• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden

4.1.1 Jumlah Responden

Data penelitian ini merupakan data sekunder yaitu medical record pasien yang diambil dari bulan januari 2014 sampai desember 2015 yang ada di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. Setelah pengambilan data, didapatkan hasil 79 pasien stroke perdarahan. Sebanyak 16 pasien tidak diikutkan dalam penelitian karena data rekam medisnya tidak lengkap yang masuk kedalam kriteria eksklusi penelitian. Sehingga pasien yang diikutkan dalam penelitian ini berjumlah 63 pasien.

4.1.2 Usia Responden

Dari hasil analisis penelitian data, didapatkan hasil grafik seperti berikut:

(2)

Dari gambar grafik diatas, diketahui bahwa dari 63 pasien sampel penderita stroke perdarahan hemoragik memiliki frekuensi terbanyak pada umur diatas 45 tahun, dan terendah pada umur 45 tahun.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

Tabel 3. Hasil Analisis Univariat

Variabel Frekuensi Presentasi

Umur <45 9 14,3% ≥45 54 85,7% Outcome Tidak Meninggal 16 25,4% Meninggal 47 74,6% GCS Tidak menurun (≥14) 12 19% Menurun (<14) 51 81% MAP Tidak Meningkat (<130 mmHg) 12 19% Meningkat (≥130 mmHg) 52 81% GDS Non Hiperglikemi (<200 mg/dl) 28 44,4% Hiperglikemi (≥200 mg/dl) 35 55,6% Kadar Kolesterol Non Hiperkolesterolemia (<200 mg.dl) 25 39,7% Hiperkolesterolemia (≥200 mg/dl) 38 60,3%

(3)

Pemeriksaan EKG normal 30 47,6 Tidak normal 33 52,4 Suhu Tubuh Tidak Meningkat (<37,5C) 39 61,9% Meningkat (≥37,5C) 24 38,1% Hipertensi Emergensi Tidak 27 42,9% Ada 36 57,1% 1. Kategori Usia

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini umur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu umur <45 tahun dan umur ≥45 tahun. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden <45 tahun memiliki distribusi terkecil yaitu sebanyak 9 orang (14,3%), dan responden ≥45 tahun memiliki distribusi terbanyak yaitu sebesar 54 orang (85,7%).

(4)

2. Kategori Outcome

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini outcome dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu hidup dan meninggal. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu pasien yang hidup sebanyak 16 orang (25,4%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu pasien meninggal sebesar 47 orang (74,6%).

Gambar 6. Outcome

3. Kategori MAP

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini MAP dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu MAP tidak meningkat dan MAP meningkat. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil MAP tidak meningkat yaitu sebanyak 12 orang (19%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu pasien dengan MAP meningkat sebesar 54 orang (85,7%).

(5)

Gambar 7. MAP (Mean arterial Pressure)

4. Kategori GCS

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini GCS dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tidak ada penurunan dan ada penurunan. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu kategori tidak ada penurunan kesadaran sebanyak 12 orang (19%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu kategori ada penurunan kesadaran sebesar 51 orang (81%).

(6)

5. Kategori GDS

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini GDS dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu non hiperglikemi dan hiperglikemi. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu kategori non hiperglikemi sebanyak 28 orang (44,4%), dan responden yang memiliki distribusi banyak yaitu kategori hiperglikemi sebesar 35 orang (55,6%).

Gambar 9. Gula Darah Sewaktu

6. Kategori Kadar Kolesterol

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini kadar kolesterol dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu non hiperkolesterolemia dan hiperkolesterolemia. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu kategori non hiperkolesterolemia sebanyak 25 orang (39,7%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu kategori pasien yang hiperkolesterolemia sebesar 38 orang (60,3%).

(7)

Gambar 10. Kadar Kolesterol

7. Kategori pemeriksaan EKG

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini pemeriksaan EKG dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu normal dan tidak normal. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu kategori normal sebanyak 30 orang (47,6%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu kategori yg EKG nya tidak normal sebesar 33 orang (52,4%).

(8)

Gambar 11. Pemeriksaan EKG

8. Kategori Suhu

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini suhu dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu suhu tidak naik dan suhu naik. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu suhu naik sebanyak 24 orang (38,1%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu kategori suhu tidak naik sebesar 39 orang (61,9%).

(9)

9. Kategori Hipertensi Emergensi

Berdasarkan dari tabel diatas, diketahui dalam penelitian ini hipertensi emergensi dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tidak ada hipertensi emergensi dan ada hipertensi emergensi. Dari jumlah 63 koresponden, jumlah responden memiliki distribusi kecil yaitu kategori tidak ada hipertensi emergensi sebanyak 27 orang (42,9%), dan responden memiliki distribusi banyak yaitu kategori ada hipertensi emergensi sebesar 36 orang (57,1%).

Gambar 13. Hipertensi Emergensi

4.2.2 Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan pasien stroke hemoragik intraserebral yang meninggal dengan faktor resiko mya, maka dilakukan analisis bivariat pada setiap variabel yang diteliti dengan outcome kematian sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

(10)

Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat

Variabel Hidup Meninggal OR 95% CI p

Umur <45 5 4 4,886 1,121-21,298 0,039 ≥45 11 43 GCS Tidak menurun (≥14) 10 2 37,500 6,577-21,3827 0,000 Menurun (<14) 6 45 MAP Tidak Meningkat (<130 mmHg) 6 5 5,040 1,277-19,887 0,024 Meningkat (≥130 mmHg) 10 42 GDS Non Hiperglikemi (<200 mg/dl) 13 15 9,244 2,286-37,383 0,001 Hiperglikemi (≥200 mg/dl) 3 32 Kadar Kolesterol Non Hiperkolesterolemia (<200 mg.dl) 10 15 3,556 1,089-11,611 0,031 Hiperkolesterolemia (≥200 mg/dl) 6 32 EKG Normal 13 17 7,647 1,906-30,679 0,002 Tidak normal 3 30

(11)

Suhu Tubuh Tidak Meningkat (<37,5C) 15 24 14,375 1,754-117,798 0,002 Meningkat (≥37,5C) 1 23 Hipertensi Emergensi Tidak 12 15 6,400 1,767-23,183 0,003 Ada 4 32

OR= Odds Ratio; CI=confidence Interval; p=signifikansi

Setiap variabel dilakukan analisis menggunakan analisis Chi Square pada masing-masing variabel. Namun pada variabel umur, GCS, dan MAP tidak memenuhi syarat dari uji chi square, sehingga menggunakan analisis alternatif nya yaitu uji fisher.

1. Umur

Peneliti mengelompokkan umur menjadi dua yaitu umur ≥45 tahun dan umur <45 tahun. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil usia < 45tahun terdapat 5 orang, sedangkan usia ≥45 tahun 11 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil usia <45 tahun 4 orang meninggal, sedangkan usia ≥45 tahun 43 orang yang meninggal.

Setelah dilakukan uji komparatif anatara umur dengan kematian, variabel umur tidak memenuhi syarat untuk uji chi square karena sel yang memiliki expected count dibawah 5 terdapat lebih dari 20% sel yaitu dalam penelitian ini terdapat 25%. Sehingga menggunakan uji fisher, kemudian didapatkan hasil p=0,039. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka

p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

(12)

Gambar 14. Distribusi umur dengan outcome

2. MAP

Peneliti mengelompokkan MAP menjadi dua yaitu MAP tidak meningkat dan MAP meningkat. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil yg tidak meningkat MAP nya terdapat sebanyak 6 orang, sedangkan pada yang MAP nya mengalami peningkatan terdapat 10 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil MAP tidak meningkat tidak terdapat 3 orang yang meninggal, sedangkan orang yang meninggal dan MAP nya meningkat terdapat 44 orang.

Setelah dilakukan uji komparatif anatara MAP dengan kematian, variabel MAP tidak memenuhi syarat untuk uji chi square karena sel yang memiliki expected count dibawah 5 terdapat lebih dari 20% sel yaitu dalam penelitian ini terdapat 25%. Sehingga menggunakan uji fisher, kemudian didapatkan hasil p=0,006. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka

p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara MAP dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. 0 10 20 30 40 50 hidup meninggal hidup meninggal <45tahun 5 4 >45tahun 11 43

Umur-Outcome

(13)

Gambar 15. Distribusi MAP dengan outcome

3. GCS

Peneliti mengelompokkan GCS menjadi dua yaitu tidak ada penurunan dan ada penurunan. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil pada kategori tidak ada penurunan terdapat 10 orang, sedangkan pada kategori ada penurunan terdapat 6 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil pada kategori tidak ada penurunan sebanyak 2 orang yang meninggal, sedangkan pada kategori ada penurunan sebanyak 45 orang yang meninggal.

Setelah dilakukan uji komparatif antara GCS dengan kematian, variabel GCS tidak memenuhi syarat untuk uji chi square karena sel yang memiliki expected count dibawah 5 terdapat lebih dari 20% sel yaitu dalam penelitian ini terdapat 25%. Sehingga menggunakan uji fisher, kemudian didapatkan hasil p=0,000. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka

p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara GCS dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 hidup meninggal

MAP tidak meningkat 6 5

MAP meningkat 10 42

(14)

Gambar 16. Distribusi GCS dengan outcome

4. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu

Peneliti mengelompokkan GDS menjadi dua yaitu non hiperglikemi dan hiperglikemi. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil pada kategori non hiperglikemi terdapat 13 orang, sedangkan pada kategori hiperglikemi terdapat 3 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil pada kategori non hiperglikemi sebanyak 15 orang yang meninggal, sedangkan pada kategori hiperglikemi sebanyak 32 orang yang meninggal.

Gambar 17. Distribusi kadar gula darah dengan outcome 0 10 20 30 40 50 hidup meninggal

tidak ada penurunan 10 2

ada penurunan 6 45

GCS-Outcome

0 5 10 15 20 25 30 35 hidup meninggal non hiperglikemi 13 15 hiperglikemi 3 32

(15)

Setelah dilakukan uji komparatif antara pemeriksaan gula darah sewaktu dengan

outcome menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,001. Dari hasil p dapat diketahui

bahwa angka p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

5. Kadar Kolesterol

Peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu non hiperkolesterolemia dan hiperkolesterolemia. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil pada kategori non hiperkolesterolemia terdapat 10 orang, sedangkan pada kategori hiperkolesterolemia terdapat 6 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil pada kategori non hiperkolesterolemia sebanyak 15 orang yang meninggal, sedangkan pada kategori hiperkolesterolemia sebanyak 32 orang yang meninggal.

Gambar 18. Distribusi Kadar kolesterol dengan outcome

Setelah dilakukan uji komparatif antara dengan outcome menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,031. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, sehinggga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

0 5 10 15 20 25 30 35 hidup meninggal non hiperkolesterolemia 10 15 hiperkolesterolemia 6 32

Kadar kolesterol-Outcome

(16)

6. Pemeriksaan EKG

Peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu normal dan tidak normal. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil pada kategori normal terdapat 13 orang, sedangkan pada kategori tidak normal terdapat 3 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan

outcome meninggal, didapatkan hasil pada kategori normal sebanyak 17 orang yang

meninggal, sedangkan pada kategori tidak normal sebanyak 30 orang yang meninggal.

Setelah dilakukan uji komparatif antara pemeriksaan EKG dengan outcome menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,003. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, sehinggga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hasil EKG dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

Gambar 19. Distribusi hasil pemeriksaan EKG dengan outcome

7. Suhu

Peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu suhu tidak naik dan suhu naik. Jika dihubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil pada kategori suhu tidak naik terdapat sebanyak 15 orang, sedangkan pada kategori suhu naik terdapat 1 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil pada kategori suhu tidak naik

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 hidup Category 2 normal 4.3 2.5 tidak normal 2.4 4.4

Pemeriksaan EKG-Outcome

(17)

sebanyak 24 orang yang meninggal, sedangkan pada kategori suhu naik sebanyak 23 orang yang meninggal.

Setelah dilakukan uji komparatif antara suhu dengan outcome menggunakan uji chi

square diperoleh nilai p=0,002. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka p<0,05 sehingga

h0 ditolak dan h1 diterima, sehinggga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara suhu dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

Gambar 20. Distribusi Suhu dengan outcome

8. Hipertensi Emergensi

Peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu tidak ada hipertensi emergensi dan ada hipertensi emergensi. Jika hubungkan dengan outcome hidup, didapatkan hasil pada kategori tidak ada hipertensi emergensi terdapat 12 orang, sedangkan pada kategori ada hipertensi emergensi terdapat 4 orang. Sedangkan jika dihubungkan dengan outcome meninggal, didapatkan hasil pada kategori tidak ada hipertensi emergensi sebanyak 15 orang yang meninggal, sedangkan pada kategori ada hipertensi emergensi sebanyak 32 orang yang meninggal. 0 5 10 15 20 25 hidup meninggal tidak naik 15 24 naik 1 4.4

Suhu-Outcome

(18)

Gambar 21. Distribusi hipertensi emergensi dan outcome

Setelah dilakukan uji komparatif antara hipertensi emergensi dengan outcome menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,003. Dari hasil p dapat diketahui bahwa angka p<0,05 sehingga h0 ditolak dan h1 diterima, sehinggga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi emergensi dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

4.2.3. Analisis Multivariat

Berdasarkan data analisis bivariat diatas, didapatkan hasil bahwa MAP ≥130 mmHg signifikan berhubungan dengan kematian pada stroke perdarahan intraserebral, begitu juga dengan data variabel penganggu dalam penelitian ini. Tahap selanjutnya adalah dilakukan analisis multivariat dengan metode statistik regresi logistik. Syarat untuk dilakukan nya analisis ini adalah nilai p<0,25 pada analisis bivariat. Pada analisis ini digunakan method stepwise yaitu yang biasanya juga disebut dengan metode forward conditional merupakan analisis dimana variabel bebas diseleksi yang terbaik untuk tetap beradda dalam model sekumpulan variabel bebas yang dapat memberikan prediksi terbaik. Sehingga dalam proses nya pada aplikasi SPSS, variabel dimasukkan dan dikeluarkan secara satu persatu secara bergantian. 0 5 10 15 20 25 30 35 hidup meninggal

tidak ada hipertensi

emergensi 12 15

ada hipertensi emergensi 4 32

(19)

Tabel 5. Hasil analisis multivariat regresi logistik Variabel B S.E p OR 95% CI Langkah 1 GCS 3,624 0,888 0,000 11,500 6,577-213,827 Langkah 2 GCS 3519 0,969 0,000 8,750 5,052-225,453 MAP 22,287 1,520 0,013 4,776 Langkah 3 Umur 12,964 1,423 0,019 4,110 2,944-9,667 GCS 3,807 1,128 0,001 5,600 4,933-23,0494 MAP 12,803 1,328 0,024 4,030 1,428 -9,410

Hasil dari analisis multivariat logistik pada tabel diatas menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap outcome kematian adalah GCS, MAP, dan umur merupakan variabel terbaik diantara variabel prediktor lainnya. Dari keseluruhan variabel independent yang diduga mempengaruhi kematian pasien stroke, terdapat satu subvariabel yang paling berpengaruh yaitu GCS atau tingkat kesadaran dari pasien, dengan nilai signifikan p=0,001 merupakan hasil p<0,05 dan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 5,6 menandakan bahwa pasien dengan GCS yang menurun memiliki kemungkinan 5,6 kali untuk meninggal dibandingkan dengan pasien dengan kesadaran tidak menurun. Urutan kedua terkuat adalah variabel umur dengan OR 4,11 dapat disimpulkan bahwa variable umur berpengaruh signifikan secara statistik dan pasien dengan umur ≥45 tahun 4,11 kali lebih beresiko meninggal dibanding <45 tahun. Kemudian disusul variabel MAP dengan OR 4,03 yang signifikan berhubungan secara statistik, berkesimpulan orang yang mengalami peningkatan MAP saat masuk beresiko 4 kali untuk meninggal dibanding dengan pasien dengan MAP nya tidak meningkat.

4.3 Pembahasan

Penelitian pada variabel MAP menunjukkan hasil tidak meningkat yaitu sebanyak 12 orang (19%) dengan hasil outcome 6 orang hidup dan 5 orang meninggal, dan pasien dengan MAP meningkat sebesar 52 orang (81%) 10 orang hidup dan 42 orang meninggal. Analisis

(20)

bivariat didapatkan hasil p=0,024, sehingga dapat disimpulkan MAP pasien berhubungan dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Pada analisis multivariat, menunjukkan hasil nilai OR = 5,040 yang berarti MAP berpengaruh untuk beresiko 4 kali lebih besar dengan outcome meninggal pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

Penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian lainnya, yaitu oleh Tetri et al (2009) terdapat dimana dari hasil analisisnya didapatkan hasil peningkatan MABP saat masuk ditemukan sebagai prediktor kematian awal pada pasien dengan stroke intraserebral hemoragik. Pada penelitian Wuryani et al (2010) menyimpulkan bahwa MAP terbukti berperan dalam memprediksi kematian 96 jam pasca onset stroke perdarahan intraserebral secara bivariat, tetapi secara multivariat tidak langsung terbukti memprediksi outcome kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Sedangkan pada penelitian lain terdapat perbedaan hasil yaitu penelitian oleh Nugrahanti (2007) menyebutkan bahwa MAP≥145mmHg pada saat masuk rumah sakit tidak signifikan sebagai prediktor prognosis kematian 7 hari pada stroke perdarahan dengan hasil p=0,771 (p≥0,05).

MAP disini berhubungan dengan kematian, tetapi bukan tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam kematian. MAP dapat memprediksi adanya penurunan kesadaran, volume darah yang besar yang berpengaruh terhadap timbulnya tekanan intrakranial yang meningkat kemudian timbul herniasi kemudian menyebabkan kematian pada stroke perdarahan intraserebral (Greenberg, 2011).

Hasil pada penelitian variabel GCS, kategori tidak ada penurunan kesadaran sebanyak 12 orang (19%) terdapat 10 orang hidup dan 2 orang meninggal, sedangkan kategori ada penurunan kesadaran sebesar 51 orang (81%) yaitu 6 orang hidup dan 45 orang meninggal. Analisis bivariat didapatkan hasil p=0,00 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat kesadaran dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan hasil yang tetap yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan kesadaran dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan p=0,001 dan OR = 5,6 menandakan bahwa pasien dengan GCS yang menurun memiliki kemungkinan 5,6 kali untuk meninggal dibandingkan dengan pasien dengan kesadaran tidak menurun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu oleh Broderick et al (1993) melaporkan pada analisis bivariat maupun multivariat, penurunan kesadaran berhubungan pada kematian minggu pertama. Pada penelitian Nugrahanti (2007) melaporkan bahwa derajat kesadaran sebagai prediktor prognosis kematian 7 hari pada stroke hemoragik.

(21)

Hasil analisis pada penelitian ini, variabel umur memiliki pasien <45 tahun sebanyak 9 orang presentase 14,3% dengan outcome hidup 5 orang meninggal 4 orang dan pasien ≥45 tahun sebanyak 54 orang dengan presntase 85,7% 11 orang hidup dan 43 orang meninggal. Dari analisis bivariat, menggunakan uji chi square hasil p=0,019 (p<0,05) sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Dari hasil multivariat, umur merupakan variabel yang berpengaruh kuat secara statistik setelah GCS dengan hasil OR 4,030 dimana orang dengan umur ≥4,5 memiliki faktor resiko meninggal 4 kali lipat dari pada umur <45 tahun pada pasien strok perdarahan intraserebral.

Penelitian dengan hasil sejalan denga penelitian ini dilakukan oleh Hajat et al (2001) dalam hasil multivariat nya terdapat hubungan yang independen antara peningkatan usia dengan stroke infark dibanding dengan stroke perdarahan. Menurut Hartanu et al (1984) cit Pradipto (2012), semakin tua umur seseorang menunjukkan kecenderungan memiliki outcome perburukan outcome fungsional. Sedangkan pada penelitian Rahmita (2011) memiliki hasil p=0,839 dimana umur dan kematian pada pasien stroke tidak berpengaruh. Penelitian lain juga diakukan yaitu oleh Pradipto (2012) dengan hasil p=0,472 OR=1,445 berkesimpulan umur tidak ada hubungannya dengan kematian pada stroke perdarahan.

Hasil pada penelitian variabel pemeriksaan GDS, non hiperglikemi sebanyak 28 orang (44,4%) 13 orang hidup dan 15 orang meninggal, dan responden yang memiliki distribusi banyak yaitu kategori hiperglikemi sebesar 35 orang (55,6%) 3 orang hidup dan 32 orang meninggal. Analisis bivariat didapatkan hasil p=0,001 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa kadar gula darah mempengaruhi kematian pada pasien stroke perdarahan. Tetapi secara analisis multivariat tidak berpengaruh kuat dalam statistik dengan kematian pada stroke perdarahan hemoragik.

Pada penelitian sebelumnya ini yaitu oleh Alamsyah (2003) melaporkan bahwa diabetes melitus tidak berhubungan secara signifikan dengan kematian. Sutia (2009) bahwa kadar gula darah yang tinggi mempengaruhi stroke iskemik. Sedangkan Menurut Woo et al (1988) cit Nugrahanti (2007) hiperglikemia pada saat onset mencerminkan kemungkinan pada diabetes laten daripada stroke perdarahan.

Hasil pada variabel kadar kolesterol yaitu kategori non hiperkolesterolemia sebanyak 25 orang (39,7%) 10 orang hidup dan 15 orang meninggal, kemudian pada kategori pasien yang hiperkolesterolemia sebesar 38 orang (60,3%) pasien hidup 6 orang dan pasien yang

(22)

meninggal berjumlah 32 orang. Hasil analisis bivariat p=0,031 sehingga berhubungan dengan kematian pada stroke perdarahan hemoragik, merupakn variabel dengan hubungan paling rendah dengan kematian. Pada analisis multivariat tidak memiliki pengaruh yang kuat secara statistik.

Pada penelitian sebelumnya oleh Leppala et al (1999) cit Gofir (2011) melaporkan bahwa RR 0,20 pada kolesterol yang kadarnya ≥7,0 mmol/L dibandingkan kolesterol <4,9 mmol/L. Menurut Wuryani et al (2010) melaporkan bahwa kadar hiperkolesterolemia tidak berhubungan dengan outcome kematian.

Hasil analisis pada variabel pemeriksaan EKG yaitu kategori normal sebanyak 30 orang (47,6%) 13 orang hidup dan 17 orang meninggal, dan kategori yang EKG nya tidak normal sebesar 33 orang (52,4%) 3 orang hidup dan 30 orang meninggal. Hasil analisis bivariat p=0,003 dapat disimpulkan EKG berhubungan dengan kematian pada pasien stroke perdarahan. Pada hasil analisis multivariat tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan antara EKG secara statistik dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral.

Penelitian – penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putri (2008) menunjukkan bahwa pemeriksaan EKG merupakan faktor prediktor kematian yang signifikan secara statistik pada pasien stroke. Menurut penelitian Rahmita (2011), pemeriksaan EKG berhubungan secara signifikan dengan prediktor kematian pasien stroke, hasil RR=17,344 dan p<0,001.

Hasil analisis pada penelitian suhu didapatkan suhu naik sebanyak 24 orang (38,1%) 1 orang hidup 23 orang meninggal , dan yaitu kategori suhu tidak naik sebesar 39 orang (61,9%) 15 orang hidup dan 24 orang meninggal. Hasil bivariat diperoleh nilai p=0,002, dapat disimpulkan suhu berhubungan dengan kematian pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Dari analisis multivariat, peningkatan suhu bukan merupakan variabel yang berpengaruh terhadadap kematian pasien stroke perdarahan intraserebral secara statistik.

Penelitian sebelumnya yaitu oleh Greer et al (2008) melaporkan bahwa suhu hanya berhubungan secara analisis bivariat dan tidak berhubungan secara statistik pada analisis multivariat terhadap kematian pasien stroke perdarahan. Menurut Kammersgaard et al (2002) cit Pradipto (2012) melaporkan bahwa peningkatan suhu diatas 1 derajat suhu tubuh memberikan faktor resiko 30% kematian jangka panjang.

(23)

Hsil analisis pada variabel hipertensi emergensi didapatkan pada kategori tidak ada hipertensi emergensi sebanyak 27 orang (42,9%) 12 orang hidup dan 15 orang meninggal, dan kategori ada hipertensi emergensi sebesar 36 orang (57,1%) 4 orang hidup dan 32 orang meninggal. Dari analisis bivariat didapatkan hasil p=0,003, dapat disimpulkan bahwa hipertensi emergensi berhubungna secara bivariat. Pada analisis multivariat, hipertensi emergensi bukan merupakan variabel yang berpengaruh kuat terhadapat kematian secara statistik.

Menurut Roubsanthisuk et al (2010) Hipertensi emergensi berhubungan dengan tinggi nya mortalitas pada beberapa penyakit termasuk stroke. Menurut Manning et al (2014) melaporkan bahwa hipertensi emergensi neurologik menyebabkan kematian secara signifikan, paling banyak mengenai stroke iskemik dan stroke perdarahan intraserebral.

Gambar

Gambar 4. Grafik Distribusi Usia
Tabel 3. Hasil Analisis Univariat
Gambar 5. Umur
Gambar 6. Outcome
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja (R = 0,003), dan pada tingkat pendidikan mempengaruhi secara signifikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran inkuiri sosial berbantuan media

Kota Palu dan sekitarnya dalam kurun waktu satu abad (1905-2005) berdasarkan catatan telah terlanda gempa dengan magnitude &gt; 4,5 SR lebih dari 10 (sepuluh) kejadian,

Sebagai salah satu tahap dalam hirarki komunikasi merek (hierarchy of branding ), citra merek atau lebih kenal dengan sebutan brand image memegang peranan penting

lingkungan dengan mengadakan kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan. Salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi Taman Margasatwa Semarang

Objek Perkara PHPU Anggota DPR/DPRD adalah Keputusan Termohon tentang penetapan perolehan suara hasil Pemilu anggota DPR dan DPRD secara nasional yang memengaruhi perolehan

Melakukan sima’ (mendengarkan) qari’ kesayangan lalu kemudian dibacakan secara ber- ulang-ulang, juga bisa dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan tersebut. “Apalagi

Adapun dasar hukumnya adalah : Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturabn Pelaksanaan Undang-undang nomor