• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA INTERAKTIF BERBASIS ADOBE FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MEDIA INTERAKTIF BERBASIS ADOBE FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA INTERAKTIF BERBASIS

ADOBE FLASH

TERHADAP HASIL BELAJAR PADA

MATERI SISTEM PERNAPASAN

Nurbaiti

1)

, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan

2)

, Titin

2)

1)

Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura Pontianak

2)

Dosen Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura Pontianak

E-mail: baiti.nur67@yahoo.co.id

Abstract

The research aims to determine the effect of interactive media based on adobe flash on student’s learning outcomes in material respiratory system at 2nd grade SMA Mujahidin Pontianak. The research design was quasi experimental design with nonequivalent control group design. Research sample consisted of two classes which were class XI MIA 1 as experimental class and class XI MIA 2 as the control class. The sampling technique is intact group. Instrument was used 20 items of multiple choice test. The average of student’s outcomes at the experimental class was 15.72, while in the control class was 13.77. Based on t-test, it is resulted that t obtained > t table namely 3.09 > 1.67, means there was difference on student’s learning outcomes in material respiratory system that was taught using interactive media based adobe flash and power point. The conclusion was that learning by using interactive media based on adobe flash can increase student’s learning outcomes in material respiratory system. Keywords: interactive media, adobe flash, material respiratory system

Biologi sebagai salah satu cabang sains tidak cukup hanya disampaikan dengan membuat modifikasi model pembelajaran, namun sangat penting adanya variasi media pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih mudah dalam memahami konsep-konsep biologi. Perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan yang semakin pesat, sudah sebaiknya dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang lebih menarik dan inovatif. Menurut Yuliandari (2014) salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk mencapai pembelajaran yang menarik dan inovatif yakni dengan menggunakan media dalam proses belajar mengajar.

Media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan

maksud untuk menyampaikan informasi pembelajaran dari guru kepada peserta didik (Kosasih dan Sumarna, 2013). Media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran serta memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan interaksi belajar mengajar yang lebih bervariasi dan bergairah. Pemanfaatan media pembelajaran tersebut diharapkan akan membawa pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa agar tercapai tujuan pembelajaran (Arsyad, 2014).

(2)

yang bersifat abstrak yang apabila hanya dijelaskan dengan menggunakan media

power point, siswa akan sulit untuk memahaminya. Untuk mempermudah dalam pemahaman siswa diperlukan suatu media yang dapat mendukung pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Salah satu alternatif media yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan media interaktif.

Media interaktif merupakan suatu media yang menyajikan video rekaman berisi gambar dan suara dengan pengendalian komputer sehingga siswa tidak hanya mendengar dan melihat tetapi juga memberikan respon yang aktif (Azizi dkk, 2015). Media interaktif memiliki beberapa kelebihan yaitu 1) meningkatkan motivasi belajar, dimana dengan terakomodasinya kebutuhan siswa, maka siswa pun akan termotivasi untuk terus belajar, 2) memberikan umpan balik, dimana media pembelajaran interaktif dapat menyediakan umpan balik yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik, 3) kendali program sepenuhnya berada pada siswa (Munadi dalam Yudasmara dan Purnami, 2015).

Software yang digunakan untuk membuat media interaktif dalam penelitian ini adalah adobe flash. Adobe flash merupakan program yang digunakan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif (MPI) karena mendukung untuk pembuatan animasi, gambar, teks, dan pemrogaman (Nurtantio dan Syarif, 2013). Adobe flash memiliki kemampuan untuk membuat animasi mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Adobe flash

juga dapat menggabungkan gambar, suara, dan video ke dalam animasi yang dibuat (Hasrul, 2011).

Keberhasilan media interaktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa telah dibuktikan oleh beberapa penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanim dkk (2016) menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif

berpengaruh terhadap hasil belajar geografi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Susanto dkk (2013) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran biologi di SMA Mujahidin Pontianak pada tanggal 3 September 2015, siswa cenderung pasif dan hanya mengandalkan informasi yang disampaikan oleh guru melalui power point. Selain itu, proses pembelajaran biologi dengan media power point yang dilakukan guru masih kurang melibatkan siswa sehingga guru lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi diperoleh informasi bahwa salah satu materi biologi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi sistem pernapasan. Hal ini dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa kelas XI MIA SMA Mujahidin Pontianak semester genap tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 70,64 dimana nilai ini belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah tersebut yaitu 75. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan dan kesulitan guru dalam menemukan media pembelajaran yang cocok merupakan masalah dan perlu adanya solusi. Oleh karena itu diperlukan adanya variasi media untuk mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh media interaktif yang dihasilkan oleh program adobe flash

sebagai media pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menyajikan materi sistem pernapasan. Sehingga penelitian ini diberi judul “Pengaruh Media Interaktif Berbasis

(3)

METODE

1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan Sugiyono (2015), metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experimental design) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Mujahidin Pontianak yang terdiri dari 3 kelas yaitu siswa kelas XI MIA 1, XI MIA 2 dan XI MIA 3 pada tahun ajaran 2015/2016. Penentuan dua kelas yang akan dijadikan sampel berdasarkan pada hasil skor pre-testyang memiliki rata-rata standar deviasi yang hampir sama dari ketiga kelas yang diberikan

pre-test. Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random atau acak, dimana pada penelitian ini kelas eksperimen adalah kelas XI MIA 1 dan kelas kontrol adalah kelas XI MIA 2.

3. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) persiapan, 2) pelaksanaan, 3) penyusunan laporan.

a) Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: (1) melakukan pra-riset

di SMA Mujahidin Pontianak melalui wawancara dan observasi kepada guru biologi, (2) menyusun perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa untuk dua kali pertemuan dengan masing-masing selama 2 jam pelajaran, (3) menyusun instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal, soal pre-test

dan post-test, kunci jawaban dan pedoman penskoran, (4) memvalidasi perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian, (5) merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi, (6) melakukan uji coba soal tes pada siswa kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 8 Pontianak, (7) menganalisis hasil uji coba tes, (8) menentukan jadwal penelitian yang disesuaikan dengan jadwal belajar biologi di sekolah.

b) Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan (1) memberikan pre-test yang sama pada seluruh siswa kelas XI SMA Mujahidin Pontianak, (2) memberikan skor dan menganalisis hasil pre-test, (3) menentukan sampel penelitian, (4) menganalisis data hasil pre-testkelas eksperimen dan kontrol berdasarkan uji prasyarat yaitu uji normalitas, (5) menghitung homogenitas varian

dengan menggunakan uji F (6) menganalisis data hasil pre-test

dengan uji t, (7) memberikan perlakuan dengan menggunakan media interaktif pada kelas eksperimen (XI MIA 1) dan menggunakan media power point

pada kelas kontrol (XI MIA 2), (8) memberikan tes akhir ( post-test), (9) menganalisis data hasil

post-test berdasarkan uji normalitas, (10) menghitung homogenitas varian dengan menggunakan uji F, (11) menganalisis data hasil post-test

dengan uji t.

c) Penyusunan Laporan

Tahap-tahap penyusunan laporan dilakukan setelah kegiatan penelitian dan analisis data selesai dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

(4)

Tabel 1. Rata-rata Skor Pre-test dan Post-test Siswa pada Materi Sistem Pernapasan

Skor Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

?

? SD ?? SD

Pre-test 8,72 2,60 9,42 2,70

Post-test 15,7 2

2,19 13,77 2,82

Keterangan:

?̅ = Rata-rata skor siswa SD = Standar Deviasi

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat. Berdasarkan uji normalitas hasil pre-test kelas eksperimen diperoleh harga c2hitung < c2

tabelyaitu 2,18 < 5,99 dan kelas kontrol

diperoleh harga c2hitung < c 2

tabel yaitu 5,12

< 5,99, artinya data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan menghitung homogenitas varian. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas varian, diperoleh Fhitung < Ftabelyaitu 1,08 < 1,83,

artinya varian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, maka dilanjutkan dengan uji t. Berdasarkan hasil uji t,

diperoleh thitung < ttabel yaitu 1,04 < 1,67

berarti tidak terdapat perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama.

Berdasarkan uji normalitas hasil

post-test kelas eksperimen diperoleh harga c2hitung < c

2

tabel yaitu 4,71 < 5,99

dan kelas kontrol diperoleh harga c2hitung

< c2tabel yaitu 6,54 < 7,81, artinya data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan menghitung homogenitas varian. Berdasarkan hasil perhitungan homogenitas varian, diperoleh Fhitung <

Ftabelyaitu 166 < 1,83, artinya varian pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, maka dilanjutkan dengan uji t.

Berdasarkan hasil uji t, diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,09 > 1,67 berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil

post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pembahasan

Dilihat dari rata-rata skor pos-test

diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar materi sistem pernapasan antara siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan media interaktif dengan siswa kelas kontrol yang diajarkan menggunakan media power point. Dari hasil perhitungan rata-rata skor post-test, kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan media interaktif yang digunakan pada kelas eksperimen dapat menyampaikan materi sistem pernapasan secara lebih jelas melalui kata-kata, gambar-gambar dan animasi sehingga meningkatkan pemahaman siswa. Susilana dan Cepi (2009) menyatakan bahwa media interaktif merupakan media yang dapat menumbuhkan kreatifitas, visualisasi informasi atau proses yang bersifat abstrak (tidak kasat mata).

Secara keseluruhan, hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat berdasarkan persentase ketuntasan siswa dalam menjawab soal

(5)

Tabel 2. Rata-Rata Keberhasilan Siswa Menjawab Benar Soal Post-test Per Tujuan Pembelajaran

No Tujuan Pembelajaran

No Soal

Rata-rata Persentase Jawaban Benar Per

Soal

Rata-rata Persentase Jawaban Benar Per Tujuan Pembelajaran Eksperime

n (%)

Kontrol (%)

Eksperime n (%)

Kontrol (%)

1 Mendeskripsikan saluran

pernapasan pada manusia.

3 100 74,19 84,37 62,90 15 68,75 51,61

2 Mendeskripsikan fungsi organ pernapasan pada manusia.

4 93,75 90,32 90,63 91,94 1 87,50 93,55

3 Membedakan mekanisme pernapasan dada dan pernapasan perut.

8 75,00 38,71 76,04 48,39 2 75,00 51,61

13 78,12 54,84

4 Menyebutkan volume udara pernapasan.

7 43,75 41,93 43,75 41,93

5 Menentukan faktor frekuensi pernapasan.

5 59,37 77,42 59,37 77,42

6 Mengidentifikasi organ pernapasan pada hewan invertebrata.

14 96,87 83,87 84,37 84,93 11 59,37 80,64

18 96,87 90,32

7 Mengidentifikasi organ pernapasan pada ikan, katak, reptil dan burung.

16 53,12 51,61 81,87 66,45 17 96,87 90,32

10 84,37 80,64 9 75,00 38,71 19 100 70,97 8 Menjelaskan

kelainan atau penyakit pada sistem pernapasan.

20 78,12 74,19 89,06 87,09 6 100 100

9 Mengidentifikasi pengaruh rokok terhadap

kesehatan pernapasan.

12 50,00 35,48 50,00 35,48

Rata-rata 73,27 66,28

Tujuan pembelajaran pertama yaitu mendeskripsikan saluran pernapasan pada manusia. Pada soal nomor 3, seluruh siswa kelas eksperimen dapat menjawab letak trakea dengan benar. Hal ini dikarenakan penyampaian materi saluran

(6)

penggunaan media interaktif dapat menvisualisasikan sistem mekanisme dari suatu fenomena yang tidak mungkin dilakukan oleh alat peraga yang ril. Visualisasi suatu konsep yang abstrak dari suatu fenomena dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi konsepsinya sehingga meningkatkan pemahaman terhadap materi. Namun pada soal nomor 15, ada beberapa siswa pada kelas eksperimen yang salah dalam mengurutkan organ pernapasan pada manusia. Hal ini terjadi karena penyampaian materi pada soal nomor 15 tersebut disampaikan dalam bentuk video. Dimana pada video tersebut suara narator kurang terdengar jelas. Kejelasan suara validator berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahdiyah dkk (2015), yang mengatakan bahwa apabila suara narator dapat terdengar jelas, maka hal tersebut dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh narator.

Tujuan pembelajaran kedua yaitu mendeskripsikan fungsi organ pernapasan pada manusia. Dimana pada soal nomor 1 kelas kontrol memiliki presentase ketuntasan lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Dikelas eksperimen, materi tersebut disampaikan dengan gambar dalam media interaktif, sedangkan di kelas kontrol materi disampaikan dengan power point. Namun pada saat menjawab soal siswa keliru yaitu dengan menjawab paru-paru padahal jawaban yang benar adalah hidung. Hal ini dapat diasumsikan siswa keliru membedakan fungsi hidung dan paru-paru karena kurangnya penekanan dari guru saat proses pembelajaran pada kelas eksperimen. Padahal penekanan ini sangat penting karena setiap materi pembelajaran memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Aswan (2008), bahwa setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi, meskipun guru menekankan materi-materi pelajaran yang dianggap guru penting tetapi pada beberapa siswa kesulitan dalam menjawabnya.

Tujuan pembelajaran ketiga yaitu membedakan mekanisme pernapasan

dada dan pernapasan perut. Pada tujuan pembelajaran ketiga ini, siswa kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan penyampaian materi tahapan inspirasi dan ekspirasi pada kelas eksperimen dibantu dengan animasi bergerak sehingga dapat memudahkan siswa untuk memahami materi. Sedangkan dikelas kontrol disampaikan dengan power point. Hal ini sejalan dengan pendapat Radityan dkk (2014) yang menyatakan bahwa media interaktif dapat memudahkan siswa dalam memahami materi karena siswa langsung berinteraksi dengan media dan adanya animasi dapat membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajari materi yang diberikan.

Tujuan pembelajaran keempat yaitu menyebutkan volume udara pernapasan. Dari tujuan pembelajaran keempat ini, siswa kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun ketuntasan siswa pada kedua kelas masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan penyajian materi volume udara pernapasan pada media interaktif dan

power point hanya menggunakan tabel dan tidak menggunakan gambar sehingga kurang menarik perhatian siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Safriyadi (2016) bahwa tujuan dari penggunaan gambar sebagai media dalam pembelajaran, agar siswa lebih mudah dalam memahami materi.

Tujuan pembelajaran kelima yaitu menentukan faktor frekuensi pernapasan. Pada tujuan pembelajaran kelima ini kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan lebih rendah dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan penyampaian materi frekuensi pernapasan pada media interaktif dan power point

(7)

Sedangkan pada kelas kontrol guru menjelaskan materi dengan power point

pada saat kegiatan inti pembelajaran. Tujuan pembelajaran keenam yaitu mengidentifikasi organ pernapasan pada hewan invertebrata. Pada soal nomor 11 pada kelas eksperimen memiliki persentase lebih rendah dibandingkan kelas kontrol. Materi tentang alat pernapasan pada kalajengking ini sebenarnya sudah terdapat dalam media interaktif dan di LKS, namun guru tidak memberikan penekanan di akhir pembelajaran karena keterbatasan waktu. Padahal penekanan ini sangat penting karena setiap materi pembelajaran memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Sesuai dengan pendapat Djamarah dan Aswan (2008) bahwa setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi, meskipun guru menekankan materi-materi pelajaran yang dianggap guru penting tetapi pada beberapa siswa kesulitan dalam menjawabnya. Sedangkan pada kelas kontrol guru menjelaskan materi alat pernapasan pada kalajengking saat kegiatan inti pembelajaran.

Tujuan pembelajaran ketujuh yaitu mengidentifikasi organ pernapasan pada ikan, katak, reptil dan burung. Pada tujuan pembelajaran ketujuh ini, siswa kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena penyampaian materi organ pernapasan pada hewan pada kelas eksperimen dibantu dengan gambar. Menurut Raharjo dalam (Rusman dkk, 2012) kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, dimana 83% materi yang dipelajari siswa dapat diserap lewat indra penglihatan dan 11% lewat indra pendengaran. Selain itu menurut Atmojo (2013) keaktifan siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar karena jika siswa aktif dalam kegiatan pengamatan maka ia akan lebih paham tentang materi yang diajarkan. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya bergantung pada penjelasan guru saja, sehingga proses pembelajaran pada kelas kontrol ini menjadi kurang bermakna dan siswa sulit untuk mengingat materi yang disampaikan guru.

Tujuan pembelajaran kedelapan yaitu menjelaskan kelainan atau penyakit pada sistem pernapasan. Pada soal nomor 6 seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat menjawab penyakit asma dengan benar. Hal ini terjadi karena penyampaian materi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dibantu dengan tampilan gambar. Namun pada soal nomor 20, ada beberapa siswa yang salah dalam menentukan nama penyakit peradangan pada paru-paru. Dikelas eksperimen dan kontrol, materi ini sudah disampaikan dengan bantuan gambar. Namun pada saat menjawab soal siswa keliru yaitu menjawab bronkhitis padahal jawaban yang benar adalah pneumonia. Hal ini dapat diasumsikan siswa keliru membedakan antara bronkhitis dan pneumonia karena kedua penyakit tersebut merupakan penyakit peradangan. Dari kedua soal tersebut siswa kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas eksperimen berinteraksi langsung dengan media interaktif yang dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman materi. Sejalan dengan pendapat Hudiono (2013) yang menyatakan bahwa media interaktif dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam materi karena siswa dapat berinteraksi secara visual, bagi siswa yang masih belum memahami, interaksi dengan media dapat diulang-ulang.

(8)

nikotin pada rokok. Jika dilihat dari ketercapaian di tujuan pembelajaran, hasil belajar siswa dikelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Seperti yang dinyatakan oleh Baugh (dalam Arsyad, 2014) yang menyatakan bahwa perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaanya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar, dan hanya sekitar 5% lagi dengan indera lainnya.

Secara keseluruhan media interaktif berbasis adobe flash dapat memvisualisasikan dan memperjelas materi sistem pernapasan dengan memberi objek pengamatan berupa gambar dan animasi. Menurut Hartatik (2014) proses pembelajaran dengan menggunakan media yang dirancang sesuai dengan analisis kebutuhan yang menekankan pada keaktifan peserta didik baik secara fisik, mental intelektual dan emosional, dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu, kondisi dimana siswa dapat mengatur sendiri media pembelajaran juga memungkinkan media interaktif berbasis

adobe flash memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yeni dan Yokhebed (2015) dimana mahasiswa yang terlibat langsung dalam mengoperasi media interaktif dapat membangun pengetahuannya sendiri karena disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing mahasiswa. Kondisi tersebut tidak ada pada media power point

yang diterapkan di kelas kontrol, karena media power point hanya dioperasikan oleh guru ketika menjelaskan materi sistem pernapasan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan media interaktif berbasis adobe flash

memiliki rata-rata skor hasil belajar lebih tinggi sebesar 15,72 dibandingkan kelas kontrol yang diajarkan dengan

menggunakan media power point yang memiliki rata-rata skor hasil belajar sebesar 13,77.

Saran

Saran yang disampaikan yaitu untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan media interaktif berbasis

adobe flash pada materi yang berbeda. Perlu adanya perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut pada media interaktif sistem pernapasan ini karena masih ada kemungkinan kesalahan dan kekurangan baik dalam tampilan dan strukturnya, sehingga dapat menjadi media pengajaran yang lebih efektif dan efesien.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ahdiyah, A. A. F., Kuswanti, N., & Indana, S. (2015). Pengembangan Media Animasi Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI SMA.

Jurnal Bioedu, Vol. 3, No. 1, 918-922. (Online). (ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioe du).

Atmojo, S. E. (2013). Implementasi Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) di Sekolah. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA.

Vol. 4, No. 1, 42-50. (Online). (jurnal.untan.

ac.id/index.php/PMP/article/view/17 585/15004).

Azizi, M. R., Marpaung, R. R. T., & Yolida, B. (2015). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Bioterdidik. Vol. 4, No. 1, 1-8. (Online). (portalgaruda.org/?ref=

browse&mod=viewarticle&article=3 73154).

Djamarah, S. B., & Aswan, Z. (2008).

(9)

Hanim, F., Sumarni & Amirudin, A. (2016). Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif Penginderaan Jauh Terhadap Hasil Belajar Geografi. Jurnal Pendidikan. Vol. 1, No. 4, 752-757. (Online).

(http://journal.um.ac.id/index.php/j ptpp/article/download/6246/2669).

Hartatik, S. (2014). Pengembangan

Adobe Flash Untuk Perolehan Kecakapan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Kelas XI SMK Negeri 1 Sintang.

Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran. Vol. 3, No. 7, 1-11. (Online). (jurnal.untan.ac.id/ index.php/jpdpb/article/view/6249).

Hasrul. (2011). Desain Media Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash CS 3 Pada Mata Kuliah Instalasi Listrik 2. Jurnal Medtek.

Vol. 3, No. 2, 1-10.

(Online).(http://ftunm.net/medtek/Ju rnal_MEDTEK_Vol.3_No.2_Oktobe r_2011_pdf/Jurnal%20Hasrul%20Ba kri.pdf)

Hudiono, B. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis TIK Menggunakan Slideshow Powerpoint By Using Audio Effect Bagi Guru Matematika SMP Pedalaman Kubu Kalimantan Barat.

Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol. 4, No. 1, 28-36. (Online). (jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP/ar ticle/view/17684).

Kosasih, N., & Sumarna, D. (2013).

Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan. Bandung: Alfabeta.

Nurtantio dan Syarif. (2013). Kreasikan Animasimu dengan Adobe Flash dalam Membuat Sistem Multimedia Interaktif.Yogyakarta: Andi.

Purwanto. (2012). Efektifitas Remidiasi Menggunakan Multimedia Interaktif Listrik Dinamis Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas X di Sma Negeri 1 Sebawi.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 2, No. 4, 1-7. (Online).

(jurnal.untan.ac.id/indexphp/jpdpb/ article/viewFile/1638/pdf).

Radityan, F. T., Kuntadi, I., & Komaro, M. (2014). Pengaruh Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar pada Kompetensi Perbaikan Differential.Journal of Mechanical Engineering Education. Vol. 1, No.

2, 239-245. (Online).

(ejournal.upi.edu/

index.php/jmee/article/download/38 07/2712).

Rusman, Kurniawan & Riyana. (2012).

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi; Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Safriyadi, A. (2015). Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan Sistem Pernapasan pada Manusia Melalui Media Gambar di MTsN Jongar Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Biotik, Vol. 4, No. 2, 143-148. (Online).

(jurnal.arraniry.ac.id/index.php/biot ik/article/download/1082/851)

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunarti. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem Di Kelas X MAN 1 Ketapang. Pontianak: FKIP UNTAN.

(10)

SMP/MTs. Unnes Science Education Journal. Vol. 2, No. 1,

230-238.

(Online).(journal.unnes.ac.id/artik el_sju/pdf/usej/1829/1689)

Susilana, R., & Cepi, R. (2009). Media

Pembelajaran: Hakikat,

Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima.

Yeni, L. F., & Yokhebed. (2015). Pengembangan Virtual Laboratory Berbasis Multimedia Interaktif pada Mata Kuliah Microbiology Sub Materi Isolasi Bakteri. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol. 6, No. 1, 50-58. (Online). (jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP/ article/view/14).

Yudasmara, G.A., & Purnami, D. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol. 48, No. 3, 1-8.

(Online).

(ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ JPP/article/download).

Yuliandri, S., & Wahjudi, E. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif pada Mata Pelajaran Ekonomi Materi Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Skor Pre-test dan
Tabel 2. Rata-Rata Keberhasilan Siswa Menjawab Benar Soal Post-test Per Tujuan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa implementasi metode pembelajaran Spot Capturing pada mahasiswa dengan materi pemanasan global terlaksana

2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Pada tabel 15 didapati mayoritas terbanyak yang dilakukan responden untuk mencegah terjadinya akne vulgaris adalah lebih sering mencuci muka sebanyak 83 orang (83%),

Good relation (hubungan baik) antara penduduk lokal dan wisatawan sangat diperlukan dalam suatu kawasan pariwisata (Madiun 2010). Dalam hal ini sebenarnya Parigi

Pemodelan ARIMA ini diharapkan dapat membuat hasil prediksi yang lebih valid dan relevan untuk dipakai sebagai acuan bagi manajemen untuk mengarahkan seluruh sumber daya

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Pembentukan Panitia Pelaksana, Tim Wasit/Juri Pekan Olah

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa audio-visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan sistem perekaman

Tujuan penelitian ini menitikberatkan pada determinan produksi petani kopi rakyat, pilihan untuk memanen sendiri atau sistem tebas, mengolah hasil panen lebih lanjut atau langsung