• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham - Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham - Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham

1. Pengertian Harga Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan

perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

distribusi lain yang dilakukan peusahaan kepada pemegang sahamnya,

termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim

pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut

Husnan (2002: 303), menyebutkan bahwa :

Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

Sedangkan, menurut Tandelilin (2001:18) “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan

saham”. Jadi dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut

menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian

dari perusahaan tersebut.

(2)

penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan

saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data

closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend

date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta (R. Andi Sularso, 2003:

85).

Penilaian investor atau calon investor terhadap risiko investasi saham

akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan

karena risiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat discount

untuk menentukan nilai saham. Jika risiko investasi saham semakin tinggi,

semenetara pendapatan saham tetap, maka nilai saham akan semakin rendah

sehingga dapat mengakibatkan harga saham turun demikian pula sebaliknya.

2. Jenis-jenis Saham

Berdasarkan cara pengalihannya, saham pada dasarnya dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Saham atas unjuk (bearer stock)

Di atas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan

pemilikan atas saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk

mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip

dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan

menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat

meminta gantinya.

b. Saham atas nama (registered stock)

(3)

dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dengan

buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika

saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.

Sedangkan, berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham

juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Saham biasa

Saham biasa merupakan sumber keuangan utama yang harus ada pada

suatu perusahaan publik dan merupakan surat berharga yang paling umum

dan dominan diperdagangkan di Bursa Efek. Bodie et al. (2002:97),

menjelaskan pengertian saham biasa adalah “kepemilikan atas hak sekuritas oleh pemilik modal perusahaan akan diumumkan kepada masyarakat.”

Pemilik berhak menentukan menerima dividen atau menduduki posisi di

dalam perusahaan.

b. Saham preferen

Saham preferen memiliki hak untuk didahulukan dalam pembagian

laba dan sisa aset dalam likuidasi dibandingkan dengan saham biasa.

Perbedaannya dengan saham biasa adalah saham preferen yang memiliki

dividen yang tetap, namun seperti halnya saham, saham preferen tidak

memiliki tanggal jatuh tempo. Menurut Fakhrudin (2001:12) “saham

preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara

obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap

(seperti bunga dan obligasi), tetapi juga bisa mendatangkan hasil yang

(4)

3. Risiko Kepemilikan Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa risiko

yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat

dividen dan mengalami capital loss.

a. Tidak mendapat dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan

keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen

jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja

perusahaan tersebut.

b. Capital loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu

mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada

kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari

harga beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang

semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang

investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal

dengan istilah penghentian kerugian (cut loss).

Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih

dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu:

a. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah

perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka otomatis saham perusahaan

(5)

perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih

rendah dibanding kreditor atau pemegang saham obligasi dalam pelunasan

kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut

dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang

obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang

saham.

b. Saham di-delist dari bursa

Risko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham

perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk

misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,

mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara

berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai

dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

c. Saham dihentikan sementara (suspensi)

Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para

investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend

atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang

menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi

tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat,

misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula

berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut

dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang

(6)

kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan

saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan

memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi

ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka

suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat

diperdagangkan kembali seperti semula.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan

setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus

mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.

Banyak hal yang mempengaruhi harga saham yang merupakan tolak ukur

bagi investor dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan yang

dianggap para investor mempunyai prospek yang baik untuk memperoleh

kembalian investasi yang besar.

Kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan perusahaan merupakan

salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam

membeli saham. Bagi perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja

keuangan adalah suatu keharusan agar saham yang sudah diperdagangkan di

bursa efek (go public) tetap eksis dan tetap diminati investor. Dalam kondisi

krisis moneter yang belum pulih, tentu menimbulkan pertanyaan besar,

apakah kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang sudah go public

masih dapat memberikan kontribusi yang cukuup besar dalam

(7)

harga saham menurut R. Andi Sularso (2003: 25) yaitu :

a. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date b. Abnormal Return

c. Return Individual

d. Expected Return (Ex Rit) e. Return Pasar

f. Risk Free (Rf) g. Informasi

h. Periode Penelitian

Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan secara satu persatu.

a. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date

Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat

penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan

saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data

closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend

date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta.

b. Abnormal Return

Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara

tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif.

c. Return Individual

Return individual adalah tingkat keuntungan harian untuk

masing-masing saham. Return individual ini merupakan prosentase dari ln harga

saham pada saat ini dibagi harga saham pada saat sebelumnya.

d. Expected Return (Ex Rit)

Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk

(8)

berdasarkan model-model keseimbangan atau Capital Asset Pricing Model

(CAPM) yang menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari

suatu saham adalah sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah

dengan premi risiko.

e. Return Pasar

Return pasar adalah tingkat keuntungan seluruh saham yang terdaftar di

Bursa. Return pasar diwakili oleh IHSG. IHSG menunjukkan indeks harga

saham dari seluruh saham yang listed di Bursa.

f. Risk Free (Rf)

Risk free merupakan tingkat keuntungan bebas risiko yang diperoleh

dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga deposito 1 bulanan dari

bank-bank umum. Untuk mendapatkan Rf harian, dapat dihitung dengan membagi

tingkat bunga deposito 1 bulanan dengan 360 hari (1 tahun diasumsikan 360

hari).

g. Informasi

Informasi adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam pasar modal

maupun di luar pasar modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan

harapan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan

keputusannya. Informasi di pasar modal terdiri atas informasi yang

dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan

(private information). Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang

sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk

(9)

hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Informasi yang

relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari

oleh pelaku pasar modal untuk keperluan pengambilan keputusan investasi,

karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun

yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham.

Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan,

sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual

sahamnya dengan harga yang wajar. Penilaian tersebut mengakibatkan harga

saham berubah dengan cepat sesuai dengan informasi yang tersedia di

pasar. Informasi yang tersedia tersebut telah tercakup dalam harga saham

yang lalu.

Agar investor dapat memperoleh return maka investor harus

mempergunakan berbagai bentuk analisis berdasarkan informasi yang

diperoleh. Dalam menganalisis penelitian ini, informasi yang digunakan

sebagai event adalah informasi yang dipublikasikan, khususnya informasi

mengenai pengumuman dividen karena adanya pengumuman dividen

diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang pada

akhirnya akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan.

h. Periode Penelitian

Periode pengamatan dibagi menjadi dua periode, yaitu: periode estimasi

dan periode peristiwa. Periode estimasi terdiri dari 90 hari sebelum

peristiwa, yaitu t-120 sampai dengan t-16.

(10)

15 hari sesudah (t+15) tanggal pengumuman ex-dividend date. Sedangkan

event date adalah to, yaitu: pada saat (tanggal) ex-dividend date diumumkan.

2.1.2. Earning Per Share

1. Pengertian Earning Per Share

Ukuran kemampuan peusahaan dalam menghasilkan laba akan

membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan,

karena hal itu mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan

keuntungan kepada pemegang sahamnya yang dapat dilihat dari Earning Per

Share (EPS). Earning per share menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar

saham biasa. Pada saat saham preferen terdapat dalam struktur modal, laba

bersih harus dikurangi dengan dividen saham preferen untuk menentukan

jumlah yang akan dibagikan kepada pemegang saham biasa. Apabila tidak

terdapat dividen saham preferen pada struktur modal perusahaan, maka

earning per share dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi

pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Earning per share adalah

indikator yang baik untuk menilai kinerja operasi perusahaan. Makin tinggi

nilai earning per share perusahaan, menunjukkan bahwa saham perusahaan

mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya.

EPS (Earning per Share) secara umum merupakan perhitungan laba

yang diperoleh perusahaan yang mengarah ke masa depan mencoba

memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan

(11)

diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur

yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang

berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu

jika terjadi perubahan dalam struktur modal.

Menurut Lukman Syamsuddin (2007: 66) bahwa : “Pada umumnya

manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham

sangat tertarik akan Earning per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan

jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa”. Salah satu

alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai

laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk

membagikan deviden. Dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang

memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings

per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga

saham turun.

Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba

memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan

diperoleh di masa datang Rumus EPS menurut Haryono Jusuf (2006: 247)

adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Laba Per Lembar Saham (EPS) =

Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Pada rumus di atas, dapat dikemukakan bahwa perhitungan

menggunakan bagian laba khusus untuk pemegang saham biasa. Apabila

tidak terjadi perubahan jumlah saham beredar maka sebagai penyebut dalam

(12)

Namun, apabila terdapat penerbitan saham baru, pemecahan saham atau

obligasi konvertibel, maka jumlah saham biasa sebagai penyebut adalah

rata-rata tertimbang jumlah saham beredar.

Arti earning per share bagi perusahaan sangat penting bagi perusahaan

karena menyangkut laba yang diperoleh oleh tiap pemegang saham dalam

perusahaan tersebut. Kebanyakan perusahaan menampilkan earning per

share pada halaman depan laporan keuangannya untuk menarik perhatian

calon investor dan juga agar investor yang telah terlebih dahulu menanamkan

modalnya di perusahaan tersebut tidak berpindah ke perusahaan lain.

Disamping kemudahan untuk menghitung dan mengolah data EPS,

EPS juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

a. EPS sering dikritik karena tidak mencerminkan ukuran profitabilitas

perusahaan karena EPS tidak memperhitungkan asset perusahaan yang

digunakan untuk menghasilkan EPS tersebut. Misalnya, ada dua perusahaan

yang mempunyai EPS yang sama, tetapi total assetnya berbeda, profitabilitas

antara keduanya akan berbeda.

b. Jumlah lembar saham yang dipakai sebagai pembagi laba operasional.

Jumlah lembar saham bukan merupakan ukuran penggunaan modal yang

representative. Misalnya, ada dua perusahaan yang mempunyai total nilai

saham yang sama yaitu sama-sama 10 juta, tetapi harga per lembarnya

berbeda, 20 perlembar dan 10 per lembar. Maka jumlah saham yang beredar

keduanya juga berbeda yaitu 500.000 dan 1.000.000 lembar. Jika keduanya

(13)

keduanya akan menghasilkan EPS yang berlainan karena pembagi keduanya

berbeda. Dengan demikian EPS tidak bisa dibandingkan antar perusahaan

atau antar industri.

c. EPS dinilai tidak konsisten untuk pengukuran profitabilitas karena

memakai laba perusahaan pada numerator (yang dibagi) tetapi memakai

jumlah saham-saham pada pembagi (denominator) yang merupakan hasil

keputusan pendanaan. Perusahaan yang mengalami penurunan laba dapat

mempertahankan EPS yang tinggi dengan mengurangi jumlah saham yang

beredar.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Earning Per Share

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk

tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan

operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang

tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata–rata saham biasa yang beredar. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi earning per

share menurut Weston dan Eugene (2003: 174) yaitu :

a. Kenaikan laba per saham dapat disebabkan karena :

1). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

2). Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

3). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

4). Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5). Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih.

b. Penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :

(14)

2). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

3). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

4). Persentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5). Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase kenaikan laba bersih.

Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila

persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada persentase kenaikan

jumlah lembar saham biasa yang beredar.

2.1.3. Dividend Per Share

Menurut Warren (1999:122), “dividend per share merupakan ukuran

untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham.”

Sedangkan menurut Riyanto (1995:269), “dividend per share digunakan

untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan kepada pemilik

saham dari keuntungan tiap lembar saham.” Dividend Per Share merupakan

bagian dari rasio keuangan yang sering dilihat para calon investor maupun

investor untuk menilai keuangan suatu perusahaan.

Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar

dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar

pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa

besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham

untuk tiap lembar saham. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dividen

(15)

dibayarkan dengan jumlah saham yang beredar. Dividend per share

(DPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Deviden

Dividend per share (DPS) =

Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Perusahaan yang dividend per share-nya lebih tinggi dibandingkan

dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih diminati oleh investor,

karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya,

yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga pelu

memperhatikan kebutuhan investasinya, sehingga perusahaan perlu

menetapkan kebijakan dividennya yang berkaitan dengan penentuan

pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan untuk dibayarkan

kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam

perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan.

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan harga saham bukanlah yang pertama kali

(16)

Tabel 2.1

Penelitian dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama lima tahun berturut-turut (tahun 1996-2000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan analisis

korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen (earning per share

dan dividend per share) yang diterapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tidak mempengaruhi harga saham perusahaan.

Raymond menganalisis

pengaruh dividend per share

dan earning per share

terhadap harga saham pada

PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk. periode 2002-2006. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan analisis regresi dan korelasi dapat disimpulkan bahwa kedua variabel independen

tersebut mempunyai

hubungan yang kuat terhadap

harga saham PT.

Telekomunikasi Tbk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend per share

dan return on equity

berpengaruh signifikan

(17)

Sambungan Tabel 2.1

menunjukkan bahwa return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan earning per share

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan kedua variabel tersebut, return on equity dan dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

independen yaitu dividend per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang go public.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah

diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen

adalah Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS). Sedangkan

variabel dependen adalah harga saham.

(18)

saham biasa. Earning per share merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak

(Earning After Tax) dan dikurangi saham preferen dibagi dengan jumlah saham

beredar. Earning per share adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja

operasi perusahaan. Makin tinggi nilai earning per share perusahaan,

menunjukkan bahwa saham perusahaan mempunyai keuntungan yang besar

untuk tiap lembar sahamnya.

Dividen merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak dibagi dengan

jumlah saham yang beredar, karena dividen merupakan salah satu keuntungan

investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu

memperhatikan kebijakan dividen yang akan ditetapkan dalam rangka

meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk

kepemilikan saham.

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina, (2007:41) “hipotesis adalah posisi yang dirumuskan Earning Per Share (EPS)

Variabel X1

Dividend Per Share (DPS) Variabel X2

Harga Saham Variabel Y

H1

H2

(19)

dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Earning per share dan dividend per share berpengaruh secara simultan

terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terbukti bahwa dengan pemberian EN dapat menurunkan infeksi sebesar 0,64 % dibanding PN, penelitian lain menunjukkan bahwa kasus infeksi lebih banyak terjadi pada pasien

Untuk uk itu itu, , dala dalam m pro proses ses pem pembel belajar ajaraan aan, , met metode ode, , str strateg ategi i atau atau keg kegiata iatan n   pembelajaran

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pada penelitian ini meliputi aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan minat pada anak TK melalui metode cerita dongeng. Penelitian ini menggunakan jenis

Terinputnya Sikerja Kegiatan Harian Kepala Bidang Penanaman Modal, Kepala Seksi Perencanaan dan Pengembangan Iklim PM dan Kasi Deregulasi

Untuk mengetahui model kinetika yang sesuai untuk sistem adsorpsi ion logam khrom pada permukaan aktif arang eceng gondok, maka perlu dilukiskan hubungan antara prosentase khrom

yang te-lah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, yang dibentuk oleh Kuasa irenlguna Anggaran yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan

Selain itu, rendahnya etika kerja dalam kalangan kakitangan perkhidmatan awam juga boleh memberi kesan kepada tingkah laku pekerja yang lain seperti komitmen terhadap