7 A. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan dan Sadock, 1997).Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998), kecemasan atau
ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang
tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam.
2. Tingkat Kecemasan
Kecemasan dapat dibagi menjadi empat tingkatan kecemasan yaitu ringan, sedang,berat dan panik,Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :
a. Kecemasan ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu waspada serta masih bisa berfikir secara rasional, kecemasan dapat memotivasi individu belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan sedang
Individu hanya terfokus pada hal yang penting saja dan mengabaikan yang lain sehingga individu tidak dapat berfikir secara luas tetapi masih dapat menerima saran yang diberikan oleh orang lain. c. Kecemasan berat
Individu tidak dapat berfikir lagi. Pusat perhatiannya detil dan kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan tidak mampu melakukan sesuatu walau dengan pengarahan atau perintah karena individu tersebut kehilangan kontrol diri. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran yang rasional, kecemasan sering dengan kehidupan jika kecemasan berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kelelahan dan kematian (Stuart , 2006).
3. Tanda dan gejala
Kecemasan atau ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
ansietas,seperti yang dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen (1998) yaitu:
a. Gejala / Respon fisiologis terhadap kecemasan antara lain : 1) Sistem kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, denyut nadi menurun dan rasa mau pingsan.
2) Sistem pernafasan
Nafas cepat, nafas pendek / dangkal, rasa tertekan pada dada, pada tenggorokan, rasa tercekik dan terengah-tengah.
3) Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, ketakutan, gelisah, wajah tegang, kelemahan secara umum, kaki goyah, gerakan yang aneh atau janggal.
4) Gastro intestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak enak pada perut, mual, rasa terbakar pada jantung dan diare.
5) Traktus Urinarius
6) Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat setempat, misalnya pada telapak tangan, gatal, rasa panas atau dingin pada kulit, muka pucat dan berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku kognitif dan afektif pada kecemasan antara lain : 1) Respon Perilaku
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi dan melarikan diri dari masalah.
2) Respon Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, adanya bloking pada pikiran, persepsi menurun, bingung, sangat waspada atau kesadaran diri meningkat kehilangan obyektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, cidera dan kematian.
3) Respon Afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous dan gugup
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan a. Usia
Dengan bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul akibat tindakannya sendiri.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat memberikan rasa aman, namun juga dapat membawa ancaman dila dianggap membahayakan bagi individu. Kecemasan akan timbul bila individu tidak mampu mengatasi ancaman-ancaman yang berlebihan dari dunia ekternal yang tidak mampu dikontrol oleh ego.
c. Tahap Perkembangan
Pada tingkat paling primitif, kecemasan mungkin berhubungan dengan ketakutan akan menghancurkan atau fusi dengan orang lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih mahir, kecemasan adalah berhubungan dengan perpisahan dari obyek yang di cintai (Stuart, 2006).
d. Budaya
Diketahui bahwa budaya mempengaruhi nilai yang dimiliki oleh individu dan karenanya latar belakang budaya juga berkaitan dengan sumber kecemasan dan respon individu terhadap kecamasan. e. Aspek positif individu
May mengatakan dalam Stuard dan Laraia (2001) bahwa aspek positif diri individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan (Suliswati, 2005).
f. Pengetahuan
Dimana pengetahuan digunakan untuk mengatasi adanya kecemasan yang dialami seseorang serta mengetahui ketidak fahaman tentang perubahan yang terjadi. Orang akan mengalami kecemasan yang ringan apabila pengetahuannya luas, akan mengalami kecemasan sedang apabila kurangnya pengetahuan, mengalami kecemasan berat apabila pengetahuan individu sangat sempit (Johnson, 1999).
5. Stresor Pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.Menurut Stuart (2006) Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari – hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
6. Penilaian stresor
Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor termasuk pengetahuan dari perspektif psikoanalitis, interpersonal, perilaku genetik dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi dalam mengembangkan intervensi yang tepat. Penilaian juga menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan hubungan timbal balik antara faktor – faktor tersebut dalam menjelaskan perilaku yang
terjadi. Jadi pemahaman yang benar tentang anseitas bersifat holistik (Stuart, 2006).
7. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi setres dan anseitas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan kenyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil (Stuart, 2006).
8. Teori kecemasan
Dari berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal
ansietas, antara lain :
a. Teori psiko analitik
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego.Id mewakli dorongan insting dan impuls primitive seseorang,sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.Ego atau Aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Teori biologik
Efek dari stress bisa dari pengukuran obyektifitas, pengukuran structural dan klinis yang dialami tubuh, perubahan ini dinamakan “General Adoption Syndrom”dengan aktivitas dari kortek adenal dan kelenjar limfe membesar dan terjadi peningkatan hormon,
vasokonstriksi menyebabkan pembebasan dari epinefrin dan non epinefrin meningkatkan tekanan darah dan kontraksi jantung. Saat
terjadi adaptasi dikembalikan keadaan semula. Jika keadaan adaptasi tidak terjadi kelenjar adrenal tidak membesar kembali dan produksi hormon meningkat. Respon umum menurun, kelenjar limfe meningkat gagal jantung dan gagal ataupun kematian dapat terjadi jika stress berlanjut.
e. Kajian keluarga
Cemas merupakan hal yang biasa ditemukan dalam keluarga dengan tipe yang berbeda-beda. Seseorang dengan kecemasan cenderung berkembang yang kemudian menjadi pengguna fasilitas ( yang mengalami terapi kesehatan ) akan mengalami tanda-tanda beragam akibat kecemasan seperti : nyeri dada, palpitasi, kemalasan dan nafas pendek (Stuart , 2006).
B. Pengetahuan 1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang biasanya di peroleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : Media masa, media elektronik, orang tua, petugas kesehatan, teman, guru, buku petunjuk dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif.
Tingkat pengetahuan adalah seberapa jauh seseorang dapat menghayati dan memperdalam perhatian terhadap suatu hal, bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : (Notoatmodjo, 2003).
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menyebarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi. e. Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru .
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pada penelitian yang dilakukan sekarang ini peneliti akan menilai tentang tingkat “Tahu” yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif meningkat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuanya juga meningkat . b. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tingginya sosial ekonomi seseorang maka seseorang akan lebih mudah mendapatkan sumber pengetahuan dari berbagai macam media baik formal maupun non formal.
c. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal (Notoatmodjo, 2003).
4. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung atau melalui pernyataan-pernyataan tertulis berupa angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
5. Cara memperoleh kebenaran pengetahuan
Cara untuk mengetahui kebenaran pengetahuan di kelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik.
Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : 1. Cara coba salah (Trial error)
Sebelum adanya kebudayaan bahkan peradapan, cara coba salah dilakukan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat dari orang yang melakukan aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang dapat menerima pendapat tersebut menganggap apa yang dikemukakan sudah benar.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebanaran pengaetahuan. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar dari pengalaman yang benar diperlukan berpikir yang kritis dan logis.
4. Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiran baik induksi maupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan – pernyataan khusus kepada umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari pernyataan – pernyataan umum kepada yang khusus.
b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dalam memperoleh kemampuan dilakukan dengan cara observasi langsung dan membuat catatan – catatan terhadap semua fakta yang sehubungan dengan obyek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
C. Remaja
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan social dan psikologis.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja merupakan periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan oragan – organ fisik (organobiologik) secara cepat.Perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini bagi para ahli dalam bidang kesehatan reproduksi terutama pada remaja,memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. Inilah sebabnya para ahli pada bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja agar dapat tertangani secara tuntas (Widyastuti, 2009). Dari uraian diatas para ahli pada bidang ini juga perlu mengetahui lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja antara lain :
1. Ciri perkembangan masa remaja
Menurut ciri perkembangan masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Tahap masa remaja awal
Perkembangan fisik mulai jelas ditandai oleh perubahan. Fungsi alat kelamin karena perubahan alat kelamin semakin nyata, remaja sering kali mengalami cemas dalam menghadapi perubahan dan pada tahap ini remaja mulai ingin bebas melepaskan diri dari ikatan
keluarga dan ingin mencari identitas diri, teman menjadi amat pentig dan teman merupakan orang yang paling dipercaya.
b. Tahap masa remaja tengah
Pada tahap ini remaja dituntut lebih bertanggung jawab terhadap kehidupannya, tuntutan untuk bertanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarga yang lain tetapi juga dari masyarakat sekitar. Tidak jarang remaja ingin mencoba pengalaman baru.
c. Tahap masa remaja akhir
Remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena pada tahap ini remaja memiliki emosi yang mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijak meskipun belum bisa secara penuh remaja di tahap ini juga mulai memiliki cara-cara hidup yang dapat dipertanggung jawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat (Widyastuti, 2009).
2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja Dalam kehidupan manusia terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Perubahan fisik secara internal umumya dipengaruhi oleh faktor herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya. Faktor internal yang mempengaruhi perubahan fisik remaja antara lain : tinggi badan, bakat, minat, kecerdasan dan sebagainya. Pada keluarga dengan keadaan fisik normal akan memberikan kemungkinan yang besar bagi remaja untuk menjadi generasi penerus yang normal (Sujonto, 1996). b. Faktor eksternal
Perubahan dan perkembangan individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan organis seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta golongan anorganis termasuk didalamnya keadaan alam, iklim, kehidupan, geografi serta lingkungan sosial (Sujonto, 1996).
D. Menarche Pada Remaja Putri
Menarche atau menstruasi merupakan salah satu perubahan pubertal yang
pasti dialami setiap pada anak perempuan .Usia menarche sangat bervariasi.Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata - rata 12,5 tahun (Wiknjosastro, 2007). Menstruasi
yang pertama atau menarche biasanya dimulai antara umur 10 - 16 tahun. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat badan tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menarche atau menstruasi tersebut menunjukkan bahwa remaja sudah memasuki masa pubertas.
Pubertas dapat didefinisikan sebagai waktu tercapainya kematangan seksual, yang secara klinis di mulai dengan timbulnya tanda-tanda seks primer seperti menstruasi pertama atau menarche pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki. Sedangkan seks sekunder berupa pembesaran payudara, tumbuhnya rambut pubis serta pertumbuhan badan yang pesat (Widyastuti, 2009).
1. Faktor yang mempengaruhi usia menarche
Menarche dapat dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal
1) Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi usia menarche adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tidak tumbuh. Beberapa anak tidak mendapat haid karena vaginanya mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih komplek lagi dimana gadis tersebut tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang disertai tidak mempunyai lubang kemaluan. Kelainan ini disebut
ogenesis genitalis bersifat permanen artinya gadis tersebut tidak
akan mendapatkan haid selama lamanya. 2) Hormonal
Alat rerpoduksi wanita merupakan alat akhir (end organ). Yang dipengaruhi oleh system hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui Striae terminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap hypothalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise Pars Posterior” sebagai “Mother of
Glad” (pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus menerus
datang di tangkap panca indera, dengan makin selektif dapat lolos menuju hypothalamus dan selanjutnya terus menuju hipotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid
memproduksi hormone tiroksin, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesterone, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik.Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang gadis pada masa pubertas dikendalikan oleh hypothalamus yakni suatu bagian tertentu pada otak manusia. Kurang lebih sebelum gadis itu
mengalami datang bulan atau haid, maka hypothalamus itu mulai menghasilkan zat kimia, atau yang kita sebut sebagai “hormon” yang akan dilepaskannya. Hormon pertama yang dihasilkan adalah perangsang kantong rambut (FSH : Folikel Stimulating Hormon). Hormon ini merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dalam indung telur. Terangsang oleh FSH ini, maka folikel itupun menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada dan alat kemaluan gadis .Meningkatkan taraf estrogen itu dalam darah mempunyai pengaruh pada hypothalamus yang disebut “Feed back negative”. Hal ini menyebabkan faktor berkurangnya faktor pelepasan FSH, akan tetapi juga membuat hypothalamus melepaskan suatu zat yang kedua yakin faktor pelepas berupa hormon lutinasi pada gilirannya pula hal ini menyebabkan kelenjarnya bawah otak melepaskan hormon lutinasi, (LH : Lutinishing Hormon) .Hormon LH ini menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Folikel yang tersisa akan berantakan dan di kenal dengan “korpus lutium”. Yang selanjutnya menghasilkan estrogen, lalu mulai mengeluarkan suatu zat baru yang disebut progesterone ini mempersiapkan garis alas dari rahim untuk menerima dan memberi makanan bagi sebuah sel telur yang telah dibuahi apabila sel telur tidak di buahi maka taraf estrogen dan progesterone dalam aliran darah akan merosot, sehingga
menyebabkan garis alas menjadi pecah-pecah.Akibat timbulnya perdarahan pada datang haid yang pertama. Perputaran rasa terjadinya ini berlangsung satu kali dalam setiap 28 hari, mulai dari masa pubertas sampai terjadinya mati haid atau menopouse (Manuaba, 1999).
3) Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terlambatnya haid diantaranya infeksi, kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan tertunda atau tidak datang sama sekali (Behrman, 1999).
b. Faktor Eksternal 1) Gizi
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan.
2) Pengetahuan Orang Tua
Setiap remaja putri yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai menampakan tanda – tanda pubertas terutama menarche akan mengalami kecemasan. Disinilah para orang tua sangat dibutuhkan karena terutama ibu. Pengetahuan penjelasan dari
orang tua tentang apa itu menarche akan mengurangi kecemasan pada remaja putri.
3) Gaya Hidup
Gaya hidup memang berperan penting, pada orang-orang yang mempunyai aktifitas olahraga yang sangat tinggi umumnya menstruasi pertama kali datang terlambat kondisi kerap diamati atelit perempuan (Behrman, 1999).
E. Menstruasi Pada Remaja Putri
Menstruasi atau haid merupakan periode pengeluaran cairan darah dari uterus, yang disebabkan oleh lepasnya endometrium (Hamilton, 1995). Lamanya menstruasi biasanya 3 5 hari.(Wikjosastro, 2007). Menstruasi kira -kira berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita mencapai umur 45 - 50 tahun, hal ini tergantung pula pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir kemampuan wanita bermenstruasi disebut menoupause dan menandai akhir dari masa - masa kehamilan seorang wanita (Kespro dot info, 2008, Page 4, http://www.kespro.info.com, Diakses 6 Maret 2009). Mentruasi menurut Winkjosastro (1999) dibagi menjadi tiga fase yaitu :
1) Fase folikuler, Beberapa folikel berkembang oleh pengaruh Folicle
Simulating Hormone (FSH) yang meningkat. Meningkatnya FSH disebabkan oleh regresi kropus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Produksi estrogen meningkat dan ini menekan produksi FSH. Folikel yang berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia sedangkal folikel – folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini Luteinizing Hormone (LH)
juga meningkat, namun peranannya dalam tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel.
2) Fase ovulatoir, Fase ini dimulai ketika kader LH meningkat. LH yang meningkat itu menetap kira – kira 24 jam. Dalam bebapa jam setelah LH meningkat estrogen menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologi pada folikel dan mungkin disebabkan umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hypothalamus. Folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi disebabkan oleh perubahan – perubahan degeneratif kalogen pada dinding folikel sehingga menjadi tipis.
3) Fase Luteal, Setelah ovulasi, sel – sel granulose membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (Lutein), folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah mencapai puncaknya pada 8 – 9 hari setelah ovulasi (Winkjosastro, 2007).
Tanda-tanda datangnya menstruasi pada wanita sangat berbeda-beda antara lain:suhu badan meningkat, payudara membengkak,pinggang sakit,pusing,gangguan pada kulit,nafsu makan berlebih (Noe, 2003, Page 2, www.isekolah.org, Diakses 6 Maret 2009).
Siklus menstruasi berkisar antara 21 - 40 hari dan hanya 10 - 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menoupause. Pada
awalnya, siklus menstruasi tidak teratur. Jarak kedua siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan. Rata - rata pengeluaran darah selama menstruasi adalah 33,2 % ± 16 cc (Manuaba, 1999).
E. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Menghadapi Menarche
Menurut Rogers (1972) dan Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa perilaku seseorang terbentuk dari proses kesadaran (awarnes), interest,
evaluation, trial, adoption. Dapat diberikan contoh pada remaja putri yang
mengalami menstruasi pertama (menarche) dan memiliki pengetahuan
berkaitan dengan menarche maka kecemasan remaja putri tersebut akan berkurang sampai tidak terjadi cemas, sehingga pengetahuan sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Seseorang akan mengalami kecemasan yang ringan apabila pengetahuannya luas, akan mengalami kecemasan sedang apabila kurangnya pengetahuan, mengalami kecemasan berat apabila pengetahuan individu sangat sempit dan panik bila individu mengalami penyimpangan pengetahuan dan hilangnya pikiran rasional. Rogers (1972) mengungkapkan bahwa domen terbentuknya kecemasan seseorang, pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi penentu tingkat kecemasan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
F. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi kecemasan :
Keterangan : Bagian yang dicetak tebal adalah variabel yang akan diteliti. Gambar 2.1 Kerangka Teori
 Pengetahuan  Usia
 Lingkungan  Budaya
 Tahap Perkembangan  Aspek Positif Individu
Tingkat Kecemasan Saat Menghadapi Menarche :
 Ringan  Sedang  Berat  Panik