DUKUNGAN PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2013
PEDOMAN TEKNIS
SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU
(SL-PHT)
PERKEBUNAN
i KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tepadu (SL-PHT) di daerah tahun 2014 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, dan Tujuan; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat
tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis dan Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab V. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VI. Pembiayaan serta Bab VII. Penutup.
Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas
yang membidangi Perkebunan di
Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Sasaran Kegiatan ... 3
C. Tujuan ... 3
D. Pengertian Umum ... 4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 14 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 14
B. Spesifikasi Teknis ... 18
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 25
A. Ruang Lingkup ... 25
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan ... 26
C. Lokasi, Jenis dan Volume ... 30
D. Simpul Kritis ... 31
IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN . 33 A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan .. 33
iv
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan ... 34
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 35 A. Monitoring ... 35 B. Evaluasi ... 35 C. Pelaporan ... 35 VI. PEMBIAYAAN ... 39 VII. PENUTUP ... 40 LAMPIRAN
v DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Model tes Ballot Box ... 41 Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan
Terperinci ... 43 Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT ... 44
Lampiran 4. Format wawancara dengan
Kuesioner ... 45 Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen
SL-PHT ... 51 Lampiran 6. Out Line Laporan Akhir ... 52 Lampiran 7. Lap. Fisik dan Keuangan ... 54
1 I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas hasil tanaman perkebunan. Akibat serangan OPT, diperkirakan terjadi kehilangan produksi sekitar 30% - 40%.
Untuk menghindarkan kerugian akibat
serangan OPT, sampai saat ini masih banyak petani dan masyarakat yang mengartikan pengendalian OPT sama dengan penggunaan
pestisida kimia sintetis. Penggunaan
pestisida kimia yang berlebihan dapat menimbulkan resistensi, resurjensi hama dan
ledakan hama sekunder, pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pada
Pasal 20 mengamanatkan bahwa
Perlindungan Tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu dan Pelaksanaannya menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Penerapan pengendalian hama terpadu ditekankan pada
2 penggunaan bahan pengendali yang ramah lingkungan. Pestisida digunakan secara bijaksana apabila perlakuan lain dinilai tidak mampu mengendalikan OPT yang ada.
Agar petani pekebun mengetahui, mau dan mampu menerapkan PHT di kebunnya secara
mandiri, maka perlu peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petani tentang empat prinsip PHT yaitu 1). Budidaya Tanaman Sehat, 2). Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami, 3). Pengamatan Rutin dan 4). Petani sebagai Ahli PHT/petani
menjadi manajer di kebun sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT).
SL-PHT yang sudah dilaksanakan selama lima belas tahun dan sudah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Hasil penelitian dampak SL-PHT oleh beberapa mahasiswa S2 pada petani alumni SL-PHT komoditi perkebunan (kopi, kakao, teh dan lada) telah
terjadi perubahan positif terhadap
3
serta peningkatan produktivitas hasil
tanaman mencapai 25-27%.
Petani yang sudah mengikuti SL-PHT sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 berjumlah sekitar 145.245 petani.
Mengingat masih kurangnya jumlah petani
yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan tentang empat prinsip PHT dalam pengelolaan kebunnya serta dampak SL-PHT, maka kegiatan SL-PHT perlu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Untuk itu pada tahun 2014 akan dilaksanakan kegiatan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok Tani (KT) di 24 provinsi, 89 kabupaten.
B. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan SL-PHT adalah
terlaksananya SL-PHT pada 194 KT di 24 provinsi dan 89 kabupaten.
C. Tujuan
Tujuan kegiatan SL-PHT :
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku petani/kelompok tani agar mau dan mampu secara mandiri
4 kebunnya sehingga petani menjadi manager di kebunnya sendiri.
D. Pengertian Umum
1. Pedoman Teknis SL-PHT adalah pedoman
yang disusun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaan kegiatan SL-PHT Provinsi/Kabupaten/Kota dan sebagai acuan untuk menyusun Petunjuk Pelaksanaan SL-PHT.
2. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SL-PHT
adalah pedoman atau panduan
pelaksanaan kegiatan SL-PHT yang dibuat oleh provinsi mengacu pada pedoman teknis.
3. Petunjuk Teknis (Juknis) SL-PHT adalah
pedoman atau panduan pelaksanaan kegiatan SL-PHT yang dijabarkan dari petunjuk pelaksanaan dan dibuat oleh kabupaten/kota.
4. Tim Teknis SL-PHT adalah petugas yang
diberi tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan SL-PHT
5 Dinas Perkebunan atau yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota.
5. Sekolah Lapang Pengendalian Hama
Terpadu (SL-PHT) adalah metode
penyuluhan atau suatu bentuk pendidikan non formal yang dirancang berdasarkan pendekatan andragogi. Pola pelatihan dilakukan secara partisipatoris dan pendekatan dari bawah.
6. Andragogi adalah seni dan ilmu untuk
membantu orang dewasa belajar. Petani diberikan kesempatan untuk belajar sendiri tentang prinsip dan teknologi PHT.
7. Prinsip belajar dalam SL-PHT adalah
lahan sebagai sarana belajar utama, cara belajar lewat pengalaman, Analisis Agroekosistem, Metoda yang praktis dan
mudah dilaksanakan, Kurikulum
berdasarkan keterampilan yang
dibutuhkan.
8. Proses belajar SL-PHT adalah proses
belajar yang dimulai dari
melakukan/mengalami, mengungkapkan, menganalisa, menerapkan dan mengalami kembali.
6
9. Pemandu Lapang (PL) SL-PHT adalah
fasilitator yang memfasilitasi proses
belajar, membimbing diskusi, dan
mengamati kegiatan SL-PHT.
10.Pertemuan PHT adalah Kegiatan
SL-PHT yang dilakukan setiap minggu di lapangan dan di saung pertemuan. Kegiatan SL-PHT meliputi AAES dan penyampaian materi Topik Umum, Topik
Khusus, Dinamika kelompok, dan
pendukung.
11.Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan.
12.Fenologi tanaman adalah penampakan
aktivitas tanaman yang terjadi secara berkala pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun berdasar pada hasil observasi tentang tahapan perkembangan
tumbuhan (phenophase) eksternal yang
tampak seperti perkecambahan biji, pertunasan, pertumbuhan daun baru,
pengguguran daun, pertumbuhan
diameter batang, waktu berbunga, waktu berbuah.
7
13.Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah
upaya pengendalian populasi atau
tingkat serangan OPT dengan
menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian
secara ekonomis dan kerusakan
lingkungan hidup.
14.Empat Prinsip PHT adalah Budidaya
tanaman sehat, Pelestarian dan
pemanfaatan Musuh Alami, Pengamatan Rutin/berkala, dan Petani menjadi ahli PHT/petani menjadi manajer dikebunnya sendiri
15.Budidaya tanaman sehat adalah kegiatan
budidaya tanaman yang dilakukan untuk menghasilkan tanaman yang sehat. Budidaya tanaman sehat dilaksanakan sejak persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pengendalian OPT serta panen.
16.Pelestarian dan pemanfaatan Musuh
Alami adalah perlakuan memasukkan jenis musuh alami, memperbanyak musuh alami, dan melestarikan musuh alami di
8 kebun. Untuk melestarikan musuh alami, pengendalian OPT dilakukan secara mekanik; penggunaan musuh alami; dan penggunaan pestisida secara bijaksana.
17.Pengamatan Rutin/berkala adalah
kegiatan mengamati faktor biotik dan abiotik di lingkungan kebun secara teratur agar petani secara tepat dan cepat dapat melakukan tindakan
18.Petani sebagai ahli PHT adalah petani
sebagai manajer/mandiri dalam
mengambil keputusan untuk pengelolaan kebunnya secara PHT
19.Pestisida Nabati (Pesnab) adalah pestisida
yang dibuat dari unsur tumbuh-tumbuhan
untuk keperluan menghambat OPT
tertentu dan tidak membahayakan
terhadap lingkungan.
20.Bokashi adalah pupuk kompos yang
dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).
21.Koordinasi adalah proses pengintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
9
organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien.
22.Sosialisasi adalah penyampaian/
penjelasan lebih rinci tentang kegiatan PHT kepada petani calon peserta SL-PHT dan pemerintah setempat.
23.Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL) adalah
kelompok tani/petani dan lokasi yang akan diusulkan menjadi peserta dan lokasi kegiatan SL-PHT.
24.Kelompok Tani adalah Kumpulan petani
yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya
pertanian untuk bekerja sama
meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya.
25.Responsif Gender adalah kegiatan,
program, dan penganggaran yang
memperhatikan perbedaan, kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi lali-laki dan perempuan.
26.Kebun praktek adalah kebun yang
digunakan sebagai tempat
10
27.Silabus SL-PHT adalah rencana
pembelajaran pada suatu kegiatan SL-PHT.
28.Kontrak belajar adalah kesepakatan
selama pelaksanaan SL-PHT yang harus ditaati antara peserta dan PL
29.Ballot Box Awal adalah tes pengetahuan
dan kemampuan petani sebelum
mengikuti SL-PHT yang dilakukan di lapangan/kebun.
30.Ballot Box Akhir adalah tes pengetahuan
dan kemampuan petani sesudah
mengikuti SL-PHT yang dilakukan di lapangan/kebun.
31.Musuh alami adalah semua organisme
yang dapat merusak atau mengganggu kehidupan atau mematikan OPT. Musuh alami terdiri dari parasitoid, predator dan patogen.
32.Predator adalah binatang (serangga,
laba-laba dan binatang lain) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian.
