commit to user
1 BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
Deskripsi lokasi penelitian ini, dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang lokasi penelitian. Dalam deskripsi lokasi ini, akan dikemukakan beberapa hal yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Pemaparan deskripsi ini, diharapkan mampu memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai keadaan yang menjadi obyek penelitian, untuk dapat digunakan sebagai bahan untuk menilai keadaan lokasi penelitian secara obyektif.
1. Gambaran Umum Kecamatan Barat
Sejarah Kecamatan Barat merupakan kecamatan yang mulai berdiri dari tahun 2000, yang merupakan hasil pemekaran wilayah kecamatan sebelumnya yaitu Kecamatan Karangmojo. Sebelum tahun tersebut, nama Barat (=baca,(m)Barat) merujuk pada nama wilayah yang berpusat pada pasar tradisional yaitu Pasar Barat dan stasiun kereta api, yang akhirnya menjadi Stasiun Barat. Pada era otonomi daerah yang ingin berusaha untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat memungkinkan munculnya unit pemerintahan baru mulai dari tingkat propinsi, kabupaten / kota hingga kecamatan. Dengan melaksanakan otonomi daerah ini maka terjadilah adanya pemekaran beberapa wilayah dimana sebelumnya Kabupaten Magetan ini terdiri dari 13 kecamatan, kemudian untuk
commit to user
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kehidupan demokrasi, maka wilayah tersebut mengalami pemekaran menjadi 15 kecamatan. Pemekaran wilayah kecamatan di Kabupaten Magetan diatur dalam Perda No. 31 tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja kecamatan dalam kabupaten Magetan. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa dengan perda ini dibentuklah kecamatan baru yang merupakan pemecahan kecamatan lama, yang semula berjumlah 13 kecamatan sekarang menjadi 15 kecamatan.
Sedangkan dalam pasal 3 Perda yang mana menyebutkan bahwa kecamatan – kecamatan yang dipecah adalah :
a. Kecamatan Karangmojo menjadi Kecamatan Karangmojo dan Kecamatan Kartoharjo
b. Kecamatan Karangrejo menjadi kecamatan Karangrejo dan Kecamatan karas
Pada tahun 2002 perda tersebut diubah dengan adanya satu kecamatan lagi yang dimekarkan yaitu Kecamatan Magetan, sehingga Kabupaten Magetan terdiri dari 16 kecamatan. Perda baru yang mengatur hal tersebut adalah Perda No. 9 tahun 2002 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 31 tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja kecamatan dalam Kabupaten Magetan pada pasal 1 ayat (2) perda tersebut mengatakan bahwa pasal 3 Perda No. 31 tahun 2000 diubah dan dibaca :
a. Kecamatan Karangmojo menjadi Kecamatan Barat dan Kecamatan Kartoharjo
commit to user
b. Kecamatan Karangrejo menjadi Kecamatan Karangrejo dan Kecamatan Klaras
c. Kecamatan Magetan menjadi kecamatan Magetan dan kecamatan Ngariboyo.
Kecamatan Barat adalah salah satu kecamatan yang di mekarkan di Kabupaten Magetan karena tersebut seluas 22, 72 km2 dengan jumlah penduduk 33.183 jiwa. Berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2002 akhirnya kecamatan Karangmojo di mekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu :
a. Kecamatan Barat terdiri dari 14 desa/kelurahan b. Kecamatan Kartoharjo terdiri dari 12 desa/kelurahan
Tabel 4.1
Daftar Desa/ Kelurahan di Kecamatan Barat dan Kecamatan Kartoharjo
Kecamatan Barat Kecamatan Kartoharjo 1. Mangge 2. Tebon 3. Bogorejo 4. Karangsono 5. Banjarejo 6. Purwodadi 7. Manjung 8. Panggung 9. Ngumpul 10. Blaran 11. Jonggrang 12. Rejomulyo 13. Bangunasri 14. Klagen 1. Kartoharjo 2. Mrahu 3. Klurahan 4. Pencol 5. Sukowidi 6. Ngelang 7. Jajar 8. Gunungan 9. Jeruk 10. Karangmojo 11. BayemWetan 12. Bayemtaman
commit to user 2. Keadaan wilayah
a. Keadaan Geografis
Kecamatan Barat merupakan kecamatan yang terletak di bagian timur laut Kabupaten Magetan dan berada pada ketinggian antara 100 sampai dengan 135 meter diatas permukaan laut. Batas- batas wilayah Kecamatan Barat adalah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Kartoharjo Timur : Kabupaten Madiun Selatan : Kecamatan Maospati Barat : Kecamatan Karangrejo
Kecamatan Barat terdiri dari 2 kelurahan dan 12 desa yang merupakan kecamatan dengan jumlah desa/ kelurahan kecil dengan luas seluruh kecamatan Barat sebesar 22, 72 km2. Desa Jonggrang merupakan desa terluas dengan luas 2.66 km2, sedangkan desa Tebon dengan luas 0,75 km2 merupakan desa dengan luas terkecil. Dengan 14 desa/kelurahan yang ada di kecamatan Barat, berarti rata-rata luas tiap desa/kelurahan sebesar 1,62 km2 dan luas tanah tanah sawah 1.568,00 Ha dan lahan pertanian bukan sawah seluas 185, 00 Ha. Luas wilayah di kecamatan Barat ini 2.272,48 hektar, terbagi atas 1.568,00 hektar tanah sawah dan 704,48 hektar kering. Bidang pertanian merupakan sektor yang dominan di Kecamatan Barat, karena sebagian besar penduduk di Kecamatan Barat hidup dari bercocok tanam. Komoditas tanaman
commit to user
bahan makanan utamanya yaitu padi yang merupakan produk yang besar peranannya bagi masyarakat.
b. Keadaan penduduk
Jumlah Penduduk Kecamatan Barat dari tahun 2001 sampai tahun 2011 tercatat 33.183 jiwa yang terdiri dari laki-laki 15.792 jiwa dan perempuan 17. 391 jiwa. Dari komposisi tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Barat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Penduduk Kecamatan Barat apabila dikelompokkan berdasarkan umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk berdasarkan menurut kelompok umur dan jenis Kelamin
No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 1.234 1.134 2.368 2. 5- 9 1.239 1.156 2.395 3. 10-14 1.307 1.191 2.498 4. 15-19 1.180 1.154 2.334 5. 20-24 788 914 1.702 6. 25- 29 946 1.203 2.149 7. 30-34 1.199 1.218 2.417 8. 35-39 1.143 1.279 2.422 9. 40-44 1.241 1.334 2.575 10. 45-49 1.118 1.340 2.458 11. 50-54 1.166 1.373 2.539 12. 55-59 1.082 1.075 2.157 13. 60-64 709 796 1.505 14. 65-69 565 738 1.303 15. 70-74 382 645 1.027 16. 75 keatas 493 841 1.334 Jumlah 15.792 17.391 33.183
commit to user
3. Sejarah dan Perkembangan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Bahwa sebelum Otonomi Daerah Badan Pemberdayaan Perempuan dan keluarga berencana kabupaten Magetan, merupakan lembaga vertikal dengan nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), selanjutnya dengan dikeluarkan atau diberlakukan Otonomi daerah maka BKKBN berubah nama menjadi Dinas Keluarga Berencana dan Keluarga sejahtera (Dinas KBKS). Kemudian karena adanya penataan kembali terhadap keseragaman lembaga yang mengelola Keluarga Berencana, maka di keluarkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Dinas KBKS sekarang dirubah menjadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mulai dari Kabupaten sehingga UPTB yang ada di setiap kecamatan juga mengikutinya.
4. Misi dan Visi, Tugas Pokok, Struktur Organisasi dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana :
Berdasarkan dengan Undang undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga :
a. Visi dan Misi :
Visi BKKBN ditetapkan menjadi “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”, yaitu mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas yang ditandai dengan menurunnya Angka Kelahiran Total (TFR) menjadi 2,1 anak per wanita dan Net
commit to user
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera dengan melakukan penyerasian kebijakan pengendalian penduduk, penetapan parameter penduduk, peningkatan penyediaan dan kualitas analisis data dan informasi pengendalian penduduk dalam pembangunan keluarga berencana dan mendorong stakeholder beserta mitra kerja dalam menyelenggarakan pembangunan keluarga berencana dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga peserta dari kegiatan program KRR.
b. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana diatur dalam undang-undang RI nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga , yang disesuaikan dengan misi dan visinya. Untuk menjalankan tugas pokok Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang memiliki fungsi :
1) Perumusan kebijakan nasional
2) Penetapan norma, standart, prosedur, dan kriteria 3) Pelaksanaan advokasi dan koordinasi
4) Penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi 5) Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi
commit to user
6) Pembinaan, pembimbingan, dan memberikan fasilitas di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana c. Stuktur Organisasi Badan pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana di Kabupaten Magetan
Untuk melaksanakan tugasnya maka struktur organisasi Badan pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana maka diperlukan adanya pembagian tugas yang jelas supaya program dapat berjalan dengan baik.
commit to user 1
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN MAGETAN
Kepala Badan
Kelompok Jabatan
Fungsional Sekretaris Badan
Subbag Umum &
Kepegawaian Subbag Keuangan Evaluasi & PELAPORAN Subbag Perencanaan
Bidang Keluarga Berencana
Bidang Advokasi & peningkatan peran serta
Subbid Jaminan & Pelayanan KB Subbid Perlindungan &
Penangan Masalah Kesehatan reproduksi
Subbid Peningkatan Partisipasi dan peran serta Subbid Advokasi & Motivasi
Keluarga Bidang Keluarga Sejahtera Subbid Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Subbid Ketahanan Keluarga Bidang Pengelolaan Potensial Subbid Pengelolaan Potensial Subbid Demografi dan Statistik Bidang Pemberdayaan Perempuan Subbid Perlindungan perempuan & anak
Subbid Pengarusutamaan Gender KA UPTB PKS Kec.Magetan KA UPTB PKS Kec. Ngariboyo KA UPTB PKS Kec. Panekan KA UPTB PKS Kec. Plaosan KA UPTB PKS Kec. Poncol KA UPTB PKS Kec. Parang KA UPTB PKS Kec.Maospati KA UPTB PKS Kec.Barat KA UPTB PKS Kec.Kartoharjo KA UPTB PKS Kec. Karangrejo KA UPTB PKS Kec. Karas KA UPTB PKS Kec. Sukomoro KA UPTB PKS Kec. Kawedanan KA UPTB PKS
Kec. Takeran KA UPTB PKS Kec. Bendo Kec. Lembeyan KA UPTB PKS Kec.Nguntoronadi KA UPTB PKS KA UPTB PKS Kec. Sidorejo 59
commit to user
1 1) Kepala memiliki tugas :
a) Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan teknis di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.
b) Melaksanakan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan;
c) Menyelenggarakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; d) Membina, mengkoordinasikan dan mengelola data dan
informasi yang terkait dengan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;
e) Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang keluarga berencana dan Keluarga Sejahtera; f) Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program
dan kegiatan di bidang Pergerakan Masyarakat;
g) Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Pemberdayaan Perempuan;
h) Membina dan mengarahkan Kepala Sekretariat dan para Kepala Bidang dalam melaksanakan tugasnya;
i) Melakukan pembinaan terhadap kedisiplinan dan peningkatan kualitas sumber daya pegawai dalam lingkup Badan;
j) Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan keuangan;
k) Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan perlengkapan dan peralatan Badan;
l) Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
m) Menilai prestasi kerja Kepala Sekretariat dan Kepala Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir
commit to user
n) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan
o) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
2) Sekretaris memiliki tugas :
a) Merencanakan, mengkoordinasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan di bidang perencanaan, umum dan kepegawaian, keuangan serta perlengkapan
b) Menyusun rencana kegiatan tahunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
c) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;
d) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perencanaan;
e) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan dan umum dan kepegawaian;
f) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan keuangan;
g) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perlengkapan;
h) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan;
i) Mengkoordinasikan penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
commit to user
j) Menilai prestasi kerja para Kepala Sub Bagian dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir;
k) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan oleh pimpinan;
l) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.
3) Subbag umum dan kepegawaian memiliki tugas :
a) Mengelola dan melaksanakan urusan rumah tangga dan surat menyurat;
b) Mengelola dan melaksanakan urusan kearsipan;
c) Mengelola dan melaksanakan keprotokoleran dan perjalanan dinas;
d) Mengelola dan melaksanakan urusan ketatalaksanaan; e) Mengelola dan melaksanakan urusan perlengkapan; f) Mengelola dan melaksanakan urusan kepegawaian; g) Mengelola dan melaksanakan urusan umum lainnya;
h) Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
i) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan oleh pimpinan;
j) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.
4) Subbag keuangan memiliki tugas :
a) Mempersiapkan bahan-bahan dan menyusun rencana kebutuhan anggaran di lingkup Badan Keluarga Berencana dan
commit to user
Pemberdayaan Perempuan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b) Mempersiapkan bahan-bahan dan menyelenggarakan tata laksana di bidang keuangan
c) Mempersiapkan bahan tunjangan hak-hak keuangan pegawai di lingkup Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;
d) Mengelola dan melaksanakan verifikasi anggaran;
e) Mengelola dan melaksanakan pembukuan dan pelaporan keuangan;
f) Melaksanakan kegiatan penatausahaan perintah pembayaran anggaran;
g) Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelasanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan;
h) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan oleh pimpinan;
i) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.
5) Subbag perencanaan evaluasi & pelaporan : a) Merencanakan pengumpulan data
b) Mengkoordinir data dari masing-masing komponen c) Melakukan pengkajian / analisis data
d) Melakukan evaluasi dan monitoring data e) Menyusun laporan hasil kegiatan
commit to user
6) Bidang Keluarga berenana memilki tugas :
a) Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
b) Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
c) Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
d) Melakukan pembinaan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera; e) Melakukan koorddinasi, pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
f) Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing pelaksanaan tugas di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
g) Menilai prestasi kerja para Kepala Sub Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier;
h) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan oleh pimpinan; dan
i) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Sekretaris Badan.
7) Subbid jaminan dan pelayanan KB memiliki tugas :
a) Menyusun program jaminan, merumuskan kebijaksanaan dan strategi operasional dan pelaksanaan pelayanan keluarga berencana serta peningkatan pertisipasi dan peran serta:
commit to user
b) Merencanakan kebutuhan, alokasi, penanggulangan efek samping dan kegagalan alat kontrasepsi:
c) Melakukan upaya keterpaduan, sinkronisasi jaminan dan pelayanan keluarga berencana serta peningkatan partisipasi dan peran serta ;
d) Menyiapkan bahan kajian hasil kegiatan pelayanan keluarga berencana serta peningkatan partisipasi dan peran serta dan; e) Melaksanakan tugas – tugas dinas lain yang diberikan oleh
Kepala Bidang Keluarga Berencana
8) Subbid perlindungan dan penangan masalah kesehatan reproduksi memiliki tugas :
a) Menyusun program dan rencana pengendalian serta operasional kegiatan upaya perlindungan hak-hak reproduksi, kesehatan reproduksi, dan kesehatan reproduksi remaja
b) Merumuskan kebijaksanaan teknis dan strategi operasional serta menyusun petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis pembinaan perlindungan hak-hak reproduksi, kesehatan reproduksi dan kesehatan reproduksi remaja
c) Mengintegrasikan kegiatan upaya perlindungan hak-hak reproduksi, kesehatan reproduksi remaja dengan instansi lain dan lembaga kemasyarakatan
d) Melakukan pengawasan melekat dan pembinaan;
e) Menyiapkan dan melaporkan kajian hasil kegiatan perlindungan hak-hak reproduksi, kesehatan reproduksi dan kesehatan reproduksi remaja
f) Menyusun dan melaksanakan program kegiatan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;
g) Menyusun kebijaksanaan petunjuk pelaksana dan petunjuk tehnis serta strategi pelaksanaan kegiatan peningkatan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi ;
commit to user
h) Menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis peningkatan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; i) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan kegiatan peningkatan
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
9) Bidang advokasi dan peninkatan peran serta memiliki tugas : a) Pengendalian kegiatan advokasi dan motivasi keluarga serta
upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat b) Penyusunan rencana pengendalian dan operasional advokasi
dan motivasi keluarga serta upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat
c) Penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan dibidang advokasi dan motivasi keluarga serta upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat
d) Pelaksanaan bimbingan kepada masyarakat / kelompok dalam rangka pelaksanaan advokasi dan motivasi keluarga serta upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat e) Pengintegrasian kegiatan upaya advokasi dan motivasi
keluarga serta upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat
f) Penyampaian laporan kegiatan advokasi dan motivasi keluarga serta upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat dan;
g) Pelaksanaan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
10) Subbid Peningkatan partisipasi dan peran serta memiliki tugas: a) Melakukan kegiatan pembinaan institusi dan peran serta
commit to user
b) Menyusun rencana pengendalian dan opersional kegiatan pembinaan institusi dan peran serta masyarakat
c) Menyusun pedoman pelaksanaan kegiatan operasional pembinaan institusi dan peran serta masyarakat
d) Mengintegrasikan kegiatan pembinaan institusi dan peran serta masyarakat
e) Menyampaikan laporan kegiatan
f) Melaksanakan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang advokasi dan peningkatan peran serta
11) Subbid Advokasi dan motivasi keluarga memiliki tugas : a) Menyusun kegiatan advokasi dan motivasi keluarga
b) Menyusun pedoman dan petunjuk teknis advokasi dan motivasi keluarga
c) Melaksanakan keterpaduan dan sinkronisasi pelaksanaan pengendaliaan program advokasi dan motivasi keluarga
d) Melaksanakan hubungan kerja dengan komponen dan instansi terkait dalam pelaksanaan pengendalian program advokasi dan motivasi keluarga
e) Mengembangkan kegiatan lain, metode dan prosedur kerja yang berkaitan dengan advokasi dan motivasi keluarga
f) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
g) Melaksanakan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh kepala bidang advokasi dan peningkatan peran serta
12) Bidang Keluarga Sejahtera memiliki tugas :
a) Pengendalian keluarga sejahtera dan pemberdayaan ekonomi b) Penyusunan rencana pengendalian dan operasional kegiatan
commit to user
c) Penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan di bidang keluarga Sejahtera
d) Pengusulan penetapan keputusan tentang pemberian kredit modal kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)
e) Pengintegrasian kegiatan upaya pembinaan keluarga dengan instansi lain dan lembaga kemasyarakatan
f) Penyampaian laporan kegiatan pengendalian pemberdayaan ekonomi keluarga dan pelayanan modal usaha, pengembangan ketahanan keluarga dan peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat
g) Pelaksanaan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
13) Subbid Pemberdayaan Ekonomi Keluarga memiliki tugas :
a) Melakukan kegiatan pemberdayaan Ekonomi Keluarga melalui Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera( UPPKS)
b) Mengusulkan ketetapan keputusan tentang pemberian kredit modal usaha peningkatan pendapatan keluarga Sejahtera (UPPKS)
c) Menyusun rencana, pedoman pengendalian dan operasional serta pembinaan kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga d) Mengintegrasikan kegiatan Pembinaan Pemberdayaan
Ekonomi Keluarga dengan instansi lain dan lembaga kemasyarakatan
e) Melakukan pengawasan melekat dan pembinaan f) Menyampaikan laporan kegiatan
g) Memeriksa kelayakan kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)
commit to user
h) Melaksanakan tugas-rugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Keluarga Sejahtera
14) Subbid Ketahanan Keluarga memilki tugas:
a) Melakukan kegiatan pembinaan pengembangan ketahanan keluarga dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga
b) Menyusun rencana pengendalian dan operasional kegiatan pembinaan pengembangan ketahanan keluarga dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga
c) Menyusun pedoman, petunjuk pelaksanaan kegiatan pembinaan pengembangan ketahanan keluarga dn peningkatan kualitas lingkungan keluarga
d) Mengintegrasikan kegiatan pembinaan pengembangan ketahanan keluarga dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga dengan instansi laindan lembaga kemasyarakatan e) Menyampaikan laporan kegiatan dan melaksanakan
tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Keluarga Sejahtera
15) Bidang Pengelolaan Potensi memiliki tugas :
a) Pengendalian kegiatan pengelolaan perkembangan potensi keluarga, demografi, dan statistik program
b) Penyusunan kebijaksanaan dalam rangka penyediaan potensi keluarga dalam program
c) Pelaksanaan pengelolaan perkembangan potensi keluarga dalam pelaksanaan program
d) Pelaksanaan bimbingan kepada masyarakat/kelompok dalam rangka pelaksanaan pengelolaan perkembangan potensi keluarga dalam pelaksanaan program
commit to user
e) Pengintegrasian kegiatan upaya pengelolaan perkembangan potensi keluarga dalam pelaksanaan program
f) Pelaksanaan program analisa dan penilaian multi indicator dalam operasional pengelolaan perkembangan potensi keluarga dalam pelaksanaan program
g) Pentampaian laporan kegiatan advokasi dan motivasi keluarga serta upaya peningkatan partisipasi dan peran serta masyarakat dan pelaksanaan tugas-tugas dinas lain yang dibberikan oleh Kepala Badan
16) Subbid Pengelolaan Potensi memiliki tugas:
a) Mengumpulkan dan menyusun rencana kegiatan pengelolaan potensi keluarga dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dan keluarga sejahtera
b) Melaksanakan pengeloalaan pendataan keluarga dan keluarga miskin
c) Melaksanakan pengelolaan perkembangan potensi keluarga dalam pelaksanaan program keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan
d) Menyusun pelaksanaan efek dampak demografi dalam kegiatan program pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana
e) Menghimpun , mengklasifikasi dan menelaah aspek demografi dan aspek keluarga keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan
f) Melaporkan pelaksanaan pengelolaan program pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana
g) Menyusun segmentasi wilayah dan pemantauan wilayah kerja petugas lini lapangan dan
h) Melaksanakan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Potensi
commit to user
17) Subbid Demografi dan Statistik memiliki tugas:
a) Mengumpulkan dan menyusun rencana kegiatan demografi dan statistik
b) Menyusun data basis program sebagau bahan operasional program keluarga dan pembangunan keluarga sejahtera
c) Menyusun pelaksanaan pengeloaan efek dampak program keluarga dan pembangunan keluarga sejahtera
d) Menghimpun, mengklasifikasi dan menelaah aspek demografi dan aspek keluarga sejahtera
e) Melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan efek dampak dalam format yang baku
f) Melaksanakan analisa dan penilaian multi indicator dan operasional program keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera
g) Menyusun segmentasi wilayah dan pemantauan wilayah kerja petugas lini lapangan dan
h) Melaksanakan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Potensi
18) Bidang Pemberdayaan perempuan memiliki tugas:
a) Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan Perempuan;
b) Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang Pemberdayaan Perempuan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
c) Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pemberdayaan Perempuan; d) Melakukan pembinaan dan melaksanakan program dan
commit to user
e) Melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang Pemberdayaan Perempuan;
f) Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing pelaksanaan tugas di bidang Pemberdayaan Perempuan;
g) Menilai prestasi kerja para Kepala Sub Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier;
h) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan oleh pimpinan; dan
i) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Sekretaris Badan.
19) Subbid Perlindungan Perempuan dan anak memiliki tugas :
a) Mengumpulkan dan menyusun rencana kegiatan Pengelolaan peningkatan pperan perempuan dalam pemeliharaan dan perlindungan anak
b) Melaksanakan pengintegrasian upaya peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak dalam kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, dan HAM, politik, lingkungan dan Sosial Budaya
c) Melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan kebijakan perlindungan perempuan dan anak terhadap kekerasan, tenaga kerja peremupan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat d) Menyusun pelaksanaan peningkatan pemberdayaan dan peran
perempuan dan pemeliharaan anak
e) Menghimpun, mengklarifikasi dan menelaah peningkatan pemberdayaan dan peran perempuan dan pemeliharaan anak f) Melaporkan pelaksanaan pengelolaan program peningkatan
commit to user
g) Menyusun segmentasi wilayah dan pemantauan wilayah peningkatan pemberdayaan dan peran perempuan dan pemeliharaan anak dan
h) Melaksanakan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan
20) Subbidang Pengarusutamaan Gender memiliki tugas:
a) Mengumpulkan bahan untuk menyusun rencana kegiatan pengarusutamaan Gender
b) Menyusun data basis untuk program kegiatan pengarusutamaan gender
c) Menyusun pelaksanaan pengelolaan efek dampak program kegiatan pengarusutamaan gender
d) Menghimpun, mengklarisifikasikan dan menelaah aspek pengarusutamaan gender, perencanaan program dan anggaran yang responsive gender dan pengembangan materi KIE PUG e) Melaksanakan hasil pelaksanaan pengelolaan kegiatan
pengarusutamaan gender
f) Menyusun segmentasi wilayah dan pemantauan wilayah kegiatan pengarusutamaan gender dan
g) Melaksanakan tugas-tugas dinas lain yang diberikan oleh kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan
commit to user 1
Gambar 4.2 Susunan Pengurus Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Barat Pelindung Muspik
Penanggung Jawab UPTB PKS Pembina Konselor Sebaya Bendahara: 1. Dwi Syasyari 2. Irin Sunarti Ketua : 1. Hendra Wahyudi 2. Yunida Sri R. Sekertaris 1. Hermanto 2. Pramuda Wardana 1. Seksi pengkaderan minat & bakat :
Koordinator : Anang Tri Wahyudi Anggota : 1. Dimas Adyawarman
2. Rizal Prasetyo 2. Seksi peningkatan sumber daya manusia:
Koordinator : Yuli Raina R. Anggota : 1. Imtakhul Khalimah
2. Anam Susilo
3. Seksi pengembangan dan peningkatan kualitas PIK KRR
Koordinator : Dian Kartika Anggota : 1. Dewi Mekar Sari
2. Zahro Yusuf
4. Seksi pengembangan kewirausahaan Koordinator : Joko Susalim Anggota : 1. Devy Megawati
2. Agung 5. Seksi KIE
Koordinator : Sugiono Anggota : 1. Ninik Sukani
2. Arum Hidayatin
6. Seksi Humas/ Advokasi : Koordinator : Sugiarto Anggota : 1. Reza M W.
2. Murdiono 7. Seksi evaluasi
Koordinator : Endri Sunardi Anggota : 1. Muklis Agus S
2. Suryanto
commit to user
1
Adapun struktur organisasi memiliki tugas sebagai berikut: 1) Pelindung
a) Memberikan arahan terhadap pelaksanaan program Kesehatan Reproduksi Remaja di kecamatan Barat supaya berjalan dengan baik b) Memberikan perlindungan terhadap segala sesuatu yang berkaitan
dengan kegiatan KRR. 2) Penanggung jawab
a) Merumuskan kebijakan pokok terhadap kegiatan kesehatan reproduksi remaja (KRR) di kecamatan Barat dan Kabupaten Magetan
b) Bertanggung jawab atas pembinaan dan pengelolaan program kesehatan reproduksi remaja di kecamatan Barat dan Kabupaten Magetan
c) Menyampaikan laporan bulanan kepada atasan 3) Pembina
a) Membina kegiatan reproduksi remaja (KRR) di wilayah kecamatan Barat
b) Memberikan inovasi dalam kegiatan kesehatan reproduksi remaja (KRR) di wilayah kecamatan Barat
4) Ketua
a) Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kesehatan reproduksi remaja ( KRR) di wilayah kecamatan Barat
commit to user
b) Menyusun petunjuk tehnis serta adanya jadwal kegiatan kesehatan reproduksi remaja (KRR) di wilayah kecamatan Barat
c) Memberikan laporan kegiatan kesehatan reproduksi remaja ( KRR) tiap bulan kepada pembina
5) Sekertaris
a) Mengadministrasikan sikap pelaksanaan kegiatan kesehatan reproduksi remaja ( KRR) di wilayah kecamatan Barat
b) Menyusun laporan kegiatan kesehatan reproduksi remaja ( KRR) di wilayah kecamatan Barat
6) Bendahara
a) mengadministrasikan setiap penerimaan dan pengeluaran keuangan yang berkaitan langsung dengan program kesehatan reproduksi remaja (KRR) di wilayah kecamatan Barat
b) melaporkan keuangan kepada ketua kegiatan kesehatan reproduksi remaja (KRR) di wilayah kecamatan Barat
7) Seksi Pengkaderan
a) Mengetahui setiap remaja baik itu masalah potensi, bakat dan hobinya, pendidikannya untuk dijadikan kader KRR di wilayah kecamatan Barat
b) Memonitoring setiap remaja yang tergabung oleh pusat informasi konsultasi kesehatan reproduksi remaja (PIK- KRR) di wilayah kecamatan Barat
commit to user
8) Seksi peningkatan sumber daya manusia ( SDM)
a) Mengadakan pelatihan-pelatihan tentang kegiatan kesehatan reproduksi remaja di wilayah kecamatan Barat
b) Mengadakan study banding khususnya pada kegiatan kesehatan reproduksi remaja di wilayah kecamatan Barat
9) Seksi pengembangan dan peningkatan kualitas PIK-KRR
a) Mengadakan pengelolaan kepada kelompok kegiatan kesehatan reproduksi remaja yang sudah ada serta mengadakan pengembangan kelompok kegiatan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang baru terbentuk
b) Meningkatkan baik kualitas dan kuantitas peserta dengan kelompok PIK-KRR
10) Seksi pengembangan kewirausahaan
a) Menumbuhkan kewirausahaan kepada remaja sebagai bekal kehidupan setelah tidak remaja lagi
b) Mengadakan pelatihan kewirausahaan bagi remaja, agar ide dan bakatnya dapat tersalurkan
11) Seksi KIE
Memberikan komunikasi, informasi, edukatif kepada remaja mengenai perkembangan kegiatan kesehatan reproduksi remaja 12) Seksi Humas/ Advokasi
commit to user
a) Memberikan informasi yang benar tentang program kesehatan reproduksi Remaja baik kepada remaja atau tokoh masyarakat dan tokoh agama
b) Menghubungkan permasalahan kesehatan reproduksi remaja ( KRR) dari PIK-KRR kepada penanggung jawab kesehatan reproduksi remaja di kecamatan
13) Seksi evaluasi
Mengevaluasi program kegiatan kesehatan reproduksi remaja ( KRR) secara menyeluruh
B. Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi Remaja untuk mewujudkan Tegar Remaja di Kecamatan Barat
Sebelum memaparkan implementasi program Kesehatan Reproduksi Remaja untuk mewujudkan Tegar remaja di kecamatan Barat, terlebih dahulu penulis ingin menguraikan tahapan-tahapan pelaksanaan program Kesehatan Reproduksi remaja yang ada di kecamatan Barat tersebut. Pada program kesehatan reproduksi remaja ini khususnya yang ada di kecamatan Barat dititik beratkan pada pelayanan peningkatan pengetahuan melalui wadah yang bernama Pusat informasi konseling- kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR) yang mana di masing-masing desa memiliki wadah tersebut, pada kecamatan Barat ini PIK-KRR berada di desa Bogorejo. Hal ini diharapkan remaja mempunyai wadah dalam menangani masalah yang dihadapi remaja dan dari sini maka dapat mengembangkan dan menyalurkan semua ide, gagasan serta berusaha untuk memberikan solusi khususnya bagi remaja yang
commit to user
memiliki masalah dengan kesehatan reproduksi remaja .Untuk menjalankan program KRR maka diperlukan dari beberapa pihak baik itu orang tua, LSM/LSOM atau POKJA-POKJA yang peduli terhadap program ini supaya kenakalan remaja yang selama ini sangat mengkhawatirkan dapat teratasi. Karena masa itu merupakan proses dimana mereka mengalami perkembangan dan perubahan. Dalam hal ini faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar dalam pergaulan dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya dimana remaja sering berkelompok secara kebetulan kurang baik maka anak tersebut memiliki sikap dan perilaku yang tidak baik pula. Dengan ini maka diperlukan adanya bimbingan dari orang tua dan lingkungan yang memungkinkan agar anak tidak terjerumus dan terjebak didalamnya karena pada saat itu bagi anak yang baru menginjak remaja biasanya masih mencari identitas diri atau jati dirinya.
Dalam program KRR bertujuan untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi anak yang menuju masa remaja, karena dengan adanya peralihan itu akan mudah terbawa arus. Diantara mereka terdapat suatu kebiasaan untuk saling mempengaruhi dan cenderung untuk mencoba sesuatu yang baru dan menantang. Sehingga remaja perlu dikenalkan dan dididik tentang perilaku-perilaku seksual yang menyimpang seperti homoseksual dan biseksual, hubungan seks yang semestinya harus dihindari. Maka remaja harus diberi pengertian tentang kesehatan reproduksi remaja secara utuh. Untuk itu maka peran orang tua sangatlah membantu dalam kesehatan reproduksinya, oleh karena itu orang tua merupakan bagian dari keluarga
commit to user
dari unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari anggota –anggota baik anak/ remaja yang dikepalai oleh orang tua, yang mana orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan tanggung jawab terhadap perkembangan fisik dan non fisik yang berkaitan dengan perkembangan organ reproduksi maupun perilaku reproduksi remaja yang dilakukan melalui interaksi yang berupa komunikasi. Sebagai orang tua, hendaknya memberikan bimbingan dan arahan kepada anak-anknya dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama yang harus di tanamkan sejak dini, agar kelak remaja dapat membentuk rencana hidup yang mandiri, disiplin dan memiliki rasa tanggung jawab. Sebagai pendorong supaya remaja ada kemampuan dan keberanian serta memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai macam masalah yang akan dihadapinya. Selain itu, orang tua memiliki perat sebagai panutan yang dapat memberikan contoh dan teladan yang baik dalam hal menjalankan nilai-nilai agama maupun norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Orang tua juga selalu mengawasi setiap tingkah laku atau sikap perilaku remaja secara bersahabat dan lemah lembut, supaya mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawa ke arah kenakalan remaja yang dapat merugikan dirinya sendiri. Sebagai teman, biasanya memasuki akil baligh orang harus sabar dan mau mengerti tentang perubahan remaja. Maka diperlukan dialog yang hangat dan akrab jauh dari ketegangan, sehingga remaja merasa terlindungi sebagai konselor.
commit to user
Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang positif dan negatif terhadap suatu masalah sehingga remaja mampu belajar mengambil keputusan yang terbaik, orang tua dituntut tidak menghakimi, akan tetapi dengan jiwa besar justru harus merangkul remaja dalam menghadapi masalah. Sebagai komunikator suasana yang harmonis dan saling memahami antara oramg tua dan remaja dapat menciptakan komunikasi yang baik sehingga informasi yang dibutuhkan remaja dapat diterima dengan baik dan jelas.
Didalam pelaksanaan program Kesehatan reproduksi Remaja ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu pendataan, pendekatan informal dan non informal kepada tokoh agama dan masyarakat, melakukan koordinasi dengan PIK- KRR di masing- masing desa ataupun kecamatan, diantaranya yaitu :
1. Pendataan
Pembangunan keluarga yang berkualitas dapat dilakukan melalui pemberdayaan keluarga yang merupakan wahana untuk mengembangan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan dengan mewujudkan pelembagaan dan pemberdayaan visi keluarga berkualitas guna meningkatkan kemampuan keluarga sebagai peran dan memiliki rasa bertanggung jawab dalam pengembangan anggota keluarga tersebut. Untuk itu perlu memperhatikan sistim nilai yang ada dalam masyarakat, kondisi politik, ekonomi, sosial bidaya dan pertahanan keamanan serta perkembangan globalisasi.
commit to user
Proses pemberdayaan keluarga dilakukan secara terpadu oleh pemerintah bersama masyarakat melalui pemantapan sosialisasi dan pelaksanaan delapan fungsi keluarga sesuai dengan kondisi tiap-tiap keluarga melalui siklus perkembangan keluarga yang bertujuan untuk menjadikan setiap anggotanya sebagai insan pembangunan yang produktif dan kompetitif dalam rangka menuju persaingan pasar bebas. Pemberdayaan keluarga diawali dengan pengenalan kondisi dan potensi keluarga sasaran, melalui pendataan keluarga yang dilakukan oleh petugas lapangan (PLKB) dan aparat desa/ kelurahan dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah melalui wawancara dan pengamatan setiap keluarga.
Dengan adanya pengumpulan data yang dilakukan oleh kader yang berasal dari masyarakat itu sendiri merupakan suatu rincian yang meliputi beberapa aspek, merupakan bagian operasional yang dapat dipertanggung jawabkan serta dapat melengkapi dalam menyempurnakan data lain yang telah ada di tingkat RT/RW/ dusun ataupun wilayah lain yang setingkat. Hasilnya, menjadi data basis yang sifatnya sangat operasional dan bermanfaat untuk digunakan pada setiap tingkat pemerintahan.
Sebelum adanya pendataan terlebih dahulu di adakan kunjungan yang mana dilakukan oleh tokoh formal dan informal yang mendatangi pada tiap-tiap rumah yang memiliki anak remaja, karena pendataan ini lebih di fokuskan kepada remaja yang memiliki permasalahan. Karena masa remaja itu masa dimana mereka mengalami peralihan dari anak-anak
commit to user
ke masa dewasa. Dengan adanya PIK KRR ini dapat membantu dalam menghadapi kehidupan remaja yang sangat menentukan bagi kehidupan dimasa depan mereka selanjutnya. Kemudian barulah membentuk sosialisasi yang akhirnya di kembangkan melalui wadah yang bernama “ PIK Remaja “.
Dengan adanya PIK Remaja ini memiliki peranan dilingkungan remaja sangat penting karena dapat membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang program KRR.
Hal ini yang telah diungkapkan oleh ibu Dra. Suhermawati ( salah satu petugas lapangan keluarga berencana) menjelaskan :
“...Untuk mengetahui program KRR di Kecamatan Barat maka diperlukan adanya pengidentifikasian jumlah remaja di masing-masing wilayah dengan cara mengadakan pendataan keluarga yang dilakukan setiap tahun selama 3 bulan sekali pada bulan (Juli, Agustus, dan September)”. Dalam kegiatan pendataan ini di bantu oleh PLKB melalui kader desa diantaranya adalah diperlukan pembantu pembina keluarga berecana desa (PPKBD), sub pembantu pembina keluarga berencana desa (Sub PPKBD) serta kelompok keluarga berencana dan keluarga sejahtera (KBKS). Pada program KRR ini sasaran utamanya dalam hal pendataan meliputi seluruh keluarga dan anggota keluarganya.
Selain itu kemudian Ibu Wiwik Purnaningsih, SE (selaku petugas lapangan keluarga berencana menambahkan bahwa :
Pendataan ini dapat dijadikan acuan oleh pengelola, orang tua, remaja, tokoh masyarakat, tokoh agama, lSM/LSOM yang peduli dengan program KRR .akan tetapi dalam melakukan pendataan juga memiliki beberapa kendala diantaranya yaitu kurangnya dana dalam menjalankan kegiatan pendataan program KRR, kurangnya kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusia,
commit to user
kurang sarana dan prasana dalam pendataan, kurang aktifnya masyarakat dalam kegiatan pendataan.
Dengan adanya pendataan yang dilakukan pada setiap bulan ini dapat mempermudah di dalam kegiatan pendataan yang dilakukan oleh PLKB . Selain itu dalam hal pendataan, maka di perlukan adanya persiapan diantaranya adalah :
a. Pengumpulan data/ rewancara yang terdiri dari para kader masyarakat, seperti kader KB, kader Posyandu, kader dasa wisma/ PKK, karang taruna, saka kencana /pramuka dan tokoh masyarakat setempat.
b. Pembina pengumpul data yang terdiri para penyuluh KB/PLKB atau petugas yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang, yang membina RT,RW/dusun, sedangkan desa / kelurahan yang bersangkutan.
c. Penanggung jawab pengumpulan data.
Tanggung jawab pelaksanaan di dalam pengumpulan data yaitu para ketua RT, dusun/RW, dan para kepala desa/ kelurahan setempat. Penanggung jawab kegiatan pendataan di tingkat desa/ kelurahan ke bawah biasanya dibantu oleh PLKB/ petugas yang di tunjuk oleh pejabat yang berwenang di desa/ kelurahan dan pelaksanaannya di bantu oleh PPKBD/ sub PPKBD, LKMD, PKK, generasi muda, petugas-petugas dan instansi pemerintah dan para tokoh dan kader dari institusi masyarakat.
commit to user d. Pengawas pengumpulan data.
Pengawas pelaksanaan pendataan keluarga berada pada pengendali PLKB atau petugas yang di tunjuk oleh pejabat yang berwenang di masing-masing kecamatan melalui pengamatan pendataan keluarga. Di samping itu petugas dari satuan kerja perangkat daerah Pengelolaan program KB Kabupaten/ kota, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana provinsi dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana pusat perlu melakukan pengamatan dan bimbingan terhadap pelaksanaan pendataan keluarga. Pengamatan dilakukan secara acak ( random sampling) dengan menggunakan formulir LS. R/ I/KS/07
e. Petugas pembuat peta keluarga. Pembuatan peta keluarga sesuai dengan hasil pendataan yang dilakukan oleh PPKBD/ sub PPKBD dengan bantuan para kader.
Dengan adanya pendataan ini yang dilakukan setiap tahun selama 3 bulan ini sangat membantu mempermudah PLKB dalam pendataan, karena dengan adanya pendataan ini PLKB akan mempermudah untuk mengetahui dan mengamati langsung di lapangan sehingga akan mempermudah untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat terutama dalam program KRR. Dengan adanya data ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang dimiliki pada masing – masing kader dapat berupa jenis datanya yang dikumpulkan kurang, dukungan biaya atau dana dalam
commit to user
pendataan kurang mencukupi dalam hal ini akan mempengaruhi akurasi dan kualitas data hasil pendataan keluarga.
Pengembangan variabel dan indikator serta mekanisme pelaksanaan pendataan keluarga ini memiliki sifat dinamis mengikuti kelembagaan program KB nasional yang didasari oleh Keppres nomor 103 tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangan lembaga pemerintahan non Departemen yang telah di ubah dengan Keppres nomor 32 tahun 2003 dan diperbaruhi lagi dengan Keppres nomor 9 tahun 2004. Perkembangan kelembagaan dan lingkungan strategis seperti terjadinya adanya desentralisasi, demokratisasi, debirokratisasi, globalisasi, hak asasi manusia serta adanya perubahan pengurus utama gender yang mengakibatkan adanya perubahan visi dan misi program KB nasional. Visi program KB adalah keluarga berkualitas 2015, dengan misi membangun keluarga Indonesia untuk memiliki arah ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak- hak reproduksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, memberikan failitas yang memadai, perlindungi, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaringan KB. Perubahan kelembagaan dan lingkungan stategis tersebut juga menuntut perlu segera dilakukan penyesuaian atau perubahan variabel dan indikator pendataan keluarga, sehingga diperlukan asesmen terhadap variabel dan indikator serta mekanisme pendataan keluarga.
commit to user
Pendataan keluarga dengan variabel dan indikator yang ada maka pendataan diharapkan dapat diperoleh menggunakan data basis keluarga dan data anggota keluarga yang dapat memberikan gambaran dengan tepat tentang hasil- hasil pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dapat digunakan untuk kepentingan operasional langsung dilapangan serta untuk kepentingan penetapan kebijakan, perencanaan, pengendalian serta penilaian oleh pengelola dan pelaksana di semua tingkat. Dengan adanya data demografi tersebut maka akan diketahui jumlah remaja di suatu daerah itu dan sekaligus dapat dijadikan data basis dan sasaran yang akan di kerjakan setiap tahunnya baik yang dilakukan dari tingkat pusat sampai daerah. Sehingga dalam hal ini, dapat dijadikan tolak ukur ataupun acuan untuk remaja yang sudak ikut bergabung dengan PIK-KRR.
2. Pendekatan formal dan informal kepada tokoh agama (TOGA) dan tokoh masyarakat (TOMA)
Pendekatan formal dengan mendekati Kepala Desa, Kepala Dusun, Ketua RW dan RT dan sedangkan tokoh informal dapat berupa (tokoh masyarakat seperti tokoh adat dan tokoh agama), sehingga program KRR ini mendapatkan respon yang baik di kalangan masyarakat. Para pengelola program KRR di tingkat Kecamatan telah mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti pada saat kegiatan PKK, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Polres, Kodim, Kantor Lingkungan Hidup, Kantor Depag, terutama dalam hal pelayanan KB dan kesehatan reproduksi termasuk
commit to user
kegiatan dukungan lainnya. Koordinasi dan kerjasama ini telah diperluas dengan Dinas Nakersos khususnya UPTD Balai Latihan Kerja, Dinas Pekerjaan Umum, Kantor Pelayanan Terpadu, Sat Pol PP, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD). Dengan adanya pendekatan pada tokoh informal dan tokoh formal di manapun mereka bekerja yang tidak kalah pentingnya tetap melakukan advokasi konseling secara lebih intensif pada masyarakat luas khususnya bagi keluarga, agar mereka memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap program KRR. Advokasi merupakan proses komunikasi yang berbeda dengan penyuluhan atau edukasi. Advokasi lebih dari KIE.
Advokasi merupakan mencari dukungan, komitmen, pengakuan, mengenai masalah yang tertentu dari para pengambil keputusan. Pelaksanaan advokasi ini khususnya dalam program KRR ini di dasarkan pada data yang mmenyangkut masalah tersebut. Untuk itu maka diperlukan adanya analisis situasi dan kajian “baseline” mengenai permasalahan yang kongkret untuk mendapat dukungan. Dalam melakukan kegiatan advokasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dalam mensosialisasikan program KRR baik yang dilakukan leh pemerintah, swasta, LSM/LSOM, tokoh politik, tokoh agama maupun tokoh masyarakat hal ini merupakan sasaran utamanya yang harus dilaksanakan dalam kegiatan advokasi.
Berikut pernyataan dari bapak Yannita Chairul M (salah satu pengelola KRR di kecamatan) yaitu :
commit to user
“... di dalam pendekatan formal dan informal di perlukan adanya peran tokoh masyarakat ataupun tokoh agama yang memiliki tugas dalam menyampaikan KIE (komunikasi informasi dan edukasi kepada masyarakat) yang mana dalam menyampaikan KIE ini dapat berupa materi yang berkaitan dengan program KRR. Materi yang di berikan dapat berupa pemahaman tentang hak-hak reproduksi, diberikan bekal yang berupa keterampilan agar remaja itu memiliki kemandirian untuk menghadapi kehidupan yang akan datang, pengembangan kepercayaan diri, tanggung jawab remaja terhadap keluarga. Ini semua dapat disampaikan melalui forum-forum resmi ataupun tidak resmi. Dalam rorum resmi seperti pada saat rapat koordinasi desa, rapat LKMD, LMD. Sedangkan pada forum tidak resmi melalui rapat pertemuan tim penggerak PKK desa, penyuluhan, menyampaikan materi pada saat diadakan pengajian dalam menyampaikan materi itu terdapat banyak orang, kunjungan di rumah, serta dapat berupa kesenian tradisional .
Kemudian di tambah oleh pernyataan ibu Wiwik Purnaningsih, SE (selaku petugas lapangan keluarga berencana) sebagai berikut :
“ Dalam penyampainnya KIE ini diperlukan peran tokoh masyarakat, tokoh agama yang mana semua PLKB tersebut memiliki tugas dalam program KRR yang berusaha untuk memberikan dukungan kepada remaja agar mereka berperilaku kearah yang positif, yang dapat memberikan arahan, contoh-contoh yang baik khususnya pada remaja. Karena masa remaja itu masa dimana anak berusaha ingin mengetahui hal-hal baru. Untuk itu dalam menyampaikan KIE sebaiknya di sesuaikan dengan materi agar tiap remaja tidak bosan dalam menerima materi KRR dan memiliki keterbukaan apabila ada remaja yang ingin tahu. Dan berusaha menjadi pendengar yang baik apabila ada remaja yang ingin tahu, agar remaja itu tidak terjerumus ke arah yang tidak diinginkan yang akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri ataupun orang tua”.
Dengan adanya KIE pada program Kesehatan reproduksi remaja untuk mewujudkan Tegar Remaja ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang positif baik bagi orang tuanya maupun remajanya, yang berguna untuk menciptakan kondisi yang mendukung bagi peningkatan kualitas reproduksi remaja. Untuk itu maka diperlukan adanya pelayanan KIE kesehatan reproduksi remaja haruslah
commit to user
bersifat profesional, informatif, terbuka, rasional, jujur dan mempunyai rujukan yang benar dan tepat sesuai dengan kondisi masyarakat dimana KIE itu dilaksanakan. Untuk menyebarkan KIE ini dapat diberikan pada pada saat forum-forum resmi ataupun tidak resmi yang biasanya dilakukan pada rapat koordinasi desa, kelompok pengajian, pertemuan rutin dan kelompok kegiatan masyarakat seperti kunjungan rumah ataupun kesenian tradisional-tradisional dapat menggunakan multi media yang merupakan perpaduan antara media massa, media kelompok kecil dan mdia wawan muka yang berupa home visit. Dalam hal ini penggunaan media dan penyampaian pesan-pesan program KRR ini diperkuat dengan media konseling yang dapat membantu menangani permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Dalam penyampaian KIE ini diperlukan adanya desentralisasi, koordinasi dan keterpaduan dalam pengelolaan KIE di masing-masing wilayah baik di pusat mapun di kecamatan.
3. Melakukan Koordinasi dengan PIK –KRR
PIK-KRR berada di bawah binaan langsung Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang selalu melakukan koordinasi dengan instansi-instansi pemerintahan seperti Dinas Kesehatan , Dinas Pendidikan, KUA, Kepolisian, dan LSM yang peduli terhadap permasalahan remaja. Dalam melakukan kegiatan. Sedangkan PIK-KRR juga melakukan koordinasi dengan puskesmas kecamatan Barat dalam hal ini kalau di desa dengan bidan desa dalam hal kesehatan reproduksinya, selain itu PIK-KRR berkoordinasi dengan KUA Kecamatan Barat dengan
commit to user
mengadakan penyuluhan agama, selain itu dapat melalui UPTD pendidikan di kecamatan Barat dengan mengadakan penyuluhan serta memberikan materi tentang KRR. Kapolsek kecamatan Barat dapat memberikan materi tentang narkoba menggunakan pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi terhadap permasalahan-permasalahan dunia remaja terutama yang tercakup dalam TRIAD KRR yaitu seksualitas, HIV/AIDS, napza dan miras yang mana ketiga problem tersebut banyak menghantui para remaja untuk bisa melewati masa remajanya dengan baik. Karena dengan terbentuknya PIK-KRR untuk remaja maka hampir semua bentuk kegiatannya dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik lebih banyak remaja untuk ikut bergabung.
Tujuan utama dikembangkannya program PIK-KRR oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah untuk memberikan kesadaran sejak dini terhadap remaja akan pentingnya pendewasaan usia nikah dan menjaga kesehatan reproduksi mereka sendiri sehingga nantinya remaja-remaja ini juga bisa membentuk sebuah keluarga yang sehat dan berkualitas. Keberhasilan sebuah bangsa berawal dari sebuah keluarga, dan keberhasilan sebuah keluarga tumbuh dari anggotanya, remaja adalah salah satu dari anggota keluarga. Dengan adanya koordinasi yang di lakukan oleh Badan pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana ini pemerintah juga memiliki peran dalam memajukan program ini, maka Badan pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana ini menggarap peningkatan kesehatan reproduksi
commit to user
remaja melalui Bina Keluarga Remaja, dan juga diperlukan adanya fasilitator untuk menjalankan program tersebut, di perlukan pengembang pendidik sebaya (peer educator) serta konselor sebaya (peer counselor). Sedangkan Dinas Pendidikan dapat meningkatkan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah. Depag atau KUA dapat di salurkan melalui sekolah-sekolah keagamaan dan pondok pesantren. Sementara untuk Depsos lebih menekankan remaja–remaja di luar sekolah seperti misalnya kelompok anak jalanan.
Dengan adanya koordinasi yang terencana maka di perlukan adanya jaringan kerja untuk dapat memperlancar program KRR baik yang dilakukan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sampai tingkat kecamatan. Pada tingkat pusat dan provinsi koordinasi dapat dilakukan pada lintas sektor yang berada di bawah naungan Bupati/ Walikota dan DPRD. Pada tingkat kabupaten /kota dapat membentuk jaringan dengan menggunakan dukungan sosial melalui Dinas Kesehatan, rumah sakit, Dinas Pendidikan, dinas sosial, departemen agama serta Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana , dan juga masyarakat lain yang mendukung kegiatan program KRR. Sedangkan untuk tingkatan kecamatan dapat membentuk jaringan melalui Puskesmas, sektor keluarga berencana, unit yang terkait baik sektor agama, sektor pendidikan, sektor sosial .
commit to user
Gambar 4.3Kemitraan Lintas Sektor dalam Jaringan Program Kesehatan Reproduksi Remaja
commit to user
Untuk menyampaikan materi Kesehatan reproduksi remaja (KRR) maka diperlukan adanya alternatif kegiatan diantaranya melalui :
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KIE ini merupakan salah satu program untuk meningkatkan pengetahuan, membentuk sikap dan perilaku remaja serta orang tuanya agar mereka peduli dan bertanggung jawab dalam program KRR. Selain itu KIE ini memberikan motivasi kepada remaja agar dapat memanfaatkan PIK-KRR yang tersedia pada tiap-tiap desa ataupun kecamatan. Pada masa remaja biasanya mereka memiliki atau cenderung ingin tahu tentang segala hal kususnya pada masalah kesehatan reproduksinya. Keingintahuaan ini mereka salurkan dengan membaca, menonton, dari manapun sumber yang di dapatkan tanpa menyadari bahwa mungkin saja informasi yang didapatkan salah dan menyesatkan. Untuk itu maka peran media KIE penting untuk memberikan informasi yang benar.
Tujuan penggunaan materi KIE untuk program KRR adalah : 1) Memberikan informasi yang benar dan bertanggung jawab
2) Memberi motivasi pada remaja untuk mencari pertolongan bila menghadapi masalah
3) Agar remaja mempraktekkan perilaku hidup sehat
4) Mengadvokasikan pihak lain sebagai pendukung perubahan Upaya- upaya yang dilakukan adalah :
1) Pengembangan menggunakan pedoman, juklak, juknis KIE-KRR 2) Pengembangannya menggunakan Media dan pesan KRR
commit to user
3) Menyebarluaskan pesan-pesan KRR sesuai dengan segmen sasaran 4) Memberikan pelatihan petugas KIE dan orientasi bagi pengelola
program KRR
5) Memberikan penyuluhan dan orientasi bagi remaja melalui kelompok remaja dapat berupa kegiatan di sekolahan yaitu berupa OSIS, Karang taruna, Peer Grup, pramuka dll
6) Kie dapat menggunakan media elektronik, cetak, media luar ruangan dll.
Dengan adanya KIE ini maka, di butuhkan juga keterlibatan orang tua, petugas lapangan keluarga berencana, petugas kesehatan,dan penyuluh agama di Kecamatan Baratdalam menentukan sasaran yang sesuai dengan kelompok umur remajanya.
b. Penyuluhan
Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan pelaksanaan penyuluhan KRR di Kecamatan Barat ini dilakukan sebulan sekali pada tiap-tiap PIK-KRR di desa-desa yang dilakukan oleh petugas lapangan Keluarga berencana (PLKB), petugas kesehatan, pengurus agama dan juga dilakukan oleh pdndidik sebaya dan pendidik konselor yang di pilih oleh dinas kecamatan Barat yang mampu untuk menyampaikan materi yang akan di berikan kepada remaja. Dalam
commit to user
menyampaikan materi biasanya pendidik sebaya di beri pelatihan/ orientasi agar mereka mampu menguasai tentang program KRR. Sehingga apabila ada remaja yang ingin bertanya kepada pendidik konselor, maka akan diberikan jawaban yang sesuai dengan permasalahan yang di hadapi oleh remaja.
Sebelum diadakan penyuluhan, pendidik sebaya seharusnya memperhatikan :
1) Kesiapan Pribadi. Sebelum menyampaikan materi seorang pendidik sebaya sebaiknya terlebih dahulu membaca materi yang akan disampaikan, mencari informasi mengenai peserta penyuluhan, dalam menyampaikan materi sebaiknya menggunakan bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan keadaan peserta penyuluhan, merencanakan skenario alokasi waktu, dan melatih diri untuk kegiatan ceramah.
2) Pengaturan tempat . Dalam kegitan penyuluhan pengaturan tempat sangat diperlukan , apabila tempat yang di gunakan tidak nyaman dapat menyebabkan penerima materi tidak dapat menerima dengan baik, tidak ada orang lalu-lalang dalam menyampaikan materi agar materi yang diterima dapat diterima dengan baik dan jauh dari kebisingan dalam hal ini maka di perlukan pengaturan tempat untuk mengetahui jumlah peserta banyak atau sedikit yang mengikuti kegiatan tersebut, jika ruangan memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta. Hindari bentuk susunan tempat
commit to user
duduk berderet kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk huruf “U “.
3) Alat Bantu dalam menyampaikan materi dengan menggunakan OHP,
in-focus, pengeras suara (microphone), listrik, dan sebagainya.
Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik. Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta dengan mudah. Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke bawah. Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas agar mudah terbaca. Dan juga sebagai pendidik sebaya apabila mereka bertugas dalam menyampaikan materi sebaiknya datang lebih awal dari waktu penyuluhan (+ 15-30 menit) untuk memeriksa fasilitas alat bantu.
c. Konseling
Konseling merupakan proses pemberian bantuan dari petugas atau PLKB kepada kliennya, dapat melalui tatap muka dan sms. Sedangkan pelaksanaan konseling diadakan setiap satu bulan sekali di PIK-KRR setiap desa. Dalam memberikan pelayanan yang berupa via sms dapat dilakukan setiap hari , dimana dalam kegiatan konseling ini biasanya memberikan pelayanan kepada remaja tidak kurang dari 15 klien dan petugas konseling berusaha memberikan solusi atas semua permasalahan yang di hadapi oleh remaja. Dalam menyampaikan informasi petugas sebaiknya tidak memihak kepada salah satu klien, agar
commit to user
klien mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang dihadapinya, sehingga diharapkan klien dapat membuat suatu keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya sendiri. Atas dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan keputusan yang telahh dipilihnya secara mantap, karena telah memahami alasan dan tujuannya.
Berikut pernyataan dari petugas PIK-KRR di Kecamatan Barat , mas Hendra selaku ketua PIK-KRR yaitu :
Dengan adanya konseling yang ada di PIK- KRR ini sangatlah membantu remaja dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh remaja. Selain itu dalam pembentukan PIK-KRR ini juga di bantu oleh petugas lapangan keluarga berencana dalam mengelola program KRR. Dengan di bantu oleh PLKB setempat maka proses program KRR ini dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya konseling maka terbentuk semboyan “ Satu Tuju” yang artinya sebagai berikut :
G – Great ( Berikan salam )
A – Asik ( tanyakan apa masalah klien )
T – Telling ( ungkapkan informasi sesuai kebutuhan klien) H – Help ( bantu klien mencapai keputusan)
E – explaining ( jelaskan agar klien ingat)
R – Return ( undang klien untuk kunjungan ulang )
1) G - graet ( berikan salam )
Salam yang bersahabat dari petugas kesehatan akan membuat klien merasa diterima dengan baik. Hal ini membangun hubungan yang baik sejak dari awal antara klien dengan petugas kesehatan dan hubungan yang baik akan membangun kepercayaan antara klien dan petugas
commit to user 2) A - asik (tanyakan)
Petugas kesehatan harus memiliki kemempuan bertanya yang efektif dan juga kemampuan mendengar aktif pada jawaban klien. Petugas dapat menanyakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui lebih lebih banyak, namun yang penting adalah pertanyaan yang dapat mengungkap bagaimana persaaan dan keinginan klien
3) T – Telli (Ungkapkan informasi )
Petugas kesehatan harus memiliki respon terhadap situasi, kebutuhan dan keprihatinan klien. Petugas kesehatan memberikan informasi yang dapat mmembantu klien mencapai keputusan yang baik. Informasi ini harus memberikan beberapa alternatif pilihan bagi klien dan konsekuensinya. Hindarkan informasi yang tidak perlu, karena justru dapat membingungkan klien
4) H – Hello
Klien dan petugas kesehatan mendiskusikan pilihan-pilihan yang ada serta konsekuensinya pada klien. Dengan cara ini petugas membantu klien dalam membuat keputusan
5) E – Explaining (Jelaskan)
Setelah klien membuat keputusan, petugas kesehatan menjelaskan kepada klien apa yang perlu dilakukan berdasarkan keputusan tersebut. Bantu klien untuk mengingat kembali materi yang disampaikan.
commit to user
6) R – Return ( undang untuk kunjungan ulang)
Setelah selesai, undang klien untuk datang kembali ke pelayanan kesehatan setiap saat pada saat mereka membutuhkan.
d. Pelatihan atau Orientasi
Pelatihan KRR ini diadakan secara insidental oleh petugas di Kecamatan Barat. Untuk melakukan pelatihan ini diadakan setiap ada program pelatihan dari Kabupaten. Dengan adanya pelatihan ini karena menyangkut tentang kualitas yang dimiliki oleh SDM pengelola KRR (pendidik sebaya, pendidik konselor) yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi remaja. Dengan demikian, maka, diperlukan adanya pelatihan untutk memberikan bekal bagi petugas agar mereka mampu dalam menangani masalah memiliki pemecahan yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Sehingga program KRR dapat berjalan dengan baik .
Untuk itu maka pendidik sebaya dan pendidik konselor di PIK-KRR kecamatan Barat dalam melaksanakan tugasnya diberikan pelatihan diantaranya :
1) Dapat melakukan pelatihan kepada calon pendidik sebaya (peer
educators). Pendidik Sebaya merupakan narasumber bagi rekan-rekan
sebayanya. Maka, untuk dapat menjadi pendidik sebaya yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a) aktif dalam suatu kegiatan di lingkungannya, misalnya kegiatan keagamaan, karang taruna, pramuka, dsb