• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Penyusunan Skripsi

dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

YUNITA ANDRIYANI NPM: 1311100070

Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Penyusunan Skripsi

dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

YUNITA ANDRIYANI NPM: 1311100070

Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Pembimbing I : Dra. Nurhasanah Leni, M. Hum Pembimbing II: Ayu Nur Shawmi, M. Pd. I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(3)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS IV MIN 2 BANDAR LAMPUNG

Oleh:

YUNITA ANDRIYANI

Motivasi belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran. Rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang mendukung keaktifan siswa saat proses pembelajaran. Adapun permasalahan yang mendasari dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Student Fcilitator and Explaining terhadap motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Student Facilitator and Explaining terhadap motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain Quasy Eksperimental design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung yang terdiri dari 3 kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas IV B sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 35 siswa dan kelas IV A sebagai kelas kontrol yang berjumlah 34 siswa. Motivasi siswa diukur dengan menggunakan tes berbentuk angket sebanyak 20 pernyataan yang telah dinyatakan valid dan reliabel.

Berdasarkan hasil analisis statistik normalitas, homogenitas dan uji t, diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran cooperative tipe Student Facilitator and Explaining terhadap motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung. Pada kelas eksperimen dengan menggunakan model Student Facilitator and Explaining, motivasi siswa memiliki rata-rata skor 73,588. Adapun untuk kelas kontrol memiliki skor rata-rata motivasi belajar siswa 68,5.

(4)
(5)

MOTTO

ْﻢِﮭِﺴُﻔْﻧَﺎِﺑ ﺎَﻣ اْوُﺮﱢﯿَﻐُﯾ ﻰّٰﺘَﺣ ٍمْﻮَﻘِﺑ ﺎَﻣ ُﺮﱢﯿَﻐُﯾ َﻻ َّٰﷲ ﱠنِا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d. 11).1

 Siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan menang 

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah dan rasa syukur yang tak terkira dan sebagai ungkapan terimakasih, peneliti persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Mad Sidik dan Ibu Janiah yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya kepada saya, yang menjadi penyemangat dalam hidup saya dan yang selalu mendoakan untuk kebahagiaan dan keberhasilan saya.

2. Kakak saya Kuswoyo dan Firmanudin yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk meraih cita-cita.

(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya yang telah

dilimpahkan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan seperti apa yang

diharapkan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Prodi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah UIN Raden Intan Lampung. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti merasa perlu menyampaikan

ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

2. Ibu Syofnidah Ifrianti, M. Pd, selaku ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) UIN Raden Intan Lampung.

3. Ibu Nurul Hidayah, M. Pd, selaku sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) UIN Raden Intan Lampung.

4. Ibu Dra. Nurhasanah Leni, M. Hum, selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ibu Ayu Nur Shawmi, M. Pd. I, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

7. Bapak Agustami, S. Ag, selaku kepala MIN 2 Bandar Lampung, Ibu Eva

Wati, S. Pd. I, selaku wali kelas IV A, Ibu Tati Asmara Juita, S. Pd. I selaku

walikelas IV B, Ibu yuyun Wahyuni, S. Ag selaku walikelas IV C, Ibu Tati, S.Pd.

I selaku guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam beserta seluruh staf dan

dewan guru MIN 2 Bandar Lampung yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman PGMI B 2013 dan Sahabat-sahabat peneliti Elia Merita, Eha

Zulaiha, Wiwin Apriyani, Septiyawati, Yulinda Isnaeni, Mutiara Siagian, Mella

Fransiska, Winingrum Astari terimakasih atas doa dan dukunganya.

9. Semua pihak yang membantu terselesaikanya skripsi ini yang tidak bisa peneliti

sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, disebabkan karena masih terbatasnya ilmu dan teori penelitian yang

peneliti kuasai. Oleh karenanya, kepada para pembaca kiranya dapat memberikan

masukan dan saran-saran yang bersifat membangun sehingga penelitian ini akan lebih

baik lagi. Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua,

dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.

Bandar Lampung, September 2017 Peneliti

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and Explaining ... 10

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 10

a. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning ... 12

b. Karakteristik Pembelajaran Cooperative Learning ... 14

c. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning ... 16

2. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining ... 18

a. Pengertian Model Student Facilitator and Explaining ... 18

b. Langkah-Langkah Model Student Facilitator and Explaining ... 21

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Student Facilitator and Explaining ... 22

B. Model Pembelajaran Mind Mapping ... 25

1. Pengertian Model Mind Mapping ... 25

2. Langkah-Langkah Model Mind Mapping ... 25

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Mind Mapping ... 26

C. Motivasi Belajar ... 28

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 28

2. Fungsi Motivasi Belajar ... 30

3. Macam-Macam Motivasi Belajar ... 32

4. Bentu Motivasi Belajar Dalam Sekolah ... 33

(11)

D. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam ... 35

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 35

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI ... 38

3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ... 40

E. Penelitian Relavan ... 41

F. Kerangka Berfikir ... 43

G. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47

B. Variabel ... 48

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampling ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel ... 50

3. Teknik Pengambilan Sampling ... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Angket ... 51

2. Dokumentasi ... 53

E. Instrument Penelitian ... 53

F. Uji Instrumen Penelitian ... 56

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas ... 58

G. Analisis Data ... 60

1. Uji Normalitas ... 60

2. Uji Homogenitas ... 61

3. Uji Hipotesis ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 65

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah ... 65

2. Visi dan Misi ... 66

3. Daya Dukung Eksternal... 68

4. Data Pengajar/Guru ... 69

5. Data Siswa ... 70

6. Sarana dan Prasarana ... 70

7. Struktur Organisasi ... 72

B. Tahapan Penelitian ... 74

1. Persiapan ... 74

2. Perizinan ... 74

3. Pelaksanaan ... 74

4. Pasca Pelaksanaan ... 75

C. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 75

1. Uji Prasyarat ... 75

a. Uji Normalitas ... 75

(12)

