1 JKGT VOL.2, NOMOR 2, DESEMBER (2020) 21-25
(Penelitian)
Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Gejala Tmd
(SQ TMD) Pada Populasi Usia 19-21 Tahun Di Jabodetabek
Novey Riyanti, Elsyawati Nizar
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia Bagian Prostodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
ABSTRACT
Background: One of the questionnaires that can be used to assess temporomandibular disorder (TMD) is Symptoms Questionnaire (SQ). In Indonesia, there is no version of this questionnaire in local language, so it is necessary to have it translated and tested for the validity and reliability. Objective: To evaluate the validity and reliability of SQ TMD questionnaire in Bahasa Indonesia. Methods: This research was conducted using analytic observational with cross-sectional design in greater Jakarta city, on 354 respondents. Cronbach’s alpha was used to measure the internal consistency of summary scores for OHIP-EDENT and each sub scale. Results: Based on the analysis, it showed good internal validity of each question, while on reliability test also got good with values of Cronbach’s alpha scores is 0.890. Cronbach’s alpha score for 2 sub scales is 0,904 (pain) and 0,808 (non pain). Conclusion: DC/TMD Gejala Questionnaire in Bahasa Indonesia is a valid and reliable questionnaire to be applied in Indonesian society on aged 19-21 years.
Keywords: Temporomandibular Disorders, Symptoms Questionnaire, Validity, Diagnostic Criteria, Reliability.
PENDAHULUAN
Gangguan temporomandibula (TMD) adalah istilah umum untuk berbagai tanda dan gejala klinis yang melibatkan otot pengunyahan, sendi temporomandibular (TMJ) dan struktur orofasial yang terkait.1 Gangguan temporomandibula memiliki gejala klinis yang dapat berupa rasa nyeri pada sendi wajah, nyeri pada sendi rahang, bunyi pada sendi mandibula, kesulitan dalam menutup dan membuka mulut, rasa tidak nyaman ataupun rasa nyeri ketika menggigit atau mengunyah makanan, serta gerak rahang yang terbatas.2 TMD dengan rasa nyeri dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, fungsi psikososial, dan kualitas hidup.3
Berbagai studi epidemiologi telah menunjukkan prevalensi TMD bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, populasi, dan metode penilaian TMD.4 Survei epidemiologis pasien dengan gejala TMD hadir pada populasi usia 20-40 tahun, dan 75% dari suatu populasi memiliki paling sedikit satu gejala gangguan TMD.5 Unell et al.6 melaporkan dalam kelompok usia, usia lebih tua prevalensinya lebih kecil daripada kelompok usia yang lebih muda. Pasien yang lebih muda lebih cenderung memiliki penyakit kronis nyeri TMD, yang dapat berkurang seiring bertambahnya usia. Prevalensi gejala TMD yang cukup tinggi (77,2%) juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Lung et al.7 pada mahasiswa di Australia. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan pada populasi mahasiswa usia 18-25 tahun di India8, Jordan9, Saudi Arabia10, Poland11. Dengan demikian identifikasi manifestasi awal dan diagnosis yang tepat berdasarkan tanda dan gejala TMD pada usia muda menjadi sangat penting, baik untuk hal yang berkaitan dengan etiologi maupun usaha preventif dan terapeutik.12 Dimana dalam menangani gangguan sendi temporomandibula secara efektif, seorang dokter gigi harus memahami semua jenis gangguan dan berbagai etiologi yang menyebabkannya. Mengingat tidak hanya satu perawatan yang cocok untuk menangani semua gangguan sendi temporomandibula, maka setiap gangguan TMD memerlukan perawatan yang lebih spesifik. Oleh sebab itu, hasil diagnosis yang tepat merupakan suatu kunci utama kesuksesan perawatan gangguan sendi temporomandibula.13
