• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PUSAT STATISTIK

(2)
(3)

Seuntai

Kata

ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari FAO yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”.

Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada Mei-Oktober 2014. Buku Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap) ini merupakan hasil pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013. Buku ini disusun untuk memberikan gambaran rinci mengenai kondisi usaha pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2013 menurut subsektor. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada website http://st2013.bps.go.id.

Publikasi ini merupakan persembahan kedua setelah publikasi Hasil Sensus Pertanian 2013 (Angka Sementara) yang sebelumnya dirilis pada awal September 2013. Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bantuan semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah ikut berpartisipasi dalam menyukseskan Sensus Pertanian 2013.

Jakarta, 29 November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

Drs. Anggoro Dwitjahyono, M.Si

S

(4)
(5)

Laporan Hasil

Sensus Pertanian

2013

(6)
(7)

Laporan Hasil Sensus

Pertanian 2013

asil ST2013 menunjukkan bahwa pelaku usaha pertanian di Provinsi NTT didominasi oleh rumah tangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau pelaku usaha lainnya yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi NTT Tahun 2013 tercatat sebanyak 778.854 rumah tangga, meningkat sebesar 6,77 persen dari tahun 2003 yang tercatat sebanyak 729.483 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Tahun 2013 tercatat sebanyak 37 perusahaan dan pelaku usaha lainnya sebanyak 500 unit.

Kabupaten Timor Tengah Selatan tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di tahun 2013, yaitu sebanyak 101.068 rumah tangga. Sedangkan pada periode yang sama, Kabupaten Kupang tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak dan Kabupaten Manggarai Barat tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah usaha pertanian lainnya terbanyak. Peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya, dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 22,61 persen.

Gambar 1

Perbandingan Jumlah Usaha Pertanian di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013

H

729.483 778.854 690.000 720.000 750.000 780.000 Rumah Tangga Ju m lah Usah a Per tan ian 2003 2013 35 37 30 32 34 36 38 Perusahaan Ju m lah Usah a Per tan ian 2003 2013

(8)

Tabel 1

Jumlah Usaha Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Pelaku Usaha di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013

Keterangan: *) Usaha Pertanian Lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola non rumah tangga dan tidak berbadan hukum

No Kabupaten/Kota

Rumah Tangga Usaha Pertanian (RT) Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum

(Perusahaan) Usaha Pertanian Lainnya *) 2003 2013 Pertumbuhan 2003 2013 Pertumbuhan Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Sumba Barat 15.533 16.695 1.162 7,48 5 1 -4 -80,00 9 2 Sumba Timur 32.963 36.955 3.992 12,11 3 2 -1 -33,33 10 3 Kupang 52.156 57.103 4.947 9,49 2 6 4 200,00 24

4 Timor Tengah Selatan 91.454 101.068 9.614 10,51 3 - -3 -100,00 70

5 Timor Tengah Utara 43.424 44.986 1.562 3,60 1 1 - - 14

6 B e l u 57.204 57.865 661 1,16 1 2 1 100,00 12 7 A l o r 31.346 31.498 152 0,48 1 1 - - 12 8 Lembata 20.241 21.618 1.377 6,80 - 1 - - 80 9 Flores Timur 38.716 38.953 237 0,61 2 6 4 200,00 16 10 S I k k a 46.332 46.717 385 0,83 5 4 -1 -20,00 13 11 E n d e 40.245 36.278 -3.967 -9,86 - - - - 10 12 Ngada 22.468 24.001 1.533 6,82 2 2 - - 18 13 Manggarai 44.487 48.233 3.746 8,42 4 - -4 -100,00 13 14 Rote Ndao 21.902 21.577 -325 -1,48 - - - - 5 15 Manggarai Barat 35.082 41.512 6.430 18,33 - 5 - - 85 16 Sumba Tengah 10.341 11.663 1.322 12,78 - - - - 6

17 Sumba Barat Daya 37.798 46.346 8.548 22,61 - 3 - - 5

18 Nagekeo 21.130 22.614 1.484 7,02 - - - - 36

19 Manggarai Timur 43.743 49.409 5.666 12,95 - - - - 42

20 Sabu Raijua 14.824 15.840 1.016 6,85 - - - - 9

21 Kota Kupang 8.094 7.923 -171 -2,11 6 3 -3 -50,00 11

(9)

Gambar 2

(10)

Gambar 3

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Pertanian di Provinsi NTT Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 0 200 400 600 800 Ju m lah R u m ah Tan gg a (r ib u ) 2003 2013

Subsektor Tanaman Pangan terlihat mendominasi usaha pertanian di Provinsi NTT. ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Provinsi NTT adalah di Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Peternakan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah sebanyak 701.852 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan adalah sebanyak 600.865 rumah tangga.

Subsektor Perikanan ternyata merupakan subsektor yang memilki jumlah rumah tangga usaha pertanian paling sedikit, diikuti oleh Subsektor Hortikultura. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perikanan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 40.292 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Hortikultura tercatat sebanyak 426.970 rumah tangga. Peningkatan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 terjadi di Subsektor Kehutanan, yang mengalami pertumbuhan sebesar 64,8 persen. Sedangkan pada periode yang sama, Subsektor Perikanan mengalami pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian paling rendah, yaitu tercatat sebesar -10,8 persen.

(11)

Usaha pertanian ditinjau dari banyaknya perusahaan pertanian berbadan hukum, terlihat didominasi oleh Subsektor Perikanan dan Subsektor Perkebunan. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Perikanan adalah sebanyak 14 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Perkebunan adalah sebanyak 11 perusahaan.

Subsektor Hortikultura merupakan subsektor yang memiliki jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum paling sedikit, diikuti oleh Subsektor Tanaman Pangan. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Hortikultura pada tahun 2013 tercatat sebanyak 2 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Tanaman Pangan tercatat sebanyak 5 perusahaan. Tidak ada perusahaan berbadan hukum yang bergerak di Subsektor Kehutanan dan juga Subsektor Jasa Pertanian. Pertumbuhan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 terjadi di Subsektor Peternakan, yang mengalami pertumbuhan sebesar 200,00 persen diikuti oleh Subsektor Perkebunan sebesar 83,33 persen.

Gambar 4

Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum Menurut Subsektor di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013 0 4 8 12 16 20 Ju m lah Pe ru sah aan 2003 2013

(12)

Tabel 2

Jumlah Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Pelaku Usaha di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013

Pada tahun 2013 jumlah usaha pertanian lainnya terbanyak di Subsektor Tanaman Pangan, yaitu sebanyak 230 usaha, diikuti oleh Subsektor Perkebunan yang tercatat memiliki jumlah usaha pertanian sebanyak 217 usaha. Sedangkan Subsektor Perikanan pada tahun 2013 merupakan subsektor dengan jumlah usaha pertanian lainnya paling sedikit (26 usaha).

No Sektor/Subsektor

Rumah Tangga Usaha Pertanian (RT) Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum

(Perusahaan) Usaha Pertanian Lainnya 2003 2013 Pertumbuhan 2003 2013 Pertumbuhan Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Sektor Pertanian 729.483 778.854 49.371 6,77 35 37 2 5,71 500 Subsektor 1. Tanaman Pangan 663.832 701.852 38.020 5,73 - 5 - - 230 Padi 353.865 373.679 19.814 5,60 - 2 - - 52 Palawija 625.252 583.677 -41.575 -6,65 - 3 - - 210 2. Hortikultura 472.431 426.970 -45.461 -9,62 2 2 - - 173 3. Perkebunan 526.063 581.242 55.179 10,49 6 11 5 83,33 217 4. Peternakan 527.811 600.865 73.054 13,84 2 6 4 200,00 178 5. Perikanan 45.162 40.292 -4.870 -10,78 18 14 -4 -22,22 26 Budidaya Ikan 9.848 12.386 2.538 25,77 11 11 - - 24 Penangkapan Ikan 38.416 30.917 -7.499 -19,52 7 3 -4 -57,14 2 6. Kehutanan 263.572 434.362 170.790 64,80 7 - -7 -100,00 199 7. Jasa Pertanian 20.397 27.278 6.881 33,74 - - - - 18

(13)

Apabila diklasifikasikan menurut golongan luas lahan, pada tahun 2003 terlihat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 5.000 m2 tidak mencapai separuh jumlah rumah

tangga usaha pertanian di Provinsi NTT. Kondisi yang hampir serupa terjadi pada tahun 2013. Tercatat bahwa pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan <1.000 m2 adalah sebesar 64.903 rumah tangga, mengalami penurunan sebesar 2,6 persen dibandingkan tahun 2003, yang tercatat sebanyak 66.600 rumah tangga. Usaha pertanian dengan luas lahan antara 1.000–1.999 m2 pada tahun 2013 adalah sebanyak 64.173 rumah tangga, meningkat sebesar 41,2 persen bila dibandingkan dengan tahun 2003 yang tercatat sebanyak 45.441 rumah tangga.

Pada tahun 2013 golongan luas lahan 2.000–4.999 m2 tercatat mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 168.658 rumah tangga meningkat sebanyak 48.411 rumah tangga jika dibandingkan tahun 2003 (40,3 persen). Lebih dari separuh (61,8 persen) rumah tangga usaha pertanian di Provinsi NTT menguasai lahan 5.000 m2 atau lebih. Kendati demikian dibandingkan dengan tahun 2003 pertambahannya negatif, kecuali pada golongan luas lahan 5.000–9.999 m2. Hal sebaliknya, pertambahan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang mempunyai lahan kurang dari 5.000 m2 cukup pesat. Kondisi ini menunjukkan

bahwa semakin banyak rumah tangga usaha pertanian yang memiliki luas lahan yang kecil.

Gambar 5

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013

0 50 100 150 200 250 <1000 1.000–1.999 2.000–4.999 5.000–9.999 10.000–19.999 20.000–29.999 ≥30.000 Ju m lah Ru m ah Ta n gg a (r ib u )

(14)

Tabel 3

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa di tahun 2013 golongan luas lahan antara 5.000–9.999 m2 merupakan golongan luas lahan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak (218.185), dimana terjadi peningkatan sebesar 12,4 persen dibandingkan dengan tahun 2003. Pada tahun 2003 tercatat jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak dengan luas lahan antara 10.000–19.999 m2 (196.062) namun di

tahun 2013 tercatat menurun sebesar 6,6 persen atau menjadi 183.198 rumah tangga.

Namun yang perlu dicermati, ternyata masih terdapat rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 1.000 m2, meskipun jumlahnya menurun antara tahun 2003 dan 2013. Tercatat jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan kurang dari 1.000 m2 pada tahun 2013 adalah sebanyak

64.903 rumah tangga, menurun dibandingkan dengan tahun 2003 yang tercatat sebanyak 66.600 rumah tangga.

No. Golongan Luas Lahan (m2) 2003 2013 Pertumbuhan

Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 <1.000 66.600 64.903 -1.697 -2,55 2 1.000–1.999 45.441 64.173 18.732 41,22 3 2.000–4.999 120.247 168.658 48.411 40,26 4 5.000–9.999 194.146 218.185 24.039 12,38 5 10.000–19.999 196.062 183.198 -12.864 -6,56 6 20.000–29.999 66.574 50.090 -16.484 -24,76 7 ≥30.000 40.413 29.647 -10.766 -26,64

(15)

Gambar 6

Perbandingan Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan dan Petani Gurem di Provinsi NTT Tahun 2013

Rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ternyata mendominasi rumah tangga usaha pertanian di Provinsi NTT. Dari sebanyak 778.854 rumah tangga usaha pertanian di Provinsi NTT, sebesar 99% merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (770.864 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 1 persen, atau sebanyak 7.990 rumah tangga.

Rumah tangga pertanian pengguna lahan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian yang menguasai kurang dari 5.000 m2 lahan) dan rumah tangga petani nongurem (rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lebih dari atau sama dengan 5.000 m2 lahan). Hasil ST2013 menunjukkan bahwa rumah tangga usaha

pertanian pengguna lahan masih didominasi oleh rumah tangga petani non gurem. Dari sebanyak 770.864 rumah tangga pertanian pengguna lahan di Provinsi NTT, sebesar 62,4 persen (480.947 rumah tangga) merupakan rumah tangga petani non gurem. Sedangkan rumah tangga petani gurem tercatat sebesar 37,6 persen, atau sebanyak 289.917 rumah tangga.

1%

37%

62% 99%

Bukan Pengguna Lahan Pengguna Lahan Petani Gurem Petani Non Gurem

(16)

Tabel 4

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan dan Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2003 dan 2013

No Kabupaten/Kota

Rumah Tangga Usaha Pertanian

Pengguna Lahan Rumah Tangga Petani Gurem

2003 2013 Pertumbuhan 2003 2013 Pertumbuhan Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Sumba Barat 15.518 16.694 1.176 7,58 4.225 2.581 -1.644 -38,91 2 Sumba Timur 32.722 36.667 3.945 12,06 7.459 8.594 1.135 15,22 3 Kupang 51.721 56.533 4.812 9,30 21.156 25.286 4.130 19,52

4 Timor Tengah Selatan 91.369 101.067 9.698 10,61 21.007 54.472 33.465 159,30

5 Timor Tengah Utara 43.364 44.981 1.617 3,73 13.276 10.524 -2.752 -20,73

6 B e l u 56.997 57.763 766 1,34 15.243 17.275 2.032 13,33 7 A l o r 30.880 31.026 146 0,47 12.396 13.557 1.161 9,37 8 Lembata 20.120 21.231 1.111 5,52 6.752 8.002 1.250 18,51 9 Flores Timur 37.837 38.128 291 0,77 13.293 12.043 -1.250 -9,40 10 S I k k a 45.098 45.767 669 1,48 16.912 16.500 -412 -2,44 11 E n d e 39.907 35.773 -4.134 -10,36 16.118 14.627 -1.491 -9,25 12 Ngada 22.365 23.884 1.519 6,79 4.024 5.920 1.896 47,12 13 Manggarai 44.392 48.002 3.610 8,13 18.681 26.679 7.998 42,81 14 Rote Ndao 21.197 20.812 -385 -1,82 10.011 9.006 -1.005 -10,04 15 Manggarai Barat 33.537 39.828 6.291 18,76 5.238 13.412 8.174 156,05 16 Sumba Tengah 10.258 11.582 1.324 12,91 2.327 1.912 -415 -17,83

17 Sumba Barat Daya 37.729 46.277 8.548 22,66 4.839 5.356 517 10,68

18 Nagekeo 21.043 22.500 1.457 6,92 4.980 5.649 669 13,43

19 Manggarai Timur 43.588 49.167 5.579 12,80 7.116 17.554 10.438 146,68

20 Sabu Raijua 14.795 15.825 1.030 6,96 13.323 14.728 1.405 10,55

21 Kota Kupang 7.602 7.357 -245 -3,22 6.611 6.240 -371 -5,61

(17)

Gambar 7

(18)

Dilihat dari kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah petani dengan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh subsektor. Subsektor Tanaman Pangan dan Peternakan merupakan subsektor yang memiliki jumlah petani berjenis kelamin laki-laki tertinggi, yaitu sebanyak 612.530 petani untuk Subsektor Tanaman Pangan dan sebanyak 511.754 petani untuk Subsektor Peternakan. Untuk Subsektor yang sama juga memiliki jumlah petani berjenis kelamin perempuan tertinggi, yaitu sebanyak 179.132 petani untuk Subsektor Tanaman Pangan dan sebanyak 168.057 petani untuk Subsektor Peternakan.

Gambar 8

Perbandingan Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin di Provinsi NTT Tahun 2013 0 100 200 300 400 500 600 700 Tanaman Pangan

Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan

Ju m lah Pe tan i (r ib u ) Laki-Laki Perempuan

(19)

Tabel 5

Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin di Provinsi NTT Tahun 2013

No Sektor/Subsektor

Laki-laki Perempuan Jumlah

Absolut % Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sektor Pertanian 691.366 74,48 236.903 25,52 928.269 100,00 Subsektor 1. Tanaman Pangan 612.530 77,37 179.132 22,63 791.662 100,00 2. Hortikultura 364.234 76,01 114.932 23,99 479.166 100,00 3. Perkebunan 508.455 81,46 115.749 18,54 624.204 100,00 4. Peternakan 511.754 75,28 168.057 24,72 679.811 100,00 5. Perikanan 42.640 91,09 4.171 8,91 46.811 100,00 Budidaya Ikan 11.620 80,45 2.824 19,55 14.444 100,00 Penangkapan Ikan 31.020 95,84 1.347 4,16 32.367 100,00 6. Kehutanan 387.732 83,32 77.623 16,68 465.355 100,00

(20)

Gambar 9

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga di Provinsi NTT Tahun 2013

Kelompok usia produktif, yaitu kelompok umur 15–64 tahun terlihat mendominasi jumlah kepala rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 672.128 rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur kepala rumah tangganya antara 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur kepala rumah tangga kurang dari 15 tahun, yaitu sebanyak 23 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kepala rumah tangga di atas 64 tahun adalah sebanyak 106.703 rumah tangga.

Rumah tangga usaha pertanian dengan kepala rumah tangga laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kurang dari 15 tahun dengan kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 16 rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala rumah tangga perempuan yang tercatat sebesar 7 rumah tangga.

0 40 80 120 160 200 <15 15–24 25–34 35–44 45–54 55–64 65+ Ju m lah Pe tan i (r ib u ) Laki-Laki Perempuan

(21)

Tabel 6.a

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga di Provinsi NTT Tahun 2013

Hal serupa terjadi di kelompok umur 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur 15–64 tahun dengan kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 582.201 rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala rumah tangga perempuan yang tercatat sebesar 89.927 rumah tangga. Untuk kelompok umur lebih dari 64 tahun, kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 82.105 rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala rumah tangga perempuan yang tercatat sebesar 24.598 rumah tangga.

No Kelompok Umur Kepala Rumah Tangga

Laki-laki Perempuan Jumlah

Absolut % Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 <15 16 69,57 7 30,43 23 100,00 2 15–24 6.727 88,71 856 11,29 7.583 100,00 3 25–34 100.344 92,42 8.234 7,58 108.578 100,00 4 35–44 186.462 89,58 21.697 10,42 208.159 100,00 5 45–54 175.948 84,53 32.191 15,47 208.139 100,00 6 55–64 112.720 80,71 26.949 19,29 139.669 100,00 7 ≥65 82.105 76,95 24.598 23,05 106.703 100,00 JUMLAH 664.322 85,29 114.532 14,71 778.854 100,00

(22)

Tabel 6.b

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama di Provinsi NTT Tahun 2013

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin petani utama, terlihat bahwa jumlah petani utama laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Konsep petani utama dimaksud disini adalah salah satu anggota rumah tangga usaha pertanian yang mengusahakan jenis usaha pertanian dengan nilai produksi terbesar dibandingkan dengan jenis usaha pertanian lainnya yang diusahakan rumah tangga bersangkutan. Sama halnya bila dirinci menurut kelompok umur kepala rumah tangga, kelompok usia produktif (kelompok umur petani utama 15-64 tahun) terlihat mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 679.258 rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya antara 15-64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama kurang dari 15 tahun, yaitu sebanyak 30 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur petani utama di atas 64 tahun adalah sebanyak 99.566 rumah tangga.

Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kurang dari 15 tahun dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 22 rumah tangga, lebih tinggi daripada petani utama perempuan yang tercatat sebesar 8 rumah tangga.

No Kelompok Umur Petani Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

Absolut % Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 <15 22 73,33 8 26,67 30 100,00 2 15–24 7.997 87,56 1.136 12,44 9.133 100,00 3 25–34 103.526 91,05 10.180 8,95 113.706 100,00 4 35–44 186.577 88,20 24.961 11,80 211.538 100,00 5 45–54 173.634 83,59 34.097 16,41 207.731 100,00 6 55–64 110.314 80,43 26.836 19,57 137.150 100,00 7 ≥65 77.066 77,40 22.500 22,60 99.566 100,00 JUMLAH 659.136 84,63 119.718 15,37 778.854 100,00

(23)

Gambar 10

Jumlah Sapi dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin di Provinsi NTT Tahun 2013

Jumlah sapi dan kerbau pada tahun 2013 tercatat sebanyak 936.611 ekor, terdiri dari 39 ekor sapi perah, 803.450 ekor sapi potong, dan 133.122 ekor kerbau. Jumlah sapi dan kerbau betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi dan kerbau jantan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi dan kerbau betina sebanyak 648.614 ekor dan jumlah sapi dan kerbau jantan sebanyak 287.997 ekor.

Kabupaten/Kota di NTT dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kab. TTS, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 162.342 ekor. Sedangkan Kab. Flores Timur adalah kabupaten dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (1.939 ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kab. TTS, yaitu sebanyak 161.990 ekor, demikian halnya dengan jumlah sapi perah terbanyak yaitu sebanyak 28 ekor terdapat di Kab. TTS. 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau

(24)

Tabel 7

Jumlah Sapi dan Kerbau Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi NTT Tahun 2013

Gambar 11

No Kabupaten/Kota Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Jumlah Sapi

dan Kerbau

Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Sumba Barat 375 904 1.279 - - - 3.210 6.672 9.882 11.161 2 Sumba Timur 16.399 35.180 51.579 - - - 10.403 23.677 34.080 85.659 3 Kupang 47.891 99.607 147.498 1 2 3 208 660 868 148.369 4 Timor Tengah Selatan 52.687 109.303 161.990 3 25 28 90 234 324 162.342 5 Timor Tengah Utara 31.358 74.222 105.580 - - - 68 287 355 105.935 6 B e l u 34.873 80.953 115.826 2 4 6 396 993 1.389 117.221 7 A l o r 1.776 2.737 4.513 - - - 24 44 68 4.581 8 Lembata 1.361 2.940 4.301 - - - 4.301 9 Flores Timur 539 1.395 1.934 - - - 1 4 5 1.939 10 S i k k a 3.572 9.699 13.271 - - - 349 992 1.341 14.612 11 E n d e 10.053 23.632 33.685 - - - 488 1.360 1.848 35.533 12 Ngada 7.842 17.915 25.757 - - - 1.954 5.173 7.127 32.884 13 Manggarai 6.509 17.504 24.013 - - - 1.461 3.755 5.216 29.229 14 Rote Ndao 12.286 31.667 43.953 - - - 2.758 7.665 10.423 54.376 15 Manggarai Barat 3.801 8.732 12.533 - - - 5.449 14.043 19.492 32.025 16 Sumba Tengah 1.356 4.035 5.391 - - - 1.991 4.563 6.554 11.945 17 Sumba Barat Daya 633 1.392 2.025 - - - 4.753 7.425 12.178 14.203 18 Nagekeo 7.697 19.584 27.281 - - - 1.692 4.171 5.863 33.144 19 Manggarai Timur 3.452 8.968 12.420 - - - 2.497 6.570 9.067 21.487 20 Sabu Raijua 1.254 2.124 3.378 - - - 2.224 4.767 6.991 10.369 21 Kota Kupang 2.231 3.012 5.243 1 1 2 29 22 51 5.296

(25)

Gambar 11

(26)

Perbandingan rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian menunjukkan bahwa dibandingkan tahun 2003, luas lahan sawah yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian di wilayah NTT pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal ini menandakan bahwa di potensi pertanian sawah semakin meningkat seiring dengan gencarnya ekstensisfikasi di bidang pertanian.

Rata-rata luas lahan pertanian bukan sawah yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 semakin luas bila dibandingkan tahun 2003. Sedangkan untuk luas lahan bukan pertanian mengalami penyempitan, hal ini mengindikasikan terjadi perubahan fungsi lahan dari lahan bukan pertanian menjadi lahan pertanian.

Apabila lahan pertanian dikelompokkan menurut jenis lahan sawah dan bukan sawah, maka rata-rata luas lahan sawah yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian lebih rendah dibandingkan rata-rata luas lahan bukan sawah. Tercatat rata-rata luas lahan sawah yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian adalah sebesar 0,12 hektar, sedangkan rata-rata luas lahan bukan sawah yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian adalah sebesar 0,76 hektar.

Gambar 12

Rata-rata Luas Lahan (m2) yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Jenis Lahan di Provinsi NTT Tahun 2013

,0 1000,0 2000,0 3000,0 4000,0 5000,0 6000,0 7000,0 8000,0

Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Lahan Bukan Pertanian

2003 2013

(27)

Tabel 8

Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lahan di Provinsi NTT (m2) Tahun 2013

No Kabupaten/Kota

Jenis Lahan

Lahan Bukan Pertanian Lahan Pertanian

2003 2013 Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Jumlah

2003 2013 2003 2013 2003 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Sumba Barat 1.547,32 220,56 2.008,98 2.772,71 5.405,19 11.592,42 7.414,18 14.365,13 2 Sumba Timur 3.083,14 815,81 2.736,38 2.984,41 4.939,15 10.140,04 7.675,52 13.124,45 3 Kupang 1.894,44 575,72 1.055,19 1.441,34 5.777,94 6.220,60 6.833,13 7.661,94 4 Timor Tengah Selatan 1.916,68 324,22 274,88 263,35 7.052,10 5.640,17 7.326,98 5.903,52 5 Timor Tengah Utara 2.285,98 281,36 715,71 1.129,83 6.612,13 9.369,39 7.327,84 10.499,21 6 B e l u 2.948,15 521,26 819,99 1.302,15 6.719,47 7.959,40 7.539,46 9.261,55 7 A l o r 2.210,77 250,63 169,55 74,86 7.054,94 8.765,03 7.224,49 8.839,89 8 Lembata 1.845,25 265,96 31,08 15,53 6.535,76 9.239,53 6.566,83 9.255,06 9 Flores Timur 1.151,10 280,72 104,65 86,60 7.181,53 9.494,10 7.286,19 9.580,70 10 S i k k a 1.438,42 323,46 212,90 300,06 6.497,53 8.651,73 6.710,43 8.951,79 11 E n d e 639,40 247,29 504,28 587,38 6.307,06 8.654,95 6.811,34 9.242,33 12 Ngada 1.977,81 856,55 1.463,20 1.671,75 9.551,70 10.911,22 11.014,90 12.582,97 13 Manggarai 1.196,75 308,05 1.413,05 1.345,80 5.124,17 4.857,73 6.537,22 6.203,53 14 Rote Ndao 1.571,42 582,39 2.890,14 4.862,46 2.937,61 3.352,56 5.827,75 8.215,03 15 Manggarai Barat 2.091,44 562,63 2.718,70 2.291,93 7.467,43 6.394,42 10.186,12 8.686,34 16 Sumba Tengah 2.526,72 192,01 2.842,21 3.285,59 6.222,02 9.590,81 9.064,23 12.876,40 17 Sumba Barat Daya 1.628,28 336,81 616,48 602,49 9.119,26 10.970,97 9.735,74 11.573,46 18 Nagekeo 1.824,53 419,72 2.005,92 2.161,45 7.560,35 8.879,61 9.566,27 11.041,07 19 Manggarai Timur 1.812,19 239,51 2.048,78 1.864,92 9.438,14 6.153,98 11.486,91 8.018,89 20 Sabu Raijua 442,46 209,49 262,30 457,44 1.275,22 1.439,97 1.537,52 1.897,42 21 Kota Kupang 304,29 478,42 68,39 511,83 171,66 1.361,71 240,05 1.873,54 Provinsi NTT 1.738,15 396,19 986,51 1.228,38 6.246,08 7.616,50 7.232,59 8.844,88

(28)

Gambar 13

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Subsektor di Provinsi NTT Tahun 2013

Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak. Hasil ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga jasa pertanian subsektor tanaman pangan tahun 2013 adalah sebesar 14.663 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit tercatat pada subsektor hortikultura, yaitu sebanyak 1.544 rumah tangga jasa pertanian. Subsektor kehutanan tercatat memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian sebanyak 5.222 rumah tangga, sedangkan subsektor perkebunan, perikanan, dan peternakan memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian masing-masing sebanyak 3.496, 2.709, dan 2.346 rumah tangga. Apabila dikaji per kabupaten/kota, terlihat bahwa Kab. Kupang merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak, sedangkan Kota Kupang merupakan wilayah dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Tanaman Pangan

Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan

Ju m lah R u m ah Tan gg a (r ib u )

(29)

Tabel 9

Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di Provinsi NTT Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Jumlah Ruta Jasa

Pertanian

Jumlah Ruta Jasa Pertanian Subsektor Tanaman

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Sumba Barat 637 421 18 44 42 35 78 2 Sumba Timur 594 315 31 41 87 38 99 3 Kupang 4.810 3.811 412 289 691 171 673 4 Timor Tengah Selatan 1.574 442 132 210 219 146 577 5 Timor Tengah Utara 1.941 996 73 113 80 201 492 6 B e l u 2.328 1.021 244 261 130 322 526 7 A l o r 1.146 294 99 306 90 275 290 8 Lembata 368 133 16 34 19 42 124 9 Flores Timur 1.647 383 49 541 70 229 461 10 S i k k a 1.016 445 37 163 61 135 201 11 E n d e 649 347 17 89 28 98 96 12 Ngada 1.741 1.101 131 251 90 142 226 13 Manggarai 1.051 454 42 174 111 133 167 14 Rote Ndao 990 757 16 44 20 27 157 15 Manggarai Barat 1.742 1.019 29 249 56 112 277 16 Sumba Tengah 295 146 15 40 13 25 57 17 Sumba Barat Daya 1.081 325 31 149 209 175 192 18 Nagekeo 1.617 1.071 64 189 203 160 225 19 Manggarai Timur 1.040 622 15 142 57 62 149 20 Sabu Raijua 811 491 31 166 20 153 114 21 Kota Kupang 200 69 42 1 50 28 41

(30)

Gambar 14

(31)

Gambar 15

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Subsektor di Provinsi NTT Tahun 2013

Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian terbanyak. Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian subsektor tanaman pangan tahun 2013 tercatat sebesar 19.760 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian paling sedikit tercatat pada subsektor peternakan, yaitu sebanyak 2.315 rumah tangga. Subsektor perkebunan tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian sebanyak 68.140 rumah tangga, sedangkan subsektor perikanan dan kehutanan memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian masing-masing sebanyak 3.193 dan 9.883 rumah tangga.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tanaman Pangan

Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan

Ju m lah R u m ah Tan gg a (r ib u )

(32)

Tabel 10

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di Provinsi NTT Tahun 2013

No Kabupaten/Kota

Jumlah Rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan

hasil pertanian

Jumlah Ruta yang melakukan pengolahan hasil pertanian menurut Subsektor

Tanaman

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Sumba Barat 2.509 112 46 2.222 57 2 144 2 Sumba Timur 4.441 984 210 3.169 90 71 309 3 Kupang 5.817 1.566 486 3.088 145 109 1.084 4 TTS 7.057 1.703 770 4.319 364 5 1.198 5 TTU 3.549 932 716 1.287 103 16 842 6 B e l u 5.606 1.453 1.033 2.746 263 35 856 7 A l o r 6.061 1.927 825 2.781 278 996 1.099 8 Lembata 5.403 1.512 94 3.823 30 424 415 9 Flores Timur 12.730 3.099 249 9.854 96 296 395 10 S i k k a 16.272 836 93 14.937 96 463 647 11 E n d e 6.137 1.204 210 4.264 75 165 672 12 Ngada 2.319 483 188 1.525 50 55 331 13 Manggarai 1.499 585 41 688 89 22 152 14 Rote Ndao 3.869 551 235 2.988 71 140 147 15 Manggarai Barat 2.424 833 39 926 58 267 424 16 Sumba Tengah 581 96 82 339 21 1 91

17 Sumba Barat Daya 2.852 495 500 1.661 127 1 367

18 Nagekeo 2.527 454 88 1.821 75 26 371

19 Manggarai Timur 1.951 449 22 1.215 96 12 241

20 Sabu Raijua 4.926 424 182 4.442 109 72 73

21 Kota Kupang 184 62 21 45 22 15 25

(33)

Gambar 16

Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian di Provinsi NTT Tahun 2013

(34)

etiap pembangunan, termasuk pula pembangunan di bidang pertanian, bila diharapkan berhasil baik maka memerlukan perencanaan yang matang dan teliti serta didasarkan atas angka-angka statistik khususnya di bidang pertanian yang lengkap, aktual, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya Sensus Pertanian 2013 ini, diharapkan dapat memberi solusi dan pencerahan dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk membuat kebijakan dan evaluasi program pembangunan pertanian.

Semoga dengan tema “Menyediakan Informasi untuk Masa Depan Petani yang Lebih Baik”, kiranya dapat menjadi penyemangat bagi semua kalangan pengambil kebijakan demi terwujudnya masa depan petani yang lebih baik.

(35)
(36)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perkembangan otonomi daerah tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi desentralisasi kekuasaan yang dapat berakibat pada desentralisasi tindak pidana korupsi dimana kasus

Kesepuluh dasar dialog tersebut adalah; (1) bahwa tujuan awal proses dialog adalah untuk berubah, dan tumbuh dalam persepsi yang benar tentang kenyataan dan selanjutnya

Tesis yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN PROPOFOL INTRAVENA 10 mg/kgBB, 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB TERHADAP EKSPRESI KASPASE 3 MENCIT BALB/C DENGAN CEDERA ini

Berdasarkan pengalaman PT Perkebunan Bayulor, Banyuwangi, setiap hektarnya, pengusahaan tanaman Abaca untuk sekali panen mampu menyerap tenaga kerja sekitar 232 HOK,

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis klon dan penambahan pupuk terhadap keberhasilan okulasi cokelat serta pertumbuhan bibit

Keracunan akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan

Sejak pertengahan tahun 2016, Kelompok Tani Tunas Mandiri Desa Karang Panggung telah memiliki 1 unit industri pengolahan Kopi Bubuk Selangit skala kecil terletak di lahan milik

Fitur-fitur yang ada pada CITRA berbeda dengan fitur yang akan disajikan dalam storytelling interaktif mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia yang akan dibuat, dimana