRETING CADRE CHILDREN OF WEIGHING IN POSYANDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFFECTIVENESS TRAINING MODULE USE KMS COACH ON THE IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ACCURACY IN INTERPRETING CADRE CHILDREN OF WEIGHING IN POSYANDU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING KMS TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETEPATAN

KADER DALAM MENGINTERPRETASIKAN HASIL PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU

EFFECTIVENESS TRAINING MODULE USE KMS COACH ON THE IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ACCURACY IN

INTERPRETING CADRE CHILDREN OF WEIGHING IN POSYANDU

Agus Hendra Al-Rahmad*

*Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh, Jl. Soekarno-Hatta, Lampeneurut, Aceh Besar. Telp:065146126. E-mail: [email protected]

Abstrak : Hasil pemantauan status gizi di Propinsi Aceh tahun 2013 diproleh 19,72% anak KEP total, dan 1,80% diantaranya termasuk KEP berat, serta prevalensi anak pendek mencapai sebesar 37,1%. Peran kader yang sangat strategis melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu, maka diperlukan pelatihan dengan Modul Pendamping KMS untuk menentukan interpretasi hasil penimbangan anak di posyandu. Penelitian untuk menilai efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping KMS terhadap peningkatan pengetahuan dan ketepatan kader dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita. Jenis penelitian deskriptif analitik menggunakan desain Quasi Experimental dengan pendekatan pretest posttest non equivalent group. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah selama 2 bulan, (Agustus-September 2014). Sampel merupakan kader puskesmas berjumlah 40 orang (20 perlakuan dan 20 kontrol). Data dikumpulakan secara wawancara dan dianalisis menggunakan statistik R-Cmdr terhadap analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil penelitian diketahui pelatihan mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan pengetahuan (p= 0,002) dan ketepatan kader (p=0,000) dalam melakukan interpretasi data. Selanjutnya dibuktikan pelatihan dengan modul KMS lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader (p=0,022) dan meningkatkan ketepatan kader (p=0,000) dibandingkan pelatihan tanpa modul. Kesimpulannya bahwa pelatihan dengan modul pendamping KMS mempunyai pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader, selain itu pelatihan ini mempunyai efektifitas yang lebih baik dibandingkan pelatihan tanpa modul.

Kata Kunci: Modul Pendamping KMS, Kader, Pengetahuan, Ketepatan, Interpretasi

Abstract :Results of monitoring of nutritional status in the province of Aceh in 2013 acquired 19.72% total PEM children, and 1.80% of them including severe PEM, and the prevalence of short children reached 37.1%. Cadre of highly strategic role through monitoring the growth of children in neighborhood health center, the necessary training with KMS companion module to determine the interpretation of the results of weighing children in neighborhood health center. Study to assess the effectiveness of training in the use of KMS companion module to increase the knowledge and accuracy in interpreting the results cadres child's weight. Analytic descriptive study using Quasi-Experimental design with pretest posttest approach non-equivalent group. The experiment was conducted in Darul Imarah for 2 months. The survey results revealed training exercise significant influence in increasing knowledge (p=0.002) and the accuracy of cadres (p=0.000) in the interpretation of data. Further training evidenced by KMS module is more effective in increasing the knowledge of cadres (p=0.022) and increase the accuracy of cadres (p=0.000) compared with no training modules. The conclusion that training with a companion module KMS have an influence in increasing the knowledge and precision of cadres, besides this training has better effectiveness than training without modules.

Keywords:Complementary modules, Kader, Knowledge, Accuracy, Interpretation

PENDAHULUAN

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDG’s) yang

terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, dengan target pada tahun 2015 setiap negara harus menurunkan angka kematian anak

51

(2)

dibawah 5 tahun sampai dua pertiga dari angka kematian anak pada tahun 1990. Dua dari indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDG’s adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi1.

Kekurangan gizi merupakan masalah serius yang berkontribusi kematian balita dan kematian ibu. Di Indonesia sampai kini masih terdapat empat masalah gizi utama yang harus ditanggulangi dengan program perbaikan gizi, upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai adalah bahwa masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat2.

Hasil Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia adalah 17,9%, balita pendek 35,6% dan kurus 13,3%. Provinsi Aceh memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang yang masih berada diatas angka prevalensi nasional yaitu 23,7 %. Berdasarkan hasil survei Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2012 di Kabupaten Aceh Besar diketahui prevalensi balita yang mengalami gizi kurang sebesar 23,5% dan gizi buruk sebesar 11,4%. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang (KEP Total) dari tahun 2009 sampai dengan 2012 relatifnya mengalami peningkatan yang signifikan3.

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan keadaan gizi balita6.Penelitian Minarto9, menyimpulkan bahwa frekuensi dan kontinyuitas berat badan tidak naik secara konsisten sangat mempengaruhi pertumbuhan bayi 6 bulan dan 12 bulan. Faktor kesakitan dan pemantauan pertumbuhan sangat mempengaruhi ketepatan pengukuran dan tindak lanjutnya oleh kader5. Selain itu pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader6.

Trainingneeds assessment kader di Propinsi Aceh, ternyata kader masih kesulitan dalam pengisian grafik KMS, termasuk dalam menentukan interpretasi hasil penimbangan. Peran kader yang sangat strategis melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu dan masih banyak dijumpai kesalahan kader dalam menentukan interpretasi hasil penimbangan, maka penulis tertarik untuk melakuan penelitian tentang efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping KMS terhadap peningkatan pengetahuan dan ketepatan kader dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita.

METODE PENELITIAN

Penelitian kuantitatif menggunakan desainQuasi Experimental dengan rancangan

(3)

pretest posttest non equivalent group. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar, terhitung Agustus – September 2014. Sampel merupakan kader terpilih secara acak dari hasil perhitungan besar sampel menggunakan rumus ukuran sampel untuk menguji hipotesis dua sisi dua populasi rata-rata10, yaitu:

𝑛 =2𝜎 2(𝑍

1−𝛼/2+ 𝑍1−𝛽)2 (𝜇𝑜 − 𝜇𝑎)2

Besar sampel diperoleh 40 orang yang dibagi kedalam dua kelompok (20 perlakuan dan 20 kontrol). Pengumpulan data meliputi data primer (identitas subjek, pengetahuan, ketepatan kader) yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data skunder meliputi wilayah kerja kader, demografi lokasi serta data dukung lainnya diperoleh melalui studi dokumen. Data diolah secara komputerisasi dengan melewati beberapa tahapan yaitu, editing, coding, entry, cleaning data entry. Kemudian melakukan analisis data menggunakan software statistik R (R-Cmdr) bersifat open source.Analisis data dimulai secara deskriptif, pengujian pra syarat analisis, pengujian normalitas (Kolmogorov Smirnov), dan pengujian homogenitas varians tes statistik yang digunakan adalah uji F (Levene’s Test for Equality of Variances). Dalam membuktikan hipotesis, uji statistik yaitu Dependent T-Test

dan Independent T-Test. Statistik Dependent T-Test atau Wilcoxon (data tidak berdistribusi normal) serta Independent T-Test atau Mann Whitney (data tidak berdistribusi normal).

PEMBAHASAN

Karakteritik Subjek

Penelitian dilakukan dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, dengan Subjek penelitian adalah kader yang sampai saat ini aktif dalam kegiatan penimbangan balita di posyandu berjumlah 40 orang. Adapun karakteristik kader terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pelatihan kader yang sejenis dan lamanya menjadi kader.

Berdasarkan hasil penelitian menurut tabel 1 dapat dijelaskan bahwa menurut karakteristik umur tidak terdapat perbedaan proporsi baik pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dengan nilai p=0,896 (p-value > 0,05). Begitu juga dengan pendidikan, hasil statistik tidak terdapat perbedaan proporsi jenis pendidikan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dengan nilai p=0,279 (p-value > 0,05). Menurut karakteristik pelatihan tergambarkan secara proporsi bahwa baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol umumnya sudah pernah mendapatkan pelatihan, artinya secara statistik untuk karakteristik pelatihan kader juga tidak terdapat perbedaan proporsi pada kedua kelompok dengan nilai

(4)

p=1,000 (p-value > 0,05). Sedangkan menurut karakteristik lama bekerja, pada kader posyandu tergambarkan bahwa secara proporsi yang bekerja 5 tahun kebawah umumnya lebih banyak. Menurut hasil statistik terbukti bahwa

tidak terdapat perbedaan lama bekerja responden antara kedua kelompok. Berikut secara lebih jelas disajikan dalam Tabel 1 berikut ini lengkap dengan hasil uji statistik :

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian menurut Kelompok Penelitian

Karakteristik Subjek Kelompok Penelitian X2 (p-value) Perlakuan Kontrol n % n % Umur - 21 – 30 tahun - 31 – 40 tahun - 41 – 50 tahun 7 10 3 35,0 50,0 15,0 6 10 4 30,0 50,0 20,0 0,22 (0,896) Pendidikan - SD - SMP - SMA - Diploma - Sarjana 1 6 12 0 1 5,0 30,0 60,0 0,0 5,0 4 2 13 0 1 20,0 10,0 65,0 0,0 5,0 3,84 (0,279) Pelatihan - Ya - Tidak 13 7 65,0 35,0 14 6 70,0 30,0 0,11 (1,000) Lama Bekerja - 5 tahun kebawah - Diatas 5 tahun 10 10 50,0 50,0 12 8 60,0 40,0 0,40 (0,751) Total 20 100,0 20 100,0

Hasil penelitian mengilustrasi, tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan pada CI:95% pada karakteristik subjek, bahwa kelompok subjek penelitian baik dari kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol berasal dari karakteristik yang sama sehingga diharapkan tidak terjadinya ketimpangan data dalam penelitian sehingga

hasil dari intervensi pada kelompok perlakuan merupakan perubahan akibat dari pelatihan penggunaan modul pendamping KMS, bukan akibat dari perbedaan karakteristik subjek.

Pengaruh Pelatihan Modul KMS terhadap Pengetahuan dan Ketepatan Kader dalam Interpretasi Hasil Penimbangan

Berikut ini merupakan hasil analisis data secara analitik yang meliputi pengetahuan kader dalam penimbangan dan ketepatan

kader dalam melakukan interpretasi data yang digolongkan menurut kelompok baik dengan penggunaan modul maupun tanpa penggunaan modul.dianalisis secara statistik

(5)

menggunakan uji Dependent T-Test, dengan CI:95%.

Kelompok Kader yang Mendapat Pelatihan dengan Penggunaan Modul Pendamping KMS

Pengaruh pelatihan dengan modul pendamping KMS terhadap peningkatan kemampuan kader dalam hal pengetahuan dan ketepatan interpretasi data hasil penimbangan

sebagaimana disajikan pada tabel 3 dapat dijelaskan bahwa pengetahuan kader antara sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah dilakukan pelatihan dengan modul pendamping KMS ternyata mempunyai selisih rerata sebesar 1,4 dengan deviasinya 1,70. Hasil statistik menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara pengetahuan kader sebelum pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai p=0,002

(p-value < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelatihan penggunaan modul pendamping KMS bagi kader ternyata secara statistik menujukan pengaruh yang

bermakna untuk meningkatkan pengetahuan kader dalam hal menginterpretasikan hasil penimbangan di Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Tabel 3. Pengaruh Pelatihan Penggunaan Modul Pendamping KMS terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan Kader (n=20)

Mean ± SDMean ± SD CI:95% p-value Pengetahuan Kader : -Sebelum pelatihan 14,1 + 1,33 1,4 + 1,70 0,61 – 2,19 0,002** -Setelah pelatihan 15,5 + 1,79 Ketepatan Kader : -Sebelum pelatihan 7,4 + 0,50 1,4 + 0,88 0,99 – 1,81 0,000** -Setelah pelatihan 8,8 + 0,95

** Signifikan pada CI:95% dengan df=19 (p-value< 0,05)

Ketepatan kader sebagaimana hasil penelitian pada tabel 4, dapat juga dijelaskan bahwa selisih rerata ketapatan kader antara sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah dilakukan pelatihan yaitu sebesar 1,4 dengan deviasinya 0,88. Secara statistik, hasil ini juga menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara ketepatan kader sebelum pelatihan dengan

setelah pelatihan dengan nilai p=0,000 (p-value < 0,05) dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu. Sehingga dapat disimpulkan, pelatihan penggunaan modul pendamping KMS bagi kader ternyata secara statistik menujukan pengaruh yang sangat signifikan untuk menghasilkan ketepatan kader dalam meningkatkan serta menginterpretasikan

(6)

data terkait hasil penimbangan di Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Kelompok Kader yang Mendapat Pelatihan Tanpa Penggunaan Modul Pendamping KMS

Pengaruh pelatihan yang diberikan kepada kader berkaitan dengan interpretasi hasil penimbangan tanpa penggunaan modul pendamping KMS terhadap upaya mengetahui kemampuan kader dalam hal pengetahuan dan ketepatan interpretasi data hasil disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Pelatihan Tanpa Penggunaan Modul Pendamping KMS terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan Kader (n=20)

