PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Penyusunan Skripsi
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
YUNITA ANDRIYANI NPM: 1311100070
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Penyusunan Skripsi
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
YUNITA ANDRIYANI NPM: 1311100070
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pembimbing I : Dra. Nurhasanah Leni, M. Hum Pembimbing II: Ayu Nur Shawmi, M. Pd. I
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG
Oleh:
YUNITA ANDRIYANI
Motivasi belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran. Rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang mendukung keaktifan siswa saat proses pembelajaran. Adapun permasalahan yang mendasari dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Student Fcilitator and Explaining terhadap motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Student Facilitator and Explaining terhadap motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain Quasy Eksperimental design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung yang terdiri dari 3 kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas IV B sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 35 siswa dan kelas IV A sebagai kelas kontrol yang berjumlah 34 siswa. Motivasi siswa diukur dengan menggunakan tes berbentuk angket sebanyak 20 pernyataan yang telah dinyatakan valid dan reliabel.
Berdasarkan hasil analisis statistik normalitas, homogenitas dan uji t, diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Student Facilitator and Explaining terhadap motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung. Pada kelas eksperimen dengan menggunakan model Student Facilitator and Explaining, motivasi siswa memiliki rata-rata skor 73,588. Adapun untuk kelas kontrol memiliki skor rata-rata motivasi belajar siswa 68,5.
MOTTO
ْﻢِﮭِﺴُﻔْﻧَﺎِﺑ ﺎَﻣ اْوُﺮﱢﯿَﻐُﯾ ﻰّٰﺘَﺣ ٍمْﻮَﻘِﺑ ﺎَﻣ ُﺮﱢﯿَﻐُﯾ َﻻ َّٰﷲ ﱠنِا
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d. 11).1
Siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan menang
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah dan rasa syukur yang tak terkira dan sebagai ungkapan terimakasih, peneliti persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Mad Sidik dan Ibu Janiah yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya kepada saya, yang menjadi penyemangat dalam hidup saya dan yang selalu mendoakan untuk kebahagiaan dan keberhasilan saya.
2. Kakak saya Kuswoyo dan Firmanudin yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk meraih cita-cita.
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya yang telah
dilimpahkan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan seperti apa yang
diharapkan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah UIN Raden Intan Lampung. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti merasa perlu menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Ibu Syofnidah Ifrianti, M. Pd, selaku ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) UIN Raden Intan Lampung.
3. Ibu Nurul Hidayah, M. Pd, selaku sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) UIN Raden Intan Lampung.
4. Ibu Dra. Nurhasanah Leni, M. Hum, selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Ayu Nur Shawmi, M. Pd. I, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Agustami, S. Ag, selaku kepala MIN 2 Bandar Lampung, Ibu Eva
Wati, S. Pd. I, selaku wali kelas IV A, Ibu Tati Asmara Juita, S. Pd. I selaku
walikelas IV B, Ibu yuyun Wahyuni, S. Ag selaku walikelas IV C, Ibu Tati, S.Pd.
I selaku guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam beserta seluruh staf dan
dewan guru MIN 2 Bandar Lampung yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman PGMI B 2013 dan Sahabat-sahabat peneliti Elia Merita, Eha
Zulaiha, Wiwin Apriyani, Septiyawati, Yulinda Isnaeni, Mutiara Siagian, Mella
Fransiska, Winingrum Astari terimakasih atas doa dan dukunganya.
9. Semua pihak yang membantu terselesaikanya skripsi ini yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, disebabkan karena masih terbatasnya ilmu dan teori penelitian yang
peneliti kuasai. Oleh karenanya, kepada para pembaca kiranya dapat memberikan
masukan dan saran-saran yang bersifat membangun sehingga penelitian ini akan lebih
baik lagi. Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua,
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Bandar Lampung, September 2017 Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
ABSTRAK ... iii
PERSETUJUAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 8
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and Explaining ... 10
1. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 10
a. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning ... 12
b. Karakteristik Pembelajaran Cooperative Learning ... 14
c. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning ... 16
2. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining ... 18
a. Pengertian Model Student Facilitator and Explaining ... 18
b. Langkah-Langkah Model Student Facilitator and Explaining ... 21
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Student Facilitator and Explaining ... 22
B. Model Pembelajaran Mind Mapping ... 25
1. Pengertian Model Mind Mapping ... 25
2. Langkah-Langkah Model Mind Mapping ... 25
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Mind Mapping ... 26
C. Motivasi Belajar ... 28
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 28
2. Fungsi Motivasi Belajar ... 30
3. Macam-Macam Motivasi Belajar ... 32
4. Bentu Motivasi Belajar Dalam Sekolah ... 33
D. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam ... 35
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 35
