• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN FULL.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA ACUAN KEGIATAN FULL.docx"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BIAS

PUSKESMAS BANYUANYAR

TAHUN 2016

(2)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN BIAS

A. PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya pembinaan anak usia sekolah melalui Usaha kesehatan Sekolah (UKS). UKS dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan,dan prestasi belajar melalui prilaku hidup bersih dan sehat, menciptakan lingkungan yang sehat serta meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah. Salah satu strategi pemerintah untuk meningkat derajat kesehatan anak sekolah yaitu dengan pemberian imunisasi pada anak sekolah.

B. LATAR BELAKANG

Tujuan global program imunisasi dalam waktu dekat adalah Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), Reduksi Campak (RECAM) dan Eradikasi Polio (ERAPO). Untuk mempercepat tercapainya MNTE maka setiap Wanita Usia Subur (WUS) diharapkan telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 dosis, Pemberian Imunisasi DT dan Td pada anak sekolah dasar atau sederajat merupakan rangkaian upaya mencapai status T5 bagi setiap indifidu, sedangkan untuk tercapainya reduksi campak maka tidak hanya imunisasi campak rutin saja yang diberikan kepada bayi tetapi ada juga dosis tambahan (booster) yang diberikan pada anak sekolah dasar.

Pada tahun 1997 Kementrian Kesehatan telah mencanangkan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) melalui keputusan bersama 4 menteri yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasionan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.

Pada pelaksanaan BIAS, anak kelas 1 akan mendapatkan Campak dan DT sedangkan anak kelas 2 s/d kelas 3 akan mendapat suntikan Td

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan program BIAS harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

Pemeriksaan BIAS merupakan kegiatan melibatkan semua petugas Puskesmas. Sedangkan dengan lintas sektoral bekerjasama dengan SD di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar.

D. TUJUAN

(3)

Memberikan perlindungan jangka panjang bagi anak sekolah terhadap penyakit Tetanus, Dipteri dan Campak.

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit Campak seumur hidup

b. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit dipteri selama 10 Tahun

c. Diperolehnya Perlindungan bagi anak terhadap penyakit tetanus selama 25 tahun

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pelaksanaan BIAS

2. Pemberian imunisasi

Sasaran Jenis imunisasi

Kelas 1 SD Campak, Dt

Kelas 2 SD Td

Kelas 3 SD Td

F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Pemberian Imunisasi pada anak SD 2. Kunjungan ke SD

G. SASARAN

1.Anak SD Kelas 1, 2 dan 3

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN N

o Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pelaksanaan BIAS v v

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN a. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Tribulan ke-empat

(4)

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

c.Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(5)
(6)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

IMUNISASI

PUSKESMAS BANYUANYAR

TAHUN 2016

(7)

KERANGKA ACUAN KERJA IMUNISASI

A. PENDAHULUAN

Puskesmas adalah unit kerja terdepan pelaksana program imunisasi di masyarakat. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

B. LATAR BELAKANG

Menurut Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan untuk mencapai MDGs khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.

Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Imunisasi terbukti efektif, dengan imunisasi penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,Tetanus,Hepatitis B, Meningitis dan Pneumonia.

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan program Imunisasi harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

a. Kelurahan

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

b. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

- Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan c. Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing d. Program KIA dan Gizi

Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN

(8)

Turunnya angka kesakitan,kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 90% secara merata pada bayi di seluruh desa / kelurahan pada tahun 2016

b. Mencegah droup out imunisasi rutin yang terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.

c. Pengelolaan rantai vaksin dan vaksin yang baik

d. Pelaksanaan pelayanan imunisasi dan pencatatan pelaporan yang baik e. Pelaksanaan penyuntikan yang aman

f. Pemantauan KIPI

g. Membangun dukungan masyarakat E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. Imunisasi dasar

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT- HB-HiB 1, Polio 2 3 bulan DPT- HB-HiB 2, Polio 3 4 bulan DPT- HB-HiB 3, Polio 4

9 bulan Campak

2. Imunisasi lanjutan

Umur Jenis

18 bulan DPT-HB-HiB

24 bulan Campak

3. Imunisasi lanjutan pada WUS

Status imunisasi Interval minimal pemberian Masa perlindungan

TT1 -

-TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT4 Lebih dari 25 tahun F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Pelayanan imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan batita dilaksanakan di Pukesmas Induk , Puskesmas Pembantu, PKD dan Posyandu sesuai jadwal di wilayah masing-masing.

G. SASARAN

1. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum usia 1 tahun 2. Imunisasi lanjutan:

(9)

b. anak usia sekolah dasar c. wanita usia subur

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Didalam Gedung

a.Puskesmas Induk

Pelaksanaan Jenis Imunisasi

Tiap Hari TT

Tiap hari selasa DPT-Hb-Hib, polio Selasa minggu keempat Imunisasi lengkap

b.Puskesmas Pembantu

Pelaksanaan Jenis Imunisasi Tiap tanggal 23 Imunisasi lengkap

c. Puskesmas Pembantu

Pelaksanaan Jenis Imunisasi Rabu minggu keempat Imunisasi lengkap

d.Puskesmas Pembantu

Pelaksanaan Jenis Imunisasi Tiap hari kamis DPT-Hb-Hib, polio Kamis minggu pertama Imunisasi lengkap 2. Diluar Gedung

No Desa Tanggal Pelaksanaan Jenis Imunisasi 1 Tiap tanggal 23 Imunisasi Lengkap 2 Tiap tanggal 23 Imunisasi Lengkap 3 Tiap tanggal 16 Imunisasi Lengkap 4 Tiap tanggal 27 Imunisasi Lengkap 5 Tiap tanggal 20 Imunisasi Lengkap 6 Tiap tanggal 21 Imunisasi Lengkap 7 Tiap tanggal 20 Imunisasi Lengkap 8 Tiap tanggal 21 Imunisasi Lengkap 9 Tiap tanggal 25 Imunisasi Lengkap

NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 IMUNISASI

(10)

2 IMUNISASI

BOSTER v V v v V v v V v v v V

3 IMUNISASI

WUS v V v v V v v V v v v V

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Setiap akhir bulan bidan desa melaporkan data pencapaian hasil dari pelaksanaan masing masing program/ kegiatan.

Koordinator Imunisasi merekapitulasi dari seluruh pelaporan dalam wilayah puskesmas kemudian sesuai jadwal untuk bersama diolah, dianalia , di evaluasi Di buat RTL.

Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalitan data.

Membuat evaluasi SEBULAN SEKALI pencapaian setiap sasaran berdasarkan target setiap indikator program .

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(11)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELAPORAN KIPI

PUSKESMAS BANYUANYAR

TAHUN 2016

(12)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAPORAN KIPI

A. PENDAHULUAN

Reaksi KIPI imunisasi Campak yang banyak dijumpai dengan gejala demam yang lebih dari 39,50C yang terjadi pada 5-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Penyuntikan BCG yang benar akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 3 minggu setelah imunisasi. Ulkus akan sembuh 2-3 bulan dan meninggalkan Parut bulat dengan diameter 4-8mm. Apabila Dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul terlalu besar, dan apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik kedalam.

KIPI imunisasi DPT diantaranya kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi penyuntikan. Bayi akan menderita demam ringan, sering gelisah dan menangis terus-menerus selama beberapa jam pasca suntikan. Kasus poliomielitis yang berkaitan dengan vaksin telah dilaporkan terjadi pada resipien. Diperkirakan terdapat 1 kasus lumpuh pasca imunisasi polio yang berkaitan dengan vaksin pada setiap 2,5 juta dosis Oral Polio Vaccine (OPV) yang diberikan

B. LATAR BELAKANG

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Vaksin mutakhir aman tetapi bukan tanpa resiko maka sebagian orang dapat mengalami reaksi setelah imunisasi yang bersifat ringan bahkan sampai mengancam jiwa.

KIPI merupakan kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitasi, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, maupun kesalahan program koinsiden, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yag tidak dapat di tentukan.

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan kegiatan pelaporan KIPI harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

(13)

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

f. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

- Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan g. Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing h. Program KIA dan Gizi

Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN

1. Tujuan umum

menjaganya keamanan dan keselamatan individu terhadap pasca imunisasi

2. Tujuan khusus

a. Mendeteksi dini kasus KIPI atau di duga KIPI dengan cepat dan tepat b. Merespon kasus KIPI atau diduga kasus kipi dengan cepat dan tepat. c. Mengurangi dampak negatife imunisasi terhadap kesehatan individu

dan terhadap proram imunisasi E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. Pemantuan KIPI

Pemantauan kasus KIPI pada dasarnya terdiri dari kegiatan penemuan kasus, pelacakan kasus, analisis kejadian, tindak lanjut kasus, pelaporan dan evaluasi.

2. Penanggulangan KIPI

Menganalisis hasil pelacakan untuk menilai klasifikasi kasus dan di coba mencari penyebabnya kasus tersebut. Dengan adanya data kasus, maka pada kasus ringan penanggulangan dapat diselesaikan oleh puskesmas dan memberikan pengobatan segera. Apabila kasus tergolong berat, harus segera di rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pemberian obat segera

F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Surveilans KIPI

2. TIM KIPI meliputi masyrakat dan petugas kesehatan puskesmas G. SASARAN

1. Setiap individu yang telah menerima imunisasi H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Di laporan setiap bulan dan di pantau setiap setelah pemberian imunisasi

N o Kegiatan BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 11 12 1 Pemantau KIPI v v v v v V v v v v v v

(14)

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Setiap akhir bulan bidan desa melaporkan data pencapaian hasil dari pelaksanaan masing masing program/ kegiatan.

Membuat evaluasi SEBULAN SEKALI pencapaian setiap sasaran berdasarkan target setiap indikator program .

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(15)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PIN POLIO

PUSKESMAS BANYUANYAR

TAHUN 2016

(16)
(17)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PIN POLIO

A. PENDAHULUAN

Indonesia telah dinyatakan bebas polio bersama dengan Negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan maret 2014. Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut, dan sebagai bagian melaksanakan komitmen mewujudkan Dunia Bebas Polio, Indonesia perlu memperkuat pelaksanaan program imunisasi rutin polio. PIN Polio adalah pemberian imunisasi tambahan polio kepada balitatanpa memandang status imunisasi polio sebelumnya. Tujuan PIN Polio antara lain mengurangi resiko penularan virus polio yang dating dari negara lain, memastikan tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit polio cukup tinggi dan memberikan perlindungan secara optimal serta merata pada balita terhadap kemungkinan munculnya kasus polio.

B. LATAR BELAKANG

Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang terbukti sangan cost

efffective. Banyak kematian yang di sebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi Penyakit Polio merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus Polio.Secara klinis penyakit polio adalah anakdibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut.Penyebaran penyakit ini melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan pada minggu pertama sakit. Kemudian bisa terjadi karena kelumpuhan otot pernafasan yang tidak ditangani segera.

Berdasarkan Analisa para ahli didapat data yang menunjukkan cakupan imunisasi Polio dosis keempat nasional telah melebihi 90% namun tidak merata diseluruh provinsi dan Kabupaten/Kota. Dengan demikian para ahli merekomendasikan agar dilaksanakan PIN Polio dengan sasaran balita (anak usia 0-59 bulan) untuk memberikan perlindungan optimal bagi seluruh anak terhadap virus polio.

(18)

Pelaksanaan kegiatan PIN Polio harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

a Kelurahan

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

b TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

- Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan c Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing d Program KIA dan Gizi

Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita

D. TUJUAN

1. Tujuan umum

Tercapainya eradikasi polio di dunia pada akhir tahun 2020 2. Tujuan khusus

a. Mengurangi resiko penularan virus polio yang dating dari negara lain. b. Memastikan tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit polio cukup

tinggi

c. Memberikan perlindungan secara optimal dan merata pada balita terhadap kemungkinan munculnya kasus polio

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Pelaksanaan PIN polio pada bulan maret F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Pemberian imunisasi polio tambahan dapat diperoleh di Posyandu,Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Rumah sakit serta Pos PIN G. SASARAN

Sasaran PIN polio adalah semua anak usia 0 s.d 59 bulan tanpa memandang status imunisasi.

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N

o Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 11 12 1 Pelaksanaan PIN polio V

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi dilakukan setiap setelah selesai pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung jawab kegiatan program Imunisasi, apabila terdapat

(19)

ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Akhir tri bulan pertama

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(20)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PWS KIA

PUSKESMAS BANYUANYAR

TAHUN 2016

(21)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PWS KIA

A. PENDAHULUAN

Pembangunan Kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanuasian, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap upaya terobosan yang didukung oleh kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksanaan program KIA.

B. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Neonatus, Angka Kematian Bayi, dan Angka Kematian Balita merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat, AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan 39 %, eklamsia 20 %, infeksi 20-25 %, dan karena penyebab yang lainnya. Demikian halnya dengan kematian bayi, balita masih sebesar 56 per 10.000 kelahiran hidup. Penyebab terbanyak dari kematian bayi adalah asfeksia neonatorum 50 – 60 %, infeksi 20 – 25 % dan trauma persalinan 5 – 10 %.

Berbagai upaya dalam pelayanan di KIA telah dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menekan angka kematian dan kesakitan ibu, angka kematian dan kesakitan bayi dan balita. Untuk itu berdasarkan hal diatas masalah yang dihadapi tentang tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi dan balita, diperlukan upaya – upaya peningkatan pelayanan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Peningkatan sumber daya petugas kesehatan dan juga peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan.Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing – masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Dengan PWS KIA dapat memantau cakupan pelayanan KIA.

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan program PWS KIA harus dilakukan secara profesional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

(22)

i. Kelurahan

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

j. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

- Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan k. Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing l. Program Promkes

Menyediakan media terkait pelaksanaan kegiatan

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus di wilayah kerja Puskesmas

2. Tujuan Khusus

a. Memantau pelayanan KIA

b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur dan terus menerus.

c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standart pelayanan KIA d. Menentukan sasaran dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara

intensif berdasarkan besarnya kesenjangan

e. Merencanakan tindak lanjut dengan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

f. Meningkatkan peran serta Lintas Program dan Lintas Sektor E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Monitoring dan Evaluasi PWS KIA F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Melakukan diskusi kelompok / FGD

G. SASARAN 1. Kader

2. Lintas Program 3. Lintas Sektor

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 11 12

1 PWS KIA V V V V

I. EVALUASI PELAKSANA DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Koordinator KIA dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh koordinator KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab

(23)

UKM Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap akhir tri bulan

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(24)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PWS IMUNISASI

PUSKESMAS BANYUANYAR

(25)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PWS IMUNISASI

A. PENDAHULUAN

Puskesmas adalah unit kerja terdepan pelaksana program imunisasi di masyarakat. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

B. LATAR BELAKANG

Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya menurunkan angka kematian pada bayi. Program imunisasi merupakan upaya preventif yang telah terbukti sangat cost efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan pada bayi dan balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program imunisasi dapat mencegah lebih dari 2.5 juta anak meninggal setiap tahun.

Agar tujuan program imunisasi tercapai, maka diperlukan cakupan imunisasi dasar rutin yang tinggi dan merata di setiap desa serta pelayanan imunisasi yang berkualitas. Untuk memantau cakupan imunisasi yang tinggi dan merata digunakan indikator UCI desa dan diharapkan seluruh desa mencapai UCI. Desa mencapai UCI apabila minimal 80 % anak yang telah berusia 1 tahun sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan dapat dibuktikan dengan data kohort bayi.

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan PWS Imunisasi harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

m. Kelurahan

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

n. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

(26)

o. Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing p. Program KIA dan Gizi

Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita D. TUJUAN

3. Tujuan Umum

Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA - imunisasi secara terus menerus di wilayah kerja Puskesmas

4. Tujuan Khusus

g. Memantau pelayanan imunisasi

h. Memantau kemajuan pelayanan KIA - imunisasi dan cakupan indikator KIA - imunisasi secara teratur dan terus menerus.

i. Menilai kesenjangan pelayanan KIA - imunisasi terhadap standart pelayanan KIA - imunisasi

j. Menentukan sasaran dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan

k. Merencanakan tindak lanjut dengan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

l. Meningkatkan peran serta Lintas Program dan Lintas Sektor E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Monitoring dan Evaluasi PWS KIA – imunisasi

F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Melakukan diskusi kelompok / FGD

G. SASARAN 4. Kader

5. Lintas Program 6. Lintas Sektor

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 11 12

1 PWS imunisasi V V V V

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Koordinator KIA dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiata dibuat oleh koordinator KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM

(27)

Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap tri bulan

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(28)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMELIHARAAN RANTAI DINGIN

PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016

(29)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMELIHARAAN RANTAI DINGIN

A. PENDAHULUAN

Sewaktu vaksin tersebut diangkut kepelabuhan udara untuk dikirimkan kedaerah atau Negara lain, maka vaksin tersebut harus dikemas sedemikian rupa sehingga suhu dalam container vaksin ini tetap sekitar 2 – 8 derajat Celsius selama perjalanan hingga tiba ditempat tujuan.

Setelah sampai ditempat tujuan, maka vaksin ini segera harus dipindahkan kedalam fasilitas ruang penyimpanan khusus dengan suhu 2 – 8 derajat Celsius, bila nanti vaksin ini dikeluarkan dari pelabuhan udara untuk dibawa ke distributor farmasi, maka juga diperlukan mobil dengan sistim pendingin yang khusus untuk bias tetap menjaga suhu sehingga mutu dan potensi vaksin bias tetap terjaga.

Cerita rantai dingin atau cold chain ini masih berlanjut dari gudang penyimpanan distributor hingga tiba di rumah sakit, atau di klinik imunisasi atau dokter dan pasien pemakai vaksin.Semua perlengkapan dan sistim rantai dingin atau cold chain ini, sejak dari pabrik pembuat vaksin hingga mencapai tempat dokter dan pasien pemakai vaksin, adalah rumit dan berharga mahal.Jika ada kelainan atau kerusakan atau gangguan pada salah satu mata rantai tersebut diatas, maka vaksin tersebut sudah pasti akan mengalami kerusakan pada molekul bioaktifnya sehingga mutu dan potensi proteksi vaksin tersebut diragukan, dengan akibat vaksin tersebut tidak dapat lagi dipakai untuk tujuan imunisasi terhadap suatu jenis penyakit infeksi tertentu yang ditujukan oleh vaksin tersebut.

B. LATAR BELAKANG

Sejak ditemukannya vaksin dan tehnik pembuatan vaksin yang semakin berkembang pesat hingga saat ini, ada satu hal yang mutlak harus ada bila kita berbicara tentang penyimpanan vaksin, yaitu rantai dingin atau cold chain, yaitu suatu sistim penyimpanan vaksin dengan suhu antara 2 – 8 derajat Celsius, agar supaya komponen dalam vaksin yang bersifat bioaktif tidak mengalami kerusakan karena suhu yang tinggi atau suhu yang terlalu rendah, sehingga dengan suhu penyimpanan yang tepat, potensi proteksi vaksin akan tetap terjaga maksimal hingga waktu yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat vaksin, yang ditentukan dengan yang disebut Expiration Date atau Waktu Kadaluarsa vaksin. Hal ini kedengarannya gampang dilaksanakan, namun dalam kenyataannya adalah cukup sulit dan rumit untuk diikuti. Sejak vaksin selesai dibuat dalam pabrik farmasi, maka vaksin itu sudah harus disimpan dalam ruangan penyimpanan khusus dengan suhu yang telah ditentukan untuk jenis vaksin tersebut, biasanya berkisar antara 2 – 8 derajat Celsius, kecuali untuk jenis

(30)

vaksin tertentu seperti vaksin polio oral OPV yang harus disimpan dibawah – 20 derajat Celsius.

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Rantai Dingin harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

q. Kelurahan

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

r. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

- Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan s. Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing t. Program KIA dan Gizi

Menyediakan data terkait sasaran bayi dan balita

D. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mampu mengelola rantai dingin vaksin dan vaksin 2. Tujuan khusus

a. Mampu mengoperasikan dan memelihara ranta dingin vaksin b. Mampu menjaga suhu penyimapan vaksin secara benar

c. Mampu mengetahui tanda – tanda kerusakan vaksin secara cepat E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. Pengambilan vaksin 2. Penyimpanan vaksin

3. Pemeliharaan suhu lemari es F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Petugas selalu menjaga dan memantau suhu vaksin 0 - 8 derajat celcius. G. SASARAN

1. Petugas imunisasi 2. Petugas cold chain

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN N

o Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 11 12 1 Pelaksanaan rantai dingin

vaksin v v v v v v v v v v v V

I. EVALUASI PELAKSANA DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan di lakukan setiap bulan setelah melukan pengelolan rantai dingin vaksin

(31)

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(32)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENDATAAN SASARAN IMUNISASI

PUSKESMAS BANYUANYAR TAHUN 2016

(33)

KERANGKA ACUAN PENDATAAN SASARAN IMUNISASI

A. PENDAHULUAN

Pembangunan Kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanuasian, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap upaya terobosan yang didukung oleh kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksana program KIA.

B. LATAR BELAKANG

Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya menurunkan angka kematian pada bayi. Program imunisasi merupakan upaya preventif yang telah terbukti sangat cost efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan pada bayi dan balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program imunisasi dapat mencegah lebih dari 2.5 juta anak meninggal setiap tahun.

Pada program imunisasi mentukan jumlah sasaran merupakansuata unsur paling penting. Sebelum melakukan perencanaan kebutuhan vaksin terlebih dahulu harus di tentukan berapa besar sasaran imunisasi dalam satu tahun yang akan di layani di wilayah kerja masing – masing.

C. TATA NILAI PROGRAM

Pelaksanaan pendataan Imunisasi harus dilakukan secara professional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan

Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral

u. Kelurahan

Mendukung pelaksanaan kegiatan dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja kelurahan masing-masing

v. TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

- Sebagai penggerak dan motivator serta contoh dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat

- Membantu puskesmas dalam mensosialisasikan kegiatan w. Desa Siaga

Mendukung pelaksanaan kegiatan di wilayah masing-masing x. Program KIA dan Gizi

(34)

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tercapainya cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta berkualitas di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar.

2. Tujuan Khusus

a. Memantau pelayanan imunisasi

b. Menentukan sasaran dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan

c. Merencanakan tindak lanjut dengan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

d. Meningkatkan peran serta Lintas Program dan Lintas Sektor

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Menghitung jumlah sasaran bayi

2. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil

3. Menghitung jumlah sasaran anak sekolah dasar kelas 1, 2, 3 4. Menghitung jumlah sasaran wanita usia subur

F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Menggunakan etimasi bayi lahir hidup tahun lalu, dan pada akhir tahun menggunakan sasaran bayi lahir hidup real,

Menggunak an data dari dinas pendidikan untuk anak sekolah dasar Menggunakan perkiraan besarnya WUS pada penduduk

G. SASARAN

1. Bayi 0 bulan – 12 bulan 2. Batita 13 bulan – 24 bulan 3. WUS / Ibu hamil

4. Anak SD kelas 1,2,3

H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N

o Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 11 12 1 Membuat sasaran imunisasi

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh Koordinator KIA dan Penanggung jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiata dibuat oleh koordinator KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM Esssensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan, maka harus segera dilakukan tindak lanjut.

(35)

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN i. Waktu :

1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 2. Setiap bulan

ii. Pelaksana

1. Kepala Puskesmas

2. Penanggungjawab program

iii. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

(36)

KERANGKA ACUAN

AUDIT MATERNAL PERINATAL

PUSKESMAS BANYUANYAR

2016

I.PENDAHULUAN No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit :

(37)

Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah :

Pertama, penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko. Kedua, merencanakan kebijakan upaya peningkatanpelayananpasienberbasisbukti dengan standard global, yang menitik beratkanterutamadalamaspekprodukyang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan serta mengkreasikan budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan. Ketiga, mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir adalah mendorong penelitian terkait dengan patient safety.

Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan AuditMaternal-Perinatal(AMP)sebagaisalah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan resiko kematian ibu dan bayinya.

Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.

Dengan demjikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.

Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab

(38)

yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.

II. TUJUAN

A. TUJUAN UMUM

Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal

B. TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus audit maternal-perinatal adalah:

1. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, RS pemerintah/swasta dan puskesmas, rumah bersalin, bidan praktek swasta (BPS) di wilayah kabupaten/kota dan lintas batas kabupaten/kota/provinsi

2. Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus

3. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, RS pemerintah dan swasta, puskesmas, rumah bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati

III. TATA NILAI PROGRAM

Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU a. Tanggungjawab

b. Efektif dan Efisien c. Ramah dan Responsif d. Profesional

e. Aman dan akuntabel f. Disiplin

g. Ulet dan Ulung

IV.TATA HUBUNGAN KERJA

1. Penanggung jawab kepala PUSKESMAS

Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan

2. Pelaksana Kebidanan : 2.1. Bidan Koordinator

(39)

Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan, pelaporan serta evaluasi kegiatan AMP

2.2. Bidan pembina desa

Sebagai pelaksana kegiatan KIA didesa binaan LINTAS SEKTORAL

1. Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai pengelola progam terkait

2. Rumah Sakit : Dokter spesialis kebidanan, dokter ahli anak, dan dokter ahli lain diRS yang menangani kasus yang di AMP

3. Pihak lain yang terkait (Bidan Praktek mandiri sebagai pelaksana kebidanan dilapangan)

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut :

1. Pembentukan tim AMP

2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP 3. Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP

4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP 5. Pelaksanaan kegiatan AMP

6. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS 7. Pemantauan dan evaluasi

Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tingkat kabupaten /kota

a. Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota

b. Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota ,yang susunannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

c. Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan:

1) Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA dipuskesmas dan jajarannya

2) Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis anak dokter ahli lain RS kabupaten/kota

3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola program terkait

4) Pihak lain yang terkait ,sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik swasta petugas rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain.

(40)

e. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim AMP

f. Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya ,dan melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon dukungan

g. Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan program KIA,secara berkelanjutan

2. Tingkat puskesmas

a. Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP

b. Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan penanganan atau rujukan nya ,untuk kemudian dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota

c. Mengikuti pertemuan AMP dikabupaten/kota

d. Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal ) selambat-lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan . temuan otopsi verbal dibicarakan dalam pertemuan audit dikabupaten /kota .

e. Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan KIA,sebagai tindak lanjut dari kegiatan audit

f. Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota

g. Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor terkait. 3. Tingkat propinsi

a. Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kabupaten/kota b. Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan

pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara intensif.

c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota d. Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota

sesuai kebutuhan

e. Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan

f. Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi

(41)

Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP ,sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan KIA diwilayah kabupaten/kota serta peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat dasar dan tingkat rujukan primer.

5 METODA

Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut

1. Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota ,berlangsung sekitar 2 jam.

2. Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas .Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit kabupaten/kota /puskesmas hendak nya di audit,demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya

3. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari :

a. Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah

b. Proses rujukan yang terjadi

c. Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan

d. Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematianibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.

e. Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan menyalahkan ,atau memberi sanksi,salah satu pihak

f. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir ,notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut ,yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan datang

g. RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal kedinas kesehatan kabupaten/kota ,dengan memakai format yang disepakati

(42)

6 PENCATATAN DAN PELAPORAN

Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat ,baik ditingkat puskesmas,maupun ditingkat RS kabupaten/kota .pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut

1. Tingkat puskesmas

Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas ,ditambahkan pula :

Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal )

Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa maupunbidan swasta untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal.

Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal )

Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas.

2. RS kabupaten/kota

Formulir yang dipakai adalah

a. Form MP (formulir maternal dan perinatal )

Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat

b. Form MA (formulir medical audit )

Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu : 1. Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan

Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak.

(43)

2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota

Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota

3. Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi

Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh Rs kabupaten /kota , puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS.

Pada tahap awal , jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.

VI. SASARAN

1. Kasus kematian ibu

2. Kasus kematian bayi dan anak

VII. JADWAL KEGIATAN

N o

Kegiatan J a n

Peb Mar Apr Mei Jun Ju l

Agus Sept Okt Nop Des

1 AMP v v v v

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Setiap ada kasus Binsa melaporkan ke Puskesmas dalam waktu 1 X 24 Jam 2. Koordinator KIA meneruskan laporan ke dinas kesehatan kabupaten

3. Seminggu sekali diadakan kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dpt mendukung kevalidan data

4. Membuat evaluasi sebulan sekali pencapaian setiap sasaran berdasarkan target setiap indicator program .

(44)
(45)

KERANGKA ACUAN

ANTENATAL CARE

PUSKESMAS BANYUANYAR

No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit :

(46)

I. PENDAHULUAN

Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir. Pelaksanaan pelayanan KIA mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan konseling terhadap ibu hamil serta keluarganya agar ibu hamil dapat melalui kehamilannya dengan sehat dan selamat.

II. LATAR BELAKANG

Sebagian ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan karena beberapa alasan. Mereka perlu dikunjungi ke rumahnya sejak kehamilan muda dan terutama sejak umur kehamilannya 34-36 minggu. Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan.

III. TUJUAN

1. Mengetahui identitas pasien dan keluarga serta perilaku kehidupan sehari-hari 2. Mengetahui secara dini riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

3. Mengetahui umur kehamilan, supaya dapat mengetahui perkiraan persalinan 4. Mengenali sejak dini faktor resiko dan resiko tinggi

5. Memberikan konseling pada ibu serta keluarga tentang keadaan kehamilannya 6. Memotivasi ibu supaya merencanakan pertolongan persalinanya dengan

tenaga kesehatan IV. TATA NILAI PROGRAM

Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU h. Tanggungjawab

i. Efektif dan Efisien j. Ramah dan Responsif k. Profesional

l. Aman dan akuntabel m. Disiplin

n. Ulet dan Ulung

V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIANNYA 1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemberian pelayanan sesuai dengan kebutuhan 4. Pencatatan hasil pelayanan Antenatal Care 5. Memberikan pelayanan tindak lanjut

VI. CARA PELAKSANAAN

1. Bidan mengambil rekam medis ibu di loker KIA/ KB yang terdapat di unit pendaftaran,

(47)

3. Bidan mempersilahkan pasien untuk duduk dengan nyaman,

4. Bidan mencocokkan nama ibu dengan nama yang ada dalam rekam medis, 5. Bidan melakukan anamnesa :

a.Identitas Ibu dan Suami (bagi ibu kunjungan pertama) b.Keluhan sekarang/ alasan datang

c.Riwayat Obstetry, dan Riwayat kehamilan sekarang d.Status imunisasi TT

e.Riwayat penyakit yang lalu, Riwayat Penyakit Sekarang, dan f. Riwayat penyakit keluarga

6. Bidan melakukan pemeriksaan umum, meliputi : a. Melihat Keadaan Umum Ibu, Kesadaran Ibu

b. Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan darah, LILA 7. Bidan melakukan pemeriksaan Fisik, meliputi :

a. Inspeksi : Pemeriksaan Head to Toe

b. Palpasi : TFU (mulai Umur Kehamilan 20 mg), Leopold I-III (untuk Umur Kehamilan mulai 24 mg), Leopold IV (mulai UK 36 mg)

c. Auskultasi : pemeriksaan DJJ mulai 20mg d. Perkusi : pemeriksaan Reflek Patella

8. Bidan melakukan rujukan untuk Pemeriksaan Penunjang:

a. Laboratorium : Haemoglobin, Protein Urine, Golongan Darah b. Test IMS (bila ada Indikasi)

9. Bidan memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,

10.Bidan mencatat hasil pemeriksaan di Buku KIA Ibu, Buku Register ANC, dan di rekam medis ibu,

11. Bidan melakukan KIE sesuai dengan keluhan ibu dan hasil pemeriksaan, 12.Bidan menuliskan resep obat :

a. Sulfas Ferrous 1x1 Tab/ Hari b. Asam Ascorbat 1x50mg/ Hari c. Kalcium Lactat 1x500mg/ Hari

d. Obat lain disesuaikan dengan kondisi ibu, serta mempertimbangkan efek samping/ keamanan obat terhadap kehamilan

13.Bidan memberikan resep kepada ibu,

14.Bidan menyarankan kepada ibu untuk periksa ulang,

15.Bidan memberitahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai,

16.Bidan mempersilahkan kepada ibu untuk mengambil obat di Ruang Obat, 17.Bidan membuat asuhan kebidanan di Rekam Medis ibu,

18.Bidan merapikan rekam medis ibu,

19.Bidan mengembalikan RM ke unit pendaftaran. VII. SASARAN

(48)
(49)

KERANGKA ACUAN

PEMERIKSAAN IVA TES dan SADARI

PUSKESMAS BANYUANYAR

2016

No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit :

(50)

PEMERIKSAAN IVA DAN SADARI

I. PENDAHULUAN

Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah suatu tindakan wanita dalam mengenali keadaan payudaranya guna mengetahui ada atau tidaknya benjolan yang tidak normal dan perubahan lain pada bentuk payudara yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara.

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan satu metode pemeriksaan dini guna mendeteksi adanya kanker pada payudara, dan merupakan metode pemeriksaan yang paling sederhana dan mudah dilakukan hanya cukup beberapa menit dengan menggunakan jari-jari tangan dengan meraba seluruh permukaan payudara yang dilakukan rutin setiap bulan setelah selesai masa menstruasi.

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dianjurkan pada wanita, terutama pada wanita dengan usia mulai dari 20 tahun. Karena wanita dengan usia subur 20-45 tahun sangat berisiko terkena penyakit kanker payudara, sehingga wanita harus selalu sadar payudara yaitu dengan cara rutin memeriksa payudaranya sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker payudara. Cukup dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan sendiri di rumah dan dilakukan setiap bulan setelah selesai masa menstruasi yakni dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Jadi para wanita akan tahu apabila terjadi perubahan pada payudaranya.

Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sankaranarayanan, et. Al tentang perbandingan pasien kanker leher rahim yang meninggal dunia pada kelompok yang dilakukan deteksi dini dengan IVA dan pada kelompok yang tidak dilakukan deteksi dini pada negara berkembang (India) didapatkan hasil bahwa mereka yang melakukan skrining IVA, 35% lebih sedikit yang meninggal dunia dibanding mereka yang tidak mendapat skrining IVA.

Mayoritas perempuan yang terdiagnosa kanker serviks biasanya tidak melakukan deteksi dini (skrining) atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal. Tidak melakukan deteksi dini secara teratur merupakan faktor terbesar penyebab terjangkitnya kanker serviks pada seorang

(51)

wanita, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan. (Emilia, 2010).

II.TUJUAN

1. Tujuan Umum

a. Tujuan Umum SADARI

Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal.SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara.

b. Tujuan IVA Test

Tujuan dilakukannya Iva Test untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.

2. Tujuan Khusus

a. Tujuan khusus SADARI

1) Untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat diketahui segera

2) Mendeteksi dini apabila terdapat benjolan

3) Untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara 4) Mengetahui ada tidaknya kanker payudara

b. Tujuan Khusus Iva Test

1) Deteksi dini dan diagnosis kanker serviks

2) Mengetahui perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini

III. MANFAAT

1. Manfaat dilakukan SADARI

a. Wanita dapat memahami adanya tanda-tanda ca.mamae b. Pencegahan dini kanker pada payudara

c. Wanita jadi memahami perawatan payudara sangatlah penting

2. Manfaat dilakukan Iva Test

a. Wanita dapat memahami adanya tanda-tanda ca.servik b. Pencegahan dini kanker pada servik

c. Wanita jadi memahami perawatan pada daerah vagina sangatlah penting IV. WAKTU PELAKSANAANNYA

A. SADARI

1. SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun, karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.

(52)

3. Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi.

4. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi.

5. Satelah menopouse SADARI sebaiknyadilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).

B. IVA TEST

1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun

2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun 3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun

(Nugroho Taufan, dr. 2010:66)

4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.

5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.

6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

V. TATA NILAI PROGRAM

Tata nilai yang diterapkan pada pelayanan KIA / KB adalah TERPADU a Tanggungjawab

b Efektif dan Efisien c Ramah dan Responsif d Profesional

e Aman dan akuntabel f Disiplin

g Ulet dan Ulung

VI.TATA HUBUNGAN KERJA

1. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas

Mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dengan tim mutu untuk melaksanankan kegiatan sesuai dengan Program kegiatan KIA mulai dari perencanaan,pelaksanaan serta pengawasan/ monev kegiatan

2. Tim Managemen Mutu

Memonitor kemajuan setiap pelaksanaan kegiatan dan mengevaluasi Bersama mengatasi permasalahan

(53)

3. Sie penanggung jawab UKM

Membina system komunikasi dg sasaran ,antar lintas program /sektoral , dan melakukan upaya pembinaan mulai dari pelayanan s/d pencatatan pelaporan dr PDCA

4. Pelaksana Kebidanan : a. Bidan Koordinator

Mempunyai tugas untuk koordinasi tentang pencatatan ,pelaporan, serta evaluasi program KIA / KB.

b. Penggungjawab program KB ;

koordinasi kegiatan KB dan pencatatan dan pelaporan serta evaluasi

c. Penanggung jawab program anak; koordinasi kegiatan pelayanan program anak.

d. Penanggungjawab program kesehatan reproduksi remaja ; koordinasi, kegiatan program KRR

e. Penanggungjawab program kesehatan lansia ; koordinasi kegiatan program lansia

A. LINTAS PROGRAM 1. Promosi Kesehatan

Bekerjasama dalam promosi kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat

2. Gizi

Integrasi peningkatan gizi untuk ibu dan anak ; konseling KEK,PMT balita,Vitamin A, garam beryodium dll

3. Laboratorium ; skreening kadar Hb,HB,HIV/AIDS, gula darah serta protein urine.

4. BP ; koordinasi tentang penyakit –penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan tumbuh kembang anak

5. Gigi ; koordinasi pada ibu hamil dan anak dengan keluhan kesehatan gigi

6. Kesehatan lingkungan ; koordinasi penyakit – penyakit yang menyerang ibu dan anak ,misal diare ,cara CTPS,PHBS dll

7. Immunisasi : koordinasi pada calon pengantin, ibu ,bayi serta balita.

(54)

8. Fisioterapi : koordinasi pada ibu dan anak dengan keluhan tulang serta otot.

9. P2 : koordinasi terhadap penyakit – penyakit yang berbasis lingkungan pneomoni,ispa dll.

B. LINTAS SEKTORAL

1. Perangkat desa dan seluruh jajaran,tokoh masyarakat,tokoh agama ,kader kesehatan dll

2. PKK 3. FKK

4. Dinas terkait diwilayah kerja ; KUA,Dinas Pendidikan dll

VII. CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN A. SADARI

Pemeriksaan payudara mandiri dapat membantu anda untuk menjadi terbiasa dengan tubuh anda, jadi anda dapat menemukan perubahan-perubahan yang terjadi, yakni dengan melakukan :

1. Buka baju sampai ke pinggang dan berdiri di depan cermin (kiri). Dengan tangan santai di sisi tubuh anda, lihatlah perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada bentuk, ukuran atau kesimetrisan payudara dan puting susu anda

2. Angkat lengan di atas kepala dan periksa lagi apakah terdapat perubahan. Berputarlah ke samping untuk melihat payudara anda secara keseluruhan (kanan)

3. Sekarang taruh tangan anda di pinggang dan tekan ke bawah sehingga otot dada meregang.

4. Pemeriksaan payudaa mandiri berikutnya lebih baik dilakukan dengan tiduran, dengan satu tangan di belakang kepala. Gunakan ujung jari untuk merasakan benjolan-benjolan atau penebalan yang terjadi.

5. Putar tangan membentuk spiral menjangkau semua daerah pada payudara (kiri), ingat juga untuk memeriksa ketiak anda. Penting sekali bagi dokter untuk mengikuti langkah-langkah yang sama jika anda datang ke tempat praktek untuk pemeriksaan kesehatan. Jika anda tidak suka dengan cara memeriksa anda (Buckman, 2009).

(55)

B. IVA TEST

Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:

1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.

2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.

3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks 4. Spekulum vagina

5. Asam asetat (3-5%) 6. Swab-lidi berkapas

7. Sarung tangan Teknik IVA Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi.

VIII. SASARAN 1. Lansia

2. Wanita usia subur 3. Pasangan usia subur IX.JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Ju l

Agus Sept Okt Nop Des 1 Pemeriks aan (sasaran) V V V V 2 Rujukan V V V V 3 Konseling V V V V 4 Evaluasi hasil kegitan program V V V V 5 Analisa masalah V V V V 6 Linprog Linsek V V V V

(56)

5. Setelah pelaksanaan petugas KIA melaporkan data pencapaian hasil dari pelaksanaan masing masing program/ kegiatan

6. Dibuat kajian tentang kesulitan /masalah , informasi baru sehingga dapat mendukung kegiatan pemeriksaan IVA dan SADARI

7. Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan

XI.PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. pencatatan di buat dalam bentuk format laporan yang telah terlampir secara tertulis data kujungan , analisa masalah dan rencana tindak lanjut

2. Pelaporan setelah pelaksanaan kegiatan, diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten

(57)

KERANGKA ACUAN

STIMULASI DETEKSI INTERVENSI TUMBUH

KEMBANG ANAK

PUSKESMAS BANYUANYAR

2016

No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit :

(58)

PROGAM SDIDTK

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara, dini sehingga tindakan koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.

Dengan kata lain bila penyimpangan terdadi pada usia dini dan dideteksi sedini mungkin, maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan bila penyimpangan tejadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada usia yang lebih lanjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan. Upaya untuk membantu agar anak tumbuh kembang secara optimal dengan cara deteksi adanya penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanakan oleh semua pihak sejak mulai dari tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari kader kesehatan sampai dokter spesialis, dan di semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih spesialistis. Dengan telah adanya program deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang yang dilaksanakan di masyarakat melalui program posyandu, program Bina Keluarga Balita (BYB), program di Puskesmas maka sudah harus perlu dipikirkan sistim tatalaksana untuk fasilitas selanjutnya sebagai sarana rujukan selanjutnya yang termasuk juga tempat rujukan yang paling akhir yang dapat menangani secara holistik dan komplit.

Dalam, makalah ini akan dibicarakan kompetensi atau tugas dan peran dari tiap, tingkat pelayanan mulai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai tingkat pelayanan kesehatan yang ada. di Rumah Sakit Kabupaten.

II. PENGERTIAN

Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut.

Sedangkan intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan, misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya.

Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimililki oleh anak. Dengan mengetahui

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam menurunkan angka kematian pada bayi dan balita, yang merupakan MDG keempat (Unicef Indonesia, 2012).. Pelayanan kesehatan

Meningkatnya perilaku masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular guna menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan

Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin setatus gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak

Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan

Meningkatnya perilaku masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular guna menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Adanya faktor proteksi dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status bayi baik serta kesakitan dan kematian anak

BBLR berhubungan dengan angka kematian dan kesakitan bayi, selain itu juga berhubungan dengan kejadian gizi kurang di kemudian hari yaitu pada periode balita.7, 8 Angka Kematian Bayi