• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 35 Keputusan Tingkat Kepentingan Kerentanan Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 35 Keputusan Tingkat Kepentingan Kerentanan Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

167

7 MODEL PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS KEREN TANAN DAN DAYA DUKUNG

7.1 Model Penge mbanga n dan Penge lolaa n PPK Berbas is Kerentanan denga n Analisis Multi Kriteria

Fakor-faktor kerentanan dari faktor kerentanan lingkungan dan kerentanan ekonomi, dilakukan evaluasi stakeholders, untuk menentukan tingkat kepentingan yang paling berpengaruh terhadap kerentanan pulau-pulau kecil. Hasil analisis

stakeholder yang ada, melalui bantuan software Critplus menunjukkan bahwa

faktor lingkungan yaitu faktor ekologi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan pulau-pulau kecil yang dikaji (Gambar 35).

Gambar 35 Keputusan Tingkat Kepentingan Kerentanan Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji

Hasil analisis menunjukkan bahwa kerentanan pulau-pulau kecil yang dikaji sangat dipengaruhi oleh strategi ekologi dengan nilai kepentingan sebesar 0,135 dibandingkan strategi ekonomi sebesar 0,09. Penilaian komponen-komponen dari kerentanan lingkungan dan kerentanan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40 menjelaskan bahwa kriteria kerentanan lingkungan dengan variabel keterbukaan memiliki nilai 0,228, variabel kepekaan dengan skor 0,136, dan variabel kapasitas adaptif memiliki nilai 0,278. Selanj utnya untuk ke rentanan ekonomi, hasil skoring untuk keterbukaan sebesar 0,065, nilai variabel kepekaan sebesar 0,12 dan nilai untuk variabel kapasitas adaptif yaitu 0,173. Hasil pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 40. Hasil pembobotan yang ada menunjukkan nilai pembobotan yang terbesar terdapat pada variabel keterbukaan dengan nilai tertinggi pada komponen sea level rise. Hal ini menunjukkan bahwa komponen sea level rise memiliki pengaruh sangat kuat terhadap kerentanan pulau-pulau kecil yang dikaji. Namun kerentanan pulau-pulau ini akan semakin menurun jika kondisi ekosistem wilayah pulau baik.

(2)

168

Tabel 40 Pembobotan Kerentanan Berdasarkan Analisis MCDM

No Faktor Penilaian Skor

1 Kerentanan Lingkungan a. Keterbukaan

1) Sea Level Rise 0,082

2) Pasang Surut 0,075

3) Tinggi Gelombang Signifikan 0,068

b. Kepekaan

1) Geomorfologi 0,063

2) Kemiringan Permukaan Lahan 0,073

c. Kapasitas Adaptif

1) Jenis Terumbu Karang 0,085

2) Jenis Lamun 0,059

3) Persentase Tutupa n Karang 0,083

4) Kepadatan Lamun 0,054

2 Kerentanan Eko nomi

a. Keterbukaan Ekonomi 0,065

b. Kepekaan

1) Keterpencilan Eko nomi 0,058

2) Dampak Kenaikan Muka Laut 0,062

c. Kapasitas Adaptif

1) Karakteristik Lahan 0,054

2) Teka nan Penduduk 0,062

3) Degradasi lahan 0,057

Jumlah 1

Sumber : Data Primer (2011 )

Faktor kerentanan dengan strategi eko logi ini dilanjutkan dengan melihat faktor- faktor kajian yang sangat berpengaruh terhadap kerentanan pulau-pulau kecil yang meliputi ketersediaan air tawar, kerusakan ekosistem, keterbatasan air tawar, degradasi lahan, laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya paras muka laut dan faktor lainnya dalam simulasi sistem dengan menggunakan analisis prospektif (Gambar 36). Strategi ekologi meliputi kerentanan lingkungan dan strategi eko nomi meliputi kerentanan ekonomi. Dari hasil analisis yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kerentanan lingkungan merupakan faktor yang sangat berperan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil, khususnya yang membutuhka n

(3)

169

pengelolaan yang berke sinambungan. Untuk itu dilakukan implikasi kebijakan berdasarkan faktor kerentanan melalui analisis prospektif.

7.2 Arahan Penge mbangan Pulau-Pulau Kecil Berbas is Kerentanan dan Daya Dukung

7.2.1 Penentuan Variabel Kunci

Pelaksanaan analisis prospektif partisipatif dilakukan melalui temu pakar

(expert meeting). Temu pakar dihadiri oleh 10 orang partisipan. Dalam pertemuan

tersebut, pakar atau partisipan diminta untuk mengidentifikasi variabel kunci yang dianggap paling berpengaruh terhadap k erentanan pulau-pulau kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Dari diskusi yang terjadi antar partisipa n, dicapai suatu ko nsens us untuk menggabung dan membuang sejumlah variabel. Pada akhirnya dari proses ini didapatkan 21 variabel.

Tabel 41 Variabel Kunci Analisis Prospektif No Variabel Kunci 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Sea Level Rise (SLR) Kondisi Ekosistem

Jumlah dan Kualitas Sumberdaya Manusia Peran Pemerintah

Keberadaan Air Tawar Infrastruktur Pertumbuhan Penduduk Ukuran Pulau Angin Kencang Lemahnya pengawasan Abrasi Pemboman Ikan

Penggunaan Alat Tangkap Pembangunan Lahan Bantuan Pemerintah Banjir Degradasi Lahan Keterisolasian Pulau Pencemaran Laut

Kepunahan Sumberdaya Alam

Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan

Variabel yang terdaftar pada Tabel 41 merupaka n hasil diskus i da n konsens us yang dicapai oleh partisipan. Dalam hal ini belum diketahui varibel yang paling menentukan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis kerentanan

(4)

170

dan daya dukung. Sehingga dibutuhkan entri poin lagi dari responden untuk menentuka n tingkat pengaruh antar variabel dan perbedaan dari variabel yang dikaji (Godet and Roubelat 1996; Bourgeois and Jesus 2004). N ilai entri po in yang diperoleh dari model ini dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42 Pengaruh Langsung Komponen-Kompo nen yang Berpe ngaruh

THDP A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U Dari A 1 - 1 - - 1 1 1 1 2 - - 1 2 2 1 1 1 1 B - 2 1 1 - 1 1 1 2 1 - 1 1 2 1 3 2 1 C 1 - 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 2 D 2 - - - - - 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 - E 2 - 1 - - 1 1 1 3 3 1 - 1 3 1 2 1 - F - - 3 2 - - 1 1 - 2 1 2 1 - 2 1 1 2 1 - G - 1 2 - - 1 - - 1 1 1 - - 1 3 2 2 2 1 H 1 - 1 1 - - 1 1 - 2 - 1 - 3 2 1 2 1 I 3 - 1 - 1 2 - - - 2 3 1 - 1 2 1 3 1 J 3 2 2 2 - - 2 - 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 - K 1 2 2 1 2 2 2 - - 2 - 2 1 2 - 1 1 L 2 2 2 2 1 3 3 3 - - 2 3 1 2 - 1 1 M 2 2 2 2 2 1 1 2 2 - 2 1 - - - - - N 1 1 2 2 3 3 - - - - 1 3 1 - - - - - O 1 1 1 1 2 2 2 - - - - - - - - 3 2 P - - - 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 - Q - 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 2 3 1 1 3 2 R 2 - - 2 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 - 2 2 S 3 2 2 1 2 2 2 - - - 1 1 1 2 2 2 2 1 T 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 2 2 1 1 1 1 - U 3 3 3 - 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 Keterangan :

A (SLR), B (Kondisi Ekosistem), C (Ju mlah dan Kualitas SDM), D (Peran Pe me rintah), E (Keberadaan Air Tawa r, F (Infrastruktur), G (Pe rtumbuhan Penduduk), H (Ukuran Pu lau), I (Angin Kencang), J (Le mahnya Pengawasan), K (Abrasi), L (Pe mbo man Ikan), M (Penggunaan Alat Tangkap yang Destruktif), N (Pe mbangunan Lahan), O (Bantuan Peme rintah), P (Banjir), Q (Degradasi lahan), R (Keterisolasian Pulau), S (Pence maran Laut), T (Kepunahan Sumberdaya), U (Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan).