2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI ... 38
3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ... 40
E. Penelitian Relavan ... 41
F. Kerangka Berfikir ... 43
G. Hipotesis Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47
B. Variabel ... 48
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampling ... 49
1. Populasi ... 49
2. Sampel ... 50
3. Teknik Pengambilan Sampling ... 50
D. Teknik Pengumpulan Data ... 51
1. Angket ... 51
2. Dokumentasi ... 53
E. Instrument Penelitian ... 53
F. Uji Instrumen Penelitian ... 56
1. Uji Validitas ... 56
2. Uji Reliabilitas ... 58
G. Analisis Data ... 60
1. Uji Normalitas ... 60
2. Uji Homogenitas ... 61
3. Uji Hipotesis ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 65
1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah ... 65
2. Visi dan Misi ... 66
3. Daya Dukung Eksternal... 68
4. Data Pengajar/Guru ... 69
5. Data Siswa ... 70
6. Sarana dan Prasarana ... 70
7. Struktur Organisasi ... 72
B. Tahapan Penelitian ... 74
1. Persiapan ... 74
2. Perizinan ... 74
3. Pelaksanaan ... 74
4. Pasca Pelaksanaan ... 75
C. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 75
1. Uji Prasyarat ... 75
a. Uji Normalitas ... 75
2. Uji Hipotesis ... 77 D. Pembahasan ... 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Motivasi Belajar Siswa Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung ... 6
Tabel 2 : Desain Penelitian Quasy Eksperimen ... 49
Tabel 3 : Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 56
Tabel 4 : Kisi-kisi Lembar Daftar Dokumentasi ... 57
Tabel 5 : Kriteria Validitas ... 58
Tabel 6 : Hasil Validitas ... 58
Tabel 7 : Kriteria Reliabilitas ... 60
Tabel 8 : Data Pengajar/Guru MIN 2Bandar Lampung ... 70
Tabel 9 : Data Jumlah Siswa Kelas I s.d VI ... 71
Tabel 10: Data Sarana dan Prasarana MIN 2 Bandar Lampung ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran ... 86
Lampiran 2 : RPP Kelas Eksperimen ... 96
Lampiran 3 : RPP Kelas Kontrol ... 141
Lampiran 3 : Daftar Nilai Tes Angket Motivasi Belajar ... 186
Lampiran 4 : Kisi-Kisi Uji Coba Angket ... 187
Lampiran 5 : Angket Motivasi Belajar Uji Coba ... 189
Lampiran 6 : Perhitungan Validitas ... 192
Lampiran 7 : Perhitungan Reliabilitas ... 194
Lampiran 8 : Kisi-Kisi Angket Valid ... 195
Lampiran 9 : Angket Motivasi Belajar Valid ... 197
Lampiran 10: Perhitungan Normalitas Eksperimen ... 200
Lampiran 11: Perhitungan Normalitas Kontrol ... 203
Lampiran 12: Perhitungan Homogenitas ... 206
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Sebagaimana penjelasan di atas,
pendidikan merupakan sarana belajar bagi siswa. Pendidikan diharapkan mampu
membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju suatu
perubahan yang positif untuk dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk
sosial sesuai dengan kemampuanya masing-masing.
Pendidikan juga harus menanamkan nilai keagamaan dengan tujuan
membentuk pribadi yang berahlak mulia. Sesuai dengan tujuan tersebut,
pendidikan sepatutnya dapat membuat kehidupan hari ini lebih baik dari hari
kemarin. Dalam konteks ini, kemarin tidak dipahami sebagai satu hari yang
sudah lewat, melainkan semua hari, minggu, bulan, windu abad bahkan
mellineum yang sudah lewat. Dengan kata lain yang dimaksud adalah sejarah.3
2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam) (Jakarta: Rajawali Pers, Ed.Revisi-10,2012), h. 4.
Sejarah di sini sebagai suatu kejadian yang sudah lewat yang bisa diambil
manfaatnya untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata syajarah atau syajara.
Syajarah berarti pohon, atau syajara yang berarti terjadi. Kedua kata dalam
bahasa Arab inilah yang kemudian dilafalkan sebagai sejarah dalam bahasa
Indonesia.4 Sebagaimana pohon, sejarah yang sering dipahami sebagai cerita
masa lalu mempunyai akar yang menjadi asal muasal peristiwa atau sumber
kejadian yang begitu penting sampai dikenang sepanjang waktu. Akar pohon
yang baik menumbuhkan batang yang besar, kokoh dan tinggi yang dibarengi
dengan pertumbuhan dahan, ranting, daun, bunga, dan buah yang bermanfaat
bagi manusia. Begitu juga dengan sejarah, kalau sejarah suatu peristiwa itu
mempunyai titik awal atau dasar yang baik maka akan melahirkan budaya beserta
cabang-cabangnya, seperti ekonomi, politik, bahasa dan pengetahuan yang pada
akhirnya membuahkan karya seni dan teknologi yang bermanfaat bagi manusia.5
Pengertian di atas mengandung arti bahwa sejarah merupakan suatu
peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan akan dikenang sepanjang waktu yang
bisa kita ambil pelajarannya tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi
sehingga pada kehidupan sekarang kita bisa mengambil manfaat dari kejadian
tersebut untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan manusia yang
berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang banyak belajar tanpa
melupakan sejarah, karena banyak sekali yang dapat dipetik dari sejarah. Allah
SWT berfirman sebagai berikut:
َﻚِﻟ َٰﺬَﻛ
ِﻣ َﻚَٰﻨۡﯿَﺗاَء ۡﺪَﻗَو َۚﻖَﺒَﺳ ۡﺪَﻗ ﺎَﻣ ِءٓﺎَﺒۢﻧَأ ۡﻦِﻣ َﻚۡﯿَﻠَﻋ ﱡﺺُﻘَﻧ
ا ٗﺮ ۡﻛِذ ﺎﱠﻧُﺪﱠﻟ ﻦ
)
٩٩
(
Artinya: “Demikianlah kami kisahkan padamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sesungguhnya, kami telah berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur’an) dari sisi kami” (QS. TaHa: 99).6
Sebagaiman dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, sebagai umat Islam kita
dianjurkan untuk memperhatikan kisah-kisah yang telah terjadi terdahulu (Nabi
dan Rasul) untuk kehidupan yang selanjutnya agar kisah tersebut dapat dijadikan
sebagai pengajaran. Mempelajari kisah-kisah terdahulu dalam sejarah Islam akan
memberikan kita bahwa segala yang bermanfaat pada zaman Nabi dan Rasul
dapat dijadikan pedoman, dan hal yang tidak bermanfaat dapat ditinggalkan.
Sejarah Islam sangat penting dipelajari, karena di dalamnya mengandung semua
peristiwa yang menyangkut pemikiran politik, ekonomi, teknologi maupun seni
yang disebut kebudayaan. Kebudayaan ini adalah hasil karya, rasa dan cipta
orang-orang muslim, maka sejarah yang dimaksud adalah Sejarah Kebudayaan
Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam dapat dipahami sebagai cerita peristiwa masa
lalu mengenai kebudayaan Islam atau hasil karya orang muslim. Dalam Sejarah
Kebudayaan Islam salah satunya terdapat peristiwa Nabi Muhammad SAW dari
lahir, diutus menjadi Rasul bahkan hingga beliau wafat. Pengetahuan yang
terkandung dalam Sejarah Kebudayaan Islam tersebut dapat dijadikan paradigma untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.7 Materi Sejarah Kebudayaan Islam berisi pengetahuan yang berhubungan dengan peristiwa masa lampau. Pengetahuan tersebut membuat siswa harus memahami materi yang cukup banyak, seperti pengertian sejarah, cara kerja sejarah dan mengambil pelajaran dari sejarah kemudian mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seringkali siswa menyalin langsung seluruh materi yang ada di buku.
Bentuk pembelajaran seperti ini memunculkan kesulitan untuk siswa. Siswa tidak bisa memahmi seluruh materi Sejarah Kebudayaan Islam, akhirnya siswa merasa jenuh dan tidak tertarik untuk belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menguasai konsep-konsep Sejarah Kebudayaan Islam sehingga pada akhirnya kesulitan yang dihadapi siswa dapat dipecahkan.
Berdasarkan hasil Pra-Survey yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa ada masalah yang dihadapi siswa saat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam. Sebagian siswa merasa kurang termotivasi ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam, lalu pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa mengalami kejenuhan dan model pembelajaran yang digunakan sudah seringkali digunakan, sehingga kurang mendukung keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan
beberapa siswa ketika proses pembelajaran berlangsung tidak ada interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa sehingga mereka merasa jenuh dan kurang termotivasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.8
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Tati, S. Pd. I selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam di MIN 2 Bandar Lampung, beliau mengatakan bahwa pada saat proses pembelajaran masih belum menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan masalah siswa. Kemungkinan penggunaan model pembelajaran yang digunakan sudah berulangkali sehingga siswa merasa jenuh akibatnya proses pembelajaran pun dirasa belum maksimal. Kondisi ini lah yang mengakibatkan pembelajaran kurang kondusif, banyak siswa yang tidak memperhatikan guru serta siswa lebih sering melakukan hal-hal diluar dari aktivitas belajar seperti mengobrol dengan teman, siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran mereka kurang berani dalam menyampaikan pendapat maupun menanyakan hal-hal yang kurang dipahami, sehingga masih banyak siswa yang motivasi belajarnya kurang terutama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.9 Berikut adalah data tentang motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut:
8 Hasil wawancara dengan siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung pada Selasa 17 Januari 2017, pukul 12.45 WIB.
Tabel I
Motivasi Belajar Siswa Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.10
No Indikator
Tingkatan
Jumlah Tinggi Sedang Rendah
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 35 - - 35 2. Adanya dorongan dan kebutuhan belajar 3 23 9 35 3. Adanya harapan dan cita-cita masa
depan 7 28 - 35
4. Adanya penghargaan dalam belajar 3 12 20 35 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar 7 19 9 35
6. Adanya lingkungan belajar yang
kondusif 3 18 14 35
Sumber: Hasil Pra-Survey Angket Motivasi Belajar Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung.
Data tabel di atas menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa sangat bervariasi dalam melakukan proses pembelajaran, data tersebut menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang baru, mungkin model baru lebih memungkinkan siswa menjadi lebih aktif sehingga diharapkan motivasi belajar siswa meningkat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah Student Facilitator and Explaining.
Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk mempresentasikan ide atau pendapatnya dengan siswa lain melalui bagan atau peta konsep, sehingga dapat lebih memahami materi.
Berkaitan dengan hal tersebut siswa diharapkan akan termotivasi menjadi tertarik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.11 Model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk mningkatkan penguasaan materi.12
Dari penjelasan di atas, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dirasa dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik, siswa lebih mudah menyerap materi Sejarah Kebudayaan Islam yang berisi cerita masa lampau dengan caranya sendiri seperti membuat bagan atau peta konsep agar memudahkan memahami materi, siswa juga dapat mengungkapkan ide atau pendapatnya dengan kreativitasnya membuat bagan atau peta konsep. Model tersebut juga membuat siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran pun akan lebih menarik dan menyenangkan sehingga diharapkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkat.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and Explaining Terhadap Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV MIN 2 Bandar Lampung”
11 Elsa Apriyana, “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Pada Pembelajaran Fisika Siswa kelas X SMA Negeri 3 LubukLinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Jurnal Pendidikan dan Keguruan (STKIP PGRI, Lubuklinggau, 2015), h. 4.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Motivasi belajar siswa yang masih rendah.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengalami kejenuhan ketika mengikuti proses kegiatan pembelajaran.
3. Model pembelajaran yang digunakan kurang mendukung keaktifan siswa. C. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan agar peneliti lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian, sehingga ruang lingkup yang diuji menjadi lebih spesifik, dan menghasilkan penelitian yang lebih efektif. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah antara lain:
1. Penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
2. Penelitian yang dilakukan untuk melihat motivasi belajar siswa. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kesulitan siswa
sekaligus membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang
diinginkan. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student
Facilitator and Explaining Terhadap Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Siswa Kelas IV MIN 2 Bandar Lampung.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV
MIN 2 Bandar Lampung.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan reverensi untuk penelitian berikutnya mengenai variasi model
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and Explaining
1. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran Cooperative merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademis, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).13 Jadi model Cooperative Learning mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang
tingkat kemampuanya berbeda-beda satu sama lain kemudian berkumpul
jadi satu dan saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan model
pembelajaran yang mengandung suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dalam setiap anggota kelompok
itu sendiri.14 Pembelajaran Cooperative Learning melatih siswa untuk saling
bekerja sama dalam memahami materi pembelajaran, dalam Cooperative
Learning belajar dikatakan belum sesuai jika salah satu teman dalam
13 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 194.
kelompok belum menguasai bahan pelajaran, untuk itu dibutuhkan kerja
sama yang baik dalam satu kelompok untuk mendapatkan keberhasilan yang
diinginkan.
Menurut Artz dan Newman (dalam Miftahul Huda), mendefinisikan
pembelajaran Cooperative sebagai kelompok kecil siswa yang bekerja sama
dalam suatu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelsaikan sebuah tugas,
atau mencapai satu tujuan bersama.15 Sistem pembelajaran kerja sama atau
gotong royong akan memudahkan siswa, siswa akan diberikan kesempatan
untuk secara bersama-sama dengan kelompoknya mencari solusi
masalah-masalah yang dihadapi, nantinya siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit ketika mereka berdiskusi sehingga
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Slavin, dalam metode pembelajaran Cooperative, para siswa
akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang
untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.16 Dengan
berkelompok secara tidak sadar siswa akan tumbuh rasa kebersamaan satu
sama lain, sehingga siswa akan lebih mempermudah menguasai materi, jika
dalam satu kelompok tersebut terdapat siswa yang kurang paham terhadap
materi pembelajaran maka teman sekelompoklah yang akan membantunya
sehingga terjadi perataan kemampuan dalam setiap kelompok.
Panitz (dalam Agus Suprijono) menyatakan bahwa pembelajaran
Cooperative adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih diarahkan oleh guru.17
Cooperative Learning juga mengajarkan pengetahuan yang lebih luas untuk
siswa, pada pembelajaran ini bukan hanya konsep-konsep yang sulit yang
dapat dipecahkan tetapi siswa juga bisa menambah wawasanya dengan cara
pertukaran pendapat yang terjadi dalam kelompok saat berdiskusi. Dapat
disimpulkan pembelajaran Cooperative Learning adalah model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam kelompok-kelompok kecil yang
secara sadar menciptakan interksi positif dengan siswa lainya dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda setiap siswa. Pembelajaran Cooperative
akan membuat siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep
ketika mereka saling berdiskusi dalam kelompoknya. Selain pengertian
diatas terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan pembelajaran
Cooperative yaitu:
a. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
Segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki tujuan, begitu juga
dalam pembelajaran Cooperative. Tujuan dari pembelajaran adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.18 System ini berbeda
dengan kelompok konvensional yang menerapkan system kompetisi, di
mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.
Menurut Ridwan Abdullah tujuan pembelajaran Cooperative
yang perlu dicapai adalah (a) penguasaan pengetahuan akademik ; (b)
penerimaan terhadap keragaman; dan (c) pengembangan keterampilan
social. Hasil belajar yang diperoleh menggunakan model pembelajaran
Cooperative menurut Arends adalah prestasi akademik, toleransi serta
menerima keaneka agaman, dan pengembangan keterampilan sosial.19
Tujuan pembelajaran Cooperative dapat disimpulkan yaitu
keberhasilan kelompok menentukan keberhasilan individu, dengan
adanya kerja sama dan interaksi dalam pembelajaran Cooperative
membuat terjadinya saling membelajarkan antar individu tiap kelompok
yang akan menimbulkan keluwesan saling berbagi informasi sehingga
dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan akademik individu dalam
kelompok. Pembelajaran Cooperative memberi peluang bagi peserta
didikdari berbagai latar belakang dan kondisi untuk untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademikmdan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajr saling menghargai terhadap
18 Sofan Amri, Lif Khoiru,, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran (Jakarta: prestasi Pustaka, 2010), h. 93.
perbedaan individu satu sama lain. Tujuan penting lainnya yaitu untuk
mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas.
b. Karakteristik Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran Cooperative memilkii cirri khas tersendiri yang membedakannya dengan pembelajaran yang lainnya. Karakteristik
pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan kepada proses kerja sam yang dilakukan dalam
kelompok.
Wina Sanjaya dalam bukunya mengemukakan pendapat bahwa
pembelajaran Cooperative mempunyau dua komponen utama, yaitu komponen tugas Cooperative (Cooperative Task) dan komponen struktur insentif Cooperative (Cooperative Incentive Structure).20 Tugas
Cooperative berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur
intensif Cooperative merupakan suatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sam mencapai tujuan kelompok. Struktur intensif
dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui
struktur intensif setiap angota kelompok bekerja keras untuk belajar,
mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran,
sehingga mencapai tujuan kelompok.
Menurut Rusman karakteistik atau cirri-ciri pembelajaran
Cooperative dapat dijelaskan sebagai berikut:21
1) Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim
harus mampu membuat setiap siswa belajr untuk saling membantu
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada manajemen Cooperative
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai tiga fungsi
yaitu funsi perncanaan, fungsi organisasi, dan fungsi control.
3) Kemauan untuk bekerja sama
Tanpa kerja sam yang bai, pembelajaran Cooperative tidak akan mencapai hasil yang oftimal.
4) Keterampilan kerja sama
Kemampuan kerja sama itu dipraktikan melalui aktifitas dalam
kegiatan pembelajaran secara kelompok.
Menurut Slavin dalam buku isjoni terdapat tiga konsep sentral
yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, seperti dijalaskan
berikut ini:22
1) Penghargaan kelompok
Cooverative Learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas criteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggata kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling membantu.
2) Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk kenerhasilan kelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooverative Learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sam memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik dalam kelompoknya.
c. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning
Keunggulan pembelajaran Cooperative yaitu sebagai berikut:
1) Melalui pembelajaran Cooperative siswa tidak menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir
sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari
siswa lain.
2) Pembelajaran Cooperative dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkan dengan ide-ide lain.
3) Pembelajaran Cooperative dapat membantu anak untuk respek kepada
orang lain dan menyadari akan segala kebatasanya dan menerima
segala perbedaan.
4) Pembelajaran Cooperative dapat membantu memberdayakan siswa untuk bertanggung jawab dan belajar.
5) Pembelajaran Cooperative merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan restasi akademik sekaligus sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu dan
sikap positif terhadap sekolah.
6) Melalui pembelajaran Cooperative dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamanya sendiri,
menerima umpan balik
7) Pembelajaran Cooperative dapat meningkatkan siswa untuk menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak.
8) Interaksi selama pembelajaran Cooperative berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.23
23 Ari Saputra,” Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and
Adapun Kekurangan Pembelajaran Cooperative yaitu sebagai berikut:
1) Pembelajaran Cooperative sangat membutuhkan banyak waktu dan sangat tidak rasional.
2) Ciri utama dari pembelajaran Cooperative adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran Cooperative didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian guru menyadari bahwa
sebenarnya hasil yang diharapkan prestasi setiap siswa.
4) Keberhasilan dalam pembelajaran Cooperative dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan waktu yang sangat
panjang.
5) Walaupun kemampuan kerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual. Oleh karena itu pembelajaran Cooperative bukan pembelajaran yang mudah untuk dilakukan.24
2. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
a. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
merupakan model yang melatih siswa untuk dapat mempresentasikan
ide atau gagasan mereka pada teman-tamanya. Model pembelajaran ini
akan relavan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang
materi pembelajaran yang akan di presentasikan. Untuk itu
pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan
peserta didik secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.25
Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran
aktif, pada model ini siswa dilatih supaya lebih berani mengungkapkan
pendapat yang mereka punya dan siswa juga akan belajar bagaimana
memahami materi yang ada dengan cara mereka sendiri agar materi
pembelajaran bisa terserap semaksimal mungkin.26 Model Student Facilitator and Explaining merupakan model yang menjadikan siswa
dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan
kreativitas dan keaktifan belajar siswa. Pembelajaran Cooperative
merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam
kelompok kecil secara kolaboratif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran student facilitator and explaining
memberikankesempatan kepada siswa untuk belajar mempresentasikan
ide atau pendapat kepada siswa lainnya dan model pembelajaran ini
25 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Jakarta: Kata Pena, 2015), h. 79.
lebih efektif digunakan untuk siswa dalam proses pembelajaran secara
individu.27
Penerapan model Student Facilitator and Explaining diharapkan
dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan
dapat meningkatkan keaktifan siswa seperti yang dijelaskan dalam
jurnal internasional berikut “Learning Model Student Facilitator and
Explaining is a collaborative learning activity that teachers can use in
the middle of the lesson so as to avoid the way of teaching that is always
dominated by teachers in learning. Model student facilitator and
explaining is how the teacher is able to present or demonstrate the
material in front of the student then give the student the opportunity to
explain to his or her friends. Through collaborative learning activities
(collaboration) students are expected to acquire knowledge, skills, and
attitudes actively. In the model Student Facilitator and Explaining
students learn to present ideas to other colleagues. Such learning will
train students to speak to convey their own ideas or opinions”.28
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining juga
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
27 Siti Nurhayati, “Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Satria Pekanbaru” (Skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru), h. 14.
keaktifan, minat, motivasi dan kreativitas siswa serta merancang proses
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Model ini menekan
pada keaktifan siswa dalam merubah dan memberikan pendapat kepada
teman-temannya dengan menggunakan cara dan bahasanya sendiri.
Model ini juga efektif dalam melatih siswa berbicara, sehingga siswa
tidak lagi hanya menjadi objek pembelajaran, tetapi juga sebagai subjek
yang dapat mengalami, menemukan, mengkonstruksikan, dan
memahami konsep dengan cara melakukan ataumerubah benda,
menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan
berupa benda, tempat serta peristiwa-peristiwa disekitar mereka.29
Dengan demikian dapat disimpulkan model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran aktif
dan menarik yang melatih siswa menyampaikan pendapat mereka dan
melatih siswa bagaimana cara memahami materi dengan caranya sendiri
supaya lebih maksimal mungkin menyerap materi yang ada sehingga
timbul motivasi dalam diri siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining
Langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining adalah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran tersebut.
2. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainya, misalnya melalui bagan atau peta konsep, dan dilakukan
secara bergiliran.
4. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup.30
Dari uraian langkah-langkah pembelajaran menggunakan model
Student Facilitator and Explaining tersebut, disimpulkan secara singkat
bahwa pembelajaran dimulai dari guru menyampaikan pokok bahasan,
siswa membuat Student Facilitator and Explaining, kemudian siswa
mempresentasikan, guru menyimpulkan ide-ide atau pendapat dari
siswa, dan penutup.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
Pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru,
tentunya memiliki kelebihan dan beragam kelemahan. Berikut ini akan
dipaparkan beberapa kelebihan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining yaitu:
1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan materi pelajaran kepada
siswa lain.
2. Siswa bisa belajar mengeluarkan ide-ide yang ada dipikiranya
sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
3. Membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit.
4. Meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan
dengan demonstrasi.
5. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan
untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar.
6. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam
menjelaskan materi ajar.
7. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau
gagasan.31
Selanjutnya akan dipaparkan beberapa kelemahan tentang model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu sebagai berikut:
1. Siswa pemalu seringkali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang
diperintahkan oleh guru.
31 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temanya karena
keterbatasan waktu pembelajaran).
3. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau
menerangkan materi ajar secara ringkas.32
4. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang
tampil.
5. Banyak siswa yang kurang aktif.33
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan juga
kekurangan. Namun, guru haruslah mampu mendesain pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru pun harus terampil
menggunakan berbagai macam model pembelajaran serta menyesuaikan
model pembelajaran tersebut dengan karakteristik mata pelajaran yang
diajarkan. Sehingga antara satu model pembelajaran dengan model
pembelajaran lainnya akan secara berkesinambungan dalam membantu
guru dalam menyampaikan materi pelajaran serta dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
32Ibid, h. 229.
B. Model Pembelajaran Mind Mapping
1. Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping atau peta pikiran merupakan cara kreatif bagi siswa
perseorangan untuk memancing ide mencatat hal-hal yang dipelajari atau
merencanakan proyek baru. Mind Mapping bisa disebut juga sebagai peta
rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran
sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan terlibat sejak
awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah daripada
menggunakan teknik mencatat tradisional.34 Mind Mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dapat dikategorikan ke dalam
teknik mencatat kreatif karena pembuatan Mind Mapping ini membutuhkan
pemanfaatan dari imajinasi pembuatnya. Begitu pula dengan siswa, bagi
siswa yang kreatif akan lebih mudah dalam membuat Mind Mapping ini.
Dan semakin sering siswa membuat Mind Mapping akan membuatnya
semakin kreatif pula.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran
Mind Mapping
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
b. Guru menyajikan materi seperti biasa.
c. Guru membagi kelompok peserta didik menjadi 2-3 orang (bisa lebih
menyesuaikan keadaan kelas).
d. Beri waktu kepada siswa untuk berdiskusi.
e. Tunjuklah salah satu anggota dari kelompok untuk menceritakan materi
yang ia terima dari penjelasan yang sudah disampaikan oleh guru,
kemudian anggota kelompok lainnya membuat catatan dengan konsep
Mind Map. Anggota kelompok yang lain selanjutnya menyampaikan
hasil Mind Mapping yang telah mereka buat di depan kelas.
f. Lakukan kegiatan tersebut pada kelompok-kelompok yang lain secara
bergilir.
g. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan.35
Dari uraian langkah-langkah pembelajaran menggunakan model
Mind Mapping tersebut, disimpulkan secara singkat bahwa pembelajaran
dimulai dari guru menyampaikan pokok bahasan, siswa memperhatikan lalu
mencatat materi yang berupa kata-kata kunci yang penting dari materi
tersebut, siswa membuat Mind Map, kemudian siswa mempresentasikan, dan
kesimpulan.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Mind Mapping
Berikut beberapa kelebihan antara lain:
a. Model ini terbilang cukup cepat dimengerti dan cepat juga dalam
menyelesaikan persoalan.
b. Mind Mapping terbukti dapat digunakan untuk mengorganisasikan
ide-ide yang muncul di kepala.
c. Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.36
Sama dengan model pembelajaran lainnya, selalu memiliki titik
kelemahan. Adapun kelemahan dari Mind Mapping itu adalah:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
b. Tidak sepenuhnya siswa belajar.
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.37
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan juga
kekurangan. Namun, guru haruslah mampu mendesain pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru pun harus terampil menggunakan
berbagai macam strategi pembelajaran serta menyesuaikan model
pembelajaran tersebut dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan.
Sehingga antara satu model pembelajaran dengan model pembelajaran
lainnya akan secara berkesinambungan dalam membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran serta dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
36Ibid. h. 53
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak
dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.38 Jadi
motivasi adalah suatu dorongan perasaan dari dalam diri seseorang yang
mana seseorang tersebut mempunyai daya tarik untuk dapat melakukan
sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri siswa untuk
melalukan kegiatan belajar, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
serta pengalaman. Motivasi tersebut tumbuh karena adanya keinginan untuk
bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan
minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi
untuk mencapai prestasi dalam belajar.39
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata (dalam Djaali) adalah keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan
38 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 73.
aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.40 Sebagaimana pendapat di
atas, motivasi juga merupakan suatu kondisi yang mana seseorang dapat
mengarahkan tindakannya menuju perubahan yang positif ke arah suatu
tujuan.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.41 Dengan kata lain motivasi berarti suatu
kondisi yang berubah pada diri seseorang yang diawali dengan munculnya
perasaan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi neurophyiological yang ada pada organism manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling. Dalam hal ini motivasi relavan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari diri manusia, tetapi kemunculanya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 42
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah kondisi perubahan perasaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
40 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 101.
41 Sardiman, Op. Cit. h. 74.
Dari pernyataan para ahli di atas disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebetuhannya.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator
motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.43
Berdasarkan pendapat diatas dapat diarik kesimpulan bahwa motivasi
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku seseorang yang diperoleh dari
hasil pengalaman dan latihan terus menerus, perubahan tersebut diantaranya
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Fungsi Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil
belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi mempunyai
43 Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Dibidang Pendidikan (Jakarta:
fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi
kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan.
Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar motivasinya, dan makin
besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Kegiatan individu
tersebut saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut
sebagai proses motivasi.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :
a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.44
Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu mengarahkan dan meningkatkan
kegiatan. Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan
atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sesuatu
sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka
motivasi berperan mendekatkan, dan bila sasaran atau tujuan tidak
diinginkan oleh individu, maka individu menjauhi sasaran. Karena motivasi
berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi
bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan
sasaran.
Motivasi juga dapat berfungsi meningkatkan kegiatan. Suatu
perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah,
akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan
kemungkinan besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan
sungguh-sungguh, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil
lebih besar.
3. Macam-Macam Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus
diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga
seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat
dan semangat.45 Dari kedua faktor tersebut keduanya saling berpengaruh dan
berkaitan terhadap tingkat motivasi setiap siswa.
Berbicara tentang macam-macam motivasi belajar, ada dua macam
sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang
yang biasa disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar
diri seseorang yang biasa disebut “Motivasi ekstrinsik”.
1. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi melakukan sesuatu karena eksternal. Motivasi
ekstrinsik muncul akibat insentif eksternal atau pengaruh dari luar
siswa, misalnya: tuntutan, imbalan, atau hukuman.
2. Motivasi Instrinsik
Yaitu motivasi internal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu,
misalnya siswa meempelajari ilmu pengetahuan alam karena dia
menyenangi pelajaran tersebut.46
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik tergantung pada waktu dan konteks.
Keduanya mencirikan individu-individu dalam kaitannya dengan suatu
aktivitas tertentu. Aktivitas yang sama bisa jadi secara instrinsik atau secara
ekstrinsik memotivasi orang yang berbeda. Dari penjelasan diatas dapat
disumpulkan bahwa macam motivasi itu berasal dari dalam diri individu itu
sendiri dan ditambah oleh faktor luar yang mempengaruhi dan saling
berkaitan dalam mencapai tujuan yang sama.
4. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar dalam Sekolah
Pemberian motivasi belajar oleh guru terhadap siswanya sangat
penting dalam proses belajar mengajar agar terjadi pembelajaran yang
menyenangkan. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah :
a. Pemberian angka.
b. Pemberian hadiah. c. Persaingan. d. Pujian.
e. Teguran dan ancaman. f. Hukuman.47
Berdasarkan uraian diatas untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa banyak dipengaruhi oleh faktor luar yang mendorong tumbuhnya
motivasi belajar yang tinggi, disamping itu didukung faktor yang sudah ada
dalam diri individu itu sendiri.
5. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang ada pada diri setiap siswa memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terusmenerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya).
3. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah.
4. Lebih sering kerja mandiri.
5. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudahyakin akan sesuatu).
6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu.
7. Senang mencari dan memecahkan masalah.48
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran. Siswa yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan
melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan semangat.
Sebaliknya, siswa yang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas
bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan
pelajaran. Dalam belajar untuk mengetahui siswa mempunyai motivasi atau
tidak, dapat dilihat dalam proses belajar di kelas.
D. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab Syajaratun, artinya pohon.
Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon,
memiliki cabang dan ranting, bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh
dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Seirama dengan kata sejarah adalah
silsilh, kisah, hikayat yang berasal dari bahasa Arab.49 Sejarah disini
merupakan suatu peristiwa masa lalu yang mempunyai asal muasal dan
berkembang melahirkan cabang-cabang seiring waktu yang bisa diambil
manfaatnya dalam kehidupan.
Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Kebudayaan mencakup tata cara hidup
manusia di suatu tempat, sistem sosial, sistem ekonomi, serta sistem politik
kemasyarakatan dan negara.50 Berdasarkan pengertian umum kebudayaan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adalah hasil cipta,
karsa, dan rasa manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup berdasarkan
ajaran-ajaran Islam.
Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi
yang sangat vital.51 Secara bahasa Islam artinya penyerahan, kepatuhan atau
ketundukan. Adapun menurut istilah, Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk membimbing umat
manusia meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah
satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menelaah tentang
asal-usul, perkembangan, peran kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh
yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah
masyarakat Arab Pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW sampai dengan masa Khulafaurrasyidin.52 Jadi, dari
ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan
Islam adalah catatan lengkap tentang peristiwa dan segala sesuatu di masa
lampau yang dihasilkan oleh umat Islam yang dapat diambil manfaatnya
bagi kehidupan manusia.
50 Abu Achmadi, Sunarso, Bandini, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 2.
51 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kultura, 2008), h. 1.
Allah SWT berfirman:
َﻦﯾِﺬﱠﻟٱﺎَﮭﱡﯾَﺄَٰٓﯾ
ْاﻮُﻨَﻣاَء
َﱠ ٱْاﻮُﻘﱠﺗٱ
َو ٖۖﺪَﻐِﻟ ۡﺖَﻣﱠﺪَﻗ ﺎﱠﻣ ٞﺲۡﻔَﻧ ۡﺮُﻈﻨَﺘۡﻟَو
َۚﱠ ٱْاﻮُﻘﱠﺗٱ
ﱠنِإ
َﱠ ٱ
ُۢﺮﯿِﺒَﺧ
َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ
١٨
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18).
Pengetahuan sejarah dapat dijadikan modal untuk menghindari
hal-hal buruk yang akan terjadi dan membuka kemungkinan untuk dapat
melakukan suatu hal yang lebih baik. Pepatah mengatakan “A donkey does
not twice hurt it self in the same stone” (Seekor keledai tidak akan
tersandung batu pada batu yang sama) mengajarkan bahwa pengetahuan
mengenai masalalu begitu penting bahkan untuk seekor hewan sekalipun
untuk mengantisipasi “kecelakaan” atau hal buruk yang terjadi di masalalu.53
Islam memandang manusia sebagai makhluk pencipta dan
pendukung kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan ia membentuk
kebudayaan dan sekaligus mewariskan kebudayaan tersebut kepada
keturunannya maupun pada kelompok lain sebagai genarasi penerusnya.
Kesanggupan mewariskan dan menerima warisan ini merupakan anugerah
Allah SWT yang menjadikan manusia itu mulia.54
Allah SWT berfirman:
َﻦﯾِﺮَﺧاَء ﺎًﻣ ۡﻮَﻗ ﺎَﮭَٰﻨۡﺛَر ۡوَأَو َۖﻚِﻟ َٰﺬَﻛ
٢٨
Artinya:“Demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain.” (Ad-Dukhan: 28).
Pengetahuan sejarah selain dapat mengantisipasi dari hal buruk yang
pernah terjadi di masalalu juga dapat dijadikan pelajaran berharga mengenai
hal yang baik yang terjadi di masalalu yang telah diwariskan oleh Rasulullah
kepada umat manusia termasuk berupa kebudayaan.55 Sebagaimana firman
Allah SWT sebagai berikut.
ۡﺪَﻘﱠﻟ
َر ﻲِﻓ ۡﻢُﻜَﻟ َنﺎَﻛ
ِلﻮُﺳ
ِﱠ ٱ
ْاﻮُﺟ ۡﺮَﯾ َنﺎَﻛ ﻦَﻤﱢﻟ ٞﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮ ۡﺳُأ
َﱠ ٱ
َو
َﺮِﺧٓ ۡﻷﭑَﻣ ۡﻮَﯿۡﻟٱ
َﺮَﻛَذَو
َﱠ ٱ
ا ٗﺮﯿِﺜَﻛ
٢١
Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
Pengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan
peristiwa masa lampau yang dihasilkan umat manusia ini erat sekali
kaitannya dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an bahwa Rasulullah
merupakan suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Hal baik maupun
buruk yang terjadi di masa lampau dapat dijadikan pelajaran agar kehidupan
menjadi lebih baik.
2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah
Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk
mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa. Mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari landasan
ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh
Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
b. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lalu, masa kini, dan masa
depan.
c. Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan
sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
ekonomi, iptek, seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam.56
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
bertujuan memberikan motivasi kepada siswa agar dapat mengenal,
memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam selain untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian siswa mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam juga bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
untuk membangun kesadarannya akan pentingnya mempelajari landasan
ajaran, nilai-nilai dan norma-norma yang dibangun Rasulullah, melatih daya
kritisnya untuk memahami fakta-fakta sejarah, menumbuhkan apresiasi serta
agar siswa dapat meneladani peristiwa-peristiwa dalam Sejarah Kebudayaan
Islam.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah
Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Sejarah masyarakat Arab Pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan
Nabi Muhammad SAW.
b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan, dan ketabahanya dalam berdakwah, kepribadian Nabi
Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c. Peristiwa hijarah Nabi Muhammad SAW ke Yastrib, keperwiraan Nabi
Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayar
Rasulullah SAW.
d. Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.
e. Sejarah perjuangan Wali Songo.57
E. Penelitian Relevan
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada peneliti atau tulisan yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau menerapkan model
pembelajaran Cooperative tipe Student Facilitator and Explaining pada beberapa
mata pelajaran berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rully Marcelina, Sriyono, Sis