• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DI DESA SELAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DI DESA SELAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH

ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SD DI DESA SELAT

Kt. Agus Budiarnawan

1

, Ni Ngh. Madri Antari

2

, Ni Wyn. Rati

3

1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: agusdi.wan@gmail.com

1

, flower_bali@yahoo.co.id

2

,

niwayan_rati@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara konsep diri dan hasil belajar IPA, (2) hubungan antara pola asuh orang tua dan hasil belajar IPA, dan (3) hubungan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Jenis penelitian ini adalah Expost-facto, populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada, jumlah sampelnya 114. Teknik pengambilan sampel adalah propotional random sampling. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Jumlah kuesioner konsep diri sebanyak 23 butir, sedangkan jumlah kuesioner pola asuh orang tua sebanyak 25 butir. Data penelitian selanjutnya dianalisis dengan teknik statistik yaitu regresi sederhana, product moment dan regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara konsep diri dan hasil belajar IPA Fhitung

= 5,40 > Ftabel = 3,94. Hubungan antara pola asuh orang tua dan hasil belajar IPA Fhitung

= 53,32 > Ftabel = 3,94. Hubungan secara bersama-sama antara konsep diri dan pola

asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA Fhitung = 31,43 > Ftabel = 3,94, yang berarti

memiliki hubungan yang signifikan. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri, pola asuh orang tua berhubungan secara signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada baik secara terpisah maupun simultan.

Kata-kata kunci:konsep diri, pola asuh orang tua, hasil belajar IPA.

Abstract

This research aimed to determine (1) the relationship between self concept and science learning outcomes, (2) the relationship between parenting parents and science learning outcomes, and (3) the relationship between self concept and parenting parents toward science learning outcomes grade V elementary school in the village of Sukasada Sub-district Selat.

This research is Expost-facto, the population of this study was a grade V elementary school in the village of Sukasada Sub-district Selat, with total sample was 114. Propotional random sampling technique was used in this study. The data was taken using a questionnaire. Number of questionnaires for self concept was 23 points, while the number of questionnaires for parenting parents was also 25 points. The data were analyzed by using a statistical technique that was simple regression, product moment and multiple regressions.

The result showed a relationship between self concept and science learning outcomes Fcount = 5,40 > Ftable = 3,94. Parenting parents the relationship between science learning

(2)

parenting parents toward science learning outcomes Fcount = 31,43 > Ftable = 3,09, which

means it has a significant relationship. Based on the findings above it could be concluded that self concept and parenting parents significantly the relationship toward science learning outcomes grade V elementary school in the village of Sukasada Sub-district Selat both separately and simultanously.

Key words:self concept, parenting parents, science learning outcomes.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting untuk dimajukan di

negara Indonesia, karena pendidikan

menjadi salah satu ujung tombak penentu kemajuan suatu negara. Untuk mendukung

kemajuan tersebut perlu dipersiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan

Proses pendidikan berarti didalamnya menyangkut kegiatan pembelajaran dengan

segala aspek dan faktor yang

mempengaruhi, guru sebagai pengajar dituntut persyaratan kualifikasi tertentu terkait dengan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat-sifat pribadi agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, pada dasarnya untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, maka dalam proses tersebut menuntut terjadinya proses pembelajaran yang optimal. Dengan optimalnya proses pembelajaran tersebut diharapkan para siswa meraih hasil belajar yang memuaskan.

Inti pokok pendidikan untuk siswa

adalah belajar. “Belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”, Daryanto (2009:2). Kemudian menurut Hakim (dalam Ekadana, 2011:26), mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan

tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, kemandirian, dan apresiasi”.

Tujuan dari usaha belajar adalah untuk mencapai hasil belajar yang baik. Menurut Munawar (2009), mengatakan

bahwa “hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Sedangkan pendapat lain

mengatakan “bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti” (Hamalik,

2009:30)

Menurut Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2005:45) membagi tiga macam hasil belajar yakni: (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2006:22) menyatakan bahwa hasil belajar secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Sementara Caroll (dalam Sudjana, 2005:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk pelajar, (c) waktu yang

diperlukan siswa untuk menjelaskan

pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu.