Mean ± SDMean ± SD CI:95% p-value Pengetahuan Kader : -Sebelum pelatihan 13,9 + 1,79 0,3 + 1,60 -0,45 – 1,05 0,410* -Setelah pelatihan 14,2 + 1,35 Ketepatan Kader : -Sebelum pelatihan 7,1 + 0,69 0,1 + 0,72 -0,24 – 0,44 0,541* -Setelah pelatihan 7,2 + 0,88

* Tidak Signifikan pada CI:95% dengan df=19 (p-value> 0,05)

Berdasarkan tabel 4, dapat dijelaskan bahwa pengetahuan kader antara sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah dilakukan pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping KMS ternyata mempunyai selisih rerata hanya sebesar 0,3 dengan deviasinya 1,60. Hasil statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan antara pengetahuan kader sebelum pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai p=0,410 (p-value > 0,05). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kader tidak bisa ditingkatkan dengan pelatihan tanpa memberikan modul pendamping KMS terkait interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Selain itu, faktor ketepatan kader menurut tabel 4 juga terlihat bahwa selisih rerata skor ketepatan kader dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu pada pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping KMS antara sebelum dengan sesudah pelatihan hanya sebesar 0,1 dengan deviasinya 0,72. Secara statistik, hasil ini tidak menunjukan perbedaan antara ketepatan kader sebelum pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai p=0,541 (p-value > 0,05) dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu. Sehingga disimpulkan, pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping KMS bagi kader ternyata secara signifikan tidak bisa menujukan pengaruh untuk menghasilkan

(7)

ketepatan kader dalam menginterpretasikan data terkait hasil penimbangan di Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Efektifitas Pelatihan Modul

Pendamping KMS terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan

Ketepatan Kader dalam Interpretasi Hasil Penimbangan di Posyandu

Efektivitas pelatihan yang dilakukan dengan penggunaan modul pendamping KMS bertujuan melihat apakah pelatihan dan penerapan daripada modul yang telah dirancang

yang mengacu kepada standar KMS 2008, mempunyai nilai yang lebih baik untuk meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu bila dibandingkan pelatihan tanpa penggunaan modul. Untuk mengetahui hasil efektivitas tersebut, secara statistik digunakan uji statistik Independent T-Test. Berikut hasil analisis data yang meliputi pengetahuan kader dan ketepatan kader menurut kelompok perlakuan penelitian (menggunakan modul pendamping KMS) dan kelompok kontrol (tanpa menggunakan modul).

Tabel 5. Efektivitas Pelatihan antara Penggunaan Modul Pendamping KMS (n=20) dengan Pelatihan Tanpa Modul (n=20) dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Ketepatan Kader

Faktor dalam Interpretasi Hasil Penimbangan

Setelah Pelatihan Kader Dalam Interpretasi Hasil Penimbangan di Posyandu

(Postest)

n Mean + SD CI:95% p-value

Pengetahuan Kader -Menggunakan Modul

-Tanpa dengan Modul

20 20 15,5 + 1,792 14,2 + 1,785 0,205 – 2,495 0,022** Ketepatan Kader -Menggunakan Modul

-Tanpa dengan Modul

20 20

8,8 + 0,951 7,2 + 0,875

1,065 – 2,235 0,000** ** Signifikan pada CI:95% dengan df=38 (p-value< 0,05)

Hasil penelitian berkaitan dengan efektifitas pelatihan antara menggunakan modul pendamping KMS dengan tidak menggunakan modul pendamping KMS (tabel 5) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader dan ketepatan kader dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu, dapat dijelaskan untuk menilai efektifitas dari suatu pelatihan dilihat

berdasarkan pencapaian pada akhir kegiatan setelah proses pelatihan dievaluasi. Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa setelah dilakukan pelatihan diantara kedua kelompok, ternyata kelompok yang mendapat modul pendamping KMS mempunyai nilai rerata yang lebih besar dibandingkan kelompok tanpa penggunaan modul. Hal ini jelas terlihat dari pemusatan nilai rata-ratanya baik untuk variabel pengetahuan

(8)

kader (menggunakan modul=15,5 dan tanpa modul=14,2) dengan perbedaannya sebesar 1,35 maupun variabel ketepatan kader (menggunakan modul=8,8 dan tanpa modul=7,2) dengan perbedaannya sebesar 1,65.