2. Uji Hipotesis ... 77 D. Pembahasan ... 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Motivasi Belajar Siswa Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung ... 6

Tabel 2 : Desain Penelitian Quasy Eksperimen ... 49

Tabel 3 : Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 56

Tabel 4 : Kisi-kisi Lembar Daftar Dokumentasi ... 57

Tabel 5 : Kriteria Validitas ... 58

Tabel 6 : Hasil Validitas ... 58

Tabel 7 : Kriteria Reliabilitas ... 60

Tabel 8 : Data Pengajar/Guru MIN 2Bandar Lampung ... 70

Tabel 9 : Data Jumlah Siswa Kelas I s.d VI ... 71

Tabel 10: Data Sarana dan Prasarana MIN 2 Bandar Lampung ... 72

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran ... 86

Lampiran 2 : RPP Kelas Eksperimen ... 96

Lampiran 3 : RPP Kelas Kontrol ... 141

Lampiran 3 : Daftar Nilai Tes Angket Motivasi Belajar ... 186

Lampiran 4 : Kisi-Kisi Uji Coba Angket ... 187

Lampiran 5 : Angket Motivasi Belajar Uji Coba ... 189

Lampiran 6 : Perhitungan Validitas ... 192

Lampiran 7 : Perhitungan Reliabilitas ... 194

Lampiran 8 : Kisi-Kisi Angket Valid ... 195

Lampiran 9 : Angket Motivasi Belajar Valid ... 197

Lampiran 10: Perhitungan Normalitas Eksperimen ... 200

Lampiran 11: Perhitungan Normalitas Kontrol ... 203

Lampiran 12: Perhitungan Homogenitas ... 206

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Sebagaimana penjelasan di atas,

pendidikan merupakan sarana belajar bagi siswa. Pendidikan diharapkan mampu

membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju suatu

perubahan yang positif untuk dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk

sosial sesuai dengan kemampuanya masing-masing.

Pendidikan juga harus menanamkan nilai keagamaan dengan tujuan

membentuk pribadi yang berahlak mulia. Sesuai dengan tujuan tersebut,

pendidikan sepatutnya dapat membuat kehidupan hari ini lebih baik dari hari

kemarin. Dalam konteks ini, kemarin tidak dipahami sebagai satu hari yang

sudah lewat, melainkan semua hari, minggu, bulan, windu abad bahkan

mellineum yang sudah lewat. Dengan kata lain yang dimaksud adalah sejarah.3

2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam) (Jakarta: Rajawali Pers, Ed.Revisi-10,2012), h. 4.

(16)

Sejarah di sini sebagai suatu kejadian yang sudah lewat yang bisa diambil

manfaatnya untuk kehidupan yang lebih baik lagi.

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata syajarah atau syajara.

Syajarah berarti pohon, atau syajara yang berarti terjadi. Kedua kata dalam

bahasa Arab inilah yang kemudian dilafalkan sebagai sejarah dalam bahasa

Indonesia.4 Sebagaimana pohon, sejarah yang sering dipahami sebagai cerita

masa lalu mempunyai akar yang menjadi asal muasal peristiwa atau sumber

kejadian yang begitu penting sampai dikenang sepanjang waktu. Akar pohon

yang baik menumbuhkan batang yang besar, kokoh dan tinggi yang dibarengi

dengan pertumbuhan dahan, ranting, daun, bunga, dan buah yang bermanfaat

bagi manusia. Begitu juga dengan sejarah, kalau sejarah suatu peristiwa itu

mempunyai titik awal atau dasar yang baik maka akan melahirkan budaya beserta

cabang-cabangnya, seperti ekonomi, politik, bahasa dan pengetahuan yang pada

akhirnya membuahkan karya seni dan teknologi yang bermanfaat bagi manusia.5

Pengertian di atas mengandung arti bahwa sejarah merupakan suatu

peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan akan dikenang sepanjang waktu yang

bisa kita ambil pelajarannya tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi

sehingga pada kehidupan sekarang kita bisa mengambil manfaat dari kejadian

tersebut untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan manusia yang

berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang banyak belajar tanpa

(17)

melupakan sejarah, karena banyak sekali yang dapat dipetik dari sejarah. Allah

SWT berfirman sebagai berikut:

َﻚِﻟ َٰﺬَﻛ

ِﻣ َﻚَٰﻨۡﯿَﺗاَء ۡﺪَﻗَو َۚﻖَﺒَﺳ ۡﺪَﻗ ﺎَﻣ ِءٓﺎَﺒۢﻧَأ ۡﻦِﻣ َﻚۡﯿَﻠَﻋ ﱡﺺُﻘَﻧ

ا ٗﺮ ۡﻛِذ ﺎﱠﻧُﺪﱠﻟ ﻦ

)

٩٩

(

Artinya: “Demikianlah kami kisahkan padamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sesungguhnya, kami telah berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur’an) dari sisi kami” (QS. TaHa: 99).6

Sebagaiman dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, sebagai umat Islam kita

dianjurkan untuk memperhatikan kisah-kisah yang telah terjadi terdahulu (Nabi

dan Rasul) untuk kehidupan yang selanjutnya agar kisah tersebut dapat dijadikan

sebagai pengajaran. Mempelajari kisah-kisah terdahulu dalam sejarah Islam akan

memberikan kita bahwa segala yang bermanfaat pada zaman Nabi dan Rasul

dapat dijadikan pedoman, dan hal yang tidak bermanfaat dapat ditinggalkan.

