• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor - USD Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

LATIHAN SOAL TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA PADA POKOK

BAHASAN KALOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: P. Edy Windarto NIM: 021424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

LATIHAN SOAL TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

(3)

iii SKRIPSI

LATIHAN SOAL TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2007 Penulis,

(5)

v ABSTRAK

Sudah semestinya pembelajaran fisika di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa sehingga, pembelajaran yang berlangsung sungguh membantu perkembangan pemahaman konsep siswa yang dalam dan kuat sehingga siswa dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah, menciptakan penjelasan, dan membuat prediksi. Model pembelajaran yang tepat tentu akan membuahkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka mencari model pembelajaran yang tepat maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor; (2) Adakah perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor antara yang diajar dengan latihan soal terbimbing dan yang diajar dengan latihan soal tidak terbimbing.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Sampel penelitian ini terdiri dari 60 siswa. Siswa tersebut terbagi dalam 2 kelas yaitu, 30 siswa kelas kontrol (kelas dengan latihan soal tidak terbimbing) dan 30 siswa kelas eksperimen (kelas dengan latihan soal terbimbing). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes. Metode analisis data dilakukan dengan perhitungan statistik (uji-T).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran dengan latihan soal terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. (2) Ada perbedaan yang sangat signifikan peningkatan pemahaman konsep siswa antara yang diajar latihan soal terbimbing dengan yang diajar latihan soal tidak terbimbing.

(6)

vi ABSTRACT

It was must of physics learning in school need to arranged, so it can really help understanding improvement of student’s concept to be more and strength, so the student can use it to solve problem, create explanation, and make prediction. Exact learning model will give good result of student’s study which is expected. In effort of finding the exact learning model, this research is aim to know (1) do exercise guided in physics learning can improve understanding of physics concept in basic subject of heat; (2) is there any different improvement of understanding physics concept of student in basic subject of heat between they are taught whit exercise guided and they are not.

Subject of this research is student in class X of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Sample of this research consist of 60 students. The student is divided in two class, they are 30 students in control class (the class with no exercise guided) and 30 students in experiment class (the class with exercise guided). Data collecting conducted by using method of test. Method of data analysis conducted by calculation of statistic (T-test).

Result of this research indicate that: (1) learning by exercise guided can improve the understanding of student physics concept. (2) there is different improvement which is very significant of understanding student concept between which thought exercise guided with thought no exercise guided.

Student with exercise guided get understanding improvement concept more than student with no exercise guided. Thereby the physics learning with exercise guided in the basic subject of heat can improve the understanding of student physics concept.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah atas segala karunia dan anugrah-Nya sekripsi yang berjudul “Latihan Soal Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Kalor” dapat terselesaikan dengan baik.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan pihak lain. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. Priyanto selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 2 yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Wahyu Santosa selaku guru Fisika SMA BOPKRI 2 yang telah berkenan memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.

4. Bapak dan Ibu yang tercinta, atas dorongan semangat, doa yang tulus, dan biaya yang diberikan kepada penulis hingga dapat diselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Mas Anton, Mas Chris, adik Novita, dan Sulis tersayang atas dorongan semangat, doa dan pengertian yang telah diberikan selama ini.

(8)

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 28 Juli 2007

(9)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II DASAR TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Dasar Teori ... 5

1. Pembelajaran Fisika ... 5

2. Konsep ... 6

(10)

x

4. Latihan Soal ... 10

5. Pemecahan Soal Fisika ... 15

B. Kerangka Berpikir ... 17

C. Pengajuan Hipoteis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

C. Populasi dan Sampel ... 20

D. Identifikasi Variabel Penelitian ... 20

E. Desain Penelitian ... 22

F. Metode Pengumpulan Data ... 23

G. Instrumen Penelitian ... 23

H. Metode Analisi Data ... 24

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Analisi Data ... 31

1. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 31

2. Perbedaan Pemahaman Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 34

B. Pembahasan ... 35

1. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 35

(11)

xi

3. Pengaruh Latihan Soal terbimbing Pada Kelas Eksperimen dan Pengaruh Latihan Soal Tidak Terbimbing Pada Kelas

Kontrol ... 37

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 38

B. Keterbatasan Peneliti ... 38

C. Saran ... 39

(12)

xii

DAFTAR TABEL

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Desain Pembelajaran ... ... 41

Lampiran 2 Lembar Latihan Soal ... ... ... 51

Lampiran 3 Konsep yang akan diukur, Indikator, dan Soal ... 70

Lampiran 4 Data Kasar Skor Pemahaman Siswa Kelas Kontrol untuk Pretest ... 77

Lampiran 5 Data Kasar Skor Pemahaman Siswa Kelas Kontrol untuk Posttest ... 78

Lampiran 6 Data Kasar skor Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen untuk Pretest ... 79

Lampiran 7 Data Kasar Skor Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen untuk Posttest ... 80

Lampiran 8 Data Skor Pemahaman Konsep Siswa ... 81

Lampiran 9 Analisi Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 82

Lampiran 10 Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 83

Lampiran 11 Analisi Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 84

Lampiran 12 Uji-T untuk Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 85

Lampiran 13 Analisis Hasil Pemahaman Konsep Siswa untuk Uji-T dari Soal Pretest ... 86

Lampiran 14 Uji-T untuk Soal Pretest ... 87

Lampiran 15 Analisis Hasil Pemahaman Konsep Siswa untuk Uji-T dari Soal Posttest ... 88

Lampiran 16 Uji-T untuk Soal Posttest ... 89

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran fisika memiliki hakikat menciptakan interaksi

antara siswa dengan objek belajar. Dengan interaksi ini siswa memiliki

peluang untuk membangun pengetahuannya berdasarkan realita yang menjadi

objek belajar. Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar fisika, sudah semestinya menempatkan siswa sebagai pusat

perhatian. Berdasarkan filsafat konstruktivisme bahwa pengetahuan yang

dimiliki oleh siswa adalah bentukan dari siswa yang memiliki pengetahuan.

Pada saat kegiatan belajar berlangsung, siswa harus aktif membangun

pengetahuan diri sendiri. Aktif berarti siswa harus terlibat secara

berkesinambungan dalam mencari, menelusuri masalah, dan membangun

sendiri pengetahuannya melalui berbagai jenis kegiatan yang relevan dan

menggunakan penalaran mereka untuk menyelesaikan masalah yang ditemui.

Tujuan pembelajaran fisika di sekolah adalah memahami

konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya dan mampu menggunakannya untuk

memecahkan masalah. Di dalam proses pembelajaran fisika selalu diikuti

pemecahan soal. Pemecahan soal merupakan aspek penting karena prosesnya

membawa pada pemahaman fisika tersebut.

Berkaitan dengan pembelajaran fisika, guru harus dapat menerapkan

(15)

menyenangkan. Selain itu metode tersebut hendaknya dapat benar-benar

membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, merasa tertarik dan

bersikap positif terhadap metode pembelajaran yang dilakukan. Salah satu

cara untuk mengembangkan proses pembelajaran yang bermakna adalah

dengan menggunakan metode latihan soal terbimbing dalam pembelajaran.

Menindak lanjuti tujuan pembelajaran di atas, latihan soal merupakan

suatu jalan atau langkah efektif untuk membantu siswa dalam memahami

konsep fisika. Latihan soal memberikan kesempatan bagi siswa untuk menguji

pemahamannya terhadap konsep, hukum-hukum dan teori yang telah

dipelajari. Mengingat fisika bukan merupakan ilmu yang bersifat hafalan,

tentu penting sekali peranan latihan soal sebagai wahana untuk menumbuh

kembangkan ketajaman penalaran siswa memahami suatu konsep.

Pemberian latihan soal merupakan metode yang baik bagi guru untuk

menyatakan diri bahwa materi yang telah diajarkan dapat dipahami benar oleh

siswa. Dengan pemberian latihan soal guru dapat mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa dalam menerima materi yang telah diajarkan. Diharapkan

dengan latihan soal semakin dalam konsep diketahui dan dipahami dan

sekaligus semakin tepat konsep dimengerti siswa, sehingga siswa semakin

benar-benar menguasai fisika.

Untuk menumbuhkan pemahaman konsep siswa dalam belajar fisika

dengan harapan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran fisika, maka siswa

perlu dilibatkan secara aktif di dalam proses belajarnya. Untuk itu penulis

(16)

Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa

Pada Pokok Bahasan Kalor”. Dengan menerapkan latihan soal terbimbing ini

dalam pembelajaran fisika diharapkan akan diperoleh pemahaman konsep

yang lebih baik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat

meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor?

2. Adakah perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada

pokok bahasan kalor antara yang diajar dengan latihan soal terbimbing dan

yang diajar dengan latihan soal tidak terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Apakah latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat

meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor.

2. Perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok

bahasan kalor antara yang diajar dengan latihan soal terbimbing dan yang

(17)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan di atas, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya,

misalnya usaha untuk mencari pemanfaatan latihan soal dalam

pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat menganalisis soal yang dihadapi, merencanakan jalan

penyelesaian dan menyelesaikan soal secara terperinci, sehingga siswa

dapat memecahkan soal-soal secara sistematis.

Siswa tidak perlu mengulang-ulang sesuatu yang salah dalam

memecahkan soal.

3. Bagi Guru

Guru dapat membuat model latihan soal terbimbing yang lebih baik

(18)

BAB II

DASAR TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Dasar Teori

1. Pembelajaran Fisika

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak akan lepas

dari kegiatan belajar dan mengajar. Belajar mengacu kepada kegiatan

siswa, dan mengajar mengacu kepada kegiatan guru. Belajar merupakan

proses aktif dari siswa untuk mendapatkan pemahaman yang berarti,

membangun sendiri pengetahuannya, serta membentuk pengalaman

melalui interaksi dengan lingkungannya. Mengajar adalah menciptakan

situasi, menyediakan kemudahan, membimbing dan pengarahan kepada

siswa dalam belajar.

Pembelajaran menekankan pada kegiatan siswa, berarti kegiatan

dari proses pembelajaran didominasi oleh siswa. Guru membantu siswa

untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai melalui pembelajaran sesuai

dengan kemampuan yang siswa miliki. Dalam proses pembelajaran guru

mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya serta

menunjukkan bahwa mereka mencapai pemahaman yang bermakna dari

kegiatan belajar yang dilakukannya.

Dalam pembelajaran fisika, proses menanamkan suatu konsep

merupakan bagian penting. Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak

(19)

dalam mempelajari fisika, oleh karena itu tahap awal dalam belajar fisika

adalah memahami konsep secara benar. Tanpa mengabaikan aspek yang

lain, memahami konsep dan bagaimana mengembangkannya sangatlah

penting.

Oleh karena pemahaman konsep sendiri memerlukan proses yang

terus-menerus dan waktu yang lama bagi siswa, maka siswa harus dibantu

untuk menjadi lebih paham sesuai dengan daya tangkapnya. Proses

pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan

konsep (Suparno, 2005: 94). Dalam proses pembelajaran dapat terjadi

bahwa siswa bertambah mengerti dan konsep yang diketahui bertambah.

Sehingga dengan adanya perubahan konsep seorang siswa benar-benar

berkembang dalam memahami konsep-konsep fisika.

2. Konsep

Dalam proses belajar mengajar sering kali di awali dengan

konsep-konsep sebelum sampai pada tahap penerapan. Konsep harus difahami

lebih dahulu secara benar, karena pemahaman konsep yang tidak benar

akan mengakibatkan kesulitan dan kesalahan dalam menerapkannya

(Kartika Budi, 1991: 38).

Konsep dalam kehidupan sehari-hari memiliki dua arti yang

berbeda. Satu arti konsep adalah “rancangan”. Arti yang lain adalah

“pengertian”. Konsep adalah sesuatu yang terbentuk di dalam pikiran

(20)

mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa,

kondisi-kondisi, dan ciri-ciri (Euwe (ed), 1991: 8).

Konsep dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu konsep fisis,

konsep logika matematis, dan konsep filosofis (Kartika Budi, 1991: 39).

Konsep fisis adalah konsep yang mengacu pada objek, sifat yang menyatu

pada objek, proses yang terjadi pada objek, dan relasi antara konsep yang

satu dengan konsep yang lain. Konsep logika matematis adalah konsep

yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan terhadap objek.

Misalnya; perkalian, penjumlahan, pengurangan. Konsep filosofis adalah

konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya; senang, jujur,

kagum.

Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep

fisis, sedangkan konsep-konsep logika-matematis merupakan alat. Untuk

itu perlu disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi

kegiatan belajar mengajar matematik, maka konsep-konsep fisis dalam

pembelajaran fisika perlu ditekankan.

Siswa yang belajar fisika mencoba menafsirkan dan menangkap

makna dari konsep-konsep fisika yang dipelajari. Tafsiran tersebut dapat

berbeda-beda untuk setiap siswa. Satu konsep dapat memiliki beberapa

(21)

3. Pemahaman Konsep

Salah satu hal penting dalam proses belajar mengajar di sekolah

bagi siswa adalah kemampuan untuk memahami yang dipelajari. Dalam

proses belajar mengajar dapat terjadi bahwa siswa bertambah mengerti dan

konsep yang diketahui bertambah. Guru sebagai mediator dan fasilitator

harus membimbing dan menekankan pada pemahaman tersebut.

Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian yang

sangat penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam proses belajar

mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep. Langkah awal

pemahaman suatu konsep adalah memahami definisi konsep tersebut

secara benar sesuai hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991: 38).

Hal ini sangat penting, karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai

untuk memecahkan berbagai macam masalah, bila konsep tersebut telah

didefinisikan dengan jelas dan benar.

Untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami suatu konsep

diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan

pemahaman tersebut. Menurut Kartika Budi (1992: 114), kriteria atau

indikatror-indikator tersebut antara lain; 1) dapat menyatakan pengertian

konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, 2) dapat

menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, 3) dapat

menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, 4) dapat

menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala

(22)

praktis, dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi

pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, 5) dapat mempelajari

konsep lain yang berkaitan dengan cepat, 6) dapat membedakan konsep

yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui berdasarkan

kriteria atau indikator di atas. Bloom (dalam Arikunto, 2005: 117)

mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil

belajar intelegensi. Hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari

hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan

menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Sudjana, 1989: 50). Untuk

itu maka diperlukan hubungan antara konsep dengan makna yang ada

dalam konsep tersebut.

Menurut Sudjana (1989: 51) pemahaman dapat dibedakan ke

dalam tiga kategori, yaitu; pemahaman tingkat rendah, pemahaman tingkat

dua, dan pemahaman tingkat tiga atau tingkat tinggi. Dengan semakin

bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami dan sekaligus semakin

tepat konsep fisika dimengerti siswa, maka siswa semakin benar-benar

(23)

4. Latihan Soal

a. Pengertian latihan

Salah satu fungsi mengajar yang paling penting ialah

membantu siswa melatih dan memantapkan pelajaran (Nasution, 1989:

112). Latihan sebagai upaya untuk memantapkan penguasaan materi

pelajaran oleh siswa. Latihan soal memberikan kesempatan bagi siswa

untuk menguji pemahamannya terhadap konsep-konsep yang telah

dipelajari. Selama tahap latihan guru bertanggung jawab untuk

memantapkan apa yang telah diajarkan.

Latihan dalam hubungan belajar mengajar adalah suatu

tindakan/perbuatan pengulangan untuk lebih memantapkan hasil

belajar (Hamalih, 2003: 95). Latihan adalah suatu kegiatan melakukan

hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh, dengan tujuan

untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu

keterampilan agar menjadi bersifat permanen (Jusuf, 1982: 60).

Tiap materi bahasan umumnya diakhiri dengan latihan soal.

Latihan soal terdiri atas soal-soal pemecahan masalah, untuk

mengevaluasi sejauh mana kompetensi siswa terhadap pemahaman

konsep, hukum-hukum, dan teori-teori dalam pemecahan masalah.

Selain itu, soal-soal latihan diharapkan dapat melatih keterampilan

siswa untuk meningkatkan dalam pemecahan masalah.

Latihan soal adalah tahap dimana siswa berlatih menerapkan

(24)

dipelajari untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran fisika

masalah tersebut berupa soal-soal. Masalah yang ideal adalah masalah

yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, namun tidak selalu

mudah menghadirkan masalah seperti itu dalam kelas.

Memahami suatu konsep fisika dan mengembangkan

keterampilan memecahkan soal ditingkatkan dengan penggunaan

contoh-contoh, latihan sehubungan dengan teks, kumpulan soal-soal

berjenjang yang banyak dan terpadu. Mengacu pada prinsip belajar

bermakna (belajar bermakna adalah belajar yang di samping dapat

mengingat dan menyatakan kembali definisi dari suatu konsep, prinsip,

dan hukum, juga harus dapat menempatkan pengetahuan yang baru

diperoleh secara tepat dalam jaringan pengetahuan yang telah dimiliki,

dan mengetahui hubungannya dengan sebanyak-banyaknya

pengetahuan yang telah dimiliki), yaitu belajar yang mengutamakan

pengertian atau pemahaman konsep maka, dalam mempelajari fisika

perlu ditekankan kepada tiga hal penting, yaitu 1) pengenalan fakta

dan penanaman konsep, 2) contoh soal dan penyelesaiannya yang

disajikan secara bervariasi sebagai contoh dalam penerapan konsep, 3)

soal-soal latihan yang disajikan dimulai dari yang mudah sampai

dengan soal pemecahan masalah.

Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas dapat

disimpulkan latihan soal terbimbing adalah proses menerapkan konsep,

(25)

dari guru supaya siswa dapat memahami konsep, prinsip, dan hukum.

Atau latihan soal terbimbing adalah proses membantu siswa dalam

menjembatani permasalahan yang dihadapi siswa dalam

mengaplikasikan berbagai konsep, prinsip, dan hukum fisika untuk

memecahkan masalah.

b. Manfaat latihan soal dalam pembelajaran

Latihan bermanfaat dalam proses pembelajaran. Manfaat

latihan menggambarkan bahwa latihan dalam pembelajaran sangat

esensial bagi tercapainya hasil belajar (Hamalih, 2003: 95), karena:

1. Latihan dapat memantapkan hasil belajar, penguasaan aspek- aspek

perubahan tingkah laku siswa seperti kebiasaan, keterampilan,

sikap, dan pengertian.

2. Latihan berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi baik secara individu

maupun secara kelompok.

3. Latihan penting artinya untuk kehidupan sehari-hari bagi para

siswa, misalnya trasfer belajar.

4. Latihan membantu cara pembelajaran yang efektif, seperti

mengingat dan meniru.

(26)

c. Upaya untuk mendayagunakan latihan soal dalam pembelajaran

Ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran menurut Hamalih (2003: 97):

1. Repetition (ulangan)

Ulangan yang dikategorikan sebagai latihan ialah apabila

ulangan ini merupakan suatu usaha dalam rangka latihan dengan

tujuan memperteguh atau memperkuat hasil belajar. Dengan

demikian hasil belajar itu menjadi milik siswa dan bermanfaat bagi

hidupnya.

2. Latihan otomatis (drill)

Adalah upaya memantapkan keterampilan-keterampilan

otomatis atau asosiasi yang telah diperolah.

3. Review atau Reteaching

Adalah mengajarkan kembali atau mempelajari kembali

bahan-bahan yang telah di ajarkan dengan maksud memperoleh

pemahaman, memperluas atau memperjelas dan memperdalam

hal-hal tersebut.

4. Practice

Suatu keterampilan dapat dikuasai siswa bila telah

mengalami latihan. Latihan tidak memerlukan yang betul-betul

sama, misalnya belajar mengetik, menyetir, dan sebagainya.

(27)

Teknik ini merupakan keharusan belajar dalam kelas,

practice merupakan aspek yang penting dari review, sedangkan

review menggunakan practice sebagai jalan pemecahan masalah.

Tujuan utama practice ialah memperbaiki belajar, sedangkan

review untuk memperluas belajar. Perbedaannya ialah practice

bersifat efektif dalam pengajaran keterampilan dan

kebiasaan-kebiasaan, bahkan merupakan proses individualis. Review bersifat

efektif untuk menumbuhkan pengertian, sikap, apresiasi dan

terutama merupakan suatu proses pertimbangan kelompok.

d. Kelemahan atau kerugian latihan soal dalam pembelajaran

1. Latihan-latihan yang selalu diberikan di bawah bimbingan guru,

atas perintah-perintah guru, dapat mematikan atau melemahkan

inisiatif maupun kreativitas pada siswa.

2. Siswa menjadi tergantun pada guru, menunggu petunjuk atau

perintah.

3. Latihan yang diberikan dapat membentuk sesuatu kebiasaan yang

kaku.

4. Latihan yang terlampau sulit dapat menimbulkan perasaan benci

(28)

5. Pemecahan Soal Fisika

Dalam pengajaran fisika selalu diikuti oleh pemecahan atau

pengerjaan soal-soal. Mempelajari bagaimana melakukan pendekatan dan

menyelesaikan soal merupakan bagian dasar dari belajar fisika, dan

merupaka keahlian yang sangat berguna. Pemecahan soal juga penting

karena prosesnya membawa pada pemahaman fisika tersebut. Dapat

memecahkan atau menyelesaikan soal merupakan bagian yang sangat

penting dalam belajar fisika, dan merupakan dasar yang kuat untuk

memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Manfaat dari

pemecahan soal bergantung pada jenis soal dan tutunan sistem

pemecahannya.

Pemecahan soal merupakan salah satu bagian penting dalam

pengajaran fisika sebab bukan saja merupakan penerapan konsep tetapi

juga merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan baru. Pemecahan

soal dapat meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkan

kemampuan berpikir sitesis analisis yang diperlukan dalam memecahkan

masalah.

Soal fisika merupakan soal yang berkaitan dengan peristiwa. Dari

suatu peristiwa maka akan muncul suatu masalah. Untuk dapat

memecahkan masalah perlu diketahui data-data atau informasi-informasi

yang tersedia. Berdasarkan masalah dan data yang tersedia maka

dilakukan analisis untuk langkah-langkah dalam pemecahan masalah.

(29)

fisika diperlukan kemampuan dasar sebagai prasyarat utama, yakni

kemampuan menginterpretasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika

secara tepat, kemapuan mendeskripsikan serta mengorganisasikan

pengetahuan fisika secara efektif.

Soal-soal fisika sangat beragam bentuknya dan tingkat

kesulitannya. Ada soal yang hanya memerlukan satu langkah berpikir,

mengingat rumus dan kemudian memasukkan data yang telah tersedia dan

melakukan perhitungan. Ada soal yang menggunakan pola hubungan

antara beberapa konsep atau soal variatif. Untuk dapat memecahkan soal

semacam ini diperlukan langkah berpikir analisis dengan menerapkan

beberapa konsep yang saling berkaitan. Banyak siswa dalam pemecahan

soal fisika hanya sampai pada soal yang memerlukan satu langkah

berpikir. Umumnya siswa jarang sekali diajak untuk berpikir dan

memecahkan soal yang membutuhkan analisis atau soal yang merupakan

perpaduan dari beberapa konsep.

