DESAIN INTERIOR
’’ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’
di SOLO
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Senirupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
Ragil Triananda C 0803024
FAKULTAS SASTRA DAN SENIRUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji di hadapan Dewan
Penguji
Disusun oleh
Ragil Triananda C 0803024
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Soepono Sasongko, M.Sn. Anung B Studyanto, S.Sn, MT NIP. 19570319 198903 1 001 NIP. 19710816 200501 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior
commit to user
iii PENGESAHAN
Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal 21 Januari 2011
Penguji :
Ketua Mulyadi, S.Sn, M.Ds ( )
NIP. 19730702 200212 1 001
Sekretaris Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, MT ( )
NIP. 19770612 20012 2 003
Penguji I Drs. Soepono Sasongko, M.Sn. ( )
NIP. 19570319 198903 1 001
Penguji II Anung B Studyanto, S.Sn, MT ( )
NIP. 19710816 200501 1 001
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Desain Interior
Drs. Rahmanu Widayat, MSn. NIP. 19621221 199201 1 001
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
commit to user
iv
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir
berjudul “ Desain Interior Rockustik Cafe and Music di Solo ’’ adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan)
dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan
gelar Sarjana yang telah diperoleh.
Surakarta, 01 Februari 2011
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1. Papa Mamaku tercinta
2. Semua teman yang membantu TA ku
3. Semua rekan-rekan rock n blues seluruh indonesia
4. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS
commit to user
vi …Lakukanlah semuanya dengan
pemikiran matang dan hati yang
ikhlas…niscaya akan menghasilkan
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis
mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir dengan judul Desain Interior Rockustik Cafe and Music
Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi
oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini
penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa.
3. Drs. Soepono Sasongko, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah
Tugas Akhir.
4. Anung B.Studyanto, Ssn, M.T selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir.
5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir
6. Mulyadi, S.Sn, M.Ds selaku Ketua sidang Tugas Akhir.
7. Mulyadi, S.Sn, M.Ds dan Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, M.T selaku Penguji
sidang Tugas Akhir.
8. Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, M.T. selaku Pembimbing Akademik.
9. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
10.Ibu dan Bapak, atas semua doa dan dukungannya selama ini…maaf pabila
terlalu lama study-nya..matur nuwun sanget…
commit to user
viii
mancing mania, Oscar cagak ting) serta semua sahabat-sahabat, yang selalu
memotivasi penulis untuk selalu bersemangat dalam menjalani hidup sekarang
dan selamanya. Jadikan blues sebagai pedoman hidupmu..
14.Semua sahabat-sahabat Desain Interior angkatan 2003 pada khususnya,
angkatan-angkatan yang lainnya pada umumnya. Terima kasih,
sahabat-sahabat. Berkat doa serta dukungan kalian, akhirnya sampai juga pada titik
sekarang ini.
15.Semua kawan-kawan beserta tim yang telah membantu dengan baik mulai dari
proses awal, proses pengerjaan, hingga proses akhir Tugas Akhir ini. Terima
kasih sekali kawan. Allah SWT akan membalas kebaikan kalian semua.
16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga
Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin.
Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat
menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir ini dari pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Surakarta, 01 Februari 2011
Penulis
commit to user
ix
DESAIN INTERIOR
“ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’
ABSTRAKSI
Ragil Triananda. C 0803024. 2011. Desain Interior Rockustik Cafe and Music di Solo Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang akan dibahas dalam Desain Interior Rockustik cafe and music ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior Rockustik Cafe and Music sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung Cafe? (2) Bagaimana mendesain interior rockustik cafe and music
dengan penataan sistem yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana mendesain interior rockustik cafe and music yang sesuai dengan karakter musik rock dengan pengaplikasian tema yang tepat?
Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior rockustik cafe and music memerlukan proses desain yang matang, mulai dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan hingga terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya diterapkan dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior rockustik cafe and music, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Tema yang dihadirkan dalam perancangan ini adalah “ROCK” dengan konsep one stop music service
commit to user
commit to user
xi
1. Sistem Pelayanan ... 14
2. Sistem Display ... 14
3. Prinsip Desain Sarana Penjualan ... 22
C.Organisasi Ruang ... 23
D.Tinjauan Khusus tentang Musik ... 24
1. Pengertian Musik ... 24
2. Perkembangan Musik di Indonesia ... 26
E. Standarisasi Interior ... 26
1. Sejarah singkat dan latar belakang ... 58
2. Site Area ... 58
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR ROCKUSTIC CAFE and MUSIC ... 66
commit to user
xii
E. Sistem Pelayanan ... 70
F. Organisasi Ruang ... 70
G. Hubungan Antar Ruang ... 72
H. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang ... 73
I. Besaran Ruang ... 75
J. Zoning dan Grouping ... 77
K. Sirkulasi ... 77
L. Konsep Desain ... 78
BAB V PENUTUP ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
commit to user
xiii
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Pola Pikir Desain ... 5
commit to user
Gambar 2.17 Daerah Frekuensi yang dapat ditangkap indera dengan manusia ... 47
Gambar 2.18 Reverberation time dengan volume aula ... 48
commit to user
xv
Gambar 3.11 VIP room ... 63
Gambar 3.12 Operator room ... 64
Gambar 3.13 Stage ... 64
Gambar 3.14 Stage ... 65
Gambar 4.1 Peta Solo dan Site Plan Perancangan ... 61
Gambar 4.2 Bagan Pola kegiatan Pengunjung ... 64
commit to user
xvi
Tabel 4.3 Lobby ... 73
Tabel 4.4 Dinning room ... 73
Tabel 4.5 Music shop ... 73
Tabel 4.6 Gallery ... 74
Tabel 4.7 Music studio ... 74
Tabel 4.8 Office ... 75
Tabel 4.9 Besaran ruang kegiatan penerimaan ... 75
Tabel 4.10 Besaran ruang music outlet ... 76
Tabel 4.11 Besaran ruang Café ... 76
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Musik merupakan salah satu yang bisa dibilang sebuah media dari apa
yang manusia rasakan. Apa yang manusia inginkan. Melalui musiklah,
manusia dapat mengeluarkan segala jengah di dalam otak. Dapat
mengeluarkan segala emosi yang selama ini terpendam.
Musik merupakan sebuah terapi, bagi mereka yang ingin merasakan
bagaimana hidup yang sebenarnya.
Terdapat sebuah kesimpulan, yang telah di ambil dari sebuah
penelitian. Bahwasannya watak, maupun kepribadian seseorang dapat sedikit
banyak terlihat dari jenis / genre dari musik yang terbiasa mereka dengar.
Seperti bagaimana watak sebenarnya orang pencinta musik bertempo pelan /
lambat. Bagaimana watak dari seseorang pecinta musik bertempo cepat/
keras. Atau bahkan bagaimana watak dari orang pecinta musik bergenre
ethnic.
Dalam hal ini ingin mengangkat sebuah genre musik, yaitu musik
rock dimana dari sudut pandang orang pada umumnya musik rock adalah
musik yang kental dengan pemberontakan, kekerasan dan anarkisme dengan
alunan beat yang keras ,tempo cepat dan cenderung berisik sehingga banyak
orang yang memandang miring music ini. Namun sebenarnya apabila dikaji
lebih dalam dan ada yang bisa mengolah dengan sentuhan yang dinamis,
harmonis dan soulfull maka musik ini akan terasa sangat nyaman untuk
dinikmati semua orang dan tentu saja tidak lepas dari pemain musiknya juga
atmosfer dari area itu sendiri.
Akhirnya ,lahirlah sebuah ide, gagasan atau boleh dibilang jawaban
dari sebuah paradigma orang-orang mengenai bagaimana bisa menikmati
alunan musik seperti yang telah dijelaskan di atas dengan tempat yang
nyaman, aman dan dengan fasilitas yang menunjang.
Mendengarkan musik kurang lengkap tanpa media, yang dimaksud
Rockustic café and music ingin memberi pengertian tentang
bagaimana menghargai hasil karya orang lain dan melestarikan, khususnya
karya cipta lagu dari sebuah nama band yang pernah besar dan tetap menjadi
legenda sepanjang masa yang mungkin sudah di lupakan atau mungkin sudah
bubar namun namanya masih eksis sampai sekarang, seperti The Who,
Genesis, The Beatles, The Police, The Rolling Stones dan masih banyak lagi.
Bagi orang-orang yang benar-benar mengerti dan menghargai, mereka
dengan sendirinya akan mencari sesuatu yang berbau dengan idolanya.
Disini, di Rockustic café and music menawarkan sebuah konsep
penjualan merchandise music yang paling komplit dan juga CD dan kaset pita
dimana sekarang ini kaset pita sangatlah jarang ditemui di pasaran, dan yang
menjadi sesuatu yang unik disini adalah karena kaset-kaset pita second dari
band-band rock tempo dulu akan menjadi prioritas dalam penjualan dari
outlet ini walau tetap ada produksi kaset pita atau CD baru dari band lama
atau baru namun tetap pada konsep, yaitu music rock yang paling dominan.
Juga pengunjung dapat menikmati serta melihat didalam gallery
barang-barang bersejarah(original maupun replica) dari musisi-musisi kelas dunia
yang tentunya sudah menjadi legenda hidup maupun yang masih berkiprah di
dunianya.
Masih dalam lingkup yang sama, bagi sebagian orang, sosok idola
dalam hal ini pada khususnya adalah sosok sang legenda atau artis rock yang
mempunyai peran besar dalam perkembangan dunia musik yang juga
memberikan kontribusi yang sangat berpengaruh bagi penggemarnya. Hal ini
menjadikan banyak sekali orang yang terinspirasi dengan sang idola bahkan
mungkin ingin menjadi penerusnya.
Dengan sebuah karya jugalah aspirasi mereka didengarkan , maka dari
galeri dan café ada juga studio musik lengkap dengan operator room dengan
standart yang memadai. Sehingga pengunjung (khususnya yang mempunyai
hobi bermusik) dapat langsung take/record karya atau lagu pribadi.
B. Batasan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas maka perancangan rockustik
café and music ini dibatasi pada area yang berhubungan langsung dengan pengunjung ,yaitu lobby, café, musicgallery, music shop dan music studio
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music sebagai sarana
informasi, edukasi, rekreasi dan hiburan yang inspiratif bagi pengunjung?
2. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music dengan penataan yang menarik dengan tidak meninggalkan aspek keamanan
materi dan kenyamanan pengunjung?
3. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music yang sesuai dengan karakter musik rock dengan pengaplikasian tema yang tepat?
D. Tujuan
Menyediakan wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, menyalurkan
hobi bermain musik berbelanja (kaset/CD/DVD dan fashion figure band
legenda atau merchandise dan juga alat musik) sesuai selera serta untuk penikmat music live, khususnya musik dengan genre rock
E. Sasaran
1. Sasaran pengunjung:
Masyarakat umum semua kalangan
2. Sasaran perancangan desain:
a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
aktivitas secara fungsional pada rockustik café and music
Café and music
b. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam
proyek perencanaan dan perancangan interior, terutama bagi para
pecinta musik rock, dengan menerapkan ide-ide dan gagasan-gagasan
yang ada.
2. Bagi Dunia Akademik
a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah café dengan
karakteristik yang menonjol.
b. Menambah salah satu bentuk perkembangan interior baru di dalam
dunia akademik.
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang musik rock itu
sendiri.
b. Dapat menjadi sebuah sarana hiburan, tempat pembelajaran, informasi,
G. POLA PIKIR PERANCANGAN
desain interior rockustik café and music
Skema 1.1 Pola Pikir Desain
H. METODOLOGI PEMBAHASAN
1. Bentuk Penelitian
Dalam menyelesaikan proses Desain Interior Rockustik cafe and
music di Solo metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
yang memusatkan pada pendekatan sejarah (approach historical). Dimana
dalam bentuk penelitian ini lebih mengutamakan pengumpulan data berupa
kata – kata / kalimat / gambar yang memiliki arti lebih kaya daripada
dibutuhkan dalam perancangan ini.
b. Arsip dan Dokumen Visual
Dalam hal ini, belum ada buku yang khusus berisi tentang sejarah dan
perkembangan musik rock di Indonesia. Oleh karena itu, arsip dan
dokumen yang dijadikan literatur adalah tulisan, artikel dalam tabloid,
majalah hingga blog yang berhungan dengan sejarah dan perkembangan
musik rock di Indonesia. Disamping itu juga mempergunakan
buku-buku standar internasional misal Time Saver Standart For Building
Types (Joseph de Chiara),Neufert Architect Data dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa dijadikan
referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang berkaitan
dengan proyek desain ini, terutama dalam bidang interior, misalnya
tentang sistem display, keamanan, pencahayaan, dan sebagainya.
Dengan mempergunakan alat bantu berupa kamera foto, alat tulis, dan
sebagainya.
b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing )
Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open – ended dan
mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini dilakukan
pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan data
yang rinci dan mendalam.
c. Content Analisis
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang
4. Validitas Data
Untuk menjamin data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
validitas datanya dilakukan dengan metode “Trianggulasi Data“ yaitu
mempergunakan sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data
yang sejenis / sama. ( HB, Sutopo. 2000 : 34 ). Dengan demikian
kebenaran data akan teruji oleh data yang diperoleh dari sumber lain.
5. Analisa Data
Model Analisa Data yang digunakan adalah analisis interaktif.
Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi. Reduksi data dilakukan
sejak proses pengumpulan data belum berlangsung diteruskan pada waktu
pengumpulan data dan bersamaan terjalin dengan dua komponen yang
lain. Tiga komponen tersebut masih mengalir dan tetap saling menjalin
pada waktu kegiatan pengumpulan data berakhir. Ketiga komponen
tersebut saling berinteraksi sebagai sebuah siklus dalam pengumpulan
data. ( HB,Sutopo, 2000 : 40 )
Skema 1.2 : Model analisa interaktif
Sumber : ( Metodologi Penelitian Kualitatif, H.B. Sutopo,2002 : 96 ) Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
meliputi metode sistematika pembahasan.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior
rockustik café and music di Solo , yang meliputi pembahasan teori tentang
ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian,
fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior,
sistem keamanan, sistem penyajian dan display pameran serta
pertimbangan desain.
3. BAB III STUDI LAPANGAN
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar
acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan
pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa data.
4. BAB IV DESAIN INTERIOR ROCKUSTIK CAFÉ AND MUSIC di SOLO
a. Analisis Eksisting
1) Analisa lingkungan (keluar) termasuk di dalamnya view, akses,
arah cahaya, dan lain - lain.
2) Analisa Interior termasuk di dalamnya akses, sirkulasi dan human
dimension.
b. Programing
1) Status Kelembagaan Proyek.
2) Struktur Organisasi.
3) Sistem operasional
4) Kegiatan
5) Fasilitas Pengisi Ruang
6) Fasilitas Ruang
8) Sistem sirkulasi
9) Hubungan Antar Ruang
10)Zoning dan Grouping
c. Konsep Perancangan
1) Ide dasar
a) Paradigma, slogan, dan lain - lain
b) Bentuk
c) Suasana
2) Tema
a) Sebagai pemecahan masalah
b) Sebagai dekorasi
3) Aspek suasana dan Karakter Ruang
4) Aspek penataan ruang/lay out
a) Sistem sirkulasi dan organisai ruang
5) Aspek Pembentuk Ruang
6) Aspek bentuk, bahan dan warna
7) Interior sistem (pencahayaan, penghawaan, akustik)
8) Sistem keamanan (kebakaran dan keamanan )
9) Aksesbilitas (fasilitas )
5. BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
Merupakan kesimpulan dari proses analisis yang sekaligus
merupakan konsep Desain Interior rockustik café and music di
Solo
b. Daftar pustaka
commit to user
1
a. Café (in Eroupe) place where the public may buy and drink coffe,
beer, wine, spirits,etc.
Café ( di Eropa ) adalah tempat di mana masyarakat umum boleh
membeli dan meminum kopi, bir, anggur, minuman ringan, dan lain –
lain.
b. Café dapat diartikan sebagai restoran, rumah makan, warung kopi.
c. secara garis besar café diartikan sebagai restoran kecil yang menjual
cakes ( kue – kue ), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan
makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.
d. sedangkan café secara etimologi berasal dari kata kahve dalam bahasa
Turki, yang artinya coffe dalam bahasa inggris atau kopi dalam bahasa
Indonesia. Café merupakan tempat minum kopi dan makan makanan
ringan serta dikemas dalam desain interior yang sederhana.
2. Sejarah café dan perkembangannya
Café pertama kali didirikan di Constantinopel pada tahun 1550.
kemudian pada tahun 1672 seorang bernama Pascal berkebangsaan
Armenia menjual minuman kopi dalam kedai di arena pameran Saint –
Germany, Paris. Dari sana ia memperkenalkan dan meneruskan jenis
usahanya ke berbagai negara Eropa. Kemudian eksistensi café terus
berkembang sehingga pengertian café sudah agak berubah. Polai – Royal,
Grand Boulevard, Left Bank, serta Bougnats adalah café – café yang
dibuat dalam nafas modern mengikuti perkembangan zaman. Koran,
catur kartu disediakan di café tersebut sebagai fasilitas tambahan. Bahkan
pada zaman Revolusi Perancis café dijadikan sebagai ajang untuk
Disamping café – café yang didesain dalam nafas modern, ada
juga beberapa café yang tetap mempertahankan keasliannya sesuai
dengan konsep dasar awal didirikannya café yaitu menjual kopi dan
makanan sederhana terutama di Inggris. Sedangkan bicara mengenai
perkembangan café di Indonesia sendiri sejak lama memang kedai –
kedai rumah makan tumbuh bersama perkembangan kegiatan perjalan
orang untuk bergadang, beranjang sana maupun wisata.
Dari yang semula café hanya menyediakan kopi dengan makanan
ringan, mulai berkembang mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan
menyajikan menu lain dan fasilitas lain sesuai selera pasar.
3. Kegiatan pada café
Karena merupakan sejenis restaurant kecil maka kegiatan pada
café sama dengan restaurant, yaitu :
a. Kegiatan pengelola
Kegiatan di awali dengan merencanakan menu yang akan dihidangkan
samapai dengan perencanaan biaya dan perhitungan administrasi
penjualan.
b. Kegiatan Konsumen
Konsumen merupakan individu – individu yang memanfaatkan jasa,
sehingga di sebut juga pembeli. Adapun kegiatannya meliputi :
Datang, duduk, memesan makanan atau minuman, selesai, membayar,
keluar.
c. Kegiatan atau aktifitas barang
Aktifitas barang terdapat beberapa jenis penyaluran barang, yaitu :
bahan mentah, bahan jadi, dan barang yang harus dibuang/sampah.
4. Fasilitas café , antara lain :
a. Table Set ( dinning room)
b. Area Pengunjung
c. Kasir
5. Sistem pelayanan
Sistem pelayanan akan kebutuhan makan dan minum bagi para
pengunjung terdapat beberapa jenis system pelayanan, antara lain :
a. Table service
Yaitu jenis pelayanan atau servis yang sudah lama ada dan
merupakan jenis pelayanan tertua diantara jenis pelayanan yang lain.
Pada system ini pelayan memberi daftar menu makanan dan
pengunjung menulis pesanan yang akan di bawa ke bagian kitchen dan
kasir. Makanan sudah tesedia dalam piring ( diolah di dapur ) dan
tinggal disajikan ke meja pengunjung. Pembayaran bisa langsung ke
kasir atau lewat pelayan.
b. Counter service
Pada sistem ini tamu tidak mengambil sendirian hidangan yang
disediakan, tetapi terlebih dahulu memesan makanan dan minuman
yang tersedia di counter. Kemudian pelayan mengantar pesanan
tersebut ke meja pemesan. Tamu dapat memilih makanan atau
minuman sesuai dengan selera dan sudah tersedia pada counter. Jenis
ini merupakan servis informal dan banyak terdapat di café – café,
coffe shop, snack bar dan lain – lain. c. Tray service
Merupakan penyajian makanan dan minuman dengan
menggunakan nampan atau baki. Dimana pengunjung langsung
memesan kepada pelayan dan pelayan langsung menyajikan
Gambar 2.1 Antrophometri pelayanan pramusaji
(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior)
ke kasir untuk pembayaran.
b. Self Selection (Swa Seleksi)
Adalah jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat
memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian
dengan dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk
pemabayaran.
c. Personal
Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk
pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun
pengambilan produk. Dalam system ini, dari proses pemilihan,
pengambilan sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga
sepenuhnya.
2. Sistem Display a. Serambi Pamer
Untuk menarik perhatian, pada Area Penjualan biasanya
dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang
dengan mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi pamer
dapat memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut tentu saja
berhubungan dengan berbagai ide dan harga.
b. Display Interior
Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan
display interior menjadi
1) Merchandise Display, meliputi
a) Display terbuka (Open Display)
Merupakan bentuk display yang memberikan
kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang dagangan
b) Display Tertutup ( Closed Display)
Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam
almari dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah
terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga
kondidi siap jual.
c) Display Arsitektural (Architectural Display)
Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna
menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai
dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur,
kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya
adalah dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat
peragaan dalam display ini.
2) Vendor Display
Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat
penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.
3) Store Sign and Decorations
Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah /
harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa.
( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 : 468)
c. Perlengkapan Display
Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa
etalase dan show room.
1) Macam-macam Etalase.
a) Etalase Sistem Terbuka.
Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan
ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan
interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang
Gambar 2.3 Etalase sistem terbuka (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
b) Etalase Sistem Tertutup
Etalase mempunyai pembatas antara ruang display
dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat,
dan mempunyai pandangan visual lebih terfokus.
Gambar 2.4 Etalase sistem tertutup (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
c) Etalase Khusus
- Etalase Sudut
Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di
persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.
- Etalase Atas
Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari
bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan
reklame.
Gambar 2.6 Etalase atas (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
- Etalase Benam
Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih
rendah daripada lantai disekitarnya.
Gambar 2.7 Etalase benam (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
- Etalase bertingkat
Etalase penggabungan antara etalase atas dan atalase
benam dan lebih lagi dengan system etalase terbuka. Sudut
Gambar 2.8 Etalase bertingkat (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
- Etalase Arcade
Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan
yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang
sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien.
Gambar 2.9 Etalase arcade (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)
2) Macam-macam display
a) Vitrine
Menggunakan pelindung tertutup (vitrine) untuk
benda-benda yang berdimensi kecil maupun yang sedang. Penggunaan
vitrine pada area penjualan koleksi tetap membutuhkan
Gambar 2.10 Vitrine
(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
b) Tempel dan Panil
Panil digunakan sebagai tempat memamerkan materi
koleksi dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area
penjualan.
Gambar 2.11 Tempel dan Panil (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
c) Sistem gantung
Khususnya untuk koleksi materi fashion yang bersifat ‘
fancy’. Kelemahan system ini ialah penataan terlihat kurang
Gambar 2.12 Sistem Gantung (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
d) Island Display
Produk-produk terbaru, sebagai point of interest dari
ruang, karena posisinya yang sentries dan lebih ‘hidup’ sehingga
dapat mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung.
Gambar 2.13 Island Display (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
e) Table Fixture
Sebagai wadah display khususnya accessories seperti
Gambar 2.14 Table Fixture (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
f) Cases Fixture
Rak terbuka atau transparan sebagai wadah display
barang-barang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.
Gambar 2.15 Cases Fixture
(Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
g) Box Fixture
Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan
fashion seperti payung, scraf dan lain sebagainya.
h) Panel Fixture
Penyajian khusus millineries seperti ikat penggang, dasi
Gambar 2.16 Panel Fixture (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)
3. Prinsip Desain Sarana Penjualan
Desain sarana Penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan.
Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih
menarik perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan
melemahkan penjualan. (William P. Spence, 1979 : 412)
Penampilan materi selain dipengaruhi factor teknis, juga
dipengaruhi factor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat /
Dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :
a. Ukuran materi
b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer
c. Warna cahaya yang melatari
d. Kontras benda dengan latar belakang
C. Organisasi ruang
Alternatif Karakter/Kaidah Penerapan
Linear Bersifat fleksibel, terdiri dari
ruang yang berulang dalam
hal ukuran dan fungsi dari tiap
ruang disepanjang deretan
tersebut memiliki hubungan
dengan ruang luar
Massa bangunan
disusun berbaris
Radial Memadukan unsur-unsur pola
terpusat dan linear dengan
ruang-ruang pusat yang
dominan dan pola-pola linear
yang berkembang menjadi
jari-jarinya
Massa bangunan
menyebar dari satu
titik pusat massa
sebagai sentral
Cluster Menggabungkan ruang-ruang
yang berlainan bentuk tapi
bersifat kegiatan yang sama
dan berhubungan satu sama
yang lain berdasarkan
penempatan & ukuran visual
seperti sumbunya
Massa bangunan
disusun berkelompok
sesuai dengan kegiatan
yang serupa
Memusat Bentuk stabil merupakan
komposisi terpusat yang
terdiri dari sejumlah
ruang-ruang sekunder yang
dikelompokkan mengelilingi
sebuah ruang pusat yang besar
dan dominan
Massa bangunan
disusun mengelilinggi
pusat massa
a) Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya
b) Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau
kumpulan dan disajikan sebagai musik
c) .Musik adalah seni memadukan suara dalam melodi dan harmoni
untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.
Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan
mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme
(E.M. Horsley, Hutchison’s New 20th century enclycopedia, London 1980)
Rock adalah salah satu aliran musik yang berirama keras.
Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir semua
musik pop sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll,
adalah perpaduan dari berbagai genre di akhir 1940-an, dengan
musisi-musisi seperti Chuck Berry, Bill Haley, Buddy Holly, dan Elvis Presley.
Hal ini kemudian didengar oleh orang di seluruh dunia, dan pada
pertengahan 1960-an beberapa grup musik Inggris, misalnya The Beatles,
mulai meniru dan menjadi populer.
Musik rock kemudian berkembang menjadi psychedelic rock,
kemudian menjadi progressive rock. Beberapa band Inggris seperti The
Yardbirds dan The Who kemudian berkembang menjadi hard rock, dan
kemudian menjadi heavy metal. Akhir 1970-an musik punk rock mulai
berkembang, dengan kelompok-kelompok seperti The Clash, The
Ramones, dan Sex Pistols. Di tahun 1980-an, rock berkembang terus,
terutama metal berkembang menjadi thrash metal, glam metal, death
Didalam music rock terjadi banyak perkembangan aliran lagi,
sebagai salah satu contoh aliran yang sangat dikenal adalah Progressive rock atau sering disingkat prog adalah jenis musik yang mulai
berkembang pada akhir dekade 60-an dan mencapai masa jayanya di
tahun 70-an, menggabungkan elemen-elemen dari rock, jazz dan musik
klasik. Kadang pengaruh dari blues dan musik tradisional juga terasa.
Berawal dari eksperimentasi musisi rock saat itu, diinspirasi oleh
The Beatles dan The Beach Boys mereka mulai menggabungkan musik
tradisional, musik klasik dan jazz ke dalam komposisi mereka. Beberapa
band progressive rock terkemuka adalah Yes, King Crimson, UK, Pink
Floyd dan Genesis dari sekitar tahun 1969, Rush dari tahun 70-an dan
Marillion, Dream Theater dari 80-an.
Seperti halnya aliran-aliran musik yang lain, adalah sangat sulit
untuk mendefinisikan musik rock progresif secara tepat. Karena inilah
terdapat banyak perdebatan mengenai apakah satu kelompok musik prog
atau tidak. Namun ada beberapa ciri khas musik prog yang biasanya
dapat ditemui dalam karya-karya musisi prog. Di antaranya adalah ritme
yang tidak konvensional (bukan 4/4 atau sinkopasi), penguasaan alat
musik yang mahir dengan permainan solo yang rumit, dan lagu-lagu yang
panjangnya melebihi normal (lebih dari 5 menit, biasanya sekitar 12-20
menit atau bahkan lebih panjang).
Banyak grup progressive rock yang menerbitkan satu album
dengan lagu-lagu yang bertemakan sama atau sambung-menyambung
menceritakan satu cerita (disebut album konsep). Contoh-contoh album
konsep di antaranya adalah Metropolis 2: Scenes from a Memory dari
Dream Theater dan The Lamb Lies Down on Broadway dari Genesis.
Banyak pula group musik progressive saat ini yang mulai keluar dari
stigma musik progressive sebagai genre dan kembali ke pemikiran inti
musik progressive sebagai pandangan yang amat sangat kuat dipengaruhi
perkembangan dan menjadi beraneka ragam bentuknya. Jenis musik di
Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang dapat digolongkan menjadi
beberapa kategori, yaitu ;
a) Budaya Musik Etnik
b) Musik Perjuangan dan Lagu Perjuangan
c) Musik Baru dalam Idiom Tradisi Barat
d) Musik Baru bersumber dari Unsur Etnik
e) Musik Baru berlatar belakang Indonesia & Barat
f) Musik yang bertolak dari suatu Estetika Musik Kontemporer
Barat
g) Musik popular yang berasal dari proses Akulturasi antara
berbagai tradisi
h) Pop, Rock, Jazz yang berorientasi ke Barat
(Dieter Mack, 1991)
E. Standarisasi Interior 1. Unsur Ruang
a. Lantai
Batasan pengertian lantai adalah : (Pamuji Suptandar, Desain
Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain
dan Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1990 : 123)
1) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dasar
ruangan dimana aktifitas manusia dilakukan diatasnya dan
mempunyai sifat /fungsi ruang.
2) Sebagai pembatas ruang antara tingkat satu dengan tingkat
Biasanya ruang umum akan meliputi luas lantai yang cukup
besar untuk penanganan peranannya secara efisien. Luas lantai
merupakan permulaan masalah karena menyangkut juga soal volume
dan efeknya dipengaruhi oleh panjang, lebar, ketinggian bahan dan
warna. Warna lantai yang gelap akan menjadikan ruang akan tampak
lebih kecil. Warna yang formal menjadikan ruangan tampak agung.
Begitu juga warna yang ringan akan menjadikan ruang menjadi
tampak lebih luas.
Bentuk Lantai auditorium mempengaruhi rangkaian sumber
bunyi-jejak-transmisi-penerimaan. Bentuk lantai auditorium
biasanya mengambil salah satu atau kombinasi bentuk – bentuknya.
Selain dilihat fungsinya, lantai untuk sebuah gedung
pertunjukan harus memperhatikan penggunaan – penggunaan bahan.
Dipilih bahan yang tidak licin karena banyak evaluasi pada setting
area. Yang perlu diingat bahan tersebut mudah dibersihkan
mengingat jangka waktu pemakaian dan keluasan ruang. Dalam
perencanaan lantai dalam gedung pertunjukan perlu diperhatikan :
1) Fungsi lantai
2) Sifat lantai
3) Karakter lantai
4) Konstruksi lantai
Bentuk lantai dan penjelasannya
1) Lantai Empat Persegi
Adalah bentuk lantai yang histories dengan unsure tradisi
yang menonjol dan masih banyak digunakan dengan berhasil.
Pemantulan silang antara dinding – dinding sejajar
menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada suatu segia
akustik ruang.
2) Lantai Bentuk Kipas
Bentuk lantai kipas membawa penonton lebih dekat ke
sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon.
adalah kotak – kotak yang berhubungan (ring of boxes) yang
satu di atas yang lain. Walaupun tanpa lapisan permukaan
penyerap bunyi, menyediakan RT (waktu dengung) yang
relative pendek yang cocok untuk bagian – bagian yang cepat
dari opera Eropa, tetapi terlalu pendek untuk pagelaran orkestra.
4) Lantai Bentuk Tak Teratur
Bentuk ini membawa penonton sangat dekat dengan
sumber bunyi. Bentuk ini dapat menjamin keakraban akustik
dan ketegasan karena permukaan yang digunakan untuk
menghasilkan pemantulan – pemantulan dengan waktu
tundasingkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam
keseluruhan rancangan arsitektur.
5) Lantai Bentuk Lengkung
Bentuk ini biasanya dihubungkan dengan atap kubah
yang sangat tinggi. Kecuali diatur secara akustik, dinding –
dinding melengkung dapat menghasilkan gema, pemantulan
dengan waktu tunda yang panjang dan pemusatan bunyi.
Kesemuanya berperan pada RT (waktu dengung) yang sangat
panjang. Maka dari itu lantai melengkung harus dihindari.
(Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 95). Denah tak
teratur memberi kesempatan untuk distribusi elemen – elemen
penyerap secara acak dan permukaan permukaan tak teratur
yang difusif. Hubungan daerah penonton dan panggung
memungkinkan rancangan dalam lingkup yang lebar
menyebabkan makin terpenuhinya beberapa persyaratan akustik
musik. Dari sudut pandang akustik, sampai sekarang bentuk
dimanfaatkan. Untuk sudut kemiringan, lantai dibuat dengan
system berundak untuk memperoleh sudut pandang penonton
yang baik. Untuk tinggi titik mata 1120 mm, lebar tangga
panggung tempat duduk (jarak deretan) bebas mnimum /baris,
diasumsikan bahwa penonton dapat melihat diantara kepala
penonton di depannya C2 = 130 mm, memungkinkan rata – rata
penonotn di depannya (Ernest Neufert, Arsitek Data, 1984, : 125).
Persyaratan dan Fungsi Lantai
Dengan adanya perkembangan yang semakin pesat
melahirkan suatu teknologi sehingga kemudahan dan kecermatan
pemasangan bahan lantai sesuai dengan yang diharapkan. Sekarang
telah banyak ditemukan teknik konstruksi lantai untuk lantai pentas.
Sebenarnya ada 3 prinsip yang perlu menjadi pertimbangan kita
selain masalah kelenturan dan daya pantul, maka ketiga prinsip itu
adalah :
1) Pertama ; lantai yang baik hendaknya dibuat dari kayu atau
papan kayu yang kering dengan kerangka balok silang yang
ditata diatas lantai semen.
2) Kedua ; pemakaian konstruksi yang cukup kuat seperti apa yang
diterapkan pada system konstruksi untuk industri dengan
keangka kasok yang dipasang mendasar (mill constructions).
3) Ketiga ; menerapkan system pasak dan berpegas yang dipasang
secara sempurna (webbing system),ini dimaksudkan untuk
mendapat daya sangga kelenturan secara optimal dari berbagai
sisinya.
Ketiga prinsip tersebut sebenarnya ditentukan atas dasar
beberapa pengamatan dan esperimentasi yang kemudian
menghasilkan satu criteria seperti tadi. Seorang ahli yang melakukan
pengamatan khusus tentang masalah ini ; Dan Peterson, menyatakan
bahwa karakter lantai kayu dengan kerangka sangat ideal untuk
kebutuhan aktifitas yang dinamik seperti gerakan – gerakan tari.
ruang baik sebagai unsure penyekat, pembagi ruang maupun sebagai
unsure dekorasi. Dari sisi fisika bangunan, dinding mempunyai
fungsi :
1) Pemikul beban
2) Fungsi penutup atau pembatas ruangan baik visual maupun
akustik
3) Menghadapi alam luar dan dalam ruangan
Fungsi dinding terbagi menjadi dua bagian :
1) Fungsi struktural, misalnya :
- , yaitu untuk menahan tepi /tumpukan tanah.
- , yaitu menop ng balok – balok lantai,
atap dan lain – lain.
- , yaitu menopang balok – balok lantai
pertama.
2) Fungsi Non Struktural
- , sebagai pemisah dua bangunan dan bersandar
pada masing – masing bangunan.
- , sebagai pelindung pancaran api dari kebakaran.
- , sebagai pengisi suatu konstruksi yang
kaku seperti konstruksi rangka baja dan sebagainya.
- , untuk pemisah dan pembentuk ruang yang
lebih besardalam ruangan. (Pamudji Subtandar, Desain
Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa
Desain dan Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1990 : 146)
Pengolahan dan pengaturan kualitas akustik yaitu dengan
langit dengan mengaturan kemampuan penyerapan dan pantulan
bunyi.
Menurut Leslei L. Doelle dalam Akustik Lingkungan
disebutkan bahwa dalam pemilihan konstruksi dinding dan tiga
factor yang perlu diperhatikan.
1) Tingkat bising yang ada atau diduga ada di daerah sumber bunyi
atau ruang bunyi
2) Tingkat bising latar belakang yang dapat diteima diruang
penerimaan
3) Kemampuan dinding yang dipilih untuk mereduksi bising luar
menjadi level yang dapat diterima
Dinding dibangun secara vertical dan horizontal efektif
sekelilingnya antara elemen – elemennya dan sekeliling bukaan
tombol dan lain – lain. Dinding dibangun dari papan structural atau
bila dikaitkan pada langit – langit gantung maka langkah yang
diambil untuk perbaikan akustik pada bagian – bagian yang hilang
yaitu diatas langit – langit gantung. (Leslei L. Doelle, Akustik
Lingkungan, 1986 : 183)
c. Langit – Langit
Ditinjau dari segi fungsinya, langit – langit memiliki berbagai
fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan unsure – unsure
pembentuk ruang yang lain seperti lantai dan dinding sebagaimana
disebutkan oleh Pamudji Suptandar sebagai berikut :
1) Langit – langit berfungsi sebagai peredam suara (akustik)
dengan ditunjang oleh lantai dan dinding. Misalnya pada cafe
dengan pemasangan bidang – bidang semu yang dapat
meningkatkan pemantulan secara langsung.
2) Langit – langit merupakan ruang (rongga) untuk pelindung
berbagai instalasi, ducting AC, kabel listrik gantungan armature,
loudspeaker, dan lain – lain. (Pamudji Suptandar, Desain Interior :
dan sebagainya.
Langit – langit gantung yang diletakkan pada lantai structural
banyak menyumbang pada insulasi bunyi lantai terhadap bising di
udara dan bising benturan. Untuk menambah daya gemanya, Leslei
menjelaskan sebagai berikut :
1) Selaput langit – langit harus mempunyai berat tidak kurang dari
5 lembar per lift persegi (25 kg/m2). Bila selimut penyerap (mineral wool atau glass wool) digunakan ruang udara diatas
langit – langit berat selaput dikurangi.
2) Selaput langit – langit tidak terlalu tegak.
3) Jarak langsung transmisi bising lewat langit – langit harus
dihindari dengan menggunakan selaput padat atau kedap suara.
Celah antara langit – langit dan bangunan atau kerangka
sekelilingnya harus dtutup untuk menghndari penembusan lewat
jejak langsung di udara. (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 :
187)
F. Interior Sistem 1. Pencahayaan
a. batasan Pengertian Pencahayaan
Untuk masalah pencahayaan, akan lebih jelas kiranya bila
ditelaah terlebih dahulu pengertian dari pencahayaan itu sendiri.
Cahaya merupakan P.J.M.Van der Maijs diartikan “sebuah
pancaran elektromaknetik yang terlihat oleh mata” [P.J.M. Van der Meijs,Fisika Bangunan. Erlangga, Jakarta, 1983, Hal:96]. Sedangkan
M.Echolas and Hasan Shadily,An Indonesia English Dictonary
Gramedia ,Jakarta,1980, Hal : 386]
Illuminasi atau penerangan adalah kepadatan terang yang
mengalirkan energi pada suatu permukaan (The density of luminous
flow of energy on surface) (Arnold Friedmann,F.Pile and F.Wilson ,
Interior Design, Elsevier, New York, 1977, hal:337). Dapat diartkan “
kepadatan fluks cahaya persatuan luas yang diterangi secara seagam
pada suatu permukaan “ (Kusudiarso Hdinoto, Standart Penerangan
Buatan di dalam Gedung-gedung, Dirjen Cipta Karya, Bandung, 1978, Hal
:2)
Prinsip yang diambil dari beberapa pengertian pencahayaan
dan illuminasi di atas yaitu penerapan cahaya pada suatu permukaan
atau obyek yang dipantulkan ke mata sehingga menyebabkan terang.
Pencahayaan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena selain
menerangi obyek, juga dapat menunjang aktifitas manusia terutama
dimalam hari maupun pada siang hari dari keadaan gelap.
b. Tinjauan Perencanaan Pencahayaan Secara Kuantitas.
1) Macam Pencahayaan.
Dalam kehiduoan sehari-hari ada dua macam pencahayaan
yaitu pencahayaan alam ( Natural lighting) dan pencahayaan buatan
(Artifical lighting). Dalam beberapa hal , fungsi kedua macam
pencahayaan tersebut tidak dapat dipisahkan.
a) Pencahayaan alam (Natural Lighting)
Yang dimaksud pencahayaan alam disini yaitu
pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar bualn dan
sumber-sumber lain dari alam misallnya fosfor dan sebagainya.
Sumber pencahayaan alam yang biasa digunakan untuk
perancangan ruang dalam pada umumnya adalah sinar
matahari. Sinar matahari tersebut dapat diperoleh secara
langsung maupun tidak langsung. Pencahayaan langsung
- Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan.
- Sinar matahari refleksi luar, yatu hasil pantulan cahaya
dari benda-benda yang berdiri diluar bangunan dan
masuk kedalam ruangan melalui lubang jendela atau
lubang cahaya lainnya.
- Sinar matahari refleksi dalam, yaittu hasil pantulan
cahaya dari benda-benda yang dekat sekitar bangunan
maupun benda-benda dan elemen ruangan itu sendiri.
Dalam hal tersebut jika diinginkan untuk mendapatkan
jalannya sinar matahari yang sehat dan tetap bertahan adalah
melalui jendela. Sehingga bangunan dirancang dengan
jendela-jendela atua pintu-pintu yang diarahkan pada jalannya
matahari.
b) Pencahayaan Buatan
Dalam interior suatu bangunan banyak memanfaatkan
cahaya buatan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dalam
ruang. Yang dimaksud pencahayaan buatan yaitu pencahayaan
yang berasal dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya
lilin, sinar lampu dan lain-lain.
Biasanya cahaya buatan dipergunakan jika cahaya
alami tidak memadai untuk dipakai melihat pekerjaan yang
diinginkan dan jika dipentingkan untuk mengendalikan warna
cahaya pada suatu pekerjaan tertentu.
Jadi pencahayaan buatan adalah hasil ciptaan yang
dalam interior dimanfaatkan untuk menciptakan
kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan kehendak dan fungsi ruang.
untuk menunjang kegiatan sehari-hari dan memberi keindahan
dalam desain suatu ruang. Dalam hal ini sangat berkaitan erat
dengan penggunaan bahan , pemilihan warna, komposisi dan
lain-lain.
Dengan desain pencahayaan yang baik akan
menimbulkan kenyamanan bagi si penghuni. Adapun fungsi
pokok pencahayaan buatan antara lain sebagai berikut:
o Menciptakan lingkungan yang memungkinkan
penghuni-penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan
visual secara mudah dan tepat.
o Memungknkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak
secara mudah dan aman.
o Menciptakan limgkungan visual yang nyaman dan
berpengaruh baik kepada prestasi.
Sehingga dalam interior suatu bangunan, banyak
memanfaatkan cahaya buatan untuk menciptakan
kondisi-kondisi tertentu, sesuai dengan kehendak dan fungsi ruang.
c) Jenis Sumber Pencahayaan Buatan (lampu)
Secara umum kita membedakan 2 jenis lampu yaitu :
lampu pijar dan lampu pelepasan listrik (yang dibedakan lagi
dalam lampu fluorescent dan lampu berisi gas bertekanan
tinggi).
o Lampu pijar.
Lampu pijar adalah lampu yang cahayanya diproduksi
oleh pemanasan listrik dari kawat halus (filament) ampai
temperatur tinggi yamg memancar dalam daerah penglihatan
dari pancaran spectrum. Yang membedakan antara
lampu-lampu dengan lampu-lampu tanpa gas halogen. Hal ini dikemukakan
oleh Philips dalam buku Lighting Manual sebagai berikut:
dengan kepala, maka panas yang dpancarkan langsung akan
mengakibatkan gangguan.
Pada lampu pijar ini, jika efisiensi cahaya semakin
tinggi maka wattnya semakin tinggi pula. Efisiensi tersebut
dinyatakan dalam lumen /watt.
o Lampu Pelepas Listrik
Lampu pelepasan listrik yang kita kenal terdiri dari
berbagai jenis antara lain : lampu flouresent, mercury atau
sodium, xenon, helium, nitrogen, atau carbon – dioksida dan
lain – lain.
Di dalam pembahasan ini tidak akan disebutkan secara
keseluruhan mengenai jenis – jenis lampu yang ada. Tetapi
yang akan dibahas di sini hamya jenis – jenis lampu yang ada
relevansinya dengan pemakaian di dalam gedung pertunjukan,
sebagai contohnya lampu fluorescent.
Lampu fluorescent merupakan suatu tabung silendrik
tertutup rapat pada kedua ujungnya dan mengandung suatu
campuran gas berat, biasanya argon uap air raksa bertekanan
rendah. Pada kedua ujungnya dipasang katoda dan anoda yang
memberikan electron – electron untuk menghidupkan dan
menjaga pelepasan gas atau mercuri arc.
Efisiensi lampu jenis ini termasuk golongan yang tinggi
disbanding dengan lampu pijar, dan sangat dipengaruhi oleh
warna (cahaya) lampunya. Efisiensi lampu fluorescent adalah
bemacam – macam. Untuk lampu yang berwarna merah
efisiensinya 4-5 lumen/watt, lampu warna biru dan merah
Warna lampu putih dicapai dengan campuran dari zat – zat
fluorescent yang memancarkan beraneka warna sehingga
diperoleh derajad keputihan seperti beberapa jenis daylight,
white dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan :
Flourescent warna Warm white 44 lumen/watt
Daylight 49 lumen/watt
White 80 lumen/watt
Generasi biru 80 lumen/watt
Jadi kharakteristik yang ditampilkan oleh warna lampu
fluorescent mengarah pada warna dingin dengan efisiensi yang
berbeda dan tergantung warna (cahaya) lampunya.
Lampu pelepasan listrik selain lampu fluorescent pada
prinsipnya sama dengan lampu fluorescent, hanya saja di sini
tabung lampu dan uap /gasnya berbeda. Warna yang
dikeluarkan oleh lampu – lampu tersebut ditentukan dari jenis
gas dan tekanan didalam tabung lampunya.
Dalam hal efisiensi pengubahan bentuk energi menjadi
cahaya pada lampu pijar (incandescent lamp) dan lampu
fluorescent tidak sepenuhnya input wattnya ke dalam lampu
akan diubah menjadi cahaya dalam spectrum yang kelihatan.
Efisiensi pengubahan bentuk energi itu bahkan relative agak
rendah.
Dari kedua golongan jenis lampu (lampu pijar dan
lampu pelepasan listrik) tersebut diatas sebenarnya masing –
masing tersiri dari berbagai sub jenis dengan berbagai
karakterstik dan untuk fungsi – fungsi tertentu.
Jenis – jenis lampu yang penggunaannya bersifat umum :
• Incandescent lamp /lampu pijar : - Clear standart lamp
- Clear Lustre Lamp
- Clear Twisted Candle Lamp
- Mini – bowl Refletor Lamp
- PAR 38 cool spot and Floor Lamp
- PAR 38 Economy Spot and Flood Lamp
- Halogen Reflector Lamp
• Flourescent lamps :
- Swicht – start ‘TL’D and ‘TL’ lamp
- ‘TL’ Miniature almp
- Blacklight Blue and Blacklight lamp ‘TL’/08, TW,
PHW dan MLW.
- Teknik Penempatan Lampu
Di dalam pencahayaan buatan, digunakan teknik – teknik penempatan lampu
sebagai upaya untuk mendukung metode dan system pencahayaan di dalam ruang.
Adapun teknik – teknik tersebut dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
• Teknik penempatan pada dinding
• Teknik penempatan pada plafon (ceiling)
• Teknik penempatan yang dapat dipindah – pindah
• Teknik penempatan yang digantung
• Teknik penempatan khusus
Teknik penempatan lampu dari beberapa bagian tersebut dibagi atas beberapa cara
antara lain :
• Teknik penempatan dinding
- Valances
- Wall bracket
- Ceiling mounted spot flood light
- Lumminous panel /wall
- Mounted at wall
- Cove lighting
- Luminous ceiling
- Cornices
- Recessed in ceiling
- Attached to ceiling
- Soffit
• Teknik penempatan lampu yang dapat dipindah – pindah
- Portable lamp
- Standart lamp
• Teknik penempatan lampu yang digantung - Pandant atau hanging
• Teknik penempatan khusus /pada perabot
- Recessed fixtures for ceiling and table to lighting
- Recessed fixtures for transminating glass shelves in cupboards
- Drape fixtures for flower window high added lighting below
Untuk lebih jelasnya, dari masing – masing teknik penempatan lampu tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Valances : yaitu penempatan lampu dengan penyinaran tidak
langsung dan ditempatkan diatas jendela agar menimbulkan
refleksi.
Wall bracked : penempatan lampu dengan cara memasang penutup
dinding dengan mempergunakan lampu cahaya atau lampu
dekorasi.
Celing mounted spot : penempatan pijar di dalam ceiling untuk mengurangi
udara panas di dalam ruang.
Luminous panel/ wall : yaitu dengan penempatan panel yang jernih dari kaca atau
plastic yang melindungi sebaris lampu fluorescent.
Mounted at wall : yaitu penempatan lampu yang ditempatkan pada dinding
Cove lighting : termasuk tipe pencahayaan tidak langsung
Luminous ceiling : yaitu menutup seluruh permukaan dari plafon/ ceiling atau
permukaan ceiling
Portable lamp : yaitu lampu yang bias dipindah – pindah
Pendant/ hanging : yaitu teknik penempatan lampu dengan cara digantung
- Distribusi/ Pembagian Cahaya
Yang dimaksud distribusi/ pembagian cahaya adalah metode – metode
teoritis dan system pembagian pencahayaan pada suatu permukaan/ objek yang
diterangi.
a. Metode Pencahayaan
Dalam pencahayaan buatan terdapat 3 metode dasar yang dapat
dipergunakan pada ruang kegiatan manusia dan masing – masing metode
mempunyai sifat dan tujuan sendiri – sendiri. Yang dimaksud dengan
pencahayaan umum adalah suatu system yang dirancang untuk memberikan
pencahayaan yang seragan dan merata, walaupun tidak perlu menyebar untuk
seluruh keluasan yang dipertimbangkan.
Pencahayaan setempat adalah suatu system pencahayaan pada keluasan
yang terbatas dengan kekuatan tinggi. Kecerahan yang normal biasanya dari
model pencahayaan langsung, dipasang secara langsung diatas bdang kerja.
Tujuannya untuk memberikan tingkat pencahayaan yang tinggi pada bidang
kerja setempat.
Paduan antara pencahayaan umum dan setempat, dipakai untuk bidang –
bidang dimana penglihatan penglihatan umum pada bidang – bidang kerja
adalah rendah tetapi pencahayaan setempat berkekuatan tinggi, dalam hal ini
dibutuhkan pencahayaan tambahan.
Penerangan merata memberikan iluminasi yang tersebar secara cukup
seragam di seluruh ruangan. Penerangan terarah, seluruh ruangan
penerangansetempat, cahaya dikonsentrasikan pada tempat melaksanakan
tugas visual.
Jadi, dalam penerapan metode pencahayaan tersebut harus
dipertimbangkan kegiatan apa yang akan dilakukan pada ruang atau budang
kerja tersebut. Setiap jenis kegiatan atau pekerjaan menuntut derajat
keterangan cahaya sendiri – sendiri.
b. Sistem Pencahayaan
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang pembagian system
pencahayaan dengan maksud dan tujuan yang sama. Sistem pencahayaan
dibagi menjadi 5 yaitu :
- Direct (pencahayaan langsung)
- Semi – direct (pencahayaan semi langsung)
- General difussing (menyebar umum)
- Semi – indirect (semi tak langsung)
- Indirect (tak langsung)
Metode di atas dapat dijelaskan :
• Pencahayaan langsung (direct), yatu 90-100% dari cahaya diarahkan secara langsung kepada permukaan yang diterangi.
• Pencahayaan semi langsung (semi direct), yatu 60-90% dari cahaya diarahkan langsung kepada permukaan yang perlu diterang, sedangkan
selebihnya menerangi (serta dipantulkan oleh) langit – langit dan dinding.
• Pencahayaan menyebar umum (general difussing), jenis ini memberikan penyebaran ke atas dan ke bawah yang diperkirakan sama.
• Pencahayaan semi tak langsung (semi – indrect), yaitu bila 60-90% dari pada cahaya diarahkan ke langit – langit dan dinding bagian atas, sisanya
ke bawah.
• Pencahayaan tak langsung (indirect), yaitu bila 90-100% dari pada cahaya diarahkan kea rah langit – langit dan dinding bagian atas, untuk
dipantulkan kemudian menerangi seluuh ruanagan berupa cahaya diffuse.
Dari penjelasan tersebut dimaksudkan bahwa pencahayaan tidak langsung,
90-100% cahaya yang dikeluarkan, diarahkan pada ceiling dan dinding bagian atas
bawah dan sisanya ke atas komponen yang melayani untuk penerangan langit –
langit.
Pencahayaan langsung, secara praktis semua cahaya diarahkan ke bawah,
pencahayaan ceiling merupakan hasil pantulan cahaya dari lantai dan perabot.
Dengan demikian jelas bahwa kelima system pencahayaan tersebut
mempunyai spesifikasi dari masing – masing tipe yang terbatas pada arahan
cahaya dan prosentase penyabaran cahaya ke dalam ruangan.
Ukuran Cahaya dalam Pencahayaan Buatan
Kesatuan – Kesatuan Cahaya
Dalam pengukuran cahaya buatan sering dipergunakan istilah; kekuatan
cahaya atau intensitas cahaya dengan symbol “I”, kekuatan penerangan atau
intensitas terang dengan symbol “E”, aliran cahaya atau fluks cahaya dengan
symbol “O”, jumlah banyak cahaya dengan symbol “Q”, luminasi kecermelangan
dengan symbol “B”.
Kesatuan dasar yang dipakai untuk mengukur cahaya dan terang ialah
kesatuan cahaya yang diukur dengan lilin (candela). Atas sendi ukuran lilin itu
kita memperoleh kesatuan – keatuan lainnya, seperti dijelaskan sebagai berikut :
• 10,764 lux = 1 footcandle
•
footcandle =lumen
luas aera dalam foot persegi
• fc = lm
•
lux = lumen = lm
luas area dalam m2 sq m
• sebagai perhitungan estimasi /perkiraan, dapat dipakai raso kasar : 10 lux = 1footcandle.
Karena pencahayaan khusus mengenai pencahayaan buatan disini hanya
dalam batas ukuran lux, sedangkan iluminasi cahaya yang diketahui langsung
menggunakan alat pengukur cahaya (Lumensecon dengan standart fc).
Berdasarkan rumus di atas, mencapai ukuran lux adalah dai ukuran
footcandle yang diperoleh, dikalikan 10,764.
Standart Penerangan Buatan (iluminasi) pada panggung
Tata Lampu Panggung
• Posisi peletakan lampu
- Lampu diletakkan tepat di atas panggung
- Lampu diletakkan diatas panggung bagian depan
- Lampu diletakkan sejajar objek disamping kiri dan kanan panggung
- Lampu diletakkan disamping kiri dan kanan panggung bagian atas
- Lampu diletakkan di lantai panggung bagian depan
- Lampu diletakkan di atas audience menyorot ke arah panggung
- Lampu diletakkan di belakang penonton ke arah panggung
• Macam jenis dan tipe lampu
Antara lain : spot light, striplight, floodlight, dan special lighting equipment
Aspek fungsi
Sebagai mana diketahui bahwa pencahayaan buatan sebagai sumber cahaya untuk
kegiatan sehari – hari dan memberi keindahan dalam desain suatu ruangan. Pada
interior suatu bangunan, cahaya buatan banyak dimanfaatkan untuk menciptakan