PERANCANGAN TATA LETAK BENGKEL FABRIKASI
PENUNJANG GALANGAN
Sunaryo
1, Muningrum 0906637815
21
Departemen Teknik Mesin,
2Mahasiswa Teknik Perkapalan Universitas Indonesia
Abstrak :
Pertumbuhan kapasitas galangan di Indonesia yang tidak secepat pertumbuhan kapal menyebabkan ketidakmampuan galangan memenuhi kebutuhan reparasi dan pembangunan kapal baru. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat akan pemenuhan kebutuhan armada transportasi laut yang baik di indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah Kab.Tanggamus di Prov. Lampung berinisiatif membuat klaster industri perkapalan. Di klaster industry perkapalan kabupaten Tanggamus ini selain direncanakan adanya pembangunan galangan dan fasilitas penunjang klaster perkapalan yang umumnya ada, juga direncanakan konsep baru dimana proses fabrikasi pembuatan kapal yang biasanya dilakukan di galangan, dilakukan ditempat terpisah. Bengkel penunjang fabrikasi ini dapat mengakomodasi kebutuhan fabrikasi beberapa galangan. Dengan konsep ini diharapkan dapat dilakukan penghematan pada galangan dalam pengadaan alat serta peningkatan kualitas hasil produksi yang tinggi dapat tercapai dikarenakan pembagian kerja yang spesifik. Adapun tujuan perancangan ini adalah untuk mendapatkan tata letak bengkel fabrikasi yang optimal melalui perhitungan luas areal kerja dengan mempertimbangkan fasilitas yang ada didalamnya. Hasil perancangan berupa layout tata letak bengkel fabrikasi penunjang galangan yang optimal serta optimasi luas alokasi ruang sesuai dengan kebutuhan dan alur proses produksi.
1. PENDAHULUAN
Deklarasi Djuanda 1957 yang menegaskan konsepsi wawasan nusantara serta UNCLOS 1982 menempatkan indonesia sebagai negara kepulauan dengan potensi maritim yang sangat besar. Sebagai negara kepulauan, indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki jumlah pulau sebanyak 13.466, dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Dengan presentase perairan Indonesia yang mencapai 62% dan jumlah pulau seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya maka armada transportasi laut yang baik dalam segi kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan agar keterhubungan antar pulau dapat tercapai sehingga terjadi pembangunan yang merata di seluruh indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan akan armada transportasi laut yang baik maka kelayakan akan kapal yang beroperasi di Indonesia perlu diperhatikan. Pertumbuhan kapasitas galangan di Indonesia yang tidak secepat pertumbuhan kapal sehingga menyebabkan ketidakmampuan galangan memenuhi kebutuhan reparasi dan pembangunan kapal baru merupakan salah satu faktor penghambat akan pemenuhan kebutuhan armada transportasi laut yang baik. Menurut data Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) saat ini kebutuhan reparasi dan perawatan kapal di Indoensia mencapai 7,5 – 8 juta gross ton kapal per bulan. Sedangkan kapasitas seluruh galangan kapal di Indonesia hanya berkisar 6 – 7 juta gross ton kapal. Dengan kondisi seperti itu maka untuk memenuhi kebutuhan yang ada diperlukan peningkatan kapasitas dari galangan yang sudah ada maupun dengan pembuatan galangan kapal yang baru. Untuk menjawab tantangan ini maka pada tahun 2009 menteri perindustrian Republik Indonesia telah mengeluarkan peraturan nomor 124/M-IND/PER/10/2009 tentang peta panduan (road map) pengembangan klaster industri perkapalan.
Pengembangan klaster industri perkapalan ini dinilai mampu untuk meningkatkan produktivitas industri perkapalan nasional, karena konsep klaster yang mengumpulkan industri – industri yang berperan dalam produksi kapal baik ship building, repair, maupun ship recycle dalam satu kesatuan organisasi yang saling berkomitmen dalam mewujudkan visi dan misi klaster. Konsep seperti ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang selama ini terjadi pada galangan – galangan di Indonesia, yaitu delivery time dan docking
days yang lama.
Salah satu wilayah di Indonesia yang dianggap potensial oleh kementerian perindustrian untuk dilakukan pengembangan menjadi klaster industry perkapalan adalah kabupaten Tannggamus provinsi Lampung. Dalam rangka memfasilitasi pengembangan ruang produksi industry perkapalan tersebut, kementrian industry
merencanakan melakukan kajian potensi pengembangan kawasan khusus industri perkapalan di Tanggamus, Lampung.
Di klaster industry perkapalan kabupaten Tanggamus ini selain direncanakan adanya pembangunan galangan dan fasilitas penunjang klaster perkapalan yang umumnya ada, juga direncanakan konsep baru dimana proses fabrikasi yang biasa dilakukan di dalam galangan dilakukan ditempat terpisah.Bengkel penunjang fabrikasi ini dapat mengakomodasi kebutuhan fabrikasi beberapa galangan. Dengan konsep ini maka dapat dilakukan penghematan pada galangan dalam pengadaan alat dan kualitas hasil produksi yang tinggi dapat tercapai dikarenakan pembagian kerja yang spesifik. Adapun tujuan perancangan ini adalah untuk mendapatkan tata letak bengkel fabrikasi yang optimal melalui perhitungan luas areal kerja dengan mempertimbangkan fasilitas yang ada didalamnya. Perancangan dilakukan dengan menggunakan program AutoCad 2007. Hasil perancangan berupa layout tata letak bengkel fabrikasi penunjang galangan yang optimal serta optimasi luas alokasi ruang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lahan.
2. STUDI LITERATUR
Bagian yang paling utama dalam proses pembangunan kapal adalah pembangunan lambung (hull) kapal. Ada tiga macam system yang dipergunakan dalam proses pembangunan lambung kapal. Penerapan sistem – sistem tersebut berkaitan erat dengan :
- Tingkat teknologi yang dimiliki galangan. - Kapasitas alat transportasi material (alat angkat),
terutama tang berada di landas bangun (Building
berth).
- Ukuran kapal yang akan dibangun. - Kapasitas produksi yang diinginkan
Ketiga sistem pembangunan lambung kapal yang dimaksud adalah :
a. Sistem konvensional b. Sistem Seksi
c. Sistem Blok
Hampir semua pembangunan kapal di galangan menggunakan sistem blok seksi. Tiap galangan akan melakukan sistem tersebut sesuai dengan tipe kapal yang diproduksi dan keadaan lingkungan. Gambar 1 merupakan proses produksi kapal dengan secara keseluruhan dengan menggunakan teknologi blok ereksi, mulai dari permintaan pemilik kapal hingga proses delivery ketika kapal telah selesai dibangun.
Gambar 1. Proses produksi kapal dengan teknologi blok
ereksi
Gambar 2. Urutan proses pengerjaan sistem blok
Gambar 2 merupakan urutan proses pengerjaan sistem blok yang diterapkan pada pembangunan kapal – kapal besar. Pada fabrikasi penunjang kapal ini urutan proses pengerjaan hanya dilakukan sampai batas pembuatan panel.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan adalah mengadakan studi eksperimen untuk menentukan tata letak fabrikasi penunjang galangan hingga mendapatkan tata letak yang optimal dan sesuai dengan alur produksi. Penentuan tata letak dilakukan dengan melakukan perancangan dengan bantuan program AutoCad 2007. Sebelum perancangan dilakukan , penulis mengadakan peninjauan ke galangan guna mengetahui proses fabrikasi yang dilakukan dalam pembuatan kapal.
Fasilitas fabrikasi penunjang direncanakan dapat memenuhi semua kegiatan produksi di sektor fabrikasi seperti pemotongan, pembentukan, dan penandaan material baja di seluruh galangan sekitar kawasan industri maritim Kab. Tanggamus. Pada fabrikasi penunjang juga terdapat kegiatan pembuatan panel kapal. Fabrikasi penunjang ini harus dapat memenuhi semua kegiatan produksi seluruh galangan yang ada di kawasan industri maritim Kabupaten Tanggamus. Berikut merupakan galangan yang direncanakan ada di Kabupaten Tanggamus :
− 1 galangan kapasitas maksimal dapat membangun hingga 5 unit kapal berbobot 50,000 DWT yang selanjutnya akan penulis sebut dengan nama galangan besar .
− 1 galangan kapasitas maksimal dapat membangun hingga 5 unit kapal berbobot 25,000 DWT yang selanjutnya akan penulis sebut dengan nama galangan sedang.
− 2 galangan kapasitas maksimal dapat membangun hingga 5 unit kapal berbobot 10,000 DWT yang selanjutnya akan penulis sebut dengan nama galangan kecil.
gambar 3 merupakan peta lokasi Kab.Tanggamus yang secara geografis berada pada posisi 104°18’ – 105°12’ Bujur Timur dan antara 5° 05’ – 5°56’ Lintang Selatan. Luas wilayah daratan Kabupaten Tanggamus adalah 2.855,46 km2 dan wilayah lautnya (Teluk Semangka) seluas 1.799,50 km2. Tanggamus memiliki topografi wilayah yang bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi. Sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung sekitar 40% dari seluruh wilayah dengan ketinggian 0 sampai dengan 2.115 meter di atas permukaan laut.
3.1 Perencanaan Teknologi Fabrikasi Penunjang
Yang dimaksud dengen perencanaan teknologi pada fabrikasi penunjang adalah perencanaan sistem dan alat teknologi yang akan digunakan pada fabrikasi yang meliputi :
− Sistem pemotongan pelat dan profil − Sistem pembentukan pelat dan profil
− Sistem perlakuan awal (treatment line) pelat dan profil
− Sistem perakitan panel
− Sistem transportasi material antar areal produksi
3.2 Perencanaan Ruang Fabrikasi Penunjang
Secara umum pengelompokan ruang di kompleks fabrikasi penunjang direncanakan akan terbagi menjadi empat areal yaitu :
− Areal produksi
− Areal penunjang produksi − Areal penunjang umum − Areal pengembangan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan dibuat dengan mempertimbangkan alur produksi dan ketersediaan lahan kavling dimana satu kavling berukuran 100 x 100 meter. Fabrikasi penunjang ini akan mempunyai lebar 100 meter dengan panjang yang akan disesuaikan dengan kebutuhan.
4.1 Tata Letak Areal Penunjang Produksi
Areal penunjang produksi pada fabrikasi fabrikasi penunjang ini adalah areal penyimpanan pelat dan profil. Area ini dimaksudkan sebagai tempat penumpukan pelat dan profil sebelum dilakukan proses
produksi. Areal penyimpanan antara pelat dan profil dipisah dan diletakkan secara bersisian. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengerjaan proses produksi nantinya. Areal penumpukkan pelat terletak di dekat jalan akses. Hal ini dikarenakan volume pelat yang lebih banyak daripada profil.
Untuk keperluan angkut, di areal penumpukan ini digunakan travelling gantry crane. Penggunaan
travelling gantry crane dikarenakan crane jenis ini sangat
cocok untuk digunakan diluar ruangan. Pelat dan profil yang akan dilakukan proses produksi akan diangkat oleh
travelling gantry crane menuju conveyor yang seterusya
akan disalurkan ke mesin treatment line.
Gambar 4 Denah Areal Penyimpanan Material
4.2 Tata Letak Areal Produksi
Areal proses produksi terdiri dari beberapa daerah kerja yaitu areal pengerjaan pelat, areal pengerjaan profil dan areal perakitan panel.
Tata Letak Areal Pengerjaan Pelat dan Profil
Dikarenakan tempat penyimpanan pelat dan profil yang diletakkan bersisian, maka areal pengerjaannya pun dibuat bersisian. Areal pengerjaan pelat dan profil dibuat bersisian untuk efektifitas alur pengerjaan material dari tempat penyimpanan material serta memudahkan transfer hasil pengerjaan ke areal perakitan panel.
Transportasi material dari tempat penyimpanan menuju areal pengerjaan menggunakan conveyor yang terhubung ke mesin treatment line.
Gambar 5 Denah Areal Pengerjaan Material
Tata Letak Areal Pengerjaan Pelat
Pada areal pengerjaan pelat terdapat mesin – mesin pengerjaan pelat (perhitungan kebutuhan mesin lihat lampiran) yaitu :
- 1 buah mesin plate treatment - 3 buah mesin potong otomatis - 1 buah mesin pres (mesin press) - 1 buah mesin lengkung rols (mesin roll) - 1 buah mesin lengkung 2 sumbu - 2 buah overhead travelling crane
Dalam membuat tata letak mesin pada areal pengerjaan pelat maka penulis terlebih dahulu mencermati urutan proses pengerjaan plat yaitu yang pertama, pelat mengalami perlakuan awal. Proses perlakuan awal menggunakan mesin plate treatment. Dikarenakan efektifitas alur dan dimensi mesin plate treatment yang panjang (55 x 12 m) maka mesin ini diletakkan di pinggir areal kerja. Sesudah pelat mengalami perlakuan awal, maka pelat akan ditumpuk sementara sebelum pelat tersebut di angkut oleh crane untuk mengalami proses pengerjaan selanjutnya. Tempat penumpukan sementara tersebut terletak di samping mesin plate treatment. Setelah pelat mengalami perlakuan awal maka pelat akan dipotong sesuai kebutuhan. Dikarenakan hal tersebut, maka mesin potong diletakkan di dekat areal penumpukan pelat mesin plate treatment. Pelat yang sudah dipotong
ditempatkan di tempat penumpukkan sementara yang terletak disekitar mesin potong untuk menunggu ditransfer menggunakan overhead travelling crane ke proses pengerjaan selanjutnya.
Pelat yang sudah dipotong kemudian dibentuk menggunakan mesin pres, mesin rols, atau mesin tekuk dua sumbu. Untuk memudahkan alur tranfer dari mesin potong menuju mesin yang sering dipakai yaitu mesin pres dan mesin rols maka mesin potong diletakkan diantara mesin ini. Mesin tekuk dua sudut yang biasa digunakan untuk membuat bulbous diletakkan di dekat mesin plate treatment. Pada ketiga mesin tersebut juga disediakan areal penumpukkan sementara yang terletak di sekitar mesin.
Pelat yang sudah dibentuk kemudian diangkut menggunakan overhead travelling crane menuju trailer untuk diangkut ke perakitan panel. Di pinggir areal pengerjaan pelat disediakan lahan kosong untuk lalu lintas trailer.
Tata Letak Areal Pengerjaan Profil
Seperti pada pengerjaan pelat, mesin treatment line para pengerjaan profil juga diletakkan di pinggir areal. Peletakkan mesin treatment line dipinggir areal dikarenakan dimensinya yang panjang dan untuk efektifitas alur pengerjaan. Setelah profil mengalami pengerjaan awal pada treatment line maka profil yang menunggu untuk diangkut akan diletakkan di area penumpukkan sementara yang terletak di samping mesin
treatment line.
Dikarenakan proses pemotongan profil yang secara manual maka pada areal profil disediakan tempat pemotongan yang terletak di samping tempat penumpukan sementara treatment line. Peletakkan tempat pemotongan sementara disamping tempat penumpukkan
treatment line dikarenakan untuk memudahkan transfer
material. Sesudah profil dipotong, ada sebagian profil yang perlu dibentuk. Pembentukkan profil menggunakan mesin bending yang diletakkan didekat areal perakitan. Pada areal profil juga disediakan lahan kosong yang digunakan sebagai lalu lintas trailer yang mengangkut profil menuju tempat perakitan panel.
Tata Letak Areal Perakitan Panel
Terdapat empat area perakitan panel. Tempat perakitan panel tersebut ditempatkan berjajaran. Tata – letak seperti ini dimaksudkan untuk mempermudah transportasi elemen – elemen dari areal pengerjaan profil dan pelat. Di ujung barisan tempat perakitan panel disediakan pula areal yang berfungsi sebagai tempat penumpukkan sementara panel – panel yang telah selesai.
Gambar 6 Gambar denah perakitan material
4.3 Tata Letak Areal Penunjang Umum
Sarana penunjang ini letaknya berjajar memanjang dan terpisah dari areal proses produksi. Areal penanjang umum meliputi :
- Areal sumber energy (area genset) - Tempat penyimpanan sisa pelat produksi - Kantin
- Masjid
- Garasi kendaraan operasional - Klinik
- Kantor - Tempat parkir
- Assembly point
Gambar 7 Denah Areal Penunjang Produksi
4.4 Areal Pengembangan
Dengan luas 237.25x100 meter maka areal fabrikasi ini membutuhkan 3 kavling dengan luas 300x100 m (satu kavling berukuran 100x100 m)Areal pengembangan pada fabrikasi penunjang galangan ini kearah memanjang.
4.5 Alokasi Ruang
Table 1 Alokasi ruang pada areal produksi
4.6 Denah Tata Letak
Tata letak penunjang fabrikasi secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
5. KESIMPULAN
1. Dalam merencanakan tata letak fabrikasi terdapat pertimbangan – pertimbangan yaitu :
- Kemudahan sistem transportasi material - Kelancaran arus material
- Segi efisiensi tata letak dan sistem transportasi yang dipergunakan.
2. Luas optimum areal kerja fabrikasi galangan yang dapat dibangun pada daerah Kab. Tanggamus adalah 23725m2.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Jatim. Negeri Maritim, Kekurangan Galangan
Kapal. 25 Okt. 2012. 13 Maret 2013.
<http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/10/25/negeri-maritim-kekurangan-galangan-kapal/>
Hidayat. (1991). Analisa dan Rancangan Bengkel Elemen
dan Bengkel Panel Untuk Galangan Kapal 100,000 DWT. Program Studi Teknik Mesin Universitas
Indonesia Depok.
“Indonesia Bisa Jadi Negara Maritim Tangguh.” Tribun
News 22 Desember 2011. 13 Maret 2013 <
http://batam.tribunnews.com/2011/12/29/indonesia-bisa-jadi-negara-maritim-tangguh>
Jatmiko, Sukanto dan Deddy Chrismianto. (2008). Kajian
Teknis Penggunaan Metode Full Outfitting Block System (FOBS) Pada Produksi Pembangunan Kapal Box Shape Bulk Carrier (BSBC) M 229/230
Kapasitas 50,000 DWT di PT. PAL
Indonesia.Universitas Diponegoro. Semarang.
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Menko Kesra Terima Peta NKRI Dari BIG.
Gsunaryo. 10 Jan. 2013. 13 Maret 2013. <http://www.menkokesra.go.id/content/menko-kesra-terima-peta-nkri-dari-big>
Machinary Product.
http://www.alibaba.com/Machinery_p43
Manufacaturing & Processing Machinery.
http//www.made-in-china.com/products/catlist/listsubcat/132/00/mi/mach inery.html
Marine Administration. (1983). The National Shipbuilding Research Program Intregrated Hull Construction, Outfittng ang Painting (IHOP). U.S
Department Of Transportation
Shenoi, R A. (1980). Ship Production Technology (Steel
Work). Department Of Ship Sciene Faculty Of
Engineering and Applied Sciene University Of Southampton.
Sofyan. “ Bakal Jadi Pusat Industri Maritim”. Radar
Tanggamus 18 Juli 2012. 18 Juli 2012
http//www.radartanggamus.com/5678-bakal-jadi-pusat-industri-maritim.html
Sunaryo. (2010). Ship Production Process Management. Lecture Note. Academic Recharging Programme Ministry of National Education Reoublic of Indonesia
Sunaryo. (2013). Study On The Possibility Of
Establishing Shipbuilding Cluster In Lampung Province Sumatra Indonesia As Pilot Project In Conjunction With Government’s Program On The Accelaration And Expansion Of Indonesian
Sub Total (M2)
Total (M2) a. Tempat penyimpana plat dan profil sementara 5927
5927 a. Luas areal pengerjaan pelat dan profil serta perakitan panel 7696.25
Areal pengerjaan pelat 2817.32
Areal pengerjaan profil 1537
Areal perakitan panel (lih. Lampiran) 1170
Areal marshalling 890.32
Sirkulasi dan loading 1281.61
7696.25
a. Klinik kesehatan 44
b. Pool kendaraan operasional 337.48
c. Gudang 134.64
b. Tempat penyimpanan sisa material 137.75
c. Ruang genset 134.54 d. Kantor pusat 2250 e Masjid 32 f Kantin 247.48 g 2 pos satpam @12 8 3325.89
TOTAL AREA SIRKULASI 6775.86
23725 TOTAL AREA KESELURUHAN
AREAL PENUNJANG PRODUKSI
AREAL PENUNJANG UMUM Kegiatan
AREAL PRODUKSI
TOTAL AREAL PRODUKSI
TOTAL AREAL PENUNJANG PRODUKSI
Economic Devevelopment (MP3EI). Universitas
Indonesia. Indonesia.
Teknologi Pembangunan Kapal. (1989).
Wahyudin,. (2011) Teknik Produksi Kapal. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.
Wiryosumarto, Harsono dan Toshie Okumura . (2000).
Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta : PT Pradnya