Pemecahan soal fisika yang kompleks/variatif memerlukan

langkah-langkah: anlisis, rencana, penyelesaian, dan penilaian (Kartika

Budi, 1997: 175). Analisis adalah tahap mengidentifikasi data-data dan

permasalahannya. Rencana adalah analisis untuk menetapkan

langkah-langkah penyelesaianan dan pemilihan konsep, hukum dan persamaan

yang berlaku. Penyelesaian adalah tahap realisasi dari langklah-langkah

yang telah direncanakan. Penilaian adalah tahap pemeriksaan apakah

(30)

Dalam memecahkan soal fisika seringkali diperlukan perhitungan

matematis sebagai konsekuensi dari penggunaan rumus-rumus fisika.

Menurut Kartika Budi (dalam Sumaji, dkk, 1997: 176) soal fisika

sebaiknya tidak terjebak pada kesulitan penyelesaian matematik dan

kesulitan perhitungan angka-angka. Bila dalam pemecahan soal fisika

kesulitan matematis masih diperhitungkan, maka makna fisikanya akan

hilang. Sehingga muncul anggapan siswa bahwa fisika meruapakan

matematik.

B. Kerangka Berpikir

Untuk memperoleh pemahaman konsep yang memuaskan, perlu digali

cara pembelajaran yang mampu mengatasi kendala-kendala pembelajaran ini.

Pemilihan metode yang mampu membangkitkan kemauan dan kegairahan

siswa untuk belajar merupakan solusi yang tepat. Berdasarkan uraian dan

deskripsi teoritis di atas, penelitian ini akan menampilkan model pembelajaran

dengan latihan soal terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika

siswa pada pokok bahasan kalor.

1. Pengaruh pembelajaran dengan latihan soal terbimbing terhadap

pemahaman konsep fisika siswa.

Pemberian latihan soal merupakan salah satu pengajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pelajaran

yang telah didapat melalui latihan-latihan menyelesaikan soal-soal.

(31)

kesalahan-kesalahannya. Selama berlatih siswa harus didampingi dan

dibimbing. Pengaruh latihan soal terbimbing terhadap pemahaman konsep

siswa mampu memberikan media kepada siswa untuk melakukan kegiatan

belajar. Melalui latihan soal terbimbing siswa berkesempatan untuk

mengekspresikan pemahaman konsep yang telah ia miliki. Dalam latihan

soal siswa dibantu menganalisi soal yang dihadapi, merencanakan jalan

penyelesaian, dan menyelesaikan soal-soal itu secara terperinci. Hal-hal

mana yang dirasa sulit oleh para siswa, untuk itu diajukan

pertanyaan-pertanyaan penuntun sebelum siswa sampai pada penerapan rumus

matematis untuk menyelesaikan soal. Bimbingan yang diberikan ini

memungkinkan siswa memiliki kesempatan untuk berlatih secara lebih

terarah. Maka dengan latihan soal terbimbing memungkinkan siswa

memperoleh pemahaman konsep yang optimal.

2. Pengaruh pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing terhadap

pemahaman konsep fisika siswa.

Pada pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing, banyak

siswa kurang berkesempatan untuk mengekspresikan pemahaman konsep

yang telah mereka miliki, sehingga memungkinkan siswa tidak memiliki

kesempatan untuk berlatih lebih terarah. Hal-hal mana yang dirasa sulit

oleh para siswa guru tidak dapat mengenali kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh siswa. Sehingga siswa kurang menganalisi soal yang

(32)

soal-soal itu secara terperinci. Karena tidak adanya dampingan dan

bimbingan dari guru, maka dalam memecahkan soal latihan siswa hanya

terpaku pada langkah-langkah penyelesaian soal, yaitu diketahui, ditanya,

dan jawab. Karena siswa hanya terpaku pada langkah-langkah seperti itu,

maka siswa tidak memperoleh pemahaman konsep yang optimal.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka berpikir di atas, dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) latihan soal terbimbing dalam

pembelajaran fisika dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada

pokok bahasan kalor; 2) pembelajaran fisika dengan latihan soal terbimbing

akan meningkatan pemahaman konsep siswa yang lebih baik dibandingkan

dengan pembelajaran fisika dengan latihan soal tidak terbimbing pada pokok

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Kesimpulan yang

akan diambil berdasarkan analisis data statistik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2007 di SMA

BOPKRI 2 Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas X SMA BOPKRI 2

Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Dari semua siswa kelas X diambil dua kelas. Satu kelas sebagai kelas

eksperimen dan satu kelas sebagai kelas pengontrol.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

(34)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pengajaran dengan

latihan soal terbimbing.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep.

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol berfungsi sebagai variabel yang dapat mengendalikan

agar tidak terpengaruh dari faktor-faktor lain sehingga tidak

mempengaruhi variabel terikat. Tujuan kontrol dalam penelitian adalah

mengetahui situasi, agar efek variabel dapat diteliti. Penelitian ini

menggunakan dua kelas. Karena tidak mungkin mempunyai dua kelas

yang persis sama, peneliti berusaha membentuk dua kelas serupa

mungkin dalam hal-hal yang berhubungan dengan variabel-variabel

tersebut. Dalam penelitian ini kontrol dilakukan pada kedua kelas

dengan mengendalikan pemahaman konsep awal. Melalui uji-T telah

diperolah bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konsep awal yang

signifikan pada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen (lihat

(35)

2. Definisi Operasional

a. Latihan soal terbimbing adalah suatu cara penyelesaian soal-soal yang

sistematis oleh siswa dalam menerapkan konsep, prinsip, dan hukum

dengan bantuan atau bimbingan guru.

b. Pemahaman konsep adalah hasil yang diperolah siswa dari

kemampuan memahami materi-materi pelajaran yang telah diberikan

kepadanya dengan baik selama kurun waktu tertentu. Hasil tersebut

dapat diketahui dari kemampuan siswa dalam mengerjakan atau

menyelasaikan tugas atau soal-soal yang diberikan.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang

bermakna antara pemahaman konsep fisika siswa yang diajar latihan soal

terbimbing dengan pemahaman konsep fisika siswa yang diajar latihan soal

tidak terbimbing. Penelitian ini menggunakan dua kelas yang disebut sebagai

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas dengan

latihan soal terbimbing, sedangkan kelas kontrol adalah kelas dengan latihan

soal tidak terbimbing.

Kedua kelompok terlebih dahulu diberi pretest sebelum materi

diberikan. Pretest dilakukan pada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas

kontrol) dengan maksud untuk mengukur pemahaman konsep awal siswa

berbeda atau tidak. Jika pemahaman konsep awal siwa tidak berbeda secara

(36)

pembelajaran dengan latihan soal terbimbing pada kelas eksperimen dan

perlakuan pembelajaran dengan latihan soal terbimbing tidak terbimbing pada

kelas kontrol.

Setelah kedua kelas sampel dengan masing-masing perlakuan mengikuti

kegiatan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah pemberian posttest. Hasil

dari posttest kemudian dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan

pada kelas eksperimen menghasilkan pemahaman konsep yang lebih baik

dibanding dengan kelas kontrol, untuk itu dilakukan uji-T untuk dua

kelompok independen. Kemudian menetukan apakah pemahaman konsep

siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan, untuk

itu skor pretest dan posttest masing-masing kelas dibandingkan dan dianalisis

dengan uji-T untuk kelompok dependen..

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep ini

diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes (pretest) yang

diberikan sebelum pembelajaran digunakan untuk mengetahui pemahaman

konsep awal siswa. Sedangkan tes (posttest) yang diberikan setelah

pembelajaran digunakan untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep

siswa setelah siswa menerima seluruh materi pembelajaran. Model tes

(37)

G. Instrumen Penelitian

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman

konsep. Tes pemahaman konsep ini terdiri dari pretest dan posttest. Oleh

karena itu disusun blue print yang sebelumnya ditentukan terlebih dahulu oleh

peneliti setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru

pengampu mata pelajaran fisika. Tes pemahaman konsep ini terdiri dari 20

soal esai, dengan alternatif jawaban apabila siswa menjawab benar diberi skor

1 dan apabila siswa menjawab salah diberi skor 0.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen

penelitian ini adalah:

1. Menetapan ruang lingkup tes, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan

dan butir materi yang dipresentasikan untuk diuji.

2. Menentukan kriteria siswa dalam memahami konsep, yaitu kemampuan

siswa dalam: a) membedakan antara konsep yang satu dengan konsep yang

lain, b) menerapkan konsep untuk menganalisi dalam memecahkan

masalah, c) menginterpretasikan grafik.

3. Menyusun kisi-kisi dan pembuatan soal

Kisi-kisi dan butir soal dapat dilihat dalam lampiran 3 halaman 69.

H. Metode Analisis Data

Hasil penelitian ini akan berupa skor pemahaman konsep siswa yang

(38)

Metode yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah analisis statistik

uji - T. Analisi meliputi:

1. Menghitung Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Untuk menganalisi apakah pemahaman konsep siswa mengalami

peningkatan, skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji-T. Uji-T yang

digunakan adalah uji-T untuk kelompok dependen. Untuk menghitung ada

tidaknya peningkatan pemahaman konsep masing-masing kelas

digunakan:

tobser =

) 1 ( ) ( ) ( 2 2 1 2 − ∑ − ∑ − − − N N N D D x x Keterangan:

x1 = skor pretest

x2 = skor posttest

D = perbedaan antara skor tiap subyek

N = jumlah pasang skor

df = N - 1

tcritis dicari/diperoleh dari tabel dengan level signifikan α 0,05.

Jika tobser > tcrit maka signifikan berarti terjadi peningkatan pemahaman

konsep siswa.

Jika tobser < tcrit maka tidak signifikan berarti tidak terjadi peningkatan

(39)

2. Menghitung Tingkat Perbedaan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen

Untuk menganalisi tingkat perbedaan pemahaman konsep siswa

menyangkut hasil pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen digunakan uji-T untuk kelompok independen. Untuk

menghitung tingkat signifikan perbedaan pemahaman konsep siswa antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen digunakan:

a. Standar deviasi dari dua kelompok

S =

1 ) (

− − Σ

N x xi

b. Tobservasi dihitung dengan rumus

tobser =

2 2 2

1 2 1

2

1 )

(

N s

N s

x x

+ −

indeks 1 menunjukan kelas eksperimen

indeks 2 menunjukan kelas kontrol

c. Uji-T dilakukan dengan mengambil tingkat signifikan α = 0,05

(40)

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2007 sampai dengan

tanggal 1 Maret 2007 di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Peneliti mengambil pokok

bahasan kalor pada penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X C

dan kelas X D. kelas X C dengan 30 siswa menjadi kelas kontrol dan kelas X D

dengan 30 siswa menjadi kelas eksperimen. Kelas eksperimen akan dikenai

pembelajaran menggunakan latihan soal terbimbing, sedangkan kelas kontrol

tidak dikenai latihan soal terbimbing.

Pada awal kegiatan pembelajaran peneliti melakukan observasi

kemampuan awal di kedua kelas sampel. Observasi ini dengan pemberian tes awal

(pretest). Dari hasil pretest peneliti mendapat hasil kemampuan awal siswa dalam

hal pemahaman konsep. Hasil yang diperoleh pemahaman konsep awal siswa

kelas ekperimen dan kelas kontrol sama. Langkah selanjutnya peneliti

melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan oleh guru.

Sebelum peneliti memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen, peneliti

sebelumnya mengkonsultasikan rencana pembelajaran dan memberitahukan akan

maksud dari pembuatan rencana pembelajaran, sehingga dimungkinkan akan

adanya kesamaan perlakuan guru terhadap siswa dalam memberikan materi

pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan modul/lembar latihan soal

(41)

membimbing siswa dalam mengerjakan latihan soal. Pemberian latihan soal antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

Kegiatan penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu:

A. Pra Eksperimen

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pra eksperimen adalah:

• Pengambilan sampel penelitian untuk menentukan kelas eksperimen dan

kelas kontrol

• Pelaksanaan tes awal (pretest) untuk mengetahui pemahaman konsep awal

siswa

• Mempelajari materi awal yang akan disampaikan kepada siswa pada kelas

eksperimen dengan berpedoman pada rencana pembelajaran yang sudah

dibuat.

B. Pelaksanaan Eksperiman

1. Pembelajaran di kelas eksperimen

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen adalah:

• Menjelaskan materi pelajaran.

• Memberikan soal latihan untuk dikerjakan di dalam kelas setelah

konsep diberikan, agar siswa lebih paham mengenai materi yang sudah

dipelajari.

• Mendiskusikan bersama siswa dalam menganalisi soal yaitu dari

(42)

pertanyaan-pertanyaan konsep sebelum siswa memecahkan masalah

pada soal latihan tersebut dari lembar latihan soal.

• Peneliti mengadakan pembahasan hasil jawaban dari soal latihan yang

dikerjakan siswa di papan tulis.

• Memberikan kesimpulan tentang materi dan latihan soal yang telah

dibahas bersama.

Kegiatan yang dilakukan siswa di kelas eksperimen adalah:

• Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti.

• Mencatat dan berusaha memahami hal-hal yang penting dan penjelasan

peneliti.

• Mempelajari sendiri contoh soal dari buku pegangan.

• Menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis yang ada pada lembar

latihan soal yang diberikan.

• Memecahkan soal latihan tersebut dan menuliskan hasilnya di papan

tulis.

2. Pembelajaran di kelas kontrol

Pada kelas kontrol ini kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru.

Kegiatan yang dilakukan oleh guru di kelas kontrol adalah:

• Menjelaskan materi pelajaran.

• Memberikan soal latihan untuk dikerjakan di dalam kelas setelah

konsep diberikan, agar siswa lebih paham mengenai materi yang sudah

(43)

• Guru membahasan soal-soal latihan yang dikerjakan siswa di papan

tulis dengan membaca ulang pekerjaan siswa dan mengomentari

jawaban siswa.

Kegiatan yang dilakukan siswa di kelas kontrol adalah:

• Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

• Mencatat dan berusaha memahami hal-hal yang penting dan penjelasan

guru.

• Mempelajari sendiri contoh soal dari buku pegangan.

• Mengerjakan soal latihan di buku tulis dan di papan tulis.

C. Setelah Eksperimen

Setelah kedua kelas sampel dengan masing-masing perlakuan mengikuti

kegiatan pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor selesai, langkah

selanjutnya adalah pemberian tes (posttest) untuk mengukur perubahan

pemahaman konsep siswa terhadap proses pembelajaran yang sudah

(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis Data

1. Peningkatan Pemahaman Konsep

a. Kelas Kontrol

Untuk memprediksikan peningkatan pemahaman konsep siswa

dilakukan dua tahap tes, yang pertama pretest untuk mengetahui

pemahaman konsep awal siswa, dan yang kedua posttest untuk

mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa. Data pretest dan

posttest adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Skor Pretest dan Posttest

Kode Siswa

Pretest Posttest

1 6 8

2 5 7

3 7 10

4 4 8

5 4 6

6 7 11

7 4 6

8 4 7

9 7 9

10 6 5

11 8 11

12 4 7

13 9 9

14 3 8

15 6 11

16 6 8

17 5 10

18 10 12

(45)

20 6 8

21 4 10

22 5 10

23 5 9

24 6 5

25 7 10

26 5 5

27 3 7

28 6 9

29 3 7

30 6 12

Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman

konsep siswa, peneliti menggunakan uji-T.

Hasil uji-T antara skor pretest dan posttest dari kelas kontrol adalah

sebagi berikut.

Tobservasi = 8,698 df = 29

Tcritical = 2,045 dengan α = 0,05 Tobser > Tcrit berarti signifikan

Karena Tobser lebih besar daripada Tcrit, maka terjadi peningkatan

pemahaman konsep

Analisi data secara lengkap terlampir pada lampiran 10 halaman 83.

b. Kelas Eksperimen

Data pretest dan posttest adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Skor Pretest dan Posttest

Kode Siswa

Pretest Posttest

1 7 13 2 5 12

3 5 7

(46)

6 6 9 7 3 11 8 8 10 9 6 10

10 8 12

11 7 11

12 3 5

13 5 12

14 4 8

15 4 15

16 7 11

17 4 10

18 5 12

19 5 9

20 5 11

21 5 15

22 5 11

23 5 10

24 3 9

25 4 9

26 4 11

27 7 13

28 4 11

29 5 12

30 4 10

Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman

konsep siswa, peneliti menggunakan uji-T.

Hasil uji-T antara skor pretest dan posttest dari kelas eksperimen

adalah sebagi berikut.

Tobservasi = 13,674 df = 29

Tcritical = 2,045 dengan α = 0,05 Tobser > Tcrit berarti signifikan

Karena Tobser lebih besar daripada Tcrit, maka terjadi peningkatan

pemahaman konsep

(47)

2. Perbedaan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

a. Hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut.

Tabel Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Skor Rata-rata 5,6 5,27

Standar Deviasi 1,714 1,507

Hasil uji-T antara pemahaman konsep siswa dari kelas kontrol dan

kelas eksperimen adalah sebagai berikut.

Tobservasi = |-0,791| df = 58

Tcritical = 2,002 dengan α = 0,05 |Tobser| < |Tcrit| berarti tidak signifikan

Karena Tobservasi jatuh di dalam daerah rejeksi, maka tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Analisis data secara lengkap terlampir pada lampiran 14 halaman 87.

b. Hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut.

Tabel Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Skor Rata-rata 8,5 10,7

Standar Deviasi 2,029 2,087

Hasil uji-T antara pemahaman konsep siswa dari kelas kontrol dan

kelas eksperimen adalah sebagai berikut.

Tobservasi = |4,143| df = 58

(48)

Karena Tobservasi jatuh di luar daerah rejeksi, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Analisis data secara lengkap terlampir pada lampiran 16 halaman 89.

B. Pembahasan

1. Peningkatan Pemahaman Konsep

a. Kelas Kontrol

Berdasarkan perhitungan analisis data (tabel 1) diperoleh Tobservasi

sebesar 8,698. Dari tabel nilai-nilai distribusi T diketahui Tcritis sebesar

2,045. Dengan demikian perbedaan pretest dan posttest signifikan.

Berarti nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa antara pretest dan posttest signifikan, artinya

melalui pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing

pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan.

b. Kelas Eksperimen

Berdasarkan perhitungan analisis data (tabel 2) diperoleh Tobservai

sebesar 13,674. Dari tabel nilai-nilai distribusi T diketahui Tcritis

sebesar 2,045. Dengan demikian perbedaan pretest dan posttest

signifikan. Berarti nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa antara pretest dan posttest

signifikan, artinya melalui pembelajaran dengan latihan soal

(49)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa latihan soal dalam

pembelajaran baik dengan latihan soal terbimbing maupun latihan soal

tidak terbimbing dapat meningkatan pemahaman konsep siswa.

2. Perbedaan Pemahaman Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil analisis data pemahaman konsep siswa dari pretest untuk

kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan hasil pemahaman konsep

awal kedua tidak berbeda secara signifikan. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan uji-T yang memberikan nilai Tobservasi lebih rendah dari nilai Tcritis.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep awal kedua

kelas tersebut sama.

Sementara hasil analisis data pemahaman konsep dari posttest

untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen menujukkan bahwa pemahaman

konsep kedua kelas berbeda secara signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh

hasil uji-T yang memberikan nilai Tobservasi lebih tinggi dari nilai Tcritis.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep

siswa kelas eksperimen lebih baik daripada peningkatan pemahaman

konsep siswa kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa siswa kelas

eksperimen yaitu kelas yang memperoleh latihan soal terbimbing

memahami konsep dengan baik daripada siswa kelas kontrol yang

(50)

3. Pengaruh Latihan Soal Terbimbing Pada Kelas Eksperimen dan Pengaruh Latihan Soal Tidak Terbimbing Pada Kelas Kontrol

Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam mengikuti

pembelajaran baik dengan latihan soal terbimbing maupun latihan soal

tidak terbimbing memberikan rasa bangga dan puas pada diri siswa. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa antara pretest dan posttest untuk kedua

kelas signifikan, artinya melalui latihan soal baik terbimbing maupun tidak

terbimbing pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan.

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan latihan

soal terbimbing menjadikan siswa lebih memahami konsep dengan baik.

Meskipun kedua kelas mengalami peningkatan pemahaman konsep,

peningkatan pemahaman konsep siswa dengan latihan soal terbimbing

lebih besar daripada peningkatan pemahaman konsep siswa dengan latihan

soal tidak terbimbing. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan peningkatan

pemahaman konsep siswa dari siswa kelas kontrol dengan latihan soal

tidak terbimbing. Jadi melalui latihan soal terbimbing pemahaman konsep

siswa dapat lebih meningkat, sehingga diperoleh pemahaman konsep yang

(51)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pembelajaran fisika dengan latihan soal terbimbing sangat penting untuk

membantu dan membimbing siswa memahami konsep. Dengan latihan

soal terbimbing ada peningkatkan pemahaman konsep siswa tentang

pokok bahasan kalor.

2. Ada perbedaan yang signifikan peningkatan pemahaman konsep siswa

antara yang diajar latihan soal terbimbing dengan yang diajar latihan soal

tidak terbimbing pada pokok bahasan kalor.

Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran fisika dengan latihan soal terbimbing berdampak lebih baik

terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa.

B. Keterbatasan Penelitian

Kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, diantaranya:

1. Keterbatasan pada sampel penelitian

Hasil penelitian ini hanya berlaku pada sekolah yang diteliti, dan dalam

hal ini hanya berlaku untuk siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

(52)

Hasil penelitian ini hanya berlaku pada materi pembelajaran pada pokok

bahasan kalor yang diajarkan oleh peneliti pada siswa kelas X SMA

BOPKRI 2 Yogyakarta.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, maka peneliti

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Karena pembelajaran pada pokok bahasan kalor dengan latihan soal

terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang lebih baik

daripada pembelajaran dengan latihan soal tidak terbimbing, maka

disarankan pada guru fisika di sekolah hendaknya selalu memberikan

bimbingan kepada siswa dalam latihan soal. Latihan soal terbimbing

memungkinkan siswa memiliki kesempatan untuk berlatih secara lebih

terarah.

2. Untuk penelitian yang kurang lebih sama sebaiknya latihan soal diberikan

secara berjenjang agar diperoleh pemahaman konsep siswa yang lebih

baik.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti efektifitas latihan soal

terbimbing untuk kelompok-kelompok sasaran dengan kemampuan yang

berbeda-beda agar memungkinkan terlaksananya pembelajaran yang

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Euwe Van de Breg (ed), 1991, Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Salatiga:

UKSW.

Euwe Van de Breg (ed), 1991, Buku sumber Eksperimental untuk SMA, Salatiga:

UKSW.

Hamalih,O., 2003, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Jusuf, D., 1982, Metode-metode mengajar, Bandung: Penerbit Angkasa.

Kanginan, Marthen, 1994, Pelajaran Fisika SMU Jilid I C, Jakarta: Erlangga.

Kartika Budi, 1991, Konsep dan Definisi Dalam Fisika dan Implikasinya Dalam

Proses Belajar Mengajar Fisika, Arena Almamater,VI, (21): 38-51.

Kartika Budi, 1992, Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi

Yang Terjadi, Widya Dharma, III (1): 113-129.

Mundilarto. 2004. “Implementasi Metode Problem Posing untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Matakuliah Fisika Dasar di FMIPA UNY”. Widya Dharma,

XIV (2): 165-172.

Nasution, 1989, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara.

Nyoman Kartiasa, 1994, Fisika untuk SMU kelas I, Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana, N., 1989, Dasar-dasar Proses Belajar mengajar, Bandung: Penerbit

Sinar Baru.

Suharsimi Arikunto, 2005, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi

Aksara.

Sumaji, dkk., 1997, Pendidikan Sain yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius.

Suparno, P., 2000, Diktat Kuliah Penelitian Pendidikan Fisika, Yogyakarta: USD.

Suparno, P., 2005, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika,

(54)

Lampiran 1: Desain Pembelajaran

Desain Pembelajaran

Hasil Belajar : Memahami kalor merupakan salah satu bentuk energi yang

dapat berpindah karena perbedaan suhu.

Pertemuan Ke : Satu

Waktu : (45 x 2) menit

Metode Pembelajaran : Latihan soal terbimbing

Indikator Kegiatan Pembelajaran

Siswa dapat:

• Memahami kalor berpindah

karena perbedaan suhu. • Membedakan pengertian suhu

dan kalor.

• Memahami hubungan antara

kalor, suhu, massa, dan jenis

benda.

• Menerapkan hubungan antara

kalor, kalor jenis, kapasitas

kalor, massa, dan perubahan

suhu dalam pemecahan

masalah.

Kegiatan Awal dan Motivasi

• Guru memberikan pengantar, di SMP Anda telah

mempelajari konsep-konsep kalor, maka untuk

mempelajari kalor di SMA kita mengingat

kembali konsep-konsep kalor yang telah dipelajari

di SMP.

• Sebelum masuk ke materi guru mengajukan

pertanyaan pada siswa:

Apa bedanya suhu dengan kalor? • Jawaban yang diharapkan dari siswa:

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin,

sedangkan kalor adalah energi yang berpindah

karena adanya perbedaan suhu.

• Jadi Kalor berbeda dengan suhu, walaupun

keduanya mempunyai hubungan yang erat.

• Bila dua benda disentuhkan, maka kalor

berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke

benda yang suhunya lebih rendah.

• Misalkan kita mencampur air dingin dengan air

panas, apa yang akan terjadi pada air dingin dan

air panas tadi?

• Jawaban yang diharapkan dari siswa:

(55)

turun (air menjadi hangat).

Apa yang menyebabkan air dingin suhunya naik

dan air panas suhunya turun?

Karena air panas memberikan kalor kepada air

dingin, dan air dingin menerima kalor dari air

panas.

• Guru melanjutkan penjelasan

• Jika dua buah benda yang suhunya berbeda

disentuhkan maka suatu saat akan terjadi

kesetimbangan termal (suhunya sama). Hal ini

karena adanya perpindahan kalor dari benda yang

bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. • Sifat dari aliran kalor adalah untuk menyamakan

suhu dari kedua benda.

• Guru menjelaskan pada siswa besaran-besaran apa saja yang berpengaruh pada kalor.

• Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu

benda tegantung pada massa benda, jenis benda,

dan kenaikkan suhu yang terjadi.

Pernyataan tersebut dinyatakan: Q = m c ΔT. • Satuan kalor adalah joule (J). Satuan kalor yang

lain adalah kalori. Satu kalori didefinisikan

sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu satu gram air sebesar 1oC.

• Kalor jenis

Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang

diperlukan oleh suatu zat untuk menaikan suhu

satu satuan massa zat itu sebesar 1oC. • Contoh:

Jenis Zat Massa (gr)

ΔT (oC)

Kalor yang diperlukan

Air raksa 1 1 0,03 kal

(56)

Alkohol 1 1 0,5 kal

• Apa yang menentukan kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu 1 gr zat sebesar 1oC? (jenis

zat)

• Karena ditentukan oleh jenisnya, maka nilai

tersebut disebut dengan kalor jenis, dan diberi

lambang c.

• Kalor jenis (c) adalah sifat khas suatu benda/zat yang menunjukkan kemampuannya untuk

menyerap kalor.

• Besarnya kalor jenis dapat ditulis:

c =

T m

Q

Δ

• Satu lagi besaran yang berhubungan dengan kalor

adalah kapasitas kalor.

• Kapasitas kalor suatu benda adalah bilangan yang

menunjukkan banyaknya kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu benda itu 1oC. • Contoh:

Jenis Zat Massa (gr)

ΔT

(oC) Kalor yang diperlukan

Air raksa 1 1 3 kal

Air 1 1 300 kal

• Dari contoh di atas dapat disimpulkan, bahwa

untuk menaikkan suhu 100 gram air 1oC

diperlukan kalor lebih banyak daripada untuk

menaikkan suhu 100 gram air raksa 1oC.

• Disebut bahwa air mempunyai kapasitas kalor

lebih besar daripada air raksa, sebab untuk massa

yang sama dan kenaikkan suhu yang sama air

menerima kalor lebih banyak daripada air raksa.

• Besarnya kapasitas kalor : C = m c, C =

T Q

(57)

Kegiatan Inti

• Guru dan siswa mengerjakan latihan soal pada

lembar latihan soal 1 untuk kegiatan I.

Kegiatan Pemantapan

• Setelah guru dan siswa mengerjakan latihan soal bersama, guru memberikan umpan balik. Umpan

balik tesebut merupakan ringkasan materi

pembelajaran yang baru saja selesai.

• Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang

dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. • Perbedaan antara suhu dan kalor adalah suhu

merupakan ukuran derajat panas, sedangkan kalor

merupakan ukuran banyaknya panas.

• Aliran kalor cenderung untuk menyamakan suhu

kedua benda.

• Jika dua buah benda sudah mencapai

kesetimbangan termal, maka tidak ada lagi aliran

kalor.

• Bahan-bahan yang mempunyai c kecil adalah

bahan yang mudah naik suhunya bila diberi kalor.

Makin besar c makin banyak kalor yang harus

diberikan untuk menaikkan suhunya. Dengan kata

lain bahan sukar dinaiki suhunya.

• Ukuran mudah/sukarnya suhu benda naik bila

diberi sejumlah kalor dinyatakan oleh kapasitas

kalor (C) benda.

Kegiatan Penerapan

(58)

Hasil Belajar : Mendeskripsikan hukum kekekalan energi untuk kalor (asas

Black).

Pertemuan Ke : Dua

Waktu : (45 x 2) menit

Metode Pembelajaran : Latihan soal terbimbing

Indikator Kegiatan Pembelajaran

Siswa dapat:

• Mendeskripsikan kekekalan

energi juga berlaku pada

kalor.

(Qlepas = Qterima)

• Menerapakan hukum

kekekalan energi pada kalor

(asas Black) dalam

menyelesaikan masalah

sehubungan dengan kalor.

Kegiatan Awal dan Motivasi

• Kita tahu bahwa kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena

adanya perbedaan suhu.

• Di SMP Anda telah mempelajari asas Black.

Apa yang dinyatakan dalam asas Black tersebut? • Jawaban yang diharapkan dari siswa:

Jumlah kalor yang dilepas (Qlepas) sama dengan

jumlah kalor yang diterima (Qterima).

• Guru memberikan informasi pada siswa tentang

hukum kekekalan energi (asas Black) dalam

bentuk kalor.

• Telah kita ketahui energi adalah kekal, sehingga kehilangan energi dari suatu benda akan muncul

sebagai tambahan energi pada benda lainnya.

Kekekalan juga berlaku pada perpindahan kalor.

• Jika dua macam zat yang berbeda suhunya

dicampurkan (disentuhkan) maka zat yang

suhunya lebih tinggi akan melepaskan kalor yang

sama banyaknya dengan kalor yang diserap oleh

zat yang suhunya lebih rendah.

• Misalkan kita memiliki dua cangkir, yang satu

berisi 200 gram air pada 70oC dan yang lain

berisi 300 gram air pada 20oC. Kedua isi cangkir

kemudian dituangkan ke dalam cangkir besar.

Misalnya, pada saat kesetimbangan termal

(59)

kita hitung kalor yang dilepaskan oleh air panas

dan kalor yang diterima oleh air dingin. Apakah

keduanya sama besar?

Jawab:

Suhu air panas turun: ΔT = (70 – 40) o

C = 20oC

Kalor yang dilepaskan air:

Q = m c ΔT

= (200 gr) (1 kal/gr oC) (20oC) = 6000

kalori

Suhu air dingin naik: ΔT = (40 - 20) o

C = 20oC

Kalor yang dilepaskan air:

Q = m c ΔT

= (300 gr) (1 kal/gr oC) (20oC) = 6000

kalori

• Hasil perhitungan menunjukkan Jumlah kalor

yang dilepas (Qlepas) sama dengan jumlah kalor

yang diterima (Qterima).

Qlepas = Qterima

(m c ΔT)lepas = (m c ΔT)terima

Selanjutnya persamaan inilah yang dikenal

sebagai asas Black.

Kegiatan Inti

• Guru dan siswa mengerjakan latihan soal

bersama pada lembar latihan soal 2 untuk

kegiatan I.

Kegiatan Pemantapan

• Guru memberikan penjelasan ulang untuk

(60)

dipelajari baik dari penjelasan maupun latihan

soal.

• Kalau dua benda dengan suhu yang berbeda

dicampurkan, benda yang suhunya lebih tinggi

akan melepaskan kalor, sedangkan benda yang

suhunya lebih rendah akan menerima kalor ini,

sampai tercapainya keseimbangan suhu.

• Apabila keseimbangan suhu tercapai : kalor yang

dilepas sama dengan kalor yang diterima.

• Untuk menghitung kalor yang dilepaskan atau

diterima Q = m c ΔT.

Kegiatan Penerapan

(61)

Hasil Belajar : Mendeskripsikan peristiwa perubahan wujud.

Pertemuan Ke : Tiga

Waktu : (45 x 2) menit

Metode Pembelajaran : Latihan soal terbimbing

Indikator Kegiatan Pembelajaran

Siswa dapat:

• Menunjukkan bahwa suhu

zat tidak berubah selama

tejadinya peristiwa

perubahan wujud.

• Menunjukkan bahwa pada

waktu perubahan wujud

zat memerlukan kalor. • Menerapkan hubungan

Q = m c ΔT dan Q = m L

untuk memecahkan

masalah.

Kegiatan Awal dan Motivasi

• Guru memberikan informasi yang dimaksud dengan

perubahan wujud adalah perubahan keadaan suatu

zat, misalkan:

dari padat → menjadi cair atau sebaliknya dari cair → menjadi uap atau sebaliknya dari uap → menjadi padat atau sebaliknya

• Kita tahu bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda/zat biasanya akan menyebabkan suhunya naik.

Tetapi pada kasus tertentu dapat saja kalor yang

diberikan hanya digunakan untuk mengubah wujud

benda/zat tanpa menaikkan suhunya. • Contoh:

Es pada 0oC → menjadi air 00C

Air pada 100oC → menjadi uap 100oC

• “Zat selalu menerima atau melepas kalor selama

perubahan wujud berlangsung, tetapi tidak disertai

dengan kenaikan suhu atau penurunan suhu (suhu

tetap)”.

• Besarnya kalor yang dibutuhkan oleh suatu zat bila

terjadi perubahan wujud, memenuhi persamaan:

Q = m L

Q = kalor yang diperlukan (kal atau J)

m = massa zat (gr atau kg)

L = kalor laten (kal/gr atau J/kg)

• Kalor laten meliputi: kalor lebur, kalor embun, kalor

uap, dan kalor beku.

(62)

dilepaskan selama proses perubahan wujud tanpa

menaikkan suhunya. • Contoh:

Berapa besarnya kalor yang dibutuhkan untuk

mencairkan es sebanyak 100 gr menjadi air

seluruhnya pada titik leburnya (0oC). bila diketahui

kalor laten peleburan es menjadi air sebesar 80

kal/gr.

Penyelesaian:

Les → air = 80 kal/gr

mes = 100 gr

maka,

Q = m L = 100 gr x 80 kal/gr = 8000 kal

• Suatu zat yang menerima kalor selain terjadi perubahan wujud, maka pada zat tersebut juga terjadi

kenaikkan suhu.

• Besarnya kenaikkan suhu dari zat tersebut juga dapat

ditentukan dengan persamaan: Q = m c ΔT

• Proses perubahan wujud dalam hubungannya dengan kalor yang diserap atau dilepas dapat dinyatakan

dalam bentuk grafik sebaga berikut:

(es yang suhunya -10oC berubah wujud menjadi uap)

suhu (oC) f

100 d e

0 b c

kalor

-10 a

• Keterangan

a → b : es suhunya naik dari -10o

(63)

b → c : perubahan wujud dari es 0oC menjadi air 0oC c → d : air suhunya naik dari 0o

C menjadi 100oC d → e : perubahan wujud dari air 100o

C menjadi uap

100oC

e → f : uap suhunya naik dari 100o

C menjadi lebih

tinggi

Kegiatan Inti

• Guru dan siswa mengerjakan latihan soal bersama pada kegiatan I lembar latihan soal 3.

Kegiatan Pemantapan

• Guru memberikan penjelasan ulang untuk

memberikan penekanan pada konsep yang telah

dipelajari baik dari penjelasan maupun latihan soal.

Gambar

Tabel  1     Skor Pretest dan Posttest Kelas Kontrol .....................................
Tabel 1. Skor Pretest dan Posttest
Tabel 2. Skor Pretest dan Posttest
Tabel Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
+3

Referensi

Dokumen terkait

ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami

Pengakuan juga merupakan penentuan suatu saat transaksi harus dicatat dan untuk itu harus sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan, berat badan berlebih, kebiasaan merokok, konsumsi obat,

Dari uraian diatas penulis kemukakan hasil penelitian ini sebagai konsep pertimbangan pemilihan penggunaan refrigerant yang sangat baik dan ramah lingkungan

Kemudian setelah itu guru baru menanyakan tugas mem baca atau menghapalkan puisi “Balada Nabi Nuh” karya Taufiq Ismail, mencari dan menemukan kata-kata sukar yang terdapat

Deming’s Seven Deadly Diseases ini merupakan ringkas-an dari pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi transformsi menuju kemajuan bisnis berkualitas tingkat

a) Melakukan penyiangan sebanyak 4 kali dan memberikan air sawah pada saat penyiangan. Penyiangan pada usaha tani padi khususnya pola SRI bertujuan untuk mencabut dan

Pengetahuan Kebijakan Rencana Tanggap Darurat Sistim Peringatan Bencana Kemampuan Memobilisasi Sumber Daya Indeks sekolah KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH. „ Komunitas sekolah