321
Abstra ctBerdasarkan hasil tindaka n ya ng telah dilakukan sebanya k 3 siklus, dapa t disimpulka n:
1. Melalui penerapa n pembela jara n yang menera pka n strategi kognitif chunking dalam ma ta kulia h Dasa r -dasar akuntansi terbukti dapat meningkatkan a ktivitas belajar mahasiswa .
2. Melalui penerapa n pembela jara n yang menera pka n strategi kognitif chunking da lam ma ta kulia h Dasa r -dasar akuntansi terbukti dapat meningkatkan hasil bela ja r mahasiswa .
3. Melalui penarapan pembela jaran stra tegi kognitif chunking dalam ma ta kulia h Dasar -dasar akunta nsi dapat ditemukan bukti-bukti mengapa penera pan strategi kognitif chunking dalam ma ta kulia h Dasar -dasar a kuntansi dapat meningkatkan aktivitas da n hasil belajar mahasiswa.
Abstra ct
Based on the result of a ctions that ha ve been done a pproximately 3 cycles, it can be concluded:
1. Through the application of lear ning that a pplies chunking cognitive stra tegy in the course of Accounting basics are proven to increase student learning a ctivities
2. Through the application of lear ning that a pplies chunking cognitive stra tegy in the course Accounting ba sics are proven to improve student learning outcomes
3. Through the application of lear ning chunking cognitive stra tegy in the course of Accounting basics can be found evidence why the a pplication of chunking cognitive strategies in the course Accounting basics can impr ove student a ctivities and learning outcomes.
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan bersama Dosen Mata kulia
h “Dasar
Akuntansi ( Tjetjep Yusuf Afandi, S.Pd., M.Pd.dan
Zulistiani, S.Pd. M.M.), ditemukan masalah yang
cukup merisaukan khususnya dalam pembelajaran
Dasar-dasar Akuntansi. Menurut Beliau dari tahun ke
tahun, mahasiswa selalu mengalami kesulitan ketika
mengerjakan Dasar-dasar Akuntansi. Kesalahan dan
kesulitan selalu dialami mahasiswa ketika melakukan
tahapan pencatatan transaksi, menganalisis bukti
transaksi, menjurnal, posting ke buku besar,
menyusun neraca saldo, jurnal penyesuaian dan
laporan keuangan.
Selain masalah tersebut di atas, mahasiswa
juga sulit diajak berinteraksi di dalam proses belajar
mengajar, mahasiswa di dalam kelas cenderung
menunjukkan sikap diam dan pasif serta tidak
menunjukkan antusiasme dan rasa senang saat
mengikuti kegiatan pembelajaran. Beberapa metode
pembelajaran
sudah dicoba
diterapkan seperti
pemberian tugas, pengerjaan latihan juga belum
menunjukkan hasil belajar yang memuaskan.
Dra. Elis Irmayanti, SE., M.Pd.
Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Nusantara PGRIKediri Irmayanti.elis@gmail.com
Tjetjep Yusuf Affandi, S.Pds. M.M.
Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Nusantara PGRIKediri tejepea@gmail.com
PENERAPAN STRATEGI CHUNGKING BERLATAR ACTIVE LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN MATERI DASAR
–
DASAR AKUNTANSI PADA MAHASISWA
322
Salah satu pilihan metode dalam strategi
kognitif yang diduga sesuai dengan karakteristik
ma
teri Dasar akuntansi adalah “chunking” yaitu
strategi pembelajaran yang mengorganisasi sesuatu
secara sistematis melalui proses mengurutkan (
order),
mengklasifikasi (
classify), dan menyusun (
arrange).
Sedangkan pengertian belajar aktif adalah
merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan
sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang
aktif menuju belajar mandiri. Belajar aktif merupakan
Doing, berarti mahasiswa terlibat aktif dalam proses
belajar secara spontan. Dengan demikian antara
Dosen dan mahasiswa, masing-masing memiliki peran
aktif dalam menciptakan pengalaman belajar yang
bermakna (Pannen,1997:13). Melvin L. Siberman
menyatakan agar terjadi belajar menjadi aktif,
mahasiswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.
Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan,
memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka
pelajari.
Belajar
aktif
harus
gesit,
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah
(Silberman, 2006:9).
1.
Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a.
Rumusan Masalah
1.
Apakah tindakan pembelajaran dengan
penerapan strategi kognitif “chunking”
berlatar
pembelajaran
aktif
(
activelearning
) dapat meningkatkan aktivitas
belajar mahasiswa?
2.
Apakah tindakan pembelajaran dengan
penerapan strategi kognitif “chunking”
berlatar
pembelajaran
aktif
(
activelearning
) dapat meningkatkan hasil
belajar mahasiswa?
b.
Pemecahan Masalah
Untuk
memecahkan
masalah
di
atas
dilakukan melalui tindakan-tindakan berikut:
Melalui
tindakan
pembelajaran
yang
dirancang
dengan
menerapkan
strategi
“chunking” dan pembelajaran aktif (
activelearning
), dan dengan bantuan
worksheet,pembelajaran
akan
mengarah
pada
pengurangan peran atau dominasi dosen,
sebaliknya akan memperbesar peran aktif
mahasiswa.
Hal ini berkaitan dengan akar masalah yang
ingin
dipercahkan
di
kelas
PE
dan
Manajemen semester 1, yaitu meningkatkan
aktivitas belajar dan interaksi mahasiswa
dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan
Dosen karena kelas ini cenderung pasif.
Melalui langkah-langkah strategi chunking
ini mahasiswa menjadi tertarik dan tidak
merasa bosan selama berlangsungnya proses
pembelajaran karena mereka dilibatkan
secara
aktif.
Sedangkan
penggunaan
worksheet
yang dipakai sebagai sarana
praktek
(seperti
melakukan
pekerjaan
akuntansi sesungguhnya), perolehan yang
didapat
selama
pembelajaran
menjadi
semakin besar karena mahasiswa mengalami
dan melakukan praktek sendiri. Hal-hal yang
demikian ini akan berdampak terhadap
peningkatan hasil belajar yang dapat dicapai
mahasiswa selama proses pembelajaran.
3.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
a.
Melalui
penerapan
strategi
kognitif
“
chunking” berlatar pembelajaran aktif
(
active learning)
pada
materi
siklus
akuntansi
perusahaan
jasa
dapat
meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa.
b.
Melalui
penerapan
strategi
kognitif
„
chunking” berlatar p
embelajaran aktif
(
active learning)
pada
materi
siklus
akuntansi
perusahaan
jasa
dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
4.
Tujuan Penelitian
a.
Untuk
menerapkan
strategi
kognitif
“
chunking” berlatar pembelajaran aktif (
activelearning
) pada materi siklus akuntansi
perusahaan jasa dapat meningkatkan aktivitas
belajar mahasiswa.
b.
Untuk
menerapkan
strategi
kognitif
„
chunking” berlatar pembelajaran aktif
(
active learning) pada materi siklus akuntansi
perusahaan jasa dapat meningkatkan hasil
belajar mahasiswa.
METODE PENELITIAN
1.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian ini mengikuti suatu daur
(siklus) yang di dalamnya terdapat 4 langkah
kegiatan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksaan
tindakan, pengamatan dan refleksi.
323
teaching
di lapangan sangat diperlukan, karena
berperan sebagai instrument peneliti dan sekaligus
sebagai pemberi tindakan.
Team teachingyang
dimaksud adalah satu tim dosen dalam proses
pembelajaran di kelas. Kehadiran
team teachingsebagai tim peneliti adalah sangat penting karena
sebagai instrument yang utama berperan dalam
hal (1) perencana kegiatan, (2) pengumpul data,
(3) penganalisis data, (4) pelopor hasil penelitian
dan (5) sebagai dosen.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka kehadiran
peneliti di lapangan adalah menyusun rencana
kegiatan,
melaksanakan
pembelajaran,
mengumpulkan
data
dan
melaksanakan
wawancara
dengan
subjek
penelitian
(mahasiswa). Dalam melaksanakan penelitian ini,
tim peneliti merekam dan mencatat tingkah laku
mahasiswa dan semua kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung.
2.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Prodi Pendidikan
Ekonomi dan Prodi Manajemen Universitas
Nusantara PGRI Kediri, dengan alamat di Jl. KH.
Ahmad Dahlan No. 76 Kediri. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester I, bulan Maret
–
Desember 2016. Pengambilan data dilakukan
selama 3 siklus pembelajaran, dimana setiap
siklusnya terdiri atas 2 kali tatap muka,
masig-masing 2 jam pelajaran (100 menit). Jadi
keseluruhan pelaksanaan tindakan adalah 6 kali
tatap muka.
3.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah mahasiswa Prodi
Pendidikan Ekonomi dan Prodi Manajemen .
Jumlah mahasiswa adalah 38 orang
4.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus,
masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu:
Perencanaan Tindakan (Planning).
a.
Pelaksanaan tindakan (Action)
b.
Observasi (Observation)
c.
Refleksi (Reflection)
Secara operasional prosedur penelitian
sebagai berikut:
Observasi awal
Refleksi awal
Perencanaan Tindakan 1
Refleksi 1
←
Observasi 1
←
Pelaksanaan Tindakan 1
Perencanaan
Tindakan
IIPelaksanaan Tindakan 2
Perencanaan Tindakan III
←
Refleksi 2
←
Observasi 2
Pelaksanaan Tindakan 3
Observasi 3
Refleksi 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Rencana Umum Pelaksanaan Tindakan
a.
Membuat
Rencana
Pembelajaran
Semester
(RPS)
yang
mengandung
langkah-langkah
strategi
kognitif, RPS yang telah dibuat tersebut
selanjutnya didiskusikan dengan sejawat
Dosen yang mengampu mata kuliah yang
juga akan terlibat dalam penelitian, yaitu
menjadi kolaborator (observer).
b.
Membuat
instrumen-instrumen yang digunakan, yaitu lembar
observasi
untuk
mengamati
aktivitas
mahasiswa
dan
Dosen
dalam
proses
pembelajaran, kuesioner aktivitas belajar,
dan lembar soal untuk mengukur tingkat
penguasaan
materi
pembelajaran
oleh
mahasiswa.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pembelajaran Siklus I
a.
Persiapan (Planning)
324
mempengaruhi atau mengganggu jalannya
proses pembelajaran.
b.
Pelaksanaan (Acting)
Dosen membuka pelajaran, memberikan
apersepsi
serta
menanyakan
kepada
mahasiswa mengenai kesiapannya mengikuti
pembelajaran. Kemudian dosen menjelaskan
tahapan proses belajar yang akan dilalui
mahasiswa.
Selanjutnya dosen melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
(sintak) yang direncanakan di dalam RPS.
Sintak strategi kognitif chunking yang
direncanakan meliputi 6 tahap:
grouping,planning, order, Classify
,
Arrange, dan
evaluating
. Setelah tahapan inti pembelajaran,
dosen memberikan kuesioner aktivitas belajar
dan memberikan tes hasil belajar kepada
seluruh mahasiswa.
c.
Pengamatan (Observing)
Dosen observer terdiri dari dua orang,
masing-masing
melakukan
pengamatan
aktivitas belajar mahasiswa dan aktivitas
mengajar dosen. Pelaksanaan pengamatan
selama 2 sks penuh.
1)
Pengamatan Aktivitas mahasiswa
Dari hasil observasi aktivitas belajar
mahamahasiswa
yang
terdiri
dari
18
indikator,
diperoleh
gambaran
aktivitas
mahamahasiswa dalam proses belajar, yang
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1
Hasil Observasi Aktivitas Belajar mahasiswa
Siklus I
Tahap
Skor
1
Grouping
12
2
Planning
9
3
Order
8
4
Classify
9
5
Arrange
8
6
Evaluation
7
Jumlah
53
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa
diperoleh jumlah skor = 53, atau jika
dinyatakan dengan nilai: 53/90 x 100 = 58,89,
dan jika dinyatakan dengan kategori adalah:
kurang.
2)
Pengamatan Aktivitas Dosen
Dari hasil observasi aktivitas mengajar
dosen yang terdiri dari 19 indikator, diperoleh
gambaran aktivitas yang dilakukan dosen
dalam proses belajar dengan menerapkan
sintak strategi kognitif chunking, disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2
Hasil Observasi Aktivitas Dosen
Siklus I
No. Tahap
Skor
Grouping
11
2
Planning
10
3
Order
8
4
Classify
9
5
Arrange
8
6
Evaluation
10
Jumlah
56
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa
diperoleh jumlah skor = 56, atau jika
dinyatakan dengan nilai: 56/95 x 100 = 58,95,
dan jika dinyatakan dengan kategori adalah:
kurang
3)
Kuesioner
Aktivitasi
Belajar
mahasiswa
Hasil analisis kuesioner aktivitasi belajar
mahasiswa
setelah
mengikuti
kegiatan
pembelajaran yang terdiri dari 5 indikator
dengan 15 butir pertanyaan, disajikan dalam
tabel berikut:
325
Tabel 3
Hasil Kuesioner Aktivitasi Belajar mahasiswa
Siklus I
N
Jml.Nilai
Rata-rata
38
2548,3
67,06
Hasil
kuesioner
aktivitasi
belajar
mahamahasiswa pada siklus I sebagaimana
tabel di atas, menunjukkan rata-rata nilai
sebesar: 67,07, jika dinyatakan dengan
kategori adalah: cukup.
4)
Tes Hasil Belajar Mahasiswa
Nilai tes hsil belajar mahasiswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran (post-test)
siklus I disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4
Nilai Tes Hasil Belajar siklus I
N
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa hasil
belajar pada siklus I hanya diperoleh taraf
ketuntasan belajar 55,26%, berarti tidak
tuntas.
d.
Refleksi (Refection)
Proses dan hasil pembelajaran pada siklus I,
secara umum dapat dianalisis bahwa selama 2
jam pelajaran aktivitas mahasiswa yang
muncul bervariasi. Aktivitas dosen dalam
menerapkan langkah-langkah pembelajaran
Chunking
juga masih nampak belum terarah,
masih kurang tegas dalam memberikan
bimbingan dan arahan kepada mahasiswa.
Secara rinci kekurangan yang nampak pada
siklus I sebagai berikut:
1.
Tahap Grouping
1)
Sebagian besar mahasiswa hanya
menggunakan 1 buku teks sebagai
sumber, sehingga kesulitan untuk
menentukan dan memilih topik yang
akan dibahas. Dosen juga masih
kurang dalam memberikan arahan
agar mahasiswa menggali
sumber-sumber yang lebih luas.
2)
Jumlah kelompok masih terlalu besar
yaitu antara 6-8 orang, semestinya
hanya 4-5 orang. Dosen nampak
kesulitan
mengarahkan
agar
mahasiswa
membatasi
jumlah
kelompok maksimal 5 orang saja.
3)
Mahasiswa juga masih cenderung
berkelompok dengan teman dekatnya,
bukan disesuaikan dengan topik yang
akan dibahas atau dipilih.
2.
Tahap Planning
1)
Pada umumnya mahasiswa masih
kesulitan dalam merencanakan topik
yang akan dibahas. Disamping itu
dosen juga masih kurang dalam
memberikan
penjelasan
atau
mengarahkan
mahasiswa
merencanakan
topik
yang
akan
dibahas.
2)
Mahasiswa masih cenderung bekerja
sendiri-sendiri,
dosen
tidak
mengambil inisiatif untuk segera
mengarahkan
mahasiswa
dalam
kegiatan kelompok.
terbatas dalam memperoleh informasi
karena memang sumber yang dimiliki
juga terbatas.
326
3)
Diskusi belum nampak intens dalam
aktivitas setiap kelompok.
4.
Tahap Classify
1)
Pada setiap kelompok nampak hanya
2-3 orang saja yang aktif menulis dan
menentukan
pesan-pesan
penting
dalam protek kelompok.
2)
Bagaimana
kelompok
akan
melaporkan
hasil
juga
belum
disepakati bersama, dan dosen juga
kurang
dalam
memberikan
pengarahan
mengenai
bentuk
laporannya.
3)
Pembentukan tim diskusi kelas masih
memerlukan campur tangan bahkan
dilakukan berdasarkan tunjukan oleh
dosen, bukan berdasar kesepakatan
mahamahasiswa sendiri.
5.
Tahap Arrange
1)
Bentuk
penyajian
kelompok
monoton, pada umumnya sama yaitu
membacakan pokok-pokok hasil kerja
kelompok.
2)
Mahamahasiswa yang tidak terlibat
pada presentasi mewakili kelompok
nampak
kurang
memperhatikan,
bahkan membuat kegiatan lain yang
kontra
produktif,
misalnya
mengobrol.
3)
Kelompok
pendengar
kurang
responsif, tidak tanggap mengenai
apa isi presentasi, sehingga terkesan
tanggung jawab hanya ada pada tim
presentasi saja.
6.
Tahap Evaluating)
1)
Mahamahasiswa nampak kesulitan
untuk
menggaungkan,
mengkolaborasi hasil presentasi dari
seluruh kelompok.
2)
Mahamahasiswa
belum
dapat
mengambil
manfaat
secara
keseluruhan dari apa yang telah
dikerjakan
oleh
masing-masing
kelompok.
3)
Dosen sudah melakukan evaluasi
hasil belajar sesuai ketentuan.
Berdasarkan
hasil
refleksi
pelaksanaan
tahapan-tahapan pembelajaran pada siklus I
sebagaimana diuraikan di atas, secara umum
dapat disimpulkan bahwa secara prinsip
langkah-langkah (sintak) yang dituangkan
dalam RPS sudah baik. Permasalahannya
terletak
pada
bagaimana
penerapannya.
Sehingga yang perlu diperhatikan dosen
adalah bagaimana mengendalikan kegiatan
pembelajaran pada setiap tahapan.
Kelengkapan atau instrumen-instrumen yang
dipakai juga tidak ada masalah, dan tetap
akan digunakan sebagaimana dilakukan pada
siklus I.
Pelaksanaan siklus ini berlangsung sampai
siklus 3 yang bisa dilihat hasilnya di point B.
B.
Pembahasan Hasil Tindakan.
Wina Sanjaya (2006:106) berpendapat bahwa
belajar kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa
perspektif, yaitu perspektif aktivitas, perspektif sosial,
perspektif perkembangan kognitif dan perspektif
elaborasi kognitif. Perspektif aktivitas, artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling
membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap
individu
pada
dasarnya
adalah
keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap
anggota
kelompok
untuk
memperjuangkan
keberhasilan kelompoknya.
327
Tabel 5
Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I, II, III
Aspek Siklus-1
Siklus-2
Siklus-3
Nila
i
Kt
g.
Nila
i
K
t
g
.
Nilai
Kt
g.
Aktivi
tas
Mhs
58,8
9
K
68,8
9
C 80,00 B
Aktivi
tas
Dosen
58,9
5
K
78,9
5
B 87,37 BS
Aktivi
tas
Belaja
r
67,0
7
C
71,2
7
B 82,95 B
Hasil
Belaja
r
69,0
8
B
70,3
9
B 75,66 B
K= kurang, C=cukup, B= baik, BS=baik
sekali
Tabel di atas menunjukkan adanya kemajuan
yang signifikan dari siklus ke siklus, yang
menandakan bahwa tindakan yang diberikan
benar-benar menuju kea rah lebih baik, dan memberikan
pengaruh yang baik pula terhadap aktivitas dosen,
aktivitas mahasiswa, aktivitas belajar mahasiswa, dan
hasil belajar mahasiswa.
Data-data
hasil
observasi
sebagaimana
disajikan dalam tabel di atas, jika disajikan dengan
grafik sebagai berikut:
Gambar 1: Perbandingan Hasil Tindakan
Berdasarkan tabel dan grafik sebagaimana
dikemukakan di atas nampak bahwa tindakan yang
diberikan selama tiga siklus menunjukkan efektivitas
yang cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan strategi kognitif chunking terbukti
efektivitasnya untuk meningkatkan aktivitas belajar
dan hasil belajar mahasiswa.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa aktivitas Aktivitas belajar
adalah segala bentuk tindakan/kegiatan-kegiatan yang
dilakukan mahasiswa secara aktif dalam mengikuti
semua pelajaran yang diberikan oleh dosen di kelas,
agar mengalami perubahan tingkah laku sebagaimana
yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam rangka belajar dapat berupa tindakan
mendengarkan, membaca, mendiskusikan, bertanya
serta
mengerjakan
suatu
tugas,
memberikan
tanggapan atas pada permasalahan yang ada.
Penerapan metode strategi kognitif chunking dalam
pembelajaran terbukti dapat meningkatkan aktivitas
belajar mahasiswa.
Namun demikian agar lebih meyakinkan
apakah peningkatan tersebut benar-benar signifikan,
dilakukan uji statistika inferensial menggunakan uji-t
(paired t-test). Hasil analisis uji-t nampak pada tabel
berikut:
328
Hasil Uji-t Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I, II,
III
Paired Samples Test
-1,3158 4,74829 ,77027 -2,8765 ,2449 -1,708 37 ,096
-5,2632 3,84626 ,62395 -6,5274 -3,9989 -8,435 37 ,000
-4,2632 17,84723 2,89520 -10,1294 1,6031 -1,472 37 ,149
-11,7895 13,19123 2,13990 -16,1253 -7,4536 -5,509 37 ,000 Hasil tes siklus1
-Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
perbandingan hasil analisis uji-t data aktivitas belajar
dan hasil belajar menunjukkan bahwa antara siklus I
dengan siklus II belum menunjukkan adanya
perbedaan hasil tindakan yang signifikan. Perbedaan
nilai rerata (mean) hanya sebesar: 1,3158. Untuk hasil
belajar diperoleh nilai t-hitung sebesar: 1,708, dengan
sign.: 0.096. Karena nilai signifikansinya diatas 0,05
(5%) berarti tidak signifikan.
Demikian pula untuk aktivitas belajar
mahasiswa, antara hasil tindakan siklus I dengan
siklus II diperoleh perbedaan mean sebesar: 4,2632,
dengan nilai t-hitung sebesar: 1,472, sign. 0.149. Hasil
uji-t tersebut juga menunjukkan nilai signifikansinya
di atas 0,05 (5%) yang berarti tidak signifikan.
Sedangkan perbandingan hasil belajar antara
siklus II dan III diperoleh perbedaan mean sebesar:
5.2632, dan nilai t-hitung sebesar: 8,435, dengan
sign.: 0,000. Karena nilai signifikansinya kurang dari
0,05 (5%), berarti perbedaan nilai hasil belajar
tersebut adalah signifikan.
Aktivitas belajar mahasiswa antara siklus II
dan III juga menunjukkan hasil yang signifikan,
dibuktikan dengan perbedaan mean sebesar: 11,7895
dan nilai t-hitung sebesar: 5,509, dengan sign.: 0.000.
Hasil
analisis
uji-t
ini
membuktikan
bahwa
peningkatan aktivitas belajar mahasiswa tersebut
benar-benar peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan apa yang diperoleh selama
proses pelaksanaan tindakan, dan hasil diskusi
reflektif mengenai pelaksanaan tindakan (siklus 1,2,3)
diperoleh
kesimpulan
bahwa
strategi
kognitif
chunking sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan dalam RPS. Oleh karena itu tidak
ada hal yang secara prinsip perlu dilakukan perubahan
pada rancangan atau desain pembelajaran dan
perangkatnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.D. Marimba, 1978,
Psikologi Perkembangan,
Jakarta, Aksara Baru.
A.D. Rooijakkers, 2005,
Mengajar Dengan Sukses,
Jakarta, Grasindo.
Ardhana, W. 1992.
Konsepsi Metode Penelitian dalam Bidang Teknologi Pembelajaran Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori danPenelitian, 1 (I): 1-12
.
Armstrong, Thomas, 2002,
Sekolah Para Juara,
Bandung, Kaifa.
Cohen, L. 1975.
Education Research in Classrooms and School: a Manual of Materialy andMethod
. London: Happer, Pub.
Degeng, Nyoman Sudana, 1989,
Ilmu PengajaranTaksonomi Variabel
, Jakarta: PPLPTK
---, 1990.
Desain Pembelajarandari Teori ke Terapan
, FPS IKIP Malang.
Dimyati
Dan
Mudjiono,
2006,
Belajar danPembelajaran
, Jakarta, Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.
Guru dan Anak DidikDalam Interaksi Edukatif
. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
---,
2002.
Strategi BelajarMengajar
. Jakarta, PT Rineka Cipta.
E. Mulyasa, 2005
, Menjadi Guru Profesional,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Hadari Nawawi, 1991,
Metode-metode Mengajar,
Jakarta, Pustaka Pelajar.
Hasan Sadely, 1997,
Didaktik Asas-Asas Mengajar,
Bandung, Angkasa.
Mohamad Nur, Dkk., 2004,
Teori-teori PembelajaranKognitif