BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
distribusi lain yang dilakukan peusahaan kepada pemegang sahamnya,
termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim
pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut
Husnan (2002: 303), menyebutkan bahwa :
Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Sedangkan, menurut Tandelilin (2001:18) “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan
saham”. Jadi dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian
dari perusahaan tersebut.
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan
saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend
date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta (R. Andi Sularso, 2003:
85).
Penilaian investor atau calon investor terhadap risiko investasi saham
akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
karena risiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat discount
untuk menentukan nilai saham. Jika risiko investasi saham semakin tinggi,
semenetara pendapatan saham tetap, maka nilai saham akan semakin rendah
sehingga dapat mengakibatkan harga saham turun demikian pula sebaliknya.
2. Jenis-jenis Saham
Berdasarkan cara pengalihannya, saham pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Saham atas unjuk (bearer stock)
Di atas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan
pemilikan atas saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk
mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip
dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan
menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat
meminta gantinya.
b. Saham atas nama (registered stock)
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dengan
buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika
saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
Sedangkan, berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham
juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Saham biasa
Saham biasa merupakan sumber keuangan utama yang harus ada pada
suatu perusahaan publik dan merupakan surat berharga yang paling umum
dan dominan diperdagangkan di Bursa Efek. Bodie et al. (2002:97),
menjelaskan pengertian saham biasa adalah “kepemilikan atas hak sekuritas oleh pemilik modal perusahaan akan diumumkan kepada masyarakat.”
Pemilik berhak menentukan menerima dividen atau menduduki posisi di
dalam perusahaan.
b. Saham preferen
Saham preferen memiliki hak untuk didahulukan dalam pembagian
laba dan sisa aset dalam likuidasi dibandingkan dengan saham biasa.
Perbedaannya dengan saham biasa adalah saham preferen yang memiliki
dividen yang tetap, namun seperti halnya saham, saham preferen tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Menurut Fakhrudin (2001:12) “saham
preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga dan obligasi), tetapi juga bisa mendatangkan hasil yang
3. Risiko Kepemilikan Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa risiko
yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat
dividen dan mengalami capital loss.
a. Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen
jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja
perusahaan tersebut.
b. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada
kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari
harga beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang
semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang
investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal
dengan istilah penghentian kerugian (cut loss).
Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih
dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu:
a. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka otomatis saham perusahaan
perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih
rendah dibanding kreditor atau pemegang saham obligasi dalam pelunasan
kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut
dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang
obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang
saham.
b. Saham di-delist dari bursa
Risko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham
perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan peraturan pencatatan efek di bursa.
c. Saham dihentikan sementara (suspensi)
Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend
atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang
menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi
tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat,
misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula
berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut
dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang
kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan
saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan
memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi
ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka
suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan kembali seperti semula.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan
setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus
mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Banyak hal yang mempengaruhi harga saham yang merupakan tolak ukur
bagi investor dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan yang
dianggap para investor mempunyai prospek yang baik untuk memperoleh
kembalian investasi yang besar.
Kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan perusahaan merupakan
salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam
membeli saham. Bagi perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja
keuangan adalah suatu keharusan agar saham yang sudah diperdagangkan di
bursa efek (go public) tetap eksis dan tetap diminati investor. Dalam kondisi
krisis moneter yang belum pulih, tentu menimbulkan pertanyaan besar,
apakah kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang sudah go public
masih dapat memberikan kontribusi yang cukuup besar dalam
harga saham menurut R. Andi Sularso (2003: 25) yaitu :
a. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date b. Abnormal Return
c. Return Individual
d. Expected Return (Ex Rit) e. Return Pasar
f. Risk Free (Rf) g. Informasi
h. Periode Penelitian
Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan secara satu persatu.
a. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date
Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan
saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend
date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta.
b. Abnormal Return
Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara
tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif.
c. Return Individual
Return individual adalah tingkat keuntungan harian untuk
masing-masing saham. Return individual ini merupakan prosentase dari ln harga
saham pada saat ini dibagi harga saham pada saat sebelumnya.
d. Expected Return (Ex Rit)
Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk
berdasarkan model-model keseimbangan atau Capital Asset Pricing Model
(CAPM) yang menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari
suatu saham adalah sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah
dengan premi risiko.
e. Return Pasar
Return pasar adalah tingkat keuntungan seluruh saham yang terdaftar di
Bursa. Return pasar diwakili oleh IHSG. IHSG menunjukkan indeks harga
saham dari seluruh saham yang listed di Bursa.
f. Risk Free (Rf)
Risk free merupakan tingkat keuntungan bebas risiko yang diperoleh
dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga deposito 1 bulanan dari
bank-bank umum. Untuk mendapatkan Rf harian, dapat dihitung dengan membagi
tingkat bunga deposito 1 bulanan dengan 360 hari (1 tahun diasumsikan 360
hari).
g. Informasi
Informasi adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam pasar modal
maupun di luar pasar modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan
harapan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan
keputusannya. Informasi di pasar modal terdiri atas informasi yang
dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan
(private information). Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang
sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk
hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Informasi yang
relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari
oleh pelaku pasar modal untuk keperluan pengambilan keputusan investasi,
karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun
yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham.
Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan,
sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual
sahamnya dengan harga yang wajar. Penilaian tersebut mengakibatkan harga
saham berubah dengan cepat sesuai dengan informasi yang tersedia di
pasar. Informasi yang tersedia tersebut telah tercakup dalam harga saham
yang lalu.
Agar investor dapat memperoleh return maka investor harus
mempergunakan berbagai bentuk analisis berdasarkan informasi yang
diperoleh. Dalam menganalisis penelitian ini, informasi yang digunakan
sebagai event adalah informasi yang dipublikasikan, khususnya informasi
mengenai pengumuman dividen karena adanya pengumuman dividen
diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang pada
akhirnya akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan.
h. Periode Penelitian
Periode pengamatan dibagi menjadi dua periode, yaitu: periode estimasi
dan periode peristiwa. Periode estimasi terdiri dari 90 hari sebelum
peristiwa, yaitu t-120 sampai dengan t-16.
15 hari sesudah (t+15) tanggal pengumuman ex-dividend date. Sedangkan
event date adalah to, yaitu: pada saat (tanggal) ex-dividend date diumumkan.
2.1.2. Earning Per Share
1. Pengertian Earning Per Share
Ukuran kemampuan peusahaan dalam menghasilkan laba akan
membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan,
karena hal itu mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan
keuntungan kepada pemegang sahamnya yang dapat dilihat dari Earning Per
Share (EPS). Earning per share menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar
saham biasa. Pada saat saham preferen terdapat dalam struktur modal, laba
bersih harus dikurangi dengan dividen saham preferen untuk menentukan
jumlah yang akan dibagikan kepada pemegang saham biasa. Apabila tidak
terdapat dividen saham preferen pada struktur modal perusahaan, maka
earning per share dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi
pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Earning per share adalah
indikator yang baik untuk menilai kinerja operasi perusahaan. Makin tinggi
nilai earning per share perusahaan, menunjukkan bahwa saham perusahaan
mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya.
EPS (Earning per Share) secara umum merupakan perhitungan laba
yang diperoleh perusahaan yang mengarah ke masa depan mencoba
memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan
diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur
yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang
berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu
jika terjadi perubahan dalam struktur modal.
Menurut Lukman Syamsuddin (2007: 66) bahwa : “Pada umumnya
manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat tertarik akan Earning per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa”. Salah satu
alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai
laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk
membagikan deviden. Dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings
per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga
saham turun.
Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba
memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan
diperoleh di masa datang Rumus EPS menurut Haryono Jusuf (2006: 247)
adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Laba Per Lembar Saham (EPS) =
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Pada rumus di atas, dapat dikemukakan bahwa perhitungan
menggunakan bagian laba khusus untuk pemegang saham biasa. Apabila
tidak terjadi perubahan jumlah saham beredar maka sebagai penyebut dalam
Namun, apabila terdapat penerbitan saham baru, pemecahan saham atau
obligasi konvertibel, maka jumlah saham biasa sebagai penyebut adalah
rata-rata tertimbang jumlah saham beredar.
Arti earning per share bagi perusahaan sangat penting bagi perusahaan
karena menyangkut laba yang diperoleh oleh tiap pemegang saham dalam
perusahaan tersebut. Kebanyakan perusahaan menampilkan earning per
share pada halaman depan laporan keuangannya untuk menarik perhatian
calon investor dan juga agar investor yang telah terlebih dahulu menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut tidak berpindah ke perusahaan lain.
Disamping kemudahan untuk menghitung dan mengolah data EPS,
EPS juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. EPS sering dikritik karena tidak mencerminkan ukuran profitabilitas
perusahaan karena EPS tidak memperhitungkan asset perusahaan yang
digunakan untuk menghasilkan EPS tersebut. Misalnya, ada dua perusahaan
yang mempunyai EPS yang sama, tetapi total assetnya berbeda, profitabilitas
antara keduanya akan berbeda.
b. Jumlah lembar saham yang dipakai sebagai pembagi laba operasional.
Jumlah lembar saham bukan merupakan ukuran penggunaan modal yang
representative. Misalnya, ada dua perusahaan yang mempunyai total nilai
saham yang sama yaitu sama-sama 10 juta, tetapi harga per lembarnya
berbeda, 20 perlembar dan 10 per lembar. Maka jumlah saham yang beredar
keduanya juga berbeda yaitu 500.000 dan 1.000.000 lembar. Jika keduanya
keduanya akan menghasilkan EPS yang berlainan karena pembagi keduanya
berbeda. Dengan demikian EPS tidak bisa dibandingkan antar perusahaan
atau antar industri.
c. EPS dinilai tidak konsisten untuk pengukuran profitabilitas karena
memakai laba perusahaan pada numerator (yang dibagi) tetapi memakai
jumlah saham-saham pada pembagi (denominator) yang merupakan hasil
keputusan pendanaan. Perusahaan yang mengalami penurunan laba dapat
mempertahankan EPS yang tinggi dengan mengurangi jumlah saham yang
beredar.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Earning Per Share
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk
tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang
tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata–rata saham biasa yang beredar. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi earning per
share menurut Weston dan Eugene (2003: 174) yaitu :
a. Kenaikan laba per saham dapat disebabkan karena :
1). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2). Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4). Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5). Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih.
b. Penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :
2). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4). Persentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5). Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila
persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
2.1.3. Dividend Per Share
Menurut Warren (1999:122), “dividend per share merupakan ukuran
untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham.”
Sedangkan menurut Riyanto (1995:269), “dividend per share digunakan
untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan kepada pemilik
saham dari keuntungan tiap lembar saham.” Dividend Per Share merupakan
bagian dari rasio keuangan yang sering dilihat para calon investor maupun
investor untuk menilai keuangan suatu perusahaan.
Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar
pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa
besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham
untuk tiap lembar saham. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dividen
dibayarkan dengan jumlah saham yang beredar. Dividend per share
(DPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Deviden
Dividend per share (DPS) =
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Perusahaan yang dividend per share-nya lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih diminati oleh investor,
karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya,
yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga pelu
memperhatikan kebutuhan investasinya, sehingga perusahaan perlu
menetapkan kebijakan dividennya yang berkaitan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan untuk dibayarkan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam
perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan.
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan harga saham bukanlah yang pertama kali
Tabel 2.1
Penelitian dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama lima tahun berturut-turut (tahun 1996-2000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan
menggunakan analisis
korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen (earning per share
dan dividend per share) yang diterapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tidak mempengaruhi harga saham perusahaan.
Raymond menganalisis
pengaruh dividend per share
dan earning per share
terhadap harga saham pada
PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk. periode 2002-2006. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan analisis regresi dan korelasi dapat disimpulkan bahwa kedua variabel independen
tersebut mempunyai
hubungan yang kuat terhadap
harga saham PT.
Telekomunikasi Tbk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend per share
dan return on equity
berpengaruh signifikan
Sambungan Tabel 2.1
menunjukkan bahwa return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan earning per share
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan kedua variabel tersebut, return on equity dan dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
independen yaitu dividend per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang go public.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen
adalah Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS). Sedangkan
variabel dependen adalah harga saham.
saham biasa. Earning per share merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak
(Earning After Tax) dan dikurangi saham preferen dibagi dengan jumlah saham
beredar. Earning per share adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja
operasi perusahaan. Makin tinggi nilai earning per share perusahaan,
menunjukkan bahwa saham perusahaan mempunyai keuntungan yang besar
untuk tiap lembar sahamnya.
Dividen merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak dibagi dengan
jumlah saham yang beredar, karena dividen merupakan salah satu keuntungan
investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu
memperhatikan kebijakan dividen yang akan ditetapkan dalam rangka
meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk
kepemilikan saham.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina, (2007:41) “hipotesis adalah posisi yang dirumuskan Earning Per Share (EPS)
Variabel X1
Dividend Per Share (DPS) Variabel X2
Harga Saham Variabel Y
H1
H2
dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Earning per share dan dividend per share berpengaruh secara simultan
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa