• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori. Sebelum berbicara tentang pengajaran bahasa maka kita akan berpikir tentang konsep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori. Sebelum berbicara tentang pengajaran bahasa maka kita akan berpikir tentang konsep"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

 

Bab 2

Landasan Teori

2.1 Konsep Pengajaran Bahasa

Sebelum berbicara tentang pengajaran bahasa maka kita akan berpikir tentang konsep bahasa yang berhubungan dengan metode pengajaran. Menurut Feisal (1995:360), mendefinisikan metode pengajaran bahasa secara tradisional dirumuskan sebagai prosedur umum tata cara penyajian materi pengajaran. Materi pengajaran yang dipandang akan membantu tercapainya usaha pendidik untuk menjangkau tujuan suatu program pengajaran bahasa. Dengan perkataan lain, metode adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk membantu tercapainya keberhasilan seorang pendidik di dalam melaksanakan tugasnya. Biasanya sebuah metode atau lebih disusun berdasarkan suatu pendekatan materi bahasa yang diajarkan, yaitu suatu pandangan yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu tentang apa yang disebut bahasa. Umpamanya bahasa dalam pengertiannya sebagai potensi dasar manusia untuk berkomunikasi, bahasa sebagai ujaran dan keterampilan komunikasi perorangan yang bervariasi, atau mungkin bahasa yang membantu menjelaskan ujaran yang disebut saru-bahasa (paralanguage).

Menurut Sanjaya (2006:103&96), mengajar (pengajaran) atau “teaching”

menempatkan guru sebagai “pemeran utama” memberikan informasi, maka dalam

“instruction” guru lebih banyak sebagai fasilitator, me-manage berbagai sumber dan

fasilitas untuk dipelajari siswa, jadi secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagi proses mentranfer ilmu.

(2)

 

Gagne dalam Sanjaya (2006:102), mengatakan bahwa mengajar adalah:“Instruction is a set of event that effect learners in such away that learning is facilitated.”Terjemahan: “Mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran yang dirancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam memepelajari sesuatu.

Sementara menurut Smith dalam Sanjaya (2006:96) mengatakan “Teaching is imparting knowledge or skill”. Yang artinya“Mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan”.

Menurut Sanjaya (2006:103-104), mengajar dalam konteks standar proses pendidikan

tidak hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Dalam implementasinya, walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar-belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar.

Menurut Sanjaya (2006: 104), dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti

memperbesar peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas diatas, hanya menunjukkan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran.

(3)

 

Belajar di anggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard dalam Sanjaya (2006: 112) mengungkapkan belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Menurut Sanjaya (2006: 112) belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

Pengajaran yang dipakai juga sangat erat kaitannya terhadap suatu strategi pembelajaran yang sangat penting dalam membantu pengajar untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran itu sendiri. Menurut J.R David, dalam Sanjaya (2006:126) strategi diartikan sebagai“A plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”. Yang artinya: ‘Perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Menurut Kemp dalam Sanjaya (2006:126), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey dalam Sanjaya (2006:126) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Strategi pembelajaran juga terbagi atas beberapa bagian, Menurut Oxford (1994:17) bahwa strategi pembelajaran (learning strategi) terbagi menjadi 2, yakni secara langsung dan tidak langsung yang di dalamnya terdiri dari beberapa sistem.

(4)

 

Bagan 2.1

ストラテジーシステムの図 Gambar Sistem Strategi

1. 記憶ストラテジー (Memori) 直接ストラテジー 2. 認知ストラテジー(Kognitif) Strategi Langsung 3. 補償ストラテジー(Pergantian) 学習ストラテジー Strategi Pembelajaran 1. メタ認知ストラテジー (Pengukur Pengakuan) 間接ストラテジー 2. 情意ストラテジー

Strategi Tidak langsung (Emosi)

3. 社会的ストラテジー (Sosial)

Sumber: Oxford (2002:17)

Penelitian penulis berhubungan dengan strategi langsung dalam proses pembelajaran, sehingga dalam bab tiga, hanya strategi langsung inilah yang akan penulis analisis.

Strategi pembelajaran melalui metode langsung, dibagi menjadi 3 strategi, yaitu 記憶

ストラテギー adalah strategi memori, 認知ストラテギー, strategi kognitif, dan 補償

(5)

 

memfokuskan pada 記憶ストラテギーstrategi memori, 認知ストラテギー, strategi

kognitif.

1. 記憶ストラテジー (Strategi Memori), terbagi atas:

Bagan 2.2 記憶ストラテジー 1. グループに分け A. 知的連鎖を作る 2. 連想をする十分に練る 3. 文脈の中に新しい語を入れる 1. イメージを使う 2. 意味地図を作る B. イメージや音を 結びつける 3. キーワードを使う 4. 記憶した音を表現する 記憶 ストラテジー C. 繰り返し復習する 1. 体系的に復習する 1. 身体的な反応や感覚を使う D. 働作に移 2. 機械的な手法を使う Sumber: Oxford (2002:21)

(6)

 

Terjemahan bagan 2.2:

A. Membuat serangkaian kecerdasan 1. Dibagi menjadi grup

2. Menghubungkan dengan pemikiran secara cukup jelas 3. Memasukkan kata baru kedalam konteks

B. Menerapkan gambar dan suara 1. Memakai gambar

2. Membuat peta arti 3. Memakai kata kunci

4. Setelah mengingat suara lalu mengekspresikannya C. Pengulangan dan memeriksa ulang

1. Memeriksa ulang secara sistematik D. Pemindahan gerakan

1. Menggunakan reaksi dan perasaan secara fisik 2. Menggunakan teknik secara mekanis

(7)

 

2. 認知ストラテジー (Strategi Kognitif) terdiri atas:

Bagan 2.3 認知ストラテジー 1. 繰り返す 2. 音と文字システムをきちんと練習する A 練習をする 3. 決まった言い回しや文型覚えて使う 4. 新しい結合を作る 5. 自然の状況の中で練習する B. 情報内容を受け 1. 意図を素早くつかむ たったり、送っ たりする 2. 情報内容を受けたったり送ったり するためにさまざまな資料を使う 認知 ストラテジー 1. 演繹的に推論する 2. 表現を分析する C. 分析したり 3. (言語を)対照しながら分析する 推論したりする 4. 訳す 5. 転移をする D. インポットと 1. ノートを取る アウトポットの 2. 要約をする ための構造を作る 3. 強調をする Sumber: Oxford (2002:22)

(8)

 

Terjemahan bagan 2.3:

A.Latihan

1. Repetisi (mengulang)

2. Latihan dengan suara dan sistem surat

3. Memakai ekspresi yang tepat untuk mengingat pola kalimat 4. Membuat kombinasi baru

5. Latihan didalam kondisi yang alami B. Mendapat dan mengirimkan isi informasi

1. Mendapat maksud atau pengertian dengan cepat

2. Menggunakan berbagai data untuk mendapatkan, mengirimkan isi informasi C. Melakukan analisis dan penarikan simpulan

1. Menarik kesimpulan dengan cara pemotongan 2. Menganalisis Ekspresi (hyougen)

3. Sambil melakukan analisis membandingkan secara kontras 4. Menerjemahkan

5. Tranfer bahasa ibu

D. Membuat struktur input dan out put 1. Mengambil catatan

2. Membuat ringkasan 3. Membuat penegasan

(9)

 

2.1.1 Metode Pengajaran Bahasa Jepang

Proses pengajaran bahasa Jepang disini dalam sebuah metode yang disebut dengan

Kyoujyuhou.

Maeda et al. (1995:91), kyoujyuhou adalah:

教授法という言葉を聞くと、一般的にはなにか特別な方法があって、そこ に並べられている方法で教えれば学習者は効果的にかつ能率的に学習する ことができる、という具体的な教える技術だと考えるのではないだろうか。 しかし、日本語教育の本で私たちがよく目にする、教授法と言われている 「オーデイオリンガル。アプローチ」「コミュニカテイブ。アプローチ」 「直説法」「翻訳」「オーラル。メソッド」「オーラル。アプローチ」 「TPR]など、これらはみんなそのような「教え方」を表しているのであろ うか。また、なぜあるものは「メソッド」と呼ばれ、あるものは「アプロ ーチ」と呼ばれるのだろう。 Terjemahan:

Bila mendengar kata metode pengajaran, secara umum, bukankah suatu teknik pengajaran yang khusus akan tetap apabila mengajarkan dengan metode yang disusun disesuaikan dengan pemelajar sehingga pemelajar dapat belajar dengan efisien dan membuahkan hasil yang efektif. Dalam buku pendidikan bahasa Jepang, kami melihat ada beberapa metode yakni “audiolingual, communicative approach, metode langsung, metode penerjemahan, oral method, oral approach, TPR, dan lain-lain. Sehingga dapat dibedakan antara yang disebut method dan ada yang disebut approach.

   

Menurut Oxford (2002:45) Kyoujyuhou adalah:

教授法という語は、漠然と「考え方全般」を指して使われることもあるが 少なくとも次の三つに分けて考えられる。 1. 特定の言語観や言語学習観に基づく教授法理論 (Approach) 2. ある教授法理論に基づく指導法 (Method) 3. 具体的な教室活働の手順技術 (Technique) Terjemahan:

Arti kata dari metode pengajaran itu [secara umum artinya cara mengajar] yang menunjukkan penggunaannya paling sedikit ada dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Menetapkan tampilan bahasa dan pembelajar didasarkan pada teori

pengajaran/ pendekatan (approach)

2. Teori pengajaran didasarkan pada cara membimbing (Method)

(10)

 

2.1.2 Empat Keterampilan Berbahasa

Metode pengajaran Bahasa Jepang sangat erat kaitannya dengan empat keterampilan

berbahasa. Menurut Oxford (1994: 6)  adalah:

外国語の習得は必ず四つの言語様式、つまり、聞く、読む、話す、書く、

の能力をいろいろに組合せて伸ばすことに関係している。外国語教師の間

では、この様式は四言語技能(four language skills)、あるいは単に四技能

(four skills)と してしられている。時には、文化や文法を技能と呼ぶこと があるが、この四言語技能とは少し異なる。つまり文化と文法は特定の形 で聞く、読む、話す、書く、と重なっているのだ。用語上の技能とは単に 能力、熟練、熟達を意味するが、言語技能は言語の発達過程で徐々に身に つけていくものである。 Terjemahan:

Dalam pembelajaran bahasa asing berkaitan dengan membangun kemampuan berbahasa dan mengkombinasikan berbagai macam keterampilan yaitu, mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Di antara pengajar bahasa asing pola ini diketahui sebagai empat keterampilan bahasa. Ada yang menyebut budaya maupun tata bahasa sebagai suatu keterampilan, namun empat keterampilan bahasa ini sedikit berbeda. Intinya budaya dan tata bahasa dalam bentuk yang spesifik yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Istilah keterampilan memiliki arti bukan hanya sekedar keterampilan, dan menguasai, tetapi keterampilan bahasa adalah hal yang dipelajari secara perlahan dalam proses meningkatkan kemampuan bahasa.

2.2 Media Pembelajaran

Cangara dalam Yuliani (2007:6), mengatakan bahwa media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Arsyad dalam Yuliani (2007:6) mengutip asosiasi pendidikan nasional (National Education Association/ NEA) yang memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian media dapat dilihat, didengar, dibaca dan dimanipulasi. Dengan kata lain media adalah komponen sumber

(11)

 

belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan pelajar untuk belajar.

Sementara itu, menurut Gagne’ dan briggs dalam Yuliani (2007:6) mengatakan

bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Kemudian menurut kerucut pengalaman dari Edgar Dale (2007:110):

1. Verbal symbols 2. Visual symbols: Signs, stick figures 3. Radio and recordings

4. Still pictures 5. Educational television

6. Exhibits 7. Study trips 8. Demonstrations

9. Dramatized experiences: plays puppets, role playing 10.Contrieved experiences: models, mock ups, simulation

11.Direct purposeful experience

Bahwa media visual menurut Dale, masuk ke dalam kerucut tingkatan nomor empat yang menyatakan bahwa dalam video tidak hanya berisikan gambar secara visual namun juga merupakan gambar yang bergerak sehingga siswa mudah dalam menerima hal baru khususnya dalam belajar bahasa.

Gagne (1974: 150-151) mengemukakan lima macam perangsang belajar disertai alat-alat untuk menyajikannya, yaitu:

(12)

 

Bagan 2.4

Bagan Lima Macam Alat Perangsang Belajar

Perangsang Alat

1. Kata-kata tertulis

2. Kata-kata lisan

3. Gambar dan kata-kata lisan

4. Gambar bergerak,kata-kata dan

suara lain

5. Konsep-konsep teoritis melalui

gambar

Buku, pengajaran berprogram, bagan, proyektor slide, poster, check list.

Guru, tape recording.

Slide tapes, slide bersuara, ceramah, dan poster.

Proyeltor film bergerak, televisi, demontrasi.

Film bergerak, permainan boneka atau wayang.

Menurut Angkowo dan Kosasih dalam Yuliani (2007:6) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat, cara atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan.

Sementara itu Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2006:163), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, video, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Ditambahkan Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely dalam Sanjaya (2006:163) menyatakan:

“A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude.”

(13)

 

Secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang

menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Fungsi media pembelajaran menurut Kempt dan Dayton dalam Yuliani (2007:7), adalah bertujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak maupun mental dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Selain itu fungsi media pembelajaran juga dapat sebagai alat bantu pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi, dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain oleh guru.

Menurut Sanjaya (2006:169), media pembelajaran memiliki fungsi untuk:

• Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu

• Memanipulasi keadaan peristiwa, atau objek tertentu

• Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

Selain fungsi media juga bisa diklasifikan, menurut Sanjaya (2006:172), media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

A. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:

1. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media

yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

2. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung suara. yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, tranparasi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

(14)

 

3. Media Audio Visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur

suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman radio, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur media yang pertama dan kedua.

B. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam:

1. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan

televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

2. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu

seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

C. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi kedalam:

1. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan

lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan tranparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

2. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga: siapa yang tidak mengkafirkan orang- orang musyrik , ragu akan kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia kafir berdasarkan ijma’... Dalilnya

- Indikator fenolftalein (pp) 1%... Panaskan hingga mendidih lebih kurang 30 menit. Buka kaca arloji penutup, biarkan kelebihan uap asam menguap dan dinginkan. f) Tepatkan

Kualitas transformasi pengetahuan ditunjukkan dengan nilai dari hubungan saling mempengaruhi (korelasi) antara lima disiplin belajar yaitu disiplin keahlian pribadi, disiplin berbagi

Salah satu tujuan dalam Renstra Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pulang Pisau adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara optimal sesuai

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 19 Sumber tersebut diperoleh

dan struktur kebijakan sebagaimana diatur dalam Policy Structured, Approval and Standards (PSAS) bagi unit-unit kerja di luar Risk Management Group dan sinergi dengan semua unit

Bladder training dapat mulai dilakukan sebelum masalah berkemih terjadi pada ibu postpartum, sehingga dapat mencegah intervensi invasi seperti pemasangan kateter yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etanol kulit buah Jengkol ( Archidendrom pauciflorum ) memiliki potensi