11
33.Parasitoid adalah organisme yang
menghabiskan sebagian besar riwayat
hidupnya dengan bergantung pada
organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh.
34.Analisis Agroekosistem (AAES) adalah
analisa unsur-unsur pada lingkungan tertentu. Proses kegiatan dimulai dari
pengamatan, pengungkapan,
penganalisaan, menyimpulkan dan
pengambilan keputusan rencana tindak lanjut.
35.Tujuan AAES adalah untuk mengetahui
keadaan ekosistem kebun saat itu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan rencana tindak lanjut
pengelolaan kebun.
36.Dinamika Kelompok adalah suatu
kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
37.Monitoring adalah proses rutin
pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program.
12
38.Evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan.
39.Pelaporan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu.
40.Pengendalian OPT adalah segala kegiatan
atau upaya untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT terhadap tanaman.
41.Kerugian secara ekonomis adalah
kerugian yang di derita oleh pemilik tanaman sebagai akibat serangan OPT pada tanamannya, yang secara ekonomis tidak dapat di toleransi.
42.Pengamatan adalah kegiatan perhitungan
dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi dan tingkat serangan OPT dan faktor-faktor iklim yang
13 mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu.
43.Pengambilan keputasan adalah penentuan
dilakukan atau tidak dilakukan tindakan pengendalian OPT berdasarkan hasil
analisis data pemantauan dan
pengamatan.
44.Dampak Perubahan Iklim adalah dampak
yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan iklim/variabilitas iklim, yang
menyebabkan banjir, kekeringan,
peningkatan suhu dan serangan OPT.
14 II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang bersifat administratif dan
manajemen kegiatan.
1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan
a.Penetapan SK Tim Pelaksana
Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.
b.Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
c.Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan SL-PHT untuk TP
kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota. 1.2 Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen. Perkebunan.
15 1.3 Juklak, Juknis
Penyelesaian Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen. Perkebunan.
1.4 Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat
Jenderal Perkebunan melalui
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi dilaksanakan kepada petani calon kegiatan SL-PHT /pihak terkait.
1.5 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung minimal 2 (dua) kali.
16 1.6 Laporan
a.Laporan perkembangan
pelaksana-an kegiatpelaksana-an disampaikpelaksana-an oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.
b.Laporan akhir kegiatan
disampai-kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan SL-PHT selesai.
2. Prinsip Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis pelaksanaan SL-PHT sebagai berikut :
a. SL-PHT dilaksanakan oleh Pemandu
Lapang (PL) dengan pembinaan oleh
Pusat (Direktorat Perlindungan
Perkebunan), Dinas Provinsi/
Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
b. Waktu pelaksanaan disesuaikan
dengan karakter/sifat/fenologi
tanaman dan serangan OPT.
c. Dilakukan dalam kelompok yang
17 minimal 25%). Setiap kelompok dibagi menjadi 5 sub kelompok.
d. Kebun sebagai sarana belajar utama,
dan diskusi dilakukan di saung pertemuan SL-PHT.
e. Sosialisasi dilaksanakan setelah
penetapan CP/CL.
f. Satu kelompok mengusahakan
komoditas perkebunan yang sama.
g. Tersedia pemandu lapang di
provinsi/kabupaten/kota pelaksana
SL-PHT. Jika di kabupaten/kota tidak tersedia pemandu dapat menggunakan
pemandu lapang dari provinsi/
kabupaten/kota terdekat.
h. Untuk memenuhi kekurangan jumlah
pemandu lapang SL-PHT dapat
memanfaatkan tenaga pemandu
lapang bersertifikat yang telah purna bakti dan petugas/petandu yang telah selesai mengikuti pelatihan pemandu lapang (PL) SL-PHT.
i. Penetapan PL oleh Kepala Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan di lokasi kegiatan SL-PHT.
18 3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :
a. Kelompok tani yang telah mengikuti
kegiatan SL-PHT agar menerapkan PHT secara mandiri di kebunnya dan
menyebarkan pengetahuan dan
keterampilannya kepada petani di sekitarnya.
b. Dinas Kabupaten/kota memfasilitasi
pembinaan/pendampingan pada
petani alumni SL-PHT, agar
penerapan PHT dan kelembagaan
petani semakin baik dan
berkelanjutan.
c. Dinas provinsi/kabupaten/kota
diharapkan memfasilitasi SL-PHT untuk petani lainnya melalui dana APBD.