Selanjutnya hasil statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan pada CI:95% baik pengetahuan kader (p-value= 0,022) maupun ketepatan kader (p-value= 0,000) antara kedua kelompok perlakuan yaitu kelompok pelatihan yang mendapat modul pendamping KMS lebih tinggi nilai reratanya dibandingkan kelompok pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping KMS (p-value< 0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan dengan modul pendamping KMS yang diberikan kepada kader ternyata mempunyai nilai efektifitas yang lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping KMS untuk meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik dari subjek penelitian antara kelompok kader dengan perlakuan dan kelompok kader dengan kontrol adalah homogen. Berdasarkan hasil uji statistik pada

karakteristik umur, tingkat pendidikan, pelatihan kader dan lamanya menjadi kader tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara proporsi pada kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada CI:95% pada skor pretes antara kelompok kader perlakuan dengan kelompok kader kontrol (p > 0,05). Hal ini menunjukkan kemampuan awal kedua kelompok adalah seimbang. Jika karakteristik awal kedua kelompok sama/seimbang, maka apabila terdapat perubahan peningkatan pengetahuan dan ketepatan kader dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan itu merupakan akibat yang diperoleh karena intervensi yang diberikan dan bukan oleh faktor lain.

Pengaruh Pelatihan Modul KMS terhadap Pengetahuan dan Ketepatan Kader dalam Interpretasi Hasil Penimbangan

Pengaruh Pelatihan Modul KMS terhadap Pengetahuan

Hasil statistik menunjukan perbedaan signifikan antara pengetahuan kader sebelum pelatihan dengan setelah pelatihan (p-value < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pelatihan penggunaan modul pendamping KMS bagi kader ternyata secara statistik menujukan pengaruh yang bermakna untuk meningkatkan pengetahuan kader.

Hal ini sejalan dengan penelitian Khaidir (2005) bahwa pengetahuan kader dalam

(9)

pengelolaan posyandu meningkat secara signifikan sesudan mendapat pelatihan berdasarkan kompetensi. Menurut Ratna, dkk. (2009), pendidikan kesehatan melalui modul terbukti memiliki pengaruh yang bermakna dalam meningkatkan pengetahuan ibu balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A. Lebih lanjut juga didukung oleh penelitian Al Rahmad2, bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan dan perilaku Tenaga pelaksana Gizi (TPG) pada kelompok perlakuan, yang menunjukan pelatihan dengan penggunaan media modul dapat meningkatkan pengetahuan begitu signifikan.

Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formalyang dikonversi menjadi pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang15. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.12Menurut Hamalik5, pelatihan sangat erat kaitan dengan pendidikan, berdasarkan kemampuan yang ingin dikembalikan, maka jelaslah pelatihan berarti juga pendidikan. Pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan pengetahuan (Omar at al., 2009).

Pengaruh Pelatihan Modul KMS terhadap Ketepatan Kader

Ketepatan kader menunjukan perbedaan signifikan antara sebelum pelatihan dengan setelah pelatihan (p-value < 0,05) dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu. Pelatihan penggunaan modul pendamping KMS bagi kader ternyata menujukan pengaruh yang sangat signifikan untuk menghasilkan ketepatan kader dalam meningkatkan serta menginterpretasikan data hasil penimbangan di Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Hal ini sejalan dengan Saleh et al., (2001) menemukan hasil bahwa program pelatihan meningkatkan tingkat keterampilan. Penelitian Khaidir (2005) menyatakan keterampilan kader dalam pengelolaan posyandu meningkat secara signifikan sesudah mendapat pelatihan berdasarkan kompetensi. Pendidikan kesehatan melalui modul berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan TPG dalam melakukan interpretasi data status gizi balita2.

Menurut hamalik5 kegiatan pelatihan mempunyai tujuan adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta yang menimbulkan perubahan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampilan dan sikap, seperti: kemampuan membentuk dan membina hubungan antar

(10)

perorangan (personal) dalam organisasi, kemampuan menyesuaikan diri dengan keseluruhan lingkungan kerja, pengetahuan dan kecakapan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan kebiasaan, pikiran dan tindakan serta sikap dalam pekerjaan.

Al Rahmad, dkk1 menyatakan bahwa suatu program pelatihan akan memperoleh keterampilan sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilanya menurut tujuan yang akan dicapai. Omar at al., (2009) pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan keterampilan. Minarto dalam Al Rahmad2 menyatakan bahwa efektivitas dari hasil pemantauan dan promosi terhadap pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh ketepatan pengukuran dan tindak lanjutnya, maka untuk memperoleh data yang baik dan berkualitas pengukur (kader) harus mendapat pelatihan secara rutinitas.

Efektifitas Pelatihan Modul

Pendamping KMS terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan

Ketepatan Kader dalam Interpretasi Hasil Penimbangan di Posyandu

Penggunaan metode yang tepat dalam pelatihan sangat mendukung hasil suatu pelatihan. Menurut Mathis & Jackson (2006) bahwa penerapan yang efektif dari sebuah pelaksanaan pelatihan membutuhkan penggunaan rancangan pelatihan, seperti mempersiapkan dan mempertimbangkan

konsep dan model pembelajaran, motivasi belajar, serta pendekatan efektifitas diri.

Hasil penelitian terdapat perbedaan siginifikan (p-value< 0,05) baik pengetahuan kader maupun ketepatan kader antara kedua kelompok perlakuan. Pelatihan dengan modul pendamping KMS yang diberikan kepada kader ternyata mempunyai nilai efektifitas yang lebih baik bila dibandingkan dengan pelatihan tanpa penggunaan modul untuk meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah.

Hasil penelitian ini searah dengan penelitian Al Rahmad,2TPG Puskesmas yang mendapat pelatihan dan penerapan berbasis software WHO Anthro lebih efektif dibandingkan dengan berbasis konvensional dalam membentuk kualitas dan data status gizi yang lebih baik. Lebih lanjut Murdick et al. (1986) dalamAl Rahmad,dkk 1 menyimpulkan untuk melakukan pengolahan data diperlukan suatu peralatan yang bisa meningkatkan pemahaman serta aksebilitas yang tinggi dan tingkat penyimpanan yang lebih baik, mempunyai kecepatan dalam melakukan pengolahan data, penyajian output yang lebih menarik dan ini merupakan sesuatu hal yang sangat lazim dilakukan oleh perangkat elektronik seperti komputer dan perangkat lainnya. Oleh karena itu, kedepannya

(11)

diharapkan bahwa kader dalam melakukan interpretasi hasil penimbangan lebih mengarah kearah komputerisasi, artinya setidaknya bisa tersedia KMS dalam bentuk software.

Pendidikan dan pelatihan menjadi sangat penting disuatu institusi kesehatan, mengingat dalam mencapai tujuannya diperlukan tenaga kerja yang berkualitas serta terampil. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja khususnya bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap hal-hal yang sifatnya baru maupun proses penyegaran yang pada akhirnya masalah ini akan menjadi salah satu faktor sukses pencapaian tujuan institusi.

Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan yang dilakukan oleh tenaga profesional yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.8

KESIMPULAN

Untuk meningkatkan pengetahuan kader dalam hal interpretasi hasil penimbangan, maka pelatihan dengan modul pendamping KMS secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan serta mempunyai nilai ketepatan yang lebih baik dalam melakukan interpretasi data hasil penimbangan. Hasil penelitian

membuktikan bahwa pelatihan dengan modul pendamping KMS-2008 secara signifikan meningkatkan pengetahuan (p=0,002) dan juga meningkatkan ketepatan kader (p=0,000) dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita di Posyandu melalui pelatihan di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Selanjutnya pelatihan penggunaan modul pendamping KMS-2008 mempunyai efektivitas yang lebih baik terhadap peningkatan pengetahuan (p=0022) dan ketepatan kader (p=0,000) dibandingkan pelatihan tanpa penggunaan modul dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

SARAN

Untuk meningkatkan keterampilan kader dalam hal membuat interpretasi hasil penimbangan yang tepat sebaiknya pada waktu pelatihan kader tentang interpretasi hasil penimbangan dilakukan dengan alat bantumodul. Selain itu perlu penguatan terhadap modul pendamping, sehingga bisa digunakan secara menyeluruh pada semua wilayah puskesmas khususnya yang berada diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan saran bagi pihak dinas kesehatan terkait, agar dapat memfasilitasi kegiatan pelatihan kader dengan menggunakan modul pendamping KMS-2008 sehingga dapat

(12)

dimanfaatkan dengan baik demi membentuk data dan informasi gizi yang mempunyai nilai kualitasnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, baik dari tenaga gizi dan kader di Puskesmas Darul Imarah yang telah membantu peneliti serta atas ketersediaannya menjadi responden dalam penelitian untuk mendukung data yang lebih baik. Pihak pimpinan Puskesma juga yang telah memberikan izin demi kelancaran dalam penelitian. Selanjutnya terima kasih kepada tim pakar dijajaran Poltekkes

Kemenkes Aceh yang telah memberikan

masukan dan saran serta konstribusi lainnya demi hasil penelitian ini kearah yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Rahmad, dkk (2009) Efektifitas Penggunaan Standart Baru Antropometri WHO-2006 Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Penilaian Status Gizi Tenaga Gizi Pelaksana Dikota Banda Aceh Tahun 2009,Edisi 1 2011, Volume: 4, 2011. Nasuwakes Poltekkes Aceh

2. Al Rahmad, (2013) Efektivitas Penggunaan Standar Pertumbuhan WHO Anthro Terhadap Kualitas Dan Informasi Data

Status Gizi Balita,

http://etd.ugm.ac.id/index.php.

3. Depkes RI, (2002) Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dirjen Binkesmas, Jakarta.

4. Depkes RI, (2006a) Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dirjen. Bina Gizi Masyarakat Jakarta

5. Depkes RI, (2002) Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dirjen Binkesmas, Jakarta.

6. Depkes RI, (2006b) Pedoman Umum

Pengelolaan Posyandu, Direktorat

Jendral Bina Kesehatan Kesehatan Masyarakat Jakarta.

7. Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM-UI, (1998) Program Perbaikan Gizi Keluarga di dalam Posyandu, Dirjen Binkesmas Depkes RI Jakarta

8. Hamalik, O., (2005) Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, Bumi Aksara

9. Minarto, (2008) Berat Badan Tidak Naik Sebagai Indikator Dini Gangguan Pertumbuhan pada Bayi Sampai Usia 12 Bulan di Kab. Bogor Jabar Tahun 2006 dalam Jurnal Info Pangan dan Gizi Vol. IX No. 3, halaman 23-24.

10.Murti, B., (1997) Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

11.Mudjianto dan Trintin T., (2002) Efektifitas Kartu Menuju Sehat (KMS) Anak Balita sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu, di dalam media :Informasi Pangan dan Gizi Vol. XIII No. 2, halaman 1-3

12.Notoatmodjo, S., (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.

13.Nasution, S., (2003) Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

14.Satoto, A.B. Jahari., Soekirman., (2002)

Growth Data from Posyandu in Indonesia : Precision, Accuracy, Realibility and Utilization. Jakarta :Gizi Indonesia, Vol. XXVI, No. 26, Halaman 18-24

15.Simon-Morton, B.G., Green, W.H., Gottlieb, N.H., (1995) Introduction to Health Education and Health Promotion. USA : Waveland Press inc. Illinois.

16.Wahyudin, D.H., Supriadi, D., & Abdulhak, I., (2002) Pengantar Pendidikan, Buku Materi Pokok MKDK 4301/3 SKS/Modul 1-9. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Gambar

Tabel 1.   Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian menurut Kelompok Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, LKS yang dibuat oleh guru IPA di sekolah tersebut belum dapat melatihkan keterampilan proses sains karena tidak terdapat kegiatan siswa untuk

Aedes aegypti merupakan salah satu vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).Setiap tahun kasus DBD mengalami peningkatan, maka dari itu pengendalian terhadap

Keberhasilan sebuah model belajar dalam membangun kemampuan dan keterampilan berpikir kritis harus mengikuti proses dan langkah- langkah sistematik bermula dari

keterangan yang tidak benar saya bersedia dituntut di muka Pengadilan serta bersedia menerima segala tindakan yang. diambil

This study compares performance of aerial image based point clouds (IPCs) and light detection and ranging (LiDAR) based point clouds in detection of thinnings and clear cuts

The Mu editor (Figure 2-13) makes loading/saving and deploying a lot easier, but it does require you to download the application onto your computer, and if you are using Windows,

Efek utama kognitif obat anti epilepsi adalah menganggu atensi, kewaspadaan dan kecepatan psikomotorik tapi efek sekunder dapat bermanisfestasi pada fungsi kognitif yang

Di tingkat aplikasi teknologi yang lebih dekat dengan masyarakat umum seperti teknologi komunikasi tidak jarang memberi dampak yang sangat berbahaya, baik dari sisi