Berdasarkan berbagai pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah seperangkat kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik setelah mengalami interaksi proses pembelajaran.

Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.

Faktor-faktor tersebut secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Sudjana (2005:39), “hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan”

Faktor internal dalam hal ini konsep diri memang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Namun, faktor eksternal tidak kalah pentingnya dalam memberikan kontribusi dalam pencapaian hasil belajar.

(3)

Hasil belajar yang dicapai banyak bergantung pada faktor-faktor tersebut yang saling berkaitan satu sama lain.

Oleh karena hasil belajar seseorang disebabkan oleh beberapa faktor dan hasil interaksi dari faktor-faktor tersebut sehingga menimbulkan perbedaan terhadap hasil belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang

menimbulkan perbedaan hasil belajar

tersebut adalah konsep diri dan pola asuh orang tua.

Hendra (dalam Ekadana, 2011:9) menyatakan “konsep diri berkaitan dengan apa yang siswa rasakan seperti gambaran,

cara pandang, keyakinan, pemikiran,

perasaan terhadap apa yang dimiliki orang

tentang dirinya sendiri, meliputi

kemampuan, karakteristik diri, sikap,

perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri”.

Melalui konsep diri ini siswa bercermin untuk melakukan proses menilai, mengukur atau menakar atas apa yang dimilikinya.

Konsep diri inilah yang menentukan

perasaan siswa dalam merespon segala rangsangan dari luar untuk melakukan sesuatu. Setiap siswa yang ingin dirinya sukses dalam belajar, bergaul, berkarir,

langkah awal kesuksesannya yaitu

mengenal diri, mempelajari kualitas dirinya. Memiliki konsep diri atau gambaran tentang diri sendiri sangat berpengaruh dalam menunjang kemampuan bersosialisasi di

lingkungan sekolah dan masyarakat.

Perkembangan konsep diri seseorang

sangat tergantung dari pematangan

pengalaman dan pengetahuan seseorang.

Semakin banyak pengalaman dan

pengetahuan seseorang maka konsep dirinya akan berkembang ke arah yang positif dan produktif.

Menurut Nurkancana (2000:95),

“konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri”. Misalnya pendapat tentang apakah saya pandai, apakah saya pendiam, apakah saya disenangi orang dan sebagainya. Konsep diri tersebut terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya.

Lebih lanjut Nelson (dalam Endra,

2005:36), menyatakan “konsep diri adalah

persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang tidak selalu berhubungan dengan

pengalaman diri atau tidak berhubungan dengan diri secara organik”.

Mulyana (2000:7) mengemukakan

“konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat orang lain tentang diri kita”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki seseorang dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi orang lain mengenai diri orang tersebut. Individu akan mengetahui bahwa dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya, individu akan tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung, individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Gunarsa (2004) mengungkapkan

bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah

ditentukan oleh orang lain dalam

lingkungannya, misalnya orang tuanya,

gurunya ataupun teman-temannya.

Sehingga apabila seorang guru

mengatakan secara terus menerus pada seorang muridnya bahwa ia kurang mampu,

maka lama kelamaan anak akan

mempunyai konsep diri semacam itu. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan konsep diri adalah pandangan atau persepsi tentang diri sendiri yang bersifat

komplek yang berkaitan dengan

karakteristik fisik, sosial, fsikologis, nilai dan prinsip dalam hidup.

Selain konsep diri, pola asuh orang tua juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara harfiah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Cahyatni, 2011:20), istilah pola asuh terdiri dari dua kata yaitu kata pola dan asuh. Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang

tetap. Sedangkan kata asuh berarti

menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan

(4)

sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Kata asuh mencakup segala

aspek yang berkaitan dengan

pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.

Nuraeni (dalam Cahyatni, 2011:20),

mengatakan bahwa “pola asuh orang tua

adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua kepada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu”,

Disamping itu, pola asuh juga berarti

suatu bentuk kegiatan merawat,

memelihara dan membimbing yang

dilakukan orang tua kepada anak-anaknya agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan mandiri.

Pola asuh orang tua merupakan faktor yang penting dalam membentuk watak,

kepribadian, kecerdasan emosional,

pembentukan konsep diri dan penanaman

nilai-nilai bagi anak untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Menurut Tafsir (dalam Yusniah,

2008:10), pola asuh berarti “pendidikan,

sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.

Disamping itu, Thoha (dalam Yusniah, 2008:16) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik

anak sebagai perwujudan dari rasa

tanggung jawab kepada anak. Jika

pendidikan keluarga dapat berlangsung

dengan baik maka akan mampu

menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pola asuh orang tua adalah cara mengasuh dan

metode disiplin orang tua dalam

berhubungan dengan anaknya dengan tujuan membentuk watak, kepribadian, kecerdasan emosional dan memberikan

nilai-nilai bagi anak untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Ketika dilakukan observasi di sekolah dasar yang ada di Desa Selat ada siswa yang tampaknya bisa “memiliki segalanya” seperti memperoleh hasil belajar yang tinggi, keluarga harmonis dan tampak begitu dihargai oleh siswa yang lain dan gurunya. Sementara itu, sebagian besar siswa di sekolah yang sama justru terpuruk ke dalam keadaan frustasi karena memiliki hasil belajar yang sedang dan rendah.

Diyakini ada sesuatu hal yang

menyebabkan adanya siswa yang

memperoleh kesuksesan dan yang tidak. Disamping itu, diyakini ada kualitas yang membedakan antara siswa yang hasil belajarnya tinggi dan siswa yang hasil belajarnya rendah. Jika dapat diketahui

penyebab tersebut, mungkin secara

bersama-sama dengan pihak sekolah akan mampu mewujudkan siswa yang ideal yang diinginkan sesuai standar yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan pencatatan dokumen dari sekolah dasar yang ada di Desa Selat diperoleh data nilai ulangan mata pelajaran IPA siswa kelas V SD yang rendah. Hal itu disebabkan dari dalam diri siswa ataupun dari lingkungan siswa itu sendiri, seperti

pergaulan teman sebaya, sering

bertengkar, ingin selalu tampil berbeda dari

teman-temannya yang secara tidak

langsung mempengaruhi hasil belajar

siswa.

Berdasarkan paparan di atas

dipandang perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: untuk mengetahui hubungan antara konsep diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat

Kecamatan Sukasada dan untuk

mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan

Sukasada. Serta untuk mengetahui

(5)

orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian Ex-post facto, karena upaya pendekatan terhadap gejala penelitian dilakukan secara

wajar apa adanya tanpa melakukan

manipulasi terhadap gejala yang diteliti.

Secara sederhana penelitian Ex-post facto

menunjuk pada perlakuan atau manipulasi variabel bebas (variabel X) sudah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Desa Selat yang berjumlah 133 orang.

Berdasarkan tabel penentuan sampel menunjukkan jumlah populasi yang jumlah 133 orang siswa, maka jumlah sampelnya

adalah 97 siswa yang diperoleh

berdasarkan tabel, anggota sampel yang

diperoleh diperkirakan akan dapat

diobservasi sebesar 95%, kemudian dari jumlah 95% ini, bisa diperkirakan hanya 90% datanya dapat diolah, kemudian dari anggota sampel yang diperoleh akan dihitung berdasarkan formula dari Warwick & Lininger, jadi anggota sampel penelitian ini adalah berjumlah 114 siswa. Siswa yang menjadi sampel ini diambil dari masing-masing kelas dengan teknik propotional random sampling.

Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah metode

kuesioner dan pencatatan dokumen. Dalam penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan, instrumen yang digunakan adalah kuesioner konsep diri, kuesioner pola asuh orang tua, dan pencatatan dokumen.

Kuesioner konsep diri ini dibuat sendiri berdasarkan teori Hultt (dalam Artati, 2010) yang terdiri dari aspek konsep diri fisik, konsep diri akademik, dan konsep diri sosial, yang berguna untuk mengukur sejauh mana konsep diri yang dimiliki siswa kelas V SD di Desa Selat. Jumlah item kuesioner ini awalnya yaitu 30 item, setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka jumlah item kuesioner konsep diri yaitu 23 item. Kuesioner yang digunakan

dalam mengukur konsep diri ini

menggunakan kuesioner pola Likert.

