BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik
1. Deskripsi Konseptual
a. Grup Investigation ( GI )
Investigasi merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks dan paling sulit di terapkan. Model ini pertama kali di terapkan oleh Thelan, Dalam perkembangannya model ini di perluas oleh dan di pertajam oleh Saharan dari Universitas tel aviv. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik dalam topik yang di pelajari dan bagaimana jalannya penyeledikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangakan keakraban dan persahabatan dan atau minat sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk di selidiki, dan melekukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya mereka menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
Tabel 1 Perbandingan tabel pendekatan kelompok penyeledikan dan pendidikan struktural
Tujuan sosial Kerjasama dalam kelompok kompleks
topik
Tugas utama Siswa menyelesaikan inkuri kelompok
Pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi lain
Bervariasi
Menurut Sharan,( 1984 ) membagi langakah-langakah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 ( fase ) yaitu fase,
1) Memilih topik
Siswa memilih subtopik khusus dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya di tetepkan olih guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam orang anggotasetiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademi maupun etnis.
2) Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah di pilih pada tahap pertama.
3) Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangakan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila di perlukan. 4) Analisis dan sintetis
ringkas dan di sajikan dengan cara yang menarik sebagi bahan untuk di presentasikan kepada seluruh kelompok.
5) Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyeledikanya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelompok dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama laindalam pekerjaan mereka dan memperoleh prespektif luas pada topik itu, presentasikan di koordinasi oleh guru.
6) Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok mengeni aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelompok sebagai keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
Sedangkan menurut Menurut Seokamto, (1997) model belajar mengajar investigation kelompok atau Grup Investigations (GI) mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama cara anggota masyarakat untuk melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan-kesepakatan inilah pembelajar mempelajarai pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah. Di dalam kelas yang menerapkan model Investigasi kelompok, pengajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberian kritik yang bersifat bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap tersebut.
a) Tahap pemecahan masalah b) Tahap pengelolaan kelas
c) Tahap pemaknaan secara perseorangan
Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa yang membedakan seseorang sebagai hasil dari proses tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pemebelajaran Grup Investigations (GI) adalah suatu model pembelajaran secara
berkelompok untuk menyelesaikan suatu masalah dengan tahapan memilih topik, pendekatan kooperatif, implementasi, analisis, presentasi hasil final, evaluasi.
b. Pemecahan Masalah Matemtika
Kata “masalah” mengandung arti yang komperhensi. Oleh karenanya akan terjadi bagai tanggapan yang berbeda dalam menghadapi masalah tertentu. Dalam hal ini terjadi perbedaan sikap dalam suatu kejadian atau kejadian tertentu ( sikap di atrikan sebagai kondisi kejiwaan untuk bereaksi terhadap lingkungan). Dengan demikian akan terjadi berbagai perbedaan penyikapan terhadap suatu masalah tertentu, misalnya sesuatu akan menjadi masalah bagai anak-anak, tetapi belum tentu menjadi masalah bagi orang dewasa. Karena memang masalah matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan manusia dalam menghadapi persoalan/hidup. Oleh karena itu permasalahan yang kita hadapi dapat di bedakan menjadi masalah yang berhubungan dengan masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses, dan masalah teka-teki.
1) Masalah translasi, merupakan masalah sehari-hari yang untuk menyelesaikanya perlu adanya translasi ( perpindahan) dari bentuk variabel ke bentuk matematika. Dalam memindahkan bentuk verbal (kata/kalimat) ke bentuk/model matematika membutuhkan kemampuan menafsirkan atau menterjemahkan kata atau kalimat biasa kedalam simbol-simbol matematika yang selanjutnya di cari cara penyelesaianya berdasarkan atauran yang berlaku.
dalam pengajaran matematika. Masalah teka-teki dapat digunakan untuk pengantar pembelajaran, seperti untuk mumusatkan perhatian, untuk member ganjaran (penguatan) atau mengisi waktu kelas yang sedang tidak ada pembelajaran (waktu luang).
3) Masalah aplikasi, merupakan masalah penerapan bebagai teori/konsep yang dipelajari pada matematika. Sebagai guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan bermacam-macam keterampilan dan prosedur matematik.
4) Masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah semacam ini memberikan kesempatan siswa sehingga dalam diri siswa terbentuk keterampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu siswa menjadi terbiasa menyeleksi masalah dalam berbagi situasi. Dengan demikian siswa dapat terbiasa dengan strategi penyelesaian masalah khusus, misalnya menyusun tabel membutuhkan waktu beberapa saat dan menyelidiki suatu permasalahan sehingga strategi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan penyelesaian terhadap permasalahan yang di hadapi.
waktu. Pemecahan/penyelesaian masalah merupakan proses penerimaan tantangan dan kerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kalkulasi/perhitungan sederhana dan aplikasi langsung rumus-rumus tidak dikualifikasikan sebagai permaslahan. Lebih jauh lagi permasalahan seseorang yang sedang menghadapi masalah matematika harus dapat menganalisis, magnesis, dan mengevaluasi hasil kinerjanya sehinga dia yakin benar akan hasil kinerjanya.
Berikut adalah diagram alur matematika sebagai cara memecahkan masalah yang di kutip dari pusat kurikulum depdiknas (2003),
Gambar 1 Diagram alur matematika sebagai cara memecahkan masalah Pada diangram pemecahan masalah diatas, soal atau masalah nyata disederhanakan (simplifikasikan) kemudian dirumuskan atau di formulasikan kedalam soal yang bisa di selesaikan secara matematika, lalu proses matematisi yaitu proses menyatakan soal kedalam bahasa mamatematika sehingga diperoleh soal matematika. Melalui transformasi atau penyelesaian secara matematis diperoleh solusi (jawab atau pemecahan) dari model matematika. Solusi ini kemudian di tafsirkan atau di interpresentasikan sebagai penyelesaian masalah matematikanya. Kita sebagai pemecahan masalah memriksa kebenaran atau masuk akalnya jawaban terhadap masalah pemula.
c. Motivasi belajar
Menurut slavin, (1993) prespektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa berkerja. Deutsch (1949) mengidentivikasi tiga struktur tujuan:
SITUASI MASALAH ATAU SOAL NYATA
PERUMUSAN MASALAH
SOLUSI
MODEL MATEMATIKA
DI SEDERHANAKAN PEMERIKSAAN HASIL
MATEMATISASI
INTERPERENS I
TRANSFORMASI
1) Kooperatif, dimana usaha beroreantasi tujuan dari setiap individu member kontribusi pada capaian tujuan anggota yang lain.
2) Kompettitif dimana usaha beroreantasi tujuan dari setiap individu menghalangi pencapaian tujuan orang lain.
3) Individualistik dimana usaha beroreantasi tujuan dari setiap individu dimana tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi tujuan dari tiap individu lainya.
Oleh karena itu, untuk memperoleh tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu kelompoknya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka baerhasil, dan yang lebih penting, mendorong satu kelompoknya untuk interpersonal dimana anggota kelompok akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu (seperti dorongan atau pujian) dalam merespon usaha-usah yang berhubungan dengan tugas kelompok.
Menurut Uno, (2013) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Beajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut thorndike dalam Uno, salah satu pendiri aliran teori belajar tingkah laku mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, gerakan), jelasnya perubahan tingkah laku dapat terwujud sesuatu yang konkret (dapat di amati), atau yang non konkret (tidak dapat di amati), dalam belajar praktek misalnya, perubahan tingkah laku seseorang daoat dilahat konkret atau dapat di amati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang di lakukan terhadap suatu objek yang di kerjakannya. seorang guru memberikan perintah kepada siswanya untuk melakukan kegiatan praktek merupakan “ stimulus “ dan siswa dapat mengunakan pemikiranya, melakukan kegiatan praktek merupakan “respon” yang hasilnya dapat di amati. Dengan demikian kegiatan belajar yang tampak dalam teori belajar tingkah laku dalam mengarah kepada hasil langsung belajar, atau tingkah laku yang di tampilkanya. Maka pemberian stimulus dapat di berikan dalam bentuk toeri selanjutnya dilakukan dengan praktek. Pemberian teori yang di lakukan bersama dengan praktek dalam belajar memudahkan terbentuknya tingkah laku. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain:
a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam pengutan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan masalah matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik.
c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Seorasng anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseoarang tekun belajar.