Sejarah Islam sangat penting dipelajari, karena di dalamnya mengandung semua

peristiwa yang menyangkut pemikiran politik, ekonomi, teknologi maupun seni

yang disebut kebudayaan. Kebudayaan ini adalah hasil karya, rasa dan cipta

orang-orang muslim, maka sejarah yang dimaksud adalah Sejarah Kebudayaan

Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam dapat dipahami sebagai cerita peristiwa masa

lalu mengenai kebudayaan Islam atau hasil karya orang muslim. Dalam Sejarah

Kebudayaan Islam salah satunya terdapat peristiwa Nabi Muhammad SAW dari

lahir, diutus menjadi Rasul bahkan hingga beliau wafat. Pengetahuan yang

(18)

terkandung dalam Sejarah Kebudayaan Islam tersebut dapat dijadikan paradigma untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.7 Materi Sejarah Kebudayaan Islam berisi pengetahuan yang berhubungan dengan peristiwa masa lampau. Pengetahuan tersebut membuat siswa harus memahami materi yang cukup banyak, seperti pengertian sejarah, cara kerja sejarah dan mengambil pelajaran dari sejarah kemudian mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seringkali siswa menyalin langsung seluruh materi yang ada di buku.

Bentuk pembelajaran seperti ini memunculkan kesulitan untuk siswa. Siswa tidak bisa memahmi seluruh materi Sejarah Kebudayaan Islam, akhirnya siswa merasa jenuh dan tidak tertarik untuk belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menguasai konsep-konsep Sejarah Kebudayaan Islam sehingga pada akhirnya kesulitan yang dihadapi siswa dapat dipecahkan.

Berdasarkan hasil Pra-Survey yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa ada masalah yang dihadapi siswa saat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam. Sebagian siswa merasa kurang termotivasi ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam, lalu pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa mengalami kejenuhan dan model pembelajaran yang digunakan sudah seringkali digunakan, sehingga kurang mendukung keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan

(19)

beberapa siswa ketika proses pembelajaran berlangsung tidak ada interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa sehingga mereka merasa jenuh dan kurang termotivasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.8

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Tati, S. Pd. I selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam di MIN 2 Bandar Lampung, beliau mengatakan bahwa pada saat proses pembelajaran masih belum menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan masalah siswa. Kemungkinan penggunaan model pembelajaran yang digunakan sudah berulangkali sehingga siswa merasa jenuh akibatnya proses pembelajaran pun dirasa belum maksimal. Kondisi ini lah yang mengakibatkan pembelajaran kurang kondusif, banyak siswa yang tidak memperhatikan guru serta siswa lebih sering melakukan hal-hal diluar dari aktivitas belajar seperti mengobrol dengan teman, siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran mereka kurang berani dalam menyampaikan pendapat maupun menanyakan hal-hal yang kurang dipahami, sehingga masih banyak siswa yang motivasi belajarnya kurang terutama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.9 Berikut adalah data tentang motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut:

8 Hasil wawancara dengan siswa kelas IV MIN 2 Bandar Lampung pada Selasa 17 Januari 2017, pukul 12.45 WIB.

(20)

Tabel I

Motivasi Belajar Siswa Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.10

No Indikator

Tingkatan

Jumlah Tinggi Sedang Rendah

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 35 - - 35 2. Adanya dorongan dan kebutuhan belajar 3 23 9 35 3. Adanya harapan dan cita-cita masa

depan 7 28 - 35

4. Adanya penghargaan dalam belajar 3 12 20 35 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar 7 19 9 35

6. Adanya lingkungan belajar yang

kondusif 3 18 14 35

Sumber: Hasil Pra-Survey Angket Motivasi Belajar Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung.

Data tabel di atas menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa sangat bervariasi dalam melakukan proses pembelajaran, data tersebut menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang baru, mungkin model baru lebih memungkinkan siswa menjadi lebih aktif sehingga diharapkan motivasi belajar siswa meningkat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah Student Facilitator and Explaining.

Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk mempresentasikan ide atau pendapatnya dengan siswa lain melalui bagan atau peta konsep, sehingga dapat lebih memahami materi.

(21)

Berkaitan dengan hal tersebut siswa diharapkan akan termotivasi menjadi tertarik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.11 Model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk mningkatkan penguasaan materi.12

Dari penjelasan di atas, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dirasa dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik, siswa lebih mudah menyerap materi Sejarah Kebudayaan Islam yang berisi cerita masa lampau dengan caranya sendiri seperti membuat bagan atau peta konsep agar memudahkan memahami materi, siswa juga dapat mengungkapkan ide atau pendapatnya dengan kreativitasnya membuat bagan atau peta konsep. Model tersebut juga membuat siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran pun akan lebih menarik dan menyenangkan sehingga diharapkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and Explaining Terhadap Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV MIN 2 Bandar Lampung”

11 Elsa Apriyana, “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Pada Pembelajaran Fisika Siswa kelas X SMA Negeri 3 LubukLinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Jurnal Pendidikan dan Keguruan (STKIP PGRI, Lubuklinggau, 2015), h. 4.

(22)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis mengidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Motivasi belajar siswa yang masih rendah.

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengalami kejenuhan ketika mengikuti proses kegiatan pembelajaran.

3. Model pembelajaran yang digunakan kurang mendukung keaktifan siswa. C. Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan agar peneliti lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian, sehingga ruang lingkup yang diuji menjadi lebih spesifik, dan menghasilkan penelitian yang lebih efektif. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah antara lain:

1. Penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

2. Penelitian yang dilakukan untuk melihat motivasi belajar siswa. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe

(23)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kesulitan siswa

sekaligus membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang

diinginkan. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student

Facilitator and Explaining Terhadap Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Siswa Kelas IV MIN 2 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

2. Bagi Siswa

Meningkatkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV

MIN 2 Bandar Lampung.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan reverensi untuk penelitian berikutnya mengenai variasi model

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and Explaining

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative merupakan model pembelajaran

dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara

empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademis, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).13 Jadi model Cooperative Learning mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang

tingkat kemampuanya berbeda-beda satu sama lain kemudian berkumpul

jadi satu dan saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan model

pembelajaran yang mengandung suatu sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mana keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dalam setiap anggota kelompok

itu sendiri.14 Pembelajaran Cooperative Learning melatih siswa untuk saling

bekerja sama dalam memahami materi pembelajaran, dalam Cooperative

Learning belajar dikatakan belum sesuai jika salah satu teman dalam

13 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 194.

(25)

kelompok belum menguasai bahan pelajaran, untuk itu dibutuhkan kerja

sama yang baik dalam satu kelompok untuk mendapatkan keberhasilan yang

diinginkan.

Menurut Artz dan Newman (dalam Miftahul Huda), mendefinisikan

pembelajaran Cooperative sebagai kelompok kecil siswa yang bekerja sama

dalam suatu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelsaikan sebuah tugas,

atau mencapai satu tujuan bersama.15 Sistem pembelajaran kerja sama atau

gotong royong akan memudahkan siswa, siswa akan diberikan kesempatan

untuk secara bersama-sama dengan kelompoknya mencari solusi

masalah-masalah yang dihadapi, nantinya siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit ketika mereka berdiskusi sehingga

tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Menurut Slavin, dalam metode pembelajaran Cooperative, para siswa

akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang

untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.16 Dengan

berkelompok secara tidak sadar siswa akan tumbuh rasa kebersamaan satu

sama lain, sehingga siswa akan lebih mempermudah menguasai materi, jika

dalam satu kelompok tersebut terdapat siswa yang kurang paham terhadap

materi pembelajaran maka teman sekelompoklah yang akan membantunya

sehingga terjadi perataan kemampuan dalam setiap kelompok.

(26)

Panitz (dalam Agus Suprijono) menyatakan bahwa pembelajaran

Cooperative adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih diarahkan oleh guru.17

Cooperative Learning juga mengajarkan pengetahuan yang lebih luas untuk

siswa, pada pembelajaran ini bukan hanya konsep-konsep yang sulit yang

dapat dipecahkan tetapi siswa juga bisa menambah wawasanya dengan cara

pertukaran pendapat yang terjadi dalam kelompok saat berdiskusi. Dapat

disimpulkan pembelajaran Cooperative Learning adalah model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam kelompok-kelompok kecil yang

secara sadar menciptakan interksi positif dengan siswa lainya dengan tingkat

kemampuan yang berbeda-beda setiap siswa. Pembelajaran Cooperative

akan membuat siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep

ketika mereka saling berdiskusi dalam kelompoknya. Selain pengertian

diatas terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan pembelajaran

Cooperative yaitu:

a. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning

Segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki tujuan, begitu juga

dalam pembelajaran Cooperative. Tujuan dari pembelajaran adalah

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau

(27)

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.18 System ini berbeda

dengan kelompok konvensional yang menerapkan system kompetisi, di

mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.

Menurut Ridwan Abdullah tujuan pembelajaran Cooperative

yang perlu dicapai adalah (a) penguasaan pengetahuan akademik ; (b)

penerimaan terhadap keragaman; dan (c) pengembangan keterampilan

social. Hasil belajar yang diperoleh menggunakan model pembelajaran

Cooperative menurut Arends adalah prestasi akademik, toleransi serta

menerima keaneka agaman, dan pengembangan keterampilan sosial.19

Tujuan pembelajaran Cooperative dapat disimpulkan yaitu

keberhasilan kelompok menentukan keberhasilan individu, dengan

adanya kerja sama dan interaksi dalam pembelajaran Cooperative

membuat terjadinya saling membelajarkan antar individu tiap kelompok

yang akan menimbulkan keluwesan saling berbagi informasi sehingga

dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan akademik individu dalam

kelompok. Pembelajaran Cooperative memberi peluang bagi peserta

didikdari berbagai latar belakang dan kondisi untuk untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademikmdan melalui

struktur penghargaan kooperatif akan belajr saling menghargai terhadap

18 Sofan Amri, Lif Khoiru,, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran (Jakarta: prestasi Pustaka, 2010), h. 93.

(28)

perbedaan individu satu sama lain. Tujuan penting lainnya yaitu untuk

mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan

hubungan kerja dan tugas.

b. Karakteristik Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran Cooperative memilkii cirri khas tersendiri yang membedakannya dengan pembelajaran yang lainnya. Karakteristik

pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari proses pembelajaran yang

lebih menekankan kepada proses kerja sam yang dilakukan dalam

kelompok.

Wina Sanjaya dalam bukunya mengemukakan pendapat bahwa

pembelajaran Cooperative mempunyau dua komponen utama, yaitu komponen tugas Cooperative (Cooperative Task) dan komponen struktur insentif Cooperative (Cooperative Incentive Structure).20 Tugas

Cooperative berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur

intensif Cooperative merupakan suatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sam mencapai tujuan kelompok. Struktur intensif

dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui

struktur intensif setiap angota kelompok bekerja keras untuk belajar,

(29)

mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran,

sehingga mencapai tujuan kelompok.

Menurut Rusman karakteistik atau cirri-ciri pembelajaran

Cooperative dapat dijelaskan sebagai berikut:21

1) Pembelajaran secara tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim

harus mampu membuat setiap siswa belajr untuk saling membantu

mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada manajemen Cooperative

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai tiga fungsi

yaitu funsi perncanaan, fungsi organisasi, dan fungsi control.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Tanpa kerja sam yang bai, pembelajaran Cooperative tidak akan mencapai hasil yang oftimal.

4) Keterampilan kerja sama

Kemampuan kerja sama itu dipraktikan melalui aktifitas dalam

kegiatan pembelajaran secara kelompok.

Menurut Slavin dalam buku isjoni terdapat tiga konsep sentral

yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, seperti dijalaskan

berikut ini:22

(30)

1) Penghargaan kelompok

Cooverative Learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas criteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggata kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling membantu.

2) Pertanggung jawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk kenerhasilan kelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Cooverative Learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sam memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik dalam kelompoknya.

c. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning

Keunggulan pembelajaran Cooperative yaitu sebagai berikut:

1) Melalui pembelajaran Cooperative siswa tidak menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir

sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari

siswa lain.

2) Pembelajaran Cooperative dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkan dengan ide-ide lain.

(31)

3) Pembelajaran Cooperative dapat membantu anak untuk respek kepada

orang lain dan menyadari akan segala kebatasanya dan menerima

segala perbedaan.

4) Pembelajaran Cooperative dapat membantu memberdayakan siswa untuk bertanggung jawab dan belajar.

5) Pembelajaran Cooperative merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan restasi akademik sekaligus sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif

dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu dan

sikap positif terhadap sekolah.

6) Melalui pembelajaran Cooperative dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamanya sendiri,

menerima umpan balik

7) Pembelajaran Cooperative dapat meningkatkan siswa untuk menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak.

8) Interaksi selama pembelajaran Cooperative berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.23

23 Ari Saputra,” Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Facilitator and

(32)

Adapun Kekurangan Pembelajaran Cooperative yaitu sebagai berikut:

1) Pembelajaran Cooperative sangat membutuhkan banyak waktu dan sangat tidak rasional.

2) Ciri utama dari pembelajaran Cooperative adalah bahwa siswa saling membelajarkan.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran Cooperative didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian guru menyadari bahwa

sebenarnya hasil yang diharapkan prestasi setiap siswa.

4) Keberhasilan dalam pembelajaran Cooperative dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan waktu yang sangat

panjang.

5) Walaupun kemampuan kerja sama merupakan kemampuan yang

sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara

individual. Oleh karena itu pembelajaran Cooperative bukan pembelajaran yang mudah untuk dilakukan.24

2. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

a. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

merupakan model yang melatih siswa untuk dapat mempresentasikan

ide atau gagasan mereka pada teman-tamanya. Model pembelajaran ini

(33)

akan relavan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang

materi pembelajaran yang akan di presentasikan. Untuk itu

pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan

peserta didik secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi

maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.25

Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran

aktif, pada model ini siswa dilatih supaya lebih berani mengungkapkan

pendapat yang mereka punya dan siswa juga akan belajar bagaimana

memahami materi yang ada dengan cara mereka sendiri agar materi

pembelajaran bisa terserap semaksimal mungkin.26 Model Student Facilitator and Explaining merupakan model yang menjadikan siswa

dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan

kreativitas dan keaktifan belajar siswa. Pembelajaran Cooperative

merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam

kelompok kecil secara kolaboratif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran student facilitator and explaining

memberikankesempatan kepada siswa untuk belajar mempresentasikan

ide atau pendapat kepada siswa lainnya dan model pembelajaran ini

25 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Jakarta: Kata Pena, 2015), h. 79.

(34)

lebih efektif digunakan untuk siswa dalam proses pembelajaran secara

individu.27

Penerapan model Student Facilitator and Explaining diharapkan

dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan

dapat meningkatkan keaktifan siswa seperti yang dijelaskan dalam

jurnal internasional berikut “Learning Model Student Facilitator and

Explaining is a collaborative learning activity that teachers can use in

the middle of the lesson so as to avoid the way of teaching that is always

dominated by teachers in learning. Model student facilitator and

explaining is how the teacher is able to present or demonstrate the

material in front of the student then give the student the opportunity to

explain to his or her friends. Through collaborative learning activities

(collaboration) students are expected to acquire knowledge, skills, and

attitudes actively. In the model Student Facilitator and Explaining

students learn to present ideas to other colleagues. Such learning will

train students to speak to convey their own ideas or opinions”.28

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining juga

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

27 Siti Nurhayati, “Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Satria Pekanbaru” (Skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru), h. 14.

(35)

keaktifan, minat, motivasi dan kreativitas siswa serta merancang proses

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Model ini menekan

pada keaktifan siswa dalam merubah dan memberikan pendapat kepada

teman-temannya dengan menggunakan cara dan bahasanya sendiri.

Model ini juga efektif dalam melatih siswa berbicara, sehingga siswa

tidak lagi hanya menjadi objek pembelajaran, tetapi juga sebagai subjek

yang dapat mengalami, menemukan, mengkonstruksikan, dan

memahami konsep dengan cara melakukan ataumerubah benda,

menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan

berupa benda, tempat serta peristiwa-peristiwa disekitar mereka.29

Dengan demikian dapat disimpulkan model pembelajaran

Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran aktif

dan menarik yang melatih siswa menyampaikan pendapat mereka dan

melatih siswa bagaimana cara memahami materi dengan caranya sendiri

supaya lebih maksimal mungkin menyerap materi yang ada sehingga

timbul motivasi dalam diri siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining

Langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining adalah:

(36)

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam

pembelajaran tersebut.

2. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi

pembelajaran.

3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa

lainya, misalnya melalui bagan atau peta konsep, dan dilakukan

secara bergiliran.

4. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

6. Penutup.30

Dari uraian langkah-langkah pembelajaran menggunakan model

Student Facilitator and Explaining tersebut, disimpulkan secara singkat

bahwa pembelajaran dimulai dari guru menyampaikan pokok bahasan,

siswa membuat Student Facilitator and Explaining, kemudian siswa

mempresentasikan, guru menyimpulkan ide-ide atau pendapat dari

siswa, dan penutup.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student

Facilitator and Explaining

Pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru,

tentunya memiliki kelebihan dan beragam kelemahan. Berikut ini akan

(37)

dipaparkan beberapa kelebihan model pembelajaran Student Facilitator

and Explaining yaitu:

1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan materi pelajaran kepada

siswa lain.

2. Siswa bisa belajar mengeluarkan ide-ide yang ada dipikiranya

sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.

3. Membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit.

4. Meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan

dengan demonstrasi.

5. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan

untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar.

6. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam

menjelaskan materi ajar.

7. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau

gagasan.31

Selanjutnya akan dipaparkan beberapa kelemahan tentang model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu sebagai berikut:

1. Siswa pemalu seringkali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang

diperintahkan oleh guru.

31 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

(38)

2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temanya karena

keterbatasan waktu pembelajaran).

3. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau

menerangkan materi ajar secara ringkas.32

4. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang

tampil.

5. Banyak siswa yang kurang aktif.33

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan juga

kekurangan. Namun, guru haruslah mampu mendesain pembelajaran

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru pun harus terampil

menggunakan berbagai macam model pembelajaran serta menyesuaikan

model pembelajaran tersebut dengan karakteristik mata pelajaran yang

diajarkan. Sehingga antara satu model pembelajaran dengan model

pembelajaran lainnya akan secara berkesinambungan dalam membantu

guru dalam menyampaikan materi pelajaran serta dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

32Ibid, h. 229.

(39)

B. Model Pembelajaran Mind Mapping

1. Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping atau peta pikiran merupakan cara kreatif bagi siswa

perseorangan untuk memancing ide mencatat hal-hal yang dipelajari atau

merencanakan proyek baru. Mind Mapping bisa disebut juga sebagai peta

rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran

sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan terlibat sejak

awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah daripada

menggunakan teknik mencatat tradisional.34 Mind Mapping bisa juga

dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dapat dikategorikan ke dalam

teknik mencatat kreatif karena pembuatan Mind Mapping ini membutuhkan

pemanfaatan dari imajinasi pembuatnya. Begitu pula dengan siswa, bagi

siswa yang kreatif akan lebih mudah dalam membuat Mind Mapping ini.

Dan semakin sering siswa membuat Mind Mapping akan membuatnya

semakin kreatif pula.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran

Mind Mapping

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

b. Guru menyajikan materi seperti biasa.

(40)

c. Guru membagi kelompok peserta didik menjadi 2-3 orang (bisa lebih

menyesuaikan keadaan kelas).

d. Beri waktu kepada siswa untuk berdiskusi.

e. Tunjuklah salah satu anggota dari kelompok untuk menceritakan materi

yang ia terima dari penjelasan yang sudah disampaikan oleh guru,

kemudian anggota kelompok lainnya membuat catatan dengan konsep

Mind Map. Anggota kelompok yang lain selanjutnya menyampaikan

hasil Mind Mapping yang telah mereka buat di depan kelas.

f. Lakukan kegiatan tersebut pada kelompok-kelompok yang lain secara

bergilir.

g. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan.35

Dari uraian langkah-langkah pembelajaran menggunakan model

Mind Mapping tersebut, disimpulkan secara singkat bahwa pembelajaran

dimulai dari guru menyampaikan pokok bahasan, siswa memperhatikan lalu

mencatat materi yang berupa kata-kata kunci yang penting dari materi

tersebut, siswa membuat Mind Map, kemudian siswa mempresentasikan, dan

kesimpulan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Mind Mapping

Berikut beberapa kelebihan antara lain:

a. Model ini terbilang cukup cepat dimengerti dan cepat juga dalam

menyelesaikan persoalan.

(41)

b. Mind Mapping terbukti dapat digunakan untuk mengorganisasikan

ide-ide yang muncul di kepala.

c. Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.36

Sama dengan model pembelajaran lainnya, selalu memiliki titik

kelemahan. Adapun kelemahan dari Mind Mapping itu adalah:

a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.

b. Tidak sepenuhnya siswa belajar.

c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.37

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan juga

kekurangan. Namun, guru haruslah mampu mendesain pembelajaran sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru pun harus terampil menggunakan

berbagai macam strategi pembelajaran serta menyesuaikan model

pembelajaran tersebut dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan.

Sehingga antara satu model pembelajaran dengan model pembelajaran

lainnya akan secara berkesinambungan dalam membantu guru dalam

menyampaikan materi pelajaran serta dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

36Ibid. h. 53

(42)

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak

dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu

kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.38 Jadi

motivasi adalah suatu dorongan perasaan dari dalam diri seseorang yang

mana seseorang tersebut mempunyai daya tarik untuk dapat melakukan

sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri siswa untuk

melalukan kegiatan belajar, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan

serta pengalaman. Motivasi tersebut tumbuh karena adanya keinginan untuk

bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan

minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi

untuk mencapai prestasi dalam belajar.39

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata (dalam Djaali) adalah keadaan

yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan

38 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 73.

(43)

aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.40 Sebagaimana pendapat di

atas, motivasi juga merupakan suatu kondisi yang mana seseorang dapat

mengarahkan tindakannya menuju perubahan yang positif ke arah suatu

tujuan.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.41 Dengan kata lain motivasi berarti suatu

kondisi yang berubah pada diri seseorang yang diawali dengan munculnya

perasaan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Dari pengertian yang

dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting:

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi neurophyiological yang ada pada organism manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling. Dalam hal ini motivasi relavan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari diri manusia, tetapi kemunculanya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 42

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah kondisi perubahan perasaan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.

40 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 101.

41 Sardiman, Op. Cit. h. 74.

(44)

Dari pernyataan para ahli di atas disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebetuhannya.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator

motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.43

Berdasarkan pendapat diatas dapat diarik kesimpulan bahwa motivasi

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku seseorang yang diperoleh dari

hasil pengalaman dan latihan terus menerus, perubahan tersebut diantaranya

meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil

belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang

diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi mempunyai

43 Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Dibidang Pendidikan (Jakarta:

(45)

fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi

kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan.

Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar motivasinya, dan makin

besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Kegiatan individu

tersebut saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut

sebagai proses motivasi.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :

a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.44

Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu mengarahkan dan meningkatkan

kegiatan. Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan

atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sesuatu

sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka

motivasi berperan mendekatkan, dan bila sasaran atau tujuan tidak

diinginkan oleh individu, maka individu menjauhi sasaran. Karena motivasi

berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi

bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan

sasaran.

(46)

Motivasi juga dapat berfungsi meningkatkan kegiatan. Suatu

perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah,

akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan

kemungkinan besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan

sungguh-sungguh, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil

lebih besar.

3. Macam-Macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus

diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga

seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat

dan semangat.45 Dari kedua faktor tersebut keduanya saling berpengaruh dan

berkaitan terhadap tingkat motivasi setiap siswa.

Berbicara tentang macam-macam motivasi belajar, ada dua macam

sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang

yang biasa disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar

diri seseorang yang biasa disebut “Motivasi ekstrinsik”.

(47)

1. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi melakukan sesuatu karena eksternal. Motivasi

ekstrinsik muncul akibat insentif eksternal atau pengaruh dari luar

siswa, misalnya: tuntutan, imbalan, atau hukuman.

2. Motivasi Instrinsik

Yaitu motivasi internal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu,

misalnya siswa meempelajari ilmu pengetahuan alam karena dia

menyenangi pelajaran tersebut.46

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik tergantung pada waktu dan konteks.

Keduanya mencirikan individu-individu dalam kaitannya dengan suatu

aktivitas tertentu. Aktivitas yang sama bisa jadi secara instrinsik atau secara

ekstrinsik memotivasi orang yang berbeda. Dari penjelasan diatas dapat

disumpulkan bahwa macam motivasi itu berasal dari dalam diri individu itu

sendiri dan ditambah oleh faktor luar yang mempengaruhi dan saling

berkaitan dalam mencapai tujuan yang sama.

4. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar dalam Sekolah

Pemberian motivasi belajar oleh guru terhadap siswanya sangat

penting dalam proses belajar mengajar agar terjadi pembelajaran yang

menyenangkan. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah :

a. Pemberian angka.

(48)

b. Pemberian hadiah. c. Persaingan. d. Pujian.

e. Teguran dan ancaman. f. Hukuman.47

Berdasarkan uraian diatas untuk menumbuhkan motivasi belajar

siswa banyak dipengaruhi oleh faktor luar yang mendorong tumbuhnya

motivasi belajar yang tinggi, disamping itu didukung faktor yang sudah ada

dalam diri individu itu sendiri.

5. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi belajar yang ada pada diri setiap siswa memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terusmenerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya).

3. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah.

4. Lebih sering kerja mandiri.

5. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudahyakin akan sesuatu).

6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu.

7. Senang mencari dan memecahkan masalah.48

(49)

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam proses

pembelajaran. Siswa yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan

melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan semangat.

Sebaliknya, siswa yang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas

bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan

pelajaran. Dalam belajar untuk mengetahui siswa mempunyai motivasi atau

tidak, dapat dilihat dalam proses belajar di kelas.

D. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab Syajaratun, artinya pohon.

Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon,

memiliki cabang dan ranting, bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh

dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Seirama dengan kata sejarah adalah

silsilh, kisah, hikayat yang berasal dari bahasa Arab.49 Sejarah disini

merupakan suatu peristiwa masa lalu yang mempunyai asal muasal dan

berkembang melahirkan cabang-cabang seiring waktu yang bisa diambil

manfaatnya dalam kehidupan.

Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia untuk

mencapai kesempurnaan hidup. Kebudayaan mencakup tata cara hidup

manusia di suatu tempat, sistem sosial, sistem ekonomi, serta sistem politik

(50)

kemasyarakatan dan negara.50 Berdasarkan pengertian umum kebudayaan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adalah hasil cipta,

karsa, dan rasa manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup berdasarkan

ajaran-ajaran Islam.

Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi

yang sangat vital.51 Secara bahasa Islam artinya penyerahan, kepatuhan atau

ketundukan. Adapun menurut istilah, Islam adalah agama yang diturunkan

oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk membimbing umat

manusia meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah

satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menelaah tentang

asal-usul, perkembangan, peran kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh

yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah

masyarakat Arab Pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi

Muhammad SAW sampai dengan masa Khulafaurrasyidin.52 Jadi, dari

ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan

Islam adalah catatan lengkap tentang peristiwa dan segala sesuatu di masa

lampau yang dihasilkan oleh umat Islam yang dapat diambil manfaatnya

bagi kehidupan manusia.

50 Abu Achmadi, Sunarso, Bandini, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 2.

51 Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kultura, 2008), h. 1.

(51)

Allah SWT berfirman:

َﻦﯾِﺬﱠﻟٱﺎَﮭﱡﯾَﺄَٰٓﯾ

ْاﻮُﻨَﻣاَء

َﱠ ٱْاﻮُﻘﱠﺗٱ

َو ٖۖﺪَﻐِﻟ ۡﺖَﻣﱠﺪَﻗ ﺎﱠﻣ ٞﺲۡﻔَﻧ ۡﺮُﻈﻨَﺘۡﻟَو

َۚﱠ ٱْاﻮُﻘﱠﺗٱ

ﱠنِإ

َﱠ ٱ

ُۢﺮﯿِﺒَﺧ

َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ

١٨

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18).

Pengetahuan sejarah dapat dijadikan modal untuk menghindari

hal-hal buruk yang akan terjadi dan membuka kemungkinan untuk dapat

melakukan suatu hal yang lebih baik. Pepatah mengatakan “A donkey does

not twice hurt it self in the same stone” (Seekor keledai tidak akan

tersandung batu pada batu yang sama) mengajarkan bahwa pengetahuan

mengenai masalalu begitu penting bahkan untuk seekor hewan sekalipun

untuk mengantisipasi “kecelakaan” atau hal buruk yang terjadi di masalalu.53

Islam memandang manusia sebagai makhluk pencipta dan

pendukung kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan ia membentuk

kebudayaan dan sekaligus mewariskan kebudayaan tersebut kepada

keturunannya maupun pada kelompok lain sebagai genarasi penerusnya.

Kesanggupan mewariskan dan menerima warisan ini merupakan anugerah

Allah SWT yang menjadikan manusia itu mulia.54

Allah SWT berfirman:

َﻦﯾِﺮَﺧاَء ﺎًﻣ ۡﻮَﻗ ﺎَﮭَٰﻨۡﺛَر ۡوَأَو َۖﻚِﻟ َٰﺬَﻛ

٢٨

(52)

Artinya:“Demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain.” (Ad-Dukhan: 28).

Pengetahuan sejarah selain dapat mengantisipasi dari hal buruk yang

pernah terjadi di masalalu juga dapat dijadikan pelajaran berharga mengenai

hal yang baik yang terjadi di masalalu yang telah diwariskan oleh Rasulullah

kepada umat manusia termasuk berupa kebudayaan.55 Sebagaimana firman

Allah SWT sebagai berikut.

ۡﺪَﻘﱠﻟ

َر ﻲِﻓ ۡﻢُﻜَﻟ َنﺎَﻛ

ِلﻮُﺳ

ِﱠ ٱ

ْاﻮُﺟ ۡﺮَﯾ َنﺎَﻛ ﻦَﻤﱢﻟ ٞﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮ ۡﺳُأ

َﱠ ٱ

َو

َﺮِﺧٓ ۡﻷﭑَﻣ ۡﻮَﯿۡﻟٱ

َﺮَﻛَذَو

َﱠ ٱ

ا ٗﺮﯿِﺜَﻛ

٢١

Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Pengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan

peristiwa masa lampau yang dihasilkan umat manusia ini erat sekali

kaitannya dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an bahwa Rasulullah

merupakan suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Hal baik maupun

buruk yang terjadi di masa lampau dapat dijadikan pelajaran agar kehidupan

menjadi lebih baik.

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Ibtidaiyah

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk

(53)

mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih

kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa. Mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari landasan

ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh

Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat

yang merupakan sebuah proses dari masa lalu, masa kini, dan masa

depan.

c. Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar

dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan

sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

(54)

ekonomi, iptek, seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan

dan peradaban Islam.56

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah

bertujuan memberikan motivasi kepada siswa agar dapat mengenal,

memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam selain untuk melatih

kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian siswa mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam juga bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

untuk membangun kesadarannya akan pentingnya mempelajari landasan

ajaran, nilai-nilai dan norma-norma yang dibangun Rasulullah, melatih daya

kritisnya untuk memahami fakta-fakta sejarah, menumbuhkan apresiasi serta

agar siswa dapat meneladani peristiwa-peristiwa dalam Sejarah Kebudayaan

Islam.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Ibtidaiyah

Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Sejarah masyarakat Arab Pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan

Nabi Muhammad SAW.

b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi

kegigihan, dan ketabahanya dalam berdakwah, kepribadian Nabi

Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa

Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

(55)

c. Peristiwa hijarah Nabi Muhammad SAW ke Yastrib, keperwiraan Nabi

Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayar

Rasulullah SAW.

d. Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.

e. Sejarah perjuangan Wali Songo.57

E. Penelitian Relevan

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada peneliti atau tulisan yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau menerapkan model

pembelajaran Cooperative tipe Student Facilitator and Explaining pada beberapa

mata pelajaran berbeda-beda yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rully Marcelina, Sriyono, Sis

Gambar

Tabel I Motivasi Belajar Siswa Kelas IV B MIN 2 Bandar Lampung Tahun
Tabel 2 Desain Penelitian Quasy Eksperimen
tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris
Tabel 3 Kisi-kisi angket motivasi belajar siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dan kajian ini merupakan studi ma’anil hadis karena secara langsung, kajian Miss Universe merupakan pemaknaan yang implisit dari sebuah hadis tentang wanita yang

Hasil analisa Kandungan unsur hara menunjukkan Pemberian tingkat starbio tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap kandungan NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa, ADL

Petugas adat tingkat bawahan (kebayan), menjatuhkan hukum­ an terhadap dua orang pemuda yang didakwa mencuri barang orang lain. Penetapan besarnya hukuman oleh

Kriteria sampel ditentukan peneliti sendiri sesuai dengan tujuan penelitian.Bedasarkan hasil tes tingkat kebugaran jasmani dengan menggunakan tes MFT (Multistage Fitness Test}

yang lebih spesifik pada gangguan autisme berat, sehingga sistem dapat lebih. mudah membedakan antara gangguan autisme berat dengan autisme

Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, zeolit mampu untuk secara selektif menyerap air dan gas N 2 , sebagai penukar ion misalnya NH 4 + dan K + , sehingga dapat berfungsi

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat tata guna lahan pada ruas Jalan Soekarno Hatta, warna kuning menunjukan wilayah perkantoran, warna merah menunjukan wilayah