Dalam menilai kelainan TMD dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan alat yang banyak digunakan dalam studi epidemiologi. Salah satunya kuesioner yang dapat digunakan dalam menilai TMD adalah Kuesioner Gejala TMD (SQ TMD), SQ TMD ini digunakan untuk menilai terkait nyeri (nyeri TMD dan sakit kepala) dan tidak nyeri (bunyi sendi rahang dan penguncian TMJ).14 TMD Symptom Questionnaire merupakan alat yang dikembangkan oleh Schiffman et al.14 yang digunakan untuk menilai pasien dengan gejala TMD. Namun di Indonesia belum terdapat
2 kuesioner SQ TMD dalam Bahasa Indonesia yang
valid dan reliable agar dapat digunakan sebagai alat ukur. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan Kuesioner Gejala TMD dalam Bahasa Indonesia yang valid dan reliabel untuk dapat diaplikasikan dimasyarakat Indonesia. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional). Penelitian ini dilakukan sejak September sampai Desember 2019. Responden dari penelitian ini adalah populasi usia 19-21 tahun yang bertempat tinggal di Jabodetabek minimal satu tahun terakhir. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 354 responden. Penelitian ini diawali dengan pengajuan ethical clearance ke komisi etik FKG Universitas Trisakti. Kuesioner Gejala TMD versi asli bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini kemudian diuji terlebih dahulu dengan pilot study pada 30 orang dewasa muda sebelum diuji pada sampel penelitian. Proses penerjemahan dan pilot study ini dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu drg.Carolina Damayanti Marpaung, Sp.Pros,PhD namun belum dipublikasikan. Selanjutnya peneliti dalam penelitian ini melakukan uji validitas dan reliabilitas Kuesioner Gejala TMD versi bahasa Indonesia yang akan diuji pada sampel dewasa muda usia 19-21 tahun sebanyak 354 orang melalui metode Google form secara daring. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan analisa data dengan SPSS versi 25 untuk Windows. Uji yang dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson dan Cronbach’s Alpha.
HASIL
Responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin yaitu sampel terdiri dari 141 orang (39,8%) laki-laki dan responden perempuan sebanyak 231 orang (60,2%). Berdasarkan usia dapat diamati bahwa responden yang mengikuti penelitian ini paling banyak berada pada usia 21 tahun dengan jumlah responden sebanyak 191 orang (54%). Pada usia 18 tahun terdapat 11 orang (3,1%), usia 19 tahun terdapat 39 orang (11%), dan usia 22 tahun terdapat 43 orang (12,1%).
Tabel 1.Karekteristik responden
Dari tabel 2 dan tabel 3 dapat dilihat nilai r pada masing-masing pertanyaan. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur nilai r dari setiap pertanyaan yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai r pada tingkat kemaknaan 0,05 untuk menilai validitas kuesioner. Nilai r setiap pertanyaan yang lebih tinggi dari nilai r hitung menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut valid. Berdasarkan hasil uji validitas denga menggunakan uji korelasi Pearson, didapatkan seluruh pertanyaan pada kuesioner SQ TMD memiliki hasil yang valid.
Tabel 2.Hasil Uji Validitas Sub Skala Nyeri
SQ-TMD (Nyeri) r hitung r tabel (df, 5%) Keterangan SQ1 0,692 0,104 Valid SQ2 0,663 0,104 Valid SQ3 0,760 0,104 Valid SQ4.1 0,731 0,104 Valid SQ4.2 0,699 0,104 Valid SQ4.3 0,725 0,104 Valid SQ4.4 0,704 0,104 Valid SQ5 0,680 0,104 Valid SQ6 0,683 0,104 Valid SQ7.1 0,682 0,104 Valid SQ7.2 0,688 0,104 Valid SQ7.3 0,651 0,104 Valid SQ7.4 0,680 0,104 Valid
Tabel 3.Hasil Uji Validitas Sub Skala Tidak Nyeri
3 Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan
secara internal dengan menganalisis konsistensi item pertanyaan pada instrumen dengan menggunakan uji Cronbach’s alpha, didapatkan hasil reliabilitas SQ TMD pada penelitian ini sebesar 0,890. Nilai tersebut lebih besar dari nilai minimal Cronbach’s Alpha yaitu sebesar 0,70 maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian sudah reliabel atau dapat dipercaya. Nilai Cronbach’s Alpha berdasarkan sub skala terbagi menjadi skala nyeri adalah 0,904, sedangkan skala non nyeri adalah 0,808.
Tabel 4.Hasil Cronbach’s Alpha SQ TMD
Cronbach’s Alpha N of Items
0,890 20
Tabel 5.Hasil Cronbach’s Alpha Subskala Nyeri SQ TMD
Instrumen Subskala Cronbach’s Alpha
SQ1-SQ7 Nyeri 0,904
Tabel 6.Hasil Cronbach’s Alpha Subskala Tidak Nyeri SQ TMD
Instrumen Subskala Cronbach’s Alpha
SQ8-SQ14 Tidak Nyeri 0,808
DISKUSI
Uji validitas kuesioner SQ TMD dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson yang dilakukan kepada 354 sampel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan r tabel sebesar 0,1043. Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien korelasi SQ TMD bahasa Indonesia berdasarkan setiap subskala berada diantara 0,651 sampai 0,760 untuk skala nyeri dan 0,443 sampai 0,840 untuk skala tidak nyeri. Interpretasi nilai uji korelasi seluruh pertanyaan SQ TMD ini memiliki nilai korelasi sangat tinggi. Namun pada pertanyaan nomor 8 memiliki nilai korelasi tinggi yaitu 0,443. Hasil ini sesuai dengan penelitian Drummond, Sheperls dan Jones15 yang menyebutkan bahwa, jika nilai korelasi besar dari 0,5 dikategorikan sangat tinggi, nilai korelasi 0,4 sampai 0,49 dikategorikan tinggi, nilai korelasi 0,21 sampai 0,4 dikategorikan sedang atau dapat diterima, dan nilai korelasi kurang dari 0,20 dikategorikan rendah atau tidak diterima.
Hasil ini dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Compos et al.16 pada kuesioner Fonseca’s Anamnestic Index (FAI). FAI merupakan kuesioner yang menilai TMD terkait sulit atau tidaknya membuka mulut, frekuensi sakit kepala, nyeri leher, sakit pada sendi TMD, bunyi pada sendi, artikulasi serta perasaan gugup atau tegang. Nilai koefisien korelasi FAI pada 10 pertanyaan berada diantara 0,42 sampai 0,79. Dari 10 pertanyaan FAI terdapat 3 pertanyaan yang dinilai tidak valid, dimana ketiga pertanyaan tersebut berada kurang dari nilai r tabelnya yaitu 0,53. Pertanyaan yang tidak valid disebabkan karena pada ketiga pertanyaan ini tidak mengevaluasi perubahan struktural anatomi yang terkait fungsi sendi temporomandibular, seperti pada pertanyaan-pertanyaan lainnya. Hal ini merupakan kekurangan dari kuesioner FAI dibandingkan SQ TMD, dimana pada seluruh pertanyaan SQ TMD versi bahasa Indonesia ini memiliki hasil uji validitas yang sangat baik, sehingga kuesioner SQ TMD ini dapat dinyatakan valid. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal et al.17 dengan menggunakan kuesioner Manchester Orofacial Pain Disability Scale (MOPDS) yang menilai terkait nyeri orofasial pada populasi umum memiliki nilai koefisien korelasi yang cukup baik yaitu berada diantara 0,43 sampai 0,80. Hal ini dapat dibandingkan dengan nilai korelasi SQ TMD yang juga menghasilkan nilai korelasi yang baik pada seluruh pertanyaannya.
Konsistensi internal dari kuesioner SQ TMD dalam Bahasa Indonesia dapat dilihat melalui nilai Cronbach’s Alpha yang didapatkan. Kuesioner SQ TMD versi bahasa Indonesia menunjukkan konsistensi internal yang baik, dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha terhadap seluruh pertanyaan yaitu 0,890. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hinton et al.18 menyebutkan bahwa uji reliabilitas Cronbach’s Alpha dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,90 dikategorikan sangat baik, nilai Cronbach’s Alpha 0,70 sampai 0,90 dikategorikan baik, nilai Cronbach’s Alpha 0,50 sampai 0,70 dikategorikan sedang dan nilai Cronbach’s Alpha dibawah 0,50 dikategorikan rendah. Nilai Cronbach’s Alpha SQ TMD berdasarkan subskala terbagi menjadi dua, nilai Cronbach’s Alpha skala nyeri memiliki konsistensi internal yang sangat baik (0,904), sedangkan nilai Cronbach’s Alpha skala tidak nyeri memiliki konsistensi internal yang baik (0,808). Djemari19 menyebutkan bahwa penelitian dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha minimal 0,7. Hal ini membuktikan bahwa 14 pertanyaan pada kuesioner SQ TMD versi bahasa Indonesia
4 memiliki reliabilitas yang baik. Hasil ini dapat
dibandingkan dengan penelitian Compos et al.16 pada kuesioner FAI, dimana nilai Cronbach’s Alpha pada kuesioner FAI menghasilkan nilai yang baik yaitu 0,745. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan nilai Cronbach’s Alpha pada kuesioner SQ TMD versi bahasa Indonesia, yang memiliki nilai lebih tinggi dari FAI. Hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian. Pertanyaan pada penelitian kuesioner FAI lebih sedikit dibandingkan SQ TMD, dimana FAI terdiri dari 10 pertanyaan sedangkan SQ TMD terdiri dari 14 pertanyaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Abdelmoula et al.20 yang menyebutkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha tergantung pada jumlah item pertanyaan, dimana semakin banyak jumlah item maka semakin tinggi nilai Cronbach’s Alpha suatu penelitian. Kecenderungan hasil yang sama dapat ditemukan pada perbandingan kuesioner SQ TMD skala nyeri dan TMD Pain Screener. Dimana nilai Cronbach’s alpha SQ TMD versi bahasa Indonesia pada skala nyeri lebih tinggi dari pada nilai Cronbach’s Alpha pada kuesioner TMD Pain
Screener. Gonzales et al.21 melaporkan bahwa
TMD Pain Screener menilai terkait nyeri pada TMD memiliki nilai Cronbach’s Alpha baik yaitu 0,87. Perbedaan nilai Cronbach’s Alpha ini juga dapat dipengaruhi oleh jumlah pertanyaan. Jumlah pertanyaan pada kuesioner SQ TMD terdiri dari 14 pertanyaan sedangkan pada TMD Pain Screener terdiri dari 3 pertanyaan. Perbedaan lain dari kedua kuesioner ini TMD Pain Screener merupakan kuesioner yang menilai terkait nyeri TMD saja, sedangkan SQ TMD menilai terkait nyeri TMD dan nyeri kepala. Selain itu, perbandingan nilai Cronbach’s Alpha SQ TMD skala nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Cronbach’s Alpha pada kuesioner Manchester Orofacial Pain Disability Scale (MOPDS). Nilai Cronbach’s Alpha kuesioner MOPDS yang menilai terkait nyeri orofasial pada populasi umum memiliki nilai yaitu 0,78.17 Walaupun nilai Cronbach’s Alpha kuesioner Manchester Orofacial Pain Disability Scale lebih rendah dibandingkan SQ TMD skala nyeri, namun kedua kuesioner ini masih memiliki nilai Cronbach’s Alpha dalam kategori baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kuesioner SQ TMD dalam bahasa Indonesia merupakan suatu kuesioner yang valid dan reliabel sehingga dapat diaplikasikan pada masyarakat Indonesia khususnya usia 19-21 tahun.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada drg. Elsyawati Nizar, Sp. Pros, drg. Carolina Damayanti Marpaung, Sp. Pros, PhD, drg. Eka Seftiana Indah Sari, Sp. Pros dan drg. Tiarma Talenta Theresia M.Epid yang telah memberikan kritik dan saran demi kelancaran penulisan ini. DAFTAR PUSTAKA
1. Shumailan Y, Jabrah O, Shammout R, Al-Wriekat M, Al-RefaiR. The prevalence and association of signs and symptoms of temporomandibular disorders with missing posterior teeth in adult Jordanian subjects. Jordan Med J. 2015; 22(2): 23-34. DOI: 10.12816/0011360
2. Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion. 7 ed. St. Louis: Mosby Inc; 2013. 130–364 p.
3. Al-Khotani A, Naimi-Akbar A, Gjelset M, Albadawi E, Bello L, Hedenberg- Magnusson B, et al. The associations between psychosocial aspects and TMD-pain related aspects in children and adolescents. J Headache Pain. 2016;17:30. doi:10.1186/s10194-016-0622-0
4. Jivnani HM, Tripathi S, Shanker R, Singh BP, Agrawal KK, Singhal R. A Study to Determine the Prevalence of Temporomandibular Disorders in a Young Adult Population and its Association with Psychological and Functional Occlusal Parameters. J Prosthodont. 2019;28(1):e445–9. DOI: 10.1111/jopr.12704
5. Wright EF. Manual of Temporomandibular Disorders. 3 ed. Ames, Iowa: Wiley Blackwell; 2013. p.1–15 6. Unell L, Johansson A, Ekbäck G, Ordell S, Carlsson GE.
Prevalence of troublesome symptoms related to temporomandibular disorders an awareness of bruxism in 65- and 75-year-old subjects: TMD symptoms at age 65 and 75. Gerodontology. 2012;29(2):e772–9. DOI:10.1111/j.1741-2358.2011.00558.x
7. Lung J, Bell L, Heslop M, Cuming S, Ariyawardana A. Prevalence of temporomandibular disorders among a cohort of university undergraduates in Australia. J Invest
Clin Dent. 2018
Aug;9(3):e12341.DOI: 10.1111/jicd.12341
8. Bonjardim LR, Lopes-Filho RJ, Amado G, Albuquerque RL Jr, Goncalves SR.. Association between symptoms of temporomandibular disorders and gender, morphological occlusion, and psychological factors in a group of university students. Indian J Dent Res. 2009 Jun;20(2):190–4. DOI: 10.4103/0970-9290.52901 9. Ryalat S, Baqain ZH, Amin WM, Sawair F, Samara O,
Badran DH. Prevalence of temporomandibular joint disorders among students of the university of jordan. J Clin Med Res. 2009;1(3):158-164. DOI:10.4021/jocmr2009.06.1245
10. Zwiri AM, Al-Omiri MK. Prevalence of temporomandibular joint disorder among North Saudi University students. Cranio. 2016 May 3;34(3):176–81. DOI:10.1179/2151090315Y.0000000007
11. Wieckiewicz M, Grychowska N, Wojciechowski K, Pelc A, Augustyniak M, Sleboda A, et al. Prevalence and correlation between tmd based on RDC/TMD diagnoses, oral parafunctions and psychoemotional stress in Polish university students. Biomed Res Int. 2014;2014:472346. DOI: 10.1155/2014/472346
12. Graue AM, Jokstad A, Assmus J, Skeie MS. Prevalence among adolescents in Bergen, Western Norway, of temporomandibular disorders according to the DC/TMD criteria and examination protocol. Acta Odontol Scand.
2016;74(6):449-55. DOI:
5
10.1080/00016357.2016.1191086
13. Leeuw Rd, Klasser GD, American Academy of Orofacial P. Orofacial pain : guidelines for assessment, diagnosis, and management. 4th ed. Chicago: Quintessence Publication Co; 2008. p. 25-8,129-75
14. Schiffman E, Ohrbach R, Truelove E, Look J, Anderson G, Goulet J-P, et al. Diagnostic criteria for temporomandibular disorders (DC/TMD) for clinical and research applications: recommendations of the International RDC/TMD Consortium Network and Orofacial Pain Special Interest Group. J Oral Facial Pain Headache. 2014;28(1):6–27. DOI: 10.11607/jop.1151 15. Drummond RJ, Sheperis CJ, Jones KD. Assessment
Procedures for Counselors and Helpng Professionals. 8th ed. Boston, MA: Pearson; 2016.
16. Campos JADB, Carrascosa AC, Bonafé FSS, Maroco J. Severity of temporomandibular disorders in women: validity and reliability of the Fonseca Anamnestic Index. Braz Oral Res. 2014;28(1):16–21. DOI: 10.1590/s1806-83242013005000026
17. Aggarwal VR, Lunt M, Zakrzewska JM, Macfarlane GJ,
Macfarlane TV. Development and validation of the Manchester orofacial pain disability scale. Community Dent Oral Epidemiol. 2005;33(2):141-149. DOI:10.1111/j.1600-0528.2004.00193.x
18. Hinton P R, Brownlow C, Mcmurray I, Cozens B. SPSS Explained, East Sussex, England: Routledge Inc; 2004. 19. Djemari M, Wahyu W. Komparasi Ketepatan Estimasi
Koefisien Reliabilitas Teori Skor Murni Klasik. 2012; Available from: http//widhiarso.staff.ugm.ac.id.
20. Abdelmoula M, Chakroun W, Akrout F. The Effect Of Sample Size And The Number Of Items On Reliability Coefficients: Alpha And Rhô: A Meta- Analysis. International Journal of Numerical Methods and Applications. 2015;13(1):1–20. DOI: 10.17654/IJNMAMar2015_001_020
21. Gonzalez YM, Schiffman E, Gordon SM, Seago B, Truelove EL, Slade G, et al. Development of a brief and effective temporomandibular disorder pain screening questionnaire: reliability and validity. J Am Dent Assoc.
2011;142(10):1183-91. DOI:
10.14219/jada.archive.2011.0088