• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Kesehatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Ilmiah

Kesehatan

27

Vol. 13 Nomor 1, 2014

Katarak merupakan gangguan yang di alami oleh lansia yang di tandai adanya kekeruhan pada lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu, katarak dapat terjadi pada perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembanganya dan telah melalui proses degenerasi (Sidarta ilyas, 2008).. Tujuan penelitian ini adalah untuk hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Polikinik Mata Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Polikinik Mata Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 85 orang. Diperoleh hasil ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Polikinik Mata Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (p value=0,003). Diharapakan untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien yang memperoleh perawatan di polikinik mata Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, khususnya dalam upaya promotif sebagai tindak lanjut dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre operasi katarak.

Cataracts is a disorder experienced by elderly which mark the cloudiness in the lens. Turbidity is caused by normal metabolic disorder that can arise in the lens of a certain age range, cataracts can occur in lens iber development is still ongoing or ater stopping the lens ibers in its development and have gone through the process of degeneration (Sidarta ilyas, 2008) .. he purpose of this research is to support the family relationship with the level of patient anxiety pre cataract surgery in Polikinik Eye Hospital Center Gatot Subroto Army. he study design used was descriptive cross sectional correlation with the aim to determine the relationship of family support with the level of anxiety in cataract surgery patients pre Polikinik Eye Hospital Center Gatot Subroto Army. Data collection using questionnaires. he sample used in this study amounted to 85 people. he results obtained indicate no association with the level of family support patient anxiety pre cataract surgery in Polikinik Eye Hospital Center Gatot Subroto Army (p value = 0.003). Expected to improve the quality of care for patients who receive care at Central Hospital polikinik eyes Gatot Subroto Army, particularly in the promotion as a follow-up efort in performing nursing care for patients pre cataract surgery. Abstrak

Abstract

Kata Kunci:

Key words:

Dukungan keluarga, katarak

Family support, cataract

Tingkat Kecemasan Pasien Pre-Operasi Katarak

di Poliklinik Mata Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto

Yeni Koto, Silomi C Pattinasarany

(2)

28

Pendahuluan

Katarak merupakan gangguan yang di alami oleh lansia yang di tandai adanya kekeruhan pada lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu, katarak dapat terjadi pada perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembanganya dan telah melalui proses degenerasi (Sidarta ilyas, 2008).

Menurut data organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) terdapat 50 juta kebutaan di dunia akibat katarak dan yang paling banyak adalah mereka yang tinggal di negara miskin dan berkembang yaitu Asia dan Afrika. Penduduk yang tinggal dinegara berkembanag beresiko 10 kali lipat mengalami kebutaan dibandingkan penduduk negara maju. Sedangkan menurut Institute Kesehatan Nasional atau National Institute of Health (NIH) di negara maju seperti Amerika Serikat terdapat 4 juta orang beresiko menjadi buta karena proses kemunduran mascular (titik kuning retina) yang berhubungan dengan faktor usia sehingga pada akhirnya menyebabkan kebutaan, sebagai perbandingan di Banglades angka kebutaan mencapai 1%, di India 0,1-0,3%.

Tingkat kebutaan yang diakibatkan katarak di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar 1,5% sedangkan dalam catatan WHO, tingkat kebutaan di Indonesia berada diurutan ketiga di dunia yaitu sebesar 1,47%. Tingginya katarak di Indonesia dipengaruhi oleh letak geograis yang berada di daerah garis khatulistiwa sehingga berdasarkan penelitan menilai resiko 15 tahun lebih cepat terkena katarak dibanding penduduk di Eropa (Rahmi, 2008).

Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi. Katarak merupakan penyakit degeneratif namun saat ini katarak juga telah ditemukan pada usia muda (35-40 tahun). Selama ini katarak dijumpai pada orang yang berusia diatas 55 tahun sehingga sering diremehkan kaum muda. Hal ini disebabkan kurangnya asupan Gizi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Irawan, 2008).

Dalam beberapa kasus, kecemasan adalah kondisi kesehatan mental yang membutuhkan pengobatan. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder) misalnya, ditandai dengan kekhawatiran persisten (menetap) tentang keprihatinan besar atau kecil. Gangguan kecemasan lain–seperti gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan post– traumatic stress disorder (PTSD) memiliki pemicu dan gejala yang lebih spesiik (Tirto JIwo, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di ruang poli mata RSPAD Gatot Soebroto, peneliti menemukan jumlah pasien yang berkunjung mengalami peningkatan. Per bulannya terdapat 180 pasien mengalami penyakit katarak dan angka ini terus meningkat tiap tahunnya. Dari 10 pasien yang

diwawancarai mengenai dukungan keluarga, 7 dari 10 pasien mengatakan kurang mendapatkan dukungan dari keluarga ketika dioperasi, hal ini dikarenakan keluarga pasien kurang mengerti mengenai penyakit katarak dan kurangnya dukungan materil juga menjadi alasan bagi keluarga untuk mendukung pasien. Hal ini membuat pasien mengalami kecemasan yang berlebihan ketika akan dioperasi.

Kecemasan yang dialami pasien pre operasi ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, nadi, dan respirasi. Dari 10 pasien yang diobservasi diperoleh 8 pasien dengan tekanan darah 140-180 mmHg, nadi diatas 90 kali permenit, dan respirasi rata-rata 22-28 permenit.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Polikinik Mata Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Tahun 2012”

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian yang merupakan deskritif korelasi yaitu data yang dikumpulkan di deskripsikan secara sitematik (observasi dan menceklist kuisoner dengan pertanyaan tertutup), analisa dan dicari hubungan variable lndependen dan dependen. Studi kuantitatif dengan rancangan cross sectional dimana pengukuran variable independent (dukungan keluarga) dan variable dependent (tingkat kecemasan).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga yang pasiennya akan di operasi katarak di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Tahun 2012 sebanyak 108 orang.

Untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan formula yang lebih sederhana menurut (Nursalam, 2007) sebagai berikut:

a. Penghitungan Sampel

Dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: N = Jumlah Sampel n = Jumlah Populasi

= Tingkat Signiikan (p)

(3)

29

penelitian dari suatu populasi target berdasarkan

pertimbangan ilmiah. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Seluruh pasien akan dioperasi katarak di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto.

b) Kooperatif/berpartisipasi dalam penelitian

2) Kriteria ekslusi adalah karakteristik umum sampel penelitian dari suatu polpulasi yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

a) Pasien yang tidak mengalami katarak dan tidak akan dioperasi di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto.

b) Tidak Kooperatif/tidak ingin menjadi responden

Analisa Data

1. Analisis Univariat untuk mengetahui mean, median dan modus serta distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti dan dihitung persentasenya.

Rata-rata hitung (X) : Keterangan:

X : Rata-rata hitung sampel xi : Nilai dalam suatu sampel

n : Total banyaknya pengamatan dalam suatu sampel

2. Analisa bivariat, menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan menganalisa perbedaan antara dua variabel. Analisis ini bertujuan untuk mencari hubungan/perbedaan antara dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Uji yang dipakai adalah dengan rumus Chi Square/Chi kuadrat adalah sebagai berikut:

Nilai X2 tabel: dk = (K – 1) b – 1) Keterangan: K : banyaknya kolom d : banyaknya baris Hasil

Hasil penelitian yang telah dilaksanankan di Poli Mata Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Tahun 2012. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner.. Kuesioner disebarkan ke 85 responden, pengisian kuesioner selama ± 20 menit untuk setiap responden dan didampingi oleh penelitian. Tabel 1 Distribusi frekuensi responden dengan berbagai

kategori pada pasien katarak di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Kategori Frekuensi N % Usia >45 tahun <45 tahun 73 12 86% 14% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 34 51 40% 60% Pendidikan Dasar Menengah Atas 36 49 42% 58% Dukungan Keluarga Mendukung Tidak Mendukung Tidak Tahu 18 38 29 21 45% 34% Tingkat Kecemasan Cemas Ringan Cemas Berat 23 62 27% 73%

Tabel 1 di atas dapat menunjukkan bahwa usia responden di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta tertinggi pada kelompok usia > 45 tahun sebesar 73 dari 85 responden (86%) dan usia terendah berada pada kelompok usia < 45 tahun sebesar 12 dari 85 responden (14%).

Sedangkan distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin responden di di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan sebesar 51 dari 85 responden (60%) dan terendah berjenis kelamin laki-laki sebesar 34 dari 85 responden (40%).

Pendidikan responden di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta yang dikategorikan menjadi dua, yaitu pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah keatas (SMA dan PT) bahwa mayoritas responden berpendidikan menengah keatas (SMA dan Perguruan Tinggi) sebanyak 49 dari 85 responden (58%) sedangkan 36 berpendidikan dasar (SD dan SMP) dari 54 responden (42%).

Dapat dilihat bahwa dukungan keluarga di ruang Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto tertinggi dengan keluarga kurang mendukung sebesar 38 dari 85 responden (45%) dan terendah dengan keluarga mendukung sebesar 18 dari 85 responden (21%).

Tingkat kecemasan responden di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta yang dikategorikan menjadi dua, yaitu cemas ringan (tidak cemas dan cemas ringan) dan cemas berat (cemas sedang dan cemas berat/panik) bahwa mayoritas responden cemas berat (cemas sedang dan cemas berat/panik) sebanyak 62 dari 85 responden (73%) sedangkan 23 cemas ringan (tidak cemas dan cemas ringan) dari 85 responden (27%).

(4)

30

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Menurut Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre-Operasi di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta (n=85)

Dukungan Keluarga

Kecemasan Pada

Pasien Pre Operasi Total p value Berat Ringan N % N % N % Tidak Mendukung 26 89,7 3 10,3 29 100 0,029 Kurang Mendukung 23 60,5 15 39,5 38 100 Mendukung 13 72,2 5 27,8 18 100 Jumlah 62 72.9 23 27.1 85 100

Hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta diperoleh bahwa 26 dari 29 (89,7%) keluarga yang tidak mendukung dengan tingkat kecemasan berat pada pasien pre operasi dan 3 dari 29 (10,3%) dengan tingkat kecemasan ringan. Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = 0,029 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi .

Diskusi

Hasil yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dukungan keluarga dan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan bivariat.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dukungan keluarga di ruang Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto tertinggi dengan kurang mendukung sebesar 38 dari 85 responden (45%) dan terendah dengan keluarga mendukung sebesar 18 dari 85 responden (21%).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarwiyati (2009) mengenai hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabete Millitus, diperoleh hasil bhwa 29 dari 40 pasien (72,5%) kurang mendapatkan dukungan. Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = 0,032 artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keberhasilan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabete Millitus.

Menurut Sarwono dalam Yusuf (2007), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang

lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sistem dukungan untuk mempromosikan perubahan perilaku ada 3, yaitu : (1) dukungan material adalah menyediakan fasilitas latihan, (2) dukungan informasi adalah untuk memberiakan contoh nyata keberhasilan seseorang dalam melaksanakan diet dan latihan, dan (3) dukungan emosional atau semangat adalah memberi pujian atas keberhasilan proses latihan.

Hasil ini sesuai dengan Indikator rendahnya dukungan keluarga secara realita yang didapati di RSPAD Gatot Soebroto diantaranya:

1) Keluarga belum dapat memantau pasien katarak dalam pemberian obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.

2) Keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan makan pasien di sebabkan adanya kegiatan lain.

3) Keluarga belum bisa menjaga kebersihan diri pasien.

4) Keluarga masih melakukan pengasingan pada pasien.

5) Keluarga masih merasa malu dengan adanya pasien di rumahnya karena dianggap aib keluarga. 6) Keluarga juga tidak mempunyai kreativitas dalam

cara pemberian obat pada pasien.

7) Keluarga tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasien.

8) Keluarga belum mampu memberikan informasi dan motivasi pada pasien.

9) Keluarga masih beranggapan bahwa pasien tidak dapat di sembuhkan lagi.

Menurut peneliti dukungan keluarga adalah bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan seperti pada saat seseorang mengalami kecemasan.

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi

Dari hasil penelitian diperoleh kecemasan responden di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta yang dikategorikan menjadi dua, yaitu cemas ringan (tidak cemas dan cemas ringan) dan cemas berat (cemas sedang dan cemas berat/panik) bahwa mayoritas responden cemas berat (cemas sedang dan cemas berat/ panik) sebanyak 62 responden dari 85 responden (73%) sedangkan 23 responden cemas ringan (tidak cemas dan cemas ringan) dari 85 responden (27%).

Kecemasan atau  anxiety  adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang sering kali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari rasa takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan adanya fakta-fakta atau keadaan yang benar-benar membahayakan, sedangkan kecemasan timbul karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan, atau bisa

(5)

31

juga dikatakan sebagai hasil dari rekaan, rekaan pikiran

sendiri (praduga subyektif), dan juga suatu prasangka pribadi yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan. (Alim Baitul Muhamad, 2011).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas pasien pre operasi mengalami kecemasan berat yaitu 73% sedangkan 27% pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pasien pre operasi di di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta lebih banyak mengalami kecemasan berat yang ditandai dengan manifestasi yang muncul seperti mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, dan disorientasi.

Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi

Dari hasil penelitian hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta diperoleh bahwa 26 dari 29 (89,7%) keluarga yang tidak mendukung dengan tingkat kecemasan berat pada pasien pre operasi. Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = 0,029 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.

Penelitian ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan MD Nijkamp et al (2004), menyatakan bahwa dari 128 orang pasien katarak yang dioperasi, tingkat kecemasan tertinggi adalah sebelum operasi (78 pasien) dan dukungan sosial keluarga mempunyai peranan penting pada pasien pre operasi katarak (p value = 0,002).

Menurut Friedman (1998) dalam Kaplan (2006), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh memberikan kasih sayang serta menerima dan mendukung

Menurut peneliti bahwa pasien yang menerima dukungan emosional mengalami tingkat kecemasan yang rendah dari mereka yang tidak menerima dukungan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan pasien di rumah sakit didampingi seorang anggota keluarga atau pendamping selama kunjungan di rumah sakit karena keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan seperti dukungan informasional dengan memberikan informasi mengenai proses yang akan dihadapi oleh pasien pada saat akan dilakukan operasi; dukungan penilaian dengan memberikan support, penghargaan,

dan perhatian kepada pasien; dukungan instrumental dengan menyediakan kebutuhan makan dan minum, dan istirahat sehingga terhindarnya pasien dari kelelahan; dan dukungan emosional dengan cara mendengarkan setiap keluhan yang disampaikan oleh pasien sehingga pasien merasa ada kepercayaan dari keluarga karena setiap keluhannya didengarkan oleh keluarga. Hal ini dilakukan supaya pasien merasa didukung, sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak.

Dari penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Polikinik Mata Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar responden kurang mendukung sebesar 38 responden dari 85 responden (45%). 2. Sebagian besar responden cemas berat (cemas

sedang dan cemas berat/panik) sebanyak 62 responden dari 85 responden (73%).

3. Dari hasil analisa data dengan Chi Square didapatkan variabel dukungan keluarga mempunyai hubungan bermakna dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak (Pvalue = 0,029).

Datar Pustaka

1. Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Jakarta : Rineka Cipta 2. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka

Cipta.

3. Ady Novery, (2011), Penyembuhan Katarak,Penerbit: Salemba Medika

4. Akmam,SM. Azhar Zainal. Katarak dan Perkembangan Operasinya. Cermin Dunia kedokteran.

5. Akhmadi. (2009). Dukungan Keluarga. Diambil tanggal 28 Desember 2012 dari http://www:rajawana.com 6. Arthur, B. (2004). Hipertensi : Faktor Resiko dan

Penatalaksanaan. Diambil Tanggal 29 Desember 2012 dari http//www.Psycology. (3rd ed). New York : McGraw Hill, inc

7. Carpenito, L.J (2009) Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada PraktikKlinis, Penerbit Jakarta : EGC

8. Carpenito, L. J. (2001). Diagnosa keperawatan, Jakarta: EGC.

9. Dempsey & Dempsey, A, (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar Dan Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC.

10. Depkes RI, Perdami, Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) Untuk Mencapai Vision 2020, 2003,1-2

11. Epidemiologi Katarak. Ilham’s _ikm document. Available from : http://scribd.com/doc/20283414/ EPIDEMIOLOGI- KATARAK

12. Friedman, M. (1998). Keperwatan Keluarga: Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta:EGC

13. Hidayat, A.A.A (2007) Metode Penelitian keperawatan Dan Teknik Analisa Data, Penerbit Jakarta : Salemba Medika. Ibid Notoatmodjo, 2007 Riduan, 2007 Indriati, 2011 Hasibuan, 2010

Gambar

Tabel 2  Distribusi Frekuensi Menurut Dukungan  Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien  Pre-Operasi di Poliklinik Mata RSPAD Gatot Soebroto  Jakarta (n=85)

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan IT Governance dalam tesis ini menggunakan kerangka kerja COBIT (Control Objective For Information and Related Technology) versi 4.0, dimana COBIT mempunyai

5.000.000,--(lima juta rupiah), tetapi Pemohon bertekad tetap akan menikah dengan calon suaminya tersebut, maka Pemohon memohon agar Pengadilan Agama menyatakan wali Pemohon

Pada rangkaian ini, logam dicelupkan dalam larutan CUSO 4 , dan logam seng dicelupkan pada larutan ZnSO 4 , dimana kedua elektroda dihubungkan dengan voltmeter, yang berfungsi untuk

Selain motifnya yang unik dan beragam ini, kita juga akan meggunakan bahan kain katun jepang dikarenakan bahannya yang tidak panas, halus/sangat lembut jadi sangat

Parameter dari fungsi produksi stochastic frontier dapat diestimasi dengan menggunakan metode maximum-likelihoodatau metode covariance ordinary least square

Motor stepper berfungsi sebagai acutuator pada joint 1 yang memutar manipulator pada sumbu putar atau titik poros pada bidang datar horizontala. Dudukan

Analisa stuktur menggunakan alat bantu software ETABS v9.7.1 .Tujuan akhir dalam studi perbandingan ini diperoleh sistem rangka bresing konsentrik menggunakan

Par#ny!hia 'Par#nikia1 adalah in$eksi pada lipatan kuku yang diseakan #leh kuman 'akteri1 %trept#k#kus, ditandai dengan pemengkakan lipatan kuku&#34; Par#nikia adalah