• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Skabies

2.1.1 Definisi Penyakit Skabies

Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan atau Penyakit Ampera (Handoko, 2008).

2.1.2 Etiologi Penyakit Skabies

Sarcoptes Scabei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. (Handoko, 2008).

Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Handoko, 2008).

(2)

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2008).

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau scabies betina membuat liang di epidermis dan meletakkan telur-telurnya didalam liang yang ditinggalkannya, sedangkan tungau scabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya, yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing akan mati (Graham-Brown dan Burns, 2005).

2.1.3 Patogenesis Penyakit Skabies

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena bersalaman atau bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga terjadi kontak kulit yang

(3)

kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan. Kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal-gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2008).

2.1.4 Gejala Klinis Penyakit Skabies

Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul, rasa gatal biasanya hanya pada lesi tetapi pada scabies kronis gatal dapat dirasakan pada seluruh tubuh. Gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama dibagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola mammae (area sekeliling puting susu) dan permukaan depan pergelangan (Sungkar, 2000)

Sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi, dimana ada empat tanda kardinal yaitu : (Handoko, 2008)

1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena

(4)

penyakit ini. Penyakit scabies amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Penyakit Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

2.1.5 Penularan Skabies

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularannya adalah:

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)

Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.

(5)

2. Kontak tidak langsung (melalui benda)

Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut. Skabies norwegia, merupakan sumber utama terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokkan/asrama dan rumah sakit jiwa, karena banyak mengandung tungau (Djuanda, 2006)

2.1.6 Bentuk-bentuk Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga disebut sebagai The great imitator. Terdapat beberapa bentuk-bentuk skabies yang mana bentuk-bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda antara lain : (Sungkar, 2000)

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. Dalam penelitian dari 1000 orang penderita skabies menemukan hanya 7 % terowongan.

2. Skabies in cognito

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit gatal lain.

(6)

3. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Pada nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodusini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.

Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun

meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid. 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies manusia yaitu tidak dapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu paha, perut, dada, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. Binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies norwegia

Skabies norwegia atau scabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular Karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).

(7)

Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga system imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.

Pada penderita kusta, skabies Norwegia mungkin terjadi akibat defisiensi imunologi, terutama pada tipe kusta lepromatosa. Selain itu terjadi gangguan neurologik yang menyebabkan gangguan persepsi gatal dan anestasi terutama pada jari tangan dan kaki. Pada penderita kusta juga terjadi kontraktur pada jari-jari tangan sehingga penderita tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik. 6. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa

impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi

lesi di muka sering terjadi.

7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

2.1.7 Pengobatan Penyakit Skabies

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa obat yang dapat dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu (Harahap, 2000).

1. Permetrin

Merupakan obat pilihan dalam bentuk salep untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak megiritasi kulit. Dapat digunakan di

(8)

kepala dan di leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Harahap, 2000). 2. Malation

Malation 0,5% dengan dasar air dalam bentuk salep digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %)

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

4. Sulfur

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 hari.

5. Monosulfiran

Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3 hari.

6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)

Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian (Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau lotion, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal

(9)

2.1.8 Pencegahan Penyakit Skabies

Menurut Agoes (2009) mengatakan bahwa penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik, oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit skabies dapat dilakukan dengan cara:

a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun

b. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali

d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain

e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi skabies

f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup

Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang. Dariansyah, 2006 yang mengutip pendapat Azwar mengatakan langkah-langkah yang dapat diambil dalam pencegahan penyakit skabies adalah sebagai berikut :

(10)

a. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan antiseptik

b. Cuci semua handuk, pakaian, sprai dalam air sabun hangat dan gunakan setrika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (dry-cleaned)

c. Keringkan topi dan jaket

d. Hindari pemakaian bersama sisir atau alat cukur dan lainnya

Departemen Kesehatan RI 2002, memberikan beberapa cara pencegahan dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan penyakit skabies. Diagnosis dini dan cara pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak meliputi:

a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

b. Laporkan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang dilakukan

c. Isolasi penderita yang terinfeksi penyakit skabies. Yang terinfeksi penyakit skabies sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit di isolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif

Disinfeksi serentak yaitu pakaian dan sprai yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprai, sarung bantal dan pakaian pada penderita (Ruteng, 2007).

(11)

Penanggulangan wabah yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:

a. Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko b. Pengobatan dilakukan secara massal

c. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik di dalam keluarga, di dalam unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan

d. Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencuci umum, jika ada sangat membantu dalam pencegahan infeksi.

2.2 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi atau Kesehatan Lingkungan pada hakeketnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memeperbaiki atau menoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.

Menurut Riyadi (1984) sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip untuk meniadakan atau setidak-tidaknya mengurangi faktor-faktor pada lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit, melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk mengendalikan: sanitasi air, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah, sanitasi udara, vektor dan binatang pengerat, tetapi dalam hal ini yang menjadi prioritas adalah penyediaan air bersih (sanitasi air)

(12)

2.2.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Namun demikian air dapat menjadi malapetaka, bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar baik kuantitas maupun kualitasnya. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh (Raini, 2004).

Selain sebagai komonen lingkungan, air juga merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 100-200 liter atau 35-40 galon (Chandra, 2007).

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Dimana kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan syarat-syarat tertentu dan metode tertentu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Syarat-syarat kualitas air bersih meliputi:

(13)

1. Syarat fisik

a. Tidak berwarna

Air untuk rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Slamet, 2007).

b. Tidak berbau

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun yang sudah mati (Slamet, 2007).

c. Tidak berasa

Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Slamet, 2007).

d. Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan padatan sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi tanah liat, lumpur, dan bahan-bahan anorganik (Slmaet, 2007).

2. Syarat kimia

Air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia maupun mineral karena selain menimbulkan gangguan kesehatan juga merusak instalasi penyediaan air bersih (Slamet, 2007).

(14)

3. Kesadahan

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua. Ion-ion semacam itu mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan permukaan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur (Sutrisno, 2006).

4. Syarat mikrobiologi

Air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang dipakai adalah total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh lebih dari 1 coli/100 ml air (Sutrisno, 2006).

5. Syarat radioaktif

Yaitu adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas Alpha (Gross

Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas Beta (Gross Beta Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L (Slamet, 2007).

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterbone disease

atau water-related disease. Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2007):

(15)

1. Water borne disease, yaitu jika kuman pathogen yang terdapat dalam diminum oleh manusia sehinggga terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang meminum air dimaksud, misalnya penyakit cholera, thypus, abdominalis, hepatitis, dan disentri baselir. Pengawasan terhadap penularan penyakit ini sangat diperlukan terutama pengawasan terhadap penggunaan air bersih

2. Water based disease, yaitu penularan penyakit yang berkaitan erat dengan penggunaan untuk membersihkan alat-alat misalnya alat dapur, alat makan dan pembersihan alat lain. Penularan penyakit dengan cara water based ini antara kain infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit seperti skabies dan selaput lendir.

3. Water washed disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya schistosomiasis

4. Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever dan

trypanosomiasis.

Penyakit yang disebabkan oleh air hanya dapat menular apabila mikroorganisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air sangat banyak macamnya, antara lain virus, bakteri, protozoa, dan metozoa.

Perlindungan sumber air merupakan cara paling baik untuk mengamankan air minum dan akan terjadi relatif lebih mudah daripada melakukan pengolahan terhadap air yang telah terkontaminasi, guna menjamin kulitasnya agar sesuai untuk dikonsumsi (Depkes RI, 1996). Oleh karena itu masyarakat perkotaan membutuhkan

(16)

keberadaan PDAM untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi (Raini, 2004). Air PDAM adalah air yang diambil dari mata air atau sumber air dan dikelola oleh suatu Perusahaan Daerah Air Minum yang mana air tersebut telah disterilkan dengan bahan kimia yang disebut khlor dan didistribusikan kepada masyarakat dan digunakan untuk berbagai kehidupan sehari-hari termasuk sebagai sumber bahan baku air minum. Akan tetapi dalam kenyataannya pemakaian air PDAM tersebut tidak diiringi dengan usaha-usaha untuk menjaga kebersihan lingkungan sehinggan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap kualitas air sesuai dengan syarat kulitas air yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan (Raini, 2004).

2.2.2 Kondisi Fisik Rumah

1. Ventilasi

Udara segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.

Menurut Sarudji (2010), rumah harus memiliki sistem pertukaran udara yang baik, karena penghuni memerlukan udara yang segar. Setiap ruang/kamar memerlukan ventilasi yang cukup untuk menjamin kesegaran penghuninya. Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia.

Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban. Keringat manusia juga dikenal mempengaruhi kelembaban. Semakin banyak manusia dalam satu ruangan, kelembaban semakin

(17)

tinggi khususnya karena uap air baik dari pernafasan maupun keringat. Kelembaban dalam ruangan tertutup dimana banyak terdapat manusia di dalamnya lebih tinggi dibanding di luar ruangan (Sarudji, 2010).

Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain mengencerkan konsentrasi debu ataupun kotoran terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Ventilasi juga merupakan tempat untuk memasukkan cahaya ultraviolet ke dalam rumah, hal ini akan semakin baik apabila konstruksi rumah menggunakan genteng kaca, maka hal ini merupakan kombinasi yang baik (Achmadi, 2008). Menurut persyaratan ventilasi yang baik adalah ≥10% dari luas lantai rumah (Kepmenkes, 1999).

Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan role meter. Menurut indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah ≥10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah <10% luas lantai rumah (Kepmenkes, 1999).

Menurut Sarudji (2010), ventilasi yang baik dalam suatu ruangan memerlukan persyaratan tertentu, diantaranya yang penting adalah luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas ventilasi insidental (yang dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% dari luas lantai.

Menurut Notoatmodjo (2003), rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara dalam rumah tersebut tetap

(18)

segar. Luas ventilasi rumah yang ≤10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan meningkatnya kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit. Fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.

Menurut Notoatmodjo (2007), fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap di dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Selain itu luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.

Kualitas udara di dalam rumah berkaitan dengan masalah ventilasi dan kegiatan penghuni di dalamnya. Bertambahnya jumlah penduduk dalam pemukiman di perkotaan maupun di pedesaan, menyebabkan kepadatan bangunan dan sulit membuat ventilasi dan bahkan ada rumah yang tidak mempunyai jendela, tidak ada lubang angin dan tidak pernah ada sinar matahari masuk, menyebabkan keadaan udara dalam rumah terasa pengap (Depkes, 2002).

Pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya gas CO2, adanya bagu pengap, suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara bertambah. Kecepatan aliran udara adalah penting untuk

(19)

mempercepat pembersih udara ruangan. Kecepatan udara dikatakan sedang jika gerak udara 5-20 cm per detik atau pertukaran udara bersih antara 25-30 cfm (cubic feet per minute) untuk setiap yang berada di dalam ruangan (Depkes, 2002).

2. Kelembaban

Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara. Kelembaban terdiri dari dua jenis yaitu kelembaban absolut dan kelembaban nisbi. Kelembaban absolut berat uap air per unit volume udara. Sedangkan kelembaban nisbi adalah banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh pada uap air pada temperatur tersebut (Suryanto, 2003).

Kelembaban udara berpengaruh terhadap konsentrasi pencemar di udara. Kelembaban berhubungan negatif (terbalik) dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya akan semakin rendah. Kelembaban yang standar apabila kelembaban udaranya akan semakin rendah. Kelembaban merupakan sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70% (Suryanto, 2003).

(20)

Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins, 2002).

Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroroganisme. 3. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).

Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah, khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri pathogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah terutama ruangan tidur.

(21)

Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan (Kepmenkes, 1999).

Menurut Sarudji (2010), cahaya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena

dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus ditengah-tengah tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya (brighness of the source). Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan tiga cara yaitu direct, indirect dan

(22)

4. Kepadatan penghuni

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat meningkatkan dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989). Manusia dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkan udara 33 m2 per jam atau 40 liter/menit. Dari 40 liter itu jumlah oksigen yang diambil adalah sebanyak 2 liter dan menghasilkan 1,7 liter gas asam arang. Dengan demikian akan meningkatkan kadar CO2 yang telah ada didalam rumah dan akan menurunkan kadar oksigen di dalam udara. Konsep Departemen Kesehatan RI yang menggunakan luas lantai kamar minimal sebesar 4,5 m2 dan anak-anak usia 1-10 tahun memerlukan 1,5 m2

5. Lantai rumah

, sedangkan ketentuan luas ruangan untuk setiap orang di lembaga pemasyarakatan menurut Surat Edaran Dirjen Pemasyarakatan tahun 2005 adalah 1,80 x 3,00 m/orang.

Lantai rumah jenis tanah memiliki peran terhadap proses kejadian penyakit, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah, konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar mudah dibersihkan dari kotoran dan debu. Selain itu dapat menghindari naiknya tanah yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban dalam ruangan. untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, maka lantai rumah sebaiknya dinaikkan

(23)

20 cm dari permukaan tanah. Keadaan lantai rumah perlu dibuat dari bahan yang kedap terhadap air sehingga lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah seperti tegel, semen dan keramik (Suyono, 2005).

Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat hidup dan perkembang-biakan bakteri terutama vektor penyakit lainnya. Menjadikan udara dalam ruangan lembab, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya (Suyono, 2005).

2.3 Personal Hygiene (Kebersihan Perorangan)

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Personal

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily, 2012).

Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan

meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Personal hygiene atau kebersihan diri ini diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan

(24)

terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu sepertinya halnya kulit (Soedarto dalam Saryono, 2011).

Personal hygiene (kebersihan perorangan) meliputi : (Laily, 2012)

1. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam higiene perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan. Sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang akan masuk melewati kulit.

Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjaga keutuhan badan. Kulit memiliki fungsi yang beragam yang membantu dan menjalankan sistem kerja tubuh.

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu diperlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan

(25)

perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit (misalnya : kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit, dan sebagainya) sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit sebagai organ proteksi.

Peranan kulit dalam menjaga keutuhan tubuh tidak selamanya mudah. Sebagai organ proteksi peranan kulit tidak luput dari berbagai masalah-masalah yang bisa membahayakan kulit itu sendiri.

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti:

a. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri b. Mandi minimal 2x sehari

c. Mandi memakai sabun d. Menjaga kebersihan pakaian

e. Makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah f. Menjaga kebersihan lingkungan

2. Kebersihan Rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya perawatan rambut

(26)

pada manusia akan membuat penampilan rambut menjadi kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan.

Rambut terdiri dari bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada diluar kulit (batang rambut). Ada dua macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medulla dan terdapat pada orang dewasa.

Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu

b. Mencuci rambut memakai shampoo/bahan pencuci rambut lainnya c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

Kesehatan yang baik secara menyeluruh penting artinya bagi rambut yang menarik, dan seperti halnya kulit, kebersihan membantu kita memelihara badan supaya menarik. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat kelainan endokrin, suhu badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau ketakutan.

Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan rambut adalah : a. Menghindari sampo yang memiliki kandungan kimia yang tidak jelas b. Menghindari penggunaan air yang terlalu panas saat keramas

(27)

c. Berhenti atau setidaknya kurangi penggunaan pengering rambut. Usahakan agar selalu mengeringkan rambut secara alami dengan menggunakan handuk dan mengangin-anginkannya di udara terbuka. Saat mengeringkan, gosokkan handuk dengan lembut.

d. Menyisir rambut dengan lembut saat rambut masih dalam keadaan agak basah.

e. Mengurangi penggunaan gel rambut, krim, minyak rambut, pewarna rambut, dan spray rambut.

f. Melindungi kulit kepala dari sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi atau scarf.

g. Menghindari ikatan yang kencang pada rambut. Hentikan kebiasaan menarik-narik rambut tanpa alasan yang jelas.

h. Saat memotong rambut ke salon atau tukang cukur, pastikan mereka menggunakan gunting yang tajam. Gunting yang kurang tajam hanya akan berefek negatif pada akar rambut dan merusak struktur rambut anda.

i. Mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung protein dan zat besi. Bila sedang mengikuti program pengurangan berat badan, perhatikan kandungan nutrisi diet. Kurangi konsumsi kafein dan hentikan kebiasaan merokok. Keduanya memang terbukti tidak baik bagi kesehatan tubuh.

j. Menjauhi obat-obatan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan rambut. Rajin berolahraga karena olahraga yang teratur akan memperlancar peredaran darah, termasuk peredaran darah ke kulit kepala yang dapat menutrisi akar

(28)

rambut dan memperlancar pertumbuhan rambut. Beristirahat dengan cukup sehingga pertumbuhan rambut lebih optimal.

k. Menghindari stres karena stres akan mengganggu metabolisme tubuh yang berpotensi mempengaruhi pertumbuhan rambut.

Sebagaimana struktur tubuh yang lainnya, maka rambut juga tidak akan lepas dari permasalahan/gangguan yang bisa ditimbulkan akibat dari kurangnya menjaga kebersihan dan perawatan rambut.

3. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam praktik higiene seseorang, karena semuanya rentan terhadap berabgai macam infeksi. Cidera di kulit (misalnya kaki) dapat menimbulkan sensasi nyeri serta sangat mengganggu kemampuan untuk bergerak, berjalan dan menyangga beban tubuh, sedangkan tangan lebih bersifat manipulatif daripada suportif. Ketangkasan tangan sangat banyak karena besarnya rentang gerak antara ibu jari dan jari yang lainnya, sehingga setiap kondisi yang mengenai tangan secara otomatis akan mengganggu kemampuan dalam hal perawatan diri klien.

Perawatan tangan, kaki dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit, perawatan tangan, kaki dan kuku akan semakin penting.

Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun

(29)

atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah usang, dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki. Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus. Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.

Seperti halnya kulit, tangan kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat membahayakan kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut: a. Membersihkan tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur c. Mencuci kaki sebelum tidur

(30)

2.4. Rumah Tahanan Negara

Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara (Rumah Tahanan) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.0PR.07.03 Tahun 1985 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klas, yaitu: (a) Rumah Tahan Negara Klas I, (b) Rumah Tahanan Negara Klas IIA dan (c) Rumah Tahanan Negara Klas IIB serta didukung oleh Cabang Rumah Tahanan, Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas dan lokasi.

Rumah Tahanan sebagai salah satu tempat yang sulit untuk menjalankan program pencegahan dan perawatan efektif bagi warga binaan. Namun sampai akhir tahun 2010, dari 207 Lapas dan 190 Rumah Tahanan di Indonesia dan tersebar di 33 provinsi belum semuanya memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, namun sudah dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga binaan.

2.5. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1995 WBP adalah insan tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai anggota masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan anggota masyarakat lainnya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu aspek penting yang memerlukan perhatian yaitu keadaan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial. Perlakuan dan pelayanan kesehatan pada tahanan, narapidana atau anak didik pemasyarakatan dapat dipakai sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang hukum baik secara nasional maupun internasional.

(31)

2.6. Pemeriksaan Kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan

Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan merupakan standar internasional hak asasi manusia yang penting. Hak ini tidak hilang meskipun seseorang menjadi narapidana. Tanggung jawab untuk menjamin penghormatan atas hak ini pindah ke Rumah Tahanan atau Lapas karena narapidana tidak bisa melakukan semua ini secara mandiri (Nemberini, 2007).

Rumah Tahanan atau Lapas memiliki kewajiban untuk melayani narapidana. Ini adalah salah satu prinsip-prinsip kunci dalam Peraturan Minimum Standar Perlakuan terhadap narapidana. Hal ini berarti apabila narapidana tidak dapat mencari perawatan kesehatannya sendiri maka Lapas akan menyediakannya. Karena narapidana tidak bisa berkunjung ke dokter yang ada di luar Rumah Tahanan atau Lapas, maka dokter tersebut yang akan mengunjungi narapidana. Hal tersebut berlaku juga untuk dokter gigi, dan untuk ahli kesehatan jiwa (Nemberini, 2007).

Standar perawatan kesehatan di Rumah Tahanan atau Lapas harus sekurangnya sama dengan standar kesehatan yang ada di masyarakat. Tak seorang pun harus menderita karena tidak adanya perawatan kesehatan hanya karena mereka di penjara. Selain itu, karena banyak orang miskin dan yang berpenyakit masuk penjara, otoritas lapas harus memperkirakan kebutuhan perawatan kesehatan yang lebih besar bagi narapidana yang ada di masyarakat pada umumnya (Nemberini, 2007).

Paramedis harus memberikan perawatan kesehatan di lapas. Dokter dan perawat yang berkualitas harus tersedia. Petugas lapas juga harus membantu

(32)

mengidentifikasikan narapidana yang mungkin sakit, dan memberikan pertolongan pertama kepada narapidana yang cedera. Petugas lapas tidak b oleh menghalangi warga binaan pemasyarakatan yang membutuhkan perawatan kesehatan, justru mereka harus membantu narapidana untuk menemui petugas medis. Ini juga berlaku untuk semua warga binaan pemasyarakatan baik itu sangat jahat sekalipun. Semua tergantung petugas medis untuk memutuskan apa yang perlu dilakukan terhadap warga binaan pemasyarakatan, dan bukan petugas Rumah Tahanan atau Lapas (Nemberini, 2007).

Semua narapidana harus menerima pemeriksaan medis ketika masuk ke lapas. Penyakit kronis dan menular adalah yang terutama penting. Obat-obatan harus tersedia bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas harus membantu agar semua ini dapat berjalan dengan lancar. Petugas lapas perlu memahami apa yang dimaksud dengan kontrol penyakit menular, dimana mereka harus dilatih dalam upaya pencegahan penyakit menular. Ini adalah cara yang efektif untuk melindungi petugas, rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan tubuh seperti air liur, air seni, darah dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan dapat dicegah. Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan terjangkit atau tidaknya petugas dan nadapidana di lapas. Perlakuan setiap orang seakan-akan mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas akan memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan-akan itu menular, dan karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan yang telah disetujui dan efektif (Nemberini, 2007).

