• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu natural science yang secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Patta Bundu (2006:9) menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud dengan kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri.Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat sekolah SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah.

Definisi IPA menurut H.W. Fowler (Salirawati, 2008:20) yakni ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi,disamping itu juga membiasakan siswa untuk melakukan pengamatan yang ada dilingkungan sekitar .

Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan. IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus, siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang sebenarnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi.

(2)

tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya Menurut Carin dan Sund (Trianto, 2012:153) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Menurut Abruscato, Jseph dan Derosa, Donald A (2010:6), Sains adalah: “Science is the name we give to group of process through wich we can systematically gather information about the natural world. Science is also the the knowledge the use of such process. Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by people who use scientific process to gather knowledge”.

Menurut Trianto (2012:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah, seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Menurut Trianto, (2012:137) IPA dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Berdasarkan beberapa uraian pengertian sains diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli, simpulan dari penulis bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta baik makhluk hidup maupun benda mati yang didapatkan dengan cara observasi atau eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya sehingga dapat menarik kesimpulan.

Menurut Trianto, (2012:153) bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yakni:

(3)

hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari.

Menurut Depdiknas, (2003:3) hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi. 3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur, terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.

5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

Menurut Trianto, (2012:141) merujuk pada hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, simpulan bahwa tujuan

(4)

Tuhan berikan. Dengan demikian, menurut Trianto, (2013:143) semakin jelasnya bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip, atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri

ide-idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional; kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun

indikator kompetensi.

(5)

dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata pelajaran IPA siswa kelas 4 semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di halaman berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara

penggunaannya.

8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik

9.Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

(6)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan

lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan antara sumber daya alam

dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

2.1.2 Pendekatan Inquiry

(7)

mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Menurut Trianto, (2009:166) kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.

2. Inkuiri berfokus pada hipotesis.

3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu peranan guru adalah sebagai berikut: 1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah

berfikir.

2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.

3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.

4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

7. Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Menurut Sanjaya (2006:197) Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam pendekatan inkuiri, yaitu:

1. Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

(8)

3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mngembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demkian, dalam metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.

Sementara itu menurut Sagala, (2004) pendekatan inkuiri merupakan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil disimpulkan bahwa pendekatan Inquiry adalah pendekatan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2.1.2.1Langkah-langkah Pendekatan Inquiry

Menurut Trianto, (2009:172) langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran

Inkuiri yaitu:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan: kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan tersebut dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

Rumusan masalahmerupakan arah yang dicapai dalam

pembelajaran. Perumusan masalah harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.

2. Merumuskan Hipotesis

(9)

hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan

kemampuan siswa. Mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.

3. Mengumulkan Data.

Hipotesis yang digunakan untuk menununtun proses pengumpulan data. Data yang sudah dianalisis kemudian disimpulkan dengan mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah. Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka langkah ini dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila perlu mengulang langkah ketiga.

4. Analisis data.

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor terpenting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. Setelah memproleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telh dirumuskan.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya kosep IPA pokok bahasan yang

saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran

akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif

dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dan

bimbingan guru. Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan

mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen &

Kauchak, (Trianto, 2009:172). Adapun tahapan proses pembelajaran inkuiri disajikan

(10)

Tabel 2.2

Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis.

Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi priorits penyelidikan.

3. Merancang

percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.

Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan

percobaan untuk

memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5. Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

(11)

Pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (BSNP No 41, 2007).

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai.

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentangTopik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

(12)

e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,serta produk yang dihasilkan.

i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.

(13)

f. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

g. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

h. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir guru:

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Dari tahapan pembelajaran inkuiri menurut penerapan Eggen & Kauchak,

(Trianto, 2009:172) disimpulkan bahwa suasana kelas yang nyaman merupakan hal

penting, karena pertanyaan-pertanyaan berasal dari siswa agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik. Kerjasama guru dengan siswa, siswa dengan siswa

diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau tiga

lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir, bertanya, akan lebih baik hasilnya jika

dibandingkan bila siswa bekerja sendiri. Dan peranan guru memonitor pertanyaan

siswa, memerlukan aturan penting yaitu: (1) pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan, (2) pertanyaan harus disusun

sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan guru memberikan jawaban pertanyaan,

tetapi mengarahkannya jawaban sendiri.

Menurut (BSNP No 41, 2007) sehingga disimpulkan perencanaan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: (1) Dalam kegiatan eksplorasi: (a) guru

akan menggunakan pendekatan Inkuiri yang sesuai dengan penelitian. (b) guru akan

memfasilitasi media dan sumber belajar sesuai dengan materi yang sudah

(14)

kegiatan pembelajaran. (2) Dalam kegiatan elaborasi: (a) siswa dibimbing guru dalam

membentuk kelompok. (b) Siswa mendapatkan pertanyaan dari guru sesuai dengan

materi yang diajarkan. (c) siswa difasilitasi perlengkapan percobaan dan kemudian

siswa mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing untuk menemukan

jawaban sementara dari beberapa pertanyaan yang disampaikan, akan tetapi tugas

guru disini yaitu membimbing siswanya untuk mengarahkan jawaban tetapi tidak

memberikan jawabannya secara langsung agar siswa menemukan sendiri jawabannya

dengan kelompoknya. (3) Dalam kegiatan konfirmasi: (a) Guru memberikan umpan balik atau penguatan kepada siswa dengan cara guru bertanya “jadi hari ini kita sudah belajar mengenai apa saja anak-anak”. (b) Kemudian bertanya kepada siswa “siapa

yang masih belum jelas mengenai pembelajaran kita pada hari ini”. (c) Guru memberi

motivasi belajar kepada siswa yang masih mengalami kurang atau belum

berpastisipasi aktif dalam pembelajaran. (d) Guru memberikan reward berupa bintang

yang terbuat dari kertas yang kenyataannya membuat siswa menjadi senang sehingga

berlomba-lomba dalam kelompok menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan

pertanyaannya secara kelompok tersebut. Dan selanjutnya dalam kegiatan penutup

guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran pada hari ini

dan siswa membuat rangkuman dicacatannya serta memberikan pengayaan tindak

lanjut berupa remidi.

2.1.2.2Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry

Menurut Amien (Suryanti, 2009:142) pendekatan inkuri sebagai strategi

pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung

berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.

4. Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan

ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.

5. Mengembangkan bakat individual secara optimal.

(15)

Manfaat pendekatan inkuiri sebagai pembelajaran yaitu:

1. Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif.

2. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada

siswa.

3. Membantu dalam ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru.

4. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat memperoleh informasi pembelajaran yang cukup.

5. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersifat jujur, obyektif dan terbuka.

6. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional yaitu guru yang menguasai kelas.

Menurut Sanjaya, (2008:206) adapun kelemahan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan inkuiri, diantaranya:

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2. Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yang telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap guru.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Reigeluth dalam Keller, (2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Menurut Agus Suprijono, (2009:5) hasil belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan.

(16)

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya.

Purwanto (2013:44) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Menurut Winkel, (Purwanto 2013:45) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi Bloom (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik).

Purwanto (2013:46) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.

Menurut Patta Bundu (2006: 17), hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar. sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, aspek afektif berkaitan dengan penguasaan nilai-nilai atau sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil belajar, sedangkan aspek psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan-keterampilan motorik yang dimiliki oleh siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi :

1. Dari sisi siwa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.

(17)

Menurut Nana Sudjana (2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni:

1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran.

Caroll (Nana Sudjana 2004:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni:

a. Bakat pelajar

b. Waktu yang tersedia untuk belajar.

c. Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran. d. Kualitas pengajaran.

e. Kemampuan individu.

Dari beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar.

Taksonomi Tujuan Belajar domain kognitif (Benyamin S. Blom,1956) Kategori dari Taxonomi

1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya.

2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada kedalam pemikiran peserta didik.

(18)

4. Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat. 5. Mengevaluasi (evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria

dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa dan mengritik.

6. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi satu bentuk

kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat, merencanakan dan memproduksi.

Rumusan Tujuan belajar Domain afektif dari David Krathwohl Kategori dari taxonomi.

1. Menerima kemampuan murid melihat fenomena atau stimull: aktivitas, texbook, musik, usaha menimbulkan, memelihara dan mengalahkan perhatian murid tingkat terendah.

2. Menjawab pastisipasi aktif dari murid. Tidak sekedar melihat fenomena tetapi mereaksinya termasuk disini interes mencari dan menyenagi sesuatu.

3. Menilai: kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian dari hal yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Penilaian berdasarkan internalasi juga sikap dan apresiasi.

4. Organisasi: menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan pertentangan, membangun sistem nilai yang konsisten. Tekanan pada perbandingan hubungan dan sintesa nilai-nilai. Meliputi juga konsep nilai filsafat hidup. 5. Karakterisasi dari nilai atau kelompok nilai: individu mengkontrol tingkah

lakunya hingga tercermin. Tingkah lakunya menjadi konsisten dan prediktabel. Disini meliputi pola umum dari menyesuaikan pribadi, sosial dan

emosi.

(19)

1. Persepsi: menunjukkan kepada proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, membau, serta gerak dari urat syaraf kita.

2. Kesiapan: menunjukkan langkah lanjut setelah adanya persepsi: kemampuan dalam membedakan, memilih, menggunakan tepat dalam membuat respon. 3. Merespon terpimpin: dengan perpsepsi dan kesiapan, mengembangkan

kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan

4. Mekanisme: penggunaan sejumlah skiill dalam aktifitas kompleks meliputi 1,

2, 3,.

5. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan pengalaman 1,2, 3 dan 4, penggunaan perencanaan tes, menggunakan model.

Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti (2008:4) :

1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

b. Tes Lisan

(20)

penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. c. Tes Unjuk Kerja

Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. 2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

a. Tes Esei (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

c. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan

a. Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.

b. Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung. c. Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara

keseluruhan (total).

d. Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19 – 3-31) yaitu:

a. Observasi

(21)

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

c. Angket

Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).

d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

e. Task Analysis (Analisis Tugas)

Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

f. Checklists dan Rating Scales

Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

g. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

h. Komposisi dan Presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. i. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

Hasil belajar dalam ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa. Bentuk tes yang dipakai untuk mengukur hasil belajar siswa adalah bentuk soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban pada setiap nomornya. Tes diberikan sebelum tindakan, setelah

tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II.

(22)

Pendekatan inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana

atau jalan apa yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada

penemuan-penemuan. Pendekatan Inquiry mengutamakan menyelesaikan

permasalahan dengan cara mencari jawaban sendiri dan bekerjasama didalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajarannnya.

Menurut Piaget (Sliman, 2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai

pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol mencari jawaban atas pertanyaan

sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain, membandingkan apa yang

mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Pada pendekatan Inquiry

diperoleh beberapa temuan bahwa Inquiry dapat memberikan pengalaman siswa dan memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari jawabannya dengan bantuan alat peraga yang konkret atau nyata. Pendekatan Inquiry, menugaskan siswa untuk menemukan jawabannya bersama kelompoknya sehingga saling membantu. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga mampu berbagi pengetahuan belajar dengan yang lain. Penerapan pendekatan Inquiry dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA juga meningkat. Melalui pendekatan Inquiry guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti berguna

untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus

(23)

menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan satu

masalah yang dibatasi oleh satu disiplin ilmu.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

1. Armi Maulani. 2013.dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran CTL untuk meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”.Hasil Penelitiannya adalah Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari peningkatan presentase skor angka keaktifan belajar siswa terhadap IPA sebesar 75.Pra siklus menunjukkan hanya sisanya sebanyak 20 siswa atau 83,33% kurang aktif terhadap IPA.Pada siklus I siswa yang aktif terhadap IPA yaitu sebanyak 13 siswa atau 54,17% sedangkan yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 11 siswa atau 45,83%. Pada siklus II siswa yang aktif terhadap IPA sebanyak 23 siswa atau 95,83%.Sedangkan siswa yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut : pra siklus siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM =70 )sebanyak 6 siswa atau 25,00% sedangkan yang belum mencapai KKM sebanya 18 siswa atau 75,00%.Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 14 siswa atau 58,33% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM 10 siswa atau 41,67%. Pada pembelajaran siklus II siswa yang mencapai KKM sebanyak 22 siswa atau 91,67% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM sebanyak 2 siswa atau 8,33%. Berdasarkan data hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa jika dalam proses pembelajaran guru memiliki kelemahan pada persentase belajar pada siklusI belum terpengaruh sepenuhnya CTL dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

(24)

proses pembelajaran maka dapat disimpulakan dengan menggunakan model CTL sangat berpengaruh dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. 2. Ngadinah, 2012. Dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan keaktifan dan

hasil pembelajaran tematik dengan tema peristiwa melalui pendekatan kontekstual/contextual teaching and learning (CTL) bagi siswa kelas I semester 2 SDN 2 Kalangan kecamatan tujungan kabupaten Blora tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya adalah Peningkatan keaktifan dapat

dilihat dari peningkatan presentase skor angka keaktifan belajar siswa terhadap IPA sebesar pada siklus I prosentase sekitar 5,6% hanya ada 6 siswa yang aktif dalam pembelajaran kelompok dari jumlah siswa sebanyak 36 dan pada siklus II menacapai 91,7% terdapat peningkatan keaktifan sebanyak 33 siswa. Dan hasil belajar siswa terkhususnya mata pelajaran IPA dengan KKM 60 pada siklus I yaitu 75% dari 27 siswa yang tuntas dan ada 9 siswa yang belum tuntas. Kemudian hasil belajar pada siklus II mengalami 88,89% masih ada 4 siswa yang mengalami tidak tuntas.

3. Penelitian dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan inkuiri juga dilakukan oleh Budi Suwiji dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Tentang Perubahan Energi Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas belajar IPA tentang perubahan energi yang diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012. Hal ini terlihat pada kondisi pra siklus, hanya 10 % dari seluruh siswa saja yang kreatif untuk mengajukan pertanyaan ketika guru melaksanakan pembelajaran. Setelah ada tindakan yang berupa 8 aktivitas

(25)

ingin tahu tercapai oleh 80 %, di siklus 2 naik menjadi 90 %. Aspek oleransi terhadap resiko di siklus 1 mencapai 75 %, siklus 2 90 %, dan pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik menjadi 95% di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar 80%, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Saran bagi guru hendaknya dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri, karena seluruh langkah-langkah inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar

siswa.

(26)

dari 85% di siklus I naik menjadi 95% di siklus II. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar 80%, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Sebagai guru hendaknya dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri, karena seluruh langkah-langkah inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Berdasarkan hasil – hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Pada

penelitian ini menekankan penerapan pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA

2.3 Kerangka Berfikir

(27)

Keterampilan Menjawab pertanyaan guru

Skor Sikap

Skor Tes Tes Formatif 6. membuat Kesimpulan

Pendekatan Inquiry

(28)

2.4 Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II
Tahap Pendekatan Tabel  2.2 Inquiry

Referensi

Dokumen terkait

Keempat jenis t umbuhan paku t ersebut mempunyai penyebaran yang cukup luas t ermasuk Indonesia (Andrew s, 1990). Ket iga jenis t umbuhan paku t ersebut bersifat

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan metode Hanifida di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha kelurahan Cebongan kecamatan Argomulyo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara gaya belajar siswa dengan prestasi belajar Bahasa Inggris m€reka, sedangkan gaya mengajar

Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek, kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan

Berdasarkan hasil pada penelitian yang dilakukan di Dusun Candi Desa Candimulyo dan Dusun Tambak Beras Desa Tambak Rejo didapatkan hasi tidak ada perbedaan yang

Input pelatihan deteksi tipe warna kulit wajah diperoleh dari hasil pengolahan citra dengan metode transformasi warna YCbCr.. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian

tersebut hârus sesuâi dengân nilai-nilâi moral dan hukum bangsa Indonesià Indonesia lang memilii<i cita hùLnm Pancasila darr sekaligus sebagai Normt Fundamental

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Makhluk Hidup pada siswa kelas III