• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

M I A W I D H I A S T U T I A14102009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(2)

RINGKASAN

MIA WIDHI ASTUTI. Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temprature) Pada PT. Indolakto-Sukabumi. (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO)

Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celsius) selama 2-5 detik (Amanatidis dalam Republika Juli 2005). Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah mengingat konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 62 juta liter per tahun. Oleh karena itu, pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT.

Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu menyebabkan persaingan semakin meningkat sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan.

PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Adanya perubahan permintaan konsumen terhadap susu UHT seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu, kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing- masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya persediaan, kelancaran produksi dan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang optimal sehingga perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang dilakukan perusahaan. (2) Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto. (3) Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya. (4) Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari PT. Indolakto yang berlokasi di Jalan Raya Siliwangi, Cicurug, Sukabumi pada bulan April - Mei 2006 melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan karyawan, manajer, dan kepala divisi yang berkaitan. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, hasil laporan penelitian terkait, catatan perusahaan, literatur perusahaan dan instansi terkait serta literatur lainnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk menganalisis metode pengendalian persediaan bahan baku perusahaan di tahun 2005 akan digunakan model MRP teknik EOQ, dan PPB. Setelah itu dipilih satu model alternatif untuk digunakan dalam analisis pengendalian persediaan bahan baku di tahun 2006 berdasarkan perencanaan bahan baku hasil peramalan dekomposisi aditif.

(3)

Data produksi susu UHT PT. Indolakto (tahun 2000-2005) adalah tidak stasioner, memiliki unsur tren dan musiman. Hal ini ditunjukkan dari sebaran data produksi yang tidak berada disekitar garis lurus dan memiliki kecenderungan meningkat serta nilai koefisien autokorelasi yang membentuk suatu siklus yang memiliki titik tertinggi, terendah dan berulang setiap tahunnya. Metode peramalan yang digunakan adalah metode dekomposisi aditif. Model ramalan yang terbentuk adalah Ýt = 503951 + (23683.6 x t) + IMTt.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT. Indolakto belum optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan sistem pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB.

Rencana produksi susu UHT untuk periode tahun 2006 diperoleh dari pengurangan jumlah produksi hasil ramalan dan persediaan akhir (persediaan pengaman) dengan persediaan awal tahun 2006. Persediaan pengaman dihitung berdasarkan tingkat pelayanan perusahaan di tahun 2005 yaitu 102.97 persen. Perencanaan kebutuhan bahan baku SMP dan gula diturunkan dari rencana produksi susu UHT. Proporsi SMP dan gula dalam 1 kilogram susu UHT masing-masing sebesar 9 persen dan 6 persen.

Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto, yaitu melalui metode peramalan dekomposisi aditif. Metode peramalan tersebut menghasilkan penyimpangan yang rendah. Perencanaan kebutuhan bahan baku susu UHT pada PT. Indolakto melalui proyeksi hasil peramalan dekomposisi aditif untuk periode tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan bahan baku (SMP dan gula) akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT di tahun 2006. Total produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik 21.47 persen menjadi 27 983 916.89 kg. Produksi puncak perusahaan diperkirakan terjadi pada bulan September 2006.

Metode MRP teknik PPB merupakan model alternatif yang digunakan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan hasil ramalan tahun 2006 karena model tersebut terbukti menghasilkan penghematan terhadap biaya persediaan dan biaya pembelian perusahaan pada tahun 2005. Sementara hasil analisis pengendalian persediaan bahan baku pada tahun 2006 dengan metode PPB masih memberikan penghematan terhadap biaya persediaan dan biaya pembelian perusahaan Oleh karena itu metode MRP teknik PPB direkomendasikan sebagai model alternatif dalam sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan bahan bakunya. Penggunaan metode MRP teknik PPB dapat dijadikan alternatif bagi pengendalian persediaan perusahaan karena metode ini menghasilkan periode gabungan yang akan meminimumkan biaya persediaan (biaya pemesanan dan biaya penyimpanan). Metode ini lebih dinamis dalam menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu, metode PPB dapat lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih SMP dan gula selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan. Metode PPB juga dapat menggabungkan periode gabungan lebih dari satu periode kebutuhan bersih bahan baku.

(4)

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature)

PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

M I A W I D H I A S T U T I A14102009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(5)

Judul Skripsi : Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto – Sukabumi

Nama : Mia Widhi Astuti NRP : A14102009 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021 Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr NIP. 130 422 698

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU ULTRA HIGH TEMPERATURE PADA PT. INDOLAKTO-SUKABUMI” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juni 2006

Mia Widhi Astuti. A14102009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1984 di Praya, Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penulis yang bernama lengkap Mia Widhi Astuti adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan ayahanda I Made Subamia dan ibunda Yuni Astuti.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sumbawa Besar tahun 1990 hingga tahun 1992, kemudian penulis pindah ke SDN 6 Sumbawa Besar hingga tahun 1996. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Sumbawa Besar hingga tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 1 Mataram, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti Himpunan Peminat Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) periode 2003-2004 sebagai staf IT (Information Technology) Departemen Informasi, Student Company Archipelago (GLOBE) UKM Century pada periode 2003-2004 sebagai staf divisi Finance, UKM Century periode 2004-2005 sebagai ketua divisi IT, klub fotografi (LENSA) periode 2004-2005, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) periode 2004-2005 sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi, dan terakhir menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Masyarakat (IMMA) NTB-Bogor periode 2005-2006.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 7

Batasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA Persediaan... 9

2.1.1 Pengertian dan Peran Persediaan ... 9

2.1.2 Bahan Baku ... 9

2.1.3 Fungsi persediaan ... 10

2.1.4 Jenis dan Tipe Persediaan ... 10

2.1.5 Biaya Persediaan ... 11

Model Pengendalian Persediaan ... 11

Perencanaan Kebutuhan Bahan ( MRP) ... 12

2.3.1 Economic Order Quantity (EOQ) ... 14

2.3.2 Lot For Lot ... 15

2.3.3 Part Periode Balancing (PPB) ... 16

Peramalan dan Perencanaan ... 17

2.4.1 Peran Peramalan ... 17

2.4.2 Metode- metode Peramalan... 18

2.4.3 Identifikasi Pola Data ... 19

2.4.4 Metode Kausal ... 20

2.4.5 Metode Time Series ... 21

2.4.6 Pemilihan Metode Peramalan ... 22

Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

Keunggulan Penelitian ... 26

(9)

III. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

Jenis dan Sumber Data ... 32

Model Analisa Data ... 33

3.3.1 Identifikasi Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 33

3.3.2 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 33

3.3.3 Ana lisis Perbandingan Biaya dan Penghematan ... 37

3.3.4 Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan Berdasarkan Data Historis ... 37

3.3.5 Peramalan Produksi ... 38

3.3.6 Metode Dekomposisi ... 38

3.3.7 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Hasil Ramalan ... 39

3.4 Definisi Operasional ... 40

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 39

4.2 Lokasi Perusahaan dan Tata Letak Bangunan ... 40

4.2.1 Lokasi Perusahaan ... 41

4.2.2 Tata Letak Bangunan ... 41

4.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 42

4.3.1 Struktur Organisasi ... 43

4.3.2 Sistem Ketenagakerjaan ... 44

4.3.2.1 Tenaga Kerja ... 44

4.3.2.2 Strata Pendidikan Pekerja ... 45

4.3.2.3 Waktu Kerja dan Sistem Intensif ... 45

4.3.2.4 Jaminan Kesejahteraan dan Masa Cuti ... 47

4.4 Proses Produksi ... 48

V. SISTEM PENGADAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN 5.1 Penyimpanan dan Penggunaan Bahan ... . 53

5.2 Jenis dan Asal Bahan Baku ... . 54

5.3 Biaya-biaya Persediaan ... 58

5.3.1 Biaya Pemesanan ... 58

5.3.2 Biaya Penyimpanan ... 60

5.4 Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Bahan Baku ... 62

5.5 Pengendalian Kualitas Bahan Baku ... 65

VI. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 67

Metode Material Requirement Planning (MRP) ... 71

6.2.1 Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) ... 73

6.2.2 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ... 74

(10)

Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun 2005 ... 78

VII. PERENCANAAN BAHAN BAKU Peramalan Produksi ... 80

7.1.1 Identifikasi Pola Data ... 80

7.1.2 Peramalan Produksi ……….... 82

Perencanaan Produksi ... 86

Perencanaan Kebutuhan Bahan ... 88

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode MRP Teknik PBB untuk Periode Selanjutnya ... 90

Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan... 93

Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Periode Selanjutnya ... 94

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 96

8.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) ... 2

Tabel 2. Tabel Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP ... 16

Tabel 3. Format Rencana MRP ... 34

Tabel 4. Spesifikasi Fresh Milk yang diterima PT. Indolakto... 54

Tabel 5. Standar Mutu Skim Milk Powder (SMP) PT. Indolakto... 57

Tabel 6. Standar Mutu Gula PT. Indolakto ... 58

Tabel 7. Biaya Pemesanan Bahan Baku PT. Indolakto per Pesanan ... 60

Tabel 8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT. Indolakto per tahun ... 62

Tabel 9. Persediaan Akhir Bahan Baku SMP dan Gula Selama Tahun 2005 ... 69

Tabel 10. Biaya Persediaan Bahan Baku per tahun periode 2005 menggunakan Metode perusahaan ... 70

Tabel 11. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode Perusahaan Tahun 2005 ... 71

Tabel 12. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun 2005 . 73 Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005... 75

Tabel 14. Perbandingan Frekuensi, Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Tahun 2005... 77

Tabel 15. Penghematan Biaya Persediaan dengan Metode MRP Teknik EOQ dan PPB ... 77

Tabel 16. Hasil Peramalan Produksi Susu UHT Periode Tahun 2006 dengan Metode Dekomposisi Aditif ... 83

Tabel 17. Perbandingan Hasil Ramalan dengan Data Aktual Produksi Susu UHT PT. Indolakto Bulan Januari - Maret 2006... 86

Tabel 18. Jumlah Penjualan, Produksi, Persediaan Pengaman, dan Rencana Produksi Susu UHT PT. Indolakto Tahun 2006 ... 87

Tabel 19. Rencana Produksi (kg) dan Rencana Kebutuhan Bahan Baku (kg) Hasil Proyeksi Bulanan Tahun 2006 ... 89

(12)

Tabel 20. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode MRP teknik

PPB tahun 2006 ... 92 Tabel 21. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2006 ... 92 Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Metode PPB

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

Gambar 1. ... B iaya Persediaan ...13 Gambar 2. ... P

enggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi

Operasi ... 18 Gambar 3. ... P

ola Permintaan terhadap Suatu Barang atau Jasa ... 19 Gambar 4. ... B

agan Kerangka Pemikiran ... 27 Gambar 5. ... B

agan Kerangka Operasional Penelitian ... 31 Gambar 6. ... P

lot Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode 2000-2005 ... 80 Gambar 7. Plot Data Hasil Peramalan Produksi Susu UHT PT. Indolakto

Periode Tahun 2006 ... 84 Gambar 8. ... P

lot Data Aktual, Ramalan dan Error dari Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode Tahun 2000-2005 ... 85

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal

Lampiran 1. Denah Lokasi Pabrik PT. Indolakto ... 100

Lampiran 2. Denah Tata Letak Pabrik PT. Indolakto ... 101

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi PT. Indolakto ... 102

Lampiran 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Susu UHT ... 103

Lampiran 5. Bagan Alir Prosedur Penerimaan Bahan Baku di Warehouse Raw Material ... 104

Lampiran 6. Perbandingan Antara Merode Pengendalian Persediaan Pada Keseluruhan Persediaan SMP dan Gula Tahun 2005... 105

Lampiran 7. Data Produksi Bulanan Susu UHT PT. Indolakto Tahun 2000-2005 ... 106

Lampiran 8. Plot Autokorelasi (ACF) dan Autokorelasi Parsial (PACF) Produksi Susu UHT... 108

Lampiran 9. Hasil Differensing pertama Autokorelasi (ACF d1) dan Autokorelasi Parsial (PACF d1)... 109

Lampiran 10. Perbandingan Nilai MSE dari Beberapa Model Time Series yang Diujikan ... 110

Lampiran 11. Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum (12 Bulan) Tahun 2005 ... 110

Lampiran 12. Metode Dekomposisi Model Aditif (L= 12) ... 111

Lampiran 13. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku SMP Tahun 2005 ... 116

Lampiran 14. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Gula... 116

Lampiran 15. MRP untuk Bahan Baku SMP dengan Teknik EOQ Tahun 2005 (EOQ SMP = 36 199.35 kg) (buffer stock = 86 389.30 kg) ... 117

Lampiran 16. MRP untuk Bahan Baku Gula dengan Teknik EOQ Tahun 2005 (EOQ Gula = 51 683.53 kg) (buffer stock = 28 796.43 kg) ... 117 Lampiran 17. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun

(15)

Lampiran 18. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun 2005 dengan sediaan pengaman 50% ... 118 Lampiran 19. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun

2005(buffer 25%) ... 118 Lampiran 20. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun

2005 ... 118 Lampiran 21. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan

Baku SMP Tahun 2006 ... 119 Lampiran 22. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP unt uk Bahan

Baku Gula Tahun 2006 ... 119 Lampiran 23. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP

Tahun 2006 dengan sediaan pengaman 50% ... 120 Lampiran 24. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susu merupakan bahan pangan yang banyak mengandung unsur-unsur penting yang diperlukan tubuh seperti: protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan unsur penting lainnya. Mengkonsumsi susu memberikan banyak manfaat, diantaranya mengurangi resiko kanker usus dan rectum (hasil penelitian di Harvard School of Public Health and Women), mencegah osteoporosis, hipertensi dan dianjurkan dalam DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)1, mempunyai kemampuan untuk mengikat polutan yang membantu mengurangi dampak buruk polusi, serta mampu meningkatkan tubuh memproduksi melatonin di malam hari yang berfungsi sebagai hormon sekaligus antioksidan yang membuat tubuh bisa beristirahat. Upaya penggalakan minum susu dirintis oleh Prof. Poorwo Sudarmo (Bapak Gizi Indonesia) yang mencetuskan Empat Sehat Lima Sempurna pada tahun 1950-an.

Berdasarkan jenisnya, susu yang kini beredar meliputi susu bubuk, susu kental manis, susu pasteur isasi dan susu Ultra Hight Temperature (UHT). Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celsius) selama 2-5 detik1. Susu UHT memiliki keunggulan dalam hal penyimpanan yang lebih tahan lama (lebih dari 6 bulan tanpa disimpan dalam mesin pendingin), berkualitas tinggi, bebas dari mikroorganisme, dan adanya pengurangan waktu produksi, serta meminimalisasi jeda waktu antara pengiriman dan pendinginan. Susu UHT biasanya dikemas dengan kemasan aseptik yang

(17)

membuat susu dapat dikonsumsi kapan saja tanpa memerlukan alat pendingin khusus. Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT2).

Mengingat pentingnya manfaat dan kegunaan dari susu dalam kehidupan sehari- hari, maka peluang dalam agroindustri susu masih terbuka lebar. Hal ini juga didukung oleh jumlah konsumsi susu nasional pada Tabel 1 yang menunjukkan peningkatan meskipun pada tahun 1996, 1997, 1998, dan 2001 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998, yaitu 219 100 ton dari konsumsi tahun 1997 yang dipengaruhi oleh terjadinya krisis moneter. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) Tahun 1994-2004 (000 ton)

Tahun Produksi Nasional Impor Ekspor Konsumsi Nasional

1995 433.4 974.7 0.0 1 408.1 1996 441.2 739.4 0.0 1 180.6 1997 423.7 692.8 0.0 1 116.5 1998 375.4 588.0 66.0 897.4 1999 436.0 822.0 142.0 1 116.0 2000 495.7 1 479.8 575.5 1 400.0 2001 479.9 1 476.0 693.0 1 262.9 2002 493.4 1 382.6 609.6 1 266.4 2003 553.4 1 425.2 461.2 1 517.4 2004* 596.3 1 425.2 461.2 1 560.3 Sumber : Deptan, 2004

Keterangan : * Angka sementara 2004

Produksi susu nasional juga mengalami peningkatan meskipun beberapa tahun tertentu mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa impor susu Indonesia masih terus meningkat. Dengan kata lain, produksi susu dalam negeri masih belum dapat memenuhi konsumsi dalam negeri itu sendiri sehingga masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha pengolahan susu di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih mengkonsumsi susu olahan. Selain itu, berdasarkan hasil survei perusahaan riset

(18)

pasar global Canadean pada tahun 20043), konsumsi susu cair penduduk Indonesia baru mencapai 62 juta liter per tahun. Sementara Amerika Serikat (AS) mencapai 22 350 juta liter, India 42 001 juta liter, Cina 6 345 juta liter, Pakistan 28 671 juta liter, Spanyol 4 577 juta liter. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu menyebabkan persaingan dalam industri tersebut semakin meningkat. Keunggulan kompetitif perusahaan akan menjadi penting untuk dapat bertahan dalam industri tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keuntungan dari pengembangan organisasi dalam globalisasi adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi. Manajemen produksi dan persediaan sangat memainkan peranan penting dalam penciptaan keunggulan kompetitif dari industri karena mempengaruhi formulasi dari strategi- strategi bisnis industri.

Pengendalian persediaan bahan baku merupakan bagian dari manajemen produksi dalam rangka memenuhi jumlah persediaan bahan baku, waktu, dan kualitas yang tepat. Bahan baku industri merupakan sumberdaya yang dapat memberikan value added komoditas/produk bila dipergunakan secara efisien dan efektif. Bahan baku membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi sehingga ketersediaan bahan baku sangat menunjang dalam menghasilkan produk jadi. Kelebihan persediaan mengakibatkan adanya biaya ekstra dari sudut biaya penyimpanan dan opportunity cost yang disebabkan nilai investasi pada persediaan yang menga nggur sebenarnya dapat dialokasikan untuk kepentingan lain. Sebaliknya jika terjadi kekurangan persediaan dapat menghambat beberapa

(19)

hal, diantaranya proses produksi, pemenuhan permintaan pelanggan, dan peningkatan biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian.

Dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif melalui manajemen pengendalian persediaan, maka diperlukan suatu perencanaan yang tepat. Perencanaan dan pengendalian untuk operasi menuntut penaksiran atas permintaan akan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan organisasi di masa mendatang (Buffa dan Sarin, 1996). Peramalan atau penaksiran bisnis ekonomi akan sangat membantu manajer untuk pengambilan keputusan dalam strategi bisnis. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungan pada hal- hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi lingkungan manajemen, karena setiap bagian organisasi berkaitan satu sama lain, baik buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi (Makridakis et al, 1999).

Salah satu manfaat yang diperoleh melalui peramalan adalah manajer dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan dan menentukan jumlah produksi berdasarkan hasil ramalan. Peningkatan efisiensi produksi akan dapat tercapai ketika ramalan yang akurat diperoleh sehingga pengalokasian biaya yang sia-sia dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.

1.2 Perumusan masalah

PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Untuk menghadapi persaingan dalam industri susu UHT, PT. Indolakto merasa perlu menciptakan keunggulan kompetitif. Salah satunya melalui manajemen produksi dan persediaan yang optimal, yaitu melalui

(20)

perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT. Hal ini didasari dari beberapa permasalahan dalam manajemen produksi dan persediaan yang dihadapi PT. Indolakto, diantaranya: perubahan permintaan konsumen akan produk susu UHT, kapasitas gudang bahan baku yang tidak dapat menampung seluruh bahan baku yang diterima, dan keterlambatan kedatangan bahan baku dari pemasok.

Ketersediaan bahan baku sangat menunjang kelancaran produksi perusahaan, terlebih ketersediaan untuk bahan baku utama. Skim Milk Powder (SMP) dan gula merupakan baha n baku utama dalam memproduksi susu UHT. Pada waktu-waktu tertentu perusahaan mengalami keterlambatan kedatangan bahan baku yang menghambat jalannya operasi dan di lain waktu, perusahaan mengalami kelebihan bahan baku dan produk jadi susu UHT yang disimpan di gudang sehingga mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan perusahaan dan berakibat pada berkurangnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang dilakukan oleh PT. Indolakto.

Pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang baik membutuhkan perencanaan yang tepat. Perencanaan kebutuhan bahan baku dapat diturunkan dari perencanaan produksi produk jadi perusahaan. Adanya perubahan permintaan konsumen yang cepat terhadap produk jadi susu UHT yang di produksi oleh PT. Indolakto seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Menghadapi kondisi perusahaan dengan perubahan-perubahan tersebut maka

(21)

dibutuhkan suatu metode peramalan yang akurat, yaitu metode peramalan yang menghasilkan penyimpangan/selisih terkecil antara nilai ramalan dan nilai aktualnya. Sehingga masalah berikutnya yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT serta implikasi dari hasil perencanaan tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya.

Kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering kali dihadapkan pada dua kendala, yaitu jika perusahaan menginvestasikan dana terlalu banyak dalam persediaan bahan baku dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen, maka akan menimbulkan biaya yang besar terutama biaya penyimpanan. Sebaliknya jika perusahaan berupaya menekan persediaan dengan tujuan menurunkan biaya produksi, maka akan menimbulkan risiko tidak tersedianya produk untuk menjamin kelancaran produksi dan ketersediaan produk dalam memenuhi kepuasan konsumen. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan karena adanya persediaan. Melalui sistem penge ndalian persediaan yang optimal tersebut diharapkan perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang

(22)

2. Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto.

3. Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya.

4. Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis maupun pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer dalam memberikan alternatif metode peramalan produksi yang akurat dan model pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat meminimumkan biaya produksi perusahaan. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber informasi mengenai peramalan produksi dan pengendalian pesediaan bahan baku serta sebagai masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Penelitian

Secara umum, produk yang dihasilkan oleh PT. Indolakto adalah susu kental manis (SKM) dan susu Ultra High Temperature (UHT). Penelitian ini difokuskan pada produk susu UHT dengan formula recombined. Hal ini didasari

(23)

atas kecenderungan konsumsi masyarakat Indonesia yang meningkat terhadap susu cair olahan, salah satunya adalah susu UHT. Kajian yang dibahas dalam penelitian ini meliputi perencanaan kebutuhan dan pengendalian bahan baku khususnya bahan baku skim milk powder (SMP) dan gula yang merupakan bahan baku utama dalam memproduksi susu UHT dengan formula recombined.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan

2.1.1 Pengertian dan Peran Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai aktiva yang meliputi barang jadi, barang dalam proses dan bahan baku yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin (Assauri, 1999; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali (Assauri, 1999).

Dua alasan yang diutarakan Assauri (1999) mengenai perlunya persediaan bagi suatu perusahaan pabrik yaitu (1) waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi produksi dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain dan (2) alasan organisasi perusahaan.

2.1.2 Bahan Baku

Pengertian dari bahan baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut (Assauri, 1999). Perusahaan yang memiliki penguasaan atas produksi bahan baku sendiri dapat lebih menjamin ketersediaan bahan baku dibandingkan bila pengadaan bahan baku tersebut dilakukan melalui pembelian. Namun bagi perusahaan yang pengadaan bahan bakunya berasal dari pembelian, maka kegiatan pembelian mempunyai peran yang sangat penting. Pembelian merupakan kegiatan yang penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan penjadwalan dan pengendalian pemasok (Gaspersz, 2002).

(25)

2.1.3 Fungsi persediaan

Efisiensi operasional organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004) serta Heizer and Render (2004), fungsi persediaan terdiri atas (1) fungsi decoupling, dimana adanya kebebasan dalam operasi internal dan eksternal perusahaan; (2) fungsi economic lot sizing, dimana mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian; (3) fungsi antisipasi, diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode pemesanan.

2.1.4 Jenis dan Tipe Persediaan

Persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (1) persediaan bahan baku (Raw materials stock), yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, (2) persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/komponents stock) yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, (3) persediaan barang-barang pelengkap (supplies stock) atau bahan peno long yang diperlukan dalam proses produksi, (4) persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik, dan (5) persediaan barang jadi (finished goods stock) yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain (Assauri, 1999; Handoko 2000 dan Rangkuti 2004).

(26)

2.1.5 Biaya Persediaan

Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004), ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel yaitu (1) biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost) yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, (2) biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs/procurement cost) meliputi proses pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, pengeluaran surat-menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya utang lancar dan sebagainya, (3) biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost yang tediri dari biaya mesin- mesin menganggur, biaya persediaan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi dan sebagainya, dan (4) biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan dan termasuk biaya kekurangan bahan adalah kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya

2.2 Model Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena melibatkan sejumlah investasi yang besar. Tujuan pengendalian persediaan yaitu meminimalkan investasi dalam sediaan, namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat layanan yang diminta (Harding, 2001). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan model pengendalian persediaan yang tepat. Dalam model pengendalian persediaan perlu diketahui mengenai sifat dari permintaan untuk

(27)

suatu barang. Permintaan tersebut dapat bersifat independent (bebas) atau dependen (terikat). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), permintaan independent atas persediaan adalah untuk jenis barang-barang akhir dan permintaannya tidak tegantung (bebas) dari permintaan akan barang lainnya. Sedangkan permintaan dependent atas persediaan adalah untuk jenis-jenis persediaan komponen, bahan baku, dan barang dalam proses yang digunakan dalam produksi untuk menghasilkan barang jadi. Permintaan untuk jenis barang dengan permintaan terikat ini sangat tergantung dari permintaan jenis barang dengan permintaan bebas.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), model yang digunakan untuk analisis pengendalian persediaan pada barang dengan sifat permintaan independent adalah model perhitungan jumlah pemesanan kembali seperti sistem pemesanan tetap, sistem produksi tumpukan (batch), sistem periodik tetap, dan sistem minimum- maksimum. Sedangkan model pengendalian barang denga n sifat permintaan dependent menggunakan Material Requirement Planning (MRP). Beberapa model yang banyak digunakan dalam penentuan lot dalam MRP adalah model Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot, dan Part Periode Balancing (PPB).

2.3 Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP)

Menurut Buffa (1996), Herjanto (1999), Rangkuti (2004), Indrajit dan Djokopranoto (2005), MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan persediaan untuk barang-barang dengan sifat permintaan dependent (terikat) dimana permintaan cenderung tidak berlanjut ke permintaan barang lain dan jumlahnya tertentu pada satuan waktu tertentu pula. Sasaran manajerial dalam

(28)

menggunakan MRP adalah menghindari kehabisan sediaan sehingga produksi berjalan mulus, sesuai rencana, dan menekan investasi sediaan bahan baku dan barang setengah jadi (Buffa, 1996). Jenis-jenis barang yang cocok untuk MRP adalah komponen produk yang tercantum dalam daftar bahan produk (product’s bill of materials) yang menunjukkan kebergantungan dari komponen-kompone n sub rakitan terhadap produk akhir (Buffa, 1996 dan Rangkuti, 2004).

MRP merupakan sistem penjadwalan mundur yang dimulai dengan produk akhir, kemudian dikerjakan mundur yaitu menuju bahan baku melalui berbagai tingkat pabrikan dan pabrikasi. MRP memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem ukuran pesanan tetap untuk pengendalian barang-barang produksi. Kelebihan tersebut antara lain dapat mengurangi persediaan dan biaya gabungannya (inventory holding cost) karena biaya itu hanya sebesar materi dan komponen yang dibutuhkan (Rangkuti, 2004). Selain itu, kelebihan MRP dalam menangani barang-barang dengan permintaan terikat (Heizer and Render, 2004) adalah (1) meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan, (2) meningkatkan kegunaan fasilitas dan tenaga kerja, (3) perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik, (4) respon lebih cepat terhadap perubahan pasar, dan (5) mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan.

Lebih lanjut Heizer and Render (2004) menegaskan beberapa hal yang harus diketahui manajer dalam merancang model persediaan terikat yang efektif yaitu (1) jadwal produksi induk/master production schedule (MPS) yang berkaitan dengan apa yang harus dibuat dan kapan, (2) spesifikasi daftar bahan/bill of materials (BOM) yang berkaitan dengan kebutuhan produk, (3) persediaan yang tersedia/inventory availibility, (4) perjanjian pesanan

(29)

pembelian/purchase orders outstanding, (5) waktu ancang-ancang (lead time), yang dibutuhkan untuk memperoleh barang.

2.3.1 Economic Order Quantity (EOQ)

Model EOQ merupakan teknik pengendalian persediaan tertua dan paling umum dikenal (Herjanto, 1999). Teknik ini sering digunakan dalam persediaan barang-barang bebas dan dapat juga digunakan dalam teknik penentuan lot.

Menurut Heizer dan Render (2004), beberapa asumsi yang digunakan dalam teknik EOQ antara lain (1) diketahuinya tingkat permintaan dan bersifat konstan, (2) waktu tenggang (lead time) bersifat konstan, (3) persediaan diterima dengan segera dalam bentuk kumpulan produk pada satu waktu, (4) diskon tidak diberikan, (5) biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan atau penyimpanan persediaan, dan (6) keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Gambar 1. Biaya Persediaan Sumber: Rangkuti, 2004

Metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya

EOQ Q (kuantitas) Biaya Total Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan Biaya Total

(30)

kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2000). Meminimumkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, dapat berarti meminimumkan biaya total. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara biaya penyimpanan (holding/carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering atau set up cost), dalam bentuk grafik.

Kuantitas pesanan tetap yang meminimumkan biaya tersebut terjadi pada saat kurva biaya pemesanan dan kurva biaya penyimpanan berpotongan, yaitu pada saat total biaya pemesanan sama dengan total biaya penyimpanan. Ukuran lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama dari biaya total terhadap kuantitas (Q) tahunan sama dengan nol (Buffa, 1996; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004).

2.3.2 Lot For Lot

Dalam teknik ini, ukuran satu batch yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Kebijakan Lot For Lot hanya efektif, bilamana biaya awal (penyetelan) sangat kecil dibandingkan dengan biaya penyimpanan (Buffa, 1996). Pemesanan dilakukan tepat sebesar yang dibutuhkan, tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Prosedur semacam ini konsisten dengan ukuran lot kecil, pesanan berkala, persediaan tepat waktu rendah, dan permintaan terikat (Heizer dan Render, 2004). Teknik Lot For Lot berusaha menghilangkan biaya penyimpanan atas persediaan yang dipegang melewati suatu persediaan. Menurut Herjanto, 1999 biaya yang ditanamkan dalam persediaan barang terikat dapat ditekan dengan teknik ini, apabila perusahaan mampu memiliki persediaan dengan kondisi dan

(31)

sifat yang sesuai. Teknik ini tidak dapat mengambil keuntungan ekonomis yang berhubungan dengan ukuran pesanan tetap.

2.3.3 Part Periode Balancing (PPB)

Teknik penyeimbangan bagian periode merupakan pendekatan yang lebih dinamis yaitu menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Menurut Herjanto (1999), metode PPB secara sederhana menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai Economic Part Period (EPP), yang merupakan rasio antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan.

Prinsip dari teknik ini adalah mencoba menggabungkan suatu periode dengan periode berikutnya kemudian menghitung kumulatif bersih dari periode gabungan tersebut serta kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengakumulasikan perkalian kebutuhan suatu periode dengan periode tambahan yang ditanggung. Tabel 2. menunjukkan penentuan ukuran lot dengan menggunakan EPP.

Bagian periode yang paling mendekati nilai EPP merupakan gabungan periode yang dipilih (Herjanto, 1999). Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi, dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan.

Tabel 2. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP Periode Kebutuhan Lama Penyimpanan

(Periode) Periode- bagian Akumulasi periode-bagian 1 1, 2 1, 2, 3 A B C 0 1 2 A x (0) B x (1) C x (2) A x (0) A x (0) + B x (1) A x (0) + B x (1) + C x (2) Sumber: Herjanto, 1999

(32)

2.4 Peramalan dan Perencanaan

Pengertian peramalan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005) adalah kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal- hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Menurut Sugiarto (2000) peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola sistematis. Peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang dan menjadi dasar dalam penyusunan rencana (Assauri, 1999).

2.4.1 Peran Peramalan

Dalam dunia bisnis, hasil peramalan mampu memberikan gambaran tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen membuat perencanaan, menciptakan peluang bisnis maupun mengatur pola investasi mereka (Sugiarto et al, 2000). Salah satu peran peramalan adalah penyusunan rencana, dimana perencanaan yang dibuat oleh perusahaan salah satunya adalah perencanaan produksi. Menurut Assauri (1999), dalam menentukan atau merencanakan jumlah hasil yang akan diproduksi umumnya sangat ditentukan oleh jumlah atau besarnya permintaan akan produk tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan selalu memperkirakan atau meramalkan jumlah permintaan dari produknya. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan untuk operasi, maka subsistem produksi operasi merencanakan dan merancang sistem, menjadwalkan sistem dan mengendalikan sistem tersebut yang pada akhirnya akan menentukan hasil keluaran berupa barang dan jasa (Gambar 2).

(33)

Gambar 2. Penggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi Operasi Sumber: Assauri, 1999

2.4.2 Metode – metode Peramalan

Secara umum terdapat dua macam metode peramalan menurut Gaynor dan Kirkpatrick (1994), yaitu: (1) Peramalan kualitatif, didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencana atau pengambil keputusan, sehingga relatif bersifat subjektif. Kelemahan metode ini adalah dapat memberikan hasil yang tidak baik ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan pribadi, atau posisi strategis dalam organisasi. Biasanya peramalan secara kualitatif didasarkan atas hasil penyelidikan seperti: Delphi, S Curve, Analogies dan penelitian bentuk Morphological research, atau didasarkan atas ciri-ciri normatif seperti decision matrices atau decisions trees. (2) Peramalan kuantitatif, didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu, sehingga lebih bersifat objektif. Kualitas hasil ramalan sangat bergantung pada kualitas data dan metode yang digunakan, yaitu sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode

Informasi tentang permintaan yang ada dan produksi

Peramalan Permintaan untuk Operasi

Keluaran Berupa Barang atau jasa Perencanaan/Perancangan

Sistem Perancangan produk Perancangan proses Investasi & penggantian

peralatan Perencanaan kapasitas

Penjadwalan Sistem Perencanaan produksi agregat

Penjadwalan operasi

Pengendalian Sistem Pengendalian produksi Pengendalian persediaan Pengendalian tenaga kerja

(34)

yang baik adalah metode yang memberikan nilai- nilai perbedaan atau penyimpangan serendah mungkin.

Menurut Makridakis et al (1999), syarat-syarat kondisi penerapan peramalan kua ntitatif yaitu (1) tersedia informasi masa lalu, (2) informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan (3) pola data masa lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.

2.4.3 Identifikasi Pola Data

Menurut Assauri (1999), prakiraan atau peramalan permintaan suatu barang atau jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat berbentuk garis trend linear sesuai dengan perkembangan waktu, dan dapat berbentuk musiman atau tetap selalu konstan (Gambar 3). Untuk melihat pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut, maka dibutuhkan informasi tentang permintaan akan barang atau jasa tersebut selama ini.

Gambar 3. Pola Permintaan terhadap suatu barang atau jasa Sumber: Assauri (1999)

Identifikasi pola data dilakukan untuk memahami perilaku data time series dan membantu dalam penentuan metode peramalan yang terbaik. Menurut Makridakis (1999), pola data kuantitas memiliki empat unsur, yaitu (1) pola horizontal/konstan, terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan; (2) pola musiman, terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor

Permintaan Produk Waktu Konstan Musiman Trend Linear

(35)

musiman (kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu); (3) pola siklis, terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis; dan (4) pola trend, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.

2.4.4 Metode Kausal

Menurut Makridakis (1999), metode ini mencoba mengajukan variabel lain yang berkaitan dengan rangkaian data dan mengembangkan suatu model yang menyatakan adanya saling ketergantungan fungsional diantara semua variabel terebut. Metode peramalan kausal/sebab-akibat juga didasarkan dari data yang lalu, tetapi menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau mempengaruhi pada masa depan (Assauri, 1984).

Metode kausal yang dapat digunakan dapat berupa : (1) Metode regresi, yaitu mencoba memperkirakan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independen) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas (dependen) yang akan diramalkan (Makridakis et al, 1999). Metode ini banyak digunakan untuk meramalkan penjualan, perencanaan keuntungan, peramalan permintaan dan peramalan keadaan ekonomi. (2) Metode ekonometri, yaitu menggabungkan teori ekonomi dengan alat-alat matematis dan statistik untuk menganalisis hubungan ekonomi (Pappas & Hirschey, 1995). Menurut Assauri (1999) metode ekonometri didasarkan atas peramalan pada sistem persamaan regresi yang diestimasi secara simultan. Metode ini memiliki variabel eksogen dan variabel endogen. Metode ini juga dipergunakan untuk peramalan penjualan menurut kelas produk, atau peramalan keadaan ekonomi masyarakat, seperti permintaan, harga dan

(36)

penawaran. (3) Metode Input – Output, yaitu menganalisis arus barang dan jasa antar industri dalam perekonomian atau antar departemen dari suatu organisasi besar yang ditunjukkan oleh tabel input-output. Menurut Assauri (1984) metode ini dipergunakan untuk menyusun proyeksi trend ekonomi jangka panjang. Metode ini banyak dipergunakan untuk peramalan penjualan perusahaan, penjualan sektor industri dan subsektor industri.

2.4.5 Metode Time Series

Metode peramalan time series merupakan bagian dari peramalan kuantitatif dengan menggunakan data-data masa lalu dalam membuat ramalan untuk masa depan dengan mengidentifikasikan pola data historis dan mengekstrapolasi pola tersebut untuk masa mendatang (Buffa et al, 1996). Menurut Sugiarto et al (2000), beberapa asumsi penting yang mendasari penggunaan metode time series antara lain (1) adanya ketergantungan kejadian masa yang akan datang dengan masa sebelumnya, (2) aktivitas di masa yang akan datang mengikuti pola yang terjadi di masa lalu, (3) hubungan atau keterkaitan masa lalu dan masa kini dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian.

Beberapa metode time series adalah metode naïve, metode rata-rata sederhana/simple average, metode rata-rata bergerak sederhana/simple moving average, metode rata-rata bergerak ganda/double moving average, metode pemulusan eksponensial/exponential smoothing, pemulusan eksponensial tunggal/ single exponential smoothing, pemulusan eksponensial tunggal: pendekatan adaptif, double exponential smoothing: metode linear satu-parameter dari Brown, pemulusan eksponensial ganda: metode dua parameter dari Holt, pemulusan eksponensial tripel: metode kuadratik satu-parameter dari Brown,

(37)

triple Exponential Smoothing (Winters), metode dekomposisi, model Autoregresisve Integrated Moving Average (ARIMA).

2.4.6 Pemilihan Metode Peramalan

Penggunaan peramalan dalam pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting sehingga pemilihan teknik dan metode peramalan yang tepat sangat diperlukan untuk pemecahan suatu masalah atau keadaan tertentu. Ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode peramalan (Assauri, 1984), yaitu : (1) Horison waktu, (2) Pola data, (3) Jenis dari model, (4) Biaya, (5) Ketepatan (accuracy), (6) Mudah tidaknya penggunaan atau aplikasinya.

Ukuran-ukuran akurasi model peramalan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar (Aritonang, 2002), yaitu: ukuran yang bersifat mutlak, terdiri atas mean error (ME), mean absolute error (MAE), mean squared error (MSE) dan ukuran yang bersifat relatif terdiri dari mean percentage error (MPE), mean absolute percentage error (MAPE), U dari Theil dan McLaughlin Batting Average (MBA). Dari semua ukuran tersebut ukuran yang lebih lazim digunakan adalah MSE, dengan pedoman bahwa semakin kecil nilai MSE berarti model itu semakin tepat untuk digunakan.

2.5 Hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Widyastuti (2001) dengan judul Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis, studi kasus PT. Indolakto, Sukabumi. Penelitian tersebut menggunakan analisis EOQ, persediaan pengaman (safety stock), dan titik

(38)

pemesanan kembali (reorder point). Bahan baku yang menjadi fokus dalam penelitian tersebut adalah susu segar, gula, skimmed milk powder (SMP). Hasil penelitian ini me nyatakan bahwa kebijakan perusahaan terhadap pengendalian persediaan belum optimal dan perusahaan perlu mengurangi persediaan pengaman untuk ketiga bahan baku tersebut.

Astuti (2002), menganalisis pengendalian persediaan bahan baku susu bubuk, studi kasus: PT. Mirota KSM Inc., Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode EOQ dan model persediaan probabilistik (persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali). Bahan baku yang menjadi fokus penelitian adalah Full Cream Milk Powder (FCMP) dan Skimmed Milk Powder (SMP) yang masing- masing didatangkan dari Australia dan New Zealand. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode EOQ jumlah pemesanan bahan baku memiliki kuantitas yang lebih kecil dengan frekuensi pemesanan optimal yang lebih sering dibanding jumlah dan frekuensi pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan. Jika perusahaan mengadakan persediaan pengaman (dengan perhitungan metode EOQ) maka persediaan pengaman yang optimal bagi perusahaan adalah 41 255.4 kg untuk FCMP dan 19 834 kg untuk SMP asal New Zealand. Sedangkan FCMP dan SPM asal Australia masing- masing 38 270 Kg dan 21 261 Kg. Pemesanan kembali kepada pemasok di New Zealand dilakukan pada saat FCMP dan SMP asal New Zealand di gudang masing- masing berjumlah 169 304.8 Kg dan 90 972.5 Kg. Sedangkan pemesanan kembali kepada pemasok di Australia terjadi saat FCMP dan SMP asal Australia di gudang masing- masing berjumlah 220 804.4 Kg dan 122 669 Kg.

(39)

Rajagukguk (2004), menganalisis pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu olahan (studi kasus di PT. Indomilk). Penelitian tersebut bertujuan mengetahui pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu olahan yang dilakukan di PT. Indomilk, kemudian menganalisis besarnya biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik EOQ dan Part Period Balancing (PPB) serta membandingkan model aternalif pengendalian persediaan bahan baku yang efektif dan efisien pada perusahaan. Teknik Lot For Lot yang prinsipnya tidak memerlukan adanya persediaan di gudang tiap periodenya tidak digunakan dalam penelitian tersebut karena kebijakan PT. Indomilk menginginkan adanya persediaan pengaman dalam pelaksanaan proses produksinya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode MRP memberikan penghematan yang cukup besar terutama dengan teknik EOQ jika dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan selama ini.

Sary (2004), menganalisis mengenai peramalan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku kelapa pada PT. Riau Sakti United Plantations. Penelitian tersebut memperkirakan kebutuhan bahan baku kelapa yang diturunkan dari hasil peramalan produksi perusahaan tahun 2004 dengan metode ARIMA sehingga perusahaan dapat menentukan persediaan bahan baku yang optimal. Metode pengendalian persediaan yang digunakan adalah metode Material Requirement Planning (MRP) dengan teknik EOQ, Lot For Lot, dan PPB. Teknik pengendalian persediaan kelapa yang dilakukan perusahaan selama ini adalah menggunakan teknik Lot For Lot. Total biaya persediaan terendah diperoleh dengan metode PPB yaitu sebesar 1.2 miliyar rupiah. Dengan menggunakan metode PBB, perusahaan

(40)

dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.8 persen yaitu dari 1.271 miliyar rupiah menjadi 1.18 miliyar rupiah.

Widowati (2004) dengan penelitiannya yang berjudul “Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Benang Sebagai Bahan Baku Produk Tekstil Pada PT. Asaputex Nusantara, Tegal, Jawa Tengah” menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku perusahaan dalam rangka memberikan model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang dapat meminimumkan biaya persediaan dan pembelian bahan baku perusahaan dengan analisis MRP teknik Lot For Lot, EOQ, dan PPB. Selain itu, penelitian tersebut juga melakukan perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan baku dan pengendalian persediaan bahan baku pada periode selanjutnya berdasarkan peramalan penjualan dengan metode trend. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa metode LFL dan PPB merupakan metode yang dapat direkomendasikan sebagai alternatif alat pengendalian persediaan benang perusahaan untuk periode operasi tahun 2004 karena memberikan penghematan terbesar yaitu 77.67 persen terhadap biaya persediaan perusahaan dan 6.77 persen terhadap biaya pembelian. Namun dalam pelaksanaannya, metode PPB lebih sesuai untuk diterapkan karena lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan benang perusahaan. Selain itu, metode PPB lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih benang selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan yang diakibatkan oleh peningkatan biaya pemesanan benang.

Berdasarkan hasil- hasil penelitian terdahulu mengenai perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku, dapat disimpulkan bahwa umumnya model analisis untuk persediaan bahan baku adalah model MRP. Model

(41)

MRP teknik LFL cocok digunakan pada perusahaan yang melakukan pemesanan hanya sejumlah kebutuhan bersihnya atau tanpa sediaan pengaman. Model MRP teknik PPB lebih fleksibel dalam menggabungkan kebutuhan bersih selama periode tertentu dan lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

2.6 Keunggulan Penelitian

Keunggulan penelitian ini, yaitu mengkaji sistem pengendalian persediaan PT. Indolakto untuk periode tahun 2005 yang menjadi dasar dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku dan pengendalian persediaan bahan baku tersebut pada periode tahun 2006. Penelitian ini tidak hanya menganalisis kebijakan pengendalian persediaan perusahaan juga melakukan perencanaan terhadap kebutuhan bahan baku utama susu UHT dan menganalisis kembali pengendalian persediaan bahan baku tersebut.

2.7 Kerangka Pemikiran Pe nelitian

Bahan baku merupakan unsur yang penting dalam proses produksi perusahaan. Untuk menghasilkan produk susu UHT dibutuhkan beberapa bahan baku utama diantaranya Skim Milk Powder (SMP) dan gula. Ketersediaan bahan baku tersebut sangat menunjang dalam perencanaan produksi perusahaan. Rencana produksi yang dibuat oleh perusahaan dihasilkan dari estimasi permintaan konsumen akan susu UHT. Estimasi yang tidak tepat akan menyebabkan perusahaan beroperasi secara tidak efisien. Oleh karena itu dibutuhkan suatu estimasi yang menghasilkan penyimpangan terkecil.

(42)

Berdasarkan rencana produksi tersebut, perusahaan merencanakan kebutuhan bahan baku SMP dan gula.

Dalam merencanakan kebutuhan bahan baku perusahaan sangat diperlukan suatu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar aktivitas produksi perusahaan berjalan denga n efisien. Sitem pengendalian persediaan bahan baku tersebut dapat dianalisis dengan beberapa model- model system pengendalian persediaan, diantaranya model EOQ dan MRP teknik PPB. Berdasarkan model- model tersebut diharapkan dapat dihasilkan suatu model alternative yang menghasilkan system pengendalian persediaan yang optimal.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sistem pengendalian persediaan bahan baku susu UHT khususnya bahan baku SMP dan gula yang optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan akibat adanya persediaan. Oleh karena itu langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kebijakan perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian persediaan bahan

Bahan Baku Susu UHT SMP GULA INPUT PROSES Rencana Produksi UHT Estimasi Permintaan Konsumen Rencana Kebutuhan Bahan Baku Model Sistem Pengendalian Persediaan EOQ PPB Sistem Model Pengendalian Persediaan Optimal OUTPUT

(43)

baku. Kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah mengidentifikasi fasilitas penyimpanan dan penanganan bahan baku, jenis dan asal bahan baku, biaya-biaya persediaan, prosedur perolehan bahan baku, serta pengendalian kualitas bahan baku.

Kebijakan perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT tidak terlepas dari perhitungan-perhitungan kuantitas dan biaya. Perhitungan mengenai penentuan kuantitas pesanan dan frekuensi pemesanan bahan baku yang optimal melibatkan berbagai jenis biaya yang terkandung dalam persediaan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi juga mengenai komponen-komponen biaya persediaan yang terjadi. Biaya persediaan dalam penelitian diasumsikan meliputi biaya pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan bahan baku.

Langkah selanjutnya, kebijakan perusahaan dalam pengendalian bahan baku selama tahun 2005 dianalisis dan dibandingkan dengan metode MRP sebagai alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku khususnya SMP dan gula yang ditujukan untuk produksi susu UHT. Metode MRP yang digunakan sebagai perbandingan dengan metode yang digunakan perusahaan adalah metode MRP teknik EOQ dan PPB. Komponen yang dibandingkan dalam analisis model pengendalian persediaan bahan baku tersebut meliputi: frekuensi pemesanan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan total biaya persediaan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat persediaan dan kebijakan pengendalian bahan baku yang optimal sehingga perusahaan dapat merumuskan suatu alternatif strategi dalam pengendalian persediaan bahan baku yang digunakannya. Metode terbaik dari beberapa metode yang dianalisis tersebut akan direkomendasikan

(44)

sebagai metode alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku dan akan digunakan sebagai metode pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula untuk periode tahun 2006 berdasarkan rencana produksi yang diramalkan.

Setelah itu dilakukan perencanaan bahan baku susu UHT yaitu SMP dan gula yang didasarkan dari hasil peramalan produksi produk jadi susu UHT untuk tahun 2006. Data produksi susu UHT selama beberapa tahun ke belakang (tahun 2000 – 2005) akan dianalisis dan diestimasi dengan metode peramalan time series. Data-data produksi perusahaan selama beberapa tahun ke belakang (tahun 2000-2005) tersebut perlu diidentifikasi terlebih dahulu pola datanya. Pola data yang terjadi dapat berupa pola horizontal, trend, musiman, dan siklis. Pola horizontal terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Pola trend terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Pola musiman terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Pola siklis terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.

Setelah mengetahui pola data produksi tersebut, selanjutnya adalah menentukan model peramalan dengan metode peramalan time series terbaik. Metode yang memberikan hasil ramalan mendekati kenyataan yang terjadi atau menghasilkan penyimpangan antara hasil peramalan dengan nilai kenyataan yang sekecil mungkin merupakan metode peramalan terbaik. Metode time series yang digunakan untuk mengestimasi jumlah produksi susu UHT sela ma satu periode ke depan (tahun 2006) adalah metode dekomposisi aditif.

(45)

Dengan mengetahui jumlah produksi susu UHT dari hasil ramalan dekomposisi aditif, selanjutnya akan diestimasi jumlah bahan baku berupa SMP dan gula yang dibutuhkan selama satu periode ke depan (tahun 2006). SMP dan gula merupakan bahan baku yang memiliki sifat permintaan dependen (terikat) terhadap permintaan produk jadinya, yaitu susu UHT. Hal tersebut merupakan tahapan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku. Metode perencanaan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP). Teknik penentuan lot dalam rangka pengendalian persediaan bahan baku menggunakan teknik lot sizing terbaik dari beberapa teknik yang ada.

Berdasarkan analisis perbandingan model pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula pada tahun 2005 akan dihasilkan model alternatif untuk pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula. Model alternatif tersebut kemudian akan digunakan kembali untuk menganalisis tingkat persediaan bahan baku SMP dan gula di tahun 2006 berdasarkan perencanaan kebutuhan yang telah diramalkan sebelumnya.

Setelah menganalisis pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula di tahun 2006 dengan model alternatif, kemudian akan dibandingkan kembali dengan metode pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan. Perbandingan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah model alternatif yang digunakan dalam pengendalian persediaan bahan baku khususnya SMP dan gula pada tahun 2006 masih memberikan tingkat persediaan bahan baku yang optimal dari segi biaya persediaan bahan bakunya. Kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

(46)

= alat analisis

Keterangan:

Gambar 5. Bagan Kerangka Operasional Penelitian Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku

yang Optimal

Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Sistem Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

Jenis dan Asal Bahan Baku Biaya-biaya Persediaan Bahan B aku Prosedur Perolehan Bahan Baku Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Baku Pengendalian Kualitas Bahan Baku

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tahun 2005

Kebijakan Perusahaan MRP Teknik EOQ MRP Teknik PPB

Perencanaan Penggunaan Bahan Baku Perusahaan Tahun 2006 melalui Peramalan

Produksi dengan Metode Terbaik

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tahun 2006

Analisis Perbandingan Model Pengendalian Persediaan

Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku

(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Indolakto yang berlokasi di Jalan Raya Siliwangi, Cicurug, Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan agroindustri yang berpengalaman dalam memproduksi susu UHT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2006.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari PT. Indolakto yang terdiri atas: gambaran umum perusahaan, data produksi dan penjualan produk susu UHT perusahaan, kebijakan pengadaan dan penanganan bahan baku di perusahaan yang mencakup jenis bahan baku yang digunakan, jumlah kebutuhan bahan baku, waktu tunggu (lead time) pembelian bahan baku, pemasok, sistem pemesanan dan penyimpanannya.

Data primer dikumpulkan melalui hasil pengamatan, pencatatan langsung di lapang dan wawancara dengan pihak perusahaan. Wawancara langsung dilakukan kepada karyawan, manajer, dan kepala divisi yang berkaitan. Pemilihan responden ini dilakukan dengan sengaja (porposive) dengan pertimbangan bahwa responden mengetahui dan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan dengan baik, khususnya mengenai kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari (bahan pustaka) buku, hasil laporan

(48)

penelitian terkait, catatan-catatan yang dimiliki perusahaan, literatur perusahaan dan instansi terkait serta literatur lainnya, yaitu: artikel-artikel dalam majalah, surat kabar dan internet.

3.3 Model Analisis Data

Hasil perolehan data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14. Software Minitab adalah salah satu program yang dapat digunakan untuk peramalan. Output data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan diuraikan secara narasi. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif dengan gambar dan tabel agar mudah dipahami.

3.3.1 Identifikasi Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan

Identifikasi awal ini meliputi identifikasi proses produksi susu UHT dan kebijakan-kebijakan dalam proses produksi. Selain itu, identifikasi terhadap manajemen persediaan bahan baku juga dilakukan. Identifikasi tersebut meliputi identifikasi terhadap fasilitas penyimpanan dan penanganan bahan baku, jenis dan asal bahan baku, biaya-biaya persediaan, prosedur perolehan bahan baku, prosedur penyimpanan, pengendalian kualitas bahan baku, frekuensi pemesanan, tingkat persediaan bahan baku, lead time, serta kebijakan-kebijakan dalam pengendalian persediaan bahan baku.

3.3.2 Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Tujuan dari analisis kuantitatif ini adalah untuk menentukan waktu pesan yang tepat dan kuantitas pesanan yang optimal. Dengan demikian diharapkan

Gambar

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) Tahun 1994-2004    (000 ton)  Tahun  Produksi Nasional   Impor   Ekspor   Konsumsi Nasional
Gambar 1. Biaya Persediaan  Sumber: Rangkuti, 2004
Tabel 2. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP  Periode  Kebutuhan  Lama Penyimpanan
Gambar 2. Penggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi Operasi  Sumber: Assauri, 1999
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas model pembelajaran matematika melalui pembelajaran berbasis metakognitif. Penilaian efektivitas model ini

Pekanbaru dibandingkan dengan.. JOM Fekon Vol. Sedangkan kemampuan daerah yang dilihat dari perspektif pengeluaran dicerminkan dari rata-rata nilai rasio indeks

Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa faktor norma subjektif PNS berpengaruh positif terhadap sikap PNS untuk melakukan whistle-blowing. Sesuai perhitungan,

Dari pengolahan data struktur mikro dengan metode point counting didapatkan bahwa di bagian weld metal sudut bevel 60o memiliki fasa ferrite terendah yaitu 33.11% dan juga

Kemudian adanya suku bunga yang tidak menentu pada masing-masing koperasi sehingga seakan-akan prinsip kekeluargaan hilang dan seolah-olah menjadi lahan untuk mencari

Google pun tak kalah produktif dari beberapa perusahaan di atas, Produk yang satu ini menjadi primadona baru dalam dunia Arsitektur di dunia, karena kemudahan penggunaan dan

Buku yang ditulis Khalīfah itu dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam penelitian tesis ini, karena di dalam bahasannya ditemukan kajian kritik atas beberapa kitab tafsir

Setelah melakukan penelitian, dapat diambil simpulan pertama struktur cerita asal- usul nama desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan menggunakan teori struktur Ala