• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERANCANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MEMBERIKAN STATUS DESA WISATA DENGAN METODE AHP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MERANCANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MEMBERIKAN STATUS DESA WISATA DENGAN METODE AHP"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

109

MERANCANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

UNTUK MEMBERIKAN STATUS DESA WISATA

DENGAN METODE AHP

Candra Agustina AMIK BSI Yogyakarta e-mail : candra.caa@bsi.ac.id

Abstrak

Perkembangan dunia pariwisata berlangsung dengan cepat. Pada saat ini tujuan wisata tidak hanya tertuju pada objek wisata yang sudah terkenal, akan tetapi juga desa-desa disekitar objek wisata tersebut. Desa-desa yang direkomendasikan untuk menjadi tujuan wisata ini biasa disebut dengan Desa Wisata. Untuk mendapatkan status sebagai desa wisata, sebuah desa harus memenuhi persyaratan diantaranya ada atraksi wisata, jarak tempuh, besaran desa, SDM dan infrastruktur. Semakin banyak desa-desa yang mengajukan permohonan untuk menyandang status sebagai desa wisata, membuat dinas pariwisata harus semakin selektif agar desa wisata tersebut tidak hanya status belaka. Dengan metode Analitycal Hierarchy Process diharapkan dapat membantu untuk menentukan desa yang berhak untuk menyandang status sebagai desa wisata berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.

Keywords: Desa Wisata, AHP, SPK 1. Pendahuluan

Dunia pariwisata di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Jumlah wisatawan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah pwngunjung ini harus diimbangi dengan peningkatan pengembangan objek wisata yang sudah ada. Di dalam dunia kepariwisataan sekarang terdapat kecenderungan untuk mengolah potensi daerah, terutama desa beserta strategi pemberdayaan masyarakatnya. Seperti dinyatakan Fandeli, bahwa kebijakan pengembangan pariwisata daerah harus didasarkan pada paradigma yang berkembang di daerah (Fandeli, 2002: 45). Maka logis jika ada semacam kehendak untuk menempatkan desa yang berpotensi dan memiliki sumbersumber produksi sebagai landasan strategisnya, sekaligus memberdayakan masyarakatnya. Untuk mendapatkan status desa wisata, pihak desa harus menyiapkan diri untuk menjadi desa wisata. Setelah itu perangkat desa harus mengajukan permohonan untuk status desa wisata ke Dinas Pariwisata setempat. Dalam memutuskan mengabulkan atau menolak permohonan tersebut Dinas

Pariwisata akan menerapkan

kriteriakriteriasebagai berikut: 1. Besaran desa 2. SDM 3. Infrastruktur 4. Keunikan Tinjauan Pustaka Desa Wisata

Prinsip dasar dari pengembangan desa wisata

1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki.

3. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut. Jenis Wisatawan Pengunjung Desa Wisata Karena bentuk wisata pedesaan yang khas maka diperlukan suatu segmen pasar tersendiri. Terdapat beberapa tipe wisatawan yang akan mengunjungi desa wisata ini yaitu :

Wisatawan Domestik

Terdapat tiga jenis pengunjung domestik, yaitu:

1. Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi

(2)

kerabat, membeli hasil bumi atau barangbarang kerajinan.

2. Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), yang transit atau lewat dengan motivasi, membeli hasil kerajinan setempat.

3. Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara pribadi. Wisatawan Manca Negara

1. Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan.

2. Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro perjalanan wisata). Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di luar komunitas yang biasa dihadapinya.

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu system yang mendukung manager dalam mengambil keputusan untuk suatu masalah semi terstruktur. Tujuan SPK dalam pengambilan keputusan bukan sebagai pengganti manager, melainkan alat yang mendukung manager dalam mengambil keputusan. Komponen SPK adalah sebagai berikut:

Komponen database berfungsi utnuk menyimpan data-data yang dihasilkan oleh internal dan eksternal organisasi dan privat data yang diberikan oleh manager. Dalam suatu Decission Support System terdapat beberapa komponen yang salah satunya

adalah model. Model ini berfungsi untuk berfungsi untuk menyederhanakan permasalahan, sehingga lebih mudah dipahami.Knowledge Manager bersifat optional artinya boleh digunakan boleh tidak digunakan. Biasa digunakan untuk kasus yang modelnya berbasis kecerdasan buatan. Dialog manajemen merupakan komponen yang menjembatani komunikasi antar user dan user interface (program). Pengguna merupakan manajer yang menggunakan sistem ini.

Analityc Hierachy Process

AHP (Analytic Heirarchy Prosess) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Whaston School of Business pada tahun 1970- an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukasi. (Marimin, 2004). Dengan menggunakan AHP suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut.

Prinsip kerja dari AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya serta menata dalam suatu hierarki kemudian tingkat kepentingan setiap variabel tersebut secara relative dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan mempunyai peran untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. AHP memungkinkan untuk memberikan nilai bobot relatif dan suatu kriteria majemuk secara intuitif yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).

Keunggulan AHP Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah:

1. Kesatuan

AHP merupakan model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes dalam memecahkan aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2. Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.

(3)

AHP mencerminkan kecenderungan pemikiran alami untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem pada berbagai tingkat yang berlainan serta mengelompokkan unsur- unsur sejenis dalam setiap tingkat.

4. Pengukuran

AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal tanwujud dari suatu metode dalam rangka untuk menetapkan prioritas

5. Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas intesis AHP menuntun untuk memperoleh suatu taksiran menyeluruh tentang setiap alternatif keputusan yang terbaik.

6. Tawar menawar

AHP mempertimbangkan

prioritasprioritas relatif dari berbagai factor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka

7. Penilaian dan consensus

AHP tak memaksakan konsensus tetapi mensintesakan suatu hasil yang merupakan representasi dari berbagai penilaian yang berbeda-beda

8. Pengulangan proses

AHP memungkinkan penggunanya dalam mempertajam definisi tentang suatu persoalan serta memperbaiki pengertian dan pertimbangan melalui pengulangan proses.

Prinsip Kerja AHP Prinsip kerja dari AHP adalah:

1. Penyusunan Hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan unsur-unsurnya yaitu kriteria, alternatif, kemudian disusun menjadi struktur Hierarki.

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengeskpresikan pendapat (Marimin, 2004). Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty adalah:

Tabel 1. Skala Penilaian AHP

3. Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relative kemudian diolah untuk menentukan peringkat relative dan seluruh alternatif. Kriteria tersebut dapat dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan prioritas yang dihitung dengan manipulasi matriks atau penyesaian persamaan matrik. 9. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Langkah-langkah metode AHP

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Membuat struktur hierarkhi yang diawali dengan tujuan utama

Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hierarkhi yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai

(4)

alternative yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap criteria mempunyau intensitas yang berda-beda. Hierarkhi dilanjutkan dengan sub criteria jika mungkin diperlukan. 3. Membuat matrik perbandingan

berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya

Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu

menganalisis kepekaan

prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misal E1, E2, E3.E4, E5.

4. Mendefinisikan perbandingan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

Hasil perbandingan dari masingmasing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bias membedakan intensitas

antar elemen. Hasil

perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang

merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.

Penghitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Super Decisions 1.6.0

Adalah salah satu software yang bisa di download di www.superdecission.com. Software ini digunakan sebagai alat bantu manajer dalam mengambil keputusan. 2. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini ini termasuk jenis Penelitian Deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang akan diteliti.

b. Kerangka Pendekatakan Penelitian

Penelitian ini termasuk Penelitian Kuantitaf. Dinamakan penelitian kuantitatif karena penelitian ini dilakukan secara sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teoriteori dan/atau hipotesis. Data statistik tersebut

didapatkan dari kuisioner dengan menggunakan metode pendekatan Analitical Hierarchy Process (AHP) dan kemudian diuji dengan menggunakan tool atau software Super Decision 1.6.0

3. Pembahasan

Untuk mendapatkan status sebagai desa wisata, sebuah desa harus memenuhi criteria sebagai berikut:

(5)

1. Keunikan yaitu keunikan yang dimiliki desa tersebut dan tidak dimiliki oleh desadesa yang lain. Sub kriteria : Kerajinan, Kesenian, Wisata Alam, kuliner

2. Infrastuktur yaitu fasilitas-fasilitas yang ada didesa tersebut. Sub criteria : kondisi jalan, komunikasi

3. SDM Kesiapan masyarakat untuk menjadi desa wisata Sub criteria : guide, kondisi penduduk

4. Besaran Wilayah Sub kriteria : Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Kriteria

kriteria tersebut digambarkan dalam hierarki sebagai berikut :

Langkah pertama: kuesioner untuk membandingkan antar Goal dengan kriteria. 1. Besar Wiayah dengan Infrastuktur 2. Besar Wilayah dengan Keunikan 3. Besar Wilayah dengan SDM 4. Infrastuktur dengan Keunikan 5. Infrastukrut dengan SDM 6. Keunikan dengan SDM

Dari kuesioner yg telah diisi tinggal diinputkan pada table komparasi seperti berikut:

Langkah Kedua: Membandingkan Keunikan dengan SubKeunikan

1. Kerajinan dengan Kesenian 2. Kerajinan dengan Wisata Alam 3. Kesenian denganWisata Alam

Langkah Ketiga : Mengisi mengisi kuesioner untuk membandingkan infrastruktur dan sub infrastruktur.

1. Air dengan Akses Jalan 2. Air dengan Listrik

3. Air dengan Sarana Komunikasi 4. Akses Jalan dengan Listrik

5. Akses Jalan dengan Sarana Komunikasi 6. Listrik dengan Sarana Komunikasi

Langka Keempat; Mengisi kuesioner untuk membandingkan Besar Wilayah dengan SubBesarWilayah.

1. Jml Penduduk dengan Luas Desa

Langkah Kelima : Mengisi kuesioner untuk membandingkan SDM dengan SubSDM.

2. Guide dengan KesPend

Langkah Keenam : Mengisi kuesioner untuk membandingkan alternatives berdasarkan SubKriteria yang telah ditentukan..

Alternatives pada penerapannya nanti akan diisi sesuai dengan desa yang mengajukan status sebagai desa wisata.

1. Membandingkan Kesenian yang ada pada alternatives

2. Membandingkan Kerajinan yang ada pada alternatives

(6)

3. Membandingkan Wisata Alam yang ada pada alternatives

4. Membandingkan Akses Jalan yang ada pada alternatives

5. Membandingkan Sarana Komunikasi yang ada pada alternatives

6. Membandingkan Listrik yang ada pada alternatives

7. Membandingkan ketersediaan Air yg ada pada alternatives

8. Membandingkan Luas Desa yang ada pada alternatives

9. Membandingkan JmlPenduduk yang ada pada alternatives

10. Membandingkan Guide yang ada pada alternatives

11. Membandingkan KesPend (Kesiapan Penduduk) yang ada pasa alternatives Setelah langkah pertama sampai langkah keenam dilakukan, kesimpulan sudah dapat diambil dengan cara klik syn.

4. Simpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah:

Metode AHP (Analytic Heirarchy Prosess) bisa diaplikasikan untuk system pendukung keputusan dalam menentukan status desa wisata. Desa yang mengajukan diri sebagai desa wisata akan menjadi alternatives dalam system ini. Berdasarkan model yang dibuat, saran yang bisa diberikan adalah:

Kriteria-kriteria yang dipakai harus distandarisasi, artinya disamakan pada tiap daerah sehingga penilaian lebih objektif. Harus ditentukan jumlah desa yang akan diberi status desa wisata.

Referensi

Saaty, T.L. (1991). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Marimin,(2004). Teknik dan palikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

Saaty, T.L. (2001). Decission Making For Leader. Forth edition. Univercity of Pittsburgh,RWS Publication.

Saaty, Rozzan W. (2003). Decision Making In Complex Environments. Univercity of Pittsburgh,RWS Publication. Tracey, M and Tan, C.L (2001). Empirical

Analysis of Supplier Selection and Involment, Customer Satisfaction, and Firm Performance. An International Journal of Supply Chain Management. ,(2001). Dokumen Kriteria Desa Wisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa kajian teoritis tersebut di atas mempunyai relevansi dalam pemaknaan Keputusan Kepala BKN Nomor 43/2001 tentang Standar Kompetensi PNS pada Jabatan Struktural.

Peminat Pilihan Pertama ( Time Stamp , Angkatan, No. Stb., e-mail, SKS lulus, IPK, SKS diambil, Paket Sem. Ganjil, Paket Sem. Genap): Peminat Pilihan Kedua dan Ketiga: TIDAK

Teori formal memang bisa mengakomodir perubahan yang hanya terjadi pada perundang-undangan pidana (sebagaimana disebutkan dalam pelbagai contoh dalam catatan kaki di atas),

Hassan melancarkan kritiknya secara tajam, ia menyatakan dalam bukunya Islam dan Kebangsaan bahwa paham kebangsaan seperti yang dipahami oleh mereka itu adalah sama dengan

Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan berbagai dosis bokashi berbahan dasar Chromolaena odarata dan feses sapi belum mampu menyediakan unsur hara yang cukup

Alur Pelaksanaan Lomba Inobel bagi Guru SMP Tingkat Nasional 2014 DIT P2TK DIKDAS DISDIK PROVINSI DISDIK KAB/KOTA SATUAN PENDIDIKAN Penyusunan Pedoman Publikasi pedoman

Perumusan Strategi Pengembangan Proyek Kerjasama Pemerintah Dan Swasta (KPS) Dengan Pendekatan SWOT-AHP Pada Rencana Pembangunan Kampung Reyog Kabupaten Ponorogo1. 2013 Nicola

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH