• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERILAKU STRUKTUR RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE-D DENGAN INOVASI PENGAKU BADAN PADA ELEMEN LINK TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN PERILAKU STRUKTUR RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE-D DENGAN INOVASI PENGAKU BADAN PADA ELEMEN LINK TESIS"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERILAKU STRUKTUR RANGKA BERPENGAKU

EKSENTRIK TIPE-D DENGAN INOVASI PENGAKU

BADAN PADA ELEMEN LINK

TESIS

OLEH

P A R M A N

057 016 015/TS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KAJIAN PERILAKU STRUKTUR RANGKA BERPENGAKU

EKSENTRIK TIPE-D DENGAN INOVASI PENGAKU

BADAN PADA ELEMEN LINK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

P A R M A N

0570016015/TS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis :

KAJIAN PERILAKU STRUKTUR RANGKA

BERPENGAKU

EKSENTRIK

TIPE-D

DENGAN INOVASI PENGAKU BADAN PADA

ELEMEN LINK

Nama Mahasiswa : P a r m a n Nomor Pokok : 057 016 015/TS Program Studi : Teknik Sipil

Menyetujui : Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Yurisman, MT ) ( Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

( Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE ) ( Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME )

(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 31 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ing. Hotma Panggabean Anggota : 1. Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

2. Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc. 3. Ir. Rudi Iskandar, MT

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Perilaku Struktur Rangka

Berpengaku Eksentrik Tipe-D Dengan Inovasi Pengaku Badan Pada Elemen Link”

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara

tertulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2013

(6)

ABSTRAK

Tesis ini menyajikan hasil studi numerik pada struktur rangka baja berpengaku eksentrik dengan menggunakan link geser standar AISC (LSTD AISC), link geser dengan pengaku badan diagonal (LD) dan link geser dengan pengaku badan vertical diagonal (LVD). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perilaku struktur rangka baja berpengaku eksentrik dengan menggunakan ketiga model link geser tersebut di bawah pembebanan statik monotonik dan siklik dengan control perpindahan, riwayat pembebanan yang diberikan dalam pengujian ini sesuai dengan standar pembebanan AISC 2005. Analisis dilakukan dengan pendekatan elemen hingga non-linier dengan menggunakan perangkat lunak computer MSC/NASTRAN. Struktur dimodelkan sebagai elemen shell yang ditumpu pada kedua ujung bawah kolom. Kemudian pembebanan diberikan pada salah satu pertemuan balok dan kolom. Dengan adanya pembebanan, maka pada struktur terjadi translasi dalam satu arah (arah pada sumbu–x). Perilaku struktur rangka baja berpengaku eksentrik menggunakan link geser dengan pengaku badan diagonal dibandingkan dengan perilaku struktur rangka baja berpengaku eksentrik menggunakan link geser standar sesuai dengan ketentuan AISC 2005. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur rangka baja berpengaku eksentrik menggunakan link geser dengan pengaku badan diagonal dapat meningkatkan kinerja dalam hal: kekuatan, kekakuan dan disipasi energy dalam menahan beban lateral. Tetapi dalam hal nilai daktilitas antara struktur rangka baja berpengaku eksentrik menggunakan link geser dengan pengaku badan diagonal dan struktur rangka baja berpengaku eksentrik menggunakan link geser standar sesuai dengan ketentuan AISC 2005 perbedaannya tidak begitu signifikan.

(7)

ABSTRACT

This thesis studies the performance of eccentrically braced frame (EBF) of steel structure by using the AISC standard shear link (LSTD AISC), the diagonal web stiffener shear link (LD) and the vertical diagonal web stiffener shear link (LVD). To investigate the behavior of eccentrically braced frame (EBF) of steel structure is by modeling the shear links above under the static monotonic and the cyclic loading displacement control. The loading history is applied to the model structure accordance with standard of AISC 2005. The Non-Linier Finite Element Method is also applied using the computer software of MSC/NASTRAN. The Structure is modeled as a shell element which is fixed at the end of each column bottom. Then a load is applied at one of the joint of a beam and a column. As a result of this load, there exists a horizontal displacement (in the x-direction) on the structure. The behavior of the eccentrically braced frame (EBF) of steel structure by using the diagonal web stiffeners is compared to the behavior of the eccentrically braced frame (EBF) of steel structure by using the shear link designed in accordance with the AISC 2005. The result of analysis shows that the eccentrically braced frame (EBF) of steel structure by using the diagonal web stiffener increases the performance in terms of strength, stiffness, energy dissipation to resist lateral load. However, in terms of ductility value between of the eccentrically braced frame (EBF) of steel structure by using the diagonal web stiffeners with the eccentrically braced frame (EBF) of steel structure by using the shear link designed in accordance with the AISC 2005 is not significant of the difference.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim. Puji dan syukur panulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena berkat karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan judul Kajian Perilaku Struktur Rangka Berpengaku Eksentrik Tipe-D Dengan Inovasi Pengaku Badan Pada Elemen Link” dengan baik dan lancar sebagai

suatu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Magister Teknik Sipil,

Konsentrasi.

Tesis ini membahas tentang kajian perilaku rangka baja berpengaku eksentrik

tipe-D dengan inovasi pengaku badan pada elemen link. Kajian dilakukan secara

numerik dengan bantuan perangkat lunak program komputer MSC NASTRAN.

Dalam proses penelitian serta penyusunan tesis ini, penulis banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

Bapak Dr. Ir. Yurisman, M.T. sebagai dosen pembimbing I dan Ir. Daniel

Rumbi Teruna, M.T. sebagai dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan

bimbingan serta masukan dalam menyelesaikan tesis ini.

Bapak Dr. Ing. Hotma Panggabean, Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Johannes Tarigan,

Bapak Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc, Bapak Ir. Sanci Barus M.T. dan Bapak Ir.

Rudi Iskandar, M.T., selaku dosen pembanding dan penguji yang telah memberikan

masukan dan saran demi perbaikan tesis ini, serta seluruh dosen-dosen di Magister

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Orangtuaku, kakak dan adikku tercinta terima kasih atas dukungan serta

do’anya. Khusus isteriku tercinta terima kasih atas kesabarannya dan anak-anakku

tercinta terima kasih atas do’anya.

Teman-teman seperjuangan di Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik

(9)

telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menempuh pendidikan

hingga selesai.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam menyelesaikan tesis ini

sehingga masih banyak kekurangan yang dirasakan. Dengan demikian kritikan dan

saran yang bersifat membangun diharapkan untuk perbaikan penulisan tesis ini. Akhir

kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya.

Medan, Januari 2013

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : P a r m a n

Tempat/Tanggal Lahir : Sumedang / 03 Agustus 1961

Alamat : Jl. Setia Budi Pasar I, Gg. Pribadi I No. 1A

Tanjung Sari Medan

Email : parman_smd61@yahoo.com

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Sudah Kawin

Agama : Islam

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1968 – 1974 : SD Negeri Jambu Sumedang

1974 – 1977 : ST Negari II Sumedang

1977 – 1981 : STM Negeri Sumedang

1984 – 1987 : Politeknik Negeri Bandung Konsentrasi

Bangunan Gedung

1996 – 1999 : Institut Teknologi Bandung

2005 – 2013 : Universitas Sumatera Utara, Fakultas Teknik

Program Studi Magister Teknik Sipil

Konsentrasi Struktur Bangunan

C. RIWAYAT PEKERJAAN

1983 – sekarang : Staf Pengajar di Politeknik Negeri Medan

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR NOTASI ...xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan ... 3

1.4 Metodologi Penelitian………..……….. 4

1.5 Sistematika Penulisan……… 5

BAB II STUDI PUSTAKA ... 6

2.1 Baja ... 6

2.2 Sistem Rangka Baja Penahan Gempa ... 8

2.3 Sistem Rangka Berpengaku Eksentrik ... ..10

2.4 Elemen Link ... .13

2.4.1 Beberapa Penelitian Tentang Link ... 14

(12)

2.4.3 Pengaku Link (Link Stiffner) ... 19

2.4.4 Pengaruh Panjang Link...22

2.4.5 Elemen Struktur di Luar Link ... 23

2.4.5.1 Pengaku (bresing) ... 23

2.4.5.2 Balok (beam) ... 23

2.4.5.3 Kolom (column) ... 24

2.5 Daktilitas Struktur……..…………..……….…………....24

2.6 Energi Hysteresis………...………....26

2.7 Metode Elemen Hingga………...………...27

2.7.1 Penyelesaian Masalah Nonlinier……….………...28

2.7.2 Metode Iterasi……… 29

2.7.3 Metode Full Newton Rhapson………...30

2.7.4 Metode Modified Newton Rhapson………...32

2.8 Kriteria Kelelehan………..………...33

2.9 Tegangan-tegangan Utama………..…………..35

2.10 Regangan………...38

2.11 Hubungan Tegangan - Regangan………...……...39

2.11.1 Elastic - Perfectly Plastic Model……...………....…..41

2.11.2 Elastic Linearly Hardening Model………...…….. 41

2.11.3 Elastic Exponential Hardening Model…...………….. …..41

(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Dasar Pemodelan Struktur... 43

3.2 Pemodelan Material ... 47

3.3 Pemodelan Elemen Penampang IWF………....48

3.4 Pemodelan Struktur………...………....49

3.5 Pemodelan Pembebanan………... 52

3.6 Variasi Pemodelan Struktur……….. 55

3.7 Kajian Secara Numerik………. 56

3.8 Hasil Analisis Kajian Numerik………. 57

3.9 Metode Analisis dan Pengolahan Data………. 58

3.9.1 Analisis Terhadap Parameter Kekuatan (Strength)…………..58

3.9.2 Analisis Terhadap Parameter Kekakuan (stiffness)... 59

3.9.3 Analisis Terhadap Parameter Daktilitas (Ductility)... 59

3.9.4 Analisis Terhadap Parameter Dissipasi Emergi (Energy Disspation) ... 59

BAB IV ANALISIS DATA...60

4.1 Umum...60

4.2 Perilaku Struktur Terhadap Beban Monotonik...61

4.3 Kontur Tegangan pada Struktur...63

4.4 Analisis Dengan Beban Siklik...67

(14)

4.5.1 Kekuatan (Strength)... 71

4.5.2 Kekakuan (Stiffness)...73

4.5.3 Energi Dissipasi (Energy Dissipation)... 74

4.5.4 Daktilitas (Ductility).... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A KURVA TEGANGAN REGANGAN MATERIAL

LAMPIRAN B KONTUR TEGANGAN VON MISES PADA STRUKTUR

AKIBAT BEBAN MONOTONIK

LAMPIRAN C CONTOH PERHITUNGAN DISAIN LINK, BEAM OUTSIDE

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hala

man

2.1 Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Baja (Bruneau, dkk. 1998) 7

2.2 Tiga Tipe Rangka Baja Penahan Gempa (Yurisman, 2010) 8

2.3 Diagram Beban-Perpindahan Sistem Rangka Baja

(Meostopo, M dkk. 2006) 10

2.4

2.5

Konfigurasi Bracing Pada Sistem EBF (AISC 2005)

Sudut Rotasi Link (AISC 2005)

11

12

2.6 Gaya-gaya pada Elemen Link (Yurisman, dkk. 2010) 14

2.7 Hubungan Panjang Link Dengan Sudut Rotasi 17

2.8 Contoh Detail Pengaku Link (Link Stiffener) (AISC 2005) 20

2.9 Penentuan Perpindahan pada Saat Leleh Pertama Terjadi ( y) 26

2.10 Energi Histeresis : a) Siklik Sebagian dan b) Siklik Penuh 27

2.11 Metode Full Newton-Raphson 31

2.12 Metode Modified Newton-Raphsonn 33

2.13 Tn Berimpit σn (Teori Elastisitas, Amrinsyah Nasution) 35

2.14 Kenaikan Tegangan dan Regangan (Structural Plasticity, Chen,

W. F dkk) 39

3.1 Pemodelan Struktur Bangunan SRBE 3 Lantai 44

3.2 Konfigurasi Struktur Dalam Program MSC NASTRAN 46

3.3 Kurva Tegangan-Regangan Hasil Uji Tarik Baja 47

3.4 Pemodelan Elemen Penampang IWF Dalam Program MSC

NASTRAN 48

3.5 Penampang IWF Sebagai Elemen Shell 49

3.6 Pola Meshing Portal Struktur EBF Dalam Program MSC

NASTRAN 50

(16)

Bracing 51

3.8 Model Sambungan: a) Kolom dan Balok dan b) Kolom dan

Link 51

3.9 3.10 3.11 4.1 4.2 4.3.a 4.3.b 4.3.c 4.4 4.5a 4.5b 4.5c 4.6

Pemodelan Pembebanan Dalam Program MSC NASTRAN

Model Riwayat Pembebanan Siklik (AISC 2005)

Struktur EBF Mengalami Beban Perpindahan Dalam Program

MSC NASTRAN

Perbandingan Kinerja Link Geser dengan Pengaku Badan

Diagonal dan Link Geser Standar AISC, untuk Kondisi Tarik

Perbandingan Kinerja Link Geser dengan Pengaku Badan

Diagonal dan Link Geser Standar AISC, untuk Kondisi Tekan

Kontur Tegangan Von Mises Link Geser Standar AISC, pada Saat

Pembebanan Maksimum dan Saat Terjadi Keruntuhan pada Bagian

Badan Link

Kontur Tegangan Von Mises Link Geser dengan Pengaku Diagonal

Badan, Tebal Plat Pengaku 6 mm, pada Saat Pembebanan

Maksimum dan Saat Terjadi Keruntuhan pada Bagian Badan Link

Kontur Tegangan Von Mises Link Geser dengan Pengaku Vertikal

Diagonal Badan, Tebal Plat Pengaku 6 mm, pada Saat Pembebanan

Maksimum dan Saat Terjadi Keruntuhan pada Bagian Badan Link

Kurve Hysteretic Gabungan, Struktur Menggunakan LSTD

AISC, LVD dan LD, Tebal Plat Pengaku Badan 6 mm

Kurve Hysteretic Struktur Menggunakan Link Standar AISC,

Tebal Pengaku Badan 6 mm

Kurve Hysteretic Struktur Menggunakan Link Geser dengan

Pengaku Badan Vertikal Diagonal, Tebal Pengaku Badan 6 mm

Kurve Hysteretic Struktur Menggunakan Link Geser dengan

Pengaku Badan Diagonal, Tebal Pengaku Badan 6 mm

Perbandingan Nilai Kekuatan Geser Tiga Model Benda Uji

(17)

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

A.1

B.1

B.2

B.3

Link Geser pada Kondisi Tarik (a) dan Kondisi Tekan (b)

Perbandingan Nilai Kekakuan Sekan Tiga Model Benda Uji

Link Geser pada Kondisi Tarik (a) dan Kondisi Tekan (b)

Kurva energy hysteretic: a) Load step satus, b) Load step dua,

c) Load step tiga, d) Load step empat, e) Load step lima,

struktur menggunakan link geser standar AISC, untuk setiap

tahap pembebanan.

Kurva energy hysteretic: a) Load step satu, b) Load step dua,

c) Load step Tiga, d) Load step empat, struktur menggunakan

link geser dengan pengaku badan diagonal, untuk setiap tahap

pembebanan.

Kurva energy hysteretic: a) Load step satu, b) Load step

dua, c) Load step tiga, d) Load step empat, e) Load step

lima, struktur menggunakan link geser dengan pengaku badan

vertical diagonal, untuk setiap tahap pembebanan.

Perbandingan Kemampuan Energi Dissipasi Tiga Model Benda

Uji Link Geser

Kurva Tegangan versus Regangan

Kontur Tegangan Von Mises Struktur Menggunakan Link

Geser Standar AISC, pada Kondisi Beban Maksimum

Kontur Tegangan Von Mises Struktur Menggunakan Link

Geser dengan Pengaku Badan Diagonal, pada Kondisi Beban

Maksimum.

Kontur Tegangan Von Mises Struktur Menggunakan Link

Geser dengan Pengaku Badan Vertikal Diagonal, pada Kondisi

Beban Maksimum

73

75

76

79

79

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kategori Link Berdasarkan Strengh Ratio 17

2.2 Klasifikasi Jarak Pengaku Badan Antara/Intemediate

Sttifener

21

3.1 Dimensi Penampang Elemen Struktur 45

4.1 Perbandingan Nilai Beban Maksimum dan Perpindahan

Maksimum Link Geser dengan Pengaku Badan Diagonal

dan Link Geser Standar AISC 64

4.2 Model Link Geser untuk Analisis Beban Siklik 68

4.3 Perbandingan Nilai Kekuatan Geser Tiga Model Benda Uji 72

4.4 Perbandingan Nilai Kekakuan Geser Tiga Model Benda

Uji

74

4.5 Perbandingan Nilai Energi Dissipasi Tiga Model Benda

Uji Link Geser 81

4.6

A.1

Perbandingan Nilai Daktilitas Tiga Model Benda Uji Link

Geser

Data Kurva Tegangan versus Regangan

(19)

DAFTAR NOTASI

Aw = Luas Penampang Badan (Web)

a = Jarak Antara Pengaku (Stiffner)

Ag = Luas Penampang

db = Kedalaman Profil Balok (Beam)

dσ = Kenaikan Tegangan Yang Bersesuaian

e = Panjang Link (Link Length)

E = Modulus Young

E = Modulus Tangensial

E = Modulus Plastis.

ε = Regangan Pada Saat Ultimit

ε = Regangan Pada Saat Leleh Pertama

E = Energi Pada Saat Ultimit

E = Energi Pada Saat Leleh Pertama

fu = Tegangan Tarik Putus Bahan Dasar

Fy = Tegangan Leleh

Fu = Tegangan Ultimit

h = Tinggi lantai (story height)

Ke = Kekakuan Elastis

KP = Kekakuan Plastis

L = Lebar Bentang (bay width)

Mp = Momen Plastis Yang Berkerja Yang Menyebabkan Plastifikasi

Pu = Gaya Aksial Yang Dijinkan

Py = Gaya Aksial Nominal

R = Beban Terfaktor Persatuan Panjang

R = Tahanan Nominal Las Persatuan Panjang

(20)

tw = Ketebalan Badan (web)

bf = Lebar Sayap

ht = Tinggi Total Profil

rx = Radius Girasi Arah Sumbu x

ry = Radius Girasi Arah Sumbu y

Zx = Modulus Penampang Arah Sumbu x

Zy = Modulus Penampang Arah Sumbu y

Ix = Momen Inersia Arah Sumbu x

(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bangunan yang berada di daerah rawan gempa seperti Indonesia, harus

direncanakan untuk dapat memikul gaya lateral yang disebabkan oleh gempa. Baja

merupakan alternative bangunan tahan gempa yang sangat baik. Jika dibandingkan

dengan struktur beton, baja dinilai memiliki sifat daktilitas yang dapat dimanfaatkan

pada saat struktur memikul beban akibat gempa. Untuk menjamin struktur bersifat

daktail, maka selain daktilitas material (baja) maka hal lain yang tidak dapat

diabaikan adalah menjamin sambungan agar tidak gagal pada saat terjadi gempa.

Desain system portal baja untuk bangunan tahan gempa yang telah

dikembangkan melalui sejumlah penelitian diantaranya dilakukan oleh Popov,

Gobarah-Ramadhan dan Engelhardt. Secara umum system struktur dikelompokan

menjadi 3 tipe, yaitu Moment Resisting Frame (MRF), Concentrically Braced Frame

(CBF), dan Eccentrically Braced Frame (EBF). Desain struktur baja dengan konsep

Eccentrically Braced Frame (EBF) memiliki kelebihan dari kedua system struktur

yang lainnya, diantaranya system EBF memiliki kelebihan dari Moment Resisting

Frame (MRF) dalam hal daktilitas dan disipasi energi (energy dissipation) serta

kelebihan dari Concetrically Braced Frame (CBF) dalam hal kekakuan. Dengan

kelebihan tersebut banyak peneliti melakukan inovasi dan pengembangan untuk

(22)

mencari konfigurasi bracing-link, panjang link, bentuk link dan perkuatannya,

sambungan link, dsb.

Hasil studi numerik menunjukkan bahwa; pemasangan pengaku diagonal

dengan ketebalan tertentu pada bagian badan profil WF dapat meningkatkan kenerja

link tersebut dalam hal; kekuatan (strength), kekakuan (stiffness), daktilitas

(ductility), dan dissipasi energy (energy dissipation). Disamping itu pengaku diagonal

dianggap lebih efektif digunakan pada link geser profil WF dibandingkan dengan

pengaku vertikal, karena hasil analisis menunjukkan bahwa pengaku vertikal hanya

mempunyai fungsi stabilitas. (Yurisman, 2010).

Kajian perilaku struktur rangka berpengaku eksentrik (EBF) tipe-D dengan

inovasi pengaku badan pada elemen link, dimana elemen link sebagai elemen

pendisipasi energy gempa ketika struktur dibebani gaya lateral akibat gempa yang

berulang, elemen link mengalami kerusakan yang signifikan, sedangkan elemen

struktur yang lain tidak mengalami kerusakan yang berarti. Berdasarkan hal tersebut

dalam penelitian ini penulis akan mencoba untuk melakukan kajian secara

komprehensif terhadap parameter konfigurasi struktur yang mempengaruhi kinerja

link sehingga dapat memberikan gambaran mengenai wilayah keberlakukan

penggunaan link dengan pengaku badan. Kajian dilakukan secara numerik dengan

bantuan perangkat lunak berupa program MSC/ NASTRAN.

Permasalahan daktilitas akan menjadi sangat penting dalam mendesain

bangunan tahan gempa. Analisis kekuatan dan kekakuan dari struktur bangunan tahan

(23)

melalui daktilitas struktur. Daktilitas merupakan kemampuan suatu struktur bangunan

untuk mengalami simpangan pasca elastik yang secara berulang kali dan akibat beban

gempa yang menyebabkan terjadinya leleh pertama, dengan mempertahankan

kekuatan dan kekakuan yang cukup sehingga struktur bangunan tersebut tetap berdiri

walaupun sudah berada dalam kondisi plastik (SNI 03-1726-2002 tentang

perencanaan gempa untuk bangunan pasal 3.1.2).

Dalam sistem rangka pengaku eksentris perilaku daktail diperoleh dari proses

plastifikasi pada elemen link. Elemen link adalah elemen yang terdapat pada rangka

berpengaku eksentris yang sengaja dilemahkan. Kenerja link yang efektif dalam

melakukan penyerapan energi dapat ditunjukkan dengan terjadinya sudut rotasi

kondisi inelastik link pada saat terjadinya gempa sebagaimana direncanakan diawal.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, link merupakan sekring pada sistem rangka

berpengaku eksentris, dimana ketika gempa terjadi struktur secara keseluruhan masih

dalam kondisi elastis karena energi yang timbul akibat gempa diserap oleh link

(Yurisman. 2010).

1.2 Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang, penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh peningkatan kinerja yang optimal link geser pada struktur rangka

berpengaku eksentrik SRBE. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengamati perilaku struktur rangka berpengaku eksentrik (SRBE) dengan

adanya perubahan pada link.

(24)

a. Kekuatan (strength).

b. Kekakuan (stiffness).

c. Daktilitas (ductility).

d. Disipasi energi (energy dissipation).

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Untuk lebih memfokuskan terhadap permasalahan yang akan dikaji maka

lingkup permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Kajian numerik dilakukan terhadap system struktur rangka baja

Eccentrically Braced Frame(EBF)type-D Braced.

2. Inovasi hanya dilakukan pada link geser saja.

3. Kajian dilakukan pada struktur sederhana berupa portal dua dimensi tiga

lantai.

4. Perilaku material baja mengikuti kurva tegangan-regangan yang

dimodelkan dengan kemampuan strain-hardening baja sehingga tercapai

kondisi putus, perilaku material tersebut berlaku seragam pada penampang

dan sepanjang komponen struktur (homogen dan isotropik).

5. Pembebanan yang diaplikasikan pada struktur adalah beban berupa

perpindahan (displacement control) baik monotonik maupun siklik (cyclic).

1.4 Metodologi Penelitian

Secara garis besar tahapan penelitian yang dilakukan meliputi:

(25)

Studi literature dilakukan dengan mempelajari mengenai struktur

Eccentrically Braced Frame (EBF) melalui buku referensi, code dan

jurnal-jurnal pendukung, terutama yang berhubungan dengan efektifitas

kinerja link berdasarkan konfigurasi struktur serta parameter-parameter

yang mempengaruhinya.

2. Kajian Analisis Awal

Kajian analisis awal dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter

konfigurasi struktur yang paling menentukan terhadap kinerja link pada

struktur EBF, yang kemudian akan dikaji lebih lanjut secara numerik

dengan bantuan perangkat lunak program MSC Nastran.

3. Pemodelan Untuk Kajian Numerik

Melakukan pemodelan mulai dari struktur yang akan dikaji, material yang

digunakan, elemen struktur, serta pembebanan yang akan diaplikasikan

pada struktur untuk kajian numerik.

4. Kajian Numerik

Kajian numerik dilakukan dengan bantuan perangkat lunak program MSC

Nastran, untuk mendapatkan data yang akan memberikan penjelasan

mengenai perilaku dari model struktur yang dikaji.

5. Analisis Data

Dari data yang dihasilkan melalui kajian numerik yang dilakukan dengan

(26)

daktilitas dan energy disipasi dari masing-masing model struktur yang

dikaji.

6. Kesimpulan

Memberikan kesimpulan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan,

sesuai dengan tujuan dari penelitian.

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan mengenai tahapan penelitian dan hasilnya, secara sistematis

diuraikan ke dalam sejumlah bab yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian, tujuan, ruang

lingkup masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Berisikan hasil studi literature mengenai teori-teori dasar yang

digunakan dalam penelitian yang dilakukan.

Bab III : Pemodelan Struktur untuk Kajian Numerik

Berisikan tentang dasar pemodelan struktur yang akan dikaji,

pemodelan material yang digunakan untuk model struktur,

pemodelan elemen struktur dalam kajian numerik, model

pembenbanan yang diaplikasikan pada model struktur, serta

(27)

Bab IV : Analisis Data

Bab ini berisi tetang analisis data berdasarkan hasil kajian numerik

dengan bantuan perangkat lunak (software) dan menggunakan

parameter-parameter yang ditinjau.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisikan kesimpulan mengenai kinerja struktur EBF yang mengacu

pada hasil analisis data mengenai parameter-perameter konfigurasi

(28)

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Baja

Material baja merupakan campuran (alloy) dengan komponen material besi

(Fe), karbon dan unsur senyawa lainnya seperti mangan, tembaga, nikel dan krom,

molybdenum dan silikon. Unsur karbon dalam pembuatan material baja adalah untuk

meningkatkan kekuatan (strength). Namun dengan meningkatnya kekuatan

(strength), tetapi cenderung menurunkan daktilitas. Untuk itu perlu kontribusi

komponen kimia lainnya dalam menyeimbangkan antara kekuatan dan daktilitas.

Perencana struktur harus mempunyai pengetahuan mengenai properti

material. Pada data properti material terdapat informasi mengenai kekuatan dan

daktilitas dari suatu material, yang dijadikan pertimbangan sewaktu pemilihan jenis

material dalam perencanaan. Properti material sering dideskripsikan dalam bentuk

hubungan tegangan-regangan yang merupakan karakteristik dari sejumlah material

baja struktural.

Hubungan tegangan – regangan untuk material baja secara umum dapat dilihat

pada Gambar 2.1. Dari Gambar 2.1 dapat diperlihatkan kurva hubungan

tegangan-regangan baja terbagi dalam 4 zona, yaitu zona elastik, zona plastis, zona strain

hardening, dan zona terjadinya necking yang diakhiri dengan keruntuhan (failure).

Penjelasan mengenai kondisi keempat zona tersebut dapat dijelaskan secara rinci

(29)

1. Zona elastis, dimana tegangan dan regangan membentuk garis lurus (linear).

Kemiringan garis lurus pada zona elastik ini disebut dengan young modulus

(E) atau lebih dikenal sebagai modulus elastisitas. Kondisi material pada zona

ini adalah linear elastik artinya pembebanan pada daerah ini menyebabkan

material dapat kembali ke bentuk semula. Akhir dari zona ini ialah ketika

tercapainya leleh material (fy).

2. Zona plastis, dimana pada zone ini material mengalami leleh dan masuk pada

zona berbentuk garis datar (flat plateau), hanya ada peningkatan regangan.

Kondisi material tidak lagi elastik tetapi sudah plastis artinya material yang

berdeformasi tidak dapat kembali ke bentuk awal.

3. Zona strain hardening, ditandai dengan meningkatnya tegangan regangan

namun hubungan yang terjadi tidak lagi linear tetapi sudah pada kondisi non

linear.

Gambar 2.1 Kurva hubungan tegangan-regangan baja (Bruneau, dkk.1998)

Necking Range Strain

Hardening Range Plastic

Plateau

Elastic Range

Єy Єsh Єult Є

Esh Ultimate

Strength

σy Static

σy Upper

σ

Failure

(30)

Gambar 2.2 Tiga Tipe Rangka Baja Penahan Gempa (Yurisman. 2010)

e

MRF CBF EBF

4. Zona necking, tegangan mencapai leleh ultimit (fu), secara perlahan-lahan

turun hingga material mencapai titik keruntuhan (failure).

Dari uraian di atas material baja dapat diartikan memiliki keunggulan dalam

memikul beban siklik (beban gempa). Bisa dilihat dari panjangnya zona strain

hardening dan zona necking. Bahwa panjangnya zona tersebut menggambarkan

material baja memiliki perilaku yang daktail, dapat melakukan redistribusi tegangan

yang terhjadi disaat terjadinya plastifikasi.

2.2 Sistem Rangka Baja Penahan Gempa

Umumnya sistem bangunan penahan gempa terbagi atas tiga tipe yaitu: (1)

Moment Resisting Frame (MRF) atau rangka penahan momen, (2) Concentrically

Braced Frame (CBF) atau rangka berpengaku konsentrik, (3) Eccentrically Braced

Frame (EBF) atau rangka berpengaku eksentrik. Yang dapat dilihat pada Gambar 2.2

(31)

Moment Resisting Frame (MRF) atau rangka penahan momen adalah sistem

rangka yang umum digunakan, tipe ini memiliki kemampuan menyerap energi gempa

yang sangat baik. Penyerapan energi gempa dilakukan dengan terjadinya kelelehan

pada balok dan kolom serta panel zone yang berada didekat sambungan balok kolom

dengan terbentuknya sendi plastis.

Concentrically Braced Frame (CBF) atau rangka berpengaku konsentrik

merupakan rangka baja yang memiliki kekakuan yang dihasilkan oleh pengaku

(bracing) dalam menahan gaya lateral (gaya gempa). Tipe kelelahannya terjadi

dengan tertekuknya bracing. Akibat dari tingginya kekakuan rangka berpengaku

konsentrik, maka daktilitas yang dihasilkan menjadi kecil.

Eccentrically Braced Frame (EBF) atau rangka berpengaku eksentrik

merupakan gabungan keduanya dari rangka tersebut di atas. Sehingga mengahasilkan

rangka memiliki kekakuan dan daktilitas yang sama baiknya. Kelelehan rangka tipe

ini terjadi dengan terbentuknya plastifikasi elemen link, dan elemen lain di luar link

seperti balok, kolom dan bracing tetap masih dalam kondisi elastik. Elemen link

adalah balok pendek dan merupakan bagian dari balok, yang sengaja dilemahkan

untuk menyerap energi gempa. Elemen link berfungsi sebagai sekering, sehingga jika

terjadi beban gempa besar, elemen link akan memutuskannya dengan proses

plastifikasi.

Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan bahwa sistem rangka

(32)

rangka pengaku momen (MRF), dan system rangka berpengaku konsentrik (CBF).

Hal ini dapat dinyatakan pada Gambar 2.3 berikut:

2.3 Sistem Rangka Berpengaku Eksentrik (EBF)

Dengan konsep struktur Eccentrically Braced Frame (EBF) yang

mengalihkan penyerapan energi kepada elemen link, diharapkan elemen-elemen lain

diluar link masih dalam kondisi elastik sehingga struktur masih dapat bertahan agar

proses evakuasi pada kejadian gempa dapat terlaksana. Sistem rangka berpengaku

eksentrik memiliki beberapa tipe berdasarkan konfigurasi dari pengaku (bracing)

yaitu 1) Split K-Braced, 2) V-Braced dan 3), D-Braced seperti yang dapat dilihat

pada Gambar 2.4. Secara spesifik EBF memiliki beberapa karakteristik sebagai

berikut: 1) Memiliki kekakuan elastik yang tinggi. 2) Memiliki respon inelastik yang

stabil dibawah pembebanan lateral siklik. 3) Memiliki kemampuan yang sangat baik

dalam hal daktilitas dan dissipasi energi.

Gambar 2.3 Diagram Beban-Perpindahan Sistem Rangka Baja (Moestopo, M dkk 2006)

EBF

MRF CBF

P

(33)

Akibat pembeban lateral (beban gempa) yang bekerja pada EBF element link

mengalami deformasi yang membentuk sudut inelastik. Untuk setiap tipe EBF bentuk

dari deformasi strukturnya berbeda-beda. Seperti yang tercantum pada Gambar 2.5

berikut:

(34)

=

= =

dimana:

L = Panjang bentang

H = Tinggi lantai

p = Story drift rencana

θp = Sudut rotasi plastis

γp = Sudut rotasi link

Dari Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa besarnya sudut rotasi (γp) Tipe K dan tipe D

sama sehingga dapat diperhitungkan dengan rumus berikut:

Gambar 2.5 Sudut Rotasi Link (AISC, 2005)

e e

L

γp

γp

θp

h

θp

γp e

L h

e

θp

γp

h

(35)

γp = (2.1)

Untuk tipe V-Braced besarnya sudut rotasi (γp) dapat dihitung sebagai berikut:

γp = (2.2)

dan besarnya sudut plastis ( ) dapat dihitung sebagai berikut:

= (2.3)

dengan, L = Lebar bentang (bay width)

e = Panjang Link (Link Length)

h = Tinggi lantai (story height)

= Pergeseran plastis lantai (plastic story drift).

2.4 Elemen Link

Link berperilaku sebagai balok pendek dengan gaya geser yang bekerja

berlawanan arah pada kedua ujungnya. Karena adanya gaya geser yang bekerja pada

kedua ujung balok, maka momen yang dihasilkan pada kedua ujung balok

mempunyai besar dan arah yang sama. Deformasi yang dihasilkan berbentuk huruf S

dengan titik balik pada tengah bentang dan besarnya momen yang bekerja adalah

sebesar 0,5 kali besar gaya geser dikali dengan panjang link. Plastifikasi yang terjadi

pada suatu elemen link disebabkan karena gaya tersebut. (Yurisman, dkk.2010).

Gambar 2.6 memperlihatkan gaya yang bekerja pada elemen link.

Secara umum elemen link pada sistem EBF terbagi menjadi menjadi tiga jenis

(36)

lentur (intermediate link). Untuk link kombinansi juga dapat terbagi dua yaitu link

yang dominan akibat gaya geser dan dominan gaya lentur.

Link geser atau link pendek adalah elemen link yang kelelehannya terjadi

akibat gaya geser. Keruntuhan yang terjadi ditandai dengan adanya kerusakan pada

daerah badan terlebih dahulu. Link lentur atau link panjang adalah elemen link yang

kelelehannya terjadi akibat momen lentur. Keruntuhannya ditandai dengan adanya

kerusakan pada daerah sayap.

Link pendek memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan link

panjang. Namun sudut rotasi inelastik yang terjadi cukup besar, sehingga

kemungkinan terjadi kerusakan pada elemen non struktural. Sedangkan link panjang

memiliki sudut rotasi kecil, sehingga elemen non struktural masih dalam kondisi

aman. Dari segi arsitektural link panjang memiliki keunggulan dibandingkan dengan

link pendek karena bracing pada rangka tidak terlalu panjang.

2.4.1 Beberapa Penelitian Tentang Link

Penelitian tentang link berawal dari penelitian tentang struktur rangka

berpengaku eksentrik atau yang dikenal dengan Eccentrically Braced Frame (EBF).

M M

V

Gambar 2.6 Gaya – gaya pada elemen link (Yurisman, dkk, 2010)

(37)

Pada tahun 1970-an Popov dan Roeder melakukan penelitian dengan skala 1:3

dengan objek penelitian gedung 20 lantai. Penelitian tentang EBF mulai

dikembangkan dengan penelitian oleh Engelhardt dan popov pada tahun 1989a,

1989b, 1992; Kasai dan Popov Pada tahun 1986a, 1986b, 1986c; Ricles dan Popov

pada tahun 1987, Whittaker, Uang, dan Bertero pada tahun 1987. Berdasarkan

riset-riset yang ada (Kasai dan Popov 1986;Ricles dan popov 1987; Gobarah dan

Ramadhan 1994) dievaluasi bahwa model link yang di kembangkan oleh Ricles dan

Popov 1977 tidak dapat digunakan untuk semua aplikasi.

Didalam pengembangan model link geser Ricles dan Popov (1987b)

menggunakan asumsi sebagai berikut (Gobarah dan Ramdhan, 1995) . Mengabaikan

efek dari gaya aksial terhadap perilaku link geser, dengan dasar bahwa desain EBF

didesain dengan baik. Sehingga gaya aksial yang besar dapat diminimalisir. Link

adalah elemen planar dengan tanpa ada derajat kebebasan. Berdasarkan eksperimen

yang dilakukan oleh Kasai dan Popov (1986), pada saat link mengalami kelelehan

dan strain hardening berlangsung maka pada saat itu tidak ada interaksi antara

momen dan gaya geser. Dengan mengadopsi asumsi-asumsi ini didapatkan model

yang akurat dalam mempresentasekan perilaku link geser.

Yurisman, dkk (2011) mempaparkan dalam penelitiannya mengenai link

panjang dengan pengaku diagonal, dalam rangka meningkatkan kinerja link. Didalam

penelitian yang menggunakan bantuan program komputer. Elemen link dimodelkan

sebagai elemen Shell melalui pendekatan elemen hingga dimana tiap elemen terdiri

(38)

adalah profil IWF dari hasil yang ditunjukkan terlihat ada peningkatan kinerja link

sekitar 16 persen.

2.4.2 Perencanaan Link

Berdasarkan penelitian Kasai dan Popov, 1986 yang telah tertuang didalalam

AISC 2005, persamaan dalam menentukan panjang elemen link dan syarat rotasi

inelastik dapat diambil sebagai berikut:

1. Link Pendek /link geser murni. e ≤ 1,6Mp/Vp, γp = 0,08 radian.

Kelelehan pada link jenis ini diakibatkan oleh geser, sehingga terjadi

kerusakan (fracture) pada badan.

2. Link Panjang/Link lentur murni, e ≥ 2,6Mp/Vp, γp = 0,02 radian.

Kelelehan pada link jenis ini diakibatkan oleh momen lentur, sehingga terjadi

tekuk dan torsi lateral pada sayap.

3. Link kombinasi geser dan lentur, 1,6Mp/Vp < e < 2,6Mp/Vp.

Sudut rotasi inelastik (γp) diperoleh dengan melakukan interpolasi antara 0,08

dan 0,02 radian seperti terlihat pada Gambar 2.7. Kelelehannya terjadi

tergantung dari beban yang mendominasi.

Mp = Zx . Fy (2.4)

Vp = 0,6 . Fy .Aw (5)

Aw = (db – 2.tf) tw (2.6)

dengan, Mp = Momen plastis yang berkerja yang menyebabkan plastifikasi

Zx = Modulus penampang plastis

(39)

Vp = Gaya geser yang berkerja yang menyebabkan plastifikasi

Aw = Luas penampang badan (web)

db = Kedalaman profil balok (beam)

tf = Ketebalan sayap (flange)

tw = Ketebalan badan (web)

Seperti yang telah diurai diawal perilaku link akan sangat dipengaruhi oleh

gaya yang bekerja. Namun Yurisman dkk 2010 membagi link menjadi empat jenis

antara lain dapat terlihat dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kategori Link Berdasarkan Strength Ratio (Yurisman, dkk 2010)

Jenis link Panjang link

Link geser murni e < 1,6 Mp/Vp

Link dominan geser 1,6 Mp/Vp < e < 2,6 Mp/Vp

Link dominan lentur 2,6 Mp/Vp < e < 5,0 Mp/Vp

Lentur Murni e > 5 Mp/Vp

γp = 0,176- 0,06.Vp.e/Mp

Link Length, e

e =2,6Mp/Vp e =1,6Mp/Vp

0 0,02

γp (rad)

0,08

(40)

Ketentuan-ketentuan perencanaan elemen link berdasarkan AISC.2005 adalah

sebagai berikut:

1. Perbandingan antara lebar dan tebal profil harus mengacu pada Table I-8-1

AISC Seismic Provision 2005 tentang pembatasan rasio lebar dan tebal untuk

elemen tertekan.

2. Berdasarkan riset yang dilakukan tentang local buckling pada link oleh

Okazaki, Arce, Ryu, dan Engelhardt, 2004 dan Richard, Uang, Okazaki,

Engelhardt, 2004. Rasio lebar dan tebal sayap pada link untuk panjang 1,6

Mp/Vp atau kurang dapat diperlonggar dari 0.30 / menjadi 0.38 / .

Batasan baru ini sesuai dengan table B4.1 didalam peraturan AISC Seismic

Provision 2005.

3. Kuat geser nominal (Vn) dari elemen link harus lebih kecil dari kuat geser

plastis (Vp) sebagai berikut:

a. Untuk e ≤ 2,6Mp/Vp maka nilai untuk Vn = Vp.

b. Untuk e > 2,6Mp/Vp maka nilai untuk Vn = 2Mp/e.

Dimana nilai Mp dan nilai Vp diperoleh dari persmaan (2.4) dan (2.5).

4. Sesuai ketentuan LRFD, maka kekuatan geser nominal (Vn) harus lebih besar

dari atau sama kuatnya dengan kuat geser Ultimit (Vu) dimana kuat geser

nominal harus dikalikan dengan suatu factor reduksi (

ø

v

):

Sehingga kita dapatkan formulasi:

(41)

dengan, Vu = Kuat geser ultimit

ø

v = Faktor reduksi (LRFD)

Vn = Kuat gesr nominal

5. Efek dari gaya axial pada link diabaikan apabila gaya axial yang diijinkan

tidak lebih besar 15 persen dari kekuatan leleh nominal pada link atau dapat

dibentuk persamaan berikut:

Pu ≤ 0.15 . Py (2.8)

Py = Fy.Ag (2.9)

dengan, Pu = Gaya aksial yang dijinkan

Py = Gaya aksial nominal

Fy = Kuat leleh baja

Ag = Luas penampang

2.4.3 Pengaku Link (Link Stiffener)

Penggunaan pengaku pada elemen link adalah untuk meningkatkan daktalitas

elemen link. Pengaku pada badan akan memperlambat terjadinya tekuk dan geser

pada badan. Kejadian yang sering terjadi pada link pendek ialah terjadinya sobekan

pada badan setelah terjadi tekuk (Kasai dan Popov 1986a). Berdasarkan penelitian itu

maka Kasai dan Popov 1986 mengembangkan formulasi jarak pengaku sebagai

berikut:

a = 29tw – d/5 untuk γp = ± 0,09 rad. (2.10)

a = 38tw – d/5 untuk γp = ± 0,06 rad. (2.11)

(42)

dimana, a = Jarak antara pengaku (stiffner)

tw = Tebal badan

γp = Sudut rotasi inelastic

Untuk memperjelas penjelasan diatas dapat dilihat contoh link stiffner pada

EBF tipe Spit D-Braced Gambar 2.8 berikut:

Percobaan yang telah dilakukan Engelhardt dan Popov pemasangan pengaku

pada link kombinasi (antara link pendek dan link panjang) tidak sepenuhnya dapat

memperlambat tekuk pada sayap, namun demikian tekuk pada sayap tidak seserius

tekuk pada badan. Meskipun kekuatan link akan menurun dengan meningkatnya

sudut rotasi inelastik.

Untuk link yang berperilaku sebagai link panjang (lentur), pengaku badan

bagian tengah berfungsi unruk membatasi penurunan kekuatan yang disebabkan

tekuk lokal pelat sayap dan tekuk lateral buckling (Yurisman, 2011). Pada penelitan

Gambar 2.8 Contoh Detail Pengaku link (link stiffener) (AISC.2005)

Link Length = e

tf

d

Full Depth Stiffeners on both side

a a a a

Full Depth Web Interediate stiffeners - both sides for Link Depth ≥ 25 inches

(43)

terdahulu, Hjelmstad dan Popov (1983) melakukan percobaan dengan link panjang

dan menemukan bahwa adanya pengaku diluar link yaitu pada hubungan link dan

bracing. Kebutuhan akan pengaku ini didasari beberapa faktor termasuk panjang

link, rasio perbandingan tebal dan lebar sayap, dan juga termasuk sudut antara

bracing dan balok. Engelhardt dan Popov (1992) menyarankan solusi konservatif

dengan memasangkan pengaku dengan kedalaman sebagian disebrang dari ujung link

pada jarak 1,5 bf.

AISC 2005 Seismic Provisions for Structural Steel Building menetapkan

ketentuan pengaku lateral sebagaimana yang dapat ditabelkan berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi jarak pengaku badan antara/intermediate stiffener (Sumber : Yurisman, 2011)

No Panjang Link Jenis Link Sudut

Rotasi

Jarak Pengaku Maksimum

1 e ≤ 1,6 !" Geser murni

0.08 30.tw –d/5

< 0.02 52.tw –d/5

2 1,6 !" < e ≤ 2,6 !" Dominan geser

Harus memenuhi No1 dan No2

3 2,6 !

" < e ≤ 5 ! "

Dominan

lentur 0.02 1,5 bf dariujung link

4 e > 5Mp/Vp Lentur Murni Tidak membutuhkan

(44)

2.4.4 Pengaruh Panjang Link

Elemenlink sangat berpengaruh terhadap perilaku inelastik pada desain EBF.

Panjang link berpengaruh pada perilaku inelastik elemen link itu sendiri. Mekanisme

kelelehan, disipasi energi dan mode kegagalan sangat erat hubungannya dengan

faktor panjang link. Link pendek, perilaku inelastik didominsi oleh gaya geser,

sedangkan link panjang perilaku inelastik didominasi oleh momen lentur. Untuk link

antara (intermediate link), perilaku inelastik didominasi oleh geser dan lentur. (R.

Becker dan M. Ishler, 1996).

Pada sistem struktur rangka berpengaku eksentrik (EBF), secara umum

elemen link dibagi menjadi tiga jenis yaitu link geser, link lentur dan link kombinasi

geser dan lentur. Untuk link kombinansi ada yang didominasi oleh gaya geser, dan

ada yang didominasi oleh momen lentur.

Apabila kelelehan yang terjadi pada elemen link diakibatkan oleh gaya geser

yang bekerja, maka link tersebut disebut link geser atau link pendek. Keruntuhan

yang terjadi ditandai dengan terjadinya kerusakan pada daerah badan terlebih dahulu.

Kelelehan yang terjadi pada elemen link disebabkan oleh momen lentur, maka link

dikatakan link lentur atau link panjang. Keruntuhan yang terjadi ditandai dengan

terjadinya kerusakan pada daerah sayap.

Kinerja link pendek umumnya lebih baik dibandingkan dengan link panjang.

Namun rotasi inelastik yang disyaratkan cukup besar sehingga ada kemungkinan

terjadi kerusakan pada elemen non struktural. Sedangkan link panjang memiliki sudut

(45)

lain dari link panjang adalah memiliki keunggulan segi arsitektural dibandingkan

dengan link pendek karena bracing pada rangka tidak terlalu panjang.

Elemen link pada struktur rangka berpengaku eksentrik (EBF) adalah

merupakan balok utama yang dipotong sesuai dengan kebutuhan untuk panjang baik

itu link pendek ataupun link panjang. Sehingga terjadi tingkat kesulitan dalam

pelaksanaan yang lebih rumit dibandingkan dengan struktur penahan momen (MRF),

juga apabila elemen link mengalami kerusakan ketika menerima beban gempa akan

mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya untuk mengganti dengan yang baru.

2.4.5 Elemen Struktur di Luar Link 2.4.5.1 Pengaku (bracing)

Peraturan mensyaratkan bahwa kekuatan pengaku diagonal yaitu kapasitas

kombinasi aksial dan lentur rencana yang memikul berbagai kombinasi beban baik

beban gempa maupun beban gravitasi. Dalam kombinasi itu diperbesar dengan gaya

yang membuat link leleh dan mencapai strain hardening yaitu 1,25 kali kuat geser

nominal rencana, Ry.Vn dari link yang berdekatan. Nilai Vn sesuai dengan kuat geser

nominal yang sudah dibahas sebelumnya.

2.4.5.2 Balok (beam)

Balok yang dimaksud yaitu balok yang berhubungan langsung dengan elemen

link. AISC mensyaratkan bahwa kekuatan balok yaitu kapasitas lentur rencana balok

yang memikul berbagai macam kombinasi beban, baik beban gempa maupun beban

gravitasi. Dalam kombinasi itu diperbesar dengan gaya yang membuat link leleh dan

(46)

dihasilkan dari link. Nilai Vn sesuai dengan kuat geser nominal yang telah dibahas

sebelumnya.

2.4.5.3 Kolom (column)

Kekuatan kolom ditentukan berdasarkan gaya yang dihasilkan dari beban

sesuai dengan kombinasi beban yang terdapat pada peraturan, kecuali gaya yang

dihasilkan akibat beban gempa, yang ditentukan berdasarkan minimal 1,1 kali gaya

geser nominal rencana, Ry.Vn yang dihasilkan dari semua link yang berada di atas

level yang ditinjau. Nilai Vn sesuai dengan kuat geser nominal yang telah dibahas

sebelumnya.

2.5 Daktilitas Struktur

Kemampuan struktur untuk berdeformasi di daerah inelastik tanpa kehilangan

kekuatan yang berarti disebut dengan daktilitas. Daktilitas struktur adalah factor yang

sangat penting dalam hal ketahanan struktur terhadap beban gempa, oleh sebab itu

struktur harus mampu menyerap energy akibat gempa kuat melalui deformasi

inelastis tanpa mengalami keruntuhan. Deformasi yang terjadi bisa berupa

perpindahan/lendutan maupun rotasi. Pelelehan/plastisifikasi komponen struktur yang

terjadi merupakan suatu bukti adanya disipasi energi yang dilakukan struktur ketika

terjadi beban gempa.

Daktilitas merupakan suatu sifat yang berlawanan dengan sifat getas (brittle),

sehingga dapat pula diartikan sebagai suatu sifat yang tidak runtuh secara tiba-tiba.

Didalam konsep plastisitas daktilitas diartikan sebagai kemampuan suatu struktur

(47)

gempa (siklik) tanpa mengalami reduksi kekuatan ultimit yang signifikan (Victor

Gioncu dan Federico M Mazzolani, 2002).

Dalam rumusan sederhana daktilitas struktur disebutkan sebagai rasio

perbandingan antara simpangan maksimum pada saat beban mencapai ultimit dengan

simpangan pada saat beban pada kelelehan pertama (initial yield) atau dapat ditulis

sebagai berikut:

µs = ##$

% (2.13)

dengan, µs = Daktilitas struktur.

&' = Simpangan pada saat ultimit. & = Simpangan pada saat leleh pertama.

Leleh terjadi pada struktur pada dasarnya sangat sulit ditentukan secara jelas

dengan grafik beban versus perpindahan, namun untuk itu ada cara yang dapat

dipergunakan untuk menentukan perpindahan pada saat leleh terjadi, diantaranya

sebagai berikut:

(a) (b) (c)

(48)

1. Didasarkan atas simpangan saat leleh pertama terjadi seperti yang dapat

dilihat pada Gambar 2.9.a.

2. Didasarkan atas perpotongan kekakuan elastik terhadap beban ekivalen saat

beban maksimum seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.9.b.

3. Simpangan leleh yang didasarkan pada kapasitas disipasi energi yang sama

(equal energy) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.9.c.

2.6 Energi Histeresis

Hal terpenting pada material baja yang dikenai beban siklik-inelastik adalah

kemampuannya untuk mendisipasi (menyerap) energy hysteresis. Energi ini

diperlukan untuk perpanjangan dan perpendekan plastis dari material baja, dan dapat

dihitung sebagai hasil kali gaya plastis dan perpindahan plastis (usaha pada daerah

plastis). Tidak seperti energy kinetic atau energy regangan, energi histeretik ini

terdisipasi dan tidak dapat dikembalikan. Sebagaimana diperlihatkan pada gambar

2.11.a. Di bawah pembebanan beban yang diikuti oleh pengurangan beban secara

berurutan, energy histeretik, Eh, dapat diekspresikan sebagai:

= ( . (&)*+,− & ) (2.14)

Yaitu, daerah yang diarsir pada Gambar 2.10.a, dan untuk pembebanan siklik

penuh, energy histeresis adalah luas daerah yang dibatasi oleh kurva beban

perpindahan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.10.b. Pada pengulangan

beban siklik, energi yang terdisipasi pada setiap siklik dijumlahkan untuk

(49)

hal terpenting yang memungkinkan struktur baja tetap bertahan pada kondisi

pembebanan yang merusakkan seperti yang diakibatkan oleh gempa.

Gambar 2.10 Energi Histeresis : a) Sklik Sebagian dan b) Sklik Penuh

2.7 Metode Elemen Hingga

Teori mekanika benda pejal yang ditentukan oleh hubungan tiga persamaan

diferensial adalah sebagai dasar. Persamaan diferensial yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Dengan σij adalah komponen tensor tegangan, bi adalah gaya badan, dan xj adalah koordinat ruang:

./01

.21 + 45 = 0 (2.15)

b. Hubungan konstitutif (linier elastis) yang diwakili oleh hubungan

tegangan-regangan:

657 = 857+9:+9 (2.16)

δmin P

Py

δy δmax δ δmax

Eh E

h

Py

- Py

δy

P P

P

δ

(a) (b)

δi+1-δi

(50)

dengan ɛkl adalah komponen tensor regangan dan Dijkl adalah konstanta elastis.

c. Syarat kompatibilitas yang diwakili oleh hubungan regangan-perpindahan:

:57 =;<..=1$0+..$1=0> (2.17)

dengan, ui adalah perpindahan.

Setiap persamaan diferensial tersebut harus terpenuhi untuk setiap elemen

infinitesimal pada seluruh bagian benda kontinum. Variabel keadaan yaitu

perpindahan ditentukan dengan menyelesaikan system persamaan tersebut dengan

menerapkan syarat-syarat batas. Untuk masalah non-linier, persamaan dasar harus

dipenuhi sepanjang riwayat pembebanan. Nonlinieritas material dimanifestasikan

dalam hubungan kontitutif sedangkan nonlinieritas geometri muncul juga

mempengaruhi persamaan keseimbangan dengan perubahan beban.

2.7.1 Penyelesaian Masalah Nonlinier

Suatu proses iterasi dan penentuan inkremen adalah bagian yang sangat

penting untuk menghasilkan solusi persamaan nonlinier. Keakuratan perhitungan

sangat dipengaruhi oleh ukuran incremental beban terutama untuk masalah yang

tergantung kepada riwayat pembebanan. Hal yang diperlukan dalam proses iterasi

sangat dipengaruhi oleh riwayat pembebanan dan sebaliknya penambahan beban juga

sangat dipengaruhi oleh proses iterasi dalam menentukan kekonvergenan analisis.

Inkremen penambahan beban yang terlalu besar akan membutuhkan iterasi yang lebih

(51)

penambahan beban yang terlalu kecil akan mengurangi efisiensi perhitungan tanpa

ada perbaikan akurasi yang signifikan.

2.7.2 Metode Iterasi

Selain metode inkremen, juga metode iterasi sering digunakan untuk

menyelesaikan masalah-masalah non-linier. Semakin berkembangnya perengkat

penghitung yang mempunyai kemampuan lebih tinggi, sehingga dapat memberikan

efisiensi dan hasil yang lebih akurat. Dalam prakteknya, analisis non-linier pada

dasarnya menggunakan persamaam kesetimbangan system linier dengan cara

membuat bagian-bagian kecil. Persamaam tersebut dapat diekspresikan sebagai

berikut:

?@ABCD = BED (2.18)

dengan, ?@A = Matrik Kekakuan. BCD = Perpindahan. BED = Beban Luar.

Persamaan di atas diselesaikan secara berulang sampai dicapai

kekonvergensian. Dapat dijelaskan beberapa metode iterasi yang digunakan dalam

studi analisis seperti berikut:

Pada perangkat lunak MSC/NASTRAN, proses iterasi yang tersedia adalah:

1. Full Newton-Raphson.

2. Modified Newton-Raphson.

3. Newton-Raphson with Strain Correlation.

(52)

Default proses iterasi yang dilakukan perangkat lunak MSC/NASTRAN adalah

Metode Full Newton-Raphson. Serta metode untuk mempercepat konvergensi dan

memperbaiki efektifitas iterasi yaitu dengan strategi perubahan matriks kekakuan

secara adaptif. Dalam mengubah matriks kekakuan, perangkat lunak

MSC/NASTRAN secara otomatis dapat mengevaluasi dan menentukan matriks

kekakuan berdasarkan laju konvergensi. Pada setiap iterasi dapat ditentukan perlu

tidaknya merubah matriks kekakuan berdasarkan estimasi waktu yang dibutuhkan.

Selain Metode Full Newton-Raphson, penyelesaian masalah non-linier yang

lain adalah Metode Newton Modifikasi. Beberapa metode perhitungan untuk analisis

non-linier telah dikembangkan untuk memperoleh solusi konvergen secara cepat.

Pembahasan secara ringkas dua metode yaitu Metode Full Newton-Raphson dan

Metode Newton Modifikasi, pada dasarnya kedua metode ini dianggap sebagai dua

metode ekstrim dalam hal pengubahan matriks kekakuan untuk mendapatkan solusi.

2.7.3 Metode Full Newton-Raphson

Secara konsep metode ini menggunakan kekakuan yang selalu berubah setiap

iterasi. Teknik solusinya akan diuraikan berikut ini. Tinjau satu titik kesetimbangan O

yang disajikan dalam Gambar 2.11 dengan persamaan:

FGE − H(CG) = 0 (2.19)

dimana λ0 adalah parameter penambahan beban, p adalah vector beban dan f vector

(53)

2.18 tidak seimbang, maka akan terdapat gaya sisa r(qi) pada iterasi yang ke-I dan

beban ke-n sebesar:

I(C5) = FJE − H(C5) (2.20)

Gambar 2.11 Metode Full Newton-Raphson

kemudian persamaan 2.19 diturunkan terhadap q maka diperoleh:

K

KLI(C5) = − KM(L0)

KL = −@(C5) (2.21)

Dimana K(qi) adalah kekakuan tangen pada perpindahan qi, jika solusi pendekatan

q = qi, maka persamaan dapat dituliskan sebagai kerucut terpancung taylor.

I(C5N;) = I(C5) +KLK I(C5)&C5 = 0 (2.22)

dimana:

&C5 = ∆C5N;− ∆C5 (2.23)

Sehingga residu r(qi) menjadi:

I(C5) = @(C5)&C5 (2.24) λ1

p

λ0 p

fq 2

fq1

rq rq

rq

O

C

q0 q q

q0

q q

2

Displace ment

B

e

b

a

(54)

dengan mensubsitusikan persamaan 2.19 kedalam persamaan 2.23 akan diperoleh

persamaan sebagai berikut:

&C5 = @(C5)P;(FJE − H(C5) (2.25)

bila variabel @(C5)P; dalam penulisan diganti dengan @Q5P; maka persamaan 2.25 menjadi:

&C5 = @Q5P;(FJE − H(C5)) (2.26)

Proses iterasi ini berulang sampai kekonvergensian pada satu titik yang

diinginkan, pada Gambar 2.11 adalah titik C. Setiap langkah pada interval &C5 diselesaikan dengan system persamaan linier dimana matrik kekakuannya selalu

berubah.

2.7.4 Metode Modified Newton-Raphson

Dalam efisien waktu metode Newton Raphson dirasakan kurang efisien yang

disebabkan pada setiap iterasi dimulai menyusun system kekakuan dan persamaan

yang baru. Untuk mengurangi kelemahan ini maka dibuat modifikasi dengan

memberikan kekakuan yang konstan pada setiap iterasi. Pada persamaan 2.25

kekakuan @Q5 diberikan sama dengan @QG untuk setiap iterasi sehingga persamaan menjadi:

&C5 = @Q5PG(FJE − H(C5)) (2.27)

ini berarti kekakuan pada iterasi yang ke-I (@Q5) adalah sama dengan kekakuan awal sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.12.

(55)

Untuk kasus tegangan uniaksial, terjadinya leleh pertama diketahui pada saat material

mulai berdeformasi plastis. Jika kondisi tegangan pada suatu titik bukan berupa

tegangan uniaksial, tetapi terdiri dari beberapa komponen tegangan yang berbeda

arahnya, maka suatu kriteria diperlukan untuk menentukan kombinasi tegangan yang

menyebabkan terjadinya leleh. Kriteria tersebut dinamakan kriteria leleh. Tahapan

pertama dalam analisis plastis adalah menentukan kriteria leleh yang akan digunakan.

Gambar 2.12 Metode Modified Newton-Raphson

Program perangkat lunak MSC/NASTRAN menyediakan empat macam kriteria leleh

yaitu Von Mises, Tresca, Mohr-Coulomb, dan Drucker Prager. Dalam penelitian ini

digunakan kriteria von Mises karena merupakan kriteria yang paling cocok untuk

analisis plastis material baja dan paling sesuai dengan hasil eksperimental. Menurut

von Mises, kelelehan material ditentukan oleh besarnya tegangan geser octahedral rq0

λ1p

λ0p

fq2 fq1

rq2 rq1

O

C

q0 q1 q2

q0 Δq1

Δq2

Displaceme

B

e

b

a

n

(56)

atau energi regangan distorsi yang bekerja pada material. Kelelehan mulai terjadi

ketika tegangan geser octahedral mencapai nilai kritis yang ditentukan oleh:

6RST = UV. W = UVX (2.28)

Dimana W = X, sehingga persamaan kriteria leleh von Mises akan berbentuk:

H(W ) = W − X = 0 (2.29)

dengan, k = suatu konstanta matrial yang besarnya adalah = /Y

√V .

σ0 = tegangan leleh material yang diperoleh dari hasil pengujian tarik uniaksial dan.

J2 = invariant dari tensor tegangan deviatorik.

Persamaan ini menggambarkan silinder yang perpotongannya dengan bidang

deviatorik merupakan lingkaran dengan radius √2X dalam bentuk tegangan utama,

persamaan 2.28 dapat ditulis:

(6;− 6 ) + (6 − 6V) + (6V− 6;) = 6X (2.30)

Sebagai contoh tinjau pengujian tarik sederhana, dimana 6; = 6G, 6 = 6V = 0 dengan mensubsitusikan harga-harga tegangan utama ini pada persamaan 2.29 di atas,

diperoleh:

26G = 6X (2.31)

X = /Y

√V (2.32)

6G = √3X = 3W (2.33)

Kriteria von Mises untuk kondisi tegangan biaksial bisa didapat dari perpotongan

(57)

6; + 6 − 6;6 = 6G (2.34)

sehingga:

6G = 6; + 6 − 6;6 (2.35)

Perpotongan kriteria ini dengan 62− ^2 plane juga merupakan elipse.

;_(6

2− 6 ) + (6 − 6`) + (62− 6`) + 6(^2 + ^ `+ ^2`)a = 6G (2.36)

Sehingga jika 6 = 6` = ^2` = ^ `= 0

62 + 3^2 = 6G (2.37)

2.9 Tegangan-tegangan Utama

Pada suatu bidang ruang yang terdapat suatu tegangan resultan Tn di mana garis tegangan tersebut berimpitan dengan normal bidang sehingga tegangan geser,

σns tidak ada atau sama dengan nol. Arah yang dibentuk oleh Tn adalah arah utama

sehingga bidang yang dibentuk juga merupakan bidang utama (principal plane).

(58)

Tegangan normal yang bekerja pada bidang utama disebut dengan tegangan

utama (principal stress), tegangan utama terdiri dari tiga bidang utama yang saling

tegak lurus yaitu σnx,σny,σnz, seperti pada Gambar 2.13.

Hubungan antara tegangan bidang dengan normal dapat dituliskan sebagai berikut:

σnx, = σxx. n1, + σyx n2 + σzx n3 (2.38a)

σny = σxy. n1, + σyy n2 + σzy n (2.38b)

σnz = σxz. n1, + σyz n2 + σzz n3 (2.38c)

dimana:

n1 = cos (n,x) (2.39a)

n2 = cos (n,y) (2.39b)

n3 = cos (n,z) (2.39c)

atau persamaan di atas dapat dituliskan dalam notasi tensor sebagai berikut:

σni = σji. nj, i =1,2,3 (2.40)

dengan memproyeksikan σnn terhadapsetiapσnx,σny,σnz maka diperoleh persamaan,

σnn.cos (n,x) = σxx. (n,x)+ σyx (n,y)+ σzx cos (n,z) (2.41a)

σnn.cos (n,y) = σxy. (n,x)+ σyy (n,y)+ σzy cos (n,z) (2.41b)

σnn.cos (n,z) = σxz. (n,x)+ σyz (n,y)+ σzz cos (n,z) (2.41c)

secara matriks persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:

b

(σdd− σ ) σ d σed

σd (σ − σ ) σe

σde σ e (σee− σ )

f gcos (n, x)cos (n, y) cos (n, z)o = p

0 0

(59)

Persamaan di atas merupakan persamaan linear homogen dan solusi trivial cos (n,x) =

cos (n,y) = cos (n,z) = 0 adalah tidak mungkin mengingat aturan kosinus cos2 (n,x) +

cos2 (n,y) +cos2 (n,z) = 1. Maka solusi yang memungkinkan adalah:

b

(σdd− σ ) σ d σed

σd (σ − σ ) σe

σde σ e (σee− σ )

f = 0

Sehingga dari persamaan di atas dengan melakukan determinasi maka di dapat:

6JJV − r622+ 6 + 6``s6JJ+ (622. 6 + 6 . 6``+ 6``. 622− 62 − 6 `− 6`2) 6JJ− (622. 6 . 6``+ 622. 6 `+ 6 . 6`2 −

6``. 62 + 262 . 6 `. 6`2) = 0 (2.43)

Nilai akar-akar pangkat tiga dari persamaan (2.43) merupakan nilai dari

tegangan utama. Dengan mengisikan nilai keenam komponen tegangan kartesian ke

dalam persamaan maka akan diperoleh tiga nilai akar persamaan:

a. Bila (σ )1, (σ )2 dan (σ )3 merupakan bilangan real maka nt1, nt2 dan nt3

merupakan bilangan unik dan saling tegak lurus.

b. Bila (σ )1 = (σ )2 ≠ (σ )3 maka nt3 unik

Gambar

Gambar 2.1 Kurva hubungan tegangan-regangan baja (Bruneau, dkk.1998)
Gambar 2.2  Tiga Tipe Rangka Baja Penahan Gempa (Yurisman. 2010)
Gambar 2.3  Diagram Beban-Perpindahan Sistem Rangka Baja
Gambar 2.4  Konfigurasi Bracing  pada Sistem EBF (AISC 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas, peran supervisor adalah bahwa pemantauan jenis dan efektivitas kegiatan evaluasi formatif yang terjadi dikelas paling penting menjaga

Tata kelola didefinisikan sebagai struktur dan fungsi perusahaan dalam hubungannya dengan pihak- pihak yang berkepentingan (stakeholder) secara umum, dan pemegang saham

Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak

Persepsi mahasiswa Perbanas laki-laki dan perempunan atas lingkungan kerja yang berkaitan dengan pemilihan karir akuntan dan pilihan karir yang diinginkan menunjukkan

uji syukur kehadirat Allah S.W.T., atas segala rahmat dan hidayah-Nya Prosiding SEMIRATA 2016 Bidang MIPA BKS Wilayah Barat yang bertemakan “ Peran MIPA dalam

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu hamil yang mengalami perubahan berat badan antara 9-16 kg dan melahirkan bayi dengan berat

• Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap

39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemerintah menjamin Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak