• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Korupsi dan Strategi Penc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Potensi Korupsi dan Strategi Penc"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN

MAKALAH

KAJIAN POTENSI KORUPSI DAN STRATEGI PENCEGAHANNYA PADA KPP PENANAMAN MODAL ASING LIMA

Diajukan oleh: Satria Hangga Nugraha

NPM : 154060006571

Kelas : 7/A Alih Program No. Absen : 35

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

(3)

1. 2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Standard Operating Procedure (SOP) di Seksi Pengolahan Data dan Informasi terkait penatausahaan penerimaan pajak dalam mata uang asing (USD) yang disetor bukan melalui bank persepsi

2. Celah dan potensi tindakan korupsi pada proses penatausahaan penerimaan pajak USD

3. Strategi atau tindakan pencegahan

1. 3 Tujuan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Jenis Korupsi yang Pernah atau Berpotensi Terjadi

Sebelum dilakukan pembahasan mengenai potensi korupsi yang dapat terjadi di Seksi Pengolahan Data dan Informasi, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai tugas-tugas harian dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Seksi Pengolahan Data dan Informasi secara garis besar memiliki tugas dan fungsi berupa kompilasi data-data perpajakan dan melakukan pengolahan data-data tersebut untuk dijadikan informasi bagi seksi-seksi lain yang membutuhkan. Selain itu seksi Pengolahan Data dan Informasi juga mengelola seluruh sumberdaya teknologi informasi dan komunikasi pada kantor tersebut, dalam hal ini KPP Penanaman Modal Asing Lima. Selain itu Seksi Pengolahan Data dan Informasi juga membantu dan melakukan asistensi terhadap Wajib Pajak melalui perantara Account Representative atas permasalahan dan troubleshooting kendala-kendala terkait aplikasi-aplikasi perpajakan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (misal e-SPT, e-Faktur, dll). Tugas-tugas tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Tugas-tugas yang telah ditetapkan dalam Standard Operating Procedure KPP Madya/Khusus

(5)

b. Tugas-tugas yang tidak ada dalam Standard Operating Procedure, baik tugas yang bersifat adhoc maupun tugas rutin

Tugas ini adalah pekerjaan yang belum diatur melalui SOP dan bersifat adhoc maupun rutin. Dikarenakan sistem dan teknologi Direktorat Jenderal Pajak semakin berkembang, maka banyak aplikasi, sistem atau hal lain terkait TIK yang tanggung jawabnya diserahkan kepada Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Teknologi dan organisasi yang berkembang dan berjalan secara dinamis menyebabkan unit kerja di bawahnya juga harus mengikuti perkembangan tersebut dengan cepat dan tepat. Ketika perkembangan suatu aplikasi dijalankan dengan menunggu SOP terlebih dahulu, maka hal ini akan menyebabkan organisasi dan pelayanan terhadap wajib pajak melambat. Oleh karena itu banyak tugas-tugas yang dibebankan kepada Seksi Pengolahan Data dan Informasi tanpa ada SOP terlebih dahulu. Tugas dilimpahkan melalui surat formal dari Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.

Tugas yang telah memiliki SOP sebagian besar adalah tugas-tugas yang bersifat klerikal misal perekaman, sedangkan kondisi di KPP Penanaman Modal Asing Lima sudah tidak ada. Hampir seluruh data-data perpajakan Wajib Pajak di KPP Penanaman Modal Asing Lima sudah berbentuk elektronik sehingga siap diolah. Pekerjaan tersebut dikerjakan oleh Operator Console dan dibantu oleh pelaksana.

Salah satu tugas pada seksi Pengolahan Data dan Informasi di KPP Khusus adalah “Penatusahaan/Perekaman Setoran Pajak dalam Mata Uang Asing (USD)

yang Disetorkan Tidak Melalui Bank Persepsi”. Tugas ini umum terjadi di KPP

(6)

melakukan setoran pajak dengan menggunakan mata uang asing. Tugas ini dilakukan melalui perekaman pada aplikasi Portal DJP dan dilakukan oleh Operator Console. Proses ini tidak memiliki SOP, tetapi tanggung jawabnya ada pada seksi Pengolahan Data dan Informasi yang setiap bulannya wajib membuat laporan pertanggungjawaban. Secara ringkas pelaksanaan tugas tersebut adalah sebagai berikut:

1. WP melakukan pembayaran dengan mata uang asing ke rekening kas negara tanpa melalui bank persepsi, bahkan sering melalui bank asing di luar negeri. WP akan mendapat bukti setoran tanpa nomor MPN (identitas setoran pajak dari Bank Indonesia)

2. Bukti setoran dilaporkan pada KPP melalui Tempat Pelayanan Terpadu sebagai lampiran SPT yang dilaporkan

3. Bukti setoran diteruskan ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang menangani WP tersebut untuk kemudian dikompilasi dan divalidasi oleh masing-masing Account Representative (AR)

4. Bukti setoran dan data hasil kompilasi di serahkan kepada Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, dalam hal ini Operator Console (OC), melakukan pencocokan data kompilasi dan fisik bukti setoran.

(7)

9. Ketika terdapat kesalahan perekaman (salah input, penginputan ganda, atau penginputan data yang seharusnya tidak boleh diinput) terdapat prosedur koreksi melalui LASIS

Dari urain tersebut dapat diambil poin-poin dimana terdapat kelemahan prosedur tersebut. kelemahannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk WP yang rutin melakukan setoran USD cenderung tidak dilakukan validasi atau cross check oleh AR dan dianggap valid

2. Kompilasi dilakukan oleh pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi, sehingga kadang pegawai tidak dapat mengidentifikasi kejanggalan pada surat setoran

3. OC maupun AR tidak dapat melakukan permintaan klarifikasi atas kebenaran setoran tersebut kepada bank yang bersangkutan dikarenakan bank berada di luar negeri dan belum ada prosedur yang mengatur

4. Seandainya klarifikasi dapat dilakukan maka masih terdapat suatu kendala. Tugas tersebut sangat berat dikarenakan kuantitas surat setoran yang masuk cukup banyak dan hal tersebut dapat mengganggu kinerja penerimaan (pengakuan penerimaan tertunda hingga proses klarifikasi selesai)

5. Tidak adanya mekanisme klarifikasi dan konfirmasi oleh kantor pusat. Setiap kesalahan hanya akan diketahui ketika tahun pajak akan berakhir, yaitu ketika Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disusun. Jumlah penerimaan pada kas negara tidak sama dengan data portal penerimaan 6. Ketidaksamaan jumlah tersebut dapat dikarenakan terdapat setoran yang

(8)

Kondisi seperti ini tentu saja tidak akan menambah jumlah setoran pada rekening kas negara

7. Lamanya prosedur koreksi, sehingga meskipun kecurangan akhirnya dapat ditemukan tetapi data yang terlanjur muncul pada portal penerimaan tidak segera terhapus.

Dari kelemahan-kelemahan tersebut dapat timbul suatu kecurangan yang berujung pada tindakan korupsi. Kecurangan yang dapat terjadi yaitu:

1. Wajib pajak dapat bekerjasama dengan AR, bisa melalui suap atau dijanjikan suatu imbalan, agar setoran pajak USD fiktif dianggap valid. Dikarenakan tidak adanya mekanisme klarifikasi ke bank asing di luar negeri. Ketika AR menyatakan valid maka bukti setoran dianggap benar dan direkam. Dengan demikian negara tidak menerima setoran pajak dari WP tersebut secara real hanya menerima tambahan data berupa angka 2. Wajib pajak dapat bekerjasama dengan OC, bisa melalui suap atau

dijanjikan suatu imbalan, agar setoran pajak rutin USD fiktif direkam. Hal ini dikarenakan setoran pajak USD yang bersifat rutin kadang tidak divalidasi oleh AR. Sama dengan poin 1, negara tidak menerima setoran pajak dari WP tersebut secara real hanya menerima tambahan data berupa angka

(9)

2. 2 Faktor-faktor Penyebab Korupsi

Dari penjelasan pada poin sebelumnya, dapat diketahui apa saja faktor penyebab korupsi. Faktor yang dijelaskan berikut ini tidak termasuk faktor personal, seperti kondisi keuangan pribadi pegawai, tingkat integritas pegawai, atau ketidakcakapan pegawai. Faktor penyebab disini lebih cenderung faktor bawaan dari adanya kelemahan pada sistem yang berjalan. Tidak dibahasnya faktor yang berasal dari individu karena faktor tersebut sudah umum terjadi pada tindakan korupsi dimanapun dan telah dibahas juga pada tiap sesi perkuliahan, sehingga yang perlu ditekankan adalah faktor dari sistem yang belum pernah dibahas sebelumnya.

Alasan seperti himpitan ekonomi, sifat dasar pegawai yang tidak jujur, keserakahan, keinginan untuk memperkaya diri, atau kecakapan yang disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, adalah alasan-alasan yang sudah sering diungkapkan pada tiap kejadian korupsi. Oleh karena itu faktor penyebab korupsi difokuskan pada hal terkait kelemahan sistem yaitu sebagai berikut:

1. Tidak adanya mekanisme konfirmasi dan klarifikasi dengan bank asing di luar negeri

2. Tidak adanya aturan atau pembatasan mengenai bank-bank mana saja yang dapat dijadikan tempat setoran pajak USD

3. Adanya AR yang tidak melakukan validasi atas setoran pajak USD

4. Tidak adanya mekanisme kontrol oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

5. Tidak adanya mekanisme approval oleh Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi setelah data berhasil direkam

(10)

7. Adanya anggapan setoran pajak USD sebagai hal yang tidak krusial sehingga urgensinya kurang, padahal setoran ini cukup besar untuk di KPP Khusus dan KPP Wajib Pajak Besar

2. 3 Strategi/Kesiapan Diri Anti Korupsi

Ada beberapa startegi yang dapat dilakukan untuk mencegah tindakan korupsi terkait hal ini. Strategi tersebut ada yang telah dilakukan dan ada yang belum. Sayangnya, strategi yang telah dilaksanakan oleh Kantor Pusat DJP dapat dibilang terlambat, karena aturan baru dikeluarkan pada akhir tahun pajak 2015. Strategi yang telah dilakukan:

1. Adanya aturan terkait himbauan penyetoran pajak USD pada bank persepsi. Hanya sayangnya aturan tersebut masih sebatas himbauan bukan kewajiban, dan juga aturan baru dikeluarkan pada akhir tahun 2015.

2. Diberlakukannya pemberian identifikasi nomor MPN atas setoran USD pada seluruh bank persepsi di Indonesia. Sebelumnya nomor MPN setoran USD hanya ada pada setoran melalui Bank BNI sejak 2014. Sebelum tahun 2014, dimanapun WP melakukan setoran (meskipun bank BNI) tidak akan memperoleh nomor MPN.

Kemudian strategi lain yang dapat dilakukan adalah:

1. Diberlakukannya mekanisme approval oleh Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi, sehingga kepala seksi mengetahui dan dapat mengawasi rekaman-rekaman yang telah dilakukan oleh OC.

(11)

3. WP yang rutin melakukan setoran USD pada bank di luar negeri harus diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan khusus, minimal setiap 3 tahun pajak 1 kali usulan.

4. Penegasan mengenai kewajiban setoran pajak USD pada bank di Indonesia dan bukan sekedar himbauan.

5. Kantor pusat melakukan konfirmasi dan klarifikasi kepada bank di luar negeri minimal setiap akhir tahun pajak atas total penerimaan pajak USD yang berasal dari bank tersebut. Hal ini harus dilakukan oleh kantor pusat karena kantor pusat melalui Menteri Keuangan lebih memiliki kapasitas terkait hubungan dengan bank atau badan lain di luar negeri.

6. Dibuatkan SOP yang jelas dengan mekanisme kontrol yang jelas pula Terkait kesiapan diri sebenarnya dapat dilakukan untuk setiap jenis korupsi tanpa mengkhususkan pada tindak pidana korupasi tertentu. Hal ini dikarenakan kesiapan diri lebih bersifat umum dan cenderung normatif. Yang harus lebih ditegaskan adalah strategi-strategi seperti disebutkan sebelumnya. Kesiapan diri yang harus dilakukan:

1. Meningkatkan integritas diri

2. Meningkatkan kecakapan sehingga tidak mudah untuk dimanipulasi WP 3. Berani menegakkan hukum ketika WP melakukan pelanggaran

4. Berani menegakkan hukum ketika rekan kerja melakukan kecurangan 5. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dalam bekerja

6. Menjaga diri dari hedonisme sehingga tidak mudah tergoda pada materi 7. Tidak mudah percaya pada WP

(12)

9. Meningkatkan kesinergian antar rekan kerja sehingga sistem kerja akan solid akibatnya WP sulit untuk melakukan suap

(13)

BAB III PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dari pembahasan atas permasalahan terkait perekaman setoran pajak dalam bentuk mata uang asing (USD) yang tidak dilakukan pada bank persepsi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Suatu mekanisme terkait penerimaan pajak harus didukung oleh SOP dengan sistem kontrol dan pengawasan yang kuat

2. Faktor penyebab terjadinya tindakan korupsi tidak hanya berasal dari diri sendiri tetapi dapat berasal dari lemahnya suatu sistem

3. Dalam menghadapi potensi-potensi terjadinya kecurangan atau korupsi, tidaklah cukup hanya dengan kesiapan dari diri sendiri

4. Harus ada strategi-strategi yang real, dan tidak hanya normatif, agar kecurangan yang berakibat pada kerugian negara dapat dihindari

5. Strategi-strategi real tersebut akan berbeda-beda untuk setiap potensi kecurangan. Strategi tersebut akan sangat membantu ketika penanaman nilai-nilai kejujuran dan integritas yang selama ini dilakukan dirasa kurang berimbas positif.

(14)

REFERENSI

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai pada teori atribusi bahwa pada variabel pendapatan merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri individu, dimana ketika seseorang memiliki

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal yang berasal dari dalam individu itu sendiri

Strategi yang dapat dilakukan untuk mengeliminasi potensi praktik korupsi pada kegiatan pelayanan perizinan untuk pemenuhan komitmen dan pengawasan pelaksanaan penanaman

Metode penelitian yang dilakukan pada studi ini adalah analisa deskriptif dengan melihat hubungan antar variabel, yaitu persepsi potensi korupsi, potensi suap, daya

Konsekuensinya, siapa yang melakukan tindakan korupsi sudah pasti harus bersalah dan merasa malu, karena telah melawan hati nuraninya.. Rasa malu dan rasa bersalah

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya korupsi pada organisasi sektor publik dengan menggunakan Teori Institusi yang menjelaskan faktor lingkungan (task environment

Pemicu korupsi dari parameter proses tender proyek pemerintah memiliki pola yang hampir mirip dengan pola pada faktor proses birokrasi. Sehingga memunculkan pertanyaan yang sama,

Pada umumnya dalam mengidentifikasi tentang faktor-faktor bakat yang dilakukan adalah membuat urutan (rangking) mengenai faktor-faktor bakat pada setiap individu. Seseorang