i
LATIHAN SOAL TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: P. Edy Windarto NIM: 021424002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
LATIHAN SOAL TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA
iii SKRIPSI
LATIHAN SOAL TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Juli 2007 Penulis,
v ABSTRAK
Sudah semestinya pembelajaran fisika di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa sehingga, pembelajaran yang berlangsung sungguh membantu perkembangan pemahaman konsep siswa yang dalam dan kuat sehingga siswa dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah, menciptakan penjelasan, dan membuat prediksi. Model pembelajaran yang tepat tentu akan membuahkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka mencari model pembelajaran yang tepat maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor; (2) Adakah perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor antara yang diajar dengan latihan soal terbimbing dan yang diajar dengan latihan soal tidak terbimbing.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Sampel penelitian ini terdiri dari 60 siswa. Siswa tersebut terbagi dalam 2 kelas yaitu, 30 siswa kelas kontrol (kelas dengan latihan soal tidak terbimbing) dan 30 siswa kelas eksperimen (kelas dengan latihan soal terbimbing). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes. Metode analisis data dilakukan dengan perhitungan statistik (uji-T).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran dengan latihan soal terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. (2) Ada perbedaan yang sangat signifikan peningkatan pemahaman konsep siswa antara yang diajar latihan soal terbimbing dengan yang diajar latihan soal tidak terbimbing.
vi ABSTRACT
It was must of physics learning in school need to arranged, so it can really help understanding improvement of student’s concept to be more and strength, so the student can use it to solve problem, create explanation, and make prediction. Exact learning model will give good result of student’s study which is expected. In effort of finding the exact learning model, this research is aim to know (1) do exercise guided in physics learning can improve understanding of physics concept in basic subject of heat; (2) is there any different improvement of understanding physics concept of student in basic subject of heat between they are taught whit exercise guided and they are not.
Subject of this research is student in class X of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Sample of this research consist of 60 students. The student is divided in two class, they are 30 students in control class (the class with no exercise guided) and 30 students in experiment class (the class with exercise guided). Data collecting conducted by using method of test. Method of data analysis conducted by calculation of statistic (T-test).
Result of this research indicate that: (1) learning by exercise guided can improve the understanding of student physics concept. (2) there is different improvement which is very significant of understanding student concept between which thought exercise guided with thought no exercise guided.
Student with exercise guided get understanding improvement concept more than student with no exercise guided. Thereby the physics learning with exercise guided in the basic subject of heat can improve the understanding of student physics concept.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah atas segala karunia dan anugrah-Nya sekripsi yang berjudul “Latihan Soal Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Kalor” dapat terselesaikan dengan baik.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan pihak lain. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Drs. Priyanto selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 2 yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Drs. Wahyu Santosa selaku guru Fisika SMA BOPKRI 2 yang telah berkenan memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.
4. Bapak dan Ibu yang tercinta, atas dorongan semangat, doa yang tulus, dan biaya yang diberikan kepada penulis hingga dapat diselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Mas Anton, Mas Chris, adik Novita, dan Sulis tersayang atas dorongan semangat, doa dan pengertian yang telah diberikan selama ini.
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 28 Juli 2007
ix DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II DASAR TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Dasar Teori ... 5
1. Pembelajaran Fisika ... 5
2. Konsep ... 6
x
4. Latihan Soal ... 10
5. Pemecahan Soal Fisika ... 15
B. Kerangka Berpikir ... 17
C. Pengajuan Hipoteis ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
C. Populasi dan Sampel ... 20
D. Identifikasi Variabel Penelitian ... 20
E. Desain Penelitian ... 22
F. Metode Pengumpulan Data ... 23
G. Instrumen Penelitian ... 23
H. Metode Analisi Data ... 24
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Analisi Data ... 31
1. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 31
2. Perbedaan Pemahaman Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 34
B. Pembahasan ... 35
1. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 35
xi
3. Pengaruh Latihan Soal terbimbing Pada Kelas Eksperimen dan Pengaruh Latihan Soal Tidak Terbimbing Pada Kelas
Kontrol ... 37
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 38
B. Keterbatasan Peneliti ... 38
C. Saran ... 39
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Desain Pembelajaran ... ... 41
Lampiran 2 Lembar Latihan Soal ... ... ... 51
Lampiran 3 Konsep yang akan diukur, Indikator, dan Soal ... 70
Lampiran 4 Data Kasar Skor Pemahaman Siswa Kelas Kontrol untuk Pretest ... 77
Lampiran 5 Data Kasar Skor Pemahaman Siswa Kelas Kontrol untuk Posttest ... 78
Lampiran 6 Data Kasar skor Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen untuk Pretest ... 79
Lampiran 7 Data Kasar Skor Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen untuk Posttest ... 80
Lampiran 8 Data Skor Pemahaman Konsep Siswa ... 81
Lampiran 9 Analisi Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 82
Lampiran 10 Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 83
Lampiran 11 Analisi Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 84
Lampiran 12 Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 85
Lampiran 13 Analisis Hasil Pemahaman Konsep Siswa untuk Uji-T dari Soal Pretest ... 86
Lampiran 14 Uji-T untuk Soal Pretest ... 87
Lampiran 15 Analisis Hasil Pemahaman Konsep Siswa untuk Uji-T dari Soal Posttest ... 88
Lampiran 16 Uji-T untuk Soal Posttest ... 89
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran fisika memiliki hakikat menciptakan interaksi
antara siswa dengan objek belajar. Dengan interaksi ini siswa memiliki
peluang untuk membangun pengetahuannya berdasarkan realita yang menjadi
objek belajar. Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar fisika, sudah semestinya menempatkan siswa sebagai pusat
perhatian. Berdasarkan filsafat konstruktivisme bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa adalah bentukan dari siswa yang memiliki pengetahuan.
Pada saat kegiatan belajar berlangsung, siswa harus aktif membangun
pengetahuan diri sendiri. Aktif berarti siswa harus terlibat secara
berkesinambungan dalam mencari, menelusuri masalah, dan membangun
sendiri pengetahuannya melalui berbagai jenis kegiatan yang relevan dan
menggunakan penalaran mereka untuk menyelesaikan masalah yang ditemui.
Tujuan pembelajaran fisika di sekolah adalah memahami
konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya dan mampu menggunakannya untuk
memecahkan masalah. Di dalam proses pembelajaran fisika selalu diikuti
pemecahan soal. Pemecahan soal merupakan aspek penting karena prosesnya
membawa pada pemahaman fisika tersebut.
Berkaitan dengan pembelajaran fisika, guru harus dapat menerapkan
menyenangkan. Selain itu metode tersebut hendaknya dapat benar-benar
membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, merasa tertarik dan
bersikap positif terhadap metode pembelajaran yang dilakukan. Salah satu
cara untuk mengembangkan proses pembelajaran yang bermakna adalah
dengan menggunakan metode latihan soal terbimbing dalam pembelajaran.
Menindak lanjuti tujuan pembelajaran di atas, latihan soal merupakan
suatu jalan atau langkah efektif untuk membantu siswa dalam memahami
konsep fisika. Latihan soal memberikan kesempatan bagi siswa untuk menguji
pemahamannya terhadap konsep, hukum-hukum dan teori yang telah
dipelajari. Mengingat fisika bukan merupakan ilmu yang bersifat hafalan,
tentu penting sekali peranan latihan soal sebagai wahana untuk menumbuh
kembangkan ketajaman penalaran siswa memahami suatu konsep.
Pemberian latihan soal merupakan metode yang baik bagi guru untuk
menyatakan diri bahwa materi yang telah diajarkan dapat dipahami benar oleh
siswa. Dengan pemberian latihan soal guru dapat mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa dalam menerima materi yang telah diajarkan. Diharapkan
dengan latihan soal semakin dalam konsep diketahui dan dipahami dan
sekaligus semakin tepat konsep dimengerti siswa, sehingga siswa semakin
benar-benar menguasai fisika.
Untuk menumbuhkan pemahaman konsep siswa dalam belajar fisika
dengan harapan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran fisika, maka siswa
perlu dilibatkan secara aktif di dalam proses belajarnya. Untuk itu penulis
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa
Pada Pokok Bahasan Kalor”. Dengan menerapkan latihan soal terbimbing ini
dalam pembelajaran fisika diharapkan akan diperoleh pemahaman konsep
yang lebih baik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor?
2. Adakah perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada
pokok bahasan kalor antara yang diajar dengan latihan soal terbimbing dan
yang diajar dengan latihan soal tidak terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Apakah latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor.
2. Perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok
bahasan kalor antara yang diajar dengan latihan soal terbimbing dan yang
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan di atas, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya,
misalnya usaha untuk mencari pemanfaatan latihan soal dalam
pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Siswa dapat menganalisis soal yang dihadapi, merencanakan jalan
penyelesaian dan menyelesaikan soal secara terperinci, sehingga siswa
dapat memecahkan soal-soal secara sistematis.
Siswa tidak perlu mengulang-ulang sesuatu yang salah dalam
memecahkan soal.
3. Bagi Guru
Guru dapat membuat model latihan soal terbimbing yang lebih baik
BAB II
DASAR TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Dasar Teori
1. Pembelajaran Fisika
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak akan lepas
dari kegiatan belajar dan mengajar. Belajar mengacu kepada kegiatan
siswa, dan mengajar mengacu kepada kegiatan guru. Belajar merupakan
proses aktif dari siswa untuk mendapatkan pemahaman yang berarti,
membangun sendiri pengetahuannya, serta membentuk pengalaman
melalui interaksi dengan lingkungannya. Mengajar adalah menciptakan
situasi, menyediakan kemudahan, membimbing dan pengarahan kepada
siswa dalam belajar.
Pembelajaran menekankan pada kegiatan siswa, berarti kegiatan
dari proses pembelajaran didominasi oleh siswa. Guru membantu siswa
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai melalui pembelajaran sesuai
dengan kemampuan yang siswa miliki. Dalam proses pembelajaran guru
mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya serta
menunjukkan bahwa mereka mencapai pemahaman yang bermakna dari
kegiatan belajar yang dilakukannya.
Dalam pembelajaran fisika, proses menanamkan suatu konsep
merupakan bagian penting. Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak
dalam mempelajari fisika, oleh karena itu tahap awal dalam belajar fisika
adalah memahami konsep secara benar. Tanpa mengabaikan aspek yang
lain, memahami konsep dan bagaimana mengembangkannya sangatlah
penting.
Oleh karena pemahaman konsep sendiri memerlukan proses yang
terus-menerus dan waktu yang lama bagi siswa, maka siswa harus dibantu
untuk menjadi lebih paham sesuai dengan daya tangkapnya. Proses
pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan
konsep (Suparno, 2005: 94). Dalam proses pembelajaran dapat terjadi
bahwa siswa bertambah mengerti dan konsep yang diketahui bertambah.
Sehingga dengan adanya perubahan konsep seorang siswa benar-benar
berkembang dalam memahami konsep-konsep fisika.
2. Konsep
Dalam proses belajar mengajar sering kali di awali dengan
konsep-konsep sebelum sampai pada tahap penerapan. Konsep harus difahami
lebih dahulu secara benar, karena pemahaman konsep yang tidak benar
akan mengakibatkan kesulitan dan kesalahan dalam menerapkannya
(Kartika Budi, 1991: 38).
Konsep dalam kehidupan sehari-hari memiliki dua arti yang
berbeda. Satu arti konsep adalah “rancangan”. Arti yang lain adalah
“pengertian”. Konsep adalah sesuatu yang terbentuk di dalam pikiran
mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa,
kondisi-kondisi, dan ciri-ciri (Euwe (ed), 1991: 8).
Konsep dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu konsep fisis,
konsep logika matematis, dan konsep filosofis (Kartika Budi, 1991: 39).
Konsep fisis adalah konsep yang mengacu pada objek, sifat yang menyatu
pada objek, proses yang terjadi pada objek, dan relasi antara konsep yang
satu dengan konsep yang lain. Konsep logika matematis adalah konsep
yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan terhadap objek.
Misalnya; perkalian, penjumlahan, pengurangan. Konsep filosofis adalah
konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya; senang, jujur,
kagum.
Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep
fisis, sedangkan konsep-konsep logika-matematis merupakan alat. Untuk
itu perlu disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi
kegiatan belajar mengajar matematik, maka konsep-konsep fisis dalam
pembelajaran fisika perlu ditekankan.
Siswa yang belajar fisika mencoba menafsirkan dan menangkap
makna dari konsep-konsep fisika yang dipelajari. Tafsiran tersebut dapat
berbeda-beda untuk setiap siswa. Satu konsep dapat memiliki beberapa
3. Pemahaman Konsep
Salah satu hal penting dalam proses belajar mengajar di sekolah
bagi siswa adalah kemampuan untuk memahami yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dapat terjadi bahwa siswa bertambah mengerti dan
konsep yang diketahui bertambah. Guru sebagai mediator dan fasilitator
harus membimbing dan menekankan pada pemahaman tersebut.
Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian yang
sangat penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam proses belajar
mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep. Langkah awal
pemahaman suatu konsep adalah memahami definisi konsep tersebut
secara benar sesuai hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991: 38).
Hal ini sangat penting, karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai
untuk memecahkan berbagai macam masalah, bila konsep tersebut telah
didefinisikan dengan jelas dan benar.
Untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami suatu konsep
diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan
pemahaman tersebut. Menurut Kartika Budi (1992: 114), kriteria atau
indikatror-indikator tersebut antara lain; 1) dapat menyatakan pengertian
konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, 2) dapat
menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, 3) dapat
menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, 4) dapat
menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala
praktis, dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi
pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, 5) dapat mempelajari
konsep lain yang berkaitan dengan cepat, 6) dapat membedakan konsep
yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.
Hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui berdasarkan
kriteria atau indikator di atas. Bloom (dalam Arikunto, 2005: 117)
mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil
belajar intelegensi. Hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari
hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Sudjana, 1989: 50). Untuk
itu maka diperlukan hubungan antara konsep dengan makna yang ada
dalam konsep tersebut.
Menurut Sudjana (1989: 51) pemahaman dapat dibedakan ke
dalam tiga kategori, yaitu; pemahaman tingkat rendah, pemahaman tingkat
dua, dan pemahaman tingkat tiga atau tingkat tinggi. Dengan semakin
bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami dan sekaligus semakin
tepat konsep fisika dimengerti siswa, maka siswa semakin benar-benar
4. Latihan Soal
a. Pengertian latihan
Salah satu fungsi mengajar yang paling penting ialah
membantu siswa melatih dan memantapkan pelajaran (Nasution, 1989:
112). Latihan sebagai upaya untuk memantapkan penguasaan materi
pelajaran oleh siswa. Latihan soal memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menguji pemahamannya terhadap konsep-konsep yang telah
dipelajari. Selama tahap latihan guru bertanggung jawab untuk
memantapkan apa yang telah diajarkan.
Latihan dalam hubungan belajar mengajar adalah suatu
tindakan/perbuatan pengulangan untuk lebih memantapkan hasil
belajar (Hamalih, 2003: 95). Latihan adalah suatu kegiatan melakukan
hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh, dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu
keterampilan agar menjadi bersifat permanen (Jusuf, 1982: 60).
Tiap materi bahasan umumnya diakhiri dengan latihan soal.
Latihan soal terdiri atas soal-soal pemecahan masalah, untuk
mengevaluasi sejauh mana kompetensi siswa terhadap pemahaman
konsep, hukum-hukum, dan teori-teori dalam pemecahan masalah.
Selain itu, soal-soal latihan diharapkan dapat melatih keterampilan
siswa untuk meningkatkan dalam pemecahan masalah.
Latihan soal adalah tahap dimana siswa berlatih menerapkan
dipelajari untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran fisika
masalah tersebut berupa soal-soal. Masalah yang ideal adalah masalah
yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, namun tidak selalu
mudah menghadirkan masalah seperti itu dalam kelas.
Memahami suatu konsep fisika dan mengembangkan
keterampilan memecahkan soal ditingkatkan dengan penggunaan
contoh-contoh, latihan sehubungan dengan teks, kumpulan soal-soal
berjenjang yang banyak dan terpadu. Mengacu pada prinsip belajar
bermakna (belajar bermakna adalah belajar yang di samping dapat
mengingat dan menyatakan kembali definisi dari suatu konsep, prinsip,
dan hukum, juga harus dapat menempatkan pengetahuan yang baru
diperoleh secara tepat dalam jaringan pengetahuan yang telah dimiliki,
dan mengetahui hubungannya dengan sebanyak-banyaknya
pengetahuan yang telah dimiliki), yaitu belajar yang mengutamakan
pengertian atau pemahaman konsep maka, dalam mempelajari fisika
perlu ditekankan kepada tiga hal penting, yaitu 1) pengenalan fakta
dan penanaman konsep, 2) contoh soal dan penyelesaiannya yang
disajikan secara bervariasi sebagai contoh dalam penerapan konsep, 3)
soal-soal latihan yang disajikan dimulai dari yang mudah sampai
dengan soal pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan latihan soal terbimbing adalah proses menerapkan konsep,
dari guru supaya siswa dapat memahami konsep, prinsip, dan hukum.
Atau latihan soal terbimbing adalah proses membantu siswa dalam
menjembatani permasalahan yang dihadapi siswa dalam
mengaplikasikan berbagai konsep, prinsip, dan hukum fisika untuk
memecahkan masalah.
b. Manfaat latihan soal dalam pembelajaran
Latihan bermanfaat dalam proses pembelajaran. Manfaat
latihan menggambarkan bahwa latihan dalam pembelajaran sangat
esensial bagi tercapainya hasil belajar (Hamalih, 2003: 95), karena:
1. Latihan dapat memantapkan hasil belajar, penguasaan aspek- aspek
perubahan tingkah laku siswa seperti kebiasaan, keterampilan,
sikap, dan pengertian.
2. Latihan berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi baik secara individu
maupun secara kelompok.
3. Latihan penting artinya untuk kehidupan sehari-hari bagi para
siswa, misalnya trasfer belajar.
4. Latihan membantu cara pembelajaran yang efektif, seperti
mengingat dan meniru.
c. Upaya untuk mendayagunakan latihan soal dalam pembelajaran
Ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran menurut Hamalih (2003: 97):
1. Repetition (ulangan)
Ulangan yang dikategorikan sebagai latihan ialah apabila
ulangan ini merupakan suatu usaha dalam rangka latihan dengan
tujuan memperteguh atau memperkuat hasil belajar. Dengan
demikian hasil belajar itu menjadi milik siswa dan bermanfaat bagi
hidupnya.
2. Latihan otomatis (drill)
Adalah upaya memantapkan keterampilan-keterampilan
otomatis atau asosiasi yang telah diperolah.
3. Review atau Reteaching
Adalah mengajarkan kembali atau mempelajari kembali
bahan-bahan yang telah di ajarkan dengan maksud memperoleh
pemahaman, memperluas atau memperjelas dan memperdalam
hal-hal tersebut.
4. Practice
Suatu keterampilan dapat dikuasai siswa bila telah
mengalami latihan. Latihan tidak memerlukan yang betul-betul
sama, misalnya belajar mengetik, menyetir, dan sebagainya.
Teknik ini merupakan keharusan belajar dalam kelas,
practice merupakan aspek yang penting dari review, sedangkan
review menggunakan practice sebagai jalan pemecahan masalah.
Tujuan utama practice ialah memperbaiki belajar, sedangkan
review untuk memperluas belajar. Perbedaannya ialah practice
bersifat efektif dalam pengajaran keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan, bahkan merupakan proses individualis. Review bersifat
efektif untuk menumbuhkan pengertian, sikap, apresiasi dan
terutama merupakan suatu proses pertimbangan kelompok.
d. Kelemahan atau kerugian latihan soal dalam pembelajaran
1. Latihan-latihan yang selalu diberikan di bawah bimbingan guru,
atas perintah-perintah guru, dapat mematikan atau melemahkan
inisiatif maupun kreativitas pada siswa.
2. Siswa menjadi tergantun pada guru, menunggu petunjuk atau
perintah.
3. Latihan yang diberikan dapat membentuk sesuatu kebiasaan yang
kaku.
4. Latihan yang terlampau sulit dapat menimbulkan perasaan benci
5. Pemecahan Soal Fisika
Dalam pengajaran fisika selalu diikuti oleh pemecahan atau
pengerjaan soal-soal. Mempelajari bagaimana melakukan pendekatan dan
menyelesaikan soal merupakan bagian dasar dari belajar fisika, dan
merupaka keahlian yang sangat berguna. Pemecahan soal juga penting
karena prosesnya membawa pada pemahaman fisika tersebut. Dapat
memecahkan atau menyelesaikan soal merupakan bagian yang sangat
penting dalam belajar fisika, dan merupakan dasar yang kuat untuk
memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Manfaat dari
pemecahan soal bergantung pada jenis soal dan tutunan sistem
pemecahannya.
Pemecahan soal merupakan salah satu bagian penting dalam
pengajaran fisika sebab bukan saja merupakan penerapan konsep tetapi
juga merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan baru. Pemecahan
soal dapat meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkan
kemampuan berpikir sitesis analisis yang diperlukan dalam memecahkan
masalah.
Soal fisika merupakan soal yang berkaitan dengan peristiwa. Dari
suatu peristiwa maka akan muncul suatu masalah. Untuk dapat
memecahkan masalah perlu diketahui data-data atau informasi-informasi
yang tersedia. Berdasarkan masalah dan data yang tersedia maka
dilakukan analisis untuk langkah-langkah dalam pemecahan masalah.
fisika diperlukan kemampuan dasar sebagai prasyarat utama, yakni
kemampuan menginterpretasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika
secara tepat, kemapuan mendeskripsikan serta mengorganisasikan
pengetahuan fisika secara efektif.
Soal-soal fisika sangat beragam bentuknya dan tingkat
kesulitannya. Ada soal yang hanya memerlukan satu langkah berpikir,
mengingat rumus dan kemudian memasukkan data yang telah tersedia dan
melakukan perhitungan. Ada soal yang menggunakan pola hubungan
antara beberapa konsep atau soal variatif. Untuk dapat memecahkan soal
semacam ini diperlukan langkah berpikir analisis dengan menerapkan
beberapa konsep yang saling berkaitan. Banyak siswa dalam pemecahan
soal fisika hanya sampai pada soal yang memerlukan satu langkah
berpikir. Umumnya siswa jarang sekali diajak untuk berpikir dan
memecahkan soal yang membutuhkan analisis atau soal yang merupakan
perpaduan dari beberapa konsep.
Pemecahan soal fisika yang kompleks/variatif memerlukan
langkah-langkah: anlisis, rencana, penyelesaian, dan penilaian (Kartika
Budi, 1997: 175). Analisis adalah tahap mengidentifikasi data-data dan
permasalahannya. Rencana adalah analisis untuk menetapkan
langkah-langkah penyelesaianan dan pemilihan konsep, hukum dan persamaan
yang berlaku. Penyelesaian adalah tahap realisasi dari langklah-langkah
yang telah direncanakan. Penilaian adalah tahap pemeriksaan apakah
Dalam memecahkan soal fisika seringkali diperlukan perhitungan
matematis sebagai konsekuensi dari penggunaan rumus-rumus fisika.
Menurut Kartika Budi (dalam Sumaji, dkk, 1997: 176) soal fisika
sebaiknya tidak terjebak pada kesulitan penyelesaian matematik dan
kesulitan perhitungan angka-angka. Bila dalam pemecahan soal fisika
kesulitan matematis masih diperhitungkan, maka makna fisikanya akan
hilang. Sehingga muncul anggapan siswa bahwa fisika meruapakan
matematik.
B. Kerangka Berpikir
Untuk memperoleh pemahaman konsep yang memuaskan, perlu digali
cara pembelajaran yang mampu mengatasi kendala-kendala pembelajaran ini.
Pemilihan metode yang mampu membangkitkan kemauan dan kegairahan
siswa untuk belajar merupakan solusi yang tepat. Berdasarkan uraian dan
deskripsi teoritis di atas, penelitian ini akan menampilkan model pembelajaran
dengan latihan soal terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika
siswa pada pokok bahasan kalor.
1. Pengaruh pembelajaran dengan latihan soal terbimbing terhadap
pemahaman konsep fisika siswa.
Pemberian latihan soal merupakan salah satu pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pelajaran
yang telah didapat melalui latihan-latihan menyelesaikan soal-soal.
kesalahan-kesalahannya. Selama berlatih siswa harus didampingi dan
dibimbing. Pengaruh latihan soal terbimbing terhadap pemahaman konsep
siswa mampu memberikan media kepada siswa untuk melakukan kegiatan
belajar. Melalui latihan soal terbimbing siswa berkesempatan untuk
mengekspresikan pemahaman konsep yang telah ia miliki. Dalam latihan
soal siswa dibantu menganalisi soal yang dihadapi, merencanakan jalan
penyelesaian, dan menyelesaikan soal-soal itu secara terperinci. Hal-hal
mana yang dirasa sulit oleh para siswa, untuk itu diajukan
pertanyaan-pertanyaan penuntun sebelum siswa sampai pada penerapan rumus
matematis untuk menyelesaikan soal. Bimbingan yang diberikan ini
memungkinkan siswa memiliki kesempatan untuk berlatih secara lebih
terarah. Maka dengan latihan soal terbimbing memungkinkan siswa
memperoleh pemahaman konsep yang optimal.
2. Pengaruh pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing terhadap
pemahaman konsep fisika siswa.
Pada pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing, banyak
siswa kurang berkesempatan untuk mengekspresikan pemahaman konsep
yang telah mereka miliki, sehingga memungkinkan siswa tidak memiliki
kesempatan untuk berlatih lebih terarah. Hal-hal mana yang dirasa sulit
oleh para siswa guru tidak dapat mengenali kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa. Sehingga siswa kurang menganalisi soal yang
soal-soal itu secara terperinci. Karena tidak adanya dampingan dan
bimbingan dari guru, maka dalam memecahkan soal latihan siswa hanya
terpaku pada langkah-langkah penyelesaian soal, yaitu diketahui, ditanya,
dan jawab. Karena siswa hanya terpaku pada langkah-langkah seperti itu,
maka siswa tidak memperoleh pemahaman konsep yang optimal.
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka berpikir di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) latihan soal terbimbing dalam
pembelajaran fisika dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada
pokok bahasan kalor; 2) pembelajaran fisika dengan latihan soal terbimbing
akan meningkatan pemahaman konsep siswa yang lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran fisika dengan latihan soal tidak terbimbing pada pokok
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Peneliti ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Kesimpulan yang
akan diambil berdasarkan analisis data statistik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2007 di SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas X SMA BOPKRI 2
Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
Dari semua siswa kelas X diambil dua kelas. Satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas sebagai kelas pengontrol.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pengajaran dengan
latihan soal terbimbing.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep.
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol berfungsi sebagai variabel yang dapat mengendalikan
agar tidak terpengaruh dari faktor-faktor lain sehingga tidak
mempengaruhi variabel terikat. Tujuan kontrol dalam penelitian adalah
mengetahui situasi, agar efek variabel dapat diteliti. Penelitian ini
menggunakan dua kelas. Karena tidak mungkin mempunyai dua kelas
yang persis sama, peneliti berusaha membentuk dua kelas serupa
mungkin dalam hal-hal yang berhubungan dengan variabel-variabel
tersebut. Dalam penelitian ini kontrol dilakukan pada kedua kelas
dengan mengendalikan pemahaman konsep awal. Melalui uji-T telah
diperolah bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konsep awal yang
signifikan pada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen (lihat
2. Definisi Operasional
a. Latihan soal terbimbing adalah suatu cara penyelesaian soal-soal yang
sistematis oleh siswa dalam menerapkan konsep, prinsip, dan hukum
dengan bantuan atau bimbingan guru.
b. Pemahaman konsep adalah hasil yang diperolah siswa dari
kemampuan memahami materi-materi pelajaran yang telah diberikan
kepadanya dengan baik selama kurun waktu tertentu. Hasil tersebut
dapat diketahui dari kemampuan siswa dalam mengerjakan atau
menyelasaikan tugas atau soal-soal yang diberikan.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
bermakna antara pemahaman konsep fisika siswa yang diajar latihan soal
terbimbing dengan pemahaman konsep fisika siswa yang diajar latihan soal
tidak terbimbing. Penelitian ini menggunakan dua kelas yang disebut sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas dengan
latihan soal terbimbing, sedangkan kelas kontrol adalah kelas dengan latihan
soal tidak terbimbing.
Kedua kelompok terlebih dahulu diberi pretest sebelum materi
diberikan. Pretest dilakukan pada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas
kontrol) dengan maksud untuk mengukur pemahaman konsep awal siswa
berbeda atau tidak. Jika pemahaman konsep awal siwa tidak berbeda secara
pembelajaran dengan latihan soal terbimbing pada kelas eksperimen dan
perlakuan pembelajaran dengan latihan soal terbimbing tidak terbimbing pada
kelas kontrol.
Setelah kedua kelas sampel dengan masing-masing perlakuan mengikuti
kegiatan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah pemberian posttest. Hasil
dari posttest kemudian dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan
pada kelas eksperimen menghasilkan pemahaman konsep yang lebih baik
dibanding dengan kelas kontrol, untuk itu dilakukan uji-T untuk dua
kelompok independen. Kemudian menetukan apakah pemahaman konsep
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan, untuk
itu skor pretest dan posttest masing-masing kelas dibandingkan dan dianalisis
dengan uji-T untuk kelompok dependen..
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep ini
diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes (pretest) yang
diberikan sebelum pembelajaran digunakan untuk mengetahui pemahaman
konsep awal siswa. Sedangkan tes (posttest) yang diberikan setelah
pembelajaran digunakan untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep
siswa setelah siswa menerima seluruh materi pembelajaran. Model tes
G. Instrumen Penelitian
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman
konsep. Tes pemahaman konsep ini terdiri dari pretest dan posttest. Oleh
karena itu disusun blue print yang sebelumnya ditentukan terlebih dahulu oleh
peneliti setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru
pengampu mata pelajaran fisika. Tes pemahaman konsep ini terdiri dari 20
soal esai, dengan alternatif jawaban apabila siswa menjawab benar diberi skor
1 dan apabila siswa menjawab salah diberi skor 0.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen
penelitian ini adalah:
1. Menetapan ruang lingkup tes, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan
dan butir materi yang dipresentasikan untuk diuji.
2. Menentukan kriteria siswa dalam memahami konsep, yaitu kemampuan
siswa dalam: a) membedakan antara konsep yang satu dengan konsep yang
lain, b) menerapkan konsep untuk menganalisi dalam memecahkan
masalah, c) menginterpretasikan grafik.
3. Menyusun kisi-kisi dan pembuatan soal
Kisi-kisi dan butir soal dapat dilihat dalam lampiran 3 halaman 69.
H. Metode Analisis Data
Hasil penelitian ini akan berupa skor pemahaman konsep siswa yang
Metode yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah analisis statistik
uji - T. Analisi meliputi:
1. Menghitung Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Untuk menganalisi apakah pemahaman konsep siswa mengalami
peningkatan, skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji-T. Uji-T yang
digunakan adalah uji-T untuk kelompok dependen. Untuk menghitung ada
tidaknya peningkatan pemahaman konsep masing-masing kelas
digunakan:
tobser =
) 1 ( ) ( ) ( 2 2 1 2 − ∑ − ∑ − − − N N N D D x x Keterangan:
x1 = skor pretest
x2 = skor posttest
D = perbedaan antara skor tiap subyek
N = jumlah pasang skor
df = N - 1
tcritis dicari/diperoleh dari tabel dengan level signifikan α 0,05.
Jika tobser > tcrit maka signifikan berarti terjadi peningkatan pemahaman
konsep siswa.
Jika tobser < tcrit maka tidak signifikan berarti tidak terjadi peningkatan
2. Menghitung Tingkat Perbedaan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Untuk menganalisi tingkat perbedaan pemahaman konsep siswa
menyangkut hasil pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen digunakan uji-T untuk kelompok independen. Untuk
menghitung tingkat signifikan perbedaan pemahaman konsep siswa antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen digunakan:
a. Standar deviasi dari dua kelompok
S =
1 ) (
− − Σ
N x xi
b. Tobservasi dihitung dengan rumus
tobser =
2 2 2
1 2 1
2
1 )
(
N s
N s
x x
+ −
indeks 1 menunjukan kelas eksperimen
indeks 2 menunjukan kelas kontrol
c. Uji-T dilakukan dengan mengambil tingkat signifikan α = 0,05
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2007 sampai dengan
tanggal 1 Maret 2007 di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Peneliti mengambil pokok
bahasan kalor pada penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X C
dan kelas X D. kelas X C dengan 30 siswa menjadi kelas kontrol dan kelas X D
dengan 30 siswa menjadi kelas eksperimen. Kelas eksperimen akan dikenai
pembelajaran menggunakan latihan soal terbimbing, sedangkan kelas kontrol
tidak dikenai latihan soal terbimbing.
Pada awal kegiatan pembelajaran peneliti melakukan observasi
kemampuan awal di kedua kelas sampel. Observasi ini dengan pemberian tes awal
(pretest). Dari hasil pretest peneliti mendapat hasil kemampuan awal siswa dalam
hal pemahaman konsep. Hasil yang diperoleh pemahaman konsep awal siswa
kelas ekperimen dan kelas kontrol sama. Langkah selanjutnya peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan oleh guru.
Sebelum peneliti memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen, peneliti
sebelumnya mengkonsultasikan rencana pembelajaran dan memberitahukan akan
maksud dari pembuatan rencana pembelajaran, sehingga dimungkinkan akan
adanya kesamaan perlakuan guru terhadap siswa dalam memberikan materi
pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan modul/lembar latihan soal
membimbing siswa dalam mengerjakan latihan soal. Pemberian latihan soal antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.
Kegiatan penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu:
A. Pra Eksperimen
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pra eksperimen adalah:
• Pengambilan sampel penelitian untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol
• Pelaksanaan tes awal (pretest) untuk mengetahui pemahaman konsep awal
siswa
• Mempelajari materi awal yang akan disampaikan kepada siswa pada kelas
eksperimen dengan berpedoman pada rencana pembelajaran yang sudah
dibuat.
B. Pelaksanaan Eksperiman
1. Pembelajaran di kelas eksperimen
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen adalah:
• Menjelaskan materi pelajaran.
• Memberikan soal latihan untuk dikerjakan di dalam kelas setelah
konsep diberikan, agar siswa lebih paham mengenai materi yang sudah
dipelajari.
• Mendiskusikan bersama siswa dalam menganalisi soal yaitu dari
pertanyaan-pertanyaan konsep sebelum siswa memecahkan masalah
pada soal latihan tersebut dari lembar latihan soal.
• Peneliti mengadakan pembahasan hasil jawaban dari soal latihan yang
dikerjakan siswa di papan tulis.
• Memberikan kesimpulan tentang materi dan latihan soal yang telah
dibahas bersama.
Kegiatan yang dilakukan siswa di kelas eksperimen adalah:
• Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti.
• Mencatat dan berusaha memahami hal-hal yang penting dan penjelasan
peneliti.
• Mempelajari sendiri contoh soal dari buku pegangan.
• Menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis yang ada pada lembar
latihan soal yang diberikan.
• Memecahkan soal latihan tersebut dan menuliskan hasilnya di papan
tulis.
2. Pembelajaran di kelas kontrol
Pada kelas kontrol ini kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru di kelas kontrol adalah:
• Menjelaskan materi pelajaran.
• Memberikan soal latihan untuk dikerjakan di dalam kelas setelah
konsep diberikan, agar siswa lebih paham mengenai materi yang sudah
• Guru membahasan soal-soal latihan yang dikerjakan siswa di papan
tulis dengan membaca ulang pekerjaan siswa dan mengomentari
jawaban siswa.
Kegiatan yang dilakukan siswa di kelas kontrol adalah:
• Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.
• Mencatat dan berusaha memahami hal-hal yang penting dan penjelasan
guru.
• Mempelajari sendiri contoh soal dari buku pegangan.
• Mengerjakan soal latihan di buku tulis dan di papan tulis.
C. Setelah Eksperimen
Setelah kedua kelas sampel dengan masing-masing perlakuan mengikuti
kegiatan pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor selesai, langkah
selanjutnya adalah pemberian tes (posttest) untuk mengukur perubahan
pemahaman konsep siswa terhadap proses pembelajaran yang sudah
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis Data
1. Peningkatan Pemahaman Konsep
a. Kelas Kontrol
Untuk memprediksikan peningkatan pemahaman konsep siswa
dilakukan dua tahap tes, yang pertama pretest untuk mengetahui
pemahaman konsep awal siswa, dan yang kedua posttest untuk
mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa. Data pretest dan
posttest adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Skor Pretest dan Posttest
Kode Siswa
Pretest Posttest
1 6 8
2 5 7
3 7 10
4 4 8
5 4 6
6 7 11
7 4 6
8 4 7
9 7 9
10 6 5
11 8 11
12 4 7
13 9 9
14 3 8
15 6 11
16 6 8
17 5 10
18 10 12
20 6 8
21 4 10
22 5 10
23 5 9
24 6 5
25 7 10
26 5 5
27 3 7
28 6 9
29 3 7
30 6 12
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman
konsep siswa, peneliti menggunakan uji-T.
Hasil uji-T antara skor pretest dan posttest dari kelas kontrol adalah
sebagi berikut.
Tobservasi = 8,698 df = 29
Tcritical = 2,045 dengan α = 0,05 Tobser > Tcrit berarti signifikan
Karena Tobser lebih besar daripada Tcrit, maka terjadi peningkatan
pemahaman konsep
Analisi data secara lengkap terlampir pada lampiran 10 halaman 83.
b. Kelas Eksperimen
Data pretest dan posttest adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Skor Pretest dan Posttest
Kode Siswa
Pretest Posttest
1 7 13 2 5 12
3 5 7
6 6 9 7 3 11 8 8 10 9 6 10
10 8 12
11 7 11
12 3 5
13 5 12
14 4 8
15 4 15
16 7 11
17 4 10
18 5 12
19 5 9
20 5 11
21 5 15
22 5 11
23 5 10
24 3 9
25 4 9
26 4 11
27 7 13
28 4 11
29 5 12
30 4 10
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman
konsep siswa, peneliti menggunakan uji-T.
Hasil uji-T antara skor pretest dan posttest dari kelas eksperimen
adalah sebagi berikut.
Tobservasi = 13,674 df = 29
Tcritical = 2,045 dengan α = 0,05 Tobser > Tcrit berarti signifikan
Karena Tobser lebih besar daripada Tcrit, maka terjadi peningkatan
pemahaman konsep
2. Perbedaan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
a. Hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut.
Tabel Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Skor Rata-rata 5,6 5,27
Standar Deviasi 1,714 1,507
Hasil uji-T antara pemahaman konsep siswa dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen adalah sebagai berikut.
Tobservasi = |-0,791| df = 58
Tcritical = 2,002 dengan α = 0,05 |Tobser| < |Tcrit| berarti tidak signifikan
Karena Tobservasi jatuh di dalam daerah rejeksi, maka tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Analisis data secara lengkap terlampir pada lampiran 14 halaman 87.
b. Hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut.
Tabel Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Skor Rata-rata 8,5 10,7
Standar Deviasi 2,029 2,087
Hasil uji-T antara pemahaman konsep siswa dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen adalah sebagai berikut.
Tobservasi = |4,143| df = 58
Karena Tobservasi jatuh di luar daerah rejeksi, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Analisis data secara lengkap terlampir pada lampiran 16 halaman 89.
B. Pembahasan
1. Peningkatan Pemahaman Konsep
a. Kelas Kontrol
Berdasarkan perhitungan analisis data (tabel 1) diperoleh Tobservasi
sebesar 8,698. Dari tabel nilai-nilai distribusi T diketahui Tcritis sebesar
2,045. Dengan demikian perbedaan pretest dan posttest signifikan.
Berarti nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa antara pretest dan posttest signifikan, artinya
melalui pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing
pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan.
b. Kelas Eksperimen
Berdasarkan perhitungan analisis data (tabel 2) diperoleh Tobservai
sebesar 13,674. Dari tabel nilai-nilai distribusi T diketahui Tcritis
sebesar 2,045. Dengan demikian perbedaan pretest dan posttest
signifikan. Berarti nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa antara pretest dan posttest
signifikan, artinya melalui pembelajaran dengan latihan soal
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa latihan soal dalam
pembelajaran baik dengan latihan soal terbimbing maupun latihan soal
tidak terbimbing dapat meningkatan pemahaman konsep siswa.
2. Perbedaan Pemahaman Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil analisis data pemahaman konsep siswa dari pretest untuk
kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan hasil pemahaman konsep
awal kedua tidak berbeda secara signifikan. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan uji-T yang memberikan nilai Tobservasi lebih rendah dari nilai Tcritis.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep awal kedua
kelas tersebut sama.
Sementara hasil analisis data pemahaman konsep dari posttest
untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen menujukkan bahwa pemahaman
konsep kedua kelas berbeda secara signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh
hasil uji-T yang memberikan nilai Tobservasi lebih tinggi dari nilai Tcritis.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada peningkatan pemahaman
konsep siswa kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa siswa kelas
eksperimen yaitu kelas yang memperoleh latihan soal terbimbing
memahami konsep dengan baik daripada siswa kelas kontrol yang
3. Pengaruh Latihan Soal Terbimbing Pada Kelas Eksperimen dan Pengaruh Latihan Soal Tidak Terbimbing Pada Kelas Kontrol
Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam mengikuti
pembelajaran baik dengan latihan soal terbimbing maupun latihan soal
tidak terbimbing memberikan rasa bangga dan puas pada diri siswa. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa antara pretest dan posttest untuk kedua
kelas signifikan, artinya melalui latihan soal baik terbimbing maupun tidak
terbimbing pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan.
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan latihan
soal terbimbing menjadikan siswa lebih memahami konsep dengan baik.
Meskipun kedua kelas mengalami peningkatan pemahaman konsep,
peningkatan pemahaman konsep siswa dengan latihan soal terbimbing
lebih besar daripada peningkatan pemahaman konsep siswa dengan latihan
soal tidak terbimbing. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan peningkatan
pemahaman konsep siswa dari siswa kelas kontrol dengan latihan soal
tidak terbimbing. Jadi melalui latihan soal terbimbing pemahaman konsep
siswa dapat lebih meningkat, sehingga diperoleh pemahaman konsep yang
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran fisika dengan latihan soal terbimbing sangat penting untuk
membantu dan membimbing siswa memahami konsep. Dengan latihan
soal terbimbing ada peningkatkan pemahaman konsep siswa tentang
pokok bahasan kalor.
2. Ada perbedaan yang signifikan peningkatan pemahaman konsep siswa
antara yang diajar latihan soal terbimbing dengan yang diajar latihan soal
tidak terbimbing pada pokok bahasan kalor.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran fisika dengan latihan soal terbimbing berdampak lebih baik
terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa.
B. Keterbatasan Penelitian
Kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, diantaranya:
1. Keterbatasan pada sampel penelitian
Hasil penelitian ini hanya berlaku pada sekolah yang diteliti, dan dalam
hal ini hanya berlaku untuk siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini hanya berlaku pada materi pembelajaran pada pokok
bahasan kalor yang diajarkan oleh peneliti pada siswa kelas X SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, maka peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Karena pembelajaran pada pokok bahasan kalor dengan latihan soal
terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang lebih baik
daripada pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing, maka
disarankan pada guru fisika di sekolah hendaknya selalu memberikan
bimbingan kepada siswa dalam latihan soal. Latihan soal terbimbing
memungkinkan siswa memiliki kesempatan untuk berlatih secara lebih
terarah.
2. Untuk penelitian yang kurang lebih sama sebaiknya latihan soal diberikan
secara berjenjang agar diperoleh pemahaman konsep siswa yang lebih
baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti efektifitas latihan soal
terbimbing untuk kelompok-kelompok sasaran dengan kemampuan yang
berbeda-beda agar memungkinkan terlaksananya pembelajaran yang
DAFTAR PUSTAKA
Euwe Van de Breg (ed), 1991, Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Salatiga:
UKSW.
Euwe Van de Breg (ed), 1991, Buku sumber Eksperimental untuk SMA, Salatiga:
UKSW.
Hamalih,O., 2003, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Jusuf, D., 1982, Metode-metode mengajar, Bandung: Penerbit Angkasa.
Kanginan, Marthen, 1994, Pelajaran Fisika SMU Jilid I C, Jakarta: Erlangga.
Kartika Budi, 1991, Konsep dan Definisi Dalam Fisika dan Implikasinya Dalam
Proses Belajar Mengajar Fisika, Arena Almamater,VI, (21): 38-51.
Kartika Budi, 1992, Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi
Yang Terjadi, Widya Dharma, III (1): 113-129.
Mundilarto. 2004. “Implementasi Metode Problem Posing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matakuliah Fisika Dasar di FMIPA UNY”. Widya Dharma,
XIV (2): 165-172.
Nasution, 1989, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara.
Nyoman Kartiasa, 1994, Fisika untuk SMU kelas I, Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana, N., 1989, Dasar-dasar Proses Belajar mengajar, Bandung: Penerbit
Sinar Baru.
Suharsimi Arikunto, 2005, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumaji, dkk., 1997, Pendidikan Sain yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, P., 2000, Diktat Kuliah Penelitian Pendidikan Fisika, Yogyakarta: USD.
Suparno, P., 2005, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika,
Lampiran 1: Desain Pembelajaran
Desain Pembelajaran
Hasil Belajar : Memahami kalor merupakan salah satu bentuk energi yang
dapat berpindah karena perbedaan suhu.
Pertemuan Ke : Satu
Waktu : (45 x 2) menit
Metode Pembelajaran : Latihan soal terbimbing
Indikator Kegiatan Pembelajaran
Siswa dapat:
• Memahami kalor berpindah
karena perbedaan suhu. • Membedakan pengertian suhu
dan kalor.
• Memahami hubungan antara
kalor, suhu, massa, dan jenis
benda.
• Menerapkan hubungan antara
kalor, kalor jenis, kapasitas
kalor, massa, dan perubahan
suhu dalam pemecahan
masalah.
Kegiatan Awal dan Motivasi
• Guru memberikan pengantar, di SMP Anda telah
mempelajari konsep-konsep kalor, maka untuk
mempelajari kalor di SMA kita mengingat
kembali konsep-konsep kalor yang telah dipelajari
di SMP.
• Sebelum masuk ke materi guru mengajukan
pertanyaan pada siswa:
Apa bedanya suhu dengan kalor? • Jawaban yang diharapkan dari siswa:
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin,
sedangkan kalor adalah energi yang berpindah
karena adanya perbedaan suhu.
• Jadi Kalor berbeda dengan suhu, walaupun
keduanya mempunyai hubungan yang erat.
• Bila dua benda disentuhkan, maka kalor
berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah.
• Misalkan kita mencampur air dingin dengan air
panas, apa yang akan terjadi pada air dingin dan
air panas tadi?
• Jawaban yang diharapkan dari siswa:
turun (air menjadi hangat).
Apa yang menyebabkan air dingin suhunya naik
dan air panas suhunya turun?
Karena air panas memberikan kalor kepada air
dingin, dan air dingin menerima kalor dari air
panas.
• Guru melanjutkan penjelasan
• Jika dua buah benda yang suhunya berbeda
disentuhkan maka suatu saat akan terjadi
kesetimbangan termal (suhunya sama). Hal ini
karena adanya perpindahan kalor dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. • Sifat dari aliran kalor adalah untuk menyamakan
suhu dari kedua benda.
• Guru menjelaskan pada siswa besaran-besaran apa saja yang berpengaruh pada kalor.
• Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
benda tegantung pada massa benda, jenis benda,
dan kenaikkan suhu yang terjadi.
Pernyataan tersebut dinyatakan: Q = m c ΔT. • Satuan kalor adalah joule (J). Satuan kalor yang
lain adalah kalori. Satu kalori didefinisikan
sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satu gram air sebesar 1oC.
• Kalor jenis
Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang
diperlukan oleh suatu zat untuk menaikan suhu
satu satuan massa zat itu sebesar 1oC. • Contoh:
Jenis Zat Massa (gr)
ΔT (oC)
Kalor yang diperlukan
Air raksa 1 1 0,03 kal
Alkohol 1 1 0,5 kal
• Apa yang menentukan kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1 gr zat sebesar 1oC? (jenis
zat)
• Karena ditentukan oleh jenisnya, maka nilai
tersebut disebut dengan kalor jenis, dan diberi
lambang c.
• Kalor jenis (c) adalah sifat khas suatu benda/zat yang menunjukkan kemampuannya untuk
menyerap kalor.
• Besarnya kalor jenis dapat ditulis:
c =
T m
Q
Δ
• Satu lagi besaran yang berhubungan dengan kalor
adalah kapasitas kalor.
• Kapasitas kalor suatu benda adalah bilangan yang
menunjukkan banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu benda itu 1oC. • Contoh:
Jenis Zat Massa (gr)
ΔT
(oC) Kalor yang diperlukan
Air raksa 1 1 3 kal
Air 1 1 300 kal
• Dari contoh di atas dapat disimpulkan, bahwa
untuk menaikkan suhu 100 gram air 1oC
diperlukan kalor lebih banyak daripada untuk
menaikkan suhu 100 gram air raksa 1oC.
• Disebut bahwa air mempunyai kapasitas kalor
lebih besar daripada air raksa, sebab untuk massa
yang sama dan kenaikkan suhu yang sama air
menerima kalor lebih banyak daripada air raksa.
• Besarnya kapasitas kalor : C = m c, C =
T Q
Kegiatan Inti
• Guru dan siswa mengerjakan latihan soal pada
lembar latihan soal 1 untuk kegiatan I.
Kegiatan Pemantapan
• Setelah guru dan siswa mengerjakan latihan soal bersama, guru memberikan umpan balik. Umpan
balik tesebut merupakan ringkasan materi
pembelajaran yang baru saja selesai.
• Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang
dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. • Perbedaan antara suhu dan kalor adalah suhu
merupakan ukuran derajat panas, sedangkan kalor
merupakan ukuran banyaknya panas.
• Aliran kalor cenderung untuk menyamakan suhu
kedua benda.
• Jika dua buah benda sudah mencapai
kesetimbangan termal, maka tidak ada lagi aliran
kalor.
• Bahan-bahan yang mempunyai c kecil adalah
bahan yang mudah naik suhunya bila diberi kalor.
Makin besar c makin banyak kalor yang harus
diberikan untuk menaikkan suhunya. Dengan kata
lain bahan sukar dinaiki suhunya.
• Ukuran mudah/sukarnya suhu benda naik bila
diberi sejumlah kalor dinyatakan oleh kapasitas
kalor (C) benda.
Kegiatan Penerapan
Hasil Belajar : Mendeskripsikan hukum kekekalan energi untuk kalor (asas
Black).
Pertemuan Ke : Dua
Waktu : (45 x 2) menit
Metode Pembelajaran : Latihan soal terbimbing
Indikator Kegiatan Pembelajaran
Siswa dapat:
• Mendeskripsikan kekekalan
energi juga berlaku pada
kalor.
(Qlepas = Qterima)
• Menerapakan hukum
kekekalan energi pada kalor
(asas Black) dalam
menyelesaikan masalah
sehubungan dengan kalor.
Kegiatan Awal dan Motivasi
• Kita tahu bahwa kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena
adanya perbedaan suhu.
• Di SMP Anda telah mempelajari asas Black.
Apa yang dinyatakan dalam asas Black tersebut? • Jawaban yang diharapkan dari siswa:
Jumlah kalor yang dilepas (Qlepas) sama dengan
jumlah kalor yang diterima (Qterima).
• Guru memberikan informasi pada siswa tentang
hukum kekekalan energi (asas Black) dalam
bentuk kalor.
• Telah kita ketahui energi adalah kekal, sehingga kehilangan energi dari suatu benda akan muncul
sebagai tambahan energi pada benda lainnya.
Kekekalan juga berlaku pada perpindahan kalor.
• Jika dua macam zat yang berbeda suhunya
dicampurkan (disentuhkan) maka zat yang
suhunya lebih tinggi akan melepaskan kalor yang
sama banyaknya dengan kalor yang diserap oleh
zat yang suhunya lebih rendah.
• Misalkan kita memiliki dua cangkir, yang satu
berisi 200 gram air pada 70oC dan yang lain
berisi 300 gram air pada 20oC. Kedua isi cangkir
kemudian dituangkan ke dalam cangkir besar.
Misalnya, pada saat kesetimbangan termal
kita hitung kalor yang dilepaskan oleh air panas
dan kalor yang diterima oleh air dingin. Apakah
keduanya sama besar?
Jawab:
Suhu air panas turun: ΔT = (70 – 40) o
C = 20oC
Kalor yang dilepaskan air:
Q = m c ΔT
= (200 gr) (1 kal/gr oC) (20oC) = 6000
kalori
Suhu air dingin naik: ΔT = (40 - 20) o
C = 20oC
Kalor yang dilepaskan air:
Q = m c ΔT
= (300 gr) (1 kal/gr oC) (20oC) = 6000
kalori
• Hasil perhitungan menunjukkan Jumlah kalor
yang dilepas (Qlepas) sama dengan jumlah kalor
yang diterima (Qterima).
Qlepas = Qterima
(m c ΔT)lepas = (m c ΔT)terima
Selanjutnya persamaan inilah yang dikenal
sebagai asas Black.
Kegiatan Inti
• Guru dan siswa mengerjakan latihan soal
bersama pada lembar latihan soal 2 untuk
kegiatan I.
Kegiatan Pemantapan
• Guru memberikan penjelasan ulang untuk
dipelajari baik dari penjelasan maupun latihan
soal.
• Kalau dua benda dengan suhu yang berbeda
dicampurkan, benda yang suhunya lebih tinggi
akan melepaskan kalor, sedangkan benda yang
suhunya lebih rendah akan menerima kalor ini,
sampai tercapainya keseimbangan suhu.
• Apabila keseimbangan suhu tercapai : kalor yang
dilepas sama dengan kalor yang diterima.
• Untuk menghitung kalor yang dilepaskan atau
diterima Q = m c ΔT.
Kegiatan Penerapan
Hasil Belajar : Mendeskripsikan peristiwa perubahan wujud.
Pertemuan Ke : Tiga
Waktu : (45 x 2) menit
Metode Pembelajaran : Latihan soal terbimbing
Indikator Kegiatan Pembelajaran
Siswa dapat:
• Menunjukkan bahwa suhu
zat tidak berubah selama
tejadinya peristiwa
perubahan wujud.
• Menunjukkan bahwa pada
waktu perubahan wujud
zat memerlukan kalor. • Menerapkan hubungan
Q = m c ΔT dan Q = m L
untuk memecahkan
masalah.
Kegiatan Awal dan Motivasi
• Guru memberikan informasi yang dimaksud dengan
perubahan wujud adalah perubahan keadaan suatu
zat, misalkan:
dari padat → menjadi cair atau sebaliknya dari cair → menjadi uap atau sebaliknya dari uap → menjadi padat atau sebaliknya
• Kita tahu bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda/zat biasanya akan menyebabkan suhunya naik.
Tetapi pada kasus tertentu dapat saja kalor yang
diberikan hanya digunakan untuk mengubah wujud
benda/zat tanpa menaikkan suhunya. • Contoh:
Es pada 0oC → menjadi air 00C
Air pada 100oC → menjadi uap 100oC
• “Zat selalu menerima atau melepas kalor selama
perubahan wujud berlangsung, tetapi tidak disertai
dengan kenaikan suhu atau penurunan suhu (suhu
tetap)”.
• Besarnya kalor yang dibutuhkan oleh suatu zat bila
terjadi perubahan wujud, memenuhi persamaan:
Q = m L
Q = kalor yang diperlukan (kal atau J)
m = massa zat (gr atau kg)
L = kalor laten (kal/gr atau J/kg)
• Kalor laten meliputi: kalor lebur, kalor embun, kalor
uap, dan kalor beku.
dilepaskan selama proses perubahan wujud tanpa
menaikkan suhunya. • Contoh:
Berapa besarnya kalor yang dibutuhkan untuk
mencairkan es sebanyak 100 gr menjadi air
seluruhnya pada titik leburnya (0oC). bila diketahui
kalor laten peleburan es menjadi air sebesar 80
kal/gr.
Penyelesaian:
Les → air = 80 kal/gr
mes = 100 gr
maka,
Q = m L = 100 gr x 80 kal/gr = 8000 kal
• Suatu zat yang menerima kalor selain terjadi perubahan wujud, maka pada zat tersebut juga terjadi
kenaikkan suhu.
• Besarnya kenaikkan suhu dari zat tersebut juga dapat
ditentukan dengan persamaan: Q = m c ΔT
• Proses perubahan wujud dalam hubungannya dengan kalor yang diserap atau dilepas dapat dinyatakan
dalam bentuk grafik sebaga berikut:
(es yang suhunya -10oC berubah wujud menjadi uap)
suhu (oC) f
100 d e
0 b c
kalor
-10 a
• Keterangan
a → b : es suhunya naik dari -10o
b → c : perubahan wujud dari es 0oC menjadi air 0oC c → d : air suhunya naik dari 0o
C menjadi 100oC d → e : perubahan wujud dari air 100o
C menjadi uap
100oC
e → f : uap suhunya naik dari 100o
C menjadi lebih
tinggi
Kegiatan Inti
• Guru dan siswa mengerjakan latihan soal bersama pada kegiatan I lembar latihan soal 3.
Kegiatan Pemantapan
• Guru memberikan penjelasan ulang untuk
memberikan penekanan pada konsep yang telah
dipelajari baik dari penjelasan maupun latihan soal.