Nilai entri poin Tabel 42 memberikan informasi nilai kekuatan faktor- faktor yang berpengaruh sangat besar terhadap pengelolaan pulau-pulau kecil di wilayah yang dikaji. Kekuatan pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 43. Nilai variabel yang terdapat di Tabel 43 menunjukkan bahwa variabel yang

(5)

171

memiliki pengaruh global terbesar adalah faktor abrasi pantai dengan nilai 29. Berdasarkan nilai tersebut diatas, disimpulkan bahwa faktor yang paling berpe ngaruh da n selalu menjadi keresahan pe nduduk pul au-pul au wilayah yang dikaji adalah terjadinya abrasi pantai.

Tabe l 43 Sko r Penentuan Variabe l ya ng Berpe ngaruh Terhadap Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring

Variabel Pengaruh Global Ketergantungan Global Kekuatan Global Kekuatan Global Tertimbang SLR 19 19 0,02 0,67 Kondisi Ekosistem 22 19 0,02 0,83

Jumlah dan Kualitas SDM 25 20 0,02 0,98

Peran Pe me rintah 20 24 0,03 0,64

Keberadaan Air Ta war 23 18 0,02 0,91

Infrastruktur 20 15 0,02 0,81

Pertu mbuhan Penduduk 19 14 0,02 0,77

Ukuran Pulau 19 25 0,02 0,58

Angin 24 18 0,03 0,97

Le mahnya Pengawasan 28 20 0,03 1,16

Abrasi 29 19 0,03 1,24

Pe mboman Ikan 33 19 0,04 1,48

Penggunaan Alat Tangkap 24 20 0,03 0,93

Pe mbangunan Lahan 20 13 0,02 0,86

Bantuan Pe merintah 16 17 0,01 0,55

Banjir 14 17 0,01 0,45

Nilai entri po in yang diperoleh pada Tabe l 43 dapat digambarkan berdasarkan kuadran faktor yang sangat berpengaruh terhadap sistem yang dikaji (Gambar 36). Partisipa n selanj utnya melakukan eksplorasi secara ko nsensus, untuk menentukan kondisi yang berpeluang terjadi terhadap variabel yang ada untuk 20 tahun kedepa n (sesuai de ngan dimensi wakt u analisis). Eksplorasi terhadap ko ndisi variabe l tersebut, penting dilakukan untuk membangun skenario yang diinginkan (Godet and Roubelat 1996; Bourgeois and Jesus 2004; Gray and

Hatchard 2008; Wiek and Walter 2009; Coates et al. 2010; Durance and Godet 2010, Damai,2011). Hasil analisis prospektif pada Gambar 36 menunjukkan bahwa ada 6 faktor yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan pulau-pulau kecil yang rentan yaitu 1) keberadaan air tawar, 2) jumlah dan kualitas sumberdaya

(6)

172

manusia, 3) Ketersediaan dan daya dukung spasial, 4) Peran pemerintah, 5) kondisi ekosistem dan 6) Kenaikan muka laut (SLR).

Gambar 36 Analisis Prospektif untuk Melihat Tingkat Kepentingan Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

7.2.2 Desain Penge lolaa n Pulau-Pulau Kecil Berbas is Kerentanan dan Daya Dukung

Hasil analisis prospektif menginformasikan bahwa komponen yang berpengaruh besar dengan ketergantungan yang besar adalah komponen pada kuadran 3 dan kuadran 4. Hal ini menunjukkan bahwa kerentanan pulau kecil sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor tersebut, sehingga pengelolaan yang ideal berdasarkan komponen-kompo nen yang berpe ngaruh tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut diatas selanjutnya dibuat identifikasi kemungk inan-kemungkinan yang dapat terjadi dan disesuaikan dengan kondisi eksisting yang telah ada. Kondisi-kondisi yang tergambarkan di masa kini dan masa akan datang dibuat oleh stakeholders dan dicantumkan pada Tabel 44.

SLR Kondisi Ekosistem

Jumlah dan Kualitas SDM Peran Pemerintah Keberadaan Air Tawar Infrastruktur Pertumbuhan Penduduk Ukuran Pulau Angin kencang Lemahnya Pengawasan AbrasiPemboman Ikan Penggunaan Alkap Pembangunan

LahanBantuan Pemerintah

Degradasi Lahan

Keterisolasian PulauPencemaran Laut Kepunahan sumberdaya Ketersediaan dan

Daya Dukung Lahan

-0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 - 0,50 1,00 1,50 2,00 P en gar u h Ketergantungan

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

(7)

173

Tabe l 44 Kondisi Variabel yang Ditetapk an Partisipan Berdasarkan Variabel Kunci yang Memiliki Pengaruh Besar Terhadap Faktor yang Dikaji

No Faktor Keadaan (State)

1 SLR

1A 1 B

Tinggi, Ada Kapasitas Adaptif

Tinggi, Tidak Ada Kapasitas Adaptif 2 Peran Pemerintah 2A 2B 2C Mendukung, Implementasi Efektif Mendukung, implementasi tidak efektif Tidak Mendukung 3 Kondisi Ekosistem 3A 3B 3C Baik, ada konservasi Rusak, ada konservasi Rusak, Tidak ada Konservasi 4 Jumlah dan Kualitas SDM 4A 4B 4C 4D Sedikit, Menunjang Banyak, Menunjang Sedikit, Tidak Menunjang Banyak, Tidak Menunjang 5 Persediaan Air Tawar 5A 5B 5C Melimpah, Tawar Terbatas, Tawar Terbatas. Payau 6 Ketersediaan dan Daya Dukung Lahan 6A 6B 6C 6D Luas, Besar Luas, Tidak

Ada Sempit, Besar

Sempit, Tidak Ada

Faktor kenaikan muka laut (SLR) dicantumkan sebagai variabel yang pertama dengan pertimbangan variabel tersebut adalah faktor alam yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Kondisi yang dapat diminimalisir dengan adanya pengaruh kenaikan muka laut hanya meningkatkan kapasitas adaptif, baik dari ekos istem sebagai lingkungan ataupun dari manusia itu sendiri yang akan memanfaatkan pulau kecil secara berkelanjutan. Faktor kedua yaitu peran pemerintah, dengan kajian sejauh mana peran pemerintah beserta implementasinya dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Faktor ketiga ko ndisi ekosistem, dengan mempertimbangkan keberadaan ekosistem pulau-pulau kecil baik ekosistem karang dan lamun yang ada beserta upaya konservasinya/ rehabilitasinya. Faktor keempat yaitu jumlah dan kualitas sumberdaya manusia (SDM) meliputi jumlah dan kondisi kualitas SDM. Faktor ke lima yang mencakup kondisi air tawar pulau kecil sebagai faktor yang sangat berperan dalam

(8)

174

menunjang kehidupan manusia dan faktor kelima yaitu ketersediaan dan daya dukung spasial meliput i ukuran lahan beserta da ya dukungny a. Hasil variabel yang dibuat partisipa n ke mudian diko mbinasika n oleh selur uh stakeholders untuk memperoleh bentuk ske nario ya ng dimungkinkan terjadi, yang meliputi skenario sangat optimis, optimis, perlu biaya dan skenario pesimis. Hasil skenario yang dibuat oleh stakeholders dapat dilihat pada Tabel 45.

Tabe l 45. Analisis Skenario Stakeholders

Skenario Urutan Faktor Responden JUM LAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Optimis 1A,2A,3A,4A/B,

5A,6A/B 1 2 2 2 4 4 5 4 4 4 32 Optimis 1A/B,2A/B,3A/B, 4A/B,5A/B,6A/C 4 3 3 2 4 3 2 4 3 3 31 Optimis, Perlu Biaya 1A/B,2B/C,3B/C, 4 B/C,5B/C,6B/C 3 4 4 5 2 2 3 1 2 3 29 Pesimis 1B,2C,3C,4C/D, 5C,6C/D 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 8 Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 Keterangan :

1,2 (responden dari Coremap II Kabupaten Pangkep), 3 dan 4 (responden dari MCRMP, 5,6 (responden dari KKP Kabupaten/ KKP Provinsi Sulawesi Selatan), 7,8 (responden dari Bapeda Kabupaten Pangkajene Kepulauan dan Bapeda Provinsi Sulawesi Selatan, 9,10 (tokoh masyarakat (kecamatan/ kelurahan)

Hasil analisis respo nden menunj ukka n skenario sangat optimis memiliki peringkat teratas yaitu sebanyak 32, yaitu dengan kondisi SLR tinggi, ada kapasitas adaptif, peran pemerintah mendukung dengan implementasi yang efektif, kondisi ekosistem baik serta dibarengi upaya konservasi, jumlah manusia sedikit atau banyak dengan kualitas yang menunjang, persediaan air tawar melimpah, ke tersediaan lahan luas dan daya dukung yang besar.

Nilai skenario pesimis memiliki nilai yang terendah denga n nilai 8, denga n kondisi SLR tinggi dan tidak terdapat upaya kapasitas adaptif, peran pemerintah tidak menunjang, kondisi ekosistem rusak dan tidak ada upaya konservasi, jumlah SDM banyak tapi tidak berkualitas, persediaan air tawar terbatas dan tidak memenuhi standar baku mutu air serta ketersediaan lahan sempit dengan daya dukung terbatas.

(9)

175

Berdasarkan analisis stakeholders, kajian pada penelitian ini menggunakan pilihan skenario I (pertama) yaitu skenario sangat optimis dan skenario II (kedua) yaitu skenario op timis.

Kajian yang telah diuraikan diatas menunjukkan pulau-pulau kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring yang memiliki kerentanan tinggi dengan luasan yang terba tas dan tingkat pemanfaatan yang masih memiliki peluang besar, membutuhkan kegiatan pengelolaan pulau-pulau kecil yang terpadu dan berkelanjutan baik secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital (capital maintenance) dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekos istem, memelihara daya dukung lingkungan dan ko nservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan, mob ilitas sosial, ko hesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat (dekratisasi), identitas sosial dan pengembangan kelembagaan. Dari sudut pandang ekologi, pengembangan pulau-pulau kecil membutuhkan strategi berupa keselarasan spasial, pemanfaatan optimal sumberdaya alam, aplikasi bioteknologi yang berwawasan lingkungan, pengendalian pencemaran dan minimasi secara maksimal dampak-dampak lingkungan yang sifatnya berbalik. Untuk itu diperluka n ske nario pe ngelolaan yang holistik seperti berikut :

1. Terkait dengan kenaikan muka laut, perlu diadakan pemantauan, survei dan pengumpulan data yang berkaitan dengan perubahan iklim dan kenaikan muka laut.

(10)

176

2. Formulasikan penyesuaian yang komprehensif dan kebijakan-kebijakan penanganannya untuk kenaikan muka laut dalam keterkaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

3. Perhitungan dampak-dampak dan implikasi- implikasi sosial eko nomi terhadap dasar perubahan iklim, pergantian cuaca serta kenaikan permukaan laut pada pulau-pulau kecil.

4. Memetakan area-area yang rentan terhadap kenaikan muka laut serta peningkatan kesadaran masyarakat akan dampak potensial terhadap perubahan cuaca.

5. Pemanfaatan sumber-sumber energi secara efisien dengan menggunakan metode- metode yang tepat dan sesuai untuk mengurangi dampak-dampak berbaliknya perubahan iklim pada pengembangan yang berkelanjutan dari sumberdaya-sumberdaya yang ada.

6. Penghentian penggunaan bahan peledak, bahan beracun, mencari sumber-sumber alternatif untuk bahan bangunan konstruksi dan kalsium karbonat (untuk mencegah penambangan), tidak melakukan pengerukan atau kegiatan lainnya yang mengganggu sedimen-sedimen dan menyebabkan air berlumpur didekat atau diatas arus untuk kerusakan terumbu karang.

7. Menghindari kerusakan lamun dengan membatasi pencemaran air termasuk praktek-praktek perikanan yang menggunakan trawl dasar yang menggaruk dan merusak eko sistem lamun.

8. Melakukan pengelolaan air tawar, dengan mengembangkan, memelihara dan melindungi daerah-daerah kantong air dan mengintensifka n ko nservasi air dengan melibatkan langsung masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi. Selain itu dipe rluka n upa ya unt uk senant iasa dilakuka n pe mantauan da n respon terhadap dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut terhadap sumberdaya air serta melakukan alih tekhnologi desalinasi air tawar dan pengumpulan air hujan untuk melengkapi kualitas air tawar.

9. Pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil hendaknya memperhatikan aspek daya dukung lingkungan dan kesesuaian spasial, sehingga potensi

(11)

177

sumberdaya hayati yang ada di pulau-pulau kecil dapat dimanfaatkan lebih optimal dan berkelanjutan.

10. Pembangunan pulau-pulau kecil diperlukan perencanaan yang terarah dan terintegrasi, sehingga output pembangunan yang dihasilkan menjadi optimal dan berkelanjutan.

11. Kerangka pembangunan yang dikembangkan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang akan mengelola sebuah pulau-pulau kecil. 12. Masyarakat di pulau-pulau kecil perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi

dalam meningkatkan pembangunan pulau-pulau kecil, ikut memberikan masukan dalam proses pembuatan keputusan dan ikut mengambil bagian dalam memanfaatkan hasil pembangunan di pulau-pulau kecil.

13. Pengembangan sumberdaya manusia di pulau-pulau kecil melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakuka n secara rut in.

Gambar

Tabel 40 Pembobotan Kerentanan Berdasarkan Analisis MCDM
Tabel 42 Pengaruh Langsung Komponen-Kompo nen yang Berpe ngaruh
Tabe l 43 Sko r Penentuan Variabe l ya ng Berpe ngaruh Terhadap Pengelolaan  Pulau-Pulau Kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring
Gambar 36  Analisis Prospektif untuk Melihat Tingkat Kepentingan Faktor yang  Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau

a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi

Dari hasil pengujian tersebut, pemakaian gilsonite resin pada campuran beton aspal akan menurunkan nilai berat jenis bulk campuran aspal, menaikkan nilai VIM dan

Selain itu dengan adanya sistem yang terkomputerisasi diharapkan adanya unsur obyektifitas pengambil keputusan serta dapat meminimalkan humam error, mempercepat

Namun kurangnya dokter hewan yang tidak selalu ada di tempat sehingga dibutuhkan suatu program sistem pakar berbasis desktop yang mampu memberikan diagnosa akan

&edangkan farmakologi topikal dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat mengkonsumsi obat penghambat PDE . "bat topikal dioleskan pada kulit batang penis dan glans

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang remaja mengakses situs pornografi di Kecamatan Jebres Surakarta. Untuk mengetahui habitus perilaku remaja dalam

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa hasil penelitian dengan menerapkan teori Halliday pada jenis kohesi leksikal, dalam novel Memang