• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI SISTEM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLIKASI SISTEM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN KLATEN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLIKASI SISTEM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN KLATEN

Penulisan Hukum

(skripsi)

Oleh

Haryo Setyo Projo

E0006142

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ABSTRAK

HARYO SETYO PROJO, E 0006142, 2013. IMPLIKASI SISTEM

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP PENDAFTARAN

TANAH DI KABUPATEN KLATEN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui tentang implikasi sistem administrasi kependudukan terhadap pendaftaran tanah di kabupaten klaten

Penulisan hukum ini merupakan penulisan hukum empiris yang bersifat deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yuridis normatif. Sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah model interaktif atau yang lebih dikenal dengan ‘Interative Model of Analysis

Hasil penelitian menunjukan bahwa implikasi sistem administrasi kependudukan terhadap pendaftaran tanah di kabupaten klaten mempunyai kecenderungan untuk melakukan pelanggaran, khususnya terjadi saat pembuatan KTP, KTP sendiri merupakan salah satu persyaratan dalam pendaftaran tanah.

Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, menyebutkan bahwa setiap warga Negara Indonesia wajib mempunyai KTP setelah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah kawin atau pernah kawin, selain itu setiap warga Negara Indonesia hanya boleh mempunyai 1 (satu) KTP. Terkait dengan pendaftaran tanah, banyak warga membuat KTP lebih dari satu, hal itu untuk dijadikan persyaratan dalam pendaftaran tanah supaya terhindar dari larangan kepemilikan tanah absentee

Solusi yang dapat diberikan dalam permasalahan tersebut sebagai berikut penerbitan KTP perlu adanya perubahan sistem yang dapat terintegrasi secara nasional, agar dapat meminimalisir pelanggaran di semua tingkatan, baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan serta Instansi Pelaksana.

(3)

commit to user BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah Negara berkembang yang saat ini sedang

melaksanakan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya

pembangunan di bidang hukum. Hukum sendiri mempunyai tempat yang

sangat penting dan tidak terlepaskan dari realita di masyarakat. Hal ini

berpengaruh terhadap pembaharuan hukum di Indonesia, baik langsung

maupun tidak langsung terhadap kelancaran pembangunan nasional.

Kelancaran pembangunan nasional itu sendiri salah satunya bergantung

bagaimana pemerintah mengelola pelayanan publiknya, termasuk juga

dengan adanya peran BUMN. “BUMN yang merupakan perusahaan

pelayanan publik telah memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan

nasional”.(http://www.umj.ac.id/main/artikel/index.php?detail=20101216190

605).

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga Negara atas barang publik, jasa publik, dan

pelayanan administratif.

(http://wuriantos.blogspot.com/2011/06/pelayanan-publik.html)

Guna memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil warga negara tersebut,

Negara ini perlu apa yang disebut dengan tertib administrasi dalam lingkup

kependudukan. Sebagai Negara yang mempunyai jumlah penduduk yang

besar, kurang lebih 230 juta jiwa, Dinas kependudukan dan catatan sipil

merupakan salah satu bentuk konkret pelayanan publik yang diselenggarakan

(4)

commit to user

Gagasan untuk menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut

seluruh masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, pengelolaan data-informasi kependudukan, patut menjadi

perhatian untuk mewujudkannya. Karena sampai saat ini, peraturan

perundang-undangan yang mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan

sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu dengan lainnya. Perwujudan suatu sistem

memang sangat didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari

penyelenggaraan negara yang modern khususnya bidang pelayanan kepada

masyarakat.

Penyelenggaraan Negara dalam sistem admnistrasi kependudukan ini

dimaksudkan agar semua peristiwa penting kependudukan yang terjadi di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dicatat dengan akurat.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam rangka menyusun Sistem Informasi

Kependudukan yang akurat, terpercaya dan up-to-date perlu juga untuk

dioptimalkan.

Dengan kemajuan teknologi saat ini tentu bukan lagi masalah bagi Negara

kita. Jika kita membuat sebuah sistem informasi terintegrasi maka

memungkinkan kita melakukan pengolahan data kependudukan secara cepat

dan akurat. Misalkan saja KPU (Komisi Pemilihan Umum) membutuhkan

data DPT (Daftar Pemilih Tetap) maka dapat langsung saja minta ke Dinas

Kependudukan untuk mendapatkan data terbaru. Tidak akan sulit, karena

setiap elemen saling mendukung satu sama lain.

Pencatatan Sipil merupakan hak dari setiap warga negara dalam arti hak

memperoleh akta autentik dari pejabat negara. Masih jarang penduduk

menyadari betapa pentingnya sebuah akta bagi dirinya maupun keluarganya,

sebagai contoh anak lahir tanpa akta kelahiran, ia akan memperoleh kesulitan

pada saat memasuki jenjang pendidikan. Demikian pula dalam masalah

perkawinan, kematian, dan status anak, banyak manfaat yang membawa

(5)

commit to user

oleh pejabat Kantor Catatan Sipil, memiliki arti yang sangat besar di

kemudian hari, manakala terjadi sesuatu. Misalnya saja untuk kepentingan

menentukan ahli waris, menentukan dan memastikan bahwa mereka adalah

benar benar ahli warisnya, atau dapat memberi arah ke pengadilan dimana

seseorang tersebut dapat mengajukan cerai dan lain-lain yang tanpa disadari

akta-akta tersebut sangat penting artinya bagi kehidupan seseorang

dikemudian hari.

Masalah administrasi kependudukan dan catatan sipil perlu ditangani

dengan baik melalui pembuatan kerangka kebijakan Peraturan Pemerintah

dan Peraturan Daerah dalam mensosialisasikan terwujudnya kegiatan

pelayanan administrasi yang teratur, tertib, terdokumentasikan dan mudah

diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. (H. Mukhtar A. Kamaruddin, 2011:

340).

Dengan adanya pencatatan tersebut secara nyata dapat memberi

keuntungan bagi berbagai pihak, baik dari sisi pemerintah maupun

masyarakat itu sendiri. Pemerintah tentu saja dapat mengetahui identitas

penduduknya bila terjadi suatu tindakan hukum seperti kejahatan, sedangkan

masyarakatnya dapat memperoleh banyak akses publik maupun privat dengan

identitas tersebut, seperti akses kesehatan dan pendidikan.

Melihat apa yang telah diuraikan diatas, Administrasi Kependudukan

menjadi semakin penting dan fundamental karena selalu bersentuhan dengan

setiap aktivitas kehidupan warga Negara di Indonesia. Apabila kita akan

berdomisili pada suatu wilayah maka kita juga harus memiliki tanda domisili

yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adminstrasi

Kependudukan, pada Pasal 63 menyebutkan bahwa Seorang WNI wajib

memiliki KTP ketika sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin

(6)

commit to user

terbukti banyak kasus tentang pemalsuan KTP, bahkan banyak juga KTP

ganda.

Pada pemilu 2009 DPT (daftar pemilih tetap) sangat amburadul sehingga

menodai sebuah proses demokrasi yang notabene merupakan cikal bakal

gerbang masa reformasi sekarang. Kondisi itu mungkin muncul lagi karena

saat ini tujuh juta penduduk memiliki KTP

ganda.(www.fajar.co.id/rubrik-46-politik)

Hal itu bagaikan memakan buah simalakama, proses pembuatan KTP

memang mudah, di satu sisi memudahkan pemohon dalam pembuatan KTP

agar tidak berbelit-belit, tetapi di sisi lain juga dapat disalah gunakan, seperti

pada kasus DPT diatas, maupun kasus kejahatan pada tingkat yang paling

ekstrim seperti terorisme. Bahkan kasus terorisme yang berkaitan dengan

KTP juga telah dialami di seluruh dunia, seperti yang diungkapkan dalam

jurnal dari Oxford Internet Institute, ID cards mark certain persons as

members of a nation state and are usually intended to combat fraud and

‘terrorism’”, yang artinya KTP menandai orang-orang tertentu sebagai

anggota dari sebuah negara bangsa dan biasanya dimaksudkan untuk

memerangi penipuan dan terorisme”. (David Lyon, 2004: 1). Pernyataan

tersebut membenarkan bahwa terorisme diseluruh dunia berawal dari adanya

pelanggaran mengenai KTP.

Di Indonesia, KTP bukan hanya sebagai bukti diri tetapi juga sebagai alat

pelengkap akan suatu kepemilikan, sebagai contoh SIM (Surat Izin

Mengemudi), data-datanya juga berasal dari KTP, pembukaan rekening di

bank, ada juga sertifikat kepemilikan tanah, kepemilikannya juga berdasarkan

pada KTP. Pada kasus kepemilikan tanah, banyak ditemui mengenai KTP

ganda yang dimanfaatkan untuk menghindarkan dari larangan kepemilikan

tanah secara absentee. Hal itu dilakukan pada saat mendaftarkan tanah di

(7)

commit to user

Menurut Boedi Harsono, tanah absentee mempunyai pengertian bahwa

dilarang kepemilikan tanah pertanian oleh orang yang bertempat tinggal di

luar kecamatan tempat letak tanahnya. Meskipun begitu, masih ada

pengecualiannya yaitu seperti PNS, Polri, dst, boleh melakukan kepemilikan

tanah secara absentee.

Pengecualian tersebut diatas secara umum yaitu mereka yang sedang

menjalankan tugas Negara, menunaikan kewajiban agama atau mempunyai

alasan khusus lainnya yang dapat diterima pada waktu itu oleh Menteri

Agraria. (Boedi Harsono, 2003: 389)

Larangan kepemilikan tanah absentee memang sangat erat kaitannya

dengan land reform, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduk. Hal itu juga dapat dilihat dalam jurnal internasional, “Land

reforms have been on the national agenda since Independence to improve the

performance of agriculture as well as for rural re-construction. In addition,

creating greater access to land for the landless rural poor is an important

component of poverty alleviation programmes”, yang artinya “Reformasi

tanah telah menjadi agenda nasional sejak Kemerdekaan untuk meningkatkan

kinerja pertanian serta untuk merekonsruksi pedesaan. Selain itu,

menciptakan akses yang lebih besar bagi masyarakat miskin di pedesaan tak

bertanah yang merupakan komponen penting dalam program pengentasan

kemiskinan”. (M.Venkata Ramanaiah dan C.Mangala Gowri, 2008 : 1)

Sedangkan pendaftaran tanah sendiri mempunyai arti yang sangat

panjang, seperti yang tercantum dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yaitu rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan

teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta

pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk

(8)

commit to user

haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang

membebaninya.

Di wilayah Kabupaten Klaten, yang notabene merupakan wilayah yang

terkenal dengan berasnya dan sebagai sentra pertanian di Jawa Tengah,

terdapat 59.000 (lima puluh sembilan ribu) warga memiliki KTP ganda dari

1.082.346 jiwa jumlah yang wajib memiliki KTP.

(http://www.solopos.com/2012/klaten/19-desa-gagal-cairkan-add-2011-159542). Dari data tersebut, kemungkinannya sangat besar bahwa banyak

penduduk yang melakukan pelanggaran mengenai KTP dengan membuat

KTP ganda untuk melakukan pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah disini yang akan dibahas oleh penulis adalah

pendaftaran tanah yang terjadi karena adanya jual-beli. Untuk itu sangat

menarik jika dikaji lebih lanjut mengenai kaitannya antara KTP dengan

pendaftaran tanah. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis

memilih judul “IMPLIKASI SISTEM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

TERHADAP PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN KLATEN”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

mengambil perumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana implikasi sistem Administrasi Kependudukan terhadap

pendaftaran tanah di Kabupaten Klaten ?

2. Kendala apa saja yang muncul dari implikasi sistem Administrasi

(9)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan yang hendak dicapai, adapun

tujuan tersebut meliputi tujuan obyektif dan tujuan subyektif.

1. Tujuan obyektif

a. Untuk mengetahui implikasi dari sistem administrasi

kependudukan terhadap pendaftaran tanah di Kabupaten

Klaten

b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul dari

implikasi sistem adminstrasi kependudukan terhadap

pendaftaran tanah di Kabupaten Klaten

2. Tujuan subyektif

a. Untuk memperoleh data-data dan informasi sebagai bahan

utama penyusunan hukum untuk memenuhi persyaratan wajib

bagi setiap mahasiswa dalam meraih gelar kesarjanaan pada

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

b. Untuk menambah, memperluas, mengebangkan wawasan,

pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman aspek hukum

dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti

bagi penulis

c. Memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran bagi

pengetahuan hukum.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian merupakan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu

(10)

commit to user

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan referensi di

bidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan serta berguna bagi para pihak yang

berkepentingan

2. Manfaat praktis

a. Dapat memberikan masukan dan gambaran bagi pengamat

serta pemerhati yang tertarik terhadap masalah adminintrasi

kependudukan

b. Sebagai teori dan praktik penelitian dalam bidang hukum serta

sebagai praktek dalam pembuatan karya ilmiah dengan suatu

metode penelitian ilmiah.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang penting bagi

perkembangan ilmu dan bagi pemecahan suatu masalah. Metodelogi

penelitian merupakan cara utamauntuk memperoleh data secara lengkap

dan dapat dipertanggungjawabkan seara ilmiah, sehingga tujuan

penelitian dapat tercapai. Metodelogi penelitian juga merupakan cara

sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang

suatu gejala atu merupakan suatu cara untuk emahami objek yang menjadi

sasaran dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan metode

penelitian hukum sebagai acuan dalam melakukan langkah-langkah yang

diperlukan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Berdasarkan penulisan judul dan rumusan masalah, penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif. Menurut Peter Mahmud

(11)

commit to user

normatif dan penelitian hukum empiris yang tunduk pada ilmu social,

sehingga penelitian hukum diartikan sebagai suatu proses untuk

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun

doktrin-doktrin hukum gunamenjawab isu hukum yang dihadapi. (Peter Mahmud

Marzuki, 2005 : 35). Pengertian penelitian hukum tersebut dikarenakan

ilmu hukum ditempatkan sebagai ilmu normatif yang memiliki perbedaan

dengan ilmu sosial

2. Sifat penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian hukum

yang bersifat preskriptif atau terapan. Sebagai ilmu yang preskriptif, ilmu

hukum mempelajari tujuan ilmu hukum, nilai-nilai keadilan, validitas

aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sifat

preskriptif keilmuan ini merupakan sesuatu yang substansial didalam ilmu

hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 22).

3. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan didalam penelitian hukum adalah Pendekatan-pendekatan

undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach),

pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif

(comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual

approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 93).

Pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan dari sisi

undang-undang (statute approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani (Peter Mahmud Marzuki, 2005 :

93).

(12)

commit to user

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum yang

dilakukan oleh penulis adalah bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat auoratif

yang artinya otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan dan putusan hakim. Sedangkan bahan hukum

sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

doumen-dokumen resmi, yang meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar atas putusan pengadilan

(Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 141)

Dalam penelitian ini penulis menggunakanbahan hukum primer yang

terkait dengan perundang-undangan administrasi kependudukan dan

pendaftaran tanah sebagai berikut :

a. Norma atau kaidah dasar yaitu Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admininstrasi

Kependudukan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan

e. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah

f. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan

(13)

commit to user

g. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 3 Tahun

1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

h. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan

Pertanahan.

Bahan hukum sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah buku-buku literatur hukum, penelitian hukum (skripsi), artikel

hukum di internet yang berkaitan dengan permasalahn yang diteliti dan

jurnal hukum baik nasional maupun internasional

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui studi pustaka yaitu pengumpulan bahan-bahan penelitian berupa

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan administrasi

kependudukan dan pendaftaran tanah, buku, jurnal, dan

dokumen-dokumen terkait permasalahan yang penulis peroleh dari kantor

Pertanahan Klaten serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Klaten

6. Teknik analisis data

Tekinik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

silogisme. Penggunaan silogisme dilakukan dengan cara menyusun

premis mayor kemudian premis minor. Dari kedua premis ini kemudian

ditarik kesimpulan. Menurut philipus m. hadjon dalam peter Mahmud

marzuki menyatakan bahwa didalam argumentasi hukum, silogisme tidak

sesederhana silogisme tradisional, didalam logika silogistik untuk

penalaran hukum yang merupakan premis mayor adalah aturan hukum

sedangkan premis minornya adalah fakta hukum (Peter Mahmud Marzuki,

(14)

commit to user

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika

penulisan karya ilmiah yang sesuai aturan dalam penulisan karya ilmiah,

maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. adapun

sistematika penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling

berkaitan dan berhubungan. sistematika dalam penulisan hukum ini adalah

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka

A. Kerangka Teori

B. Kerangka Pemikiran

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV : Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(15)

commit to user BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka teori 1. Tinjauan tentang administrasi penduduk

a. Pengertian administrasi kependudukan

“Istilah Administrasi berasal dari bahasa Latin yaitu Administrare,

yang artinya adalah setiap penyusunan keterangan yang dilakukan secara

tertulis dan sistematis dengan maksud mendapatkan sesuatu ikhtisar

keterangan itu dalam keseluruhan dan dalam hubungannya satu dengan

yang lain”.

(http://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-hukum-administrasi-negara/).

Sementara itu penulis HAN lain membagi bidang HAN menjadi HAN umum (algemeendeel) dan HAN khusus (bijzonder deel). HAN umum berkenaan dengan peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan hubungan hukum admininstrasi atau peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum adminstrasi, dalam arti tidak terikat pada bidang tertentu. sementara itu, HAN khusus adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang-bidang tertentu seperti peraturan tentang tata ruang, peraturan tentang kepegawaian, peraturan tentang pertanahan, peraturan tentang kesehatan, peraturan tentang perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan pertambangan, dan sebagainya.(Ridwan HR,2010: 40)

Dalam Pasal 1 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, dinyatakan bahwa administrasi

kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam

penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran

penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi

kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

(16)

commit to user

Dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang terdapat

istilah administrasi kependudukan, semuanya memiliki pengertian yang

sama seperti di atas. Dan dapat menjadi gambaran bahwa administrasi

kependudukan merupakan HAN secara khusus dalam lingkup

kependudukan, walaupun tidak secara implisit dinyatakan bahwa

administrasi kependudukan merupakan HAN secara khusus.

Dari pengertian administrasi kependudukan tersebut juga dapat

ditarik garis besarnya bahwa administrasi kependudukan mempunyai 3

(tiga) sistem utama yaitu pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya.

Sistem pertama pendaftaran penduduk, Pasal 1 Undang Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan

Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan

atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan

Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan

berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

Pendaftaran penduduk sendiri juga dapat dijabarkan, biodata

penduduk merupakan data awal dari semua dokumen kependudukan yang

pada akhirnya menghasilkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) sebagai

dasar nomor identitas penduduk. Peristiwa kependudukan yaitu kejadian

yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat

terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda

Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi

pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi

tinggal tetap. Selanjutnya penerbitan dokumen kependudukan juga sudah

dijelaskan dalam undang undang tersebut, dokumen resmi yang

(17)

commit to user

sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran

Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Sistem kedua pencatan sipil, Pasal 1 Undang Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan pencatatan

sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang

dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.

Peristiwa penting sendiri juga mempunyai pengertian bahwa

kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir

rnati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak,

pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status

kewarganegaraan.

Sistem ketiga, pengelolaan informasi administrasi kependudukan

serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan

sektor lain, dalam hal ini tidak ada penjelasan secara implisit dalam

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, namun kurang lebih mengartikan bahwa administrasi

kependudukan dikelola secara maksimal oleh Instansi Pelaksana untuk

meningkatkan kinerjanya sebagai bagian dari pelayanan publik maupun di

bidang lainnya yang berguna bagi masyarakat.

b. Hak dan kewajiban penduduk dalam administrasi kependudukan

Setiap warga Negara dimanapun dia berada, pasti memiliki hak

dan kewajiban yang melekat pada dirinya, bahkan sudah ada semenjak

dilahirkan di dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan

hak sebagai kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu,

derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib

dilaksanakan. Seseorang dapat menuntut haknya tentu saja jika kewajiban

(18)

commit to user

Sebagai warga Negara, hak dan kewajiban dalam kependudukan

tertuang sesuai isi Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan bahwa setiap penduduk mempunyai hak

untuk memperoleh:

1) Dokumen kependudukan;

2) Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil;

3) Perlindungan atas data pribadi;

4) Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;

5) Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan

6) Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data

pribadi oleh instansi pelaksana.

Sedangkan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang adminstrasi kependudukan, bahwa setiap penduduk

mempunyai kewajiban :

“Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan

peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana dengan

memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil” .

Pasal 3 mengatur bahwa kewajiban penduduk dalam melaporkan

peristiwa penting dan peristiwa kependudukan namun harus memenuhi

persyaratan terlebih dahulu, hal tersebut mengartikan jika kewajiban itu

juga memerlukan kewajiban lainnya, yaitu memenuhi sebuah persyaratan

(19)

commit to user

“Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan peristiwa kependudukan

dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana

pencatatan sipil Negara setempat dan/atau kepada perwakilan republik

Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil”.

Pada Pasal 4, intinya sama dengan Pasal 3 namun tempat

terjadinya peristiwa penting dan peristiwa kependudukan yang berbeda,

serta ada tambahan instansi pelaksana bukan hanya dinas kependudukan

dan catatan sipil namun juga perwakilan RI, bisa saja hal itu dilaksanakan

oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)

c. Dokumen kependudukan

Pada hakekatnya bahwa upaya Tertib Dokumen Kependudukan

atau Tertib Administrasi Kependudukan, tidak sekedar pengawasan

terhadap pengadaan formulir dan blangko yang dipersyaratkan dalam

penerbitan dokumen, tapi hendaknya juga harus dikelola dan

didokumentasikan dengan baik. Dengan dikelola dan didokumentasikan

dengan baik, merupakan wujud konkret dari pelayanan publik yang

diinginan oleh masyarakat.

Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan

oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat

bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil. Dengan demikian, dimilikinya dokumen kependudukan

menjadikan seseorang mendapatkan kepastian hukum maupun

perlindungan terhadap data diri sehingga bila suatu saat terjadi sesuatu

(20)

commit to user

Dokumen kependudukan terjabar dalam Pasal 59 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adminstrasi Kependudukan, antara lain :

1) Biodata Penduduk;

2) Kartu Keluarga (KK);

3) Kartu Tanda Penduduk (KTP);

4) Surat keterangan kependudukan;

5) Akta Pencatatan Sipil.

Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang

nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan jatidiri lainnya secara lengkap,

serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa Kependudukan dan

Peristiwa Penting yang dialami.

Surat keterangan kependudukan mempunyai banyak jenisnya,

meliputi :

a) Surat Keterangan Pindah:

b) Surat Keterangan Pindah Datang:

c) Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri; d) Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri; e) Surat Keterangan Tempat'1inggal:

f) Surat Keterangan Kelahiran; g) Surat Keterangan Lahir Mali.

h) Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;

i) Surat Keterangan Pembatalan Perceraian; j) Surat Keterangan Kematian;

k) Surat Keterangan Pengangkatan Anak;

l) Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan

Indonesia;

m) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan n) Surat Keterangan Pencatatan Sipil.

2. Tinjauan tentang Kartu Tanda Penduduk

a. Pengertian Kartu Tanda Penduduk

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan , Kartu Tanda Penduduk atau KTP adalah

(21)

commit to user

pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sebagai identitas resmi, KTP memiliki banyak fungsi selain

sebagai bukti diri namun juga sebagai persyarakat administrasi untuk

menikmati berbagai akses pelayanan publik lainnya. Dalam kehidupan

sehari-hari, kepemilikan KTP lebih dirasakan sebagai kewajiban daripada

hak. Sebagai contoh, KTP dibutuhkan karena diperlukan untuk

administrasi dalam permohonan perkawinan ke KUA, membuat akte

kelahiran anak, membuat SIM, berususan dengan jual-beli tanah dan

sebagainya. Namun jika tidak punya KTP, maka tidak bisa melakukan

kegiatan administrasi tersebut dan hal itu nantinya akan sangat

merepotkan kepada kehidupan yang dijalaninya.

Dengan melihat KTP seseorang akan mendapat gambaran siapa

dan dari mana orang tersebut, makanya setiap orang yang berpergian

wajib membawa KTP sebagai bekal utama, yang suatu keadaan tertentu

lebih penting daripada barang barang lainnya.

Bagi penduduk pendatang, persoalan KTP menjadi jauh lebih

penting daripada barang lainnya. Pihak aparat maupun pamong desa

biasanya akan meminta para pendatang yang tidak melengkapi diri

dengan KTP untuk segera kembali ke daerah asalnya

b. Syarat kepemilikan dan syarat penerbitan Kartu Tanda Penduduk

Dalam pasal 63 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 disebutkan

syarat-syarat kepemilikan KTP, antara lain :

1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan orang asing yang memiliki

izin tinggal tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah

(22)

commit to user

2) Orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki izin

tinggal tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki

KTP

3) KTP berlaku nasional

4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada

instansi pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir

5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa saat berpergian

6) Penduduk hanya boleh memiliki 1 (satu) KTP

Sedangkan penerbitan KTP baru bagi penduduk Warga Negara

Indonesia, sesuai Pasal 15 Ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun

2008 dilakukan setelah memenuhi syarat berupa, antara lain :

1) Telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah kawin atau pernah

kawin

2) Surat pengantar RT/RW dan kepala desa/lurah

3) Fotokopi :

a) Kartu Keluarga

b) Kutipan akta nikah/ akta kawin bagi penduduk yang belum

berusia 17 (tujuh belas) tahun

c) Kutipan akta kelahiran

4) Surat keterangan datang dari luar negeri yang diterbitkan oleh instansi

pelaksana bagi Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri

karena pindah

3. Tinjauan umum tentang pendaftaran tanah

a. Pengertian pendaftaran tanah

Undang-undang Pokok Agraria maupun Peraturan Pemerintah Nomor

10 Tahun 1961 sendiri tidak menerangkan pengertian pendaftaran tanah.

Pengertian Pendaftaran tanah menurut Urip Santoso yang dikutip dari A.P

(23)

commit to user

Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman),

menunjukkan kepada luas, nilai, dan kepemilikan (atau lain-lain atas hak)

terhadap suatu bidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin

Capistratum” yang berarti suatu register atau capita atau unit yang

diperbuat oleh pajak tanah Romawi (Capotatio Terrens). Dalam arti yang

tegas, cadastre adalah record pada lahan_lahan, nilai daripada tanah dan

pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan Cadastre merupakan alat yang tepat untuk

memberikan uraian dan identifikasi serta sebagai Continuous recording

(rekaman yang berkesinambungan) dari hak atas tanah (Urip Santoso,

2010:12).

Menurut pasal 1 PP Nomor 24 Tahun 1997, pengertian dari

pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan

data fisik maupun data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai

bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian

surat tanda bukti bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan

hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang

membebaninya.

Pengumpulan data fisik dan yuridis, pembukuan dan penyajiannya

dalam bentuk peta pendaftaran, surat ukur dan buku tanah untuk pertama

kali serta penerbitan sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya

merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali. Pendaftaran

perubahan-perubahan pada data fisik dan data yuridisnya terjadi

kemudian disebut kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Pendaftaran yuridis sebagaimana diatur pendaftaran pada Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dilakukan

(24)

commit to user

itu dibuat dengan pembuatan dan mendaftar akta baru (Boedi

Harsono,2008 : 6)

Dari pengertian pendaftaran tanah tersebut diatas dapat diuraikan

unsur-unsurnya sebagai berikut (urip santoso, 2010: 14-16) :

1) Adanya serangkaian kegiatan

Dalam pendaftaran tanah yang terdiri atas

kegiatan-kegiatan yang berkaitan satu sama lain untuk tersedianya data

yang diperlukan dalam pendaftaran tanah. Kegiatan pendaftaran

tanah terdiri dari kgiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali

meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik;

pembuktian hak dan pembukuannya; penerbitan sertifikat;

penyajian data fisik dan data yuridis; dan penyimpanan daftar

umum dan dokumen, serta pemeliharaan data pendaftaran tanah,

bentuk kegiatannya adalah pendaftaran, peralihan dan pembebasan

hak; pendaftaran, perubahan dan pendaftaran tanah lainnya

2) Dilakukan oleh pemerintah

Pendaftaran tanah dilakukan oleh instansi pemerintah yang

menyelenggarakan pendaftaran tanah adalah Badan Pertanahan

Nasional (BPN) sedangkan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh

Kepala Kantor Pertanahan kabupaten/kota.

3) Secara terus menerus, berkesinambungan

Data yang sudah ada akan terus dipelihara dan jika ada

perubahan akan disesuaikan lagi. kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali menghasilkan tanda bukti hak berupa sertifikat.

Dalam kegiatan pendaftaran tanah dapat terjadi peralihan hak,

(25)

commit to user

pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah;

pembagian hak bersama, hapusnya hak atas tanah dan hak milik

atas satuan rumah susun; peralihan dan hapusnya putusan atau

penetapan pengadilan; dan perubahan nama pemegang hak harus

didaftarkan ke kantor pertanahan kabupaten/kota setempat hingga

tetap sesuai dengan keadaan terakhir.

4) Secara teratur

Kegiatan pendaftaran tanah harus dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan

perundang-undangan yang mengatur pendaftaran tanah adalah

UUPA, peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997, permen

agrarian/kepala BPN nomor 3 tahun 1997, permen agrarian/

kepala BPN nomor 3 tahun 1999, permen agrarian/ kepala BPN

nomor 9 tahun 1999 dan sebagainya.

5) Bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun

Kegiatan pendaftaran tanah dilakukan terhadap hak milik,

hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan,

tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun, hak tanggungan

dan tanah Negara

6) Pemberian surat tanda bukti hak

Ini dihasilkan pada saat pendaftaran tanah pertama kali

7) Hak-hak tertentu yang membebaninya

b. Asas-asas pendaftaran tanah

Menurut urip santoso yang dikutip dari Soedikno Mertokusumo,

(26)

commit to user 1) Asas Specialiteit

Pelaksanaan pendaftaran tanah diselenggarakan atas dasar

peraturan perundang-undangan tertentu yang secara teknis

menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran

peralihannya. oleh karena itu dalam pelaksanaan pendaftaran

tanah dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah

yaitu memberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah, letak

dan batas-batas tanah

2) Asas Openbaarheid

Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang

menjadi subyek haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana

terjadinya peralihan dan pembebannya. data ini sifatnya terbuka

untuk umum artinya setiap orang dapat melihatnya.

Berdasarkan asas ini, setiap orang berhak mengetahui data

yuridis tentang subyek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak,

dan pembebanan hak atas tanah yang ada di kantor pertanahan

kabupaten/kota, termasuk pengajuan keberatan sebelum sertifikat

diterbitkan, sertifikat pengganti, sertifikat yang hilang atau rusak.

Dalam pasal 2 peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997

dinyatakan bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas :

1) Asas sederhana

Asas ini dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya

maupun prosedurnya dapat dengan mudah dipahami oleh

pihak-pihak yang berkepentingan terutama para pemegang hak atas

(27)

commit to user

2) Asas aman

Asas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa

pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat

sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum

sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

3) Asas terjangkau

asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak

yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan

dan kemampuan golongan ekonomi lemah. pelayanan yang

diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus

terjangkau oleh pihak yang memerlukan.

4) Asas mutakhir

asas ini dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam

pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya.

data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir.

untuk itu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan

perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. asas ini menuntut

dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan

berkesinambungan sehingga data yang tersimpan di kantor

pertanahan sesuai dengan keadaan lapangan.

5) Asas terbuka

Asas ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui

atau memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis

(28)

commit to user

Dokumen-dokumen yang terkait dalam rangka pendaftaran tanah

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu

a) Daftar tanah

Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat identitas bidang tanah suatu sistem penomoran

b) Surat ukur

Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu

bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian

c) Daftar nama

Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat keterangan mengenai penguasaan fisik dengan suatu hak

atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak

milik atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan

hukum tertentu.

d) Buku tanah

Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah

yang sudah ada haknya.

c. Tujuan dan manfaat pendaftaran tanah

1) tujuan pendaftaran tanah

Tujuan pendaftaran tanah dimuat dalam pasal 3 dan pasal 4

(29)

commit to user

a) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum

bagi pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah

susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah

dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang

bersangkutan.

Jaminan kepastian hukum sebagai tujuan pendaftaran tanah

meliputi

(1). Kepastian status hak yang terdaftar

Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat

diketahui dengan pasti status hak yang didaftar, misalnya

hak milik, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan,

hak pakai, hak tanggungan, hak milik atas satuan rumah

susun atau tanha wakaf.

(2). Kepastian subyek hak

Dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui

dengan pasti pemegang haknya, apakah perseorangan

(warga Negara Indonesia atau orang asing yang

berkedudukan di indonesia), sekelompok orang secara

bersama-sama atau badan hukum (badan hukum privat atau

badan hukum publik).

(3). Kepastian obyek hak

Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat

diketahui dengan pasti letak tanah, batas-batas tanah, dan

ukuran atau luas tanah. Letak tanah berada dijalan,

kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi

(30)

commit to user

selatan, timur,barat perbatasan dengan tanah siapa atau

tanah apa. Ukuran (luas) tanah dalam bentuk meter persegi

Untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan

perlindungan hukum alam pendaftaran tanah kepada

pemegang yang bersangkutan diberikan sertifikat sebagai

tanda bukti haknya

b) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah

dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan

perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan

rumah susun yang sudah terdaftar.

Dengan pendaftaran tanah, pemerintah maupun

masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi

tentang data fisik dan data yuridis di kantor pertanahan

kabupaten/kota apabila hendak melakukan perbuatan hukum

mengenai bidang-bidang tanah atau satuan rumah susun yang

sudah terdaftar.

c) Untuk menyelenggarakan tertib administrasi pertanahan

Program pemerintah di bidang pertanahan dikenal

dengan catur tertib pertanahan yaitu tertib hukum pertanahan,

tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah, dan

tertib pemeliharaan tanah dan kelestarian lingkungan hidup.

2) Manfaat pendaftaran tanah

Pihak-pihak yang memperoleh manfaat dengan

(31)

commit to user

a) Pemegang hak

(1) Memberikan rasa aman

(2) Dapat mengetahui dengan jelas data fisik dan data yuridisnya

(3) Memudahkan dalam pelaksanaan peralihan hak

(4) Harga tanah menjadi lebih tinggi

(5) Dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak

tanggungan

(6) Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak mudah

keliru

b) Bagi pemerintah

(1) Akan terwujud tertib administrasi pertanahan sebagai salah

satu program catur tertib pertanahan

(2) Dapat memperlancar kegiatan pemerintah yang berkaitan

dengan tanah dan pembangunan

(3) Dapat mengurangi sengketa di bidang pertanahan misalnya

sengketa batas-batas tanah, pendudukan tanah secara liar.

c) Manfaat bagi calon pembeli atau kreditor

Bagi calon pembeli atau calon kreditor dapat dengan

mudah mendapatkan keterangan yang jelas mengenai data fisik

dan data yuridis tanah yang akan menjadi obyek perbuatan hukum

mengenai tanah.

d. Dasar hukum pendaftaran tanah

Dalam UUPA mengatur peralihan hak milik, hak guna bangunan,

hak guna usaha, dan hak pakai atas tanah meliputi :

1) Pasal 20 ayat (1) UUPA

(32)

commit to user 2) Pasal 28 ayat (3) UUPA

hak guna usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak

lain

3) Pasal 35 ayat (3) UUPA

hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada

pihak lain

4) Pasal 43 UUPA

Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh

Negara, makahak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain

dengan izin pejabat yang berwenang. ayat (1)

Hak pakai atas tanah milik hanya dapat dialihkan pada

pihak lain jika hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang

bersangkutan. ayat (2)

5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah

Pasal 37 berbunyi :

(1) Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan

rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah,

pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum

pemindhan hak lainnya, kecuali pemindahan hak

melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan

dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta

Tanah (PPAT) yang berwenang menurut peraturan

(33)

commit to user

(2) Dalam keadaan tertentu sebagaimana ditentukan oleh

menteri, kepala kantor pertanahan dapat mendaftakan

pemindahan hak atas bidang tanah hak milik yang

dilakukan diantara perorangan warga Negara Indonesia

yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh

PPAT tetapi yang menurut kepala kantor pertanahan

tersebut, kadar kebenarannya dianggap cukup untuk

mendaftar pemindahan hak yang bersangkutan.

Pasal 41 yang berbunyi :

Mengatur prosedur pengalihan hak melalui

pemindahan hak dengan lelang atas bidang tanah atau hak

milik atas satuan rumah susun

Pasal 42 yang berbunyi :

Mengatur pendaftaran peralihan hak karena

pewarisan mengenai bidang tanah yang sudah didaftarkan

dan hak milik satuan rumah susun

Pasal 43 yang berbunyi :

Mengatur peralihan hak atas tanah atu hak milik

atas satuan rumah susun karena penggabungan atau

peleburan perseroan atau koperasi.

6) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 3 Tahun

1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, pasal 97 sampai pasal

105 yang mengatur tentang persiapan pembuat akta PPAT,

pelaksanaan pembuatan akta PPAT, dan pendaftaran peralihan hak

(34)

commit to user

Rumah Susun, pasal 107 sampai pasal 110 yang mengatur tentang

pemindahan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah

Susun dengan lelang, pasaal 111 sampai 112 yang mengatur

tentang pendaftaran peralihan hak atas tanah atau Hak Milik Atas

Satuan Rumah Susun karena pewarisan serta 113 yang mengatur

tentang peralihan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan

(35)

commit to user B. Kerangka berfikir

Keterangan bagan :

Administrasi kependudukan merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan

dimana data kependudukan dapat ditata, dicatat serta diterbitkan oleh instansi

pelaksana yaitu dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Data kependudukan

tersebut menghasilkan hak bagi WNI yang berupa dokumen kependudukan.

Salah satu dokumen yang wajib dimiliki oleh WNI adalah KTP. KTP yang

merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri.

KTP sebagai bukti diri, selain itu juga sebagai alat pelengkap untuk

melakukan pendaftaran tanah. Kegiatan pendaftaran tanah terdiri dari 2 (dua)

kegiatan yaitu pendaftaran tanah pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data

pendaftaran tanah. Administrasi kependudukan

UU 23/2006

KTP

Penerbitan KTP

Syarat pendaftaran pemindahan hak di kantor pertanahan Pendaftaran tanah

PP 24/1997

Implikasi dari sistem administrasi kependudukan terhadap pendaftaran

tanah

(36)

commit to user

KTP tersebut diatas terkait pada kegiatan pemeliharaan data pendaftaran

tanah, karena berpindah dengan cara jual-beli maka akan terkait dengan

pendaftaran pemindahan hak di kantor pertanahan. Dengan begitu, akan

terjadi implikasi yang timbul dari keterkaitan antara KTP dengan proses

pendaftaran pemindahan hak, yang kemudian dapat diketahui juga

(37)

commit to user BAB III

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Dasar hukum penebitan Kartu Tanda Penduduk

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan memberikan landasan hukum yang paling mendasar dari

penerbitan KTP yaitu pada Pasal 3 : “ Setiap penduduk wajib melaporkan

peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada

instansi pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil”. Selain itu juga terdapat Pasal

2 butir a, “ Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh dokumen

kependudukan”. Kedua pasal diatas merupakan hak dan kewajiban

penduduk dalam administrasi kependudukan.

Melanjutkan mengenai dokumen kependudukan, Pasal 1 Undang

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adminstrasi Kependudukan

menjelaskan bahwa dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang

diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum

sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil.

Segala sesuatu yang diterbitkan oleh instansi pelaksana, merupakan

dokumen resmi yang mempunyai kekuatan hukum tanpa perlu pengakuan

dari pihak manapun serta menjadi dokumen resmi yang dapat dijadikan

sebagai alat bukti secara autentik.

Pada Pasal 59 Ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006

(38)

commit to user

meliputi : a. biodata penduduk ; b. Kartu Keluarga; c. Kartu Tanda

Penduduk; d. Surat Keterangan Kependudukan dan akta pencatatan sipil.

Pasal diatas merupakan jenis dokumen kependudukan, sedangkan Pasal

59 ayat (1) memberikan penjelasan bahwa KTP merupakan salah satu dari

dokumen kependudukan.

Pengaturan mengenai penerbitan KTP selanjutnya dijelaskan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, peraturan tersebut lebih lanjut memberi dasar pada Pasal

38 Ayat (3), “NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan

setelah dilakukan pencatatan biodata penduduk sebagai dasar penerbitan

KK dan KTP pada Instansi Pelaksana tempat domisili yang

bersangkutan”.

NIK tersebut dicantumkan disetiap dokumen kependudukan. NIK

bersifat unik/ khas, tunggal dan melekat pada penduduk, hal itu

mengartikan bahwa KTP dimiliki oleh satu orang saja karena NIK yang

satu tidak akan sama dengan NIK yang lainnya.

Kemudian Pasal 63 Undang Undang 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan mendeskripsikan mengenai persyaratan

pembuatan KTP, sebagai berikut :

(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang

memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki KTP.

(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki

Izin Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib

(39)

commit to user

(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku

secara nasional.

(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP

kepada Instansi Pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.

(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat

bepergian.

(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya

diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP.

Dilihat dari Ayat (6) diatas, penduduk hanya diperbolehkan memiliki

satu KTP, hal ini dapat dikaitkan dengan NIK yang bersifat unik / khas,

tunggal dan melekat pada penduduk seperti yang telah dijelaskan diatas.

Selanjutnya secara lebih spesifik penerbitan KTP dijabarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan

Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Dalam peraturan

tersebut dapat diketahui mengenai syarat penerbitan KTP yaitu pada pasal

15 Ayat (1) :

Penerbitan KTP baru bagi penduduk Warga Negara Indonesia,

dilakukan setelah memenuhi syarat berupa:

a. Telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah kawin atau pernah

kawin;

b. Surat Pengantar RT/RW dan Kepala desa/lurah;

c. Fotokopi :

(40)

commit to user

2. Kutipan Akta Nikah/Akta Kawin bagi penduduk yang belum

berusia 17 (tujuh belas) tahun;

3. Kutipan Akta Kelahiran; dan

d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri yang diterbitkan oleh

Instansi Pelaksana bagi Warga Negara Indonesia yang datang dari

luar negeri karena pindah.

Pada Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil

menjelaskan secara rinci prosedur dari penerbitan KTP.

(2) Proses penerbitan KTP di Desa/Kelurahan dilakukan dengan tata

cara:

a. Penduduk mengisi dan menandatangani formulir permohonan

KTP Warga NegaraIndonesia ;

b. Petugas registrasi mencatat dalam Buku Harian Peristiwa

Kependudukan dan Peristiwa Penting;

c. Petugas registrasi melakukan verifikasi dan validasi data;

d. Kepala desa/lurah menandatangani formulir permohonan KTP;

e. Petugas registrasi menyerahkan formulir permohonan KTP kepada

penduduk untuk dilaporkan kepada Camat.

(3) Proses penerbitan KTP di Kecamatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf e, dilakukan dengan tata cara:

a. Petugas registrasi melakukan verifikasi dan validasi data

penduduk;

(41)

commit to user

c. Petugas registrasi menyampaikan formulir permohonan KTP yang

dilampiri dengan kelengkapan berkas persyaratan kepada Instansi

Pelaksana sebagai dasar penerbitan KTP.

(4) Penerbitan KTP di Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf c, dilakukan dengan tata cara:

a. Petugas registrasi melakukan perekaman data ke dalam database

kependudukan;

b. Instansi Pelaksana menerbitkan dan menandatangani KTP.

Menurut wawancara penulis pada Kamis, 5 Januari 2012 dengan

Wahyu Satyawati , selaku Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Klaten, beliau mengatakan

bahwa pelaksanaan penerbitan KTP di Kabupaten Klaten mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan

Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, tidak ada peraturan

lain dibawahnya yang terkait langsung dengan penerbitan KTP.

2. Data penerbitan Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten Klaten

Data rekapitulasi kependudukan kabupaten klaten sampai pada bulan

desember 2011 berdasarkan sumber database SIAK dinas kependudukan

dan catatatan sipil kabupaten klaten tanggal 1 januari 2012 yang telah

(42)

commit to user

NO KECAMATAN PENDUDUK KK WAJI

KTP LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 PRAMBANAN 27.165 27.959 55.124 16.023 43.078

10 KARANGNONGKO 19.815 20.339 40.154 11.672 31.837

11 CEPER 34.470 34.147 68.617 20.169 53.459

(43)

commit to user

3. Pelaksanaan penerbitan Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten Klaten

Penerbitan KTP di Kabupaten Klaten melalui 3 (tiga) alur / proses

yaitu di Desa/Kelurahan, di Kecamatan, dan di Instansi Pelaksana (Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil).

Penduduk/Pemohon membawa syarat-syarat seperti yang disebutkan

pada Pasal 15 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008

tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan

Sipil, yaitu fotokopi KK, kutipan akta kelahiran serta kutipan akta nikah

bagi yang belum 17 (tujuh belas) tahun, kemudian ke RT/RW untuk

dibuatkan surat pengantar ke Kelurahan setempat domisili Pemohon.

Pelaksanaan di Kelurahan, Pemohon mengisi formulir permohonan

KTP Warga Negara Indonesia yang kemudian dicatat ke dalam Buku

Harian Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting lalu diverifikasi

oleh petugas registrasi, setelah terverifikasi dan datanya valid segera

diserahkan kepada Kepala Desa/ Lurah utuk ditanda-tangani. Formulir

tersebut kemudian dibawa Pemohon ke tingkat Kecamatan untuk proses

selanjutnya.

Pelaksanaan di Kecamatan, petugas registrasi melakukan pengecekan

terhadap berkas yang diajukan oleh Pemohon dari tingkat Kelurahan,

setelah valid kemudian ditanda-tangani oleh Camat setempat untuk

diteruskan proses selanjutnya.

Pelaksaan di Instansi Pelaksana/ Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Klaten, petugas registrasi mencatat berkas dari Pemohon

untuk dijadikan database kependudukan, setelah itu KTP bisa langsung

(44)

commit to user

Dalam wawancara penulis pada Kamis, 5 januari 2012 kepada salah

satu Pemohon KTP di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Klaten, yang bernama Nur Utary, bertempat tinggal di jatinom

mengatakan bahwa proses pembuatan KTP yang dia jalani memang benar

seperti itu, dari Kelurahan terus ke Kecamatan kemudian ke Kabupaten

(45)

commit to user

B. PEMBAHASAN

1. Implikasi sistem administrasi kependudukan terhadap pendaftaran

tanah di Kabupaten Klaten

Menurut pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendaftaran Tanah, pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah

meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan

data pendaftaran tanah. Dalam pasal 12 disebutkan bahwa :

(1) Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi :

a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik

b. Pembuktian hak dan pembukuannya

c. Penerbitan sertifikat

d. Penyajian data fisik dan data yurisid

e. Penyimpanan daftara umum dan dokumen

(2) Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi

a. Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak

b. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran

yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang

dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran

tanah secara periodik.

Menurut Boedi Harsono, pendaftaran tanah secara sistematik

adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara

serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum

didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan (Boedi

Harsono, 2003 : 477)

Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan oleh

(46)

commit to user

dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan nasional.

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran

untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pedaftaran tanah

dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara

individual atau missal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan

atas permintaan pihak yang berkepentingan. (Boedi Harsono, 2003: 478)

Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta

pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan

sertipikat dengan perubahan yang terjadi kemudian.

Menurut Boedi Harsono dalam bukunya hukum Agraria

Indonesia, Pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi :

1. Pemeliharaan data karena pemindahan hak yang tidak melalui lelang.

2. Pemeliharaan data karena pemindahan hak yang melalui lelang.

3. Pemeliharaan data disebabkan pemindahan hak karena pewarisan

4. Pemeliharaan data disebabkan perpanjangan jangka waktu hak atas

tanah

5. Pemeliharaan data karena peralihan dan hapusnya hak tanggungan

6. Pemeliharaan data karena perubahan nama

7. Pemeliharaan data berdasarkan putusan atau penetapan ketua

pengadilan

8. Pemeliharaan data sehubungan dengan perubahan hak atas tanah.

Dalam penulisan hukum ini, penulis membahas pemeliharaan data

karena pemindahan hak yang tidak melalui lelang. Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997, pasal 37 ayat (1) menetapkan bahwa :

Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun

melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukkan dalam perusahaan

dan perbuaatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak

(47)

commit to user

dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan

perundang-undangna yang berlaku.

Dengan penjelasan singkat diatas, dapat ditarik garis besarnya bahwa

pendaftaran tanah terdapat dua macam yaitu pendaftaran tanah untuk

pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Didalam latar

belakang telah disebutkan bahwa pemindahan hak atas tanah di penulisan

skripsi ini melalui jual-beli, dari hal itu dapat dikatakan bahwa

pendaftaran tanah disini bukan pendaftaran tanah untuk pertama kali

melainkan pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah secara garis besar menjelaskan sebagai berikut; Pemeliharaan data

pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan data fisik atau data

yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar; Pemegang hak wajib

untuk mendaftarkan haknya ke kantor pertanahan setempat; Pemegang

hak hanya dapat mendaftarkan tanahnya jika dibuktikan dengan akta yang

sebelumnya dibuat oleh PPAT ( Pejabat Pembuat Akta Tanah ), akta

disini adalah akta jual-beli sesuai latar belakang penulisan skripsi ini,

PPAT diberi waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

ditanda tangani akta, dan PPAT wajib menyampaikannya ke kantor

pertanahan.

Selanjutnya secara lebih rinci, persyaratan pendaftaran peralihan hak

karena pemindahan hak dalam pasal 103 Peraturan Menteri Negara

Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997

tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah, menjelaskan sebagai berikut

a. Surat permohonan pendaftaran peralihan hak yang ditandatangani oleh

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 3 Daftar sampel perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria (menerbitkan laporan keuangan yang diaudit tahun 2013-2016) Lampiran 4 Daftar perusahaan yang

Pengklasifikasian pada tumbuhan memiliki tujuan dan manfaat. Klasifikasi tumbuhan merupakan suatu cara sebagai pembentukan kelas-kelas, kelompok, atau unit melalui

Form ini digunakan untuk mendata para pegawai yang lembur seperti menambahkan data, menghapus data, mengubah data dan lain-lain.. Form

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung, seperti

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri yang berasal dari sampel tanah di Rumah Sakit Wijayakusuma dan mengidentifikasi resistensi

Rahardja, 2007; Setiabudy, 2007). Dengan alasan yang telah dijelaskan tersebut, penting dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan MTX terhadap jumlah

Bahan yang digunakan terdiri atas: tumbuhan dominan dan tanah ( tailing) di hutan sekunder, lahan pasca tambang timah yang direklamasi dan lahan pasca tambang timah

previous year with the positive marked. Grain price, fertilizer price index, rainfall, harvest area in the previous 2 year and 3 year had no signiicant effect. Harvest area