• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KAJIAN DAN LITBANG SKALA NASIONAL TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KAJIAN DAN LITBANG SKALA NASIONAL TAHUN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

R

ENCANA

K

AJIAN DAN

L

ITBANG

S

KALA

N

ASIONAL

T

AHUN

2013 - 2018

Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Kajian & Litbang Skala Nasional

Penelitian 13 14 15 16 17 18 A Kajian

Kajian2 permintaan program √ √ √ √ √ √ B Riset skala nasional

1 Riskesdas √ √

2 Total Dietary Study & Food safety √

3 Riskesdas berbasis Penyakit √ √ 4 Rifaskes untuk mendukung BPJS √

5 Ristoja (Riset tumb. obat & jamu) √ √ 6 Rikhus Budaya √ √ √ √ √ √ 7 Rikhus Lingkungan √ √ √ √ √ √

(2)

Kajian & Litbang Skala Nasional

Penelitian 13 14 15 16 17 18 C Pemantauan berkala

1 Kohort √ √ √ √ √ √

2 Climate Change √ √ √ √ √ √ 3 Registrasi vital & penyebab kematian √ √ √ √ √ √ 3 SRS (Sample Registration Syatem) √ √ √ √ √ √ D Riset terobosan berorientasi produk:

1 Riset Vaksin √ √ √ √ √ √

2 Riset Obat Baru (DHP) √ √ √ √ 3 Riset Kit Diagnostik √ √ √ √

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Jakarta, 17 Mei 2013

KESTRINDO

(K

ESEHATAN

T

RADISIONAL

I

NDONESIA

)

(3)

RISTOJA

R

ISET

R

UMBUHAN

O

BAT

& J

AMU

T

AHUN

2012

Kerjasama

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan dengan

25 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia

Hasil Ristoja

• Jumlah informan: 1.183 Hattrindo (Penyehat Tradisional Indonesia)

• Cakupan etnis yang berhasil didatangi: 246 etnis (dari 1.068 etnis di Indonesia) atau sekitar 20%

• Area: meliputi 182 kab dalam 26 provinsi di luar Jawa-Bali

• Jawa Bali tidak disurvei karena sudah banyak data tumbuhan obat dan jamu

(4)

Nama Tumbuhan

• Nama lokal: 24.927 nama tumbuhan obat • Dari sejumlah itu baru 6.347 spesimen

yang telah berhasil diidentifikasi  Didapatkan 933 jenis tumbuhan:

– 609 teridentifikasi sampai tingkat species – 324 teridentifikasi sampai tingkat famili • Sisanya masih dalam proses identifikasi • Masih ada yang melarang peneliti

membawa tanaman dan ramuan

Ramuan hasil Ristoja

• Jumlah ramuan: 13.665 jenis ramuan

• Rata-rata tiap penyehat tradisional (hattra) memiliki 11-12 ramuan

• Ada penyehat tradisional (hattra) yang mempunyai 313 ramuan jamu

• Sebagai contoh, jenis dan jumlah

tumbuhan/ramuan yang diklaim untuk penyakit HIV/AIDS, TB dan Malaria adalah

(5)

Ramuan yang diklaim untuk HIV/AIDS

Terdapat 24 ramuan untuk HIV/AIDS dari 5 provinsi

No Provinsi Ramuan Keterangan

1 Bengkulu 1 ramuan

2 NTT 15 8 diantaranya tumbuhan

tunggal

3 Kaltim 1 tumbuhan tunggal

4 Papua Barat 6 5 diantaranya tumbuhan

tunggal

5 Papua 1 ramuan

Ramuan yang diklaim untuk TBC

No Provinsi Ramuan Keterangan

1 Riau 1 tunggal

2 Bengkulu 6 3 ramuan, 3 tunggal

3 NTB 2 1 ramuan, 1 tunggal

4 NTT 21 10 ramuan, 11 tunggal

5 Kalbar 2 tunggal semua

6 Kalteng 2 tunggal semua

7 Kaltim 6 tunggal semua

(6)

No Provinsi Ramuan Keterangan

8 Sulut 6 1 ramuan, 5 tunggal

9 Sulteng 7 1 ramuan, 6 tunggal

10 Sultra 1 tunggal

11 Gorontalo 1 tunggal

12 Sulbar 6 3 ramuan, 3 tunggal

13 Maluku 3 tunggal

14 Malut 3 tunggal

15 Papua 1 tunggal

Ramuan yang diklaim untuk TBC (lanjutan)

No Provinsi Ramuan Keterangan

1 Aceh 4 2 ramuan, 2 tunggal 2 Sumut 17 5 ramuan, 12 tungga

3 Sumbar 1 ramuan

4 Riau 6 1 ramuan, 5 tunggal 5 Jambi 13 6 ramuan, 7 tunggal 6 Sumsel 22 5 ramuan, 17 tunggal 7 Bengkulu 39 17 ramuan, 22 tunggal 8 Lampung 15 4 ramuan, 11 tunggal

Ramuan yang diklaim untuk Malaria

(7)

No Provinsi Ramuan Keterangan 11 NTT 17 4 ramuan 13 tunggal 12 KalBar 30 2 ramuan, 28 tunggal 13 Kalteng 10 3 ramuan, 14 tunggal 14 Kalsel 17 3 ramuan, 14 tunggal 15 Kaltim 23 semua tunggal 16 Sulut 17 4 ramuan, 13 tunggal 17 Sulteng 16 semua tunggal 18 Sulsel 7 semua tunggal

Ramuan yang diklaim untuk Malaria (Lanjutan)

No Provinsi Ramuan Keterangan 19 Sultra 19 semua tunggal 20 Gorontalo 10 2 ramuan, 8 tunggal 21 Sulbar 9 semua tunggal 22 Maluku 42 8 ramuan, 34 tunggal 23 Malut 8 Semua tunggal 24 Papua Barat 45 4 ramuan, 41 tunggal 25 Papua 55 2 ramuan, 53 tunggal

(8)

Tingkat Pendidikan Informan 19,8 27,1 25,7 2,6 9,3 1,8 9,8 0,4 3.9

Kesehatan Tradisional Indonesia

(Kestrindo)

Ruang lingkup:

• Jamu (herbal tunggal maupun ramuan) • Ketrampilan (pijat, spa, kecantikan) • Doa (Sholat tahajut – kesehatan) Tingkatan upaya kesehatan:

• Promotif-preventif • Kuratif - rehabilitatif

(9)

Kekuatan Kestrindo

• Inti kekuatan pada SDM (Sumber Daya Manusia)

• Penyehat Tradisional Indonesia (Hattrindo) harus terdidik dan menguasai “body of knowledge” Kestrindo (konsepnya sudah ada bahkan kurikulum sudah dibuat) • Perlu Pendidikan S-1 Hattrindo

– Akademisi  UNAIR – Vokasi  Poltekkes Solo

Kekuatan Kestrindo

• SDM kuat  mampu mengembangkan Kestrindo baik tumbuhan obat, ramuan, ketrampilan dan doa

• Mengangkat Kestrindo sejajar dengan kedokteran konvensional

• Diangkat sebagai produk kebanggaan bangsa  kebangkitan jati diri bangsa • Regulasi: RPP Kesehatan Tradisional

(10)

Produk pertama Jamu Tersaintifikasi

• Ada 2 Ramuan Jamu Tersaintifikasi: – Jamu Anti Hipertensi Ringan

– Jamu Anti Hiper-urisemia

• Dinyatakan pada tanggal 31 Januari 2013 di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu • Sekarang dalam proses paten

• PT Kimia Farma akan memproduksi ke 2 jamu tersaintifikasi tersebut

(11)

Jamu tersaintifikasi: Hiper-urisemia

Antrian Saintifikasi Jamu

1. Haemorrhoid

2. FAM (Fibro Adenoma Mammae) 3. Osteo-arthritis 4. Dispepsia 5. Asma 6. Urolitiasis 7. Hepato-protektor 8. Immuno-modulator

(12)

Rekomendasi

• Peningkatan SDM kunci pengembangan Kestrindo, segera diperkuat pendidikan bagi Hattrindo (Penyehat Tradisional Indonesia) • Hattrindo harus berpendidikan setara S1,

perintis: UNAIR dan Poltekkes Solo • Segera dilakukan kesepakatan “body of

knowledge” Kestrindo dan diterapkan pada pendidikan Hattrindo

• Bisa digunakan untuk identitas jati diri bangsa

STUDI PENAPISAN PENYULIT

KEHAMILAN DENGAN

ULTRASONOGRAFI OLEH

BIDAN PUSKESMAS DI

KABUPATEN BOGOR, JAWA

BARAT

Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat – Badan LitBangKes Kem.Kes. dan Dinas

(13)

Studi Kohort

Penyakit Tidak Menular

Proporsi responden dg sindrom metabolik

Studi Kohor Bogor 2012

Sindrom Metabolik Proporsi (%)

• TGT puasa > 100mg/dL 7,1% • TGT 2 jam pp > 140 mg/dL 19,3% • Kolesterol total > 200 mg/dL 49,0% • LDL > 100 mg/dL 80,3% • HDL <40 mg/dL (L) & < 50 mg/dL (P) 56,2% • Trigliserida > 150 mg/dL 18,5% • Hipertensi ≥ 140 mmHg (S),≥ 90 mmHg (D) 19,0% • Obesitas IMT > 27 42,5%

(14)

Proporsi responden menderita PTM utama

Studi Kohor Bogor 2012

PTM utama Proporsi

(%)

Umur termuda

• Peny. Jantung Koroner (EKG) 21,7% 31 th • DM (glukosa 2 jam pp) 8,8% 26 th • Strok (pemeriksaan dr. syaraf) 1,6%

• PPOK (fungsi paru/spirometri) 5,5% 40 th • Ca cervix • IVA positif 0,1% 1,8% 48 th 26 th • suspek Ca mammae (Tumor)

(CBE/USG)

1,7% 25 th • suspek Ca paru (Ro thorax) 1,9% 27 th

HASIL FOLLOW UP

(15)

DATA/VARIABEL

INTERVAL WAKTU FOLLOW UP

Awal FU 1 FU 2 FU 3 FU 2 th

Identitas dan Sosio demografi X X

F. Perilaku (merokok, pola diet, aktifitas,

stres) X

X X

F.Fisik (TB,BB, LP, ekanan darah) X X X X X F. Biomedis (glukosa, kolesterol) X X X F. Fisiologi (EKG, sprirometri, Foto Thorax,

USG,, CBE, IVA) X

X

F. Genetik (DNA) X X

F. Lingkungan (tempat tinggal dan kerja) X X

Kesakitan PTM X X X X

Kematian PTM X X X X X

Riwayat penyakit keluarga X X

Riwayat pengobatan X X X X X

INSIDEN HIPERTENSI PADA SETIAP FOLLLOW UP

FOLLOW UP JML SAMPELSEHAT

HIPERTENSI

JML %

FU 1 1280 73 5,7

FU 2 1178 96 8,1

FU 3 889 18 2,0

Ket: FU: Follow up 3 kali dalam 1 th

(16)

Insiden PTM (morbiditas/di rawat dan mortalitas) selama follow up 3 kali dalam setahun

Ket: FU: Follow up

PTM Utama Jml sampel sehat Morbiditas Mortalitas Jml FU1 FU2 FU3 FU1 FU 2 FU3

Strok 1863 1 2 2 - 1 1 7 Jantung 1853 - 1 1 - 1 1 4 PPOK 1133 - - - - 1 - 1 DM 1737 - 1 - - - - 1 Ca Paru 1884 - - - -Ca Servik 969 - - - -Ca mam. 1030 - - -

-PENELITIAN

KOHOR TUMBUH KEMBANG ANAK

PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN MASYARAKAT

(17)

Ibu Hamil: Tinggi Badan

57,2 57,4 51,4 26,1 56,3 42,8 42,6 48,6 73,9 43,7 0 10 20 30 40 50 60 70 80 < 20 20 - 24 25 - 29 30 - 34 ≥ 35 < 150 cm ≥ 150 cm Umur 20 keatas : 47,8 % dg TB < 150 cm %

Ibu Hamil: Berat Badan Pra

hamil

96,3 42,5 18,6 12,6 11 9,7 57,1 81,4 87,4 89 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 < 20 20 - 24 25 - 29 30 - 34 ≥ 35 < 45 kg ≥ 45 kg Umur 20 keatas : 21,2 % dg BB PH < 45 kg

(18)

Ibu Hamil: Pertambahan Berat

Badan (kg)

Minggu Minggu

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Tinggi Badan Ibu Hamil (cm)

1,3 kg 1,3 kg

(19)

(kg) vs Berat Badan Pra Hamil (kg)

Minggu

1,4 kg

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Indeks Massa Tubuh

Minggu

(20)

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Konsumsi Energi

Minggu

1,5 kg 1,5 kg

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Konsumsi Protein

(21)

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Konsumsi Zat Gizi Mikro

1,5 kg

Bayi 0 – 1 Bulan: Kondisi Lahir

RERATA SD APGAR ATAS 7,2 1,1 APGAR BAWAH 7,8 1,4 BERAT LAHIR 3240 526 PANJANG LAHIR 48,9 1,8 LNGKAR KEPALA 33,5 1,5 LINGKAR DADA 33,6 2,2

(22)

Proporsi Berat Bayi Lahir Rendah

71,5 28,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Normal < 3000 gr %

Proporsi Bayi Lahir Pendek

71,9 28,1 10 20 30 40 50 60 70 80% 61,8 38,2 10 20 30 40 50 60 70%

(23)

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Berat Badan Bayi (kg)

Minggu

2,0 kg

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

(kg) vs Panjang Badan Bayi (cm)

Minggu

(24)

B

IO

-

LARVASIDA

B. T

HURINGIENSIS STRAIN

S

ALATIGA

P

RODUKSI

B

ALAI

B

ESAR

P

ENELITIAN

&

P

ENGEMBANGAN

V

EKTOR

& R

ESERVOIR

P

ENYAKIT

(B2P2VRP) S

ALATIGA

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan

Latar Belakang

Bacillus thuringiensis

H-14 (biasa disingkat

Bt

H-14) dapat memproduksi kristal protein toksin (delta–endotoksin) selama proses sporulasi.

• Mempunyai daya racun yang tinggi dan bersifat target spesifik thd larva nyamuk • Ikan, serangga air lainnya tidak

terpengaruh, tidak toksik terhadap lingkungan, aman bagi vertebrata

(25)

Latar Belakang

• Yang ada di pasaran: Vectobac 12 AS (cair) dan Vectobac G (granul), buatan Cuba

B. thuringiensis

H-14 strain Salatiga telah

diisolasi dengan mudah dari habitat tanah di laboratorium B2P2VRP Salatiga 

efektif mengendalikan larva

An. Aconitus

(96,80%),

Ae. aegypti

(94,70%) dan

Cx. quinquefasciatus

(93,30%) selama

24 jam

Morfologi

B. thuringiensis

H-14 strain Salatiga

(26)

Pengamatan spora & kristal B. thuringiensis H-14 menggunakan mikroskop (perbesaran 1000 kali)

(27)

Efektifitas

• Bt H-14 liquid (cair) strain Salatiga yang dikembangbiakan dalam buah kelapa, efektif menurunkan kepadatan larva Anopheles >70 % selama 22 hari di Kampung Laut melalui

partisipasi masyarakat

• Bt H-14 powder (bubuk) strain Salatiga

konsentrasi 1 mg/10 lt air efektif menurunkan kepadatan larva Aedes aegypti >80 % (87,40 – 100 %) pada TPA (bak mandi dan drum)

selama 14 hari

Sediaan baru

K

K

K

Kristal protein toksin (delta endotoksin)

(28)

Proses ekstraksi

• Kristal protein toksin (delta endotoksin)

Bt

H-14 strain Salatiga diperoleh dengan cara

– Produksi kristal – Ekstraksi kristal – Pencucian kristal • Hasil: – Ukuran kristal 0,5 – 1 µm – Ukuran spora 1 – 5 µm – pH ekstraksi 7 – 7,3.

Efektifitas kristal delta toksin

• Pengujian di Laboratorium (WHO, 1989): • Efektif mematikan jentik

An. maculatus

(LC50=0,15 ppm) dan

An. aconitus

(LC50=1,18 ppm)  lebih efektif dibanding

Bt

luar negeri thd jentik

An. aconitus

 (LC50=3,58 ppm)

• Dapat menurunkan kepadatan larva

An.

maculatus

> 80 % selama 5 hari pada

(29)

Paten

• Sudah didaftarkan untuk mendapatkan paten ke Kemenkumham

• Terdaftar nomer: P00201100851 atas nama Balitbangkes Kemkes

• Inventor: Ibu Blondine, peneliti senior pada B2P2VRP Salatiga

Keunggulan Bio-larvasida

Bt

H-14

1. Praktis

2. Sederhana

3. Murah harganya

4. Bisa disimpan dalam waktu lama

5. Ramah lingkungan

Cocok untuk era post-MDGs:

sustainable development

(30)

Rekomendasi

1. Sudah saatnya untuk memproduksi bio-larvasida buatan Indonesia dengan skala industri  mencintai produk sendiri

2. Balitbangkes bisa memproduksi untuk skala laboratorium, untuk skala industri  perlu kerjasama dengan BUMN (PT Indofarma atau PT Kimia Farma)

3. BUMN memproduksi, Kemkes membeli untuk perogram, Litbang mendapat

royalti untuk peningkatan dana penelitian

S

TUDI

P

ENAPISAN

P

ENYULIT

K

EHAMILAN DENGAN

U

LTRASONOGRAFI OLEH

B

IDAN DAN

D

OKTER

P

USKESMAS

DI

K

AB

. B

OGOR

P

ROV

. J

AWA

B

ARAT

Kerja sama antara Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat – Badan Litbangkes dengan Dinas Kesehatan Kab. Bogor, Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat

(31)

Latar Belakang

• Studi ini dilakukan untuk mencari terobosan upaya penurunan AKI, AKB dan AKNeonatal • Aplikasi hasil studi: di DTPK dengan tenaga

kesehatan minimal

• Salah satu cara pencegahan komplikasi kehailan, persalinan & nifas: deteksi dini

 diharapkan penanganan pasien lebih terencana dengan baik

 mengurangi angka kematian ibu, perinatal maupun neonatal.

Tujuan

• Tujuan Umum: melatih para bidan dan dokter Puskesmas di Kabupaten

Bogor, Propinsi Jawa Barat untuk

menggunakan Alat Ultrasonograph pada ruang lingkup Obstetri/Kebidanan secara terbatas untuk mendeteksi penyulit

(32)

Disain Studi

• Disain: Studi Intervensi dengan kontrol • Lokasi: 10 Puskesmas Intervensi dan 10

Puskesmas Kontrol yang dipilih berpasangan agar mempunyai karakteristik yang sama • Rumah Sakit Rujukan ditetapkan sesuai lokasi

Puskesmas

• Studi dilakukan prospektif dengan mengamati para ibu hamil yang termasuk dalam studi • Waktu: September 2011 – Mei 2013

• Perekrutan ibu hamil : mulai September 2011

Prosedur studi

Puskesmas Intervensi USG – 1 (trimester 1-2) USG – 2 (34 mg) Kematian Janin Gemeli/Kembar Plasenta Praevia (USG ulang 34 mg) Mal-presentasi (USG ulang 34 mg) Rumah Sakit Bumil

(33)

USG yang dipergunakan

• Venue-40 untuk dipergunakan di fasilitas kesehatan (RS dan Puskesmas)

• Vscan untuk dipergunakan di

Polindes, Posyandu atau di masyarakat • Setiap Puskesmas Intervensi akan

dipinjamkan 1 alat Venue 40 dan 1 alat Vscan • Balitbangkes menyimpan 2 Venue-40 dan 2

Vscan sebagai cadangan

• Sistem repair & maintenance alat akan diurus oleh GE

(34)

VSCAN

Daftar Puskesmas

Puskesmas Intervensi 1. Gunung Putri 2. Cimandala 3. Tajur Halang 4. Kelapa Nunggal 5. Ciampea 6. Cibungbulang 7. Ciawi 8. Caringin 9. Cigombong Puskesmas Kontrol 1. Cibinong 2. Bojong Gede 3. Rancabungur 4. Babakan Madang 5. Pamijahan 6. Ciomas 7. Leuwiliang 8. Cisarua 9. Dramaga

(35)

HASIL SEMENTARA

(36)

Komplikasi pada pemeriksaan 1

GM : Gemelli/Multiple Gestation PP : Placenta Praevia

MP : Malpresentation

IUFD: Intra Uterine Foetal Death

(37)

Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan

Hasil Pemeriksaan Bidan

Rekomendasi

• Penggunan USG mini amat bermanfaat untuk deteksi dini komplikasi kehamilan dan bisa menurunkan angka kematian bayi

• Segera diterapkan untuk DTPK dengan tenaga kesehatan yang terbatas

• Mendorong pengusaha alkes dalam negeri untuk menciptakan USG mini buatan

(38)

Referensi

Dokumen terkait

1. Rujukan yang digunakan sebagai acuan Dalam menyusun RAKB ini, Perseroan merujuk kepada POJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi

Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi jenis pesawat sederhana yang digunakan dalam tayangan slide tersebut2. Guru memberikan kesempatan untuk

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa ndonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional

Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel plasma,

Selain itu, dukungan manajerial juga menjadi faktor penting dalam implementasi SIMRS karena semua program yang berlaku berasal dari pihak manajerial, begitu

aRmada baRU: Hanya dengan Rp 25 ribu/trip, penumpang bisa merasakan kabin yang nyaman dalam perjalanan wisatanya ke Pantai Selatan. Selain reclining set, armada ini juga sudah

Pembentukan perilaku ibadah seseorang secara eksternal bisa dibentuk melalui bimbingan agama Islam kepada orang tersebut, karena bimbingan agama Islam dapat membantu

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dan sesuai Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995, dianggap perlu untuk mengatur Pelaksanaan Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara