• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UJI LAPANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIVALEN Aeromonas hydrophila DENGAN PENAMBAHAN ADJUVANT DAN VITAMIN C PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DESA LEMBERANG, BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - UJI LAPANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIVALEN Aeromonas hydrophila DENGAN PENAMBAHAN ADJUVANT DAN VITAMIN C PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DESA LEMBERANG, BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang telah dibudidayakan secara intensif. Ikan ini mempunyai pertumbuhan cepat, tidak membutuhkan banyak air dan oksigen untuk pemeliharaannya karena mempunyai alat pernafasan tambahan yang dinamakan arborescent organ (Bachtiar, 2006).

(2)

per m2 (Suyanto, 2010). Selain keunggulan di atas lele dumbo mempunyai keunggulan yang lain, yaitu mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar dan dapat tumbuh dengan sangat cepat dibandingkan dengan jenis lele lainnya. Selain itu, daging lele dumbo mengandung lemak dan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan lele biasa (Bachtiar, 2006).

Salah satu kendala budidaya ikan lele dumbo adalah berupa timbulnya berbagai penyakit, yang menyerang ikan, baik ukuran benih maupun ukuran konsumsi, yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada pembudidayaannya. Akibat serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Aeromonas hydrophila yang menyerang ribuan ekor ikan lele, yaitu di Desa Pesing, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Kediri Jawa Timur mengalami kerugian sangat besar hingga jutaan rupiah (Suara Merdeka, 2005). Penyakit tersebut menyerang sejak tahun 1989, tetapi hingga saat ini petani tidak mengetahui jenis penyakit itu termasuk cara pencegahannya. Kejadian yang serupa juga dialami di beberapa daerah di Jawa Tengah, yaitu menyerang ikan koi, akan tetapi juga menyerang ikan lele (Suara Merdeka, 2002). Salah satu penyakit yang paling ganas dan sering menyerang pada ikan air tawar tersebut adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila yang disebut penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Bakteri A. hydrophila

(3)

tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu singkat (1-2 minggu) (Kamiso, 2004 dalam Mulia, 2012).

Usaha-usaha pemberantasan dengan menggunakan bahan kimia dan antibiotika justru mendatangkan permasalahan yang lebih kompleks. Berbagai macam antibiotika dan obat-obatan telah dikembangkan dan digunakan untuk pengendalian penyakit pada ikan tetapi masih banyak kendala yang dihadapi. Sejak tahun 2004, pemerintah (Kementerian Perikanan dan Kelautan) telah mengeluarkan peraturan yang melarang penggunaan obat-obatan antibiotika untuk memberantas penyakit pada ikan. Hal ini karena obat-obat antibiotika kebanyakan bersifat mengendap di dalam daging ikan dalam jangka waktu yang lama. Bila ikan dikonsumsi oleh manusia maka akan menimbulkan penyakit yang berbahaya. Selain itu, obat-obatan yang tersisa atau tertinggal di dalam tanah dan air menyebabkan organisme patogen menjadi resisten terhadap obat-obatan tertentu (Suyanto, 2010).

(4)

karena vaksinasi hanya dilakukan satu kali selama periode pemeliharaan (Supriyadi & Rukyani, 1990; Kamiso et al., 1997). Vaksinasi tidak menimbulkan dampak negatif, baik pada ikan, lingkungan, maupun konsumen (Supriyadi & Rukyani, 1990; Kamiso et al., 1997). Vaksin terdiri dari dua jenis, ada yang monovalen dan ada yang polivalen. Vaksin monovalen adalah vaksin yang dibuat dari satu isolat bakteri, sedangkan vaksin polivalen adalah vaksin yang dibuat dari dua atau lebih strain dari spesies mikroorganisme atau virus yang sama, atau biasa juga diistilahkan vaksin multivalen (Mulia, 2012). Penelitian yang telah dilakukan oleh Kamiso & Triyanto (1992), penggunaan vaksin polivalen lebih baik dibandingkan dengan vaksin monovalen khususnya dengan cara injeksi intramuskuler dan ukuran ikan pun sangat mempengaruhi hasil vaksinasi.

Dalam situasi demikian, vaksinasi dikembangkan orang sebagai salah satu langkah yang efektif (Ellis, 1988). Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan vaksin polivalen A. hydrophila

dengan penambahan adjuvant aluminium hidroksida, adjuvant potassium sulfat, dan vitamin C sebagai salah satu alternatif untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. Adjuvant dan vitamin C perlu ditambahkan ke dalam vaksin karena mempunyai fungsi untuk efikasi vaksin

(5)

antibodi (Tizard, 1982). Vitamin C bersifat antioksidan yang mampu melawan radikal bebas sehingga vitamin C berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2011) bahwa penggunaan vaksin polivalen A. hydrophila dengan penambahan adjuvant aluminium hidroksida dapat meningkatkan respons imun lele dumbo dalam skala laboratorium. Retmonojati (2007) menyatakan bahwa dosis optimal adjuvant aluminium potassium sulfat pada vaksin polivalen Vibrio

adalah 2 ppm, sedangkan dosis optimal adjuvant aluminium hidroksida adalah 6 ppm.

Penggunaan vaksin polivalen diharapkan dapat lebih mampu bereaksi dibandingkan dengan penggunaan vaksin monovalen sehingga dengan penggunaan vaksin polivalen akan lebih mampu bertahan. Agar vaksin polivalen yang diberikan lebih efektif dan lebih lama berada di dalam tubuh, perlu adanya zat tambahan yaitu dengan penambahan adjuvant aluminium hidroksida, adjuvant potassium sulfat, dan vitamin C. Adjuvant adalah suatu substansi yang ditambahkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh (imun). Adjuvant yang paling sederhana adalah senyawa yang berfungsi untuk memperlambat pengeluaran antigen ke dalam tubuh. Vitamin C adalah senyawa organik yang dibutuhkan oleh ikan agar pertumbuhan dan kesehatan ikan dalam keadaan baik (Mudjiman, 2007).

(6)

skala laboratorium dengan dosis optimal 6 ppm. Untuk mengetahui apakah vaksin polivalen A. hydrophila dengan penambahan adjuvant aluminium hidroksida dapat meningkatkan respons imun lele dumbo dalam skala lapang maka perlu dilakukan uji lapang penggunaan vaksin polivalen untuk mengetahui efikasi vaksin polivalen A. hydrophila tersebut. Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan vaksin polivalen A. hydrophila dengan penambahan adjuvant aluminium potassium sulfat yang ditambah dengan vitamin C untuk mengoptimalkan efek vaksin yang lebih baik pada lele dumbo. Hasil penelitian Mulia et al. (2010) telah membuktikan bahwa penggunaan vaksin polivalen A. hydrophila dapat mengendalikan penyakit MAS pada gurami selama uji lapang. Vaksin polivalen A. hydrophila dapat meningkatkan respons imun gurami berupa titer antibodi, dapat meningkatkan sintasan hingga 1,4 kali dibandingkan dengan kontrol, Tingkat Perlindungan Relatif (Relative Percent Survival) hingga 85,41%, dan produksi gurami meningkat hingga 2,3 kali dibandingkan dengan kontrol.

1.2. Rumusan Masalah

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan vaksin polivalen A. hydrophila dengan penambahan adjuvant dan vitamin C terhadap respons imun, sintasan, dan pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

1.4. Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus informasi tidak tersedia, organisasi harus menjelaskan langkah- langkah yang diambil untuk memperoleh data tersebut dan jangka waktu yang diperkirakan untuk

Gambar 4.10 Peta depth structure top Satuan batupasir

The purpose of this study is to estimate the potential of shale gas Talang Akar Formation based on the surface and subsurface data analysis. The MB Area is lies in the

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel ( Daucus carota , L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan

Ketebalan endapan piroklastika Merapi 2006 adalah antara 2 m hingga 3 m, yaitu di kawasan wisata Kali Adem, Bebeng, serta Kali Opak dan sekitarnya, mengubur

Keadaan diri merupakan keseluruhan kondisi fisiologis individu dalam masa tertentu yang dapat berubah. Kemampuan diri adalah daya atau potensi yang dimiliki indiviu dalam suatu

5 ilmu sekarang ini yang mampu memahami sifat fisika dan kimia nanopartikel telah menarik perhatian peneliti untuk mengguna nanopartikel emas dalam kajian yang lebih luas,

Keberhasilan induksi akar lebih ditentukan oleh medium induksi akar, yaitu pemberian NAA tanpa Kinetin Konsentrasi zat pengatur tumbuh tersebut tergolong rendah