Kuesioner pola asuh orang tua ini dibuat sendiri berdasarkan teori Gading (dalam Cahyatni, 2011:31) yang terdiri dari

aspek pola asuh acceptance (menerima)

dan pola asuh rejection (menolak) anaknya, yang berguna untuk mengukur sejauh mana hubungan pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap siswa kelas V SD di Desa Selat. Jumlah item kuesioner ini awalnya yaitu 30 item, setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka jumlah item kuesioner pola asuh orang tua yaitu 25 item. Kuesioner yang digunakan dalam

mengukur pola asuh orang tua ini

menggunakan kuesioner pola Likert.

Pencatatan dokumen ini digunakan

untuk melakukan pengumpulan data

terhadap Hasil Belajar IPA. Untuk

memperoleh skor atau nilai dari variabel “Tingkat hasil belajar rata-rata siswa” sebagai variabel terikat (Y) dilakukan perhitungan nilai rata-rata nilai ulangan mata pelajaran IPA.

Analisis dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu: (1) analisis data untuk prasyarat analisis dilakukan uji normalitas, uji linieritas hubungan dan uji multikolinieritas.

Uji normalitas digunakan untuk

menguji apakah variabel bebas dan

variabel terikat berdistribusi normal atau

tidak, dilakukan dengan cara

membandingkan nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan signifikansi, yaitu 0,05. Dasar

pengambilan keputusan (Singgih,

2000:212). Skor signifikan K-S > 0,05, maka data berdistribusi normal, skor signifikan K-S < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

Untuk uji linieritas digunakan analisis regresi sederhana yang dilanjutkan dengan uji F. Dengan kaidah keputusan yaitu: jika F hitung < F tabel (0.05), maka Ho diterima dan jika F hitung > F tabel (0.05), maka Ho ditolak.

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup tinggi atau tidak diantara

variabel-variabel bebas. Teknik yang

digunakan adalah mencari nilai korelasi X1

terhadap Y, korelasi X2 terhadap Y dan

korelasi X1 terhadap X2..

(2) analisis data untuk uji hipotesis 1 dan 2 serta uji hipotesis 3.

(6)

Untuk uji hipotesis 1 dan 2 digunakan teknik analisis regresi sederhana

yang kemudian dilanjutkan dengan

perhitungan menggunakan rumus Product

Moment. Dasar pengambilan keputusan: jika r hitung > r tabel, maka H0 ditolak dan

H1 diterima dan jika r hitung < r tabel, maka

H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk uji hipotesis 3 digunakan uji

regresi ganda (dua prediktor) yang

kemudian dilanjutkan mencari korelasi

ganda dan kemudian dilakukan uji

signifikansi R dengan rumus F. Kriteria

pengujian: H0 diterima dan H1 ditolak

apabila F hitung ≤ F tabel dan H0 ditolak

dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi hasil penelitian

memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varian, skor minimum, skor maksimum, dan range dari data konsep diri, pola asuh orang tua dan hasil belajar IPA. Hasilnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi data konsep diri, pola asuh orang tua dan hasil belajar IPA Variabel Mean Median Modus Standar

deviasi Varian Skor min Skor max Range Konsep Diri 81,73 82 83 11,68 135,29 59 109 50 Pola Asuh Orang Tua 95,02 94 89,93 9,35 86,72 71 115 44 Hasil belajar IPA 69,11 69 70 8,73 75,50 50 85 35

Uji normalitas yang digunakan adalah

teknik Kolmogrov-Smirnov. Hasil uji

normalitas konsep diri, berdasarkan

perhitungan yang dilakukan didapatkan

pada tabel kerja diperoleh Dhitung = 0,0652,

kemudian hasil yang didapatkan dari perhitungan tersebut dibandingkan dengan Dtabel, dengan N = 114 dan taraf signifikansi

0,05 adalah 0,142. Ternyata Dhitung lebih

kecil dari Dtabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa sampel yang berasal dari populasi untuk data konsep diri berdistribusi secara normal.

Hasil uji normalitas pola asuh orang tua, berdasarkan perhitungan yang telah

dilakukan dengan teknik

Kolmogrov-Smirnov. Didapatkan hasil pada tabel kerja,

diperoleh Dhitung = 0,0597, yang kemudian

hasilnya dibandingkan dengan Dtabel,

dengan N = 114 dan taraf signifikansi 0,05

adalah 0,142. Ternyata Dhitung lebih kecil

dari Dtabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa sampel yang berasal dari populasi untuk data pola asuh orang tua berdistribusi secara normal.

Hasil uji normalitas hasil belajar IPA,

berdasarkan perhitungan yang telah

dilakukan pada tabel kerja diperoleh Dhitung

= 0,0692, kemudian hasilnya dibandingkan

dengan Dtabel, dengan N = 114 dan taraf

signifikansi 0,05 adalah 0,142. Ternyata

Dhitung lebih kecil dari Dtabel sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel yang berasal dari populasi untuk data hasil belajar IPA berdistribusi secara normal.

Untuk menguji linieritas menggunakan regresi sederhana yang dilanjutkan dengan uji F. Dengan kaidah keputusan sebagai berikut: jika F hitung < F tabel (0.05), maka

H0 : diterima dan jika F hitung > F tabel

(0.05), maka Ho: ditolak

Berdasarkan hasil uji linieritas konsep

diri dengan hasil belajar IPA, ternyata Fhitung

lebih kecil dari Ftabel atau 0,81 < 3,94, maka

data untuk konsep diri berpola linier, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis uji regresi dapat dilanjutkan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji linieritas pola asuh orang tua dengan hasil belajar IPA, ternyata Fhitung lebih kecil dari

(7)

Ftabel atau -0,10 < 3,94 maka data untuk

pola asuh orang tua berpola linier, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis uji regresi dapat dilanjutkan.

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup tinggi atau tidak diantara variabel-variabel bebas. Apabila terdapat hubungan yang cukup tinggi (Signifikan) diantara variabel bebas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan aspek yang diukur diantara varibel bebas tersebut. Hal ini berarti tidak layak digunakan untuk menentukan hubungan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat.

Jika koefisien ganda antar variabel bebas mendekati koefisien korelasi ganda, maka terjadi multikolinearitas. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh

nilai korelasi ganda Rx1.x2.Y = 0,602,

sedangkan koefisien ganda antar variabel bebas adalah 0,028. Dari hasil tersebut, maka diperoleh bahwa koefisien korelasi ganda antar variabel bebas tidak mendekati koefisien korelasi ganda sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Hal ini berarti layak digunakan untuk menentukan hubungan secara bersama-sama variabel bebas yaitu konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap variabel terikat yaitu hasil belajar IPA.

Hipotesis I alternatif (Ha) berbunyi:

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan konsep diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Hipotesis I nihil (Ho) berbunyi: tidak

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan konsep diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Uji hipotesis I dilakukan dengan teknik

regresi sederhana, yang kemudian

dilanjutkan dengan perhitungan product

moment. Hasil analisis hubungan antara

variabel konsep diri (X1) terhadap hasil

belajar IPA siswa yang didapatkan adalah

0,215. Jadi nilai korelasi tersebut

dikategorikan memiliki hubungan yang rendah, antara konsep diri dengan hasil belajar IPA. Berdasarkan perhitungan, diperoleh rhitung > rtabel atau 0,215 lebih besar

daripada 0,195, sehingga nilai rhitung

signifikan.

Dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan konsep diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat

Kecamatan Sukasada. Berdasarkan

perhitungan didapatkan kontribusi

sumbangan variabel 4,62%.

Hipotesis II alternatif (Ha) berbunyi:

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Hipotesis II nihil (Ho) berbunyi: tidak

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Uji hipotesis II dilakukan dengan teknik regresi sederhana, yang kemudian

dilanjutkan dengan perhitungan product

moment. Hasil analisis korelasi pola asuh

orang tua (X2) terhadap hasil belajar IPA (Y)

perhitungan yang didapatkan adalah 0,568, nilai korelasi tersebut dikategorikan memiliki hubungan yang cukup kuat, antara pola asuh orang tua dengan hasil belajar IPA.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh rhitung > rtabel atau 0,568 lebih besar daripada

0,195, sehingga nilai rhitung signifikan.

Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada. Berdasarkan

perhitungan didapatkan kontribusi

sumbangan variabel 32,26%.

Hipotesis III alternatif (Ha) berbunyi:

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Hipotesis III nihil (Ho) berbunyi: tidak

terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Uji hipotesis III dilakukan dengan teknik regresi ganda (dua prediktor) yang

(8)

dilanjutkan mencari korelasi ganda dan kemudian dilakukan uji signifikansi R dengan rumus F. Hasil perhitungan yang didapatkan adalah 0,602, yang kemudian dilanjutkan menguji signifikansi dengan

membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Kaidah

pengujian signifikansi: jika Fhitung ≥ Ftabel

(0,05), maka H0 ditolak, yang artinya

signifikan dan jika Fhitung ≤ Ftabel (0,05),

maka H0 diterima, yang artinya tidak

signifikan dengan taraf signifikansi 5%, dk pembilang = 2, dan dk penyebut (n-m-1= 114–2–1=111) adalah 111, maka diperoleh nilai F tabel adalah 3,09.

Ternyata Fhitung > Ftabel atau 31,43

lebih besar daripada 3,09, sehingga nilai Fhitung signifikan. Dengan demikian maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap hasil belajar IPA. Dalam hasil penelitian ini diperoleh bahwa sumbangan variabel konsep diri sebesar 4,62% terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPA adalah pola asuh orang tua. Berdasarkan hasil analisis di atas juga diperoleh bahwa pola asuh orang tua berhubungan signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa. Dari hasil analisis

tersebut diperoleh bahwa sumbangan

variabel pola asuh orang tua sebesar 32,26% terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Berdasarkan paparan tentang

hubungan konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri dan

pola asuh orang tua memberikan

sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya sumbangan kedua variabel tersebut secara bersama-sama adalah 36,24%.

Hasil penelitian ini didukung landasan teori yang telah dikemukakan pada bab II,

seperti pernyataan Hendra (dalam

Ekadana, 2011:9) bahwa konsep diri adalah

gambaran, cara pandang, keyakinan,

pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri, meliputi kemampuan, karakteristik diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri.

Melalui konsep diri ini siswa

bercermin untuk melakukan proses menilai, mengukur atau menakar atas apa yang

dimilikinya. Konsep diri inilah yang

menentukan perasaan siswa dalam

merespon segala rangsangan dari luar untuk melakukan sesuatu. Setiap siswa yang ingin dirinya memperoleh hasil belajar yang baik, langkah awal kesuksesannya yaitu mengenal diri, mempelajari kualitas dirinya. Dampak kepada pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut ia dapat berusaha agar dapat memperoleh hasil belajar IPA yang baik di sekolah. Dengan demikian, semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh siswa, maka akan semakin tinggi hasil belajar IPA siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ekadana, yang

menyatakan bahwa konsep diri

berhubungan positif terhadap prestasi belajar. Korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar sebesar 0,365.

Tinggi rendahnya hasil belajar IPA siswa sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di rumah. Hasil penelitian ini diperkuat pernyataan

Thoha (dalam Yusniah, 2008:16)

mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik

maka akan mampu menumbuhkan

perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

Sehingga siswa yang dalam

kehidupan sehari-hari berada dalam

asuhan yang demokratis yaitu orang tua lebih memprioritaskan kepentingan anak, bersikap realistis dan tidak berharap lebih

(9)

dari batas kemampuan anak. Orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak

untuk memilih sikap dalam setiap

mengambil keputusan baik itu dalam belajar maupun yang lain, orang tua hanya

membimbing dan memberi masukan

terhadap setiap keputusan yang diambil oleh anak dengan pendekatan yang hangat. Dengan demikian, semakin demokratis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, maka akan semakin tinggi hasil belajar IPA siswa.

Sehingga berdasarkan paparan

tersebut, perlu kiranya pihak-pihak terkait baik itu orang tua, sekolah maupun masyarakat mengupayakan agar siswa memiliki konsep diri positif dan pola asuh

orang tua yang mengarah pada

perkembangan yang baik bagi anak nantinya. Hal ini mencerminkan konsep diri yang dimiliki siswa sudah terbentuk dengan baik begitu pula dengan pola asuh orang tua sehingga mampu memperoleh hasil belajar IPA yang baik pula.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Desa Selat Kecamatan Sukasada.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi siswa disarankan agar tetap menanamkan konsep diri yang positif terhadap diri sendiri, baik di dalam maupun

di luar sekolah sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar. Para orang tua siswa diharapkan selalu memperhatikan

dan membimbing anaknya ke arah

terbentuknya konsep diri yang positif dan memperoleh hasil belajar yang baik karena keberhasilan siswa dalam belajar juga sangat tergantung dari pola asuh orang tua,

sehingga harapan siswa dan orang tua dapat terwujud.

Selain itu, orang tua juga diharapkan selalu menciptakan kondisi keluarga yang harmonis, utuh dan mampu memberikan teladan dan kepemimpinan yang baik pada anak. Bagi para guru hendaknya berusaha untuk mengetahui konsep diri yang dimiliki oleh siswa dan jenis pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua untuk

meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya hasil belajar IPA. Bagi peneliti lain yang berminat terhadap temuan penelitian ini dapat melakukan

pembuktian-pembuktian lebih mendalam dengan

mengambil populasi dan sampel yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Artati. 2010. Penerapan Teknik Konseling

Rasional Emotif Terapi Untuk

Membentuk Konsep Diri Positif Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan).

Singaraja: Jurusan Bimbingan

Konseling UNDIKSHA

Cahyatni, Mardiasni Ketut. 2011. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Singaraja Tahun

Pelajaran 2010/2011. Skripsi (tidak

diterbitkan). Singaraja: Jurusan

Bimbingan Konseling UNDIKSHA

Daryanto. 2009. Panduan Proses

Pembelajaran. Jakarta: AV

Publisher

Ekadana, Sang Made. 2011. Hubungan Antara Konsep Diri dan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar di Kalangan Siswa Kelas VIII SMPN se-Kota Singaraja yang Berprestasi

Tinggi. Skripsi (tidak diterbitkan).

Singaraja: Jurusan Bimbingan

Konseling UNDIKSHA

Endra, Dwi Suantara I Nengah. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orang Tua, Konsep Diri, Harga Diri dan Pribadi Mandiri dalam Kaitannya dengan Perilaku Sosial Para Siswa SMA Negeri di Kabupaten Buleleng. Tesis (tidak diterbitkan). Program

(10)

Pasca Sarjana-IKIP Negeri Singaraja

Gunarsa, Singgih Dirga. 2004. Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi:

Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munawar, Indra. 2009. Hasil Belajar

(Pengertian dan Definisi). Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional

Nurkancana, Wayan. 2000. Pemahaman

Individu. Surabaya: Usaha Nasional

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

---. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya Sudjana, Nana dan

Ibrahim. 2001. Penelitian dan

Penilaian Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru Algensindo

Yusniah. 2008. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Mts Al-Falah Jakarta Timur. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

http://repository.ac.id/bitstream/1234 56789/15714/1/psides2008%20%28 1%29.pdf (diakses 10 Pebruari 2013).

Gambar

Tabel 1. Deskripsi data konsep diri, pola asuh orang tua dan hasil belajar IPA   Variabel  Mean  Median  Modus  Standar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian motivasi belajar dan pola asuh orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS kelas V SD

Maka dari itu, penulis ingin meneliti lebih dalam “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Jalan. Terusan Dusun

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosi pada remaja. Artinya variabel pola asuh orang tua

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif antara pola asuh demokratis orang tua dengan kecerdasan emosional anak siswa SD Kelas V Keceme

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan konsep diri terhadap kemandirian belajar pada mahasiswa Fakultas

Hasil analisis yang dilakukan peneliti pada pola asuh orang tua terbanyak yaitu berpola asuh demokratis sebanyak 32,5% sedangkan interaksi sosial siswa kelas V SD Negeri

Hasil analisis data yang didapat dari empat tipe pola asuh orang tua, disimpulkan bahwa pola asuh demokratis memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi belajar siswa pada