• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SEJARAH PADA MATERI REFORMASI DI INDONESIA

DI KELAS XII IPS 1 SMAN 2 CIKAMPEK, KAB. KARAWANG

Oleh: ANLATIF

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan subyek penelitian siswa kelas XII IPS 1, SMAN 2 Cikampek, Karawang. Merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan mengutamakan proses pelaksanaan pembelajaran. Tidak ada sample dalam penelitian ini, karena seluruh populasi sebanyak 40 orang siswa kelas XII IPS 1 dijadikan subyek penelitian. Instrumen untuk mengambil data awal berupa lembar observasi guru sebelum penelitian dilaksanakan. Sedangkan lembar observasi guru pada saat berlangsungnya proses tindakan, lembar observasi siswa untuk mendapatkan data keaktifan dalam berdiskusi merupakan instrumen untuk mendapatkan data saat berlangsungnya proses tindakan. Soal-soal tes adalah instrumen untuk memperoleh data hasil belajar setelah dilaksanakan tindakan dan harus dikerjakan oleh siswa setiap akhir siklus diskusi. Hasil PTK menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Tugas Terstruktur keaktifan belajar siswa kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek pada materi Reformasi di Indonesia dapat meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya peningkatan skor rerata kelas dalam keaktifan berdiskusi dari tindakan pada siklus ke 2 meningkat 4,23% jika dibandingkan dengan skor keaktifan siswa dalam berdiskusi pada siklus ke1. Pada siklus ke 3 keaktifan siswa dalam berdiskusi meningkat 5,07% jika dibandingkan dengan keaktifan siswa dalam berdiskusi pada siklus ke 2. Dengan menggunakan model pembelajaran Tugas Terstruktur hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek pada saat pemebelajaran dapat meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rerata tes yaitu: 7,43 pada siklus ke 1 meningkat menjadi 7,47 pada siklus ke 2 dan pada siklus yang ke 3 meningkat lagi menjadi 7,90. PTK ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Tugas Terstruktur dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: model Tugas Terstruktur, Sejarah, Reformasi di Indonesia, Kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleknya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi.

(2)

pendidikan.

Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibanding pelajaran lain. Pelajaran Sejarah dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman sehari-hari dalam pembelajaran Sejarah di SMAN 2 Cikampek, Kabupaten Karawang pada materi Reformasi di Indonesia, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran belum memuaskan, terbukti dari observasi kegiatan belajar siswa, tes unjuk kerja dan hasil evaluasi yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran Sejarah masih dibawah KKM. Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa rendah, salah satu penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang belum tepat.

Salah satu hambatan dalam pelajaran Sejarah adalah bahwa siswa kurang tertarik pada Sejarah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila menghadapi soal-soal Sejarah. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar Sejarah sangat rendah. Suatu kesalahan yang sering terjadi adalah guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti perubahan, langkah, tahap demi tahap dalam penyampaian materi pelajaran.

Dengan kata lain, siswa hanya dibuat tercengang oleh guru dalam mempermainkan rumus yang begitu runtun dalam sebuah rangkaian pokok bahasan. Kondisi ini mungkin bagi guru suatu pekerjaan yang remeh jika sekedar menulis rumus yang sebenarnya dapat dijadikan sebagai penuntun siswa dalam memahami materi dan menyelesaikan soal-soal.

Hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan seorang guru terkadang tidak sesuai dengan harapan. Untuk melihat hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan salah satunya dengan melihat nilai dan ketrampilan siswa dalam pembelajaran itu.Apabila nilai perolehan siswa jauh dari harapan, maka seorang guru harus memperbaiki pembelajaran agar kompetensi yang telah ditetapkan kurikulum pada materi Reformasi di Indonesia itu dapat tercapai. Hal tersebut peneliti alami di SMAN 2 Cikampek pada pelajaran Sejarah.

Peneliti merasakan dan melihat kesulitan siswa dalam hal menguasai materi pada materi stasistika sehingga merasa perlu untuk segera menangani masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi Reformasi di Indonesia yang dipelajari.

Akibat dari suatu anggapan bahwa Sejarah itu sulit untuk memperoleh nilai atau hasil yang memuaskan, sehingga timbulah rasa bosan, acuh, tidak senang terhadap mata pelajaran Sejarah. Sikap-sikap yang demikian oleh pendidik harus diketahui dan dicari jalan keluarnya.

Dalam belajar Sejarah diperlukan banyak latihan-latihan penyelesaian soal-soal yang dibentuk dalam tugas terstruktur yang berisi soal-soal. Dari suatu pengalaman bahwa dalam pemecahan Sejarah akan berhasil jika siswa banyak berlatih dan terampil menyelesaikan Sejarah yang bervariatif.

Dengan seringnya siswa menyelesaikan tugas yang berupa soal-soal yang berstruktur maka konsep-konsep yang ada tidak mudah lupa. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pada penelitian ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu Metode Pemberian Tugas Terstruktur. Alasan dipilihnya metode Pemberian Tugas Terstruktur ini yaitu karena akan melatih peserta didik bertanggung jawab dan banyak membantu siswa dalam pemahaman materi pembelajaran.

(3)

dengan judul “Penerapan Metode Tugas Terstruktur untuk Meningkatkan Kompetensi Pembelajaran Sejarah pada Materi Reformasi di Indonesia XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek, Kab. Karawang.”

Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada Peningkatan Kemampuan Mengolah Data pada Materi Reformasi di Indonesia Kelas XII IPS 1 Dengan metode tugas terstruktur.

1. Apakah dengan mengunakan Pemberian Tugas Terstruktur dalam pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi Reformasi di Indonesia di Kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek?

2. Bagaimana Proses meningkatkan kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi Reformasi di Indonesia sebelum dan sesudah menggunakan metode pemberian tugas terstuktur?

3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada materi Reformasi di Indonesia dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Terstruktur?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa Metode Penugasan yaitu Pemberian Tugas Terstruktur pada materi Reformasi di Indonesia di Kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek, Kabupaten Karawang.

2. Mengetahui kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi Reformasi di Indonesia sebelum dan sesudah menggunakan Metode Penugasan yaitu pemberian Tugas Terstruktur.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi Reformasi di Indonesia dengan melalui Penerapan Metode Penugasan yaitu pemberian tugas terstruktur.

Manfaat Penelitian.

Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pemberian tugas terstruktur ini akan memberikan maanfaat seperti di bawah ini:

1. Bagi siswa:

a. Melatih peserta didik untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas;

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam dalam mengolah data untuk mencapai hasil belajar pada materi Reformasi di Indonesia;

c. Membantu siswa dalam pemecahan masalah dalam materi Reformasi di Indonesia; d. Menjadikan Proses Pembelajaran Sejarah lebih bermakna;

e. Melatih kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan soal.

2. Bagi Guru:

a. Meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran sehingga berinovasi serta professional;

b. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Sejarah;

(4)

a. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan kualitas pembelajaran; b. Meningkatkan mutu lulusan SMAN 2 Cikampek yang berkualitas;

c. Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terstruktur ini dapat dijadikan referensi guru bahwa dalam mencapai ketuntasan pembelajaran Sejarah;

d. Salah satu bentuk penugasan adalah dengan pemberian tugas terstruktur merupakan usaha untuk menghadapi perolehan KKM.

Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan Metode Penugasan melalui pemberian tugas terstruktur dalam materi Reformasi di Indonesia, maka hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah data di kelas XII IPS 1 menunjukkan peningkatan yang signifikan.

KAJIAN TEORI

Pengertian Metode Penugasan (Resitasi)

Yang dimaksud dengan metode tugas ( Resitasi) menurut Sayiful Sagala adalah “cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tewrtentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan.” Misalnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di luar kelas, di Perpustakaan bahkan di Rumah kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan.

Metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah tetapi metode ini lebih luas dari pada pekerjaan rumah saja, karena dalam metode ini terdiri dari tiga fase antara lain: pertama Guru memberikan tugas, kedua siswa melaksanakan tugas, dan ketiga siswa mempertanggung jawabkan apa yang telah dikerjakan.

Dengan cara ini diharapkan agar siswa dapat belajar bebas tetapi bertanggung jawab dan siswa akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan dan mengatasi kesulitan itu, karena dengan tugas maka siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil siswa yang lain. Merangsang siswa agar lebih giat belajar, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan mandiri, memperkaya kegiatan belajar di luar, memperkuat pemahamanSelain itu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajar dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang kurang berguna.

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau meteri terlalu banyak sementara waktu sedikit dalam kegiatan belajar di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar yang tersedia dengan waktu kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini sangat membantu.

Dalam hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan (soal) atau perintah melakukan pendataan, mencari penyelesaian dalam buku pelajaran. Dapat juga mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya. Guru memberikan tugas kepada siswa madiri atau kelompok dengan waktu yang ditentukan dan disepakati siswa dan guru harus membahas, menilai hasil tugas madiri atau kelompok.

Guru juga memberi motivasi agar siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik kemudian guru menghimbau siswa untuk menyusun hasil tugas baik mandiri atau kelompok. Dengan demikian siswa dapat bertanggung jawab dengan tugasnya, selain itu siswa menjadi lebih paham materi ajar.

(5)

1) Siswa dapat lebih memahami sendiri materi ajar sesuai dengan pengetahuan yang dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan.

2) Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya inisiatif, kreatif, tanggung jawab dan melatih mandiri.

3) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun kelompok.

Kekurangan Metode Penugasan (Resitasi)

1) Siswa sulit dikontrol aktifitasnya dalam mengerjakan tugas, apakah benar mengerjakan dengan kemampuan dan usahanya atau hanya meniru pekerjaan temannya

2) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik.

3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton sehingga dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Metode Pemberian Tugas Terstruktur

Metode pemberian tugas belajar atau resitasi merupakan metode mengajar yang berupa pemberian tugas oleh guru kepada siswa, dan kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil tugas tersebut. Metode ini tidak sama dengan Pekerjaan Rumah (PR).

PR merupakan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dengan waktu yang ditentukan, sedangkan dalam resitasi tugas tidak harus dikerjakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di laboratorium, perpustakaan, sekolah, atau di tempat lainnya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diberikan.

Dalam pembelajaran Sejarah harus diperbanyak latihan soal, karena dengan latihan tersebut maka diharapkan peserta didik akan lebih aktif dan kreatif dalam menghadapi berbagai soal. Dengan banyaknya latihan soal dari tugas terstruktur maka konsep, rumus, dan teorema akan dipahamai dengan jelas, salah satu bentuk latihan Sejarah adalah dengan pengerjaan tugas tersruktur yang berisi cara penyeleseaian soal-soal atau masalah

Pemberian tugas terstruktur dimaksudkan agar selain untuk penguatan juga menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran Sejarah. Pemberian tugas biasanya dalam bentuk tugas rumah yang bertujuan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang materi yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas.

Dengan ini siswa akan lebih tahu kekurangan dalam mempelajari materi yang telah diajarkan oleh guru. Dan dengan adanya pemberian tugas terstruktur siswa juga tidak akan merasa bosan dalam belajar karena materi dapat menimbulkan pengalaman belajar dan pemahaman materi.

Tugas dirancang untuk membimbing siswa dalam pemahaman materi yang lengkap terdiri atas rangkaian kegiatan belajar dan soal-soal latihan untuk membantu peserta didik mencapai indikator yang dirumuskan dengan jelas. Tugas terstruktur merupakan salah satu media pembelajaran bahan ajar yang disususn sesuai dengan kebutuhan belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Manfaat Tugas Terstruktur

(6)

1) Peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.

2) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar jam tidak dibatasi oleh kelas

3) Peserta didik berkesempatan menguji kempuan diri sendiri dengan mengerjakan soal latihan yang disajikan dalam tugas

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai factor belajar lainya.

Dengan pembahasan di atas peneliti yakin bahwa pemberian tugas terstruktur dalam pembelajaran Sejarah dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik dan hasil belajar Sejarah pada umumnya lebih meningkat. Sehingga diharapkan pula tidak ada anggapan bahwa pelajaran Sejarah adalah mata pelajaran yang sulit tetapi sebaliknya bahwa Sejarah adalah mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan.

Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi 1) Berpusat pada peserta didik;

2) Pembelajaran terpadu;

3) Memahami keunikan peserta didik; 4) Menerapkan prinsip pembelajaran tuntas; 5) Pemecahan masalah;

6) Multi strategi; Guru sebagai fasilitator, motivator, dan nara sumber.

Tugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik dari guru atau pendidik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai sumber belajar, yang nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh guru untuk mengetahui tingkat kebenaran jawaban peserta didik.

Pemberian tugas terstruktur merupakan Metode yang dapat digunakan peserta didik untuk mencari alternatif pemecahan masalah dengan kendala serta masalahnya. Metode Pemberian Tugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai literature atau buku sumber, yang nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman materi serta pencapaian Kompetensi Dasar dari jawaban tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

(7)

di terapkan dan bagaimana hasil yang di inginkan dapat tercapai.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil belajar siswa siklus I bahwa 25 siswa yang tuntas nilainya diatas KKM atau 60% dan 17 siswa atau 40% tidak tuntas dari KKM 78 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus I 67,1 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 25. Dari data tersebut memberi gambaran bahwa keaktifan siswa cukup maka hasil belajar tergolong cukup. Hal ini menjadi tolak ukur pelaksanaan siklus II.

Hasil belajar siswa siklus II 36 siswa yang tuntas, nilainya diatas KKM atau 86% dan 6 siswa atau 14% tidak tuntas dari KKM 78 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus II 73,5 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 35. Dari data tersebut maka keaktifan siswa ada kenaikan demikian juga hasil belajar diakhir Siklus II juga mengalami kenaikan yang signifikan dari Siklus I dan Siklus II.

Dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan jumlah siswa yang aktif hal ini terlihat dari jumlah siswa yang kurang aktif pada pra siklus, Siklus I, Siklus II semakin menurun jumlah siswa yang kurang aktif. Jumlah siswa yang kurang aktif pada Siklus I ada 10 siswa dan Siklus II ada 3 siswa, dengan adanya penurunan jumlah siswa yang kurang aktif maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur dapat meningkatkan keaktifan siswa dan melatih untuk bertanggung jawab serta kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Siklus I, Siklus II menunjukkan peningkatan prosentase ketuntasan belajar materi Reformasi di Indonesia di kelas XII IPS 1. Hasil belajar siklus I, siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan, pada siklus I prosentase yang tuntas 60% tidak tuntas 40% sedangkan pada siklus II terdapat 86% tuntas 14% tidak tuntas, hal ini menunjukkan peningkatan yang siqnifikan.

Berdasarkan hasil penelitian dua siklus tersebut menunjukkan peningkatkan keaktifan dan prosentase kenaikan serta rata-rata hasil belajar siswa terbukti dari keaktifan, prosentase ketuntasan, rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Sejarah dengan metode pemberian tugas terstruktur.

Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan metode pemberian tugas terstruktur selain meningkatkan keaktifan siswa juga meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menyatakan bahwa dengan menggunakan Metode Pemberian Tugas Tersturuktur dalam materi Reformasi di Indonesia, maka hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat menunjukan peningkatan yang signifikan, dapat diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMAN 2 Cikampek pada kelas XII IPS 1 Tahun pelajaran 2012/2013 bahwa hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah data pada mata pelajaran Sejarah materi Satistika sesudah menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur menujukkan hasil yang memuaskan. Dari uraian pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(8)

ketuntasan 31%. Pada saat pembelajaran diubah menggunakan metode pemberian tugas terstruktur maka nilai rata-rata meningkat menjadi 67,1 dengan prosentase ketuntasan 60% pada siklus I dan 73,5 dengan prosentase ketuntasan 86% pada siklus II;

2. Penerapan metode pemberian tugas terstruktur mempunyai manfaat yang baik, karena menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa serta kemampuan mengolah data serta siswa tidak bosan sehingga minat belajar meningkat. Hal ini terbukti pada keaktifan siswa pada saat pra siswa siklus masih terdapat 12 siswa yang tidak aktif, pada siklus I terdapat 10 yang tidak aktif serta pada siklus II terdapat 3 siswa yang tidak aktif.

Saran

Setelah melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ini, saran yang dapat peneliti ajukan sebagai berikut;

1. Seorang guru harus bervariasi menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari kejenuhan siswa. Selain metode pembelajaran yang bervariatif guru juga diharuskan untuk menyusun tugas terstruktur yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan; 2. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung;

3. Hendaknya seorang guru selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar di rumah yaitu dengan cara memberikan tugas terstruktur bertujuan untuk memahani materi lebih matang.

4. Metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa serta kemandirian dalam memahami materi pembelajaran.

5. Metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur dapat dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan yang lain. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan penelitian ini;

6. Sekolah hendaknya memfasilitasi untuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dituangkan dalam RKS dan RAKS.

7. Sekolah harus menganjurkan kepada guru untuk menyusun tugas terstruktur yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sadirman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang

Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Aronson, Elliot. 2009. Jigsaw Clas Room Overview of The Techhnique, Gulo, W. 2002. Strategi belajar – mengajar. Jakarta: CV Rajawali.

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima. Bahri Djamarah, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri Djamarah, Syaiful & Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiona. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

M.U., Usman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: P T Remaja Rosdakarya.

Morison G. R., Ross S.M.,& Kemp J.E. 2001. Designing Effective Instruction. London: RCV. Publising.

(9)

Aksara.

Omar, Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Reiggeluth Charles M. 1999. Instruktional-Design Theories and Models, A New

Rumini, Sri, dkk. 1993. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPP IKIPYogyakarta.

Seels, Barbara B.,& Rita C, Richey.1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasanya (Edisi terjemahan oleh Dewi S.P dkk). Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Silberman, MEL. 1996. Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subyect. Boston : allyn and Bacon.

____________.2002. Pengantar Komaruddin Hidayat. Active Learning : 101.

Sudjana, Nana. 1996. Cara belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suharsimi, Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Penerbit Kolbu.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slavin, Robert E. 2000. Cooperatif learning Theory, Research, and Practice. Second Edition. Noedham height: A. Simon and scuster Company.

____________. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Strategi Pembelajaran Aktif (Edisi terjemahan oleh Sarjuli dkk). Yogyakarta: Yappendis. Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: CV.Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kelayakan usaha Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha pada Yoyok Fish Farm meliputi aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen,

Untuk mengetahui apakah fungsi ke tujuh komponen telah memenuhi variabel kebutuhan konsumen, maka diperlukan suatu analisa yang penulis terapkan dari teori Quality Function

In short, EUROSTROKE is a collaborative study among European research centres to investigate (1) the variation in incidence of fatal and non-fatal ischaemic and haemorrhagic

Papyrus Photo sebagai salah satu studio foto yang ingin menyediakan pelayanan yang lebih baik dari studio foto lain di Bandung, memiliki visi dan misi

dihasilkan tersebut tidak bisa mencari konsumen sendiri. Oleh karena itu dibutuhkannya adanya strategi komunikasi pemasaran yang tepat agar suatu pruduk sukses

memahami dasar- dasar penyusunan kontrak serta tehnik dasar pembuatan kontrak Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar penyusunan kontrak serta tehnik dasar pembuatan kontrak

menyusun rencana aksi atas pelaksanaan kebijakan dimaksud. Dalam hal karena pertimbangan keterbatasan infrastruktur yang terkait dengan pengelenggaraan transaksi non tunai

Secara garis besar dicikan : Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan, cenderung mulai menerima pendapat keagamaan, mulai timbul pengakuan akan adanya kehidupan setelah