(33)

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan teori simpul, maka kerangka teori dalam penelitian ini dibuat sebagai berikut :

Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Simpul 1: Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit skabies dalam hal ini adalah tungau kecil yang dapat menimbulkan gangguan penyakit skabies melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui sekret dan eskret Sumber Penyakit

(Tungau kecil yang mengandung Sarcoptis scabei) Komponen Lingkungan - Air - Manusia melalui kontak langsung dan tidak langsung - Rumah tahanan Komunitas  Personal Hgyiene - Kebersihan kulit - Kebersihan rambut - Kebersihan tangan,

kaki dan kuku  Karateristik Individu - Umur - Pendidikan - Lama dalam tahanan Penderita Skabies Tidak menderita penyakit scabies

Variabel lain yang berpengaruh - Lingkungan strategis/politik - Iklim

- Topografi - Suhu - Dll

(34)

yang dihasilkan oleh tungau yang dapat menyebabkan bintik (papul, gelembung yang berisi air, vesikel dan kudis pada pergelangan tangan).

Simpul 2: Komponen lingkungan sebagai media transmisi penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya hanya ada 5 komponen lingkungan sebagai media transmisi penyakit yaitu udara, air, tanah, binatang/serangga, dan manusia. Dimana pada kejadian penyakit skabies dapat dilihat pada manusia yang terinfeksi skabies akan menularkan penyakit skabies pada orang lain, baik melalui kontak langsung dan kondisi rumah tahanan.

Simpul 3: Penduduk melakukan perilaku pemajanan adalah hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduknya berikut perilakunya. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Dalam hal ini penyakit skabies yaitu penderita skabies.

Simpul 4: Kondisi sakit atau sehat merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan atau kejadian penyakit.

Simpul 5: Variabel lain yang berpengaruh merupakan komponen suprasistem, berupa variabel iklim, topografi, temporal dan suprasistem lainnya yaitu keputusan politik berupa kebijakan mikro yang bisa mempengaruhi semua simpul

Landasan teori dalam penelitian mengacu pada konsep teori simpul bahwa terjadinya penyakit skabies pada warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan

(35)

Klas I Medan dipengaruhi oleh faktor karateristik dan higiene perorangan pada warga binaan pemasyarakatan serta sanitasi lingkungan

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Sanitasi Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih b. Kondisi Fisik Rumah

Tahanan - Ventilasi - Kelembaban - Pencahayaan - Kepadatan Penghuni - Lantai Rumah Higiene Perorangan a. Kebersihan Rambut b. Kebershan Kulit

c. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Karateristik Individu

a. Umur b. Pendidikan

c. Lama dalam Tahanan

Kejadian Penyakit Skabies

- Sakit - Tidak Sakit

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Sanitasi Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

- Diletakkan dekat dengan area produksi, mengingat kegiatan pelatihan pada studio batik ini sebagian ikut pada area produksi, sehingga memaksimalkan fungsi ruang yang ada.

In this example, the variable $var was explicitly defined as global, meaning that after the func- tion is called, the variable will exist outside the function as well.. The output

8 Tanggapan responden terkait Adanya fitur pilih kategori tanding, usia dan kelas dalam sistem informasi ... 9 Tanggapan responden terkait Adanya fitur keuangan/ validasi

Praktik mengajar mandiri merupakan kelanjutan dari praktik mengajar terbimbing. Setelah membuat silabus dan RPP, mahasiswa diterjunkan ke kelas untuk diberi kesempatan

kompatibilitas antara sistem akuntansi yang digunakan oleh negara-negara anggota Uni Eropa dan IPSAS untuk menilai tingkat proses dalam menerapkan standar internasional ini, yang

Menilai suatu kinerja keuangan juga dapat dilakukan dengan dua pihak yaitu pihak pertama adalah pihak di dalam perusahaan atau pihak intern yang dengan bebas

Sedangkan Tujuan organisasi HIMPPAR ada dua, yaitu Pertama, Menghimpun Mahasiswa dan Pelajar yang berasal dari daerah Papua Barat yang sedang menuntut ilmu di Salatiga

Dengan sejarah konsumsi minuman beralkohol tidak tercatat yang sudah jauh lebih tinggi dibandingkan minuman beralkohol tercatat, dapat diasumsikan bahwa konsumen minuman