Namun pada intinya dapat disederhanakan bahwa moivasi merupakan psikologis yang mengdorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab sesorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi itu sendiri ada 2 yaitu, motivasi interinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi interinsik itu sendiri yaitu jenis motivasi ini timbul dari dari dalam individu sendiri tanpa adanya paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2) Motivasi ekstrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari luar atapun orang lain sehingga dengan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
1. Fungsi motivasi
Oemar (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi: 1. Mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor
2. Mengarahkan arah perbuatan yakini kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang akan dia capai sesuai dengan rumusan tujuanya. 3. Meyeleksi perbuatan, yakini menentukan perbuatan-perbuatan yang
akan dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan. Dengan menyisihkan perbuaatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2. Strategi menumbuhkan motivasi
Ada beberapa strategi motivasi belajar siswa yakini, 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada perserta didik
2. Pada permulaan proses pembelajaran seharusnya terlebih dahulu seseorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada siswanya
3. Hadiah
Berikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang sudah berprestasi.
4. Saingan/kompetisi
Guru bersedia mengadakan persaingan antara siswanya, untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapainya sebelumnya.
5. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi mendapatkan pujian atau penghargaan, tentunya pujian yang sifatnya membangun.
6. Hukuman
8. Membentuk kebiasaan yang baik
9. Membantu kesulitan belajar siswa baik secara individual maupuun kelompok
10.Menggunakan metode yang bervariasi
11.Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan pembelajaran.
d. Persamaan Linear Satu Variabel
Salah satu materi yang diajarkan di SMP kelas VII pada semester ganjil adalah materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. e. Model Pembelajran Langsung
Pembelajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arend (Trianto, 2004) bahwa model pembelajaran
langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif ( pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta konsep, prinsip, atau generalisasi) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung tersebut berpusat pada guru, dan harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Dalam hal ini, guru menyampaikan isi/materi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungan harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.
Tahap pelaksanakan pembelajaran langsung menurut Majid (2014) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan 3) Membimbing pelatihan
5) Memberikan kesempatan umtuk latihan lanjutan dan penerapan konsep
2. Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian yang berkenaan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa yang relevan dengan penelitian ini. Pertama penelitian yang dilakukan oleh Laela, (2010) yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Grup Investigation (GI) Dan STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa diperoleh hasil bahwa dengan menggunkan model pembeajaran GI dan STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ditunjau dari kemandirin belajar siswa. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Widiowati, (2013) yaitu Pengaruh pembelajaan kooperatif tipe Grup Investigation (GI) berbasis eksperimen inkuri terhadap motivasi belajar siswa. Ketiga penelitian yang di lakukan oleh Umar, (2009) Evektivitas Pembelajaran Kooperatif dengan Grup Investigation (GI) terhadap Prestasi belajar Belajar Siswa matematika ditinjau dari Motivasi Berprestasi.
3. Kerangka Berpikir
Dengan adanya penggunaan pembelajaran grup investigation (GI) diduga mampu membantu kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kerangka berpikir bahwa melalui pembelajaran dengan model pembelajaran grup investigation (GI) dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka berfikir bahwa ada pengaruh model pembelajaran grup investigation (GI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa:
Gambar 2 Kerangka Berpikir Model
pembelajarangrup investigation (GI)
Kemampuan pemecahan masalah
matematis
4. Hipotesis Penelitian