B. Spesifikasi Teknis 1. Kriteria
a. Peserta
1) Petani pemilik/penyewa atau
petani penggarap;
2) Jumlah peserta perempuan
minimal 25%;
3) Berumur minimal 17 tahun dan
19
4) Dapat menulis, membaca, dan
mampu berbahasa Indonesia;
5) Sanggup mengikuti SL-PHT selama
16 kali pertemuan tanpa terputus;
6) Peserta tidak boleh diganti.
b. Pemandu Lapang (PL)
Setiap kelompok SL-PHT dipandu oleh 2 orang PL yang telah bersertifikat. Dalam kondisi tertentu 1 kelompok SL-PHT dapat dipandu oleh 1 orang PL dibantu 1 orang petugas teknis yang
mempunyai kemampuan sebagai
pemandu.
c. Pertemuan dilakukan di saung
pertemuan dan kebun praktek yang berlangsung dari jam 07.30-14.00. Pengaturan waktu dan materi sebagai berikut : No Waktu Materi/Kegiatan 1 07.30-10.30 Analisis Agroekosistem (AAES) 2 10.30-11.00 Istirahat 3 11.00-12.00 Dinamika Kelompok 4 12.00-14.00 Topik Khusus
d. Lokasi SL-PHT mudah dijangkau oleh
20 e. Tersedia kebun praktek seluas ±1 ha, dibagi menjadi 2 petak perlakuan yaitu petak PHT dan Non PHT
(kebiasaan pengendalian yang
dilakukan oleh petani). Setiap petak dibagi 5 sub petak kebun praktek.
f. Setiap sub kelompok mengelola 2 sub
petak kebun praktek (PHT dan Non PHT).
2. Metode
a. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 16
kali dengan interval satu minggu secara kontinyu.
b. Pertemuan mingguan dipandu oleh
dua orang PL yang bekerja sebagai tim dan mendatangkan/mengundang nara sumber yang kompeten di bidangnya.
c. Metode belajar melalui pendekatan
andragogi (metoda belajar orang
dewasa) yaitu belajar dari
pengalaman di lapangan sehingga petani tahu, mau dan mampu menerapkannya secara mandiri.
d. Proses belajar mengajar dilakukan
dengan metoda partisipasi aktif,
mencari, dan menumbuhkan
kepercayaan sendiri, serta mengambil keputusan bersama dalam menentu-kan tindamenentu-kan pengelolaan kebun.
21
e. Proses belajar SL-PHT pada setiap
pertemuan adalah melakukan/meng-alami, mengungkapkan, menganalisa,
menyimpulkan, menerapkan dan
mengalami kembali.
f. Pada setiap kali pertemuan dilakukan
kegiatan Analisis Agroekosistem
(AAES), Dinamika Kelompok dan Topik Khusus.
g. Sarana SL-PHT :
1) Kebun
2) Saung Pertemuan
h. Bahan dan Alat SL-PHT :
1) Kertas koran 2) Alat tulis 3) Pupuk 4) APH 5) Dekomposer 6) Petunjuk Lapangan
7) Bahan dan perlengkapan praktek
lain
i. Materi SL-PHT:
1) Mengacu pada kurikulum SL-PHT
yang disusun berdasarkan
kebutuhan peserta (hasil Analisa Kebutuhan Pelatihan dan Test Ballot Box awal).
2) Merupakan penjabaran dari
22
budidaya tanaman sehat;
pelestarian dan pemanfaatan
musuh alami; pengamatan kebun secara teratur (berkala) dan petani menjadi ahli PHT.
3) Materi SL-PHT seperti pada Tabel 1
Tabel 1. Materi SL-PHT
No Materi/Kegiatan Petunjuk Lapangan (Petlap)
1. Persiapan SL-PHT - Apa ini ?
- Analisa Kebutuhan Pelatihan
- Kontrak Belajar
- Pengorganisasian warga belajar
- Test Ballot Box Awal
2. Merancang Petak
Studi Ploting Petak PHT dan Non PHT
3. Topik Umum - Ekosistem Dasar
- Analisis agroekosistem (AAES)
4. Topik Khusus
a. a. Budidaya
Tanaman -- - Pembibitan - Penyambungan (sambung samping dan sambung pucuk) untuk komoditi kopi dan kakao
- - Penanaman
- - Pemangkasan
- - Pupuk dan pemupukan
- - Pohon pelindung
- - Panen
- Dan lainnya sesuai komoditas SL-PHT
23
No Materi/Kegiatan Petunjuk Lapangan (Petlap) Musuh Alami/APH c. Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan Penanganan Kebakaran - - Predator - - Parasitoid
-- - Agens Pengendali Hayati - - Koleksi Serangga
- Mitigasi dan Adaptasi DPI
- Dampak perubahan iklim
terhadap serangan OPT
5. Materi Pendukung
Pestisida - Pestisida kimia
- Dampak penggunaan pestisida kimia
- Pestisida Nabati 6. Dinamika
Kelompok
a. Perkenalan Rantai nama dan buat barisan
b.Pengakraban Kapal tenggelam
c.Kreativitas 9 titik 4 garis
d.Kerjasama Menggambar bersama
e.Pemecahan
Masalah Samson Delilah
f.Komunikasi Bermain tali
7. Evaluasi - Ballot Box (Akhir)
24
j. Monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan SL-PHT dilakukan dengan beberapa model yaitu :
1) Test Ballot Box;
2) Matrik analisa pasangan
terperinci;
3) Matrik kualitas SL-PHT;
4) Melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner.
Model 1), 2), 3), dan 4) disajikan pada Lampiran 1,2,3, dan 4.
25 III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
a. Peserta dan komoditas
SL-PHT diperuntukkan bagi petani
Perkebunan Rakyat yang belum pernah mengikuti kegiatan SL-PHT atau kegiatan yang sejenis. Kelompok tani peserta SL-PHT merupakan kelompok tani yang mengusahakan/membudidayakan
komoditas perkebunan sejenis.
b. Tahapan kegiatan SL-PHT meliputi
pemilihan dan penetapan CP/CL,
sosialisasi SL-PHT, pemilihan dan
penetapan kebun praktek dan saung pertemuan, penyiapan petunjuk lapang,
pelaksanaan SL-PHT, pembinaan,
monitoring evaluasi (monev) dan
pelaporan. c. Indikator Kinerja No Indikator Uraian 1 Input/Masukan - Dana - SDM - Data dan informasi - Teknologi 2 Output/Keluaran Terlaksananya SL-PHT sebanyak 194 kelompok tani yang
26 tersebar di 24
provinsi, 89
kabupaten.
3 Outcome/hasil Jumlah kelompok
SL-PHT yang tahu, mampu dan mau
menerapkan PHT
sebanyak 194
kelompok tani yang
tersebar di 24
provinsi, 89
kabupaten.
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi adalah
dinas provinsi yang membidangi
perkebunan dan untuk TP kabupaten adalah dinas kabupaten yang membidangi perkebunan dan berkoordinasi dengan dinas provinsi.
2. Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi/kabupaten/kota dalam
melaksanakan kegiatan agar
berkoordinasi dengan BBPPTP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.
3. Kewenangan dan tanggung jawab :
27
a. Menyiapkan Terms of Reference
(TOR) dan Pedoman Teknis;
b. Melakukan bimbingan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi.
3.2 Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana,
Pemandu Lapang dan Narasumber kegiatan SL-PHT tingkat provinsi;
b. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan, BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas
Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan
kegiatan SL-PHT;
d. Melakukan verifikasi CP/CL
bersama PL dan Dinas Kabupaten;
e. Menetapkan CP/CL SL-PHT;
f. Melakukan pengawalan,
pembi-naan, monitoring dan evaluasi,
28
Kabupaten yang membidangi
perkebunan setempat;
g. Sosialisasi SL-PHT bersama-sama
Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan; h. Menyampaikan laporan pelaksanaan SL-PHT ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.
3.3 Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana, PL
dan Narasumber kegiatan SL-PHT untuk TP Kabupaten;
b. Melakukan koordinasi dengan
Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan, BBP2TP Medan,
Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah
kerja), Direktorat Jenderal
Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;
c. Membuat juknis SL-PHT;
d. Melakukan verifikasi dan
29
e. Melakukan sosialisasi, pembinaan
dan monev SL-PHT;
f. Menyampaikan laporan
pelaksanaan SL-PHT ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktorat
Perlindungan Perkebunan.
3.4 Pemandu Lapang
a. Memandu SL-PHT dan
menyiapkan seluruh keperluan yang terkait dengan pelaksanaan
SL-PHT mengacu kepada
pedoman pelaksanaan SL-PHT;
b. Membantu dinas kabupaten
dalam melakukan survey CP/CL kegiatan SL-PHT;
c. Berkoordinasi dalam pelaksanaan
SL-PHT dengan dinas provinsi dan
kabupaten/kota yang
membidangi perkebunan;
d. Menyampaikan laporan
perkem-bangan pelaksanaan SL-PHT ke dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.
3.5 Kelompok Tani/Petani :
a. Mengikuti sosialisasi SL-PHT;
30 C. Lokasi, Jenis dan Volume
SL-PHT dilaksanakan di 24 provinsi, 89 kabupaten dan 194 kelompok tani yaitu Provinsi Aceh (Kabupaten Aceh Barat dan Pidie Jaya), Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Asahan dan Simalungun), Provinsi
Bengkulu (Kabupaten Kepahiang dan
Bengkulu Utara), Provinsi Riau (Kabupaten Pelalawan), Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Ogan Ilir, OKU, Musi Rawas dan OKI), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kabupaten Belitung, Bangka Barat, dan
Bangka Selatan), Provinsi Lampung
(Kabupaten Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Timur, Way Kanan dan Pringsewu), Provinsi Banten (Kabupaten Pandeglang, Lebak), Provinsi Jabar (Kabupaten Cianjur,
Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya,
Sukabumi, Indramayu, Kuningan, Majalengka
dan Subang), Provinsi Jawa Tengah
(Kabupaten Semarang, Jepara, Magelang, Purworejo, Purbalingga, Pati, Rembang, Sukoharjo dan Pekalongan), Provinsi DI Yogyakarta (Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Bantul dan Kulonprogo), Provinsi Jawa
Timur (Kabupaten Kediri, Malang,
Tulungagung, Bondowoso, Sidoarjo, Madiun, Mojokerto, Ngawi, Jember dan Jombang), Provinsi Bali (Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Buleleng, Bangli dan Gianyar),
31 Provinsi NTB (Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Barat dan Lombok Tengah), Provinsi NTT (Kabupaten Sikka),
Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten
Bengkayang, Sintang, Sambas, Kuburaya, Singkawang dan Pontianak), Provinsi Kaltim (Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara), Provinsi Sulawesi Utara (Kota
Bitung), Provinsi Sulawesi Selatan
(Kabupaten Gowa, Wajo, Bulukumba, Maros, Luwu Utara, Bone dan Takalar), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe Selatan, Konawe Utara dan Kolaka Utara), Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo), Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Sigi dan
Donggala), Sulawesi Barat (Kabupaten
Polewali Mandar dan Mamuju), dan Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Halmahera Utara). D. Simpul Kritis
a. SL-PHT dilaksanakan kurang dari 16 kali
pertemuan dan interval pertemuan kurang dari satu minggu sehingga kualitas SL-PHT kurang. Pelaksanaan kegiatan harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing komoditas, pertemuan harus dilaksanakan sebanyak 16 kali dengan interval satu minggu.
b. Penyampaian silabus materi/topik tidak
sesuai dengan analisa kebutuhan
32 keterampilan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan petani. Pemandu Lapang harus menyampaikan silabus materi/topik yang didasarkan atas analisa kebutuhan pelatihan.
c. Pre-test dan Post-test dalam bentuk
Ballot Box tidak dilakukan menyebabkan materi yang dibutuhkan oleh petani tidak diketahui dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan petani tidak dapat diukur setelah mengikuti SL-PHT. Pre-test dan Post-test harus dilaksanakan oleh pemandu lapang.
d. Keterbatasan jumlah Pemandu Lapang
SL-PHT dapat mengakibatkan pelaksanaan kegiatan Sl-PHT kurang maksimal. Untuk itu perlu memaksimalkan fungsi petugas yang telah mengikuti pelatihan dan memberdayakan petugas purna bakti yang bersertifikat PL.
e. Praktek perbanyakan APH dan pembuatan
pupuk organik/pupuk kandang/bokashi merupakan salah satu materi yang harus
diberikan namun tidak dilakukan,
sehingga setelah SL-PHT petani tidak mampu membuat sendiri. Untuk itu kegiatan tersebut harus dilakukan.
33 IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana TP Provinsi/Kabupaten/ Kota dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan BBPPTP (Ambon, Surabaya, Medan)/BPTP Pontianak.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan
kualitas pelaksanaan kegiatan melalui
34 masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota sehingga pembinaan,
pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan SL-PHT pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengen-dalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan SL-PHT tingkat provinsi.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
kabupaten/kota melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan
pendampingan kegiatan SL-PHT tingkat kabupaten/kota.
35 V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan. Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah
kerja masing-masing. Pelaksanaan
monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penye-rapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai
umpan balik perbaikan pelaksanaan
selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat
Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
bentuk laporan tertulis sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan SL-PHT dibuat oleh pelaksana
36 kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyu-sunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan. 1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan
Kegiatan
1.1.1 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan meliputi : penetapan tim pelaksana kegiatan; PL; nara sumber; penyusunan juklak/juknis; penetapan
CP/CL; persiapan administrasi;
sosialisasi; penyiapan alat dan bahan.
Dilaporkan setelah persiapan
kegiatan selesai dilaksanakan.
1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan meliputi pertemuan SL-PHT sebanyak 16 kali.
Dilaporkan sebanyak 4 kali selama pelaksanaan SL-PHT.
1.2 Laporan Fisik dan Keuangan
1.2.1 Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada
37 Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.
1.2.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap bulan berjalan dan disampaikan
kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.
1.2.3 Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5
pada bulan pertama triwulan
berikutnya.
1.3 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan
keseluruhan pelaksanaan kegiatan SL-PHT, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir
disampaikan kepada Direktorat
Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail
38
2. Format Laporan Perkembangan Persiapan
Kegiatan, Fisik dan Keuangan,
Pelaksanaan Kegiatan dan Out Line Laporan Akhir seperti pada lampiran 1.
39 VI. PEMBIAYAAN
Kegiatan SL-PHT perkebunan di daerah didanai dari APBN tahun anggaran 2014 melalui anggaran Tugas Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan.
40 VII. PENUTUP
Kegiatan SL-PHT merupakan kegiatan yang
tidak terpisahkan dari kegiatan
perlindungan. Dari hasil pelaksanaannya diharapkan menghasilkan SDM petani yang handal dan mampu mengelola kebunnya secara mandiri, sehingga berkontribusi
dalam meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan SL-PHT memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun daerah. Untuk itu diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait, sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.
41 Lampiran 1. Model Test Ballot Box
Test Ballot Box adalah salah satu metode evaluasi untuk mengukur kemampuan petani peserta SL-PHT sebelum dan setelah mengikuti SL-PHT.
Pengelompokan soal ballot box meliputi pengetahuan dan pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Pengetahuan.
 Fungsi serangga yang ada di kebunnya
 Fungsi tanaman selain tanaman pokok yang ada di
kebunnya
 Gejala kelainan yang terjadi pada tanaman pokok di
kebunnya
 Pupuk
 Pestisida
2. Pengambilan keputusan mengenai :
 Keberadaan serangga yang ada di kebunnya
 Keberadaan tanaman selain tanaman pokok yang
ada di kebunnya
 Kebaradaan gejala kelainan yang terjadi pada
tanaman pokok di kebunnya
 Kondisi kebun dikaitkan dengan keadaan
42 Test ballot box awal dan akhir menggunakan soal yang sama baik jenis maupun jumlah soalnya. Jumlah soal 20-25 pertanyaan tergantung kondisi lapangan.
43 Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan Terperinci
HAL-HAL YANG SUDAH BAIK HAL-HAL YANG PERLU DIPERBAIKI BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKINYA 1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ... ... dst 1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ... ... dst 1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ... ... dst
44 Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT
KEGIATAN TAHAP CATATAN PETUNJUK KUALITAS
Apa ini? Proses
pertanyaan Hasil Topik Umum Analisa Agroekosistem (AAES) Tujuan Pengamatan & penyajian keadaan Agroekosistem dalam gambar Analisa Agroekosistem (lanjutan) Analisa keadaan Agroekosistem Hasil Topik Khusus (Untuk beberapa aspek PHT) Tujuan Proses Hasil Dinamika
Kelompok Tujuan Proses Hasil
Ballot box Persiapan
45 Lampiran 4. Format wawancara dengan quesioner
Propinsi :
Kabupaten :
I. IDENTITAS PETANI
Petunjuk : Berilah tanda ކ pada □
1. Nama Petani Responden ………
2. Jenis Kelamin □ Laki-laki □ Perempuan
3. Umur …………Tahun (lahir tahun ………)
4. Status perkawinan □ Kawin □ belum □ Janda □ Duda
5. Pendidikan □ SD □ SLTP □ SLTA □ SM/D3 □ S1
6. Desa ………
7. Kecamatan ………....
8. Nama Kelompok tani . ………..
9. Status kepemilikan kebun □ Pemilik □ Bagi hasil □ Penyewa □ Penggarap
10. Luas kepemilikan ………. Ha
II. PERSIAPAN SL-PHT
1. Apakah ada sosialisasi kepada petani oleh Petugas Dinas / Pemandu Lapang □ Ya □ tdk
46
3. Apakah Bapak /Ibu hadir pada acara
sosialisasi □ Ya □ tdk
4. Apakah materi-materi yang disampaikan pada saat sosialiasi,
Bapak / Ibu mengerti □ Ya □ tdk
5. Apakah Bapak/Ibu setuju diadakan
SL-PHT □ Ya □ tdk
6. Apa saja yang diinformasikan pada waktu sosialisasi, sebutkan
7. Apakah ada staf Pemda yang hadir pada saat sosialisasi SL-PHT □ Ya □ tdk III. PELAKSANAAN SL-PHT
1. Kapan Pelaksanaan SL-PHT
dimulai ...
2. Pada komoditi apa SL-PHT
dilaksanakan ……….
3. Apakah diadakan tes awal (Pre
test) Ya Tidak
4. Berapa orang petugas yang
memandu SL-PHT ………. orang
5. Siapa saja nama Pemandu
Lapang SL-PHT 1. ……… 2. ………
3. ………
6. Berapa kali pertemuan SL-PHT ………
kali 7. Berapa kali Pemandu Lapang
hadir selama pelaksanaan SL-PHT
………. kali
47 8. Berapa kali Bpk/Ibu hadir dalam
pertemuan SL-PHT ……… kali
9. Jika tidak hadir, apa alasan
Bpk/Ibu ……… kali
10. Apa saja kegiatan Bpk/Ibu
selama SL-PHT ……… ………
11. Apa saja kegiatan Bpk/Ibu pada hari-hari tidak ada pertemuan SL-PHT selama proses SL-PHT 12. Apakah diadakan tes akhir (Post
test) SL-PHT Ya Tidak
13. Apa saja materi yang
disampaikan selama SL-PHT berlangsung yang Bpk/Ibu ketahui
1.………
2.………
3.………
4.dst 14. Apakah Bpk/Ibu mengerti dan
menguasai materi yang disampaikan selama SL-PHT
Ya Tidak 15. Materi apa saja yang paling
Bpk/Ibu kuasai 1……….. 2. ………
3……….. 16. Apakah Bpk/Ibu menguasai
tentang AAES, jika “ya” sebutkan faktor apa saja yang Bpk/Ibu amati/pelajari
1……….. 2. ……… 3……….. 4. ……… 17. Dari hasil AAES, apakah
Bapak/Ibu melakukan presentasi Ya Tidak 18. Apakah Bpk/Ibu mengerti tentang
48 sebutkan musuh alami yang
diketahui 3……….. 4. ………
19. Menurut Bpk/Ibu materi apa
yang paling penting Ya Tidak
20. Menurut Bpk/Ibu, apa yang
dimaksud PHT ………
21. Sebutkan 4 (empat) prinsip PHT
yang Bpk/Ibu ketahui 1.2. ………… …………
3. …………
4. …………
22. Setelah mengikuti SL-PHT, apakah Bpk/Ibu mau melaksanakan PHT secara mandiri dan berkelanjutan di kebun sendiri
Ya Tidak
23. Apakah Bpk/Ibu telah
menularkan ilmunya kepada petani non SL-PHT
Ya Tidak 24. Berapa orang petani non SL-PHT
yang telah mengikuti cara
Bpk/Ibu dalam memelihara kebun
……… orang
25. Nama kelompok tani peserta
SL-PHT ………
26. Berapa jumlah anggota kelompok
tani SL-PHT 1. Laki-laki : ...
orang
2. Perempuan : ……. orang 27. Sampai saat ini, apakah Bpk/Ibu
49 masih tetap berkomunikasi
dengan Pemandu Lapang dan sesama petani peserta SL-PHT
Ya Tidak
28. Apa saja kegiatan kelompok,
sebutkan ………
29. Apakah kelompok tani alumni peserta SL-PHT melakukan pertemuan rutin.
Ya Tidak 30. Jika “Ya”, berapa kali
pertemuan dalam 1 (satu) bulan. ……… kali
31. Menurut Bpk/Ibu, apakah SL-PHT
bermanfaat Ya Tidak
32. Jika “Ya” apa saja manfaatnya 1. ...
2. ... 3. ... 33. Berapa produksi sebelum
mengikuti SL-PHT ………….. kg/ha/tahun
34. Berapa produksi setelah
mengikuti SL-PHT ………….. kg/ha/tahun
35. Berapa jumlah kelompok tani
yang ada di desa Bapak/Ibu ... kelompok
36. Berapa harga sebelum SL-PHT Rp.
/kg
37. Berapa harga setelah SL-PHT Rp.
/kg 38. Sebutkan nama-nama kelompok
tani tersebut 1. ... 2. ... 3. ... 4. dst
50 39. Selama SL-PHT berlangsung,
apakah ada petugas Dinas Provinsi/Kabupaten yang mamantau ke lokasi
Ya Tidak 40. Apakah ada masalah yang
dihadapi selama mengikuti SL-PHT Ya Tidak 41. Jika “ya” sebutkan 1……….. 2………..………… 3………..………… 42. Berkaitan dengan penyelenggaraan SL-PHT, apa pesan dan kesan Bpk/Ibu
Pesan:
Kesan:
51 Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen SL-PHT per
Kelompok
No Jenis Kegiatan Volume Ket.
1. Honor:
- Honor Pemandu Lapang
- Honor Narasumber OJ OJ Total luas Petani 5.050 orang di 24 prov, 89 kab. 2. Pengadaan Bahan : - Kertas koran
- Bahan dan perlengkapan
praktek - Agens Hayati - Pupuk NPK - Dekomposer Kg KT Pkt Kg Kg 3. Belanja barang lainnya :
- Konsumsi peserta & PL
- Uang saku petani
- Saung pertemuan
- Bantuan transport PL
- Kompensasi kebun praktek
- Kelengkapan peserta - Papan nama OH OH Pkt OH Ha Set Bhj 4. Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke lokasi - Pembinaan kabupaten ke lokasi - Narasumber provinsi ke lokasi - Konsultasi ke Pusat OT OH OP OT
52 Lampiran 6. Out Line Laporan Akhir
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
I. PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B.Tujuan dan Sasaran
C.Ruang Lingkup Kegiatan
D.Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA
III.PELAKSANAAN KEGIATAN
A.Waktu dan Lokasi
B.Alat dan Bahan
C.Metode
D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan
E.Simpul Kritis Kegiatan
F.Pelaksana
G.Pembiayaan
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran/rekomendasi
53
VI. DAFTAR PUSTAKA
54 Lampiran : 7. LAPORAN PERKEMBANGAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN
KEGIATAN SL-PHT TAHUN 2014 Provinsi :
Posisi :
No. Uraian Kegiatan
Target Realisasi
Permasalahan RTL
Volume Keuangan Fisik Keuangan
(KT/Kali) (Rp.) (KT/Kali) (%) (Rp.) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ( ………. )