• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Panduan Skill Lab UROGENETALIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Panduan Skill Lab UROGENETALIA (1)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN SKILL LAB

UROGENETALIA

Semester IV

PENYUSUN : Dr. M. Arief Faisal

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena rahmat dan

inayah-Nyalah Buku Panduan Skill Urogenetalia ini dapat disusun untuk mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh berdasarkan Satuan Acara

Perkuliahan yang berlaku. Buku ini sebagai peganggan wajib bagi mahasiswa

yang sedang menjalankan Skill Lab, dengan harapan agar setiap mahasiswa

mengerti teori yang mendasari setiap Skill Lab yang sedang dilakukannya serta

mampu melakukan setiap praktikum dengan benar. Buku ini diharapkan dapat

berguna dalam pemeriksaan laboratorium sederhan pada praktek dokter ataupun

di puskesmas.

Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

dalam penyusunan buku ini, walaupun tuntunan Skill Lab ini masih jauh dari

kesempurnaan. Dengan demikian kami tidak menutup segala kriitik dan

(3)

DAFTAR ISI

3. Pemeriksaan Hernia Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral ... 12

TEKNIK PEMASANGAN KATETER URINE ... 14

PEMERIKSAAN PERINEUM DAN RECTAL ... 23

Posisi pasien ... 23

teknik ... 24

palpasi kelenjar prostat ... 25

PEMERIKSAAN GENITALIA WANITA ... 27

a. Palpasi Serviks dan Korpus Uterus ... 36

b. Palpasi Adneksa ... 37

Skill Lab 1 Male Genitalia Exam... 39

Skill Lab 2 Pemeriksaan Perineal dan Rektal Exam ... 41

Skill Lab 3 Pemasangan Cateter Male Uretra Exam... 43

Skill Lab 4 Pemasangan Cateter Female Uretra Exam ... 45

(4)

PERATURAN DAN TATA TERTIB SKIL LAB

1. Mahasiswa yang mengikuti Skill Lab adalah mereka yang telah mendaftar terlebih dahulu dan terdaftar dalam salah satu grup skill lab.

2. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, bila terlambat lebih dan 20 menit dan tidak mengikuti pretest tidak diizinkan mengikuti skill lab. Mahasiswa tidak dapat meninggalkan ruangan sebelum waktu yang ditetapkan, kecuali atas izin asisten yang bertugas.

3. Presentasi skill lab adalah 100% (seratus persen), bila tidak/berhalangan hadir makna harus menggantinya sewaktu inhall. Praktikan yang persentasinya kurang dari 100% secar otomatis tidak lulus Skill lab dari awal.

4. Apabila nilai pretest 20 tidak diperkenakan mengikuti skill lab dan diwajibkan mengikuti inhal.

5. Bila mahasiswa berhalangan hadir, harus ada pemberitahuan dari yang berwenang memberikannya.

6. Selama skill lab, mahasiswa diharuskan berpakaian rapi (tidak memakai kaos dan sandal jepit) serta mengenakan jas pratikum dan papan nama.

7. Dilarang membuang sampah kedalam bak pencuci, buanglah ketempat yang disediakan.

8. Sebelum dan sesudah pratikum meja harus dibersihkan.

9. Sebelum dan sesudah skill lab alat-alat diperiksa terlebih dahulu, jika ada alat yang rusak atau hilang segera laporkan kepada petugas yang ada di laboratorium.

10.Alat yang rusak atau hilang karena kelalaian praktikan menjadi tanggung jawab praktikan, dan harus diganti dalam 1 minggu dan waktu kehilangan / rusak.

11.Selama praktikum dilarang makan/minum, ribut-ribut dan merokok. Handphone dimatikan atau dimatikan nada deringnya, serta dilarang menggunakan handphone berlebihan saat pratikum.

12.Saat memasuki laburatorium praktikan harus melepas sepatu, dan menggunakan sendal sudah disiapkan. (akan diatur tersendiri)

(5)

PEMERIKSAAN GENETALIA PRIA

(MALE GENITALIA EXAM)

Tujuan Belajar:

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada genetalia, pria

secara sistematis dan benar, sehingga dapat mengaitkan dengan kemungkinan

diagnosis pasien.

Anatomi & Fisiologi:

(6)

Organ genitalia pria terdiri dari penis, scrotum, testis, epididimis, vesika

seminalis dan kelenjar prostat.

Uretra merupakan saluran berbentuk pipa yang berfungsi saluran

pengeluaran urine yang telah ditampung di dalam vesica urinaria (kandung

kencing) ke luar badan (dunia luar) dan saluran semen. Saluran tersebut dimulai

dari orificium urethra internum dan masuk lewat di dalam prostat, berlanjut

berjalan di dalam corpus cavernosum urethrae dan berakhir pada lubang luar

pada ujung penis (orificium uretra eksternum). Dengan demikian uretra laki-laki

menurut tempat yang dilewati dapat dibedakan menjadi tiga bagian berurutan,

yaitu pars prostatica, pars membranosa clan pars spongiosa urethrae.

Gambar: uretra male

Penis terdiri dari 3 struktur memanjang : dua pasang korpora kavernosa

dan satu buah korpus spongiosum. Uretra melintasi korpus spongiosum.

Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelasrik tunika albuginea

sehingga meropakan satu kesatuan, sedangkan di sebelah proksimal terpisah

menjadi dua sebagai krura penis. Korpora kavernosa mengandung otot polos

(7)

Korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari diafagrna urogenitalis

dan di sebelah proksimal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini

berakhir di bagian distal sebagai glans penis.

Kedua korpora dibungkus oleh fasia guck dan lebih superfisial lagi oleh

fasia Coiles atau fasia Donas.

Penis mempunyai 2 permukaan, dorsal dan ventral (uretra), dan terdiri

dari pangkal, batang dan kepala. Batang penis terdiri dari jaringan erektil, yang

menimbulkan ereksi blla terisi penuh oleh pembuluh darah.

Kulit penis halus, tipis dan tidak berambut. Pada ujung distal penis,

tedapat suatu lipatan kulit bebas yang disebut preputium. Sekresi mukus dan

lapisan sel epitel yang disebut smegma terkumpul diantara preputium dan glans,

memberikan efek lubrikasi selama koitus. Selama sirkumsisi, preputium

diinsisi.

Suplai darah ke penis berasal dari arteri pudendus intema, yang

mempercabangkan arteri dorsal dan arteri profunda pada korpora kavernosa.

Vena-vena bermuara ke dalam vena dorsalis penis. Dalam keadaan ereksi,

saluran arteriovenosa tertutup dan arteri-arteri terbuka lebar. Dalam keadaan

tidak ereksi, saluran vena dan anastomosis arteriovenosa terbuka lebar,

sedangkan arteri menyempit sebagian.

Uretra terbentang mulai dari meatus urinarius internus di vesika urinaria,

hingga meatus eksternus dan penis.

Uretra pria dewasa, memiiki panjang 23-25 cm dan dibagi atas:

Pars prostatika

Pars membranasea Posterior

Pars kavernosa Anterior

(8)

Gambar: penis male

Skrotum adalah kantong yang mengandung testis, yang tergantung di luar

dari perineum. Skroum di bagi menjadi dua oleh septum interskrotial. Dinding

skrotum mengandung otot polos involunter dan otot inrik volunter. Peranan

utama skrotum adalah mengatur suhu testis, yang dipertahankan kira-kira 20 C

di bawah suhu rongga peritoneum, suatu keadaan yang penting untuk

spermatogenesis.

Testis berbentuk oval, halus dan panjangnya kira-kira 3,5-5 cm. Testiis

kiri biasanya terletak lebih rendah dibandingkan kanan. Testis di bungkus oleh

suatu lapisan fibrosa kuat, disebut tunika albugenia testis. Masing-masing testis

mengandung tubulus semeniferus yang panjang, mikroskopis dan

barkelok-kelok yang menghasilkan sperma.

Tubulus ini berakhir di dalam epididimis, yang berbentuk korna, dan

terletak di batas posterior testis. Pars inferior epididimis melanjutkan diri

sampai vas deferens. Arteri testis memasuki testis pada bagian tengah

posteriornya, sedangkan vena yang berfungsi sebagai drainase testis membentuk

jaringan padat yang disebut pleksus pampiniformis, yang mengalirke dalam

vena testis. Vena testis kanan mengalir langsung kedalam vena kava inferior,

(9)

Vas deferen adalah suatu struktur seperti tali, yang dapat diraba dengan

mudah di dalam skrotum. Di dekat basis prostat, vas deferens bergabung dengan

duktus vesikula seminalis rmembentuk duktus ejakulatorius, yang menembus

kelenjar prostat. Vas deferens, arteri-arteri testis dan vena-vena membentuk

korda spermatika, yang memasuki kanalis inguinalis.

Kelenjar prostat kira-kira berukuran, panjang 3,5 cm dan lebar 3 crn.

Dibagian tengah ditembus uretra posterior. Prostat menghasilkan suatu cairan

yang merupakan salah satu komponen cairan ejakulasi. Volume cairan prostat

merupakan ± 25 % dari seluruh volume ejakulasi.

Pemeriksaan Fisik Genetalia Pria

Pemeriksa harus memakai sarung tangan karet yang dispofible harus

dipakai. Jika pemeriksaan dilakukan secara objektif tidak akan menjadi sumber

rangsangan bagi pasien, sehingga kemungkinan munculnya ereksi yang dapat

mengganggu pemeriksaan dapat dihindarkan.

Pemeriksaan genetalia pria dilakukan mula-mula pada saat pasien dalam

posisi berbaring, kemudian dilanjutkan pada posisi berdiri. Perubahan sikap

tubuh ini penting kerena hernia atau massa skrotum,mungkin tidak terlihat jelas

dalam posisi berbaring.

Pemeriksaan genetelia pria terdiri atas :

 lnspeksi dan palpasi dengan pasien berbaring

 lnspeksi dan palpasi dengan pasien berdiri

(10)

1. Inspeksi dan Palpasi dengan Pasien Berbaring Inspeksi Kulit dan Rambut

Kulit lipat paha harus diperiksa untuk melihat adanya infeksi jamur

superfisial, ekskoriasi atau lainnya. Ekskoriasi mungkin menunjukkan infeksi

skabies.

Perhalikanlah distribusi rambut. Periksalah rambut pubis untuk melihat

adanya kutu rambut atau nits (kumpulan telur) yang melekat pada rambut

tersebut.

lnepeksi Penis dan Skrotum

Pada pemeriksaan penis dan skrotum, perhatikanlah hal-hal berikut:

Apakah pria ini disunat

Perhatikan ukuran penis dan skrotum (bandingkan kiri dan kanan).

Apakah terdapat lesi, edema di penis dan skrotum

Perhatikan bentuk penis (phimosis)

Perhatikan meatus eksternal uretra

Perhatikan letak muara eksternal (normalnya terletak ditengah gland penis)

Perhatikan adanya cairan abnormal yang keluar dari muara (discharge)

Inspeksi Massa di Lipat Paha

Pasien di suruh untuk batuk, atau mengejan sementara anda memeriksa

lipat paha. Suatu tonjolan yang timbul secara tiba-tiba mungkin menimbulkan

suatu hernia inguinal atau femoral.

Palpasi Nodule Inguinal

Dengan menggerakkan jari secara memutar sepanjang ligamentum

inguinal, pemeriksa dapat menentukan adanya adenopati inguinal. Biasanya

nodul-nodul limfe berukuran kecil (0,5 cm) dan dapat digerakkan dengan bebas

(11)

2. lnspeksi dan Palpasi Dengan Pasien Berdiri

Pasien kemudian diminta berdiri sementara pemeriksa duduk di

depannya.

Inspeksi Penis

Jika pasien tidak disunat, kulupnya (preputium) harus diretraksikan,

untuk menentukan keketatan katup. Parafimosis mempakan suatu keadaan

dimana kulup dapat diretraksikan tetapi tidak dapat dikembalikan ketempat

semula dan tertahan di belahan korona. Bahan putih seperti keju di bawah kulup

adalah smegma dan itu adalah normal.

Fimosis ada jika kulup tidak dapat diretraksikan dan meghalangi

pemeriksaan glans secara memadai. Karena glans juga tidak dapat dibersihkan,

smegma tertumpuk, sehingga dapat menimbulkan peradangan glans, yang

disebut balanitis. Bila juga terlibatkan peradangan prepunum, disebut

balonopostitis. Iritasi kronis ini dapat menjadi faktor penyebab kanker penis.

Glans diperiksa untuk melihat adanya ulkus, kutil, nodulus, parut atau tanda

(12)

lnspeksi Meatus Eketernus

Pemeriksa harus memperhatikan posisi meatus uretra eksternus. Letaknya

harus ditengah glane. Meatus diperiksa oleh pemeriksa dengan meletakkan

kedua tangannya disisi glans penis dan membuka meatus.

Meatus harus diperiksa untuk melihat adanya secret, kutil atau stenosis.

Kutil venereal, yang disebut kondiloma akuminata, dapat ditemukan di dekat

meatus, di glans, perineum, anus atau batang penis. Secara khas, kutil ini

mempunyai permukaan verukosa ,yang menyerupai kembang kol.

Kadang-kadang meatus uretra akan bemuara pada permukaan ventral

penis, suatu keadaan yang disebut hipospadia. Keadaan yang jerang ditemukan

adalah epispadia, yaitu suatu keadaan dimana meatus terletak pada permukaan

dorsal penis.

Palpasi Penis

Palpasi batang mulai dari glans sampai basis penis. Adanya parut, ulkus,

nodulus, indurasi, atau tanda-tanda peradangan harus dicatat. Palpasi korpora

kavernosa dilakukan dengan memegang penis diantara jari-jari kedua tangan

(13)

Adanya indurasi yang tidak nyeri tekan atau daerah fibrotik di bawah

kulit batang penis mengarah ke penyakit Peynorie. Pasien dengan keadaan ini

mungkin mengeluh deviasi penis selama ereksi.

Palpasi Uretra

Uretra harus dipalpasi mulai dari meatus eksternus, melalui korpus

spongiosm sampai ke pangkalnya. Untuk palpasi pangkal uretra, pemeriksa

mengangkat penis dengan tangan kiri sementara jari telunjuk kanan menekan

skrotum di garis tengah dan mempalpasi jauh ke pangkal korpus spongiosum.

Bantal jari telunjuk kanan harus mempalpasi seluruh korpus spongiosum

mulai dari meatus sampai ke pangkalnya. Jika terdapat sekret, ‘kemerahan

uretra' dapat menghasilkan setetes sekret yang harus ditempatkan di atas gelas

objek untuk pemeriksaan mikroskopis.

Palpasi Skrotum

Skrotum diperiksa kembali dalam posisi berdiri. Perhatikan kontur dan isi

skrotum. Harus ada 2 testis. Biasanya testis kiri lebih rendah dibandingkan yang

(14)

Palpasi Testis

Setiap testis di palpasi secara terpisah. Pakailah kedua tangan untuk

memegang testis dengan lembut. Sementara tangan kiri memegang kutub

superior dan inferior testis, tangan kanan melakukan palpasi pemukaan anterior

dan perhatikan ukuran, bentuk dan konsistensi tiap testis. Nyeri tekan dan

nodularis tidak boleh ada.

Gambar: testis

Testis normal mempunyai konsistensi seperti karet. Ukuran dan

konsistensi satu testis di bandingkan dengan testis lainnya. Apakah satu testis

terasa lebih berat di banding lainnya. Jika ada massa, dapatkah jari pemeriksa

masuk di atas massa di dalam skrotum. Jika hernia ingunalis, tangan pemeriksa

tidak dapat masuk karena massa berasal dari rongga perut, namun bila berasal

dari dalam skrotum, tangan pemeriksa dapat masuk.

Palpasi Epididimis dan vas deferens

Tentukan lokasi dan palpasi epididimis pada bagian posterior testis.

Tentukan adanya nyeri tekan, nodul, atau massa dari bagian superior (kepala)

hingga inferior epididirnis (ekor).

Korda spermatika di palpasi mulai dan epdidimis pada sampai ke cincin

abdomen eksternal. Pasien diminta untuk mengangkat penisnya dengan

(15)

pemeriksaan akan lebih sulit. Pemeriksa harus memegang skroturn di garis

tengah dengan meletakkan kedua ibu jari di depan dan kedua telunjuk pada sisi

perineal skrotum.

Gambar: epididimis dan vas deverens

Dengan memakai kedua tangan, pemeriksa secara serentak harus

melakukan palpasi kedua korda spermatika di antara ibu jari dan jari tetunjuk

ketika jari-jari itu digerakkan ke arah lateral pada permukaan skrotum. Struktur

yang paling menonjol pada korda spermatika adalah vas deferens. Vas ini teraba

sebagai tali yang keras kira-kira berdiameter 2-4 mm dan teraba sebagai

spaghetti seperti setengah di masak. Ukurannya dibandingkan dan setiap nyeri

atau benjolan di catat.

Pembesaran korda spermatika yang lazim dijumpai yang disebabkan oleh

dilatasi pleksus pampiniformis adalah varikokel, biasanya timbul di sisi kiri

seperti meraba sekantong kumpulan cacing. Hanya terlihat pada saat pasien

(16)

3. Pemeriksaan Hernia lnspeksi Daerah lnguinal dan Femoral

Suruhlah pasien memutar kepalanya kesamping dan batuk atau mengejan.

Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya

benjolan mendadak selama bantuk, yang menunjukkan adanya hernia. Jika

teraba, ulang kembali untuk membandingkan dengan sisi lainnya. Jika pasien

mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksarah kembali

daerah tersebut.

Palpasi Hernia Inguinalis

Dilakukan dengan meletakan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam

skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skroturn ke dalam. Telunjuk kanan

pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanal

inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkkan ke atas ke arah

cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum

pubikum. Cincin eksterna (kanalis inguinalis) dapat diperlebar dan dimasuki

oleh jari tangan.

Gambar: pemeriksaan hernia

Dengan jari telunjuk di kanalis inguinal, mintalah pasien untuk memutar

kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia. akan

(17)

pasien berbaring terlentang dan perhatikan apakah hernia dapat direduksi

dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada masa itu. Ulangi pada sisi

lainnya. Bila ditemukan bunyi usus di dalam skrotum pada pemeriksaan

(18)

TEKNIK PEMASANGAN KATETER URINE

Tujuan Belajar:

 Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter urine secara aseptik

dan tepat

 Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui

uretra.

Pendahuluan

Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui

uretra. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypokrates yang pada waktu itu

menyebutkan tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari

tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet th 1779,

sedangkan Foley membuat kateter menetap pada th 1930. Kateter Folley inilah

yang saat ini masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine

dari buli-buli. Sebelum melakukan pemasangan kateter, mahasiswa harus

mampu melakukan pemeriksaan fisik genitalia eksterna wanita.

Keterampilan ini dibatasi hanya sampai mengidentifikasi organ/bagian

yang terdapat pada genitalia eksterna wanita. Selain itu mahasiswa juga harus

dapat mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada organ genitalia eksterna

pria dan wanita. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan fisik ini

karena merupakan dasar dari keterampilan prosedural pemasangan kateterisasi

uretra.

Kateterisasi Uretra

Kateterisasi uretra adalah suatu prosedur memasukkan kateter (selang

kecil) melalui saluran uretra kedalam vesika urinaria. Kateter dibedakan

menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan. Ukuran

(19)

ukuran diameter luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr = 0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan

kateter dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan lateks

dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter untuk drainase

digunakan ukuran 16F – 18F.

Adapun indikasi dilakukannya pemasangan kateter adalah untuk tujuan

diagnosis dan terapi, yaitu

Tujuan kateterisasi: Tujuan diagnosis:

 Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk

pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi

resiko terjadinya kontaminasi sample urine oleh bakteri komensal yang

terdapat disekitar kulit vulva atau vagina

 Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi

 Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain:

sistografi atau pemeriksaan adanya refluks vesico-ureter melalui

pemeriksaan voiding cysto urethro graphy (VCUG)

 Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika

 Menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar

Tujuan terapi:

 Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal

baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat maupun oleh benda asing

(bekuan darah) yang menyumbat uretra

 Mengeluarkan urine pada disifungsi buli-buli

 Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah yaitu

(20)

 Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi

uretra

 Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain : sitostatika atau

antiseptic untuk buli-buli.

Kateter yang, dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya di lepas

setelah tujuan selesai, tetapi yang ditujukan untuk terapi, tetap

dipertahankan hingga tujuan terpenuhi.

Indikasi kateterisasi:

o Retentio urine

o Monitoring ketat produksi urin

o Operasi urethra / bladder outlet

o Buli-buli neuropathy

o Urine sampling

o Instilasi ke dalam buli-buli

o Spalk urethra

Indikasi kontra :

o Radang akut urethra

Perlu diperhatikan bahwa kateter untuk diagnostik segera dilepas setelah

tujuan pemasangan selesai, namun untuk terapi dipertahankan sampai tujuan

terpenuhi. Kateter uretra tidak boleh dipasang pada penderita trauma yang

dicurigai adanya cedera uretra yang ditandai antara lain keluarnya darah dari

uretra, hematom yang luas daerah perineal serta adanya perubahan letak prostat

(pada pria) pada colok dubur. Pemasangan kateter pada keadaan ini ditakutkan

(21)

Macam-macam kateter

Kateter dibedakan menurut ukuran. sifat pemakaian, system retaining

(pengunci) dan jumlah percabangan.

Keterangan:

A, B : kateter Nelaton

C, D : kateter Tiemann

E : kateter Malecot empat sayap

F : kateter Malecot dua sayap

G : kateter Pezzer

H : Fotey two way catheter

I : Folley three way catheter

Ukuran kateter

Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriem's (French). Ukuran ini

merupakan ukuran diameter luar kateter.

1. Cheriere (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 mm, atau 1 mma3 FR

Jadi kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter tersebut

adalah 6 mm. Kateter yang mempunyai ukuran sama belum tentu mempunyai

(22)

Bahan katater

Bahan kateter dapat berasal dan logam (stainless), karet (lateks), lateks

dengan lapisan silicon (siliconized) dan silicon. Perbedaan bahan kateter

menentukan biokompatibilitas kateter di dalam buli-buli, sehingga akan

mempengaruhi pula daya tahan kateter yang terpasang di buli-buli.

Persiapan kateterisasi

 lnformasi lengkap dan informed consent

 Memperhatikan prinsip pemasangan kateter:

 Dilakukan secara aseptik dengan melakukan desinfeksi secukupnya

memakai bahan yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit genetalia

 Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien

 Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif untuk

melakukan drainase urine, yaitu untuk orang dewasa ukuran 16Fr-18Pr.

Kateter logam tidak digunakan pada tindakan kateterisasi pada pria

karena akan menimbulkan kerusakan uretra

 Jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan memakai system

tertutup yaitu dengan menghubungkan kateter pada saluran penampug

(23)

 Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai dilakukan

tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine. Makin lama kateter

dipasang, penyulit berupa infeksi atau cedera uretra semakin mungkin

terjadi.

Teknik Kateterisasi: 1. Pada Pria

 Baringkan pasien

 Dokter berdiri disebelah kiri pasien

 Dokter memakai sarung tangan steril

 Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah sekitarnya, daerah

genetalia dipersempit dengan kain steril (doek steril)

 Keteter yang telah diolesi dengan pelicin/jelly dipegang seperti

memegang pensil, kemudian dimasukkan ke dalam orrifisium uretra

eksterna

 Pelan-pelan kateter di dorong masuk dan kira-kira pada daerah

bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan

dalam hal ini pasien diperintahkan untuk rnengambil napas

(24)

 Kateter terus di dorong hingga masuk ke dalam buli-buli yang ditandai

dengan keluarnya urine dan lubang kateter. Perhatikan urine ; jernih,

keruh, merah, volume total (dicatat)

 Sebaiknya kateter terus di dorong hingga masuk ke buli-buli lagi hingga

percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna

 Balon kateter dikembagkan dengan 5-10 ml air steril

 Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag

 Kateter di fiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian

proksimal. Fiksasi kateter yang tidak tepat, yaitu yang mengarah ke

kaudal, akan menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian peno

skrotal sehingga terjadi nekrosis.

 Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura uretra atau fistel uretra

(25)

2. Pada Wanita

Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita jarang

menjumpai kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek. Kesulitan yang sering

dijumpai adalah pada saat mencari muara uretra karena terdapat stenosis muara

uretra atau tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks.

Kesulitan dalam memasukkan keteter:

 Pada pria kateter sering tertahan di uretra pars bulbosa yang bentuknya

seperti huruf “S”.

 Ketegangan dai sfingter uretra eksterna karena pasien merasa kesakitan dan ketakutan

 Terdapat sumbatan organik di uretra yang disebabkan batu uretra, striktur

uretra, kontraktur leher buli-buli, atau tumor uretra

Ketegangan sfingter uretra eksterna dapat diatasi dengan:

 Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung kateter sampai

terjadi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter dapat masuk dengan

lancar ke buli-buli

(26)

 Pemberian sedatif perenteral sebelum kateterisasi

 Pemakaian kateter menetap akan mengundang timbulnya beberapa

penyulit jika pasien tidak merawatnya dengan benar. Karena itu beberapa

hal yang pertu dijelaskan pada pasien adalah :

 Pasien harus banyak minum untuk menghindari terjadinya enkrustasi

pada kateter dan tertimbunnya debris/kotoran dalam buli-buli

 Selalu mernbersihkan nanah, darah dan getah/sekret kelenjar

periureter yang menempel pada meatus uretra atau kateter dengan

kapas basah. Jangan mengangkat/meletakkan kantong penampung

urine karena dapat terjadi aliran balik urine ke buli-buli

 Jangan sering rnembuka saluran penampung yang dihubungkan

dengan kateter karena akan mempermudah masuknya kuman

 Mengganti kateter setiap 2 minggu sekali dengan yang baru untuk kateter

jenis lateks atau 4 minggu sekali untuk jenis silikon.

(27)

PEMERIKSAAN PERINUM DAN RECTAL

Tujuan belajar

 Mahasiswa/i mampu melakukan prosedur pemeriksaan perineum rektal

secara sistematis dan tepat

Posisi Pasien

 Pemeriksaan rektum dapat dilakukan dengan pasien berbaring terlentang/berbaring pada sisi kiri tubuh atau berdiri, membungkuk, pada

meja pemeriksaan

 Posisi pasien litotomi (pasien terlentang dengan kedua lutut difleksikan) ; Pemeriksa menjulurkan tangan kanannya di bawah paha kanan pasien,

jari telunjuk di dalam rektum bersamaan dengan tangan kiri pemeriksa

yang diletakkan di abdomen, cara pemeriksaan bimanual ini berguna dan

menimbulkan gangguan minimal pada pasien yang kesakitan.

 Posisi berbaring miring ke lateral kiri, yang disebut posisi Sims, biasanya

dipakai pada wanita atau jika pasian sangat lemah dan harus terpaku di

tempat tidur. Dalam posisi ini tungkai kanan atas harus difleksikan

sedangkan tungkai kiri bawah setengah diekstensikan

 Posisi berdiri merupakan posisi yang paling banyak dipakai dan dengan

posisi ini dapat dilakukan inspeksi menyeluruh pada anus dan palpasi

rektum. Pasien disurruh berdiri membungkuk dengan bahu dan sikunya di

sokong di atas tempat tidur atau meja pemeriksaan.

 Tangan kanan pemeriksa dengan memakai sarung tangan memeriksa anus

dan jaringan sekitarnya sementara tangan kiri dengan hati-hati

merentangkan bokong. Jika mencurigai adanya infeksi, kedua tangan

(28)

tanda-tanda peradangan, ekskoriasi, fisura, nodulus, fistula, parut, tumor,

atau hemorroid.

 Setiap daerah abnormal harus dipalpasi. Pasien dimita mengedan

sementara pemeriksa menginspeksi anus untuk melihat adanya hemorroid

atau fissura.

Teknik

 Pasien diberitahukan bahwa pemeriksaan rektum sekarang akan segera diilakukan

 Pemeriksa memberitahukan pasien bahwa lubrikan yang memberikan

sensasi dingin akan dipakai, dan ini akan diikuti dengan sensasi seperti

akan buang air besar; pasien harus diberikan jaminan bahwa sebenarnya

ia tidak akan buang air besar

 Pemeriksa melaburi pelumas pada jari telunjuk tangan kanan yang bersarung tangan dan meletakkan tangan kirinya pada bokong pasien.

Ketika tangan kiri merentangkan bokong pasien, jari telunjuk kanan

dengan perlahan-lahan diletakkan pada pinggir anus. Sfingternya harus

direlaksasikan dengan tekanan lunak oleh permukaan palmar jari

telunjuk.

 Pasien di suruh mengambil napas dalam, dan pada saat itu jari telunjuk

kanan dimasukkan ke dalam anal anus ketika sfingter anus mengendur.

Sfingter harus menutup dengan sempuma disekitar jari pemeriksa. Tonus

sfingter harus dinilai. Jari itu harus dimasukkan sejauh mungkin ke dalam

rektum, meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin

dilakukan. Tangan kiri kemudian dapat dipindahkan ke bokong kiri

(29)

Gambar: pemeriksaan perineum dan rectal

Palpasi Dinding Rektum

 Dinding lateral, posterior dan anterior rektum di palpasi.

 Dinding lateral diraba dengan rnerotasikan jari sepanjang sisi-sisi rektum.

 Spina ischiadika, os coccygeus, dan sakrum bawah dapat diraba dengan

mudah.

 Dinding rektum dipalpasi untuk mengetahui adanya polip, yang dapat melekat pada dasarnya (sesil) atau melekat pada tangkainya

(pedunkulus). Setiap ketidak aturan atau nyeri tekan yang tidak

semestinya harus dicatat.

 Agar seluruh keliling dinding rektum dapat diperiksa, pemeriksa,harus

memutar punggungnya rnenghadapi pasien sehingga pemeriksa dapat

melakukan hiperrotasi tangannya.

Palpasi Kelenjar Prostat

 Kelenjar prostat terletak di sebelah anterior rektum, diameter kira-kira 4

cm

 Ukunan, permukaan, konsistensi, simetris/tidak, dan bentuk kelenjar

prostat harus diperiksa. Dalam keadaan normal, permukaannya halus dan

(30)

hati, dimana apeks hati mengarah ke anus. Lylargo superior biasanya

terlalu tinggi untuk dapat dijangkau.

 Kenalilah sulkus median dan lobus-lobus lateral.

 Catatlah setiap massa, nyeri tekan atau nodulus.

 Modulus keras, asimetris mengarah ke kanker prostat dan paling sering

menterang lobus posterior, sedangkan Benign Hipertrofi Prostat (BPH),

kelenjar prostat membesar secara simetris dan lunak yang menonjol ke

dalam lumen rektum.

 Vesikulus seminalis terletak terletak di bagian atas kelenjar prostat dan

jarang teraba, kecuali jika membesar.

 Pemeriksaan rektum diakhiri dengan memberitahukan pasien bahwa

pemeriksa akan segera menarik jari telunjuk pemeriksa.

 Dengan perlahan-lahan keluarkan jari pemeriksa.

(31)

PEMERIKSAAN GENETALIA WANITA (FEMALE GENETALIA EXAM)

Tujuan Belajar

Mahasiswa mampu melakukan pcmeriksaan fisik pada genetalia wanita

secara sistematis dan benar.

Anatomi dan fisiologi 1. Alat Genetalia Eksterna

 Mons Veneris: tonjolan bulat dan jaringan lunak diatas simfisis pubis,

ditutupi rambut kemaluan

 Labia Mayor

 Labia Minor

 Klitoris, terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sangat sensitive

 Vulva

 Bulbus vestibuli sinistra et dekstra

 lntroitus vaginalis

(32)

2. Alat Genetalia lnterna

 Vagina

 Uterus

 Tuba fallopi

 Ovarium

Gambar:genitalia feminina interna

Persiapan pemeriksaan

 Pasien seharusnya disuruh untuk mengosongkan kandung kemih dan

rektum sebelum pemeriksaan

 Pasien dibantu menaiki meja pemeriksaan dengan bokong pasien

diletakkan didekat ujungnya

 Pijakan meja pemeriksaan dikembangkan dan pasien disuruh meletakkan

tumitnya pada tempat berpijak tersebut

 Kepala meja pemeriksaan ditinggikan sehingga terjadi kontak mata

dengan pasien

 Lutut ditarik ke atas untuk meretaksasikan otot-otot perut ketika paha di

abduksikan

(33)

 Pemeriksa rnemakai sarung tangan dan duduk diatas bangku diantara

kedua tungkai pasien

 Atur pencahayaan yang baik, termasuk sumber cahaya yang diarahkan

kedalam vagina

Pemeriksaan genetalia wanita terdiri dari :

 Inspeksi dan palpasi genetalia eksterna

 Pemeriksaan speculum

 Palpasi bimanual

 Palpasi rektovaginal

lnspeksi dan Palpasi Genetalia Interna

Untuk membuat pasien wanita merasa lebih nyaman selama pemeriksaan,

seringkali akan bermanfaat jika pemeriksa menyentuh tungkainya dengan

menggunakan sisi punggung tangan. Beritahukan pasien sewaktu akan

menyentuh tungkainya.

Genetalia eksterna harus di inspeksi dengan cermat

 Mons veneris diperiksa untuk melihat adanya lesi atau pembengkakan.

 Rambut pubis diperiksa untuk melihat polanya dan adanya kutu pubis

 Kulit vulva diperiksa untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi,

massa, leukoplakia atau pigmentasi. Setiap lesi harus dipalpasi untuk

mengetahui adanya nyeri tekan. Krawosis vulva adalah keadaan dimana

kulit vulva kemerahan, halus, berkilat, hampir transparan secara merata

(sering pada wanita pasca menopause). Bercak putih karena

hiperkeratosis yang dikenal sebagai leukoplakia vulva biasanya

(34)

 Beritahukan kepada pasien pada saat hendak membuka labia. Dengan

tangan kanan, labia mayor dan minor dibuka terpisah di antara ibu jari

dan jari telunjuk tangan kanan.

 Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, pengeluaran sekret, parut, taini,

trauma, bengkak, perubahan atrofik atau massa yang ditemukan.

 Klitoris diperiksa untuk rnelihat ukuran dan adanya lesi. Biasanya klitoris

berukuran 3-4 mm

 Melihat hymen : ada/tidaknya, gambaran hymen

 Macam-macam bentuk hyrnen :

Gambar: hymen

 Inspeksi meatus uretra : apakah ada pus atau peradangan. Jika ada pus,

tentukan sumbernya.

 Celupkan kapas lidi kedalam sekret dan oleskan pada slide mikroskop

untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 Beritahukan pasien ketika anda headak melakukan palpasi

kelenjar-kelenjar labia. Palpasi dilakukan pada area jarn 7-8 untuk daerah kelenjar-kelenjar

kanan, dengan memegang bagian posterior labia kanan didalam vagina

(35)

Biasanya kelenjar bartholin tidak dapat dilihat maupun diraba.

Selanjutnya memakai tangan kiri untuk memeriksa daerah kelenjar kiri

(jam 4-5).

 Perineum ; perineum dan anus diperiksa untuk melihat adanya massa

(lennastik hemorroid), parut, fissura, atau fistel.

 Perneriksaan relaksasi pelvis : dengan kedua labia terpisah lebar, pasien

diminta untuk mengejan atau batuk.

 Jika ada relaksasi vagina, mungkin akan terlihat penggembungan dinding

anterior atau poterior. Penonjolan dinding anterior berkaitan dengan

sistokel ; penonjolan dinding posterior menunjukkan adanya suatu

refetokel. Jika ada inkontinensia stres, batuk atau mengejan dapat

menyebbakan penyemprotnya urin dan uretra.

Pemeriksaan Spekulum Persiapan

Pemeriksaan spekulum dilakukan untuk mengamati vagina dan serviks.

Ada beberapa macam Spekulum : spekulum metal Cusco atau bivalve, adalah

yang paling populer digunakan. Spekulum ini terdiri dari dua daun yang

dimasukkan dalam keadaan tertutup dan kemudian di buka dengan menekan

pegangannya. Dinding vagina dipisahkan oleh kedua daun spekulum, sehingga

dapat tercapai visualisassi vagina dan serviks secara memadai. Pada dasamya

ada dua macam spekulum dua daun ; graves dan Pedersen.

Spekulum Graves adalah spekulum yang lebih umum dan dipakai untuk

kebanyakan wanita dewasa. Daun-daunnya lebih lebar dan melengkung pada

sisi-sisinya. Spekulum Pedersen mempunyai daun yang lebih sempit dan rata,

dan dipakai untuk wanita dengan introitus kecil. Spekulum dua daun yang

(36)

keras yang timbul ketika daun bawah dilepaskan selama dikelurkan dari vagina.

Jika memakai spekulum plastik, pasien harus diberitahukan bahwa akan timbul

bunyi klik ini.

Dari kiri ke kanan : spekulum logam Pedersen ukuran kecil, spekulum logam

Pedersen ukuran sedang, spekulum logam Graves ukuran sodang, spekulum

logarn Graves ukuran besar dan spekulum Pedersen plastik ukuran besar,

Prosedur pemeriksaan:

 Sebelum memakai spekulum, berlatihlah membuka dan menutupnya. Jika

pasien belum pernah menjalani pemeriksaan dengan spekulum, sebaiknya

spekulum diperlihatkan terlebih dahulu kepada pasien. Spekulum

dihangatkan terlebih dahulu dengan air hangat, dan kemudian

menyentuhnya dengan punggung tangan untuk menentukan bahwa

suhunya sudah tepat.

 Lubrikasi jeli sebaiknya jangan dipakai karena dapat mengganggu

pemeriksaan sitologi serviks dan biakan gonacocaus.

 Beritahukan pasien ketika akan melakukan pemeriksaan dengan

(37)

 Jari telunjuk dan tengah kiri pemeriksa memisahkan labia dan menekan

perineum

 Spekulum yang masih tertutup, dengan dipegang oleh tangan kanan

pemeriksa, dimasukkan secara miring dengan perlahan-lahan ke dalarn

introitus di atas jari-jari tangan kiri.

 Spekulum tidak boleh dimasukkan secara vertikal, karena dapat timbul

cedera pada uretra dan meatus.

Gambar:pemasangan spekulum

 Serviks ; spekulum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina, kemudian spekulum diputar ke posisi transversal, dengan pegangannya

sekarang mengarah ke bawah, dan di buka dengan perlahan-lahan.

Serviks harus berada di dalam daun-daun spekulum. Untuk menjaga agar

spekulum tetap terbuka, sekrupnya dapat dikencangkan. Jika serviks tidak

(38)

 Cara membuat apusan PAP : diperoleh dengan memakai spatula kayu

yang dimasukkan melalui spekulum. Ujung spatula yang lebih panjang

dimasukkan ke dalam orrifisium eksterna servicis, kemudian spatulanya

diputar 360 sementiara mengerok sel-sel dari orifisium eksterna servicis.

Contoh lain diambil dengan memakai kapas Udi dari forniks posterior

dan lateral vagina, dan dari endoserviks. Apuskan di atas slide kaca dan

difiksasi dengan memasukkannya ke dalam larutan yang mengandung

campuran metilalkohol 95% dan eter dengan perbandingan 1: 1. Atau

dengan menyemprotkan fiksatif yang mengering dengan cepat.

 Dinding vagina : beritahukan pasien bahwa spekulum sekarang akan

diangkat. Sekrup spekulum dikendurkan dengan jari telunjuk kanan dan

spekulum diputar kembali ke posisi semula (miring). Ketika spekulum

perlahan-lahan ditarik dan ditutup, dinding vagina diperiksa untuk

melihat adanya masa, laserasi, leukoplakia, atau laserasi. Dinding vagina

harus halus dan tidak nyeri tekan. Biasanya ada mukus tak berwarna atau

putih dalam jumlah cukup banyak.

Palpasi Bimanual

Dipakai untuk palpasi uterus dan adneksanya.

Teknik Pemeriksaan;

 Posisi dokter harus berada diantara kedua tungkai pasien

 Jika tangan kanan dimasukkan kedalam vagina, pemeriksa meletakkan kaki kanannya diatas bangku kecil

 Lubrikasi jelli, dipegang dengan tangan kiri, dan sejumlah kecil

diteteskan ke atas jari telunjuk dan tengah tangan kanan pemeriksa yang

sudah memakai sarung tangan. Tangan kanan yang telah memakai sarung

tangan tidak boleh menyentuh lubejelli

(39)

 Perhatikan ekspresi wajah pasien, ketika pemeriksaan dilakukan

 Beritahukan kembali bahwa pemeriksa akan menyentuh kembali

tungkainya ketika memulai pemeriksaan. Punggung tangan kiri harus

menyentuh sisi dalam paha kanan pasien.

 Labia dibuka lebar dan jari telunjuk telunjuk dan tengah tangan kanan

yang berpelumas dimasukkan secara vertikal kedalam vagina. Kemudian

dilakukan penekanan ke bawah ke arah perineum. Jari keempat dan

kelima kanan difleksikan ke dalam telapak tangan. Ibu jari kanan

diekstesikan.

 Tangan kiri diletakkin di atas abdomen kira-kira sepertiga jarak simfisis

pubis dengan umbilikus.

 Pergelangan tangan yang berada di abdomen tidak boleh difleksikan atau

disupinasikan.

 Tangan kanan (di dalam vagina) mengangkat organ-organ pelvis ke atas

pelvis dan menstabilkannya, sementara organ-organ itu di palpasi oleh

tangan kiri (di abdomen). Tangan yang diperut, bukan yang di dalam

vagina, yang melakukan palpasi.

(40)

A. Palpasi Servikal dan Korpus Uterus

Palpasi bimanual dapat dilakukan jika uterus anteversi dan antefleksi

yang merupakan posisi uterus yang paling lazim.

 Beritahukan pasien sebelum dilakukan perabaan serviks

 Serviks di palpasi, perhatikan : konsistensinya (lunak, keras, nodular, rapuh)

 Gerakkan serviks ke berbagai arah. Biasanya serviks dapat digerakkan

2-4 cm dalam segala arah. Serviks di dorong kebelakang dan ke atas ke arah

tangan yang berada di permukaan perut ketika tangan itu mendorong ke

bawah. Setiap keterbatasan gerakan atau timbulnya nyeri karena

pergerakan tersebut harus di catat.

 Mendorong serviks ke atas dan ke belakang cenderung menggerakkan

uterus yang berada dalam posisi anteversi dan antefleksi ke dalam posisi

yang lebih mudah di palpasi.

 Uterus kemudian di palpasi diantara kedua tangan. Dengan cermat,

perhatikan : posisi. ukuran, bentuk, konsistensinya, mobilitas dan nyeri

tekan. Tentukan uterus anteversi atau retroversi, membesar, keras dan

mobilitas. Apakah teraba ketidak aturan. Apakah ada nyeri tekan pada

saat uterus digerakkan.

(41)

B. Palpasi Adneksa

 Palpasi dilakukan di adneksa kanan dan kiri

 Jika pasien sudah mengeluh nyeri pada satu sisi, mulailah pemeriksaan

pada sisi lainnya

 Tangan kanan pemeriksa dipindahkan ke forniks lateral kiri, sementara

tangan kiri (yang dipermukaan perut) pindah ke kuadran kiri bawah

pasien. Jari-jari di dalam vagina mengangkat adneksa ke arah tangan

yang dipermukaan perut, yang berusaha melakukan palpasi

struktur-struktur adneksa.

 Perhatikan : ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri tekan

struktur-struktur adneksa.

 Ovarium normal peka terhadap tekanan.

 Setelah memeriksa sisi kiri, adneksa kanan dipalpasi dengan memindah

tangan kanan (vagina) ke forniks lateral kanan dan tangan kiri (perut) ke

kuadran kanan bawah pasien

 Setelah pemeriksaan adneksa. Jari pemeriksa yang berada di dalam

vagina dipindahkan ke forniks posterior untuk melakukan palpasi

ligamentum uterosakral dan kantong Douglas. Nyeri tekan yang jelas dan

nodularitas mengarah kepada adanya endometriosis.

 Jika pasiennya seorang gadis, pakailah jari tengah kanan saja.

Palpasi Rektovaginal

 Beritahukan pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan vagina dan

rectum

 Tangan kanan, masih di dalam vagina, ditarik ke luar sedikit sehingga jari

tengah kanan secara perlahan-lahan dimasukkan ke dalam rektum- Jari

(42)

 Septum rektovagina dipalpasi, apakah menebal atau nyeri tekan. Apakah

nodulus atau massa. Jari tengah kanan harus meraba untuk mencari nyeri

tekan, massa atau ketidak aturan di dalam rektum.

(43)

SKILL I

b. Pemeriksa mencuci tangan dan memakai sarung tangan

2. Melakukan inspeksi dan palpasi pada saat berbaring : a. Mempersilahkan pasien untuk berbaring dan pemeriksa

berdiri di sebelah kanan pasien

b. Melakukan inspeksi

Kulit dan rambut : tanda peradangan, eskoriasi

Penis dan skrotum : di sunat/tidak, ukuran, lesi

(peradangan, ulserasi, kutil, abses)

c. Melakukan palpasi : ada/tidaknya massa atau tonjolan

- Penis : smegma, ulkus, kutil, nodul, parut, tanda

- Uretra : sekret, isi testis, bandingkan kiri dan kanan

- Epididimis dan vas deferens : ada/tidaknya pembesaran

(44)

4. Pemeriksaan Hernia

a. Melakukan inspeksi inguinal dan femoral : benjolan

b. Melakukan palpasi inguinal : adanya benjolan, nyeri tekan

c. Melakukan auskultasi skrotum : terdengar/tidak bunyi usus

5. Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

Keterangan :

0 : Tidak Dilakukan

1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar

% cakupan penguasaan keterampilan: skor total/...x...% =...% Lampoh Keude,...2012

(45)

SKILL II

PERINEAL & RECTAL EXAM

No. Aspek Yang Dinilai Nilai

0 1 2 1. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa

takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan perineum

dan rectal

a. Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan

jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan

b. Memberikan kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak

nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan,

termasuk efek lubrikasi yang diberikan

2. Persiapan

a. Mengatur pelumas pada jari telunjuk tangan yang bersarung

tangan dan meletakkan tangan kiri pada bokong pasien

b. Tangan klien menentangkan bokong pasien, jari telunjuk

kanan dengan perlahan-lahan diletakkan pada pinggir anus.

Sfingternya harus direlaksasikan dengan tekanan lunak oleh

permukaan palmar jari telunjuk

c. Menyuruh pasien untuk mengambil nafas dalam, dan pada

saat itu jari telunjuk kanan dimasukkan ke dalam anal anus

ketika sfingter anus mengendur

d. Memasukkan jari telunjuk kanan sejauh mungkin ke dalam

rectum, tangan kiri kemudian dapat dipindahkan ke bokong

kiri pasien, sementara jari telunjuk kanan memeriksa

(46)

e. Palpasi dinding rectum (dinding lateral, posterior dan

anterior rectum) : polip, ketidak teraturan atau nyeri tekan

yang tidak semestinya

f. Palpasi kelenjar prostat : ukuran, permukaan, konsistensi,

sensitivitas, dan bentuk kelenjar prostat. Sulcus median dan

lobus-lobus lateral : massa, nyeri tekan atau nodul

g. Memberitahukan pasien bahwa pemeriksa akan segera

menarik jari telunjuk pemeriksa secara perlahan-lahan

h. Melihat pada sarung tangan kemungkinan adanya : darah,

lendir, feses, kemudian membersihkan sisa jelly dengan

tissue

4. Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

Keterangan :

0 : Tidak Dilakukan

1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar

% cakupan penguasaan keterampilan: skor total/...x...% =...% Lampoh Keude,...2012

(47)

SKILL III

MALE CATETER URETRA EXAM

No. Aspek Yang Dinilai Nilai

A. PERSIAPAN 0 1 2

1. Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur

tentang cara dan tujuan pemeriksaan dan efek yang akan

ditimbulkan, termasuk informed consent

2. Mempersiapkan alat : kateter urine ukuran sesuai, urine

bag, spuit 5 cc/10 cc, akuades dan NaCL 0,9%, doek steril,

sarung tangan steril, pinset

3. Pasien dibandingkan, lebih baik tidak memakai bantal

4. Dokter berdiri disebelah kiri pasien (kecuali kidal)

5. Dokter mencuci tangan memakai sarung tangan steril

secara aseptik

B. TEKNIK

6. Melakukan desinfektan area muara uretra eksterna sampai

perineum, kemudian membatasi dengan menggunakan doek

steril

7. Memasukkan jelly ke muara uretra eksterna yang

mengandung anastesi : dewasa (10 cc), anak-anak (3-5 cc)

biarkan ± 5 menit, kemudian memasukkan kateter dengan

menggunakan pinset

8. Pada saat terasa tahanan (daerah bulbomenranasea),

menyuruh pasien untuk mengambil nafas dalam atau

menelan agar sfingter uretra eksterna relaks

9. Mendorong kateter terus dengan pinset hingga masuk ke

(48)

volume total. Bila urine tidak keluar, uji coba dengan

memasukkan NaCL 0,9% 10 cc, kemudian tarik kembali.

10. Mendorong terus kateter menggunakan pinset secara

perlahan-lahan tanpa memaksanakan hingga masuk ke

buli-buli lagi hingga percabangan kateter menyentuh meatus

uretra eksterna

11. Apabila gagal, kateterisasi dihentikan

12. Mengembangkan balon kateter sesuai volume kateter

bersangkutan (5-10 mm) aquades steril, kemudian

menghubungkan dengan urine bag

13. Memfiksasikan kateter menggunakan plester di daerah

inguinal atau paha bagian proksimal

C. Memberikan informasi bahwa pemasangan telah selesai dan follow up lebih lanjut

Keterangan :

0 : Tidak Dilakukan

1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar

% cakupan penguasaan keterampilan: skor total/...x...% =...% Lampoh Keude,...2012

(49)

SKILL IV

FEMALE CATETER URETRA EXAM

No. Aspek Yang Dinilai Nilai

A. PERSIAPAN 0 1 2

1. Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur

tentang cara dan tujuan pemeriksaan dan efek yang akan

ditimbulkan, termasuk informed consent

2. Mempersiapkan alat : kateter urine ukuran sesuai, urine

bag, spuit 5 cc/10 cc, akuades dan NaCL 0,9%, doek steril,

sarung tangan steril, pinset

3. Pasien dibandingkan, lebih baik tidak memakai bantal

4. Dokter berdiri disebelah kiri pasien (kecuali kidal)

5. Dokter mencuci tangan memakai sarung tangan steril

secara aseptik

B. TEKNIK

6. Melakukan desinfektan area muara uretra eksterna sampai

perineum, kemudian membatasi dengan menggunakan doek

steril

7. Mengoleskan kateter menggunakan jelly, kemudian

memasukkan kateter dengan menggunakan pinset

8. Mendorong kateter terus dengan pinset hingga masuk

kedalam buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urine

dan lubang kateter. Perhatikan urine: jernih, keruh, merah,

volume total.

9. Apabila gagal, kateterisasi dihentikan

10. Mengembangkan balon kateter sesuai volume kateter

(50)

11. Memfiksasikan kateter menggunakan plester di daerah

inguinal atau paha bagian proksimal

12. Membersihkan kembali area operasi dan doek steril dibuka

C. Memberikan informasi bahwa pemasangan telah selesai dan follow up lebih lanjut (membersihkan meatus eksternus setiap hari, bila pemasangan dalam waktu yang

lama)

Keterangan :

0 : Tidak Dilakukan

1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar

% cakupan penguasaan keterampilan: skor total/...x...% =...% Lampoh Keude,...2012

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)

BIODATA MAHASISWA/I

Maka dengan ini dinyatakan bahwa mahasiswa/i LULUS / TIDAK LULUS Lampoh Keudee, ………..2012

Mengatahui Koordinator SKILL LAB

Dr. M. Arief Faisal

(58)
(59)
(60)

Referensi

Dokumen terkait

3) Mengaplikasikan keterampilan pengambilan sample untuk pemeriksaan laboratorium. 4) Mengaplikasikan komunikasi terapeutik pada pasien. Mampu menyusun diagnosa keperawatan

Trimming bagian anterior model RA membentuk sudut 25º, dengan gigi C dan garis median sebagai panduan.. Trimming bagian kedua sayap belakang dari model 130º

 Penyemprotan cairan disinfectant pada kaki, kemudian menuju ke screening area untuk pemeriksaan suhu tubuh menggunakan alat thermal scanner dengan standar suhu

Namun bila pada pasien telah terjadi komplikasi, tingkat keparahan ( severity of illness ) 3 ke atas, adanya penyakit kronis lain yang sulit dan pasien dengan daya tahan

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan CT-Scan dengan hasil tampak massa menonjol ke rongga nasofaring dari dinding atap nasofaring sisi kiri, batas tegas, tepi

Dapatkan dari pasien dan dari orang lain, karena deskripsi yang sungguh berbeda dari orang yang sama dan peristiwa, suku, kebangsaan, dan tradisi keagamaan, orang lain

Pada Pukul 20.30 WIB dilakukan pemeriksaan Pasien datang permintaan visum korban persetubuhan, kejadian jumat 20 September 2020 sekitar jam 23.00 di Tempat Kontrakan Pelaku Korban

Pemeriksaan dan penanganan awal pada pasien trauma Maksilofasial antara lain Basic Trauma Life Support - Peresepan obat rasional pada pasien dewasa dan anak - Mengidentifikasi