P e n d a h u l u a n
Kolaborasi Perusahaan dalam
Memanfaatkan Teknologi Informasi
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI
999
Nomor 104, 21 Desember 2012
Salah satu fasilitas yang ditawarkan oleh teknologi informasi adalah pembentukan jaringan komunikasi antara satu perusahaan dengan rekanan bisnisnya untuk meningkatkan e�isiensi dan efektivitas. Seorang praktisi manajemen menamakan fenomena kerja sama antar beberapa perusahaan sebagai “collaboration to compete” (menjalin kerja sama untuk mengalahkan kompetitor lain yang lebih besar). Ada tiga jenis jaringan yang biasa dibentuk, yaitu: intranet, internet, dan ekstranet.
Sistem antar organisasi (IOS = Inter Organisational System) terbentuk jika dua atau lebih organisasi (perusahaan) bekerja sama dalam pemakaian teknologi komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi). Fenomena yang muncul belakangan ini tidak lepas dari kemajuan teknologi informasi yang menawarkan berbagai jenis produk‐produk berbasis elektronik. Secara garis besar, ada tiga jenis sistem (berdasarkan topologi infrastruktur) yang ditawarkan bagi perusahaan‐perusahaan yang berniat mengimplementasikan IOS:
Intranet, jaringan internal perusahaan yang menghubungkan antara kantor pusat
dengan kantor‐kantor cabang yang terpisah secara geogra�is (lokal maupun internasional);
Internet, jaringan komputer publik yang berpotensi sebagai penghubung perusahaan
dengan pelanggan (atau calon pelanggan) atau market; dan
Ekstranet, jaringan yang dibangun sebagai alat komunikasi antar perusahaan dengan
rekanan bisnisnya, seperti supplier, distributor, dan lain sebagainya.
Mengapa perusahaan tertarik untuk melakukan IOS? Paling tidak ada delapan alasan populer yang mendasari, sebagaimana dipaparkan dalam penjelasanberikut.
NEW PRODUCTS
Tujuan pertama kerja sama antar perusahaan adalah untuk menghasilkan sebuah atau beberapa produk baru, yang tidak mungkin dihasilkan oleh masing‐masing perusahaan jika berdiri sendiri (new line of production). Contohnya adalah perusahaan TV kabel yang siarannya hanya dapat dinikmati oleh para pelanggan yang memiliki parabola dan dekoder tertentu. Pembuat parabola dan dekoder adalah dua perusahaan berbeda dengan perusahaan penyelenggara TV kabel, namun sistem yang dikembangkan harus cukup unik sehingga hanya pelanggan saja yang dapat menikmati siaran yang dipancarkan.
NEW SERVICES
EFFICIENCY
Alasan berikutnya mengapa perusahaan memutuskan untuk saling bekerja sama adalah karena alasan e�isiensi (terlaksananya proses yang lebih murah dan lebih cepat). Contoh populer adalah ATM Bersama yang merupakan jaringan ATM (cash machine) yang dimiliki oleh beberapa bank. Memiliki ATM secara bersama‐sama jelas jauh lebih murah dibandingkan dengan masing‐masing bank harus melakukan investasinya sendiri‐sendiri.
JOINT OPERATION
Kerja sama antara BCA dengan Telkom dan PLN dalam hal pembayaran rekening telepon dan listrik melalui ATM merupakan salah satu contoh dari aktivitas joint operation, yang pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Contoh lain adalah antara perusahaan penerbangan dengan para agen‐agen yang bersama‐sama melakukan penjualan tiket pesawat dengan jaringannya masing‐masing.
STRATEGIC ALLIANCES
Aliansi strategis merupakan bentuk kerja sama antara beberapa perusahaan untuk tujuan‐ tujuan yang bersifat umum dan jangka panjang. Contoh yang cukup populer belakangan ini adalah aliansi antar beberapa perusahaan penerbangan dunia yang menawarkan jalur‐jalur internasional. Contoh lainnya adalah aliansi perusahaan asuransi lokal dan internasional untuk menawarkan produk‐produk asuransinya di sebuah negara. Tujuannya jelas, yaitu selain untuk mengembangkan sayap dan jaringan bisnis yang ada, juga untuk meningkatkan kinerja sehingga dapat menang dalam persaingan.
CUSTOMER‐SUPPLIER RELATIONSHIP
Bentuk kerja sama lain yang paling klasik terjadi antara perusahaan dengan para supplier (bahan mentah atau bahan baku) atau customer (konsumen dari produk jadi atau setengah jadi) –nya. Contohnya adalah sebuah perusahaan distribusi yang harus mendistribusikan produk‐produk yang diproduksi para principalnya. Pada saat yang bersamaan, hubungan dan komunikasi antara titik‐titik distribusi paling ujung (terakhir) dengan armada penjualan ke outlet‐outlet harus pula dibangun.
OUTSOURCING
perusahaan semacam itu, perusahaan biasanya melakukan outsourcing, yaitu mempercayakan peru‐sahaan lain melakukan aktivitas atau fungsi bisnis yang bersangkutan.
IMAGE BUILDING
Masih banyak alasan‐alasan lain yang menyebabkan sebuah perusahaan memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan lain. Menaikkan citra perusahaan merupakan salah satunya, terutama di era globalisasi saat ini. Akhir‐akhir ini banyak perusahaan asing yang ingin menanamkan modal di perusahaan‐perusahaan lokal atau bekerja sama dalam bentuk‐bentuk lainnya (joint venture) dengan mengajukan syarat perusahaan lokal yang dijadikan mitra bisnis harus sudah mengimplementasikan teknologi informasi yang canggih. Melihat hal ini, “terpaksa” kerja sama antara sebuah perusahaan dengan vendor lain dibentuk agar citra perusahaan menjadi naik dan menjadi incaran perusahaan asing yang ingin melaksanakan investasi.
Pada intinya, IOS mudah sekali diimplementasikan saat ini karena adanya peranan teknologi informasi yang telah “meniadakan” batas‐batas antar waktu dan ruang (time and space). Demikian pula dengan alam kompetisi yang menuntut perusahaan untuk semakin memfokuskan diri pada kompetensinya (real core business) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk membantu proses penciptaan produk atau jasa tersebut, sehingga kualitas produk atau jasa dapat ditingkatkan, sejalan dengan peningkatan kinerja perusahaan (e�isiensi, efektivitas, dan kontrol internal):
Infrastruktur teknologi informasi merupakan “pembuluh darah” yang menghubungkan
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya;
Data merupakan “darah” atau “oksigen” bagi perusahaan‐perusahaan karena sifatnya
sebagai sumber informasi dan knowledge untuk meningkatkan kinerja perusahaan; dan
Aplikasi merupakan proses atau prosedur aliran data dalam infrastruktur teknologi
Adalah “tidak mungkin” kalau tidak mustahil untuk melakukan bisnis sendiri‐sendiri di era globalisasi seperti ini. Jangankan perusahaan kecil, perusahaan besar pun sudah mulai melakukan perubahan‐perubahan dalam menghadapi persaingan saat ini, dan salah satu cara yang diambil adalah dengan bekerja sama dengan para pesaingnya. Mungkinkah? Mengapa tidak, bukankah “collaboration for competition” akan menjadi fenomena utama dalam alam persaingan global saat ini?
Sumber: Renaissance Advisors, 1997