• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadaan Barang dan Jasa iii iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengadaan Barang dan Jasa iii iii"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini membahas secara lengkap dan menyeluruh mengenai Hukum Keuangan Negara bab pengadaan barang dan jasa.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Hukum Keuangan Negara. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Gede Made Artha Dharmakarja, selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Keuangan Negara dan semua anggota kelompok 4 yang ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini serta segenap pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan makalah ini.

Kami berharap, makalah yang telah disusun dengan mempertimbangkan aspek kemudahan untuk dipahami ini menjadi bahan materi yang bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang Maha Berkarya. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya, penulis dapat menyelesaikannya dengan lebih baik.

(3)

Tangerang Selatan, 12 April 2017

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I : PENDAHULUAN...4

1.1. Latar Belakang...4

1.2. Rumusan Masalah...5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan...5

1.4. Sistematika Penulisan...6

BAB II : PEMBAHASAN...7

2.1 Pengertian... 7

2.2 Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah...9

2.3 Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah...11

2.4 Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa...18

2.5 Kasus Penyalahgunaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah...27

Kronologi Kasus Hambalang (hingga 16 Juni 2012)...27

BAB III : PENUTUP...51

3.1. Kesimpulan...51

3.2. Saran... 51

(4)

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman prosedur mengenai tata cara Pengadaan Barang dan Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik. Prosedur mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa dalam peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/APBD

Namun sering kali ditemukan adanya penyimpangan dalam prosedur pengadaan tersebut. Permasalahan dalam pengadaan Barang dan Jasa pemerintah tidak akan terjadi apabila para pelaksana memahami dan melaksanakan sepenuhnya prinsip dasar pengadaan Barang dan Jasa yang ditetapkan dalam perpres.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa pokok persoalan yang dapat diperbincangkan terkait dengan Perpres 54 tahun 2010 sebagai perubahan tentang tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Keputusan Presiden No 8 tahun 2003, yakni:

1. Apakah pengertian Barang, Jasa, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Penyedia Barang Jasa?

2. Apa saja yang menjadi Perubahan Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah?

3. Bagaimanakah Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ?

4. Apakah pengertian Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa ?

5. Bagaimana kasus hukum penyalahgunaan penggunaan barang dan jasa pemerintah?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setiap penulisan suatu masalah atau setiap kegiatan dilakukan tentunya harus memiliki suatu tujuan dan manfaat. Dalam penulisan makalah ini, penulis memberikan beberapa tujuan dan manfaat dari makalah ini.

1.3.1 Tujuan dari Penulisan

1. Sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Hukum Keuangan Negara

(6)

3. Untuk mengetahui bagaimana swakelola pengadaan barang dan jasa Pemerintah

4. Untuk mengetahui siapa saja panitia pengadaan barang dan jasa lain

5. Untuk mengetahui contoh kasus penyalahgunaan dalam pengadaan barang dan jasa Pemerintah

1.3.2 Manfaat Penulisan

1. Sebagai pedoman untuk menambah wawasan dalam menulis dan membuat suatu karya ilmiah terutama dalam makalah ini

2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya

3. Sebagai bahan bacaan dan lebih memahami bagaimana tata cara penulisan makalah

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari 3 (tiga) bab, dimana bab-bab tersebut disesuaikan dengan isi dan maksud dari tulisan makalah ini, secara garis besar pembahasannya dibagi lagi dalam sub-sub sesuai dengan penulisan skripsi. Adapun ketiga bab tersebut dapat dilihat dari gambaran sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan.

Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Pembahasan.

(7)

kemudian akan menjelaskan beberapa kasus terkait dalam penyalahgunaan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Bab III : Penutup.

(8)

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

1. Definisi Pengadaan

Kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya (K/L/D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh barang/jasa

2. Jenis Pengadaan

 Barang : Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang

 Pekerjaan Konstruksi : Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya  Jasa Konsultasi : Jasa layanan profesional yang membutuhkan

keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)

 Jasa Lainnya : Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang

3. Contoh Pengadaan  Barang :

a. bahan baku;

b. barang setengah jadi; c. barang jadi/peralatan; d. makhluk hidup.  Pekerjaan Konstruksi :

a. Bangunan

(9)

1. konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan tempur; pengawasan (supervision) untuk pekerjaan selain Pekerjaan Konstruksi, seperti transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan, lingkungan hidup, kedirgantaraan, pengembangan usaha, perdagangan, pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian, pertambangan, dan energi;

d. jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, dan konsultan hukum;

e. Pekerjaan survei yang membutuhkan telaahan Tenaga Ahli.  Jasa Lainnya :

a. jasa boga (catering service), jasa layanan kebersihan (cleaning service), jasa penyedia tenaga kerja;

b. jasa asuransi, perbankan dan keuangan; jasa layanan kesehatan, pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, dan kependudukan;

c. jasa penerangan, iklan/reklame, film, dan pemotretan; d. jasa pencetakan dan penjilidan;

e. jasa pemeliharaan/perbaikan; jasa pembersihan, pengendalian hama (pest control), dan fumigasi;

f. jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan, dan penyampaian barang;

(10)

i. jasa penyewaan; jasa penyelaman; jasa akomodasi; jasa angkutan penumpang;

j. jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan; k. jasa penyelenggaraan acara (event organizer); l. jasa pengamanan;

m. jasa layanan internet; jasa pos dan telekomunikasi; n. jasa pengelolaan aset;

o. jasa pekerjaan survei yang tidak membutuhkan telaahan tenaga ahli.

2.2 Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Sebagai penjelas dan pelengkap dari aturan yang berlaku sebelumnya, Perpres No 54 Tahun 2010 mengatur tata cara pengadaan barang dan jasa sebagai barikut:

a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

1. Pelelangan Umum , metode pelelangan umum merupakan yang paling sering dilakukan untuk memilih penyedia barang/jasa yang akan mendapatkan proyek pengadaan pekerjaan konstruksi..

2. Pemilihan Langsung, metode untuk memilih penyedia jasa untuk proyek yang maksimal bernilai 200 juta.

3. Pengadaan Langsung, digunakan untuk proyek pengadaan jasa konstruksi yang termasuk kebutuhan operasional dan bernilai paling tinggi 100 juta. 4. Pelelangan Terbatas, dilakukan jika pekerjaan yang dibutuhkan dianggap

kompleks dan penyedianya terbatas.

5. Penunjukkan Langsung, dilakukan untuk proyek konstruksi tertentu dengan persetujuan dari jajaran di instansi pemerintah terkait.

b. Pengadaan Barang/ Jasa Lainnya

1. Pelelangan Umum, paling umum dilakukan untuk dalam proyek pengadaan barang dan jasa pemerintah

(11)

3. Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek yang ada berupa pengadaan barang/jasa operasional yang beresiko kecil, berteknologi sederhana dan bernilai maksimal 100 juta.

4. Penunjukkan Langsung,

5. Kontes/ Sayembara. Kontes dilakukan dengan memperlombakan gagasan, kreativitas maupun inovasi tertentu yang telah ditentukan harga/biaya satuannya., sedangkan Sayembara dilakukan untuk kriteria yang belum ditentukan harga/nilai satuannya di pasaran. Biasanya kontes diaplikasikan untuk pengadaan barang, dan sayembara untuk pengadaan jasa.

c. Pengadaan Jasa Konsultasi

1. Seleksi Umum, merupakan metode paling utama untuk memilih penyedia jasa yang akan menangami penyedian jasa konsultasi pemerintah.

2. Seleksi Sederhana, dilakukan untuk pengadaan jasa konsultansi untuk proyek yang bernilai maksimal 200 juta.

3. Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek pengadaan jasa bernilai tidak lebih dari 50 juta

4. Penunjuk Langsung 5. Sayembara

2.3 Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

A. Pengadaan Yang dapat Dilaksanakan Dengan Cara Swakelola

Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) dengan cara melalui penyedia barang/jasa; dan

(12)

Pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya dikerjakan oleh pihak ketiga sebagai penyedia barang/jasa. Menurut pasal 1 Perpres nomor 70 tahun 2012 yang dimaksud penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Ketentuan tersebut memasukkan semua pihak (baik perorangan maupun badan usaha) yang pekerjaannya menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa lainnya sebagai penyedia barang/jasa. Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan melalui penyedia barang/jasa Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa mengharuskan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan dengan cara tertentu. Tata cara pemilihan penyedia tersebut meliputi pelelangan, seleksi, penunjukan langsung, pengadaan langsung, sayembara, dan kontes. Dalam hal pengadaan dilakukan dengan cara swakelola Perpres menetapkan pelaksanaan swakelola dapat dilaksanakan oleh:

1. instansi penanggung jawab anggaran;

2. instansi lain;

3. kelompok masyarakat.

(13)

Contohnya adalah pekerjaan memasak makanan pasien oleh pegawai rumah sakit, membersihkan saluran irigasi oleh kelompok masyarakat, menyemai bibit oleh pegawai dinas pertanian, pelaksanaan diklat/workshop/seminar oleh instansi pemerintah, dan sebagainya. Karena itu komponen biaya yang menunjukkan pekerjaan swakelola adalah komponen upah dan honorarium. Sedangkan komponen biaya lainnya seperti biaya pengadaan material atau bahan yang diperlukan dalam pekerjaan swakelola sebenarnya bukan menunjukkan pekerjaan swakelola, walaupun jumlahnya sering kali lebih besar dari komponen upah dan honorarium.

Dalam pekerjaan swakelola sering kali memerlukan barang/bahan yang pengadaannya justru tidak mungkin dilakukan secara swakelola. Contohnya dalam pemeliharaan jalan yang dilaksanakan oleh pegawai Dinas Pekerjaan Umum secara swakelola, jika kegiatan tersebut membutuhkan aspal maka pengadaan aspal tersebut tidak dapat dilakukan dengan cara swakelola, melainkan harus dilaksanakan melalui pihak ketiga (penyedia barang/jasa).

Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola telah ditetapkan dalam pasal 26 ayat (2) Perpres 70 tahun 2012 meliputi:

a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia, serta sesuai dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;

(14)

c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;

d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;

e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan;

f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;

g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;

h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;

i. pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;

j. penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau

k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri almatsus dalam negeri.

Penetapan apakah suatu pengadaan barang/jasa akan dilaksanakan secara swakelola atau dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA).

(15)

Prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan.

1). Perencanaan Swakelola.

Kegiatan perencanaan swakelola dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Perencanaan kegiatan swakelola dilakukan dengan memperhitungkan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu. Perencanaan swakelola meliputi:

a. penetapan sasaran, rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaannya;

b. perencanaan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan yang tepat agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan yang sesuai;

c. penyusunan rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci serta dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan dan/atau rencana kerja harian; dan

d. penyusunan rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan dan/atau biaya mingguan.

(16)

oleh Dinas Pemerintah Daerah tersebut hanya sebatas menetapkan sasaran kegiatan yakni menentukan berapa buah sumur untuk setiap desa dan berapa jumlah dana yang akan dialokasikan pada masing-masing desa. Perencanaan kegiatan yang lebih detail disusun oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola. Sedangkan untuk kegiatan swakelola yang dilaksanakan sendiri oleh instansi penanggung jawab anggaran dan kegiatan swakelola yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah lainnya, perencanaan swakelola disusun dan ditetapkan oleh PPK pada instansi penanggung jawab anggaran.

2) Pelaksanaan Swakelola.

Perpres menetapkan cara pelaksanaan swakelola dalam tiga cara yaitu:

a. swakelola dilaksanakan oleh instansi penanggung jawab anggaran;

b. swakelola dilaksanakan oleh instansi lain;

c. swakelola dilaksanakan oleh kelompok masyarakat.

Pelaksanaan swakelola oleh instansi penanggung jawab anggaran memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

(17)

barang/jasa pemerintah. Jika kebutuhan peralatan/suku cadang tersebut lebih dari Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) pengadaannya dilakukan oleh Pokja ULP dengan cara lelang. Jika kebutuhan peralatan/suku cadang tersebut tidak lebih dari Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) pengadaannya dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara Pengadaan langsung.

c. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara berkala berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan. Tenaga kerja yang berasal dari instansi penanggung jawab anggaran dibayar dalam bentuk honorarium. Pembayaran gaji tenaga ahli dari luar instansi penanggung jawab dilakukan berdasarkan Kontrak. Jumlah tenaga ahli dari luar instansi penanggung jawab anggaran paling banyak 50% dari seluruh pegawai instansi penanggung jawab anggaran yang terlibat dalam kegiatan swakelola tersebut.

d. penggunaan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian.

e. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan Uang Persediaan (UP)/Uang Muka kerja atau istilah lain yang disamakan dan dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara bulanan;

f. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang disesuaikan dengan penyerapan dana.

g. kemajuan nonfisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana.

(18)

Pengadaan melalui Swakelola oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pelaksanaan dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan pelaksana Swakelola pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.

b. pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh Pokja ULP/Pejabat Pengadaan pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola. c. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan. Pembayaran imbalan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan berdasarkan Kontrak antara Pelaksana Kegiatan Swakelola pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola dengan tenaga kerja bersangkutan.

d. penggunaan tenaga kerja, bahan/barang dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian.

g. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang disesuaikan dengan penyerapan dana oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.

h. kemajuan nonfisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.

(19)

Pengadaan secara Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pelaksanaan Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.

b. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa hanya diserahkan kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola yang mampu melaksanakan pekerjaan.

c. pengadaan Pekerjaan Konstruksi hanya dapat berbentuk rehabilitasi, renovasi dan konstruksi sederhana. Untuk konstruksi bangunan baru yang tidak sederhana, dibangun oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran untuk selanjutnya diserahkan kepada kelompok masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan.

e. penyaluran dana kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut:

1) 40% (empat puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola telah siap melaksanakan Swakelola;

(20)

3) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 60% (enam puluh perseratus). f. pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana Swakelola yang dikeluarkan, dilaporkan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola secara berkala kepada PPK.

h. pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.

i. pertanggungjawaban pekerjaan/kegiatan Pengadaan disampaikan kepada K/L/D/I pemberi dana Swakelola sesuai ketentuan perundang-undangan.

3) Pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban

Pengawasan, penyerahan, pelaporan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan swakelola dilakukan sesuai ketentuan berikut:

(1) Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Penanggung Jawab Anggaran atau oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola. (2) Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana lapangan/Pelaksana Swakelola kepada PPK secara berkala.

(3) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan secara berjenjang oleh Pelaksana Swakelola sampai kepada PA/KPA.

(4) APIP pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran, melakukan audit terhadap pelaksanaan Swakelola.

(21)

Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006, panitia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/KuasaPengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/ Direksi BUMD, untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa. Sedangkan, Pejabat pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/ Direksi BUMN/Direksi BUMD untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan sebagai berikut:

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat/panitia pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) meliputi sebagai berikut:

a. menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);

c. menyiapkan dokumen pengadaan;

d. mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat kabar nasional dan/atau provinsi dan/atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi; f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. mengusulkan calon pemenang;

h. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat pembuat komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya:

(22)

Pengadaan barang dan jasa Indonesia sedikit diubah pada tahun 2015 dengan keluarnya Perpres 4 tahun 2015. Perpres ini merupakan perubahan keempat atas Perpres Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang dikeluarkan pada tanggal 16 Januari 2015. Perpres ini diharapkan dapat mengatasi beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan barang dan jasa. Salah satu poin penting yang ada di perpres ini adalah diberikannya kewenangan yang lebih besar kepada pejabat pengadaan untuk melaksanakan pengadaan dengan cara e-purchasing.

Berdasarkan Perpres 54/ 2010, pejabat pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang melaksanakan pengadaan barang/ jasa. Sedangkan menurut Pepres 70/ 2012 pejabat pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan langsung. Apa itu pengadaan langsung? Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/ seleksi/penunjukan langsung. Berdasarkan pasal 39 Perpres 70/2012, pengadaan langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 dengan ketentuan:

a) kebutuhan operasional K/L/D/I; b) teknologi sederhana;

c) risiko kecil; dan/atau

(23)

Pejabat Pengadaan

Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 dapat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ULP atau Pejabat Pengadaan. Demikian juga Paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 dapat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ULP atau Pejabat Pengadaan. Pengadaan Langsung ini dilaksanakan oleh satu orang Pejabat Pengadaan.

Setiap satuan kerja pasti mempunyai pejabat pengadaan. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak pekerjaan yang dilaksanakan dengan nilai yang relatif kecil. Sehingga dalam proses pengadaannya tidak diperlukan pelelangan/ seleksi. Pejabat pengadaanlah yang menetapkan penyedia barang/jasa untuk pengadaan langsung.

Pada saat itulah peran pejabat pengadaan menjadi penting. Karena urgensinya yang sangat tinggi itu, maka Perpes mengamanatkan bahwa untuk dapat diangkat sebagai pejabat pengadaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;

2. memahami pekerjaan yang akan diadakan;

3. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas ULP/Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan yang bersangkutan;

4. memahami isi dokumen, metode dan prosedur Pengadaan;

(24)

6. menandatangani Pakta Integritas.

Perubahan Kewenangan Pejabat Pengadaan

Berdasarkan Perpres 4 tahun 2015 -sebuah peraturan yang dinilai banyak pihak sebagai aturan yang akan mendorong pengadaan barang dan jasa akan berjalan secara efektif dan efisen- ada perubahan mengenai pengertian pejabat pengadaan. Pasal 1 ayat 9 mengatakan bahwa yang disebut pejabat pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan

E-Purchasing.

Untuk memudahkan pemahaman mengenai pejabat pengadaan, penulis sampaikan matriks perbedaan tersebut.

Matriks Perbedaan Definisi Pejabat Pengadaan

Peraturan / Jabatan Pejabat Pengadaan

Perpres 54/ 2010

personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang melaksanakan pengadaan barang/jasa

(25)

melaksanakan pengadaan langsung

Perpres 4 / 2015

personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan E-Purchasing

Jika kita cermati, ada kewenangan yang ditambahkan kepada pejabat pengadaan yaitu:

1. Pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya sampai dengan Rp 200 juta dan konsultan s/d 50jt dengan metode pemilihan penyedia yaitu penunjukan langsung ;

2. Pengadaan barang/jasa dengan e-purchasing tanpa ada batasan nilai rupiahnya.

Selama ini pejabat pengadaan sudah terbiasa dengan metode pengadaan langsung. Jika ditambahkan dengan penunjukan langsung untuk batasan nilai yang sama dengan pengadaan langsung, penulis beranggapan hal itu tidak akan menjadi persoalan yang serius. Karena selama ini pejabat pengadaan aman-aman saja dengan pemilihan penyedia yang sudah dilakukan sebelumnya. Namun akan menjadi persoalan ketika pejabat pengadaan juga diberi kewenangan untuk pengadaan dengan cara e-purchasing tanpa batasan nilai.

(26)

Dalam pengadaan barang dan jasa dikenal istilah pengadaan secara elektronik atau e-procurement, yaitu pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pengadaan secara elektronik terdiri dari dua jenis yaitu e-tendering dan e-purchasing. E-tendering adalah tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan e-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik. Katalog elektronik atau e-catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.

Mengapa pejabat pengadaan diberikan kewenangan untuk mengadakan barang/jasa secara e-purchasing? Hal ini asumsinya adalah karena dalam e-purchasing tidak perlu dilakukan evaluasi penawaran dan kualifikasi sehingga tugas pejabat pengadaan adalah melaksanakan sistem dalam aplikasi e-purchasing. Jika kebutuhan akan barang/jasa tersedia dalam katalog elektronik, maka K/L/D/I wajib melakukan pengadaan barang dan jasa dengan e-purchasing.

Jika anda mencermati perkembangan katalog elektronik yang disediakan oleh LKPP, maka jenis barang/ jasa yang tersedia semakin bertambah yang memuat informasi teknis maupun harganya.

(27)

a. Selama ini yang penulis temui (terutama dalam diklat pengadaan barang dan jasa, baik yang berupa DTSS Pengadaan Barang/Jasa , DTSS persiapan ujian PBJ, dan Penyegaran PBJ), yang menjadi pejabat pengadaan pada umumnya secara kepegawaian adalah pegawai golongan II dan kedudukannya adalah pelaksana. Secara struktural pejabat pengadaan yang dipegang oleh pegawai ini memiliki kedudukan yang tidak selevel dengan posisi lain dalam pengelola keuangan satuan kerja. Hal ini membawa dampak yang cukup serius baik secara substansi maupun psikologi. Pejabat pengadaan akan merasa dibawah pengaruh atasan langsungnya maupun PPK ketika akan memutuskan untuk melaksanakan kewenangannya sehubungan dengan penunjukan langsung maupun terutama e-purchasing.

b. Selama ini pejabat pengadaan identik dengan pengadaan langsung dimana langsung berhadapan dengan barangnya. Disitu kelihatan bentuk dan wujud barang/jasanya. Disamping nilainya yang signifikan tidak besar, pejabat pengadaan sudah nyaman dengan penyedia barang jasa yang lazim ditemuinya. Jika pengadaan dengan cara e-purchasing, maka seakan-akan pejabat pengadaan berhadapan dengan makhluk yang entah berapa dimana barangnya. Hal ini memunculkan permasalahan psikologis yang lain mengenai bagus tidaknya kondisi barang tersebut.

c. Tanda bukti perjanjian untuk e-purchasing berupa surat pesanan. Perpes baru menyatakan bahwa cukup surat pesanan sudah bisa menjadi tanda bukti perjanjian. Jika demikian apakah surat pesanan itu merupakan perikatan antara pejabat pengadaan dengan penyedia?

d. e-purchasing dengan nilai sampai dengan dua ratus juta rupiah menjadi wewenang pejabat pengadaan

(28)

Sedangkan Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengadaan Barang dan Jasa bila dilihat dari Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 9 ayat (3), berbunyi :

a. menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;

b. menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;

c. menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/ pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan;

d. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan sesuai kewenangannya;

e. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku;

f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa;

g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan instansinya;

h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

i. menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada

Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara/ Pimpinan Kesekretariatan

Komisi/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/ Direksi BUMN/BUMD dengan berita acara penyerahan;

j. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

(29)

Pasal 110 Perpres 4/2015 mengatakan bahwa e-purchasing dilaksanakan oleh pejabat pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan instansi/institusi. Menilik bunyi pasal ini, maka penulis berpendapat bahwa sebaiknya untuk e-purchasing , kewenangannya dibagi dua:

Hal ini adalah untuk menjaga kemungkinan buruk yang kemungkinan terjadi di kemudian hari mengingat PPK -yang seorang pejabat- adalah pejabat yang memiliki kewenangan lebih besar dibandingkan dengan pelaksana.

Faktor yang lain yang juga perlu diperhatikan adalah sehubungan dengan honor pengadaan yang diberikan kepada pejabat pengadaan. Selama ini honorarium pejabat pengadaan dibayarkan berdasarkan satuan OB (Orang Bulan). Jadi seberapa banyaknya pun pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakannya, maka honor bulanan nya akan tetap. Tapi coba bandingan dengan honor pantia pengadaan/ULP. Honor panitia/ULP dibayarkan berdasarkan satuan OP (Orang Paket). Jadi, semakin banyak paket pekerjaan yang dikerjakannya, maka semakin besar honor yag diterima.

Jika dibandingkan dengan pejabat pengadaan, jika memiliki kewenangan untuk melakukan e-purchasing di kantornya tanpa batasan nilai. Misal pejabat pengadaan melaksanakan pengadaan mobil dinas sesuai dengan katalog elektronik LKPP. Pengadaan mobil tersebut nilainya sangat besar karena jumlahnya yang banyak, misalnya dua milyar. Walaupun pejabat pengadaan melaksanakan pekerjaan dengan nilai yang besar tersebut, honor yang diterima akan tetap sesuai dengan SBM Kementerian Keuangan yaitu honor bulanan itu. Disinilah penulis melihat ada ketidakadailah jika e-purshasing tanpa batas nilai diberikan kewenangannya kepada pejabat pengadaan.

(30)

Kronologi Kasus Hambalang (hingga 16 Juni 2012)

Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum qq komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.

Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga men-subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M.

KPK menyatakan, dalam penyelidikan Hambalang ada dua hal yang menjadi konsentrasi pihaknya. Yakni, terkait dengan pengadaan pembangunan dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang.

Berikut ini penulis menyajikan rangkaian berita sesuai kronologinya, untuk memahami kasus Hambalang ini.

Selasa, 1 Mei 2012

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyatakan bahwa penyelidikan proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor mengalami peningkatan. Hal tersebut diutarakan oleh pimpinan KPK sendiri, Abraham Samad pada Selasa, 1 Mei 2012 malam.

Menurutnya, peningkatan tersebut terlihat dari banyaknya informasi mengenai kasus itu yang masuk ke KPK yang datang dari sejumlah orang yang pernah dimintai keterangan oleh lembaga anti korupsi tersebut mengenai proses sertifikasi tanah Hambalang.

(31)

adanya pengakuan dari Anggota Komisi II asal Fraksi Partai Demokrat, Ignatius Mulyono.

Sementara itu, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, pihaknya hingga kini masih mengumpulkan alat bukti atas indikasi tindak pidana dalam proyek yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya Tbk tersebut. Menurut dia, karena alat buktinya belum cukup, maka proyek yang dijalankan dua emiten BUMN sektor konstruksi dengan kode perdagangan masing-masing ADHI dan WIKA itu masih dalam tahap penyelidikan.

Johan mengatakan, ada dua persitiwa yang tengah diselidiki pihaknya. Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang. Kedua, pelaksanaan pengadaan proyek Hambalang yang dilakukan secara multi years.

Kasus Hambalang ini pertama kali diungkapkan oleh terdakwa suap proyek pembangunan wisma atlet, M Nazaruddin. Menurut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu, Anas turut terlibat dalam proyek dengan melakukan serangkaian pertemuan yang dihadiri Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto terkait sertifikasi tanah Hambalang. Bukan hanya itu, Nazaruddin juga menuding bahwa Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng turut terlibat dalam proyek ini.

Kamis, 3 Mei 2012

Pekan depan, KPK mengagendakan gelar perkara (ekspose) penyelidikan kasus pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor. dalam forum itu, penyelidik atau penyidik KPK yang menangani kasus mempresentasikan perkembangan penanganan perkara kepada pimpinan KPK. Tujuan ekspose agar dapat diketahui perkembangan kasus yang tengah diselidiki lembaga antikorupsi tersebut.

Selasa 22 Mei 2012

(32)

Terkait proyek senilai Rp1,1 triliun ini, Andi pernah memberikan keterangannya saat bersaksi untuk terdakwa M Nazaruddin dalam kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet. Menurutnya, proyek Hambalang tak kunjung selesai sejak tahun 2003 lantaran terkendala masalah sertifikat tanah seluas 5.000 hektar yang belum ada.

Namun, Andi membantah melibatkan Nazaruddin terkait pembuatan sertifikat tanah tersebut. Terkait hal ini, terdakwa sendiri menuding ada uang dari proyek Hambalang yang mengalir ke Andi Mallarangeng.

Direktur PT Dutasari Citralaras, Mahfud Suroso dilarang berpergian keluar negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kamis, 24 Mei 2012

Menpora, Andi Mallarangeng memenuhi panggilan KPK dan dimintai keterangan oleh penyidik KPK selama sekira 10 jam.

Usai diperiksa, Andi membantah tudingan mantan Komisi III DPR Muhammad Nazaruddin, bahwa dirinya menerima uang sebesar Rp20 miliar terkait proyek yang menelan uang negara Rp1,5 triliun tersebut.

Sebelumnya, usai diperiksa KPK terkait proyek Hambalang, Nazaruddin menuding Andi turut menerima jatah sebesar Rp20 miliar. Menurutnya, uang tersebut diterima Andi melalui adiknya yang bernama Choel Mallarangeng. Nazaruddin mengatakan, uang tersebut diberikan oleh Adhi Karya selaku pelaksana pembangunan yang bekerjasama dengan Wijaya Karya.

Terkait proyek disubkontrakkan ke PT Dutasari Citralaras, Nazaruddin mengaku tak tahu menahu. Ia hanya bisa menjelaskan bahwa Mahfud Soeroso selaku pemilik PT Dutasari pernah menerima uang Rp100 miliar yang Rp20 miliar di antaranya diperintahkan PT Adhi Karya untuk diberikan ke Andi melalui Choel.

(33)

Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly Dondokambey Rp1 miliar. Angie sendiri memperoleh Rp1 miliar.

Jumat, 25 Mei 2012

KPK mendalami penyebaran uang pada Kongres Partai Demokrat.

Mantan Ketua DPC Partai Demokrat Minahasa Tenggara, Diana Maringka dimintai keterangannya oleh KPK terkait penyelidikan dugaan korupsi pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Hambalang, Jawa Barat. Usai diperiksa, Diana mengaku hanya ditanya seputar pembagian uang dalam kongres Partai Demokrat tahun 2010 silam.

Terkait proyek Hambalang, Diana mengaku tak tahu apa-apa. Dalam kongres itu, lanjut Diana, dirinya diberikan uang oleh tim sukses Anas Urbaningrum sebesar AS$7000 dan Rp30 juta. Selain dirinya, sejumlah DPC yang lain juga diberikan uang. Sebelumnya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin berkali-kali menyebut bahwa ada penggelontoran uang dalam kongres Partai Demokrat yang dilaksanakan 2010. Menurut Nazar, uang yang digelontor berjumlah Rp30 miliar dan AS$5 juta tersebut berasal dari Permai Grup, perusahaan miliknya.

Senin, 28 Mei 2012

Tim dari KPK bertandang ke Hambalang sekira dua pekan silam. Menurut Juru Bicara KPK Johan Budi, kedatangan tim lembaganya tersebut untuk mencari tahu sejauh mana perkembangan pengadaan proyek senilai Rp1,2 triliun itu. Menurut Johan, Kedatangan tim ingin tahu progres pengadaan.

Tim KPK yang mendatangi proyek Hambalang belum bisa melakukan mengaudit alasan kenapa bisa runtuh tanahnya. karena proyek Hambalang masih dalam tahap penyelidikan di lembaganya. Hasil audit alasan tanah di Hambalang bisa amblas dapat dijadikan lembaganya sebagai salah satu bahan penyelidikan. Khususnya dalam pengadaan proyeknya.

(34)

Kementrian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan bahwa PU tak dilibatkan dalam proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu Hambalang sejak perencanaan, hanya ketika pembangunannya dimulai. Hal tersebut diutarakan oleh Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono. Penegasan tersebut disampaikan terkait dengan amblesnya tanah di proyek itu di tiga titik pada 14-15 Desember 2011 lalu.

Selain itu, Budi menegaskan, apa pun yang terjadi dengan proyek itu, kontraktor utama yakni PT Wijaya Karya Tbk dan PT Adhi Karya Tbk, harus bertanggung jawab.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU, Waskito Pandu menegaskan, sebenarnya tidak ada aturan yang mewajibkan proyek strategis di Indonesia harus melibatkan PU sejak awal. “Hanya saja, kebiasaan selama ini untuk proyek APBN strategis, PU yang dianggap punya banyak ahli teknis, sering dimintai rekomendasi dan untuk proyek Hambalang, memang tidak dilibatkan,” katanya.

Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Yuli Mumpuni sebelumnya mengatakan, tiga titik amblesnya tanah di proyek Hambalang adalah fondasi bangunan lapangan badminton, bangunan gardu listrik, dan jalan nomor 13.

Proyek Hambalang, ketika Menporanya Adhyaksa, nilainya sebesar Rp125 miliar untuk sekolah olahraga dan saat Andi Mallarangeng menjabat, proyek Hambalang berubah menjadi proyek olahraga terpadu Hambalang, (sport center) dengan anggaran sebesar Rp1,2 triliun.

Rabu, 30 Mei 2012

(35)

Menurut Uchok, berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2009, pembangunan seharusnya dilakukan di wilayah Sentul, bukan di Hambalang. Dia mengutarakan bahwa tanah Hambalang labil dan tak akan terpakai lagi jika sudah ambles.

Uchok menjelaskan, angka Rp753 miliar itu terbagi atas dua tahun anggaran. Yakni pada tahun 2010 sebesar Rp253 miiliar untuk pembangunan lanjutan fisik pusat pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional dan sebesar Rp500 miliar pada 2011 untuk pengadaan sarana olahraga pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional Hambalang.

Sedangkan pelaksana proyek, c.q. PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya, mengklaim kerugian yang diakibatkan peristiwa amblesnya bangunan tersebut mencapai Rp14 miliar.

Senin, 4 Juni 2012

Teka-teki adanya pembengkakan anggaran proyek Hambalang dari Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun mulai terkuak. Meski sejumlah anggota Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat berkukuh mengatakan tidak tahu, Kementerian Pemuda dan Olahraga ternyata telah memberitahukan kebutuhan total proyek itu sejak Januari 2010.

Dokumen yang diperoleh Tempo menyebutkan Kementerian pernah mengirim surat ke Komisi Olahraga DPR pada 22 Januari 2010. Isinya pemberitahuan alokasi anggaran proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, dengan dana Rp 2,57 triliun. Surat itu ditujukan kepada Wakil Ketua Komisi, Rully Chairul Azwar, dan diteken Wafid Muharam, Sekretaris Kementerian.

Deputi Harmonisasi dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga Lalu Wildan membenarkan adanya surat tersebut.

(36)

Perjuangan, Irsal Yunus, mengatakan bahwa anggota Komisi Olahraga tidak pernah dilibatkan jika itu proyek tahun jamak.

Ketua Komisi Olahraga DPR Mahyuddin mengakui proyek Hambalang beberapa kali dibahas Komisi DPR. Setelah mendapat Rp 125 miliar, pada 2010, Kementerian kembali mengajukan anggaran Rp 625 miliar. “Dana yang disetujui hanya Rp 150 miliar, sehingga total dana Hambalang pada 2010 Rp 275 miliar,” kata politikus Partai Demokrat ini.

Tahun berikutnya mengalir Rp 475 miliar. Pada 2012, turun lagi Rp 425 miliar. Itu baru bujet konstruksi. Ditambah duit untuk membeli peralatan, bujet total proyek mencapai Rp 2,57 triliun.

Selasa, 5 Juni 2012

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menjawab tentang teka teki nilai anggaran proyek pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Hambalang, dia mengatakan anggaran proyek tersebut mencapai angka Rp 2,5 Triliun.

Menurutnya -senin(4/6)-, angka ini terbagi dalam dua bidang. Pertama, untuk anggaran konstruksi bangunan di atas tanah seluas 32 hektar itu mencapai angka Rp1,1 triliun. Dan untuk bidang kedua terkait pengadaan barang dan jasa sarana dan prasarana olahraga yang mencapai angka Rp1,4 triliun.

Terkait konstruksi, lanjut Bambang, diduga pembangunannya melibatkan korporasi lain. Sedangkan untuk pengadaan barangnya, sebagian sarana dan prasarana olahraga sudah jadi, tapi masih ada pengadaan yang belum selesai. Sama halnya dengan konstruksi, untuk pengadaan ini juga melibatkan korporasi lain. Sayangnya, ia tak merinci korporasi apa saja yang terlibat di dua bidang tersebut.

Rabu, 6 Juni 2012

(37)

KPK telah memeriksa sekitar 60 orang untuk penyelidikan kasus Hambalang. Termasuk yang diperiksa adalah pemilik dan manajemen PT Dutasari Citralaras, perusahaan subkontraktor proyek tersebut. Sebelumnya, KPK telah memanggil para komisaris perusahaan itu, antara lain Machfud Suroso, Munadi Herlambang, dan Atthiyah Laila (istri Anas Urbaningrum).

KPK tengah mendalami pembengkakan anggaran Hambalang yang semula Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun, plus alokasi anggaran pengadaan alat olahraga senilai Rp 1,4 triliun, sehingga total proyek menjadi Rp 2,57 triliun.

Tender proyek Hambalang dimenangi PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya dengan sistem kerja sama operasi. Mereka lantas menunjuk 17 perusahaan lain sebagai subkontraktor proyek, salah satunya Dutasari yang kebagian pekerjaan bidang mekanikal, elektrikal, dan plumbing. Namun sumber Tempomengungkapkan, Dutasari tak sepenuhnya menggarap pekerjaan tersebut. Dutasari, kata dia, hanya memasang rangkaian pipa baja untuk rangkaian elektrik.

Penelusuran Tempo di Hambalang juga menemukan Dutasari ternyata menggarap rekrutmen personel satuan keamanan proyek. Pekerjaan Dutasari pun ada yang disubkontrakkan lagi ke perusahaan lain, antara lain PT Kurnia Mutu yang menyuplai pipa tembaga untuk penyejuk udara dan PT Bestindo Aquatek Sejahtera yang menyediakan sistem pengolahan limbah domestik.

Jumat, 8 Juni 2012

Rencana pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Hambalang di DPR diyakini tak akan mempengaruhi proses penyelidikan yang tengah dilakukan KPK. Menurut Juru Bicara KPK Johan Budi, pembentukan pansus yang merupakan kewenangan anggota dewan tersebut masuk ke ranah politik, bukan penegakan hukum seperti yang dilakukan KPK.

(38)

Jika sudah ditemukan dua alat bukti yang cukup, KPK bisa menaikkan status kasus ke penyidikan.

KPK, lanjut Johan, siap mendukung kerja pansus, apabila sudah terbentuk. Namun, dukungan itu tetap ada batasnya. Misalnya, terkait permintaan data. KPK, kata Johan, tentunya tidak dapat memberikan bahan informasi atau data yang menyangkut keterangan seseorang yang ada di berkas acara.

Sabtu, 16 Juni 2012

Direktur Advokasi Pusat Kajian Anti-Korupsi Universitas Gadjah Mada, Oce Madril, meyakini Neneng Sri Wahyuni (Istri Nazarudin) mengetahui dan mempunyai data aliran duit proyek Hambalang ke sejumlah orang penting.

Menurut Oce, Komisi Pemberantasan Korupsi bisa menjadikan Neneng sebagai saksi utama untuk mengungkap kasus proyek senilai Rp 1,2 triliun tersebut. Jika Neneng mau terbuka, katanya, kasus yang disebut-sebut melibatkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum itu bisa segera terungkap.

Analisis Kasus

Dalam penyelidikan Hambalang ada dua hal yang menjadi konsentrasi. Yakni, terkait dengan pengadaan pembangunan dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang. proyek Hambalang yang bernilai 1,1 Triliun ini tak kunjung selesai sejak tahun 2003 lantaran terkendala masalah sertifikat tanah seluas 5.000 hektar yang belum ada.

Pemeriksaan terhadap Mantan Menpora yakni Andi Malaranggeng menghasilkan tudingan terhadap sejumlah pejabat tinggi yang menerima uang terkait proyek yang menyebabkan pembengkakan biaya pembangunan yang semula Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun, plus alokasi anggaran pengadaan alat olahraga senilai Rp 1,4 triliun, sehingga total proyek menjadi Rp 2,57 triliun.

(39)

proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu Hambalang sejak perencanaan, hanya ketika pembangunannya dimulai.

Hingga kini, KPK masih fokus berupaya menemukan dua alat bukti yang cukup terkait penyelidikan pembangunan sport center di Jawa Barat itu. Salah satunya dengan mencari informasi dan data terkait proyek tersebut. Jika sudah ditemukan dua alat bukti yang cukup, KPK bisa menaikkan status kasus ke penyidikan

 Jasa Konsultan P

engadaan J asa K onsultasi pada K asus P erencanaan R evitalisasi Terminal Rawamangun yang berlokasi di Jakarta Timur

Pengadaan barang jasa pada hakekatnya adalah upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang/ jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu dan kesepakatan yang lain. Jasa konsultasi sering kali menjadi favorit dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah, selain pengadaan pekerjaan konstruksi. Hal tersebut banyak dikatakan bahwa jasa konsultasi dapat menghasilkan margin keuntungan sampai 40%, karena produknya yang terlalu rendah dalam pembiayaan. Padahal sebenarnya yang dinilai bukan berapa tebal atau jumlah dari produknya, namun kualitas dari isi lembaran buku yang dihasilkan dari hasil pemikiran tenaga ahli di dalamnya.

(40)

kualifikasinya, terkecuali pada pengadaan jasa konsultasi perseorangan dengan menggunakan metode pasca kualifikasi.

Jasa konsultasi merupakan jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Apapun produk dari pengadaan jasa konsultasi namun pada intinya jasa konsultasi memerlukan keahlian tenaga ahli dari berbagai bidang keilmuan sesuai dengan bidang jasa yang diperlukan. Hal ini, tercermin dalam aturan pembuatan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) pengadaan jasa konsultasi yang harus diperhatikan bahwa nilai non personilnya tidak boleh melebihi 40% dan tenaga ahlinya tidak boleh kurang dari 60%, kecuali untuk pengadaan jasa konsultan yang khusus dan memerlukan biaya-biaya non personil yang relatif mahal, seperti konsultan survey pemetaan yang memerlukan sewa alat dan pembelian peta yang relatif mahal. Kemudian apabila ada pengadaan barang yang include di dalam pengadaan jasa konsultan yang nilainya ternyata relatif besar dibandingkan untuk pengadaan tenaga ahlinya, maka disarankan agar pengadaan barang tersebut di keluarkan saja menjadi pengadaan barang tersendiri, contohnya apabila ada pengadaan server dan PC komputer di dalam suatu pengadaan sistem informasi, apabila nilainya cukup signifikan besar maka sebaiknya pengadaan server dan PC tersebut dipisahkan dari pengadaan jasa konsultan tersebut.

(41)

dengan lebar 3,5 meter. Namun, pada kenyataannya jalur masuk terminal berbelok alias melenceng dari desain awal. Hal itu disebabkan kantor Sudin Perhubungan Jakarta Timur di dekat pintu masuk, yang seharusnya dibongkar, masih berdiri.

Sedangkan untuk konsultan kedua yaitu PT Cinipta Triutama Jaya juga pernah menjadi pemenang lelang penyedia jasa konsultan untuk proyek pengadaan bus TransJakarta yang bermasalah di masa Kadishub Udar Pristono. Perusahaan tersebut memenangkan lelang pengadan jasa konsultan pengawas pengadaan bus paket I dan II itu dengan alokasi anggaran Rp 1 miliar dengan rincian masing-masing paket senilai Rp 500 juta. Dalam lelang, pemenang penyedia jasa konsultan adalah PT Cinipta Triutama Jaya. Tapi dalam kenyataannya pelaksanaan pekerjaan jasa konsultan tidak dilakukan PT Cinipta Triutama Jaya melainkan diserahkan kepada beberapa orang tenaga ahli dari BPPT yang oleh instansi BPPT tidak ditugaskan untuk melaksanakan pengawasan pekerjaan pengadaan bus TransJakarta. PT Indosakti Pancadipo Pragraha sebagai konsultan Detail Engineering Design (DED) dengan nilai pagu anggaran sebesar Rp 442.850.000 sedangkan PT Cinipta Triutama Jaya sebagai konsultan pengawasan revitalisasi dengan nilai pagu anggaran Rp 1.361.316.000.

Berikut ini merupakan hasil revitalisasi Terminal Rawamangun yang dinilai tidak sesuai dengan perencanaan awal pembangunan sehingga menimbulkan terminal ini tidak dapat untuk digunakan:

a. Pintu masuk terminal menikung tajam dan menanjak

Pintu masuk terminal Rawamangun ini menanjak dan menikung. Tikungan ini cukup tajam, sehingga kendaraan panjang seperti bus Damri Bandara dan bus luar kota yang biasa ngetem di lokasi ini kesulitan untuk masuk ke terminal. Akibatnya bus-bus ini malah memilih untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal. b. Lorong terminal sangat sempit

(42)

terminal ini. Hanya bus-bus kecil seperti Metromini yang bisa melintas di lorong ini, sedangkan bus besar sangat sulit melintas.

c. Ada bangunan di tengah-tengah jalur bus

Terdapat bangunan Suku Dinas Perhubungan DKI Jakarta Timur di tengah-tengah jalur bus terminal ini. Akibat adanya bangunan ini, jalur bus menjadi sedikit berbelok dan tidak lurus. Metromini masih bisa melintasi rintangan ini, namun bus-bus besar akan kesulitan karena harus menikung terlebih dahulu untuk mengindari bangunan tersebut.

d. Bus harus mundur untuk bisa masuk terminal

Akibat keanehan-keanehan ini, bus-bus besar tidak bisa masuk ke dalam terminal baru tersebut. Untuk masuk ke dalam terminal, bus-bus besar terpaksa harus mundur dari pintu yang harusnya digunakan bus untuk keluar. Beberapa bus memilih menurunkan penumpang di luar terminal sehingga menimbulkan kemacetan disekitar Terminal Rawamangun.

Analisa Kasus

Dalam kasus ini, terdapat kurang terjalinnya komunikasi antara pihak pemerintah (Dinas Perhubungan) dengan pihak konsultan sehingga setelah revitalisasi terjadi kedua belah pihak saling lempar tanggung jawab satu sama lain. Pihak pemerintah (Dinas Perhubungan) menyatakan tidak tahu-menahu soal bagaimana revitalisasi Terminal Rawamangun ini karena mengaku telah melimpahkan kewenangan untuk pembangunan proyek kepada pihak konsultan dan pihak konstraktor, sedangkan pihak konsultan menyatakan bahwa design telah sesuai yang mereka berikan namun pembangunan revitalisasi yang dilakukan oleh pihak kontraktor ini faktanya tidak sesuai dengan design awal perencanaan tersebut sehingga muncullah masalah-masalah seperti yang telah dijelaskan.

(43)

pengadaan barang/jasa, yaitu : efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa juga diperlukan pengawasan secara tegas yang perlu melibatkan orang-orang independent yang netral dan tidak berhubungan dengan pengadaan barang/jasa tersebut.

 Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa yang baik diperlukan dalam menunjang berjalannya roda perekonomian bangsa. Berbagai temuan dan laporan dari aparat pemeriksa banyak menunjukkan penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa ini. Penyimpangan ini ditandai dengan banyaknya kasus penanganan tindak pidana yang ditangani oleh aparat hukum.Ada beberapa praktik yang memicu tindak pidana dalam pengadaan barang dan jasa antara lain penyuapan, memecah atau menggabung paket, penggelembungan harga, mengurangi kualitas dan kuantitas barang dan jasa, penunjukan langsung, kolusi antara penyedia dan pengelola pengadaan barang dan jasa.

Penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang merugikan keuangan negara merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Definisi korupsi itu sendiri diatur di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Definisi didalam pasal tersebut memuat unsur-unsur; secara melawan hukum; memperkaya diri sendiri; orang lain atau suatu korporasi; yang dapat menimbulkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.

(44)

dari pemberi dan penerima pekerjaan ini sangatlah rapi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan proses yang terbuka dalam pengadaan barang dan jasa. Proses yang transparan ini akan memberikan kesempatan yang sama kepada penyedia barang dan jasa dan dalam pelaksanaannya akan mendapatkan pengawasan dari masyarakat

Adapun contoh nyata dari bukti penyelewengan tersebut salah satunya ialah

Korupsi Genset KKP Dilema Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Kasus korupsi pengadaan 540 unit genset di Direktorat Prasarana dan Sarana Ditjen Perikanan dan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, sekali lagi menunjukkan, lemahnya jaring pengaman pencegahan korupsi dalam aturan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang menggantikan Perpres Nomor 54 Tahun 2010, ternyata masih mengandung banyak peluang bagi pelaksana pengadaan barang dan jasa melakukan tindak pidana korupsi.

(45)

Kemudahan-kemudahan ini di satu sisi diberikan pemerintah demi menjamin kemudahan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam rangka mempercepat pelaksanaan anggaran belanja negara. Hanya saja, kemudahan ini di sisi lain juga menimbulkan celah terjadinya kasus korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.Dalam kasus korupsi pengadaan genset di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) senilai Rp31,5 miliar ini misalnya, Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menemukan modus klasik dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah yaitu berupa penggelembungan harga oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan pengadaan barang tidak sesuai spesifikasi kontrak. Modus korupsi yang dilakukan dalam kasus ini diduga menggunakan cara lama. Modus itu adalah adanya kongkalikong antara PPK dengan perusahaan pemenang tender. Bahkan perusahaan yang menang tender pengadaan ini diduga fiktif.

Iqbal mengatakan PPK pengadaan barang itu diduga tidak menjalankan proses lelang sesuai prosedur. PPK dalam melakukan pengadaan tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya seperti menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) berdasarkan harga pasar dengan membandingkan spesifikasi barang yang beredar di pasar. "PPK juga lalai hingga ketersediaan suku cadang di pasar tidak ada," ungkap Iqbal.

Dari hasil penyelidikan polisi, PPK juga tidak mengendalikan jalannya kontrak sehingga spesifikasi barang sebagaimana dimaksud dalam kontrak jauh berbeda kondisinya dengan yang ada di lapangan atau lebih buruk. "Penyedia jasa yaitu PT ID menyerahkan barang berupa 540 unit genset yang tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak," imbuhnya.

(46)

kelompok tani tambak udang yang tidak mendapatkan pasokan listrik selama 24 jam. Namun pada kenyataan berbeda. Penyidik juga yang telah turun ke daerah-daerah untuk mencari bukti-bukti menemukan di Provinsi Lampung dan Jawa Tengah, genset tersebut tidak mampu beroperasi selama 24 jam, hanya sampai 6 jam saja. Petani juga harus menyeting genset sendiri dengan biaya swadaya.

Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa yang banyak memberikan kemudahan.Di situ terlihat celah besar terjadinya korupsi. Ada beberapa catatan dari Perpres ini. Pertama pada Pasal 19 Ayat (1). Dalam pasal ini penyedia barang dibebaskan dari kewajiban memiliki laporan pajak tiga bulan terakhir. "Maksudnya pasal ini ingin mempercepat proses, tetapi jika tanpa kontrol akan bisa jadi celah siapapun jadi penyedia barang," kata Uchok.

Celah dimaksud adalah, bisa saja penyedia barang dan jasa yang memang tidak memiliki kredibilitas dan kompetensi tetap bisa ikut tender dan memenangkannya. Namun saat pelaksanaan, ketahuan kalau pemenang ternyata tidak mampu melaksanakan pekerjaan. Kemudian pada Pasal 93 Ayat (1)a. Dalam pasal ini disebutkan, panitia pengadaan dapat melakukan penunjukan langsung terhadap penyedia barang.

Dan pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengadaan barang dan jasa ini adalah Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). "LKPP inilah yang membuat Perpres terbaru pengadaan barang dan jasa ini..

(47)

Pemeriksaan dilakukan terhadap pihak KKP dan Dinas KP Provinsi penerima bantuan untuk melengkapi alat bukti.

Ajun Komisaris Besar Ajie Indra selaku Kasubdit V Tipikor PMJ mengatakan, sejauh ini ada berbagai indikasi bahwa kasus korupsi di KKP akan menyeret para kuasa pengguna anggaran di Kementerian.

Ada dua sisi indikasi, pertama mark up karena tidak sesuai dengan spesifikasi. Kedua, karena perencanaan tidak sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK)," ujar Ajie di Gedung Dirkrimsus PMJ, Jakarta, Rabu (24/6).

Hasil penyelidikan sementara, penyidik Subdit V Tipikor menyatakan daya yang dihasilkan genset yang diserahterimakan oleh petani udang di lima wilayah tidak sesuai spesifikasi. Penyidik menemukan besaran daya yang diperuntukan dari genset seharusnya sebesar 29 kilowatt-jam.

Namun hasil analisa menunjukan, daya yang dapat dihasilkan hanya sebesar 22 Kwh ke bawah. Sehingga menurut penyidik, perbedaan spesifikasi tersebut menyebabkan ada dugaan selisih harga spesifikasi sebesar Rp 9,72 miliar. Jumlah tersebut berdasarkan asumsi penyidik terhadap harga per 1 kwh genset sekitar Rp 3 juta dengan total 540 genset.

Dalam hal ini ada permainan oknum tertentu pada saat seleksi tender pangadaan genset yang dilakukan KKP sehingga berdampak pada perbedaan spesifikasi genset. "Barang yang diserah terima harusnya diperiksa dan harus sesuai spesifikasi, bila tidak harusnya ditolak.

(48)

Bila terbukti ditemukan pelanggaran, maka sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, timbulnya kerugian negara akan dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 KUHP. Analisis Kasus

Untuk mengantisipasi berbagai resiko pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilakukan antara lain dengan menghindari resiko yaitu dengan mengimplementasikan pengadaan barang dan jasa yang tepat, memindahkan resiko kepada pihak lain yaitu dengan meminta penjelasan tertulis (fatwa) untuk permasalahan-permasalahan yang tidak jelas, atau dengan mengurangi resiko yaitu dengan melibatkan tenaga ahli sebagai penerima barang, melibatkan konsultan hukum dalam merancang kontrak, memperkuat sistem pengawasan internal dari KPA atau PPK.

 Kasus Jasa Lainnya

Pengadaan Jasa Perbaikan: Life Time Extension (LTE)/ Overhaul

Ada beberapa praktik yang memicu tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang dan jasa antara lain penyuapan, memecah atau menggabung paket, penggelembungan harga (mark-up harga), mengurangi kualitas dan kuantitas barang dan jasa, penunjukan langsung, dan kolusi antara penyedia dan pejabat pengadaan barang dan jasa.

Kasus Pengadaan Jasa Pekerjaan Life Time Extension (LTE) Gas Turbine (GT)

(49)

perkaranya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) Medan sejak 30 April 2014 lalu. Menurut Bahalwan, kasus korupsi yang menjerat dirinya tidak lebih dari kriminalisasi yang bertujuan untuk menutupi korupsi pada proyek pengadaan jasa pekerjaan LTE GT 1.1 dan GT 1.2 PLTGU DG 10530 Belawan Medan, yang melibatkan beberapa oknum pejabat PLN KITSBU (Pembangkit Sumatera Bagian Utara) dan CV Sri Makmur, dengan nilai proyek Rp 23,9 miliar di mana hingga saat ini Tersangka Yuni Direktur CV Sri Makmur dinyatakan buron dan tidak diketahui keberadaannya.

Adanya keterlibatan 'orang penting di Republik Indonesia' di balik CV Sri Makmur menyebabkan oknum Kejaksaan mencoba menutupi keterlibatan pejabat tinggi negara itu melalui kriminalisasi Bahalwan, yang juga mengerjakan proyek Gas Turbine di unit PLN yang sama. Ditambahkan Bahalwan, motif kedua penyebab kriminalisasi terhadap dirinya adalah persaingan bisnis antara PT Mapna dengan PT Siemens, yang sama-sama merupakan pemasok mesin, peralatan dan suku cadang Gas Turbine di PLN, namun PT Mapna mampu memberikan penawaran harga jauh lebih murah dibanding PT Siemens.

"Sejak PT Mapna menjadi rekanan PLN khususnya dalam pengadaan dan pekerjaan Gas Turbine, PT Siemens menganggap kami sebagai ancaman besar. Tidak hanya dalam efisiensi harga, tetapi juga kehadiran PT Mapna akan membongkar praktek korupsi dengan modus penggelembungan harga (mark up) yang dilakukan PT Siemens selama lebih dari tujuh tahun. PT Siemens sangat khawatir korupsi mereka di masa lalu akan terbongkar dengan keberadaan kami," ujar Bahalwan di Medan (1/8/2014). Bahalwan menjelaskan ia telah menyampaikan semua bukti-bukti bahwa kasus yang menjeratnya adalah murni rekayasa dari oknum-oknum kejaksaan dan PT Siemens pada Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tanggal 26 Februari 2014.

(50)

PT. Ansaldo dan Janto D Armando dari LSM GERPAN (Gerakan Penyelamat Harta Negara). Di mana saat itu mereka menekannya agar PT Mapna mundur sebagai peserta lelang LTE. Karena Bahalwan menolak mundur, mereka mengajak PT Mapna untuk berkolusi dengan PT Siemens dan menyepakati harga penawaran pekerjaan LTE sebesar Rp 840 miliar.

Tawaran kolusi dari PT Siemens itu ditolak Bahalwan. PT Siemens juga menawarkan fee sebesar 17% dari nilai kontrak atau Rp 142 miliar sebagai 'uang diam' jika PT Mapna bersedia mundur. Namun tawaran suap fee PT Siemens juga ditolak Bahalwan. Orang-orang yang menawarkan berkolusi kepada Bahalwan langsung memaki-maki dengan nada mengancam keselamatan Bahalwan. Ketika PT Mapna tetap mengikuti tender LTE di PLN KITSBU pada pertengahan Januari 2012, pihak PT Siemens meluapkan kemarahannya atas kehadiran PT Mapna Co, yang saat itu diwakili Majib Zarei, Ali Nikbakht dan Abbas Foroutani.

Pertengkaran mulut di depan panitia tender/lelang PLN KITSBU itu mereda setelah ditengahi pihak panitia. Saat itu PT Siemens ditegur panitia karena memaksakan kehendak agar tetap dimenangkan meski penawaran mereka jauh lebih tinggi yakni Rp 840 miliar, dibanding harga penawaran PT Mapna Co sebesar Rp 431 miliar, atau lebih rendah Rp 409 miliar dibanding PT Siemens. Berdasarkan fakta tersebut, PT Siemens diduga mencari segala macam cara agar dapat menjatuhkan PT Mapna Co, diantaranya melalui kriminalisasi terhadap diri Bahalwan selaku perwakilan PT Mapna Co di Indonesia.

(51)

US$ 2 miliar atau Rp 23 triliun, maka dengan kehadiran PT Mapna Co, PLN atau negara dapat menghemat lebih dari Rp 10 triliun per tahun.

Dengan kata lain, PT Siemens akan gulung tikar karena praktek mark up mereka terungkap dan harga mereka tidak dapat bersaing. "Pada bulan Desember 2011 sampai Januari 2012 Pimpinan PT Siemens yaitu Christop Silalahi merayu saya melalui telepon dan SMS (pesan singkat). Christop membujuk saya untuk berkolusi dalam proyek pengadaan pekerjaan LTE Gas Turbine sebesar Rp 840 miliar. Bukti SMS Christop masih saya simpan sampai sekarang," ujar

Bahalwan kepada GebrakNews. Bahalwan yang kini masih menjalani persidangan sebagai terdakwa di Pengadilan Tipikor Medan, berharap pihak-pihak terkait dapat membantunya mencari keadilan di negeri ini.

Di kemudian waktu, Pengadilan Tinggi (PT) Medan mengganjar para terdakwa korupsi pembangunan PLTGU Belawan dengan hukuman berat dan denda besar, di tingkat banding.

Majelis hakim tinggi yang diketuai ATH Pudjiwahono menilai para terdakwa terbukti melakukan korupsi dalam pekerjaan life time extention (LTE) Gas Turbine (GT) 2.1 dan 2.2 PLTGU Belawan tahun 2012 sebagaimana dalam dakwaan jaksa. Dalam putusannya, hakim menjatuhkan hukuman 9 tahun penjara kepada Manager Sektor PLN Belawan, Rodi Cahyawan.

Vonis yang dijatuhkan PT Medan ditingkat banding ini jauh lebih tinggi dari putusan Pengadilan Tipikor Medan yang menghukum Rodi Cahyawan hanya 3 tahun penjara. "Menerima permintaan banding dari Penasehat Hukum Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Azwar yang dikutip oleh Sulaeman (2011) evaluasi suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang

[r]

In addition, this study also focuses on writing process employed by university students, specifically undergraduate students, in making a descriptive type of

Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram- negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua

Dari ke empat pasar sampel tersebut di simpulkan bahwa perletakan transportasi vertikal sangat berpengaruh terhadap bangunan pasar yang mana jika letak tangga terletak pada

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menguji pengaruh CpG-ODN dalam meningkatkan respon imun adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan, tiga ulangan dan

[r]

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia sebab lansia merupakan kelompok yang beresiko tinggi mengalami perubahan